• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekuitas Merek Pada Minuman Serbuk Energi Extra Joss

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Ekuitas Merek Pada Minuman Serbuk Energi Extra Joss"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada Pemain Klub-Klub Sepak Bola Anggota Perserikatan PSM Madiun)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

ADHANI ALISYAHURI NIM. F1205501

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007

(2)

Skripsi Dengan Judul :

ANALISIS EKUITAS MEREK PADA MINUMAN SERBUK ENERGI EXTRA JOSS

(Studi Pada Pemain Klub-Klub Sepak Bola Anggota Perserikatan PSM Madiun)

Surakarta, Juni 2007

Disetujui dan Diterima Oleh

Pembimbing

(Drs. Karsono, M.Si) NIP. 131 570 304

(3)

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta,

Agustus 2007

Tim Penguji Skripsi :

1. Drs. Heru Purnomo, MM sebagai Ketua (………...)

NIP. 130.638.770

2. Drs. Karsono, MSi sebagai Pembimbing (……….…..)

NIP. 130.570.304

3. Joko Suyono, SE, MSi sebagai Anggota (……….…..)

NIP. 132.257.921

(4)

Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh , serta saling mengingatkan dalam kebenaran dan mengingatkan

dalam kesabaran. (Q.S. Al – Ashr :1 - 3).

Allah tidak sekali-kali membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya (Q.S. Al – Baqoroh : 286).

Dunia boleh kamu genggam,tapi janganlah hatimu sampai digenggam dunia. Itulah salah satu kunci kebahagiaan manusia yang hakiki. (Syeich Abdul Qodir Jailani)

Manusia hidup didunia bagaikan musafir yang singgah pada suatu pasar, maka belilah bekal yang terbaik untuk perjalananmu, dan janganlah terlena engkau oleh

gemerlapnya pasar sebelum perjalananmu berakhir. (Sunan kalijaga).

Obat hati itu lima perkaranya : (1) Membaca Al-Quran dan maknanya, (2) Dirikanlah sholat malam, (3) Berkumpulah dengan orang sholeh, (4) Perbanyaklah berpuasa, (5) Dzikir malam perpanjanglah (Ali bin Abi Tholib).

(5)

Karya kecil ini Kupersembahkan Kepada : Ø Umi dan Abiku

Ø Adik-adikku Ø Dosen-dosenku Ø Sahabat-sahabatku Ø Almamaterku DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii

(6)

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori ... 6

1. Pengertian Merek... 6

2. Manfaat Merek ...9

3. Pengertian Ekuitas Merek ... 11

4. Manfaat Ekuitas Merek ... 12

5. Elemen-Elemen Utama Ekuitas Merek... 15

B. Penelitian Terdahulu... 27

C. Kerangka Konseptual...30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 32

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 32

C. Pengukuran Variabel dan Devinisi Operasional ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Sumber Data ... 40

F. Metode Pengumpulan Data ... 41

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PSM Madiun ……….. 47

(7)

B. Gambaran Umum PT. Bintang Toedjoe ……….. 52

C. Gambaran Umum Produk Extra Joss ……….. 53

D. Gambaran Umum Responden ……….. 60

1. Responden Berdasarkan Usia………... 55

2. Responden Berdasarkan Pekerjaan………... 56

3 Responden Berdasarkan Klub Asal……… 57

4. Responden Berdasarkan Rata-Rata Uang Saku……….. 58

E. Analisis Data ………59

1. Uji Validitas dan Reabilitas ………... 59

2. Analisis Kesadaran Merek (Brand Awareness) ………. 61

3. Analisis Asosiasi Merek (Brand Association) ………... 65

4. Analisis Kesan Kualitas (Perceived Quality) ……….... 70

5. Analisis Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ……… 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91 B. Saran... 93 C. Keterbatasan Penelitian... 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel IV.1. Data Klub Anggota Divisi Utama PSM Madiun ... 51

Tabel IV.2. Data Klub Anggota Divisi Satu PSM Madiun ... 52

Tabel IV.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel IV. 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 56

(8)

Tabel IV.6. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku ... 58

Tabel IV.7. Hasil Uji Validitas 30 Responden... 60

Tabel IV.8. Hasil Uji Reabilitas 30 Responden ... 61

Tabel.IV.9. Analisis Top of Mind ... 62

Tabel.IV.10.Analisis Brand Recall ... 63

Tabel.IV.11.Analisis Brand Recognition dan Unaware of Brand ... 64

Tabel.IV.12.Pengujian Brand Association ...66

Tabel.IV.13.Performance Keamanan Extra Joss Bagi Kesehatan ...71

Tabel.IV.14.Importance Keamanan Extra Joss Bagi Kesehatan ... 72

Tabel.IV.15.Performance Kandungan Vitamin dan Mineral Extra Joss ... 73

Tabel.IV.16.Importance Kandungan Vitamin dan Mineral Extra Joss ... 74

Tabel.IV.17.Performance Desain Kemasan Produk Extra Joss ... 75

Tabel.IV.18.Importance Desain Kemasan Produk Extra Joss ...76

Tabel.IV.19.Performance Mutu Produk Extra Joss ...77

Tabel.IV.20.Importance Mutu produk Extra Joss ... 78

Tabel.IV.21.Rangkuman hasil Observasi Performance-Importance ...79

Tabel.IV.22.Hasil Analisis Switcher... 80

Tabel.IV.23.Tabulasi Jawaban Alasan Perpindahan merek ... 81

Tabel.IV.24.Hasil Analisis Habitual Buyer ... 82

Tabel.IV.25.Hasil Analisis Satisfied Buyer ... 83

Tabel.IV.26.Brand Switching Pattern Matrix ...85

Tabel.IV.27.Possibility Rate of Transition (ProT) ...86

Tabel.IV.28.Hasil Analisis Liking the Brand ... 87

(9)

Tabel.IV.30.Hasil Analisis Commited Buyer ... 89

DAFTAR GAMBAR Gambar II. 1. Piramida Kesadaran Merek... 16

Gambar II. 2. Nilai-nilai Kesadaran Merek ... 17

Gambar II. 3. Nilai-nilai Kesan kualitas ... 19

Gambar II. 4. Piramida Loyalitas Merek ... 25

Gambar II. 5. Konsep Brand Equity ... 31

(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergeseran-pergeseran alasan dalam memilih barang yang akan

dikonsumsi sudah mulai terlihat dalam kurun waktu dewasa ini. Hal ini juga

tampak pada minat konsumen dalam membeli produk-produk makanan dan

minuman. Mereka mulai menitik-beratkan pada harga yang murah daripada

keunggulan-keunggulan yang dimiliki produk tersebut. Dengan melihat

kondisi masyarakat yang seperti itu, perusahaan-perusahaan harus lebih

waspada dan kreatif dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumennya. Salah satu yang menjadi andalan perusahaan dalam meraih

pasar dan menjadi pemimpin dalam industrinya adalah dengan merek, karena

pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen dan

pertempuran produk. Beberapa produk dengan model, features (karakteristik

tambahan dari produk), serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki

kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaaan persepsi dari produk

tersebut di benak konsumen.

