• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT KEMENYAN TERHADAP

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

(Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang

Hasundutan)

SKRIPSI

Oleh :

HARMOKO SINAGA

051201028/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Harmoko Sinaga. Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan

Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten

Humbang Hasundutan). Di bawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH

SRI HARTINI.

Luasan lahan hutan kemenyan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajul

berpotensi besar untuk dikelola demi peningkatan pendapatan rumah tangga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan,

mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap pendapatan

masyarakat dan untuk mengetahui distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung,

Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan dengan metode

simple

random sampling

dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan pola budidaya kemenyan masih bersifat

tradisional atau sederhana dengan pola kombinasi antara tanaman kemenyan dan

pohon alam. Nilai ekonomi kemenyan untuk kualitas 1 adalah Rp.

3.918.820/kg/ha/tahun dan Rp. 960.190/kg/haa/tahun untuk kualitas 2.

Pemanfaatan kemenyan merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap

pendapatan rumah tangga sebesar 59,88 % dengan pendapatan Rp.

8.343.750/Kepala Keluarga/tahun. Distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan

yang paling besar untuk pendidikan.

(3)

ABSTRAC

Harmoko Sinaga. Contribution of Incense Community Forest to Household

Income (Case Study in Hutajulu Village, Pollung Subdistric, Humbang

Hasundutan Distric). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI

HARTINI.

Incense forest land area owned by the Hutajulu Villages community is

great potential to be managed for household incomes increase. This research is

aim to know cultivate patterns of frankincense, knowing the type and value of

economic benefits community forest for income and to know incomes distribution

from incenses cultivate which ised by community in Hutajulu Village, Pollung

Subdistric, Humbang Hasundutan Distric. This research done by simple random

sampling method and using descriptive analysis.

The results of research showed the incenses cultivation pattern was still

traditional or simple cultivation with combination pattern between frankincense

with natural trees. Incenses economic value for first quality is Rp.

3.918.820/kg/ha/year and Rp. 960.190/kg/ha/tahun for second quality. Incenses

exploiting is the main income with contributingto the household income is 59,88%

with income Rp. 8.343.750/Family Leader/year. The biggest distribution incomes

from incense cultivation is for education.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 25

Februari 1987 dari ayah Pdt. JM. Sinaga dan ibu S. Simbolon. Penulis merupakan

anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SDN 175833 Pardomuan 1 dan lulus

tahun 1999 kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pangururan dan lulus

tahun 2002, pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1

Pangururan. Pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Manajemen

Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan rumah tangga (studi

kasus Desa Hutajulu Kec. Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan) sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

Agus Purwoko, S.Hut, MSi dan Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai

masukan berharga kepada penulis. Penulis juga menghaturkan pernyataan

terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Pdt. JM. Sinaga dan

S. Simbolon yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik selama ini.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh

pihak yang mendukung penyelesaian skripsi ini seperti masyarakat Desa Hutajulu,

Kepala Desa Hutajulu serta rekan-rekan seangkatan atas semangatnya dan

bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ...

iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Rakyat ... 5

Kemenyan (

Styrax sp

) ... 7

METODOLOGI PRAKTIK

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Alat dan Bahan ... 12

Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

Pengumpulan Data ... 13

Metode Pengolahan Data ... 14

Pola budidaya tanaman kemenyan ... 14

Jenis dan nilai manfaat ekonomi budidaya kemenyan ... 14

Kontribusi kemenyan terhadap pendapatan... 15

Distribusi pendapatan hasil pemanfaatan budidaya kemenyan ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Hutajulu ... 16

Pola Budidaya Tanaman Kemenyan ... 19

Persiapan lahan ... 20

Penanaman ... 21

Pemeliharaan... 22

Pemanenan ... 22

Pemasaran ... 25

Jenis dan Nilai Manfaat Ekonomi Budidaya Kemenyan ... 31

Kontribusi Kemenyan Terhadap Pendapatan ... 32

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 40

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

No

Hal

1.

Sarana dan prasarana Desa Hutajulu ...

18

2.

Jumlah pelajar dan sekolah...

18

3.

Tingkat pendidikan responden...

19

4.

Kualitas mutu ditingkat agen mutu ...

27

5.

Persentase pendapatan dari hutan kemenyan dan selain hutan

kemenyan ...

33

6.

Hubungan luas lahan dengan pendapatan responden...

36

(9)

DAFTAR GAMBAR

No

Hal

1.

Kawasan hutan kemenyan di Desa Hutajulu ...

19

2.

a) Pisau takik; b) pisau penggaruk; c) pisau panen ...

23

3.

a) Kegiatan “manggur is”; b) tali alat bantu memanjat ...

24

4.

a) Mata besar; b) super; c) kacangan; d) jagung; e) beras; f) pasir;

e) tepung ...

26

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal

1

Bentuk kuisioner penelitian ...

44

2

Data identitas responden Desa Hutajulu ...

48

3

Pendapatan rumah tangga Desa Hutajulu ...

49

4

Jumlah produksi dan harga satuan kemenyan ...

51

(11)

ABSTRAK

Harmoko Sinaga. Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan

Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten

Humbang Hasundutan). Di bawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH

SRI HARTINI.

Luasan lahan hutan kemenyan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajul

berpotensi besar untuk dikelola demi peningkatan pendapatan rumah tangga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan,

mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap pendapatan

masyarakat dan untuk mengetahui distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung,

Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan dengan metode

simple

random sampling

dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan pola budidaya kemenyan masih bersifat

tradisional atau sederhana dengan pola kombinasi antara tanaman kemenyan dan

pohon alam. Nilai ekonomi kemenyan untuk kualitas 1 adalah Rp.

