• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Jenis dan Waktu Aplikasi Elisitor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Jenis dan Waktu Aplikasi Elisitor"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril.)

Menurut Then (2001), klasifikasi kedelai adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Ordo :

Polypetales, Famili : Leguminoseae, Genus : Glycine, Spesies :

Glycine max (L.) Merrill.

Akar kedelai mulai muncul disekitar mesofil. Kemudian akar muncul

kedalam tanah, sedangkan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat

pertumbuhan dari hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan

akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang. Untuk memperluas permukaan

kontaknya dalam menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar.

Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar. Pada akar terdapat

bintil-bintil akar yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang

terbentuk di akar yang dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman

(Irwan, 2006).

Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar

rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan

perkembangan pesat dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut

melengkung sebelum bakteri menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak

apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hardiatmi, 2009).

Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan dibedakan

menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang

(2)

epikotil adalah bagian batang yang berada di atas keping biji. Sistem pertumbuhan

batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan

batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat

terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga

(Prihatman, 2000).

Kedelai dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu

5 - 7 minggu bergantung pada varietas. Bunga kedelai umumnya muncul pada

ketiak tangkai daun. Jumlah bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam,

antara 2 - 25 bunga. Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan

tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar

(Hardiatmi, 2009).

Polong pertama kali muncul sekitar 7 - 10 hari setelah munculnya bunga

pertama. Polong berwarna hijau, panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah

polong terbentuk pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1 - 10 polong

dalam setiap kelompok. Dalam satu polong berisi 1-4 biji. Bentuk biji kedelai

pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih. Polong pertama

kali muncul sekitar 7 - 10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang bulu

bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm (Prihatman, 2000).

Daun kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan

daun bertangkai tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Daun berbentuk

(3)

0,0025 mm. Kepadatan bulu berkisar 3 - 20 buah/mm. Pada varietas Anjasmoro

kepadatan bulu jarang (Hardiatmi, 2009).

Syarat Tumbuh Iklim

Kedelai dapat tumbuh dengan curah hujan yang merata sehingga

kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Pada fase perkecambahan air

merupakan hal terpenting. Kebutuhan air akan bertambah sesuai dengan umur

tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Pada

umumnya kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350 - 450 mm selama masa

pertumbuhan kedelai, dan curah hujan dalam hitungan pertahunnya adalah sekitar

1.500 - 2.500 mm/tahun (Prihatman, 2000).

Tanaman menghendaki suhu tanah yang optimal sekitar 30oC untuk

mendukung proses perkecambahannya. Disamping suhu tanah kedelai

menghendaki suhu lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan bunga

yaitu 25 - 28°C. Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

ketinggian tempat berkisar 20 - 300 m dpl. Umur berbunga tanaman kedelai yang

ditanam pada dataran tinggi mundur 2 - 3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang

ditanam di dataran rendah (Hardiatmi, 2009).

Kedelai termasuk tanaman berhari pendek, artinya kedelai tidak mampu

berbunga jika panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Oleh sebab

itu pada daerah topik yang panjang hari 12 jam kedelai akan mengalami

penurunan produksi karena masa berbunganya menjadi pendek

(4)

Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik jika drainase dan aerase tanah baik,

untuk dapat tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta

kaya akan bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan

menjadi bahan makanan bagi organisme dalam tanah (Irwan, 2006).

Keasaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman

tanah mempengaruhi pada jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman,

kondisi keasaman yang baik adalah 6 - 7 pada kondisi ini semua unsur hara paling

banyak tersedia sehingga penyerapan unsur hara menjadi efektif. Jika pH 5,5 atau

pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga proses

pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat keracunan

alumunium (Kusfebriani, 2010).

Tanah yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk

pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan

perbaikan drainase dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen.

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah Alluvial, Regosol, Gumusol,

Latosol dan Andosol (Kartasapoetra, 1998).