Merek juga sangat bernilai karena mampu mempengaruhi pilihan atau

preferensi konsumen. Merek yang dibangun dengan penciptaan struktur

mental yang berhubungan dengan perusahaan pada ingatan konsumen akan

membantu konsumen dalam mengorganisasikan pengetahuannya.

(12)

keputusan pembelian (Simamora, 2002:20). Oleh karena itu, salah satu

indikator dari keberhasilan suatu merek apabila merek tersebut menjadi Top

of Mind, artinya merek yang pertama kali diucapkan atau diingat ketika pertama kali konsumen ditanya tentang katagori produk merek sejenis.

Merek memang bukan sekedar nama, istilah, tanda, ataupun simbol

saja, lebih dari itu, merek merupakan sebuah “janji” perusahaan untuk secara

konsisten memberikan gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen.

Merek pada hakikatnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberi seperangkat atribut, manfaat dan pelayanan (Kotler, 2001:189).

Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan intangible yang

terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan

nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Saat ini merek

sudah menjadi konsep yang komplek dengan sejumlah ratifikasi teknis dan

psikologis (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2001:1).

Aktifitas manusia yang makin berkembang menuntut manusia untuk

tetap fit, segar dan sehat. Apalagi bagi mereka yang memjalani aktivitas yang

sibuk dan menguras energi tubuh. Peluang inilah yang kemudian dibaca oleh

para produsen untuk menciptakan sebuah produk guna memenuhi tuntutan

tersebut. Salah satu jenis produk tersebut adalah minuman serbuk energi.

Minuman serbuk energi dipilih karena menyediakan kepraktisan dan harga

terjangkau bagi konsumen yang membutuhkannya. Banyak produk-produk

minuman serbuk berenergi yang beredar di pasaran, salah satunya adalah

Extra Joss yang diproduksi oleh PT. Bintang Toedjoe. Minuman serbuk

(13)

beredar di pasaran Indonesia. Akan tetapi, dengan semakin banyaknya

jumlah pemain di pasar, meningkat pula ketajaman persaingan di antara

merek-merek minuman serbuk energi di pasar dan hanya produk yang

memiliki brand equity kuatlah yang akan tetap mampu bersaing, merebut,

dan menguasai pasar. Sedemikian pentingnya brand equity sebagai landasan

dalam menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk

sehingga sering kali brand equity memperoleh pengkajian yang mendalam.

Semakin kuat brand equity suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya di

mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya dapat

menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan

perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu,

pengetahuan tentang elemen-elemen brand equity dan pengetahuannya

sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam menyusun

langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat

meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul:

”Analisis Ekuitas Merek pada Minuman Serbuk Energi Extra Joss (Studi Pada Pemain Klub-Klub Sepak Bola Anggota Perserikatan PSM Madiun).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang

(14)

1. Apakah merek Minuman serbuk energi Extra Joss telah menjadi Top of

Mind?

2. Atribut-atribut apa saja yang memiliki asosiasi dengan persepsi konsumen

ysng membentuk brand image terhadap merek Extra Joss?

3. Apakah merek Extra Joss telah dapat menciptakan loyalitas konsumen?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui merek Minuman serbuk energi Extra Joss yang menjadi

Top of Mind.

2. Untuk mengetahui atribut-atribut yang berasosiasi dengan persepsi

konsumen terhadap merek Extra Joss.

3. Untuk mengetahui merek Minuman serbuk energi Extra Joss yang

menciptakan loyalitas konsumen.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh beberapa

kegunaan antara lain untuk :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam

mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan usaha untuk

(15)

2. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan

pengetahuan, khususnya tentang pentingnya ekuitas merek.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

untuk penelitian yang akan datang serta memberikan wacana baru

(16)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

E. Landasan Teori 1. Pengertian Merek

Merek adalah nama dan/atau simbol yang bersifat membedakan

(seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi

barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual

tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa

yang dihasilkan para kompetitor. (Aaker,1997: 9). Sedangkan definisi

merek menurut Webster’s dalam Rangkuti (2004: 10) adalah sebagai

berikut :

To mark with a stencil, as a box, cask, etc, in order to give a description of the contents or the name of the manufacturer. “we may assume for the ease of understanding that “brand” is refers to the particular name, logo, or design a manufacturer uses to identify its products”.

Dalam pengertian tersebut pada intinya merek digunakan untuk

menandai sesuatu dengan tujuan untuk memberikan gambaran dari isi

maupun nama perusahaan, dimana dapat dianggap bahwa merek dapat

mewakili nama, logo, rancangan tertentu suatu perusahaan yang digunakan

untuk mengidentifikasi produknya.

Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya The Power of Brands

(2004:2), merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya seperti:

a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian yang dapat

(17)

b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang

dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain

huruf atau warna khusus. Misalnya: simbol Toyota, gambar tiga

berlian Mitsubishi.

c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau

sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya

untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini

melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan

nama merek (tanda merek).

d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi

oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual

karya tulis, karya musik, atau karya seni.

Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek

terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau

merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol,

karena merek memiliki enam tingkat pengertian (Rangkuti 2004:3-4),

yaitu :

a. Atribut

Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan

agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja

yang terkandung dalam suatu merek. Contoh: Kratindaeng adalah

(18)

dan kandungan vitamin dan suplemen yang berguna bagi tubuh serta

memiliki kesan minuman energi yang eklusive.

b. Manfaat

Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen

tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat

menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional, maupun

emosional. Atribut “sehat” pada produk Yakult dapat diterjemahkan

menjadi manfaat fungsional, yaitu membantu sel darah putih dalam

melawan sel darah merah merah yang merugikan sehingga daya tahan

tubuh meningkat. Manfaat fungsional ini dapat juga diterjemahkan

kedalam manfaat emosional yaitu “Selama mengkonsumsi Yakult,

saya merasa fit dan sehat sepanjang hari“. Selain itu, atribut-atribut

lain juga harus dapat diterjemahkan menjadi manfaat yang dapat

langsung dirasakan oleh konsumen.

c. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek

yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek

yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek

tersebut.

d. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mc Donald mewakili

budaya Amerika Serikat yang masyarakatnya menyukai makanan fast

(19)

e. Kepribadian

Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para

penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek,

kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek

yang ia gunakan.

f. Pemakai

Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut.

Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi

orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya. Misalnya, untuk

menggambarkan orang pintar selalu minum jamu Tolak Angin.

Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar

suatu nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang

sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan

satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut (distinctive values).

Dengan enam tingkat pengertian merek diatas, perusahaan harus

menentukan pada tingkat mana ia akan menanamkan identitas merek.

Mempromosikan atribut merek saja merupakan suatu kesalahan. Pertama,

konsumen tidak begitu tertarik pada atribut merek dibandingkan manfaat

merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah meniru atribut tersebut.

Ketiga, atribut yang sekarang mungkin nanti akan kurang bernilai,

sehingga merugikan merek yang terlalu terikat pada atribut tersebut.

2. Manfaat Merek

Merek merupakan hal yang sangat penting, baik bagi konsumen

(20)

Bila tidak ada merek, konsumen harus mengevaluasi semua produk yang

tidak memiliki merek setiap mereka akan melakukan pembelian. Merek

juga membantu menyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan

kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk tersebut.

Sedangkan dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat

dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan dalam

suatu display. Selain itu, merek dapat dipakai untuk mengurangi

perbandingan harga, karena merek adalah salah satu faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam membandingkan produk-produk sejenis yang

berbeda (Rangkuti 2004:5)

Menurut Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak (2001: 2-3), merek

menjadi penting karena beberapa faktor, yaitu :

a. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji

emosi menjadi konsisten dan stabil

b. Merek mampu menembus tiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat

bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan

budaya. Contoh yang paling fenomenal adalah Coca Cola yang

berhasil menjadi “global Brand”, diterima dimana saja dan kapan saja

diseluruh dunia.

c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen.

Sebagai contoh, keberhasilan Pall Mall dalam menembus perilaku

konsumen mampu menciptakan suatu market niche (ceruk pasar) yang

(21)

e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh

konsumen, dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah

membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain

sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggan, ataupun atribut

lain yang melekat pada merek tersebut.

f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.

Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa Coca Cola yang memiliki

Stock Market Value (SMV) yang besar, ternyata 97% dari SMV tersebut merupakan nilai merek.

3. Pengertian Ekuitas Merek (Brand Equity).

Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik

pada perusahaan maupun pada pelanggan (Aaker, 1997: 22). Sedangkan menurut Hana dan Wozniak dalam Simamora (2002: 46), ekuitas merek

adalah nilai tambah yang diberikan merek suatu merek. Sepanjang nilai tambah ada, maka merek memiliki ekuitas.

Menurut David A Aaker dalam bukunya Managing Brand Equity

(1997: 23), ekuitas merek (brand equity) dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu :

a. Brand awareness (kesadaran merek) : menunjukkan kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

b. Brand association (asosiasi merek) : mencerminkan pencitraan suatu

(22)

kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga,

pesaing, selebritis, dan lain-lain.

c. Percieved quality (persepsi kualitas) : mencerminkan persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/ keunggulan suatu produk

atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

d. Brand loyalty (loyalitas merek) : menunjukkan tingkat keterikatan

konsumen dengan suatu merek produk.

e. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya).

Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal

dengan elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand equity

yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas empat elemen

utama tersebut.

4. Manfaat Ekuitas Merek (Brand Equity)

Menurut Durianto, Sugiarto, Sitinjak dalam bukunya “Strategi

Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek” (2001: 6),

Brand equity merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri di benak konsumennya. Aset yang dikandungnya dapat membantu konsumen

dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait

dengan produk dan merek tersebut. Brand equity dapat mempengaruhi rasa

percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian

berdasarkan atas pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan,

assosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Dalam kenyataannya,

perceived quality dan brand association dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen.

(23)

Disamping memberikan nilai bagi konsumen, brand equity juga

memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk :

a. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program

dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen

lama. Promosi yang dilakukan lebih efektif jika merek sudah terkenal.

Brand equity yang kuat dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.

b. Empat dimensi brand equity, yaitu : brand awareness, perceived

quality, asosiasi-asosiasi, dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan pembelian konsumen, bahkan seandainya brand awareness,

perceived quality, dan asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses pemilihan merek, ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan

atau rangsangan konsumen untuk mencoba merek-merek lain.

c. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam

merespon inovasi yang dilakukan pesaing. Brand loyalty adalah salah

satu kategori brand equity yang dipengaruhi oleh kategori brand equity

lainnya. Kategori-kategori brand equity lainya juga berhubungan satu

sama lain. Perceived quality dapat dipengaruhi oleh brand awareness.

Nama merek dapat memberikan kesan bahwa produk dibuat dengan

baik (perceived quality), diyakinkan oleh asosiasi dan loyalitas

konsumen. (seorang konsumen yang loyal tidak akan menyukai produk

yang kualitasnya rendah).

d. Brand association juga sangat penting sebagai dasar strategi

(24)

e. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan melakukan

promosi besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. Brand equity

yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang lebih

tinggi dengan menerapkan premium price (harga premium), dan

mengurangi ketergantungan pada promosi sehimgga dapat

memperoleh laba yang lebih tinggi.

f. Brand equity yang kuat dapat digunakan dasar sebagai dasar untuk

pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau

menciptakan bidang bisnis baru yang terkait, dimana biayanya akan

lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki brand equity

tersebut.

g. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu

menciptakan loyalitas saluran distribusi. Toko, supermarket, dan

tempat-tempat penjualan lainnya tidak akan ragu-ragu untuk menerima

sebuah produk dengan brand equity yang kuat dan sudah terkenal

untuk dijual ke konsumen. Produk dengan brand equity yang kuat akan

dicari oleh pedagang karena mereka yakin bahwa produk dengan

merek tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka. Dengan

brand equity yang kuat, saluran distribusi dapat berkembang sehingga semakin banyak tempat penjualan yang pada akhirnya akan

memperbesar volume penjualan produk tersebut.

h. Aset-aset brand equity lainnya dapat memberikan keuntungan

kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang

(25)

yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, dan

brand loyalty sudah sangat kuat, secara otomatis aset brand equity lainnya juga akan kuat. Sebagai contoh kesetiaan perantara atau

pemasar (diler, grosir, dll) sangat bergantung pada kekuatan empat

elemen utama dari brand equity. Pada umumnya, mereka tidak ragu

lagi terhadap perusahaan yang memiliki brand equity kuat, sehingga

kepercayaan untuk memasarkan produknya semakin meningkat. Oleh

karenanya penekanan riset brand equity diberikan pada keempat

elemen utama dari brand equity, sedangkan aset brand equity lainnya

akan secara otomatis terimbas oleh kekuatan dari empat elemen utama

tersebut.