3.918.820/kg/ha/tahun dan Rp. 960.190/kg/haa/tahun untuk kualitas 2.

Pemanfaatan kemenyan merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap

pendapatan rumah tangga sebesar 59,88 % dengan pendapatan Rp.

8.343.750/Kepala Keluarga/tahun. Distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan

yang paling besar untuk pendidikan.

(12)

ABSTRAC

Harmoko Sinaga. Contribution of Incense Community Forest to Household

Income (Case Study in Hutajulu Village, Pollung Subdistric, Humbang

Hasundutan Distric). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI

HARTINI.

Incense forest land area owned by the Hutajulu Villages community is

great potential to be managed for household incomes increase. This research is

aim to know cultivate patterns of frankincense, knowing the type and value of

economic benefits community forest for income and to know incomes distribution

from incenses cultivate which ised by community in Hutajulu Village, Pollung

Subdistric, Humbang Hasundutan Distric. This research done by simple random

sampling method and using descriptive analysis.

The results of research showed the incenses cultivation pattern was still

traditional or simple cultivation with combination pattern between frankincense

with natural trees. Incenses economic value for first quality is Rp.

3.918.820/kg/ha/year and Rp. 960.190/kg/ha/tahun for second quality. Incenses

exploiting is the main income with contributingto the household income is 59,88%

with income Rp. 8.343.750/Family Leader/year. The biggest distribution incomes

from incense cultivation is for education.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu bagian dari

pembangunan bidang ekonomi bangsa haruslah mampu memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya

masyarakat desa sekitar hutan, sekaligus tetap menjaga kelestarian sumberdaya

alam dan kelangsungan fungsi serta mutu lingkungan hidup. Keberadaan hutan

rakyat merupakan salah satu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

sekaligus tetap menjaga kelestarian hutan tersebut.

Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada di Indonesia

yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang

dimiliki oleh rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa

juga terjadi adakalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis.

Jadi hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat, dengan

jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya atau

oleh suatu badan usaha (Awang

et al

. 2001).

(14)

keseluruhan dari tiga kabupaten yaitu Dairi, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara

lebih kurang 22.793 ha. Dengan penyebaran terluas terdapat di Tapanuli Utara

dengan luas tanaman lebih kurang 17.299 ha yang didominasi oleh jenis

Styrax

sumatrana

. Getah kemenyan merupakan komoditi khas Sumatera Utara

(Sasmuko, 1998).

Pengembangan hutan rakyat kemenyan di Humbang Hasundutan

seharusnya merupakan salah satu upaya yang harus ditingkatkan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, karena keberadaan hutan

rakyat ini mempunyai arti penting bagi peningkatan keadaaan sosial ekonomi

masyarakat dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan

masyarakat. Berdasarkan penelitian Panusunan (2005), di salah satu desa yang

memanfaatkan hutan rakyat kemenyan, yaitu Desa Simasom Kecamatan Parlilitan

Kabupaten Tapanuli Utara, hutan rakyat kemenyan memberikan peranan penting,

yaitu sebesar 78,59 % dalam pendapatan rumah tangga.

(15)

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1.

Bagaimana pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di Desa Hutajulu?

2.

Apa saja jenis dan nilai manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari

budidaya kemenyan?

3.

Sejauhmana kontribusi pemanfaatan tanaman kemenyan terhadap pendapatan

rumah tangga masyarakat di Desa Hutajulu?

4.

Sejauhmana distribusi pendapatan dari budidaya kemenyan dimanfaatkan oleh

masyarakat?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di

Desa Hutajulu

2.

Untuk mengetahui jenis dan nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari

budidaya kemenyan

3.

Untuk mengetahui besar kontribusi hutan rakyat kemenyan terhadap

pendapatan masyarakat di Desa Hutajulu

(16)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Sebagai informasi bagi masyarakat yang terdapat di Desa Hutajulu untuk

bahan pertimbangan dalam usaha tani yang harus dikembangkan

2.

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari para pembaca tentang

kontribusi budidaya kemenyan terhadap pendapatan rumah tangga

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan

negara yang bertumbuhan pohon-pohonan, sedemikian rupa sehingga secara

keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya,

yang pemilikan lahannya berada pada rakyat (Dirjen RRL, 1995

dalam

Affandi,

1998). Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh

organisasi masyarakat baik pada lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat

tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu,

satwa, buah-buahan, satuan budi daya semusim, peternakan, barang dan jasa, serta

rekreasi alam (Awang

et al

. 2001).

Hutan rakyat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a.

Hutan rakyat tradisional, yaitu hutan rakyat yang saat sekarang telah ada

dan diusahakan oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah

serta pengelolaannya kurang intensif

b.

Hutan rakyat inpres, yaitu hutan rakyat yang dikembangkan melalui

program bantuan penghijauan berdasarkan Inpres Nomor 8 Tahun

1980/1981 dan Inpres Nomor 7 tahun 1981/1982 (Arif, 2001).

(18)

Kehutanan seluruh Indonesia waktu itu mengintruksikan agar masyarakat

menanam pohon sengon (Djajapertjunda, 2001).

Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan amanat GBHN sub bidang

ekonomi kehutanan. Di dalamnya disebutkan pembangunan kehutanan diarahkan

untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan

tetap menjaga kelestarian sumber daya alam fungsi lingkungan hidup. Selanjutnya

disebutkan bahwa pengembangan produksi kayu dan non kayu diselenggarakan

salah satunya dengan peningkatan pengusahaan hutan rakyat (Didik

et all

, 2000).

Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan, yang ada di Indonesia

yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang tidak

berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan yang dimiliki oleh

rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa juga terjadi

secara alami, tetapi proses hutan rakyat terjadi adakalanya berawal dari upaya

untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis. Sehingga tujuan dari pembangunan hutan

rakyat adalah :

a.

Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara

optimal dan lestari

b.

Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat

c.

Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku

industri serta kayu bakar

d.

Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan sekaligus

meningkatkan kesejahteraannya

(19)

Kemenyan (

Styrax sp

)

Kemenyan atau

gum benzoin

di dalam perdagangan biasa disebut sebagai

“sumatra benzoin”. Kemenyan merupakan “balsamic resin” yang diperoleh dari

hasil pelunakan batang pohon

Styrax benzoin

Dryand atau

Styrax paralleloneurus

Perkins, sedangkan yang dihasilkan dari

Styrax tonkinensis

(Pierre) atau

kemungkinan juga dari jenis-jenis lain dikenal dengan nama “siam benzoin”.

Styrax berasal dari bahasa Yunani kuno “storax” yaitu nama yang digunakan

untuk gum/getah yang berbau harum atau juga untuk pohon yang

menghasilkannya. Sedangkan “benzoin” berasal dari bahasa Arab, yaitu “ben”

yang berarti harum dan “zoa” berarti getah jadi benzoin adalah getah yang berbau

harum (Clause (1961)

dalam

Widiyastuti

et all

, 1995).

Secara umum, kemenyan tersebar di belahan bumi utara, khususnya di

Asia Timur (tidak terdapat di Australia dan Pasifik Sentral). Pulau Sumatera

merupakan pusat penyebaran kemenyan yang terluas. Khusus daerah penyabaran

kemenyan durame (

Sytrax benzoin

Dryand), terdapat di Sumatera, Semenanjung

Malaya dan Jawa Barat (Steenis, 1954). Menurut Heyne (1987) di Sumatera

kemenyan tersebar di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Jayusman

et al

(1999) melaporkan bahwa daerah Tapanuli memiliki luas kebun kemenyan seluas

22.670 Ha dengan produksi total 4. 247 ton/ha/tahun.

(20)

berpasir maupun lempung rendah, di hutan alam, tapi secara umum kemenyan

menghendaki tanah yang memiliki kesuburan yang baik (Pangaribuan, 2004).

Ciri khas kemenyan toba (

Sytrax sumatrana

) adalah kandungan atau kadar

asam sinamatanya cukup tinggi. Jelas bahwa jenis dapat menghasilkan getah

kualitas pertama dengan ciri-ciri memiliki aroma yang lebih wangi, berwarna

putih dan tidak lengket. Sedangkan cirri khas kemenyan durame (Sytarx benzoin)

bahwa jenis ini dapat mengahsilkan getah kemneyan seperti tahir yang memiliki

kulitas getah lebih rendah dengan ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan agak

lengket (Jayusman

et all

, 1999).

Untuk Indonesia terdapat 7 jenis

Styrax

yang menghasilkan getah

kemenyan, tetapi hanya dua jenis yang diusahakan di Sumatera Utara, yakni

Styrax benzoin

Dryand dan

Styrax parllelonorous

Perkin. Kedua jenis tersebut

termasuk ke dalam family Styracaceae dari tanaman berbiji dua (Dicotil).

Kemenyan (

Styrax

spp.) termasuk jenis pohon berukuran besar, yaitu dari family

Styracaceae. Adapun urutan sistematika kemenyan adalah sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Superdivision

: Spermatophyta

Divison

: Angiospermae

Class

: Dikotil

Ordo

: Styracales

Family

: Styracaceae

Genus

:

Styrax

(21)

Tanda-tanda umum dari tanaman kemenyan tersebut ialah: berdaun

tunggal tersusun secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan,

pinggiran daun merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet

tetapi lebih kuat batang tanaman kemenyan. Berbunga selalu teratur yakni sekali

dalam setahun, berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing5

buah, benang sari 10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jari kaki.

Antara

Styrax parllelonorous

dan

Styrax benzoin

dapat dibedakan sebagai

berikut : Tanda-tanda

Styrax parllelonorous

Perkin (Kemenyan Toba = Hamnjon

Toba) ialah :

a.

Berbiji bulat lonjong sebesar ibu jari kaki

b.

Daunnya lebih besar dari daun

Styrax benzoin,

daunnya berwarna hijau tua

c.

Tinggi tanaman dapt mencapai 40 meter

d.

Cabang tumbuh menjulang ke atas membentuk sudut ± 60

o

dengan batang

tanaman

e.

Tumbuh pada tempat yang tingginya 600-2000 mdpl.

Styrax benzoin

Dryand, juga disebut Haminjon Dairi atau Haminjon

Durame. Tanda-tandanya antara lain :

a.

Berbiji agak bulat/bulat gepeng

b.

Tinggi tanaman dapat mencapai 30 meter

c.

Daun sebelah bawah tertutup dengan buluh yang berbentuk bintang

d.

Cabangnya tumbuh mendatar (Sianturi

et al

, 1971).

(22)

upacara-upacara keagamaan dan dipakai pada upacara adat atau sesajian serta

ramuan rokok. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan

tincture

dan

benzoin resin yang digunakan sebagai

fix active agent

dalam industri parfum.

Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang

diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl

benzoate, sodium benzoate, benzo phenone, ester aromatis, dan sebagainya

(Jayusman

et all

, 1999).

