• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

B. Analisis Ekuitas Merek

I. Elemen Ekuitas Merek

1. Brand awareness (Tingkat Kesadaran Merek)

Untuk analisis komponen ekuitas merek yang pertama adalah tingkat kesadaran merek (brand awareness) merek produk sosis Kimbo dan Farmhouses. Adapun peran brand awareness dalam keseluruhan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Pengukuran elemen brand awareness ini meliputi top of mind, brand recall, brand recognition, unaware of brand, dan sumber pengetahuan konsumen.

Pada penelitian elemen top of mind, responden akan dibagi menjadi tiga bagian, yakni user Kimbo, user Farmhouse, dan user lainnya. Pembagian responden berdasarkan user ini dilakukan berdasarkan pertanyaan “Merek produk sosis yang paling sering Anda konsumsi?”, yang diajukan secara lisan kepada responden pada saat interview di lapangan. Hasilnya didapatkan bahwa user Kimbo terdapat 100 orang, user Farmhouse sebanyak 37 orang, dan user lainnya sebanyak 63 orang.

Pada tingkat top of mind, posisi tiga besar diisi oleh merek-merek produk sosis yang cukup tersohor yakni, merek produk sosis Kimbo memiliki jumlah responden tertinggi yakni sebanyak 54,00%, kemudian merek produk sosis Sozzis dengan jumlah responden sebanyak 16,00%, dan merek produk sosis Farmhouse dengan jumlah responden sebanyak 13,00%. Peringkat merek produk sosis berdasarkan top of mind dalam benak konsumen dapat dilihat pada Lampiran 9.

Untuk menggali informasi top of mind, dalam kuisioner yang diajukan kepada responden, responden diberikan pertanyaan : “Merek produk sosis apakah yang paling Anda ingat?”. Dengan demikian, jika dilihat pada Lampiran 9, merek produk sosis Kimbo merupakan merek sosis yang paling banyak diingat pertama kali, yakni sebanyak 54,00%, kemudian disusul oleh Sozzis dan Farmhouse, dengan jumlah responden yang mengingatnya masing-masing sebanyak 16,00% dan 13,00%. Sedangkan, dari sisi user, produk sosis merek Kimbo memiliki perolehan nilai yakni, sebesar 85,00% dari user Kimbo, lalu sebanyak 27,03% dari user Farmhouse, serta sebanyak 54,00% dari user lain yang memilih merek Kimbo sebagai top of mind. Produk sosis merek Farmhouse sendiri memiliki perolehan nilai yakni, sebanyak 51,35% dari user Farmhouse, lalu sebanyak 3,00% dari user Kimbo, serta sebanyak 6,35% dari user lain yang memilih merek Farmhouse sebagai top of mind.

Sosis merek Kimbo memiliki jaringan distribusi produk yang cukup luas di daerah Cibubur. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan PT. Madusari Nusaperdana, selaku produsen sosis merek Kimbo, distribusi produknya di Indonesia didukung oleh PT. Foodex Indonesia, yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Mitindo Group bersama dengan PT. Pangan Sehat Sejahtera, serta PT. Madusari Nusaperdana itu sendiri.

Jaringan distribusi yang dimiliki oleh produk sosis merek Kimbo cukup luas di wilayah Cibubur, dari hasil survei yang dilakukan peneliti pada Hypermart cabang Cibubur Junction, Superindo cabang Plasa Cibubur, Alfamart, Indomaret, dan Hero cabang Citra Grand, menyimpulkan bahwa di semua outlet tersebut dapat kita jumpai produk sosis merek Kimbo. Dengan jaringan disribusi yang cukup luas di wilayah Cibubur tersebut, berarti produk sosis merek Kimbo akan mudah diperoleh serta diingat oleh konsumen, hal ini tentunya akan turut mendukung peningkatan kesadaran konsumen terhadap produk sosis merek Kimbo.