5. Elemen-Elemen Utama Ekuitas Merek (Brand Equity)

Menurut David A Aaker dalam Rangkuti (2004: 39), definisi

elemen-elemen utama dalam brand equity adalah sebagai berikut :

“Brand Equity is a set of assets (and liabilities) linked to a brand’s name and symbol that adds to (or subtracts from) the value provided by a product or servis to a firm and or that firm’s customers. The major asset categories are : brand awareness, perceived quality, brand associations, and brand loyalty.”

Dari pengertian diatas, elemen-elemen utama dalam brand equity

ada empat, yaitu :

a. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek sebagai bagian dari kategori produk tertentu (Rangkuti, 2004: 39).

(26)

Dijelaskan lebih lanjut mengenai piramida brand awareness dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi menurut Rangkuti (2004: 40), yaitu : Tingkatan kesadaran merek (brand

awareness) secara berurutan dapat digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut:

Top of mind

Brand recall

Brand recognition Unaware of brand

Gambar II.1

Piramida Kesadaran Merek (Freddy Rangkuti, 2004:40)

Keterangan :

1) Unaware of brand (tidak menyadari merek)

Merupakan tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek,

dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

2) Brand recoqnition (pengenalan merek)

Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat

seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan

pembelian.

3) Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan

(27)

produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa

bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu

dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

4) Top of mind (puncak pikiran)

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan

pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek

yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak

pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari

berbagai merek yang ada di benak konsumen.

Peran brand awareness terhadap brand equity dapat dipahami

dengan membahas bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit empat cara, seperti digambarkan dalam gambar berikut :

Gambar II.2

Nilai-nilai kesadaran merek

(Sumber: Aaker, 1997: 94) Kesadaran merek

Bahan pempertimbangan merek Tanda mengenai substansi

(komitmen) Familiaritas (rasa suka) Jangkar yang menjadi cantelan

(28)

Keterangan:

1) Jangkar yang menjadi cantelan asosiasi-asosiasi lain artinya suatu

merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa

rantai. Rantai menggambarkan asosiasi-asosiasi dari merek tersebut.

2) Familier/rasa suka artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan

rasa terbiasa, terutama untuk produk-produk yang bersifat low

involvement (keterlibatan rendah), seperti : pasta gigi, tissue, sabun mandi, dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan

kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi pendorong dalam

membuat keputusan.

3) Substansi atau komitmen artinya kesadaran akan nama dapat

menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi

suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa

alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang intensif,

jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam

industri, dll. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan

menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian

konsumen.

4) Mempertimbangkan merek artinya langkah pertama dalam suatu

proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok

merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek-merek mana yang akan

(29)

mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam

ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen.

b. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Kesan kualitas didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan (Aaker, 1997:124). Perceived quality mempunyai peranan penting dalam membangun suatu merek, dalam banyak konteks perceived quality sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting pembelian serta merek mana yang akan

dipertimbangkan konsumen yang pada gilirannya akan mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan merek yang akan dibeli

Kesan kualitas memberikan nilai-nilai dalam beberapa bentuk

manfaat/keuntungan, yaitu:

Gambar II.3

Nilai-nilai kesan kualitas

(Sumber:Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2001: 126) Kesan kualitas

Perluasan saluran distribusi Harga Premium

Diferensiasi/posisi

Alasan untuk membeli

(30)

Keterangan:

1) Alasan untuk membeli

Konsumen seringkali tidak termotivasi untuk mendapatkan dan menyaring informasi yang mungkin mengarah pada objektiviasnya mengenai kualitas.

2) Diferensiasi/posisi

Untuk menentukan apakah merek tersebut super premium, premium, bernilai, atau ekonomis.

3) Harga premium

Harga premium bisa meningkatkan laba dan atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut.

4) Minat saluran distribusi

Pos saluran distribusi dimotivasi untuk menyalurkan merek-merek yang diminati oleh konsumen.

5) Perluasan merek

Sebuah merek yang kuat dalam hal persepsi kualitas dapat

dieksploitasi untuk meluaskan diri lebih jauh, dan akan mempunyai

peluang sukses yang lebih besar dibandingkan merek dengan persepsi

kualitas yang lemah.

Menurut David A.Garvin dalam Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak

(2001: 98-99), dimensi kesan kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1) Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama,

misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi,

(31)

2) Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada

produk tersebut. Misalnya, mobil merek tertentu menyediakan

pelayanan kerusakan atau servis 24 jam diseluruh dunia.

3) Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

Misalnya televisi merek tertentu yang menjamin televisinya

mempunyai tabung layar yang awet 100 tahun.

4) Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan dari suatu produk

dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.

5) Karakteristik produk: Bagian-bagian tambahan (features) dari sebuah

produk. Misalnya, WAP, GPRS, polyphonic pada sebuah merek HP.

6) Kesesuaian dengan spesifikai: Merupakan pandangan mengenai

kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7) Hasil: Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam

dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil

akhir” produk yang baik, maka kemungkinan produk tersebut tidak

akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

c. Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Aaker,

1997:160). Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang

menonjol dalam persaingan bila didukung asosiasi yang kuat. Berbagai

(32)

rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling

berhubungan, semakin kuat brand image merek tersebut.

Keuntungan asosiasi merek yang dikemukakan oleh Rangkuti

(2004: 44) ada lima, yaitu:

1) Dapat membantu proses penyusunan informasi, yaitu dapat membantu

memberikan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh konsumen.

2) Perbedaan. Asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi

usaha pembedaan satu merek dengan merek yang lain.

3) Alasan untuk membeli. Asosiasi merek sangat membantu para

konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut

atau tidak.

4) Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat

merangsang perasaan positif yang pada akhirnya juga akan berdampak

positif pada produk yang bersangkutan.

5) Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan

landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa

kesesuaian antara suatu merek dengan sebuah produk baru.

Menurut Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak (2001:70-72),

asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan

berbagai hal berikut :

1) Products attributes (Atribut produk)

Mengasosiasikan atribut atau karakteritik suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan

(33)

asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam suatu alasan pembelian suatu merek.

2) Intangibles attributes (Atribut tak berwujud)

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya kesan kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengihtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

3) Customer’s benefit ( Manfaat bagi pelanggan)

Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Rational benefits (manfaat rasional), yaitu manfaat yang berkaitan erat atribut dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional.

b) Psychological benefits (manfaat psikologis), yaitu manfaat yang dapat berupa konsekuensi ekstrem dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut.

4) Relatif price (harga relatif)

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini, akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

5) Application (penggunaan)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6) User/Customer (pengguna/pelanggan)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

(34)

7) Celebrity/person (orang terkenal/khalayak)

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat

mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal pada merek

tersebut.