Sumatera benzoin atau kemenyan telah dikenal sejak abad ke-14, tetapi

benzoin siam baru dikenal pada tahun 1905. Pemakaian siam benzoin hamper

seluruhnya sebagai bahan utama pembuatan parfum, sedangkan sumatera benzoin

digunakan dalam bidang farmasi atau obat-obatan (Clause (1961)

dalam

Widiyastuti

et all

, 1995).

Di Jawa pada khususnya dan hampir di seluruh Indonesia, kemenyan

biasanya dipakai sebagai bahan dupa pada penyelenggaraan upacara-upacara

yulan, yang tanpa tujuan atau kesukaan akan baunya. Kemenyan juga digunakan

dalam ramuan rokok supaya aroma wangi dikenal sebagai rokok menyan.

Di Sumatera, kemenyan biasa dibuat sebagai candi menyan serta minyak

kemenyan (Widiyastuti

et al

, 1995).

(23)

subur maka tahun kedua dapat ditanami padi kembali, namun bila tanahnya dirasa

kurang subur maka tidak ditanami. Jika tanaman kemenyan sudah siap untuk

diambil getahnya (kurang lebih umur 5 tahun), maka petani mendirikan gubug

sementara di lahannya masing-masing. Panen dimulai pertama dengan

membersihkan kebunnya dari semak-semak sehingga mudan untuk memanennya,

kegiatan ini disebut “martomabak, marhaminjon atau mandigi” dan petani

membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk dapat memperoleh hasil sadapan

yang kemudian dijual ke Tarutung atau ke pedagang kemenyan kota Medan.

(24)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung

Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara, selama dua bulan

dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2009. Dengan pertimbangan

Desa Hutajulu memiliki hutan rakyat kemenyan yang merupakan jenis tanaman

lokal Propinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah kamera

untuk dokumentasi, kalkulator, alat tulis menulis dan kuisioner sebagai daftar

pertanyaan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Hutalu yang memiliki tanaman budidaya kemenyan sebagai

objek penelitian ini dan tanaman kemenyan sebagai objek penelitian.

Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Kepala

Keluarga (KK) yang ada di Desa Hutajulu yang memiliki lahan tanaman

kemenyan sebagai sumber pendapatan rumah tangga masyarakat. Sedangkan

untuk sampel dalam penelitian adalah adalah sebagai berikut:

Apabila jumlah penduduk

≤ 100 kepala keluarga, maka diambil seluruh

responden.

Apabila responden > 100 kepala keluarga, maka diambil 10-15 % dari

(25)

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara

Simple Random

Sampling

(Sampling Random Sederhana). Ciri utama sampling ini adalah setiap

unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.

Caranya adalah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel, bilangan random,

atau komputer. Keuntungannya ialah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh.

Pengumpulan Data

Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Data Primer, merupakan data hasil pengamatan secara langsung di lokasi

penelitian. Data primer yang diperlukan adalah data umum rumah tangga yaitu

nama, umur, identitas, jumlah anggo ta keluarga, pendidikan, mata pencaharian.

Pendapatan rumah tangga, yaituPendapatan seluruh rumah tangga dari budidaya

kemenyan, pendapatan dari sumber lain, seperti dari hasil tanaman lain, gaji,

upah, dagang ataupun jasa. Bentuk pengelolaan, yaitu luas lahan milik, status

lahan, pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan

pemasaran

2. Data Sekunder, yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi

pemerintah desa, kecamatan, dinas kehutanan dan perkebunan, seperti : letak dan

luas desa, jumlah penduduk, mata pencaharian, luas lahan kemenyan, potensi

kehutanan, serta letak geografis desa penelitian.

Metode Pengolahan Data

(26)

observasi dan studi pustaka. Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dinyatakan

dalam bentuk Tabel (tabulasi) frekuensi silang yang berupa data karakteristik

responden yang meliputi umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga dan

pendidikan serta data pengelolaan berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja, sistem

kepemilikan lahan dan lain-lain dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabulasi.

Untuk keterangan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, berikut dijelaskan

masing-masing metode pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian :

Pola budidaya tanaman kemenyan

Pola budidaya tanaman kemenyan yang terdapat di desa Hutajulu akan

dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Pola budidaya yang dimaksud

merupakan pola budidaya yang dianalisis berdasarkan metode silvikultur

pengelolaan budidaya kemenyan serta identifikasi budidaya kemenyan

berdasarkan pola kombinasi, yaitu kemenyan saja (homogen), dengan tanaman

pertanian, dengan pohon lain ataupun campuran. Perlunya diketahui pola

kombinasi tanaman kemenyan dengan pohon lain bertujuan untuk mengetahui

pendapatan lain selain kemenyan yang dapat memberikan kontribusi yang lain

bagi masyarakat Desa Hutajulu. Pengumpulan data ini akan dilakukan dengan

observasi langsung di lapangan terhadap lahan-lahan sampel masyarakat Hutajulu.

Jenis dan nilai manfaat ekonomi budidaya kemenyan

(27)

pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini akan menggunakan metode

wawancara dengan kuisioner serta interaksi langsung dengan masyarakat sesuai

dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan kemenyan.

Kontribusi kemenyan terhadap pendapatan

Untuk mengetahui kontribusi kemenyan terhadap pendapatan dianalisis

dengan menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber kegiatan hutan rakyat

kemenyan maupun sumber pendapatan lainnya. Kontribusi hutan rakyat

kemenyan dilakukan dengan membandingkan persentase besarnya hasil yang

diperoleh dari hutan rakyat kemenyan terhadap total pendapatan rumah tangga.

Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap

masyarakat responden.

Distribusi pendapatan hasil pemanfaatan budidaya kemenyan

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Hutajulu

Desa Hutajulu yang merupakan daerah sebagai tempat penelitian merupakan desa

yang mengelola budidaya kemenyan oleh masyarakat. Desa ini terletak di Kecamatan

Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang secara

geografis terletak pada batas-batas sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Harian Boho Kab. Samosir

Sebelah Selatan : Desa Hutapaung Utara (Kec. Pollung)

Sebelah barat : Kecamatan Parlilitan Kab. Humbang Hasundutan

Sebelah timur : Desa Ria-Ria (Kec. Pollung).

Desa Hutajulu dengan jumlah penduduk (sampai dengan Februari 2008)

mencapai 2.404 jiwa (laki-laki 1.023 jiwa dan perempuan 1.381 jiwa). Jumlah kepala

keluarga (Kepala Keluarga) 418 KK dengan KK tergolong miskin 150 KK. Secara

umum, penduduk Desa Hutajulu bekerja sebagai petani (95 %) dan 5 % berprofesi

sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), pengusaha, pegawai swasta dan lain-lain. Seluruh

penduduk mayoritas beragama Kristen dan mayoritas Suku Batak Toba. Suku Batak Toba

merupakan salah satu suku yang sistem kekerabatannya yang erat karena adat istiadat

yang mengikat. Hal ini berhubungan dengan kedudukan masyarakat tersebut dalam adat

istiadat masyarakat.

Desa Hutajulu dengan luas wilayah ±4.800 hektar, ketinggian tanah dari

permukaan laut ± 1.340 m berjarak 6 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 17 km dari

(29)

Akses perjalanan menuju daerah ini sangat lancer dan didukung dengan adanya transport

harian yang mempunyai jadwal tetap dari ibukota propinsi. Jalur jalan Desa Hutajulu juga

merupakan jalan lintas menuju kota kabupaten dan juga merupakan jalan lintas

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.

Sedangkan kondisi topografi Desa Hutajulu secara umum adalah bergelombang

sampai berbukit dengan kemiringan lahan 15-25 % dan 25-40 % dan merupakan dataran

tinggi dengan ketinggian tanah ±1500 mdpl. Iklim di daerah penelitian ini adalah tropis

dengan suhu udara rata-rata 20-25o C sedangkan untuk curah hujan di desa Hutajulu ±

20-22 mm/tahun. Secara umum keadaan tanah dikategorikan pada tanah yang cukup subur

dengan kelembapan yang tinggi dengan komposisi luas pertanahan yang dimiliki adalah:

Tanah sawah (yang dikelola masyarakat) ± 156 Ha

Tanah Kering/Perkebunan ± 190 Ha

Bangunan/Pekarangan ± 120 Ha

Hutan Rawa ± 4.334 Ha

Jenis pertanian yang dikelola oleh masyarakat adalah padi, tomat, terong belanda, kopi,

cabai, dan pengelolaan kemenyan. Pengelolaan kemenyan merupakan pekerjaan utama

Desa Hutajulu dengan 90 % masyarakat bekerja dengan mengelola kemenyan yang

merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk tanaman pertanian

lainnya secara umum merupakan perkerjaan yang dilakukan di desa dan dikerjakan oleh

perempuan dengan bantuan laki-laki (Data Monografi Desa Hutajulu, 2008).

Berdasarkan daftar isian profil Desa Hutajulu tahun 2008, jumlah sarana dan

prasarana yang dimiliki adalah 78 buah, dimana sarana dan prasarana digolongkan

(30)
[image:30.595.116.510.116.459.2]

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Desa Hutajulu

No Jenis Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Poskesdes Gereja Protestan Gereja Katolik Truk Kendaraan umum Sepeda motor Sepeda Mobil

Saluran irigasi 5000 meter

Pompa air 1 5 1 27 10 20 10 2 1 1

Total 78

Sumber : Data Monografi Desa Hutajulu tahun 2008

Tingkat pendidikan di Desa Hutajulu dimulai dari tingkat SD hingga perguruan

tinggi dengan data anak yang tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Pelajar dan Sekolah

Keterangan SD SLTP SLTA Perguruan tinggi

Pelajar (orang) 320 220 207 27

Sekolah 2 1 - -

Sumber : Data Monografi Desa Hutajulu tahun 2008

[image:30.595.113.512.592.680.2]
(31)

sekolah dengan menggunakan transportasi umum. Untuk tingkatan perguruan tinggi,

masyarakat mengikuti pendidikan di Medan dan juga di Universitas Sisingamangaraja di

Siborong-borong Tapanuli Utara.

Pola Budidaya Tanaman Kemenyan

Pengelolaan tanaman kemenyan di Desa Hutajulu merupakan salah satu contoh

kemampuan masyarakat dalam mengusahakan lahan. Hasil utama yang diperoleh dari

hutan kemenyan adalah getah yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon Styrax spp terutama

Styrax sumatrana (Kemenyan Toba) dan Styrax benzoin (Kemenyan durame). Untuk

Desa Hutajulu didominasi oleh jenis Styrax sumatrana seperti yang tampak pada Gambar

[image:31.595.115.511.372.546.2]

1.