Elisitor

Elisitor merupakan senyawa biologis maupun non biologis yang diinduksi

dan menyebabkan fitoaleksin diproduksi. Metode elisitasi dapat dilakukan dengan

menambahkan elisitor abiotik maupun biotik pada sel tumbuhan dengan tujuan

untuk menginduksi secara simultan fitoaleksin dan metabolit sekunder konstitutif

atau metabolit sekunder lain yang secara normal tidak terakumulasi. Elisitasi juga

(5)

Dalam hal ini, adanya interaksi patogen dengan inang akan menginduksi

pembentukan fitoaleksin pada tumbuhan. Fitoaleksin itu sendiri merupakan

senyawa antibiotik yang mempunyai berat molekul rendah, dan dibentuk sebagai

respons terhadap infeksi mikroba patogen. Senyawa yang merupakan bagian dari

mekanisme tersebut dapat dianalogikan dengan antibodi yang terbentuk sebagai

respons imun (Al-Tawaha et al., 2005).

Elisitor terdiri atas dua kelompok yaitu elisitor abiotik dan biotik

(Al-Tawaha, 2011). Elisitor biotik dikelompokkan dalam elisitor endogen dan

eksogen. Elisitor endogen umumnya berasal dari tumbuhan itu sendiri, seperti

bagian dari dinding sel (oligogalakturonat) yang rusak oleh suatu serangan

patogen melalui aktivitas enzim hidrolisis atau membran plasma yang mengalami

kerusakan karena luka. Sedangkan elisitor eksogen berasal adalah elisitor yang

berasal dari luar tumbuhan atau luar sel, misalnya elisitor yang berasal dari

dinding sel jamur. Elisitor abiotik yang sering digunakan yaitu metil jasmonat dan

asam salisilat, sedangkan elisitor biotik misalnya kitosan (Namdeo, 2007).

Asam salisilat

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

penyakit adalah melalui induksi ketahanan sistemik yang dipicu oleh

pengaplikasian elisitor dengan melibatkan akumulasi senyawa tertentu seperti

asam salisilat. Aplikasi asam salisitat sebagai elisitor potensial untuk

meningkatkan ketahanan tanaman (Hoerussalam et al., 2013). Peran asam salisilat

pada tanaman adalah dalam termogenesis dan sebagai pertahanan terhadap

(6)

Asam salisilat merupakan signal penting dalam ketahanan tanaman,

digunakan sebagai senyawa pengimbas ketahanan tanaman terhadap penyakit layu

Fusarium. Asam salisilat juga dikenal dapat mempengaruhi berbagai fisiologi dan

biokimia tanaman dan mempunyai peran penting dalam mengatur pertumbuhan

serta produktifitasnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan

asam salisilat pada media sebagai komponen seleksi berkorelasi dengan tingkat

ketahanan tanaman (Sulastri, 2014).

Asam salisilat memegang peranan penting dalam ketahanan sistemik

terinduksi. Mekanisme ketahanan tanaman terhadap penyakit dapat berupa

ketahanan secara fisik maupun kimia. Salah satu bentuk ketahanan secara kimia

adalah asam salisilat. Asam salisilat lebih dominan untuk mengatasi serangan

patogen biotrof (patogen yang aktif pada jaringan hidup) dan virus. Mekanisme

ketahanan melalui jalur asam salisilat berhubungan dengan protein-protein yang

terkait dengan patogenesis (Sulastri, 2014).

Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal

berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul

sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 1560C dan densitas pada 250C

sebesar 1,443 g/mL. Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti pada gambar

berikut ini:

(7)

Methyl Jasmonat

Methyl jasmonat adalah senyawa alami yang disintesis oleh tumbuhan

sebagai respon terhadap adanya serangan patogen. Methyl jasmonat berperan

dalam menginisiasi transkripsi gen-gen yang terlibat dalam mekanisme

pertahanan pada tumbuhan. Senyawa ini merupakan senyawa pengatur penting

yang mempengaruhi respon dan signal tumbuhan yang bekerja dalam

penghambatan atau aktivasi suatu hubungan. Hasil akhir dari proses ini adalah

peningkatan produksi senyawa metabolit sekunder terutama senyawa yang terlibat

dalam mekanisme pertahanan pada tumbuhan (Habibah, 2009).

Methyl jasmonat (MeJA) merupakan salah satu contoh elisitor abiotik

yang secara umum terdapat pada tumbuhan sebagai hormon stres yang berperan

dalam sistem pertahanan ketika ada perlukaan atau serangan herbivora. MeJA

diketahui tetap dapat memberikan respon yang sama pada tumbuhan meskipun

diaplikasikan secara eksogen (Kolewe et al., 2008). Mekanisme MeJA dalam menginduksi respon pertahanan pada tumbuhan diawali dengan adanya interaksi

antara elisitor dengan suatu reseptor yang terletak pada membran plasma atau

sitosol sel tumbuhan (Widyastuti, 2015).