8) Life style/personality (gaya hidup/kepribadian)

Asosiasi sebuah merek dengan gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi

para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan

karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9) Product class (Kelas produk)

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.

10) Competitors (Para pesaing)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan

mengungguli pesaing.

11) Country/geographic area (Negara/wilayah geografis)

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki

hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

d. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap

suatu merek (Rangkuti, 2004: 60). Terdapat lima tingkatan loyalitas

(35)

Pembeli yang puas

dengan biaya peralihan pembeli komit menyukai merek menganggap merek sebagai sahabat Gambar II.4

Piramida Loyalitas Merek (Sumber: Aaker, 1997: 57)

Keterangan:

1) Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal/sama sekali tidak tertarik pada merek–merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian merek memainkan peran yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Jenis konsumen seperti ini, suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer, dimana konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian.

2) Tingkat kedua adalah pembeli merasa puas dengan produk yang ia gunakan, atau minimal konsumen tidak kecewa dengan produk tersebut. Dengan kata lain, tidak terdapat dimensi kektidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya.Pembeli/konsumen tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3) Tingkat ketiga adalah orang–orang/konsumen–konsumen yang merasa

puas, namun mereka kepuasan tersebut memerlukan suatu tambahan Berpindah-pindah/peka terhadap perubahan harga tidak ada loyalitas merek

(36)

biaya peralihan (switching cost) sehubungan dengan upayanya untuk

melakukan pergantian ke merek lain.Kelompok ini biasanya disebut

dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan

apabila ia melakukan pergantian ke merek lain. Tipe pembeli seperti

ini disebut dengan satisfied buyer.

4) Tingkat keempat adalah konsumen benar–benar menyukai merek

tersebut. Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu

asosiasi,seperti simbol,rangkaian pengalaman dalam menggunakan

merek tersebut maupun kesan kualitas yang tinggi. Tipe pembeli

seperti ini disebut dengan sahabat merek, sebab terdapat perasaan

emosional dalam menyukai merek (liking the brand).

5) Tingkat teratas adalah para pelanggan atau konsumen yang setia.

Konsumen tipe ini memiliki kebanggaan dalam menemukan atau

menjadi pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi

mereka baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai

siapa mereka sebenarnya (commited buyer).

Loyalitas merek yang dimiliki oleh konsumen yang ada mewakili

suatu aset yang strategis jika dikelola dengan baik, sebab memberikan

manfaat–manfaat sebagai berikut:

a. Dapat mengurangi biaya pemasaran, sebab biaya untuk

mempertahankan konsumen lebih murah jika dibandingkan dengan

biaya untuk mendapatkan pelanggan baru.

b. Dapat meningkatkan perdagangan. Hal ini berkaitan dengan pihak

(37)

tersebut dalam daftar belanjaan mereka, sehingga para pengecer tidak

segan-segan untuk memajang merek tersebut pada rak-rak yang

dimilikinya.

c. Dapat mengikat customer baru melalui penciptakan kesadaran kembali,

maupun meyakinkan kembali.

d. Dapat memberikan kecepatan waktu merespon dari perusahaan dalam

menghadapi pesaing.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

loyalitas merek, antara lain:

a. Menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan,

dapat dilakukan dengan cara memelihara relationship marketing yang

baik dengan para pelanggan.

b. Menjaga kedekatan dengan pelanggan secara berkesinambungan.

Misalnya dengan membentuk suatu keanggotaan (member ship).

c. Menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang mampu menyulitkan

konsumen untuk berpindah merek. Langkah ini digunakan untuk

“mengikat” konsumen agar tidak beralih ke merek pesaing.

d. Memberikan imbalan atas loyalitas pelanggan. Misalnya dengan

memberi hadiah/reward kepada pelanggan.

e. Memberikan pelayanan ekstra kepada pelanggan.

F. Penelitian Terdahulu

Secara umum, penelitian-penelitian tentang ekuitas merek, juga pernah

(38)

1. FX. Heru Sukendro (2002)

Judul: Analisis Faktor-Faktor Ekuitas Merk Berbasis Konsumen Yang

Mempengaruhi Intensitas Pembelian “ Simpati “ dan “ Kartu Halo “.

Variabel independen yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel

kesadaran merek (brand awareness), kualitas persepsi (perceived quality),

loyalitas, dan ukuran perilaku pasar, sedangkan untuk variabel

dependennya adalah intensitas pembelian “Simpati” dan “Halo”. Alat

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan hasilnya

adalah dari semua variabel independennya berpengaruh secara parsial

terhadap intensitas pembelian “Simpati” dan “Halo”, namun variabel

independen yang paling dominan /signifikan adalah variabel kesadaran

merek (brand awareness). Secara keseluruhan, faktor-faktor ekuitas merek

(variabel-variabel independen) tersebut mempengaruhi intensitas

pembelian “Simpati” dan “Halo” sebesar 63%,sedangkan sisanya 37%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain faktor-faktor ekuitas merek

tersebut.

2. Lanny Aditya (2003)

Judul: Analisis Ekuitas Merek Rumah Sakit Islam Surakarta (Studi pada

masyarakat Sukoharjo).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel

kesadaran merek (Brand Awareness), kesan kualitas (Perceived Quality),

asosiasi merek(Brand Association), dan loyalitas merek (Brand Loyalty).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

(39)

brand awareness, RSIS menempati posisi top of mind awareness. Untuk brand association, yang memperkuat brand identity dari RSIS adalah rumah sakit yang nyaman, islami, dan rumah sakit yang lokasinya mudah

dijangkau.Untuk kesan kualitasnya menunjukkan bahwa RSIS memiliki

performance yang lebih rendah daripada importance-nya. Dan untuk brand loyalty, switcher 13,33%, habitual buyer 95,33%, satisfied buyer 99,33%, liking the brand 98,67%, dan comitted buyer 55,33%.

3. Indri Nur Aini (2004)

Judul: Analisis Ekuitas Merek Minyak Goreng Bimoli (studi pada

Masyarakat di Kecamatan Pasar Kliwon)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel

kesadaran merek (Brand Awareness), kesan kualitas (Perceived Quality),

asosiasi merek(Brand Association), dan loyalitas merek (Brand Loyalty).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis kualitatif, yaitu statistik deskriptif. Hasil dari penelitian yaitu

untuk brand awareness minyak goreng Bimoli menempati posisi top of

mind awareness. Untuk brand association, yang memperkuat brand identity dari minyak goreng Bimoli adalah bening warnanya, tebuat dari bahan alami, tidak kering di tenggorokan, mengandung vitamin,

kemasannya higienis, mereknya terkenal, dan mudah mendapatkannya di

toko/warung saat dibutuhkan. Secara keseluruhan kesan kualitas terhadap

merek minyak goreng Bimoli adalah baik dengan perincian untuk kategori

baik 23,15% atau 25 orang dan untuk kategori sangat baik 28,70% atau 31

(40)

orang (21,3 %), ini merupakan responden yang benar-benar sensitif

terhadap harga. Analisis untuk habitual buyer berjumlah 67 orang atau

62,04%. Analisis untuk satisfied buyer berjumlah 86 orang atau 79,63%.