Gambar 1. Kawasan hutan kemenyan di Desa Hutajulu

Kegiatan pengelolaan hutan kemenyan yang ada di Desa Hutajulu merupakan

kegiatan pengelolaan secara tradisional sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh

seluruh responden. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden seperti

(32)
[image:32.595.121.507.120.267.2]

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD

SLTP

SLTA

16 orang

17 orang

7 orang

40

42,5

17,5

Total 40 orang 100

Sumber : Diolah dari data primer

Tingkat pendidikan yang masih rendah mengakibatkan pengetahuan akan pengelolaan

kemenyan masih bersifat turun-temurun dan berdasarkan pengalaman. Tingkat

pendidikan tidak mempengaruhi dalam pengelolaan kemenyan yang mengakibatkan

penggunaan teknologi dalam pengelolaan juga masih bersifat sederhana.

Kegiatan pengelolaan kemenyan dimulai dari persiapan lahan, penanaman,

pemeliharaan, pemanenan sampai dengan pemasaran hasilnya, dijelaskan sebagai berikut:

Persiapan lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihan lahan dari semak belukar dengan

menggunakan parang/golok serta mempersiapkan lubang tanam. Pembukaan lahan baru

tidak dilakukan di daerah ini karena lahan yang ada merupakan tanah warisan yang telah

tersedia dari nenek moyang para responden. Masyarakat Desa Hutajulu memanfaatkan

lahan ini dalam pengelolaan hutan kemenyan semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi

lahan.

Status lahan yang dimanfaatkan masyarakat responden pada umumnya adalah

milik sendiri, yaitu lahan yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Desa Hutaulu

(33)

dengan status lahan sewaan dari masyarakat lain yang hasilnya dibagi dengan pemilik

lahan.

Mengenai status lahan ini juga sesuai dengan keterangan Kepala Departemen

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Humbang Hasundutan, bahwa keberadaan hutan

tanaman kemenyan yang terdapat di kabupaten Humbang Hasundutan dapat dikelola oleh

masyarakat setempat walaupun berada pada lahan konsesi PT. TPL yang terdapat di

daerah tersebut. Ketentuan ini dilihat berdasarkan ketentuan Undang Undang Republik

Indonesia No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, BAB X Peran Serta Masyarakat Pasal

68 ayat 3 yang berisikan: “Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh

kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan

peraturan perundangundangan yang berlaku.” Berdasarkan undang-undang tersebut,

pihak departemen dengan perusahaan yang terdapat di daerah tersebut membuat

kesepakatan akan membiarkan lahan masyarakat dikelola oleh masyarakat tersebut

dengan ketentuan luasan lahan minimal ½ ha dengan lahan yang mengelompok dengan

lahan masyarakat lain.

Penanaman

Pengelolaan tanaman kemenyan masih sangat sederhana, yaitu dengan

memanfaatkan tanaman kemenyan yang tumbuh secara alami tanpa pemeliharaan yang

intensif. Penanaman dilakukan dengan tidak terjadwal yaitu jika petani menemukan

anakan yang tumbuh di bawah tegakan kemenyan maka mereka akan memindahkannya

ke areal yang mempunyai jarak tanam yang jarang. Bibit tanaman tersebut berasal dari

biji yang jatuh yang tumbuh secara alami menjadi anakan. Anakan tersebut ditanam

(34)

Majalah Kehutanan Indonesia (2007) menyebutkan bahwa hal yang harus

diperhatikan dalam kegiatan penanaman tanaman kemenyan adalah tanaman kemenyan

harus menggunakan naungan karena tanaman kemenyan mempunyai sifat toleran, yaitu

dapat tumbuh di bawah naungan atau tegakan. Sehingga tanaman harus dipindahkan pada

areal tanam yang ada naungan sehingga dapat dipastikan juga bahwa penanaman

kemenyan di daerah ini tidak mempunyai jarak tanam yang pasti.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan petani berupa penyiangan batang dari tanaman

pengganggu. Kegiatan ini disebut masyarakat setempat “mangarabi” (bahasa batak),

yaitu membersihkan pohon-pohon kecil, semak-semak atau tumbuhan liar yang ada di

sekitar pohon kemenyan yang dianggap mengganggu serta pembersihan benalu yang

menempel pada ranting pohon kemenyan. “Mangarabi” penting dilakukan agar

pertumbuhan kemenyan tidak terganggu dan diharapkan dapat memberikan produk yang

lebih baik.

Pemupukan serta pemberantasan dari serangan hama tidak pernah dilakukan oleh

petani di Desa Hutajulu. Pemupukan tidak dilakukan karena tidak ada ilmu/keterangan

yang pasti bagi masyarakat akan penggunaan pupuk yang tepat terhadap tanaman

kemenyan. Sedangkan untuk serangan hama, menurut keterangan responden bahwa

sejauh ini serangan tersebut tidak ada hanya serangan gulma.

Pemanenan

Terdapat dua kualitas dari hasil pemanenan tanaman kemenyan, kualitas 1 yang

disebut dengan “takkasan” atau mata kasar/hasil inti dan kualitas 2 yang disebut dengan

(35)

dapat diproduksi saat batang tanaman sudah mencapai diameter ± 10 cm atau berumur

sekitar 8 tahun. Sanudin (2006) menyatakan bahwa getah bisa dipanen (diambil getahnya)

pada umur 7 - 10 tahun dan sampai puluhan tahun ke depan tergantung pemeliharaan dan

tingkat kesuburan tanahnya. Penyadapan kemenyan akan tetap menghasilkan getah

dengan baik jika tanaman kemenyan ini tetap dijaga dari benalu dan tanaman pengganggu

di sekitarnya.