Pada tabel top of mind terdapat hasil yang cukup mengejutkan, tingkat awareness produk sosis merek Sozzis yang baru-baru ini memasuki pasar sosis dapat melebihi tingkat awareness produk sosis merek Farmhouse yang telah cukup lama bersaing di pasar sosis Indonesia. Akan tetapi nilai top of mind produk sosis merek Sozzis tidak dapat menyaingi nilai top of mind produk sosis merek Kimbo, padahal produk sosis merek Sozzis kerap gencar untuk melakukan strategi promosi above the line melalui iklan di televisi yang terkenal dengan jingle-nya yakni, “Tinggal Leeep..”. Untuk membangun brand awareness, memang dibutuhkan startegi promosi yang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yenny Andayani, selaku Brand Manager PT. Madusari Nusaperdana, perusahaan yang memproduksi sosis merek Kimbo, pihaknya menerapkan strategi promosi below the line, dalam mempromosikan produk sosis merek Kimbo. Strategi promosi below the line yang dilakukan oleh merek Kimbo adalah, secara langsung memasuki perkumpulan ibu-ibu, yang memang merupakan segmen pasar yang dituju, yakni dengan mengadakan demo masak yang bertujuan untuk memperkenalkan varian rasa baru dari sosis merek Kimbo, atau memperkenalkan bahwa sosis merek Kimbo merupakan sosis serbaguna yang cocok untuk dimasak dengan apa saja. Dengan melakukan startegi promosi melalui perkumpulan ibu-ibu tersebut merek Kimbo dapat membangkitkan “word of moms”, atau cerita ibu dari mulut ke mulut, di dalam buku Winning the Mom Market in Indonesia (2005), diungkapkan bahwa, menurut survei di Inggris menunjukkan bahwa seorang ibu akan merekomendasikan 5 merek kepada ibu-ibu

lainnya dalam sebuah diskusi kelompok yang hanya berlangsung dalam 3 menit. Kemudian rekomendasi tersebut akhirnya diikuti oleh 2 orang ibu lainnya.

Tak heran jika produk sosis merek Sozzis memiliki tingkat awareness dibawah produk merek Kimbo. Melihat konsep promosi melalui iklan yang disajikan oleh produk sosis merek Sozzis, dapat disimpulkan bahwa produk tersebut memperkenalkan bahwa Sozzis adalah makanan camilan saja, dan tidak cocok diolah dengan apa pun, dan terlihat bahwa segmen konsumen yang dituju adalah anak-anak, sedangkan seorang anak bukan seorang decision maker dalam rumah tangga. Oleh karena itu, seorang ibu yang umumnya merupakan decision maker dalam rumah tangga tidak menangkap pesan yang disajikan dalam iklan Sozzis tersebut. Selain itu, memang akan memakan waktu yang cukup lama bagi Sozzis untuk meyakinkan konsumennya bahwa sosis tidak perlu dimasak dan bisa langsung dimakan, sementara masyarakat kita selama ini meyakini bahwa makanan olahan seperti sosis, jika tidak dimasak akan ragu untuk memakannnya.

Pada Lampiran 9, juga terdapat beberapa merek lain yang muncul sebagai top of mind, seperti merek Fiesta dengan jumlah responden sebanyak 4,00%, Vigo dengan jumlah responden sebanyak 5,50%, merek Winners dengan jumlah responden sebanyak 3,50%, merek Vida dengan jumlah responden sebanyak 1,50%, merek Bernardi dengan jumlah responden sebesar 1,00%, dan merek Doux serta Kemchicks dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 0,50%. Sebenarnya merek sosis Vigo merupakan produk sosis yang dihasilkan oleh produsen yang sama dengan merek Kimbo, yaitu PT. Madusari Nusaperdana, sama halnya dengan merek Vida yang dihasilkan oleh PT. San Miguel Pure Food Indonesia, produsen merek sosis Farmhouse. Sementara itu, ada responden yang keliru memasukkan merek So Good ke dalam tabel tersebut, karena merek tersebut bukan merupakan produk sosis, kekeliruan ini terjadi mungkin merek So Good juga merupakan merek makanan olahan.