Analisis untuk liking the brand sebesar 97 orang atau 89,81%. Analisis

untuk commited buyer sebesar 42 orang atau 38,89.

Penelitian yang dilakukan saat ini mendasarkan pada penelitian

terdahulu, sehingga akan terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya

adalah variabel yang digunakan, yaitu brand awareness, perceived quality,

brand association, dan brand loyalty. Selain itu metode analisisnya juga sama yaitu analisis kualitatif yang bersifat statistik deskriptif, sedangkan

perbedaannya adalah obyek penelitian berupa produk, bukan jasa, tempat serta

tahun penelitian.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran adalah panduan dasar bagi suatu penelitian

tentang pokok bahasan yang ingin diteliti dan yang ingin dicapai dalam

penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis membuat kerangka

konseptual untuk penyusunan penelitian tentang ekuitas merek yang terdiri

dari empat elemen utama yaitu : kesadaran merek (Brand Awarness), assosiasi

terhadap merek (Brand association), kesan kualitas pada merek (Brand

Perceived Quality) dan loyalitas merek (Brand Loyalty). Kerangka konseptual ini juga diadopsi dari kerangka konseptual dari David A. Aaker dalam

(41)

Gambar II.5 Konsep Brand Equity (Sumber : Aaker, 1997 : 25) Brand Equity Other proprietary Brand assets Brand Loyalty Brand Awareness Brand Association

Memberikan nilai kepada Pelanggan dengan Memperkuat

¨ Interpretasi / proses informasi

¨ Rasa percaya diri dalam pembelian. ¨ Pencapaian kepuasan

dari pelanggan

Memberikan nilai kepada Perusahaan dengan Memperkuat ¨ Efisiensi dan efektivitas program pemasaran ¨ Brand loyalty ¨ Harga/laba ¨ Perluasan merek ¨ Peningkatan perdagangan ¨ Keuntungan kompetitif Perceived Quality

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pemain sepak bola di klub-klub

sepak bola anggota PSM Madiun yang pernah atau sedang mengkonsumsi

Minuman serbuk energi Extra Joss. Metode pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode dengan berdasar pada metode

survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pemain di klub-klub sepak bola

anggota perserikatan PSM Madiun yang pernah atau sedang

mengkonsumsi minuman serbuk energi Extra Joss.

b. Sampel

Menurut Djarwanto dan Pangestu (1996:158) penentuan jumlah

sampel jika populasi tidak terbatas/tidak diketahui, maka sampel dapat

dihitung dengan rumus:

2 E 2 Z 4 1 n ÷÷ ÷ ø ö çç ç è æ = a Keterangan : n = jumlah sampel

(43)

Z = angka yang menunjukkan penyimpangan suatu nilai variabel dari

mean dihitung dalam deviasi standard tertentu.

E = error (kesalahan)

Dari nilai a (Level of Significance) yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu: 0,05. Besarnya kesalahan dalam penggunaan

sampel (kesalahan sampling) diharapkan tidak lebih dari 10%. Dengan

rumus diatas jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

2 0,05 0,10 2 Z 4 1 n ÷ ÷ ÷ ø ö ç ç ç è æ = 2 10 , 0 96 , 1 4 1 ÷ ø ö ç è æ = = 96,04

Jumlah sampel hasil perhitungan di atas adalah 96,04. Agar sampel

dapat mewakili populasi maka jumlah sampel yang digunakan minimal

96,04 orang. Pada penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 100

responden dan jumlah tersebut diperkirakan sudah dapat mewakili

populasi.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan menggunakan

metode convenience sampling, dimana penentuan sampel diambil

secara acak pada pemain bola yang pernah atau sedang mengkonsumsi

minuman serbuk energi Extra Joss di klub-klub sepak bola anggota

(44)

3. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional

a. Pengukuran Variabel

Data variabel ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner

Dalam kuesioner ini dapat diketahui persepsi serta tanggapan

responden mengenai Brand Awareness, Brand Association, Brand

Loyalty, dan Perceived Quality terhadap ekuitas merek minuman serbuk energi Extra Joss.

Menurut Aaker (Rangkuti, 2004: 40), Variabel Brand

Awareness diukur berdasarkan 4 tingkatan Brand Awareness. Tingkatan tersebut adalah Top of Mind, Brand Recall, Brand

Recognition, Unaware of Brand. Pengukuran terhadap Brand Awarness ini dapat diketahui berdasarkan informasi yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner (Brand Awareness) yang

telah diisi oleh responden.

Untuk variabel Brand Association dapat diketahui melalui

item-item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, dimana dalam

pertanyaan-pertanyaan ini, item-item pertanyaan yang diajukan pada

responden berakitan erat dengan Brand Image dari merek ini. Untuk

mengukur Brand Association ini digunakan rumus Cochran Q Test.

Uji ini digunakan untuk data yang bersifat nominal serta untuk

informasi yang bersifat terpisah dua (dikotomi) misalnya

pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya adalah pilihan “ya“ dan “tidak“. Dalam

(45)

pengukuran prosentase hasil jawaban tentang pilihan macam rasa

minuman serbuk energi Extra Joss yang paling disukai responden.

Pada variabel Perceived Quality, responden diminta untuk

menunjukkan kesan kualitas terhadap merek yang telah dipilihnya

sebagai merek yang memiliki ekuitas merek tertinggi diantara

merek-merek yang lain, dengan memberikan penilaian sejauh mana kualitas

yang dimiliki merek tersebut. Dalam pengukuran variabel ini, peneliti

menggunakan 4 alternatif jawaban dalam bentuk skala likert kepada

responden, mengingat penggunaan skala ini digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial dengan pembobotan sebagai berikut:

Skala 1 = sangat tidak setuju

Skala 2 = tidak setuju

Skala 3 = setuju

Skala 4 = sangat setuju

Untuk variabel Brand Loyalty, dapat diukur dengan

menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan pada

item kuesioner 4 (Brand Loyalty) dengan menggunakan skala likert

(skor 1 sampai 4) sesuai dengan pertanyaannya. Pengukuran–

pengukuran tersebut dilakukan dengan cara berikut ini:

1). Pengukuran perilaku

Cara langsung untuk menentukan loyalitas, khususnya

perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (habitual behavior), adalah

(46)

konsumen. Pengukuran yang dapat digunakan adalah tingkat

pembelian ulang (purchase rate), persentase pembelian, dan

jumlah merek yang dibeli. Untuk penelitian ini, pengukuran

perilaku yang digunakan dapat diketahui melalui tingkat pembelian

ulang ( purchase rate).