Jasmonat (Metil jasmonat (MeJA) dan turunannya merupakan regulator

seluler yang terlibat pada berbagai macam proses perkembangan tanaman. Selain

itu jasmonat berperan dalam pertahanan tanaman terhadap serangga, patogen yang

berkaitan dengan biosintesis fitoaleksin dalam respon terhadap patogen dan

elisitor terhadap serangga, dan stress lingkungan seperti kekeringan, suhu rendah,

dan salinitas. Jasmonat juga dapat meningkatkan ekspresi gen yang terlibat dalam

(8)

Methyl jasmonat memiliki rumus kimia : C13H2O3 dengan berat molekul 224.2961

g/mol. Rumus bangun methyl jasmonat:

(Widyastuti, 2015).

Kitosan

Kitosan yang terjadi secara alamiah merupakan senyawa yang memiliki

potensi di bidang pertanian berkaitan dengan pengendalian penyakit tanaman.

Molekul-molekul ini ditunjukkan untuk menampilkan toksisitas dan menghambat

pertumbuhan jamur dan pembangunan. Hal tersebut ternyata aktif terhadap virus,

bakteri dan hama lainnya. Fragmen dari kitin dan kitosan diketahui telah

memunculkan kegiatan yang mengarah ke berbagai respon pertahanan tanaman

inang dalam menanggapi infeksi mikroba (Zyrex, 2012).

Kitosan yang diperoleh dengan deasetilasi kitin, mendorong pertumbuhan

tanaman dan akar, dan mempercepat waktu berbunga, hasil buah, dan bobot buah

serta meningkatkan jumlah bunga pada buah anggur (Ohta et al. 2004). Kitosan merupakan bahan kimia, yang secara konsisten meningkatkan hasil panen. Pada

tanaman, kitosan menyebabkan akumulasi pytoelexin yang menghasilkan respon antifungi dan meningkatkan perlindungan dari infeksi yang lebih jauh. Kitosan

dapat meningkatkan sinyal untuk sintesis hormon tanaman seperti giberelin.

Selain itu kitosan juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

dengan memberikan sinyal biosintesis auksin melalui jalur independen triptofan

(9)

Kitosan terbukti menghambat penyebaran sistemik virus dan viroid

seluruh tanaman dan untuk meningkatkan respon hipersensitif host terhadap

infeksi. Kitosan menghambat pertumbuhan berbagai bakteri pada tanaman, yang

terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan Escherichia coli terutama di media asam. Secara umum kitosan diterapkan pada tingkat 1 mg /mL, mampu mengurangi pertumbuhan vitro sejumlah jamur dan Oomycetes.

Substratum perubahan dengan kitosan diketahui untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman dan menekan beberapa patogen tular tanah terkenal

(Zyrex, 2012). Hirano et al (2000) juga meyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil biji kedelai sebesar 20% dengan perlakuan kitosan 1 mg mm-1.

Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari

deasetilasi kitin. Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organism.

(Haryadi, 2011).

Waktu Aplikasi

Akumulasi senyawa isoflavon kedelai tergantung dari kultivarnya dan

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan selama fase pengisian biji. Pertumbuhan dan

perkembangan kedelai umumnya dibagi kepada 6 fase vegetatif (V1-V6) dan 8

(10)

R4 fase pembentukan polong dan perkembangan biji berlangsung pada fase

R5-R8 (Lee et al., 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akhir pembentukan komposisi

biji termasuk isoflavon sangat dipengaruhi stres lingkungan pada fase R3 - R7.

Perkembangan biji pada R5 dikarakterisasi dengan cepatnya peningkatan bobot

biji dan kelangsungan akumulasi nutrisi hingga R6. Pada fase R6 terjadi pengisian

polong tetapi masih belum matang. Pada fase R7 kulit biji mulai mengalami

perubahan warna dari hijau ke kuning tergantung dari kultivarnya. Pada poin ini,

terjadi akumulasi berat kering dan biji mengalami matang fisologis. Akumulasi

isoflavon pada biji kedelai berlangsung selama fase akhir pematangan biji, dimana

fase tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air (Fehr et al., 1971).