Terdapat fenomena yang menarik pula pada tabel top of mind, yakni ada beberapa user Kimbo atau Farmhouse, yang memilih merek lain sebagai merek top of mind-nya. Dapat dilihat pada Lampiran 9, bahwa terdapat 15% user Kimbo, 48,65% user Farmhouse, dan 26,98% user merek lain yang memilih merek lainnya sebagai top of mind-nya. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengacu kepada

teori psikologi merek yang dikutip dari buku “The Brand Mindset”, karangan Duane E. Knapp (2000), yang menyatakan bahwa para ahli psikologi menggunakan konsep gestalt yakni, dimana semua aset nyata (fungsional) dan tak nyata (emosional) diintegrasikan ke dalam kesadaran konsumen. Menurut Knapp (2000), konsep gestalt ini menunjukkan bahwa kita menginterpretasikan pengalaman-pengalaman secara holistik, daripada hanya menanggapi unsur-unsur yang berbeda. Oleh karena itu, suatu gambar masih memiliki arti yang penting bagi kita. Kita menyusun penggalan-penggalan data ke dalam unit-unit yang memiliki arti agar dipahami dan dipelajari.

Berdasarkan konsep gestalt diatas, dapat disimpulkan bahwa, meskipun seorang responden merupakan user suatu merek tertentu, dalam hal persepsi bisa saja merek lain yang lebih diingat olehnya. Karena merek yang menjadi top of mind telah mengintegrasikan aset fungsional dan emosional dengan optimal dalam benak user suatu merek tertentu tersebut. Aset emosional yang dikehendaki oleh konsumen itu meliputi, ekspresi sosial, kepuasan, suatu janji, dan suatu garansi (Cheverton, 2004), sedangkan aset fungsional itu meliputi product benefit, sesuai dengan kategori tertentu, memiliki fitur-fitur tertentu (Rangkuti, 2004).

Tingkatan lain yang terdapat dalam brand awareness adalah brand recall(pengingatan kembali terhadap merek). Brand recall merupakan pengingatan kembali terhadap merek dengan unaided recall (tanpa bantuan). Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Menurut Durianto et. al (2004a), brand recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek-merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu.

Untuk menggali informasi tentang brand recall, responden diminta menyebutkan merek produk sosis lain yang mereka ketahui. Hasil perhitungan jumlah brand recall dari responden wilayah Cibubur, dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pada tingkatan brand recall ini, peringkat merek yang paling ideal adalah peringkat yang rendah, karena peringkat yang rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden, dengan catatan merek tersebut telah memiliki nilai yang tinggi pada tingkatan top of mind. Dalam Lampiran 10 dapat dilihat bahwa merek sosis Farmhouse memiliki perolehan nilai tertinggi pada tingkat brand recall, yakni sebanyak 25,00%, sedangkan produk sosis merek Kimbo memiliki perolehan nilai di bawah merek Farmhouse yakni sebanyak 21,25%. Beberapa merek lain yang memiliki nilai yang cukup tinggi untuk diingat kembali oleh konsumen adalah, merek produk Sozzis dengan jumlah responden sebanyak 18,25%, merek produk Fiesta dengan jumlah responden sebanyak 8,50%, merek produk Bernardi dengan jumlah responden sebanyak 6,25%, merek produk Vigo dengan jumlah responden sebanyak 5,00%, merek produk Kemchicks dengan jumlah responden sebanyak 2,50%, dan merek produk Vida dengan jumlah responden sebanyak 3,00%.

Jika dilihat dari sisi user, produk sosis merek Farmhouse dan Sozzis merupakan produk yang banyak diingat kembali oleh user Kimbo, dengan jumlah masing-masing 29,15% dan 27,64%. Hal ini disebabkan karena user Kimbo telah menyebutkan merek Kimbo pada tingkat top of mind, dan ketika mereka diharuskan untuk mengingat kembali merek yang lain, maka produk Farmhouse dan Sozzis yang muncul dalam benak para user Kimbo tersebut. Produk sosis merek Farmhouse juga banyak diingat kembali oleh user lain, yakni sebanyak 23,58%. Sedangkan produk sosis merek Kimbo, banyak diingat kembali oleh user lain dan user Farmhouse, dengan jumlah masing-masing 32,52% oleh user lain, dan 33,33% oleh user Farmhouse. Pada tahap brand recall ini juga terdapat beberapa responden yang keliru menyebutkan merek produk So Good dan Daily Bread, hal ini disebabkan karena keduanya merupakan produk makanan olahan.