Secara umum, musim penakikan dilakukan pada bulan Juli hingga September

yang disebut dengan mangguris dan mansugi. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan

penakikan yang disebut dengan mansugi. Sedangkan pemungutan hasil dilakukan 3-4

bulan kemudian yaitu pada bulan Oktober hingga Desember yang disebut dengan

mangaluak. Proses pemanenan dilakukan secara rotasi pada masing-masing tanaman

kemenyan sesuai dengan waktu proses pengerjaannya. Alat-alat yang diperlukan dalam

kegiatan pemanenan ini adalah pisau penggaruk (piso guris/koret), pisau takik (agat

panuttuk/agat panugi), pisau panen (agat pangaluak), tali tamban (tali polang) dengan

panjang 8-12 meter, 2 buah tongkat dengan panjang 0,5 meter, parang, serta bakul

[image:35.595.115.512.534.723.2]

sebagai tempat penampungan getah kemenyan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 2.

(a) (b) (c)

(36)

Proses pemanenan diawali dengan pembersihan sekeliling pohon kemenyan dari

semak-semak untuk memudahkan kelancaran penakikan dengan menggunakan parang.

Setelah itu, batang dibersihkan dari kotoran seperti lumut yang menempel dengan

menggunakan pisau guris seperti pada Gambar 3. Kegiatan ini disebut dengan mangguris

dilanjutkan dengan pembersihan batang dari benalu agar tidak mengganggu terhadap

pertumbuhan kemenyan yang sifatnya parasit. Kemudian batang ditakik dengan

menggunakan pisau takik yang disebut dengan mansugi, yaitu membuat luka pada kulit

yang kemudian membuat rongga di antara kulit dan kayu sebagai tempat terbentuk getah

yang mengumpul dan mengering. Luka yang dibuat secara vertikal dengan panjang luka

sekitar 5 cm dengan lebar sekitar 3 cm pada bagian kayu sampai terdapat ruang dan

kemudian luka tersebut harus rapat kembali ke pembuluh kayu dengan cara dipukul-pukul

pelan dengan menggunakan pegangan pisau takik dimaksudkan untuk menghindari air

hujan masuk ke dalam kulit. Pada bagian batang atas, petani menggunakan tali tambang

yang diikatkan dengan 2 batang kayu kecil sebagai pijakannya dan dirangkai dengan

tujuan sebagai alat bantu memanjat seperti tampak pada Gambar 3.

(a) (b)

[image:36.595.143.474.545.712.2]
(37)

Untuk luka pada batang pohon dilakukan sisi demi sisi dengan jarak antar luka

sadapan sekitar 20 cm hal ini dimaksudkan untuk penakikan ke depan dapat dilakukan

pada sela antar luka. Selanjutnya, penakikan dilakukan pada sisi yang lain demikian

seterusnya.

Kemampuan petani dalam penakikan tanaman kemenyan adalah sekitar 6-7

batang/hari/orang. Batang yang sudah ditakik ditinggalkan 3-4 bulan sampai getah keluar

dan mengering pada batang pohon yang selanjutnya dipanen yang disebut dengan

mangaluak. Hasil panen ini adalah hasil panen kualitas 1 yang menurut keterangan

responden bahwa secara umum produksi getah dapat mencapai 0,3-0,5 kg/batang. Setelah

selesai dilakukan pengumpulan getah kualitas 1 maka 2-3 bulan berikutnya sembari

membersihkan luka lama akan diperoleh hasil panen kualitas 2, selanjutnya hingga proses

pemulihan luka dilanjutkan kembali penakikan pada bagian yang lain dan seterusnya.

Pemasaran

Hasil panen baik kualitas 1 maupun kualitas 2 yang didapat dikeringkan dan

dibersihkan dari kulit kayu, lumut maupun sampah lainnya yang menempel karena harga

getah kemenyan juga tergantung pada kebersihan getah tersebut. Petani menjual hasilnya

kepada pengumpul desa (tengkulak) dan ada juga yang menjual kepada pengumpul di

pasar sesuai dengan informasi harga yang mereka peroleh. Untuk proses penentuan harga,

dilakukan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan pengumpul berdasarkan per

kilonya. Kemenyan yang semakin bersih akan meningkatkan harga.

Pengumpul di pasar maupun pengumpul di pasar menjual kembali kepada

agen/pengumpul di kota dengan kesepakatan harga antar agen. Agen kota yang terletak di

Dolok Sanggul selanjutnya menjual getah kemenyan ke Jakarta dan dikelola maupun

(38)

dan memilah getah tersebut sesuai dengan ukuran karena perbedaan ukuran juga

menentukan perbedaan harga seperti tampak pada Gambar 4.

(a) (b)

(39)

(e) (f)

(g)

Gambar 4. a) mata besar; b) super; c) kacangan; d) jagung; e) beras;

f) pasir; g) tepung

Hal ini dapat terjadi karena untuk peruntukannya di pabrik pengelelolaan getah.