2). Mengukur biaya atau pengorbanan untuk beralih merek (Switching

cost).

pengukuran terhadap Swiching cost dapat mengindikasikan

loyalitas pelanggan terhadap suatu merek. Pada umumnya jika

biaya untuk berganti merek sangat mahal, pelanggan akan enggan

untuk berganti merek sehingga laju penyusutan dari kelompok

pelanggan akan rendah.

3). Mengukur kepuasan

Pengukuran tingkat kepuasan/ketidakpuasan merupakan

alat yang penting dalam menilai loyalitas konsumen. Kepuasan

konsumen yang rendah mengindikasikan loyalitas yang rendah

pula, yang dapat mengakibatkan pelanggan atau konsumen beralih

ke merek lain. Informasi yang diperoleh juga dikuatkan oleh

analisis Brand Switching Pattern Matrix untuk mengukur

kemungkinan perpindahan ke merek lain (ProT).

4). Merek kesukaan (liking the brand)

Tahap keempat dari pengukuran loyalitas, melibatkan kesukaan terhadap merek tersebut. Kesukaan yang

(47)

menyeluruh/umum dapat diukur melalui cara yang beraneka ragam, misalnya perhatian, rasa bersahabat, maupun kepercayaan. 5). Pengukuran komitmen

Merek–merek yang memiliki kekuatan merek (brand equity) yang tinggi akan memiliki sejumlah besar konsumen yang memiliki komitmen terhadap merek tersebut. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya komitmen ini adalah melalui kesukaan konsumen untuk membicarakan merek tersebut misalnya mengenai alasan pembelian, atau bahkan dapat juga disertai tindakan konsumen untuk merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain.

Pengukuran tersebut di atas, kemudian digunakan untuk mengkategorikan loyalitas konsumen pada 5 kategori tingkat piramida Brand loyalty, yaitu : switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, dan comitted buyer.

Untuk pengklasifikasian responden dapat dianalisis dari tiap-tiap rentang skala, dengan menghilangkan jawaban netral dalam skala Likert maka pengklasifikasian tiap-tiap rentang skala menjadi :

1,00 – 1,75 = Sangat jelek 1,75 – 2,50 = Jelek

2,50 – 3,25 = Baik 3,25 – 4,00 = Sangat baik

Interval rentang skala diatas diperoleh melalui rumus :

kelas jumlah terendah nilai tertinggi nilai Interval=

(48)

75 , 0 4 1 -4 Interval= =

b. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1). Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian

dari suatu kategori produk tertentu. Indikatornya adalah merek

yang pertama kali diingat oleh responden (Top of Mind

Awareness), merek-merek yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang disebut pertama kali (Brand Recall),

merek yang diingat responden setelah diberikan bantuan (Brand

Recognition), dan tidak mengenal sama sekali (Unaware of Brand). 2). Brand Assoiation adalah segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Indikatornya adalah atribut produk, atribut tak berwujud, manfaat

bagi pelanggan, harga relatif, penggunaan, pengguna/pelanggan.

3). Perceived Quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan

dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Indikatornya adalah

kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk,

kesesuaian dengan spesifikasi, hasil.

4). Brand Loyalty merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan

kepada sebuah merek. Indikatornya adalah frekuensi pembelian

konsumen terhadap merek yang bersangkutan (switcher), kepuasan

atau ketidakpuasan konsumen terhadap merek yang bersangkutan,

(49)

yang lain (habiual buyer), kepuasan konsumen yang disertai

adanya biaya peralihan yang mungkin terjadi (satisfied buyer),

pengalaman dalam penggunaan sebelumnya (likes the brand), dan

jumlah interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan produk

tersebut (commited buyer).

c. Definisi Operasional Karakteristik Responden

1). Usia responden

Usia responden saat dilakukan penelitian. Merupakan jumlah

waktu yang dilalui responden selama hidup. Dihitung sejak tahun

kelahiran responden hingga saat penelitian berlangsung.

2) Pekerjaan

Aktivitas yang merupakan mata pencaharian utama atau

memberikan status tertentu selain sebagai seorang pemain sepak

bola diklubnya masing-masing.

3) Nama klub asal

Merupakan nama klub-klub asal anggota perserikatan PSM

Madiun yang menaungi pemain/responden yang bersangkutan

bermain.

4). Uang saku per bulan.

Merupakan jumlah total penghasilan yang diterima responden

setiap bulan, baik dari pekerjaan utama maupun sampingan, atau

dari pemberian pihak lain yang digunakan untuk memenuhi

(50)

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan berupa

kuesioner serta pengamatan langsung. Kuesioner yang digunakan disini,

berisi daftar-daftar pertanyaan yang menggambarkan informasi yang ingin

diketahui dari konsumen/masyarakat, dimana dalam kuesioner ini

digunakan skala Likert. Untuk menghindari kesulitan responden dalam

melakukan penilaian, maka nilai tengah atau netral dihilangkan. Sehingga

skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan skor

1 sampai 4, dimana untuk pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1

2. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

3. Jawaban setuju diberi bobot 3

4. Jawaban sangat setuju diberi bobot 4

Sedangkan untuk pertanyaan mengenai Brand Loyalty juga

menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 4, menyesuaikan dengan

pertanyaannya. Dan yang terakhir, untuk kuesioner pada variabel Brand

Association, dimana pilihan jawabannya adalah “ya“ dan “tidak“ diberikan bobot, untuk jawaban “ya“ adalah 1, dan untuk jawaban “tidak“ diberi

bobot 0.

5. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang secara langsung dapat diperoleh dari hasil

wawancara dengan responden, pada saat menyebarkan kuesioner.

(51)

pengukuran kesadaran merek (Brand Awareness), pengukuran asosiasi

merek (Brand Association), pengukuran kesan kualitas (Perceived

Quality), pengukuran kesetiaan merek (Brand Loyalty). b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari referensi referensi baik berasal

dari majalah, buku, maupun dokumen–dokumen lainnya yang dapat

menunjang penelitian ini, seperti data yang diakses dari situs

www.bintang 7.com tentang: info produk Extra Joss, komposisi bahan Extra Joss, jenis-jenis produk Extra Joss.