Pada tingkat berikutnya terdapat tingkat brand recognition. Brand recognition merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. Pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali dengan aided recall (lewat bantuan). Peringkat yang ideal bagi suatu merek pada tingkat brand recognition ini juga sama dengan brand recall yakni,

peringkat yang rendah, karena peringkat yang rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden, dan responden tidak perlu bantuan untuk mengingat merek tersebut. Bantuan pengenalan yang diberikan pada penelitian ini bagi responden adalah, penyebutan merek Kimbo dan Farmhouse pada kuesioner, lalu ditanyakan apakah responden mengenalinya atau tidak.

Untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai brand recognition ini maka diajukan pertanyaan : Apakah anda mengenal merek sosis Kimbo YA atau TIDAK ; dan merek sosis Farmhouse YA atau TIDAK. Bila responden menjawab YA, tetapi belum mencantumkan merek tersebut pada jawaban pertanyaan sebelumnya (brand recall), maka merek tersebut merupakan brand recognition. Bila responden menjawab TIDAK, maka merek tersebut merupakan Unaware of brand. Hasil perhitungan brand recognition dan unaware of brand dapat dilihat pada Lampiran 11.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel brand recognition, menunjukkan bahwa kesadaran merek sosis Kimbo lebih diingat oleh responden daripada merek sosis Farmhouse, karena jumlah responden yang harus diingatkan kembali lebih sedikit. Dapat dilihat bahwa sebanyak 73,33% perlu diingatkan kembali kesadarannya terhadap merek sosis Farmhouse, sedangkan hanya 26,67% yang perlu diingatkan kembali kesadarannya mengenai merek sosis Kimbo.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel unaware of brand, menunjukkan bahwa tidak ada responden yang tidak mengenal merek sosis Kimbo, sedangkan terdapat 17 orang responden yang tidak mengenal sosis merek Farmhouse. Hal ini mungkin disebabkan karena merek produk sosis Kimbo sudah dikenal sejak tahun 1995, sehingga faktor word of mouth menjadi cukup dominan.

Secara ringkas, hasil akhir dari elemen brand awareness dari merek Kimbo dan Farmhouse dapat dilihat pada Tabel 1. Dimana produk sosis merek Kimbo memimpin pada tingkat top of mind dengan persentase yang cukup jauh, yakni 50,70% dan merek sosis Farmhouse hanya 13,13%, hal ini menunjukkan merek sosis Kimbo merupakan merek sosis yang keberadaannya paling diingat oleh konsumen di wilayah Cibubur. Sedangkan dalam brand recall, brand recognition, dan unaware of brand, sosis merek Farmhouse lebih unggul

dibandingkan merek Kimbo. Hal ini menyatakan bahwa tingkat awareness konsumen di Cibubur terhadap sosis merek Farmhouse masih cukup tinggi, akan tetapi perlu dilakukan peningkatan awareness, karena masih ada responden yang belum mengenali produk sosis dengan merek dagang Farmhouse.

Tabel 1.RingkasanTingkat Brand Awareness di Cibubur. Br a n d Aw a r e n e ss Merek Top Of Mind Brand Recall Brand Recognition Unaware of Brand Total Jumlah 108 85 20 0 213 Kimbo % of total 50.7 39.91 9.39 0.00 100.00 Jumlah 26 100 55 17 198 Farmhouse % of total 13.13 50.51 27.78 8.59 100.00

Penelusuran lebih lanjut mengenai sumber pengetahuan responden terhadap merek sosis Kimbo dan Farmhouse, diperoleh dengan mengajukan pertanyaan “Darimana Anda tahu merek sosis Kimbo dan merek sosis Farmhouse?”. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 12dan Lampiran 13.