Semua elisitor menyebabkan peningkatan konsentrasi isoflavon dari

kedelai jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan elisitor). Perlakuan

kedelai dengan elisitor melalui aplikasi daun dilakukan pada berbagai tahap

perkembangan tanaman kedelai. Dari empat elisitor dan masing-masing

diterapkan pada dua tahap perkembangan yang berbeda vegetatif awal (ketika

tanaman memiliki 3 trifoliate daun (V4) dan podding awal (R3)). Aplikasi daun dengan elisitor dibuat menggunakan botol semprot genggam dengan volume 4 ml

diterapkan per tanaman. Konsentrasi total isoflavon tertinggi terdapat pada tahap

R3 yang mengalami peningkatan 70% dibandingkan dengan kontrol (tanpa

perlakuan elisitor) (Al-Tawaha, 2006).

Perlakuan elisitor menyebabkan peningkatan hasil biji dibandingkan

dengan tanaman tanpa perlakuan (kontrol). Hasil biji terbesar berdasarkan aplikasi

(11)

25% lebih besar dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan (kontrol)

(Al-Tawaha dan Ababneh, 2012).

Tabel. fase pertumbuhan tanaman kedelai

Singkatan Stadia Tingkatan stadia Keterangan

VE Stadia pemunculan Kotiledon muncul ke permukaan

VC Stadia kotiledon Daun unfoliolat berkembang, tepi daun tidak menyentuh tanah

V1 Stadia buku pertama Daun terbuka penuh pada buku unfoliolat.

V2 Stadia buku kedua Daun trifoliolat terbuka penuh pada buku kedua di atas buku unfoliolat.

V3 Stadia buku ketiga Pada buku ketiga batang utama terdapat daun yang terbuka penuh

Vn Stadia buku ke-n Pada buku ke-n batang utama telah. terdapat daun yang terbuka penuh.

R1 Mulai Berbunga Munculnya bunga pertama

pada buku mana pun pada batang utama.

R2 Berbunga penuh Bunga terbuka penuh pada satu atau dua buku paling atas pada batang utama dengan daun yang telah terbuka penuh.

R3 Mulai berpolong Polong telah terbentuk dengan panjang 0,5 cm pada salah satu buku batang utama. R4 Berpolong penuh Polong telah mencapai

panjang 2 cm di salah satu buku teratas pada batang utama.

R5 Mulai Berbiji Ukuran biji dalam polong mencapai 3 mm pada salah satu buku batang utama. R6 Berbiji penuh Setiap polong pada batang

(12)

R7 Mulai masak Salah satu warna polong pada batang utama telah berubah menjadi cokelat kekuningan atau warna masak.

R8 Masak penuh 95 % jumlah polong telah

mencapai warna polong masak

Gambar

Tabel. fase pertumbuhan tanaman kedelai

Referensi

Dokumen terkait

The Use of Corse Review Horay To Increase Students’ Writing Ability in Simple Present Tense (A Classroom Action Research at the Eleventh Grade Students of SMK

Mercy Corp bekerjasama dengan team yang dikoordinir oleh Perhim- punan Meteorologi Pertanian (Perhimpi) cabang Lampung melalui Proyek API Perubahan (2011-2013) telah melakukan

Memasukan Data Fuzzy ( FIS Editor ) Dalam menyelesaiakan metode analisis ini terlebih dahulu kita perlu memasukkan beberapa data yang akan kita gunakan, kita memiliki 2 input dan

log akhir dan fase kematian bakteri Bacillus megaterium , maka dibuat pola pertumbuhan dari data jumlah sel pada media molase serta media NB (kontrol) yang.. diukur

Gangguan kedip tegangan definisikan sebagai fenomena penurunan amplitudo tegangan (∆V) terhadap harga nominalnya selama interval waktu t (0,5 – 30 cycles ), akibat

Pihak kedua akan melakukan super visi yang diperlukan sert a akan melakukan evaluasi t er hadap capaian kinerja dar i perjanjian ini dan mengambil t indakan yang diper

Peraturan Daerah No 6 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah No 9 Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerj a I nspektorat, Badan Perencanaan

[r]