6. Metode Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Teknik kuesioner ini dilakukan dengan membagikan daftar pertanyaan

yang harus diisi langsung oleh responden. Kuesioner dilakukan untuk

memperoleh data primer. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan pada

kuesioner dalam penelitian ini mengadopsi pada penelitian terdahulu

Lanny Aditya (2003) yang berjudul “Analisis Ekuitas Merek Rumah

Sakit Islam Surakarta (Studi pada masyarakat Sukoharjo).”

b. Wawancara

Wawancara langsung dilakukan dengan responden agar dapat

mengetahui kondisi responden.

c. Studi pustaka

Studi pustaka/literatur digunakan untuk memperoleh data sekunder,

dengan mencari berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian

(52)

7. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah:

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang tidak menggunakan

pengujian secara statistik dan matematis, tetapi berdasarkan tabulasi

dan pendapat serta pikiran penulis tentang hal-hal yang berhubungan

dengan ekuitas merek. Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan hasil

jawaban yang diperoleh dari responden, kemudian disusun dalam

bentuk tabel.

b. Pengujian Instrumen

1). Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa cermat

suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu

fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran mengenai sasarannya.

Validitas ditunjukkan oleh korelasi yang signifikan antara skor

item pertanyaan dengan skor totalnya, skor total diperoleh dari

penjumlahan skor item. Korelasi antara skor item pertanyaan

dengan skor totalnya harus signifikan, hal ini ditunjukkan oleh

ukuran statistik tertentu yaitu angka korelasi. Angka korelasi yang

diperoleh harus lebih besar dari critical value yang disyaratkan.

(Sugiono, 1999 : 182).

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

( ) ( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

xy y y N x x N y x xy N r S -S S -S S S -S =

(53)

Keterangan:

rxy = korelasi antara skor item pertanyaan dan skor item tiap

responden

N = jumlah sampel

X = jumlah skor item

Y = jumlah skor tiap responden

Dalam uji validitas ini dilakukan uji satu arah, taraf

signifikansi ditentukan 5% dan df = 28 (30-2), sehingga diperoleh r

tabel 0,361. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar dari r

tabel, berarti butir pertanyaan tersebut valid.

2). Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alah pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

alat ukur yang sama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah indeks

yang menunjukkan seberapa jauh sebuah alat ukur dapat

diandalkan.Untuk mengukur reliabilitas alat pengukuran yang

digunakan adalah Teknik Alpha Cronbach (Rangkuti, 2004: 76).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

ú û ù ê ë é ÷÷ ø ö çç è æ S -úû ù êë é = 22 tt σt t σ 1 1 -k k r Keterangan: rtt = Reliabilitasbilitas instrumen

(54)

st2

= variabel total Sst2 = S variabel butir

k = banyaknya butir pertanyaan atau S soal c. Analisa Data

1). Untuk brand awareness, dilakukan analisis deskriptif terhadap

keseluruhan responden.

2). Sebelum mencari nilai brand asociation, dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Ho : Kemungkinan jawaban “ya“ adalah sama untuk semua

variabel (asosiasi).

Ha : Kemungkinan jawaban ”ya“ adalah berbeda untuk semua variabel (asosiasi).

Kemudian menghitung dengan menggunakan rumus Cochran Q Test untuk statistik hitungnya:

Dalam mengukur Brand Association ini terdapat beberapa langkah

yang harus dilakukan, yaitu:

a). Menghitung dengan menggunakan rumus Cochran Q Test (Rangkuti, 2002:47) :

( k -1 ) k S Cj2 – ( S Cj ) 2

S Ri - S Ri2

Dimana,

k = jumlah variabel

Cj = total respon pada j variabel (kolom)

Ri = total respon pada i pengamatan (baris)

(55)

b). Pengujian hipotesis

Ho ditolak bila Q > X2 tabel , dan sebaliknya jika Q < X2 tabel maka Ho diterima. Untuk pengujian hipotesis ini dapat

dilakukan, dengan cara berdasarkan semua jawaban yang masuk, terlebih dahulu dilakukan tabulasi data. Berdasarkan

tabel tersebut, dihitung total baris (Ri) dan total baris pangkat 2

(Ri2). Demikian halnya untuk total kolom (Cj), dan total kolom

pangkat 2 (Cj2). Selanjutnya dengan menggunakan rumus

Cochran Q Test dapat dilakukan pengujian atribut–atribut asosiasi secara bertahap, jika diperoleh nilai Q > X2 tabel (α,v),

dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti untuk dapat

menerima Ho. Tahap selanjutnya akan dilakukan pembanding antara Q dengan X2 lagi, dimana nilai Q akan dihitung lagi

dengan mempertimbangkan kondisi baru tersebut, dimana untuk signifikansi hubungannya misalnya berkurang satu, sehingga derajat bebasnya juga berkurang satu, demikian

seterusnya sampai pengujian menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara asosiasi yang dipilih responden atau Ho diterima yaitu jika Q < X2 tabel (α,v). Jadi

untuk asosiasi terakhir yang tersisa setelah terbukti Ho diterima, merupakan asosiasi-asosiasi yang mendukung brand image merek yang bersangkutan.

3). Untuk perceived quality dilakukan dengan analisis deskriptif menggunakan skala likert (skor 1-4). dalam hal ini responden diminta memberikan penilaian performance dan importance yang

Gambar

Gambar II.2
Gambar II.3
Gambar II.5  Konsep Brand Equity  (Sumber : Aaker, 1997 : 25) Brand Equity  Other  proprietary  Brand assets Brand Loyalty Brand Awareness Brand Association
Gambar IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dilakukan pengiriman request dengan menggunakan FQL (Facebook Query Language) ke Facebook APIs untuk mendapatkan data frekuensi tag yang pernah dilakukan antar mutual

Informan dari Petugas malaria puskesmas (P2,P4,P6,P8,P10,P12,P14,P16,P18, P20,P22 dan P24) menyatakan bahwa semua puskesmas tentang ketersediaan tenaga kesehatan baik dari jumlah

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan label halal terhadap minat beli konsumen pada restoran bersertifikat halal MUI di Daerah

Nilai kekuatan tekan dan kekerasan semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah nanopartikel ZnO yang ditambahkan pada sampel. Sampel A m erupakan sampel s emen gigi s eng

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang di hasilkan. B iaya i ni m eliputi yang be rhubungan de ngan pe rancangan, pelaksanaan, dan

Di habitat karst ditemukan sebanyak 17 spesies dengan total kelimpahan 12.41 individu/ha, di area perkebunan kelapa sawit 12 spesies dengan total kelimpahan 4,29 individu/ha,

Hasil analisis beda 2 mean sampel independen menggunakan penelusuran Post Hoc Test Turkey di atas menunjukkan bahwa uji terhadap variabel ekspresi Caspase 8 antara kelompok

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan interpretasi dan inferensi siswa