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Lampiran 12, ternyata secara umum responden mengetahui merek sosis Kimbo dari toko swalayan atau minimarket (35,29%), dan dari hypermarket atau supermarket (26,47%). Hal ini menunjukkan bahwa produk sosis merek Kimbo memang mudah ditemui di tempat-tempat perbelanjaan, sehingga produk sosis merek Kimbo mudah diperoleh. Sedangkan, dapat dilihat bahwa faktor iklan juga cukup menunjang (14,25%), menurut Ibu Yenny Andayani, brand manager PT. Madusari Nusaperdana, menyatakan bahwa, produk sosis merek Kimbo pernah berpromosi melalui iklan, dengan jingle-nya “Mama Suka, Semua Suka”. Faktor relasi (tetangga, teman, dan yang lain) juga cukup berpengaruh dalam mempromosikan merek Kimbo, dapat dilihat sebanyak 13,12% responden mengetahui dan mengenal produk sosis merek Kimbo ini dari para relasinya. Dapat disimpulkan bahwa memang faktor word of mouth masih cukup mendukung sumber pengetahuan sosis merek Kimbo.

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Lampiran 13, dapat dilihat bahwa secara umum sumber pengetahuan produk sosis merek Farmhouse sama dengan

produk sosis merek Kimbo, yakni berasal dari toko swalayan atau minimarket (41,98%), dan hypermarket atau supermarket (33,53%). Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Cibubur tempat-tempat perbelanjaan menjadi sarana berpromosi yang efektif, jika ingin membangun awareness yang kuat, khususnya untuk produk sosis.

Dapat dilihat juga bahwa sumber pengetahuan dari iklan di televisi (10,20%) dan relasi (5,83%) bagi produk sosis merek Farmhouse, masih cukup mendukung. Iklan masih menjadi senjata ampuh untuk membangun awareness konsumen, karena berdasarkan pernyataan Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group, bahwa konsumen Indonesia memiliki kebiasaan menonton yang melebihi kebiasaan membaca, sehingga iklan di televisi adalah media yang cocok. Sedangkan, untuk faktor relasi, konsumen Indonesia termasuk di Cibubur memiliki aspek socializing yang kuat, sehingga pengenalan suatu produk bisa melalui suatu perkumpulan (misalnya, arisan, pengajian, dll).

2. Brand Association (Asosiasi Merek)

Analisis komponen ekuitas merek yang berikutnya adalah pengukuran asosiasi merek (brand association). Asosiasi merek adalah bagaimana sebuah merek dikenal oleh konsumen. Orang akan cenderung memilih mengonsumsi produk/jasa yang dia kenal baik dan dia tahu kualitasnya. Semakin dalam pemahaman orang mengenai sebuah merek, semakin tinggi kecenderungannya memilih produk/jasa itu. Semua proses ini terjadi di otak manusia, dimana konsumen secara naluri melakukan perbandingan antar beberapa pilihan yang dia kenal. Dalam proses inilah, asosiasi yang melekat pada sebuah merek menjadi penentu pilihan (Majalah SWA Sembada no.15/21 Juli-3 Agustus 2005, hal.66, tahun 2005). Pada pengukuran asosiasi merek ini, responden tidak dibagi-bagi ke dalam kelompok user tertentu. Hal ini untuk melihat asosiasi apa saja yang sudah terbentuk dalam benak para responden, terutama di wilayah Cibubur.

Pada tahap pengukuran asosiasi merek ini, dilibatkan tiga komponen utama jenis asosiasi dari sebuah merek dalam benak responden, yakni asosiasi yang berupa nilai tambah yang didapat konsumen dari sebuah merek (perceived value), tipe kepribadian suatu merek dalam pandangan konsumen (brand

personality), dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan atau organisasi yang menciptakan merek tersebut (organizational association) (Durianto et. al, 2004a). Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, untuk menggali asosiasi dari kedua merek sosis tersebut adalah “Apa yang terlintas di pikiran Anda tentang produk sosis merek Kimbo/Farmhouse ? “.

Pada tahapan ini, terdapat 22 asosiasi yang dikutip dari buku Brand Equity Ten Index karangan Durianto, et. al (2004a), dan akan diuji realibilitas serta validitasnya terlebih dahulu kepada 30 orang responden. Menurut Singarimbun (1995), sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena dengan jumlah minimal 30 orang ini, maka distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistika. Kemudian data yang didapat akan diuji validitasnya dengan menggunakan metode Spearman-Brown, dan uji korelasi product moment, kemudian diuji reliabilitas dengan uji teknik belah dua. Asosiasi-asosiasi yang diuji tersebut adalah :

a. Perceived value :

ƒ Sosis serbaguna (dapat diolah menjadi apa saja).

ƒ Kualitas produk yang diperoleh sesuai dengan harga.

ƒ Rasanya nikmat dan enak.

ƒ Produknya mudah diperoleh.

ƒ Sosis yang bergizi dan aman dikonsumsi.

ƒ Produknya halal.

ƒ Banyak pilihan variasi rasa.

ƒ Aromanya wangi dan rasanya gurih, setelah dimasak.

ƒ Produknya praktis dan cepat saji. b. Brand Personality :

ƒ Makanan yang moderen.

ƒ Produknya disukai oleh keluarga.

ƒ Mereknya sudah terkenal.

ƒ Kemasannya menarik.

ƒ Ingin makan sosis ingat sosis merek Kimbo / Farmhouse.

ƒ Promosinya bagus atau menarik.

ƒ Termasuk merek sosis yang baru. c. Organizational Association :

ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang berkualitas.

ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang inovatif.

ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang sukses.

ƒ Diproduksi oleh perusahaan lokal.

ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang berorientasi pada konsumen.

Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, ternyata terdapat dua asosiasi yang tidak valid dan tidak reliable, yakni asosiasi “Produknya praktis dan cepat saji” serta “Termasuk merek sosis yang baru”. Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 14dan Lampiran 15. Asosiasi “Produknya praktis dan Cepat saji” tidak reliable, hal ini dikarenakan, asosiasi ini tidak dapat membedakan kedua merek sosis ini secara signifikan. Kemudian, untuk asosiasi “Termasuk merek sosis yang baru”, responden pada tingkat rumah tangga menyatakan bahwa kedua merek, baik Kimbo maupun Farmhouse merupakan merek sosis yang telah lama mereka kenal, dan pernah mereka konsumsi.

Hasil perhitungan dari asosiasi merek Kimbo dan Farmhouse, dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada tabel perhitungan asosiasi tersebut sosis merek Kimbo diasosiasikan sebagai produk sosis yang serbaguna serta produknya halal. Sementara untuk sosis merek Farmhouse diasosiasikan sebagai produk sosis yang serbaguna saja. Untuk mengetahui asosiasi mana yang telah menjadi image serta identity merek produk sosis Kimbo dan Farmhouse, dapat dilakukan dengan uji Cochran Test. Hasil dari uji Cochran Test dapat dilihat pada Lampiran 17 dan untuk skemanya dapat dilihat pada Gambar 13dan Gambar 14.

Untuk produk sosis merek Kimbo, dilakukan iterasi perhitungan sebanyak 20 kali, hasilnya didapatkan bahwa sosis merek Kimbo memiliki brand image sebagai produk sosis yang serbaguna dan produknya halal, kemudian brand identity dari sosis merek Kimbo adalah rasanya nikmat dan enak, produknya mudah diperoleh, makanan yang moderen, sosis yang bergizi dan aman untuk

Mereknya Sudah Terkenal

dikonsumsi, dan kualitas yang diperoleh sesuai dengan harga. Sementara untuk sosis merek Farmhouse dilakukan iterasi perhitungan sebanyak 21 kali dan hasilnya, ternyata belum memiliki brand image yang kuat di benak konsumen, akan tetapi Farmhouse telah memiliki brand identity antara lain, produknya serbaguna, produknya halal, dan produknya bergizi serta aman untuk dikonsumsi.

Brand image merupakan persepsi yang telah tertanam kuat didalam benak konsumen saat ini. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image (Durianto et. al, 2004b). Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. Brand identity merupakan persepsi yang ingin ditanamkan di benak konsumen sebagai langkah strategis ke depan. Brand identity ini dapat dilihat dari butir asosiasi yang paling banyak dipilih setelah brand image (Durianto et. al, 2004a).

Keterangan : = Brand image Kimbo.

Dokumen terkait