Seperti keterangan Sasmuko (2003), bahwa tingkat pedagang antar pulau, pengolahan

kemenyan disesuaikan dengan permintaan dan tujuan pasar. Untuk permintaan kemenyan

bakar, pengolahan dilakukan dengan membuat kemenyan tampangan (batangan) dan

untuk tujuan ekspor terdapat pengolahan kemenyan menjadi bentuk abu. Pada agen kota

pembagian kualitas mutu juga dilakukan dengan cara membedakan berdasarkan ukuran

dan kebersihan kemenyan. Berdasarkan keterangan agen di kota, getah kemenyan dibagi

[image:39.595.196.416.77.321.2]

menjadi 7 kelas mutu, dengan ketentuan harga seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Kualitas mutu ditingkat agen kota

No Nama Kualitas Harga (Rp/kg)

1 Mata besar 150.000

2 Super 130.000

[image:39.595.146.477.644.748.2]
(40)

4 Jagung 120.000

5 Beras 100.000

6 Pasir 85.000

7 Tepung 50.000

Sumber : Diolah dari data primer

Pola pemasaran yang masih bersifat belum teratur dan rantai pemasaran yang

masih banyak melibatkan pedagang atau pengumpul mengakibatkan kerugian pada petani

[image:40.595.136.486.321.667.2]

dimana harga ditentukan oleh pedagang. Skema penjualan kemenyan dapat dilihat pada

Gambar 5.

Pemilik/pengelola

Agen di Pasar

Agen di Kota

Agen di Jakarta

Mengirim ke

Eksport Pemilik Pabrik

(41)

Sumber : Diolah dari data Primer

Gambar 5. Skema penjualan kemenyan

Berdasarkan keterangan Sasmuko (2003), rantai pemasaran yang dimulai dari

petani dan pengumpul-pengumpul menghasilkan keuntungan maupun kerugian.

Keuntungannya adalah produksi kemenyan dari petani cepat tersalurkan karena adanya

pedagang pengumpul, produksi kemenyan cepat sampai ke konsumen karena adanya

pedagang antar pulau atau eksportir. Sedangkan kerugiaanya adalah harga ditentukan oleh

pedagang, harga jual akhir tinggi, keuntungan petani rendah, rantai pemasaran terlalu

panjang.

Untuk pola kombinasi tanaman kemenyan yang terdapat di Desa Hutajulu adalah

kombinasi antara pohon-pohon alam yang tumbuh di sekitar areal tanaman kemenyan,

[image:41.595.115.511.450.704.2]

seperti tampak pada Gambar 6.

(42)

Keterangan :

= Kemenyan (Styrax sumatrana)

= Sampinur bunga (Podocarpus imbricatus)

= Pinus (Pinus merkussi)

= Haundolok (Eugenia sp)

= Hoting (Quercus sp)

Kombinasi tanaman kemenyan dengan pohon alam lainnya sengaja dibiarkan

oleh masyarakat karena menurut persepsi mereka, pohon alam tersebut memberi manfaat

dalam pengelolaan kemenyan. Berdasarkan keterangan masyarakat bahwa pohon alam

yang terdapat di sekitar tanaman kemenyan berfungsi sebagai pelindung dari terpaan

angin yang dalam hal ini juga berfungsi untuk mengurapi penguapan yang dilakukan

kemenyan yang dapat mengurangi hasil getah kemenyan. Hal ini juga berhubungan

dengan sifat tumbuh tanaman kemenyan yang dapat tumbuh dengan baik jika ada

naungan.

Jenis tanaman yang lain yang terdapat di lahan masyarakat responden antara lain

seperti Pinus (Pinus merkussi), Sampinur bunga (Podocarpus imbricatus) yang termasuk

ke dalam jenis tanaman berdaun jarum serta Hoting (Quercus sp), Haundolok (Eugenia

sp) dan juga jenis Suren (Toona sureni) termasuk ke dalam jenis tanaman berdaun lebar.

Kayu dari tanaman lain yang terdapat di sekitar tanaman kemenyan tidak dimanfaatkan

oleh masyarakat dikarenakan fungsinya terhadap tanaman kemenyan. Masyarakat hanya

(43)

bakar yang dibawa ke rumah warga maupun yang dimanfaatkan di gubuk masyarakat saat

bekerja di hutan.

Secara umum, pola penyebaran tanaman kemenyan yang terdapat di lahan

masyarakat adalah berkelompok atau mengumpul dengan jarak tanam yang tidak teratur.

Hal ini dilakukan agar lahan yang tersedia termanfaatkan dengan baik dan juga

disebabkan lokasi tempat tumbuh anakan sebelumnya tidak memungkinkan untuk tempat

tumbuh kemenyan dengan baik. Akan tetapi, terdapat juga tanaman kemenyan yang

tumbuh secara alami tanpa dipindahkan dari tempat tumbuh anakan sebelumnya. Hal ini

dilakukan karena pertumbuhan anakan tersebut baik dan juga tempat tumbuhnya adalah

(44)

Jenis dan Nilai Manfaat Ekonomi Budidaya Kemenyan

Budidaya kemenyan merupakan sumber pendapatan rumah tangga bagi

masyarakat Desa Hutajulu yang harus dipertahankan karena nilai ekonomi dan

kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat. Pemanfaatan budidaya yang terdapat di

Desa Hutajulu mayoritas hanya memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja

dan secara umum tidak dimanfaatkan langsung akan tetapi dijual kepada

pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota. Pemanfaatan lain yang ditemukan adalah penggunaan

tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dan juga adanya responden yang menggunakan

getah kemenyan sebagai salah satu bahan dalam pengoba tan tradisional.

Pengaruh pasar yang dikuasai oleh para pedagang ataupun oleh

pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota serta kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan

harga pada konsumen akhir membuat harga sepenuhnya dikuasai oleh para agen-agen

pengumpul. Hal inilah yang mempengaruhi nilai ekonomi dari pemanfaatan getah

kemenyan ini di samping kualitas kemenyan tersebut. Secara umum, harga yang didapat

petani kemenyan adalah untuk kualitas 1 atau kualitas mata adalah sekitar Rp. 90.000,-

hingga Rp. 110.000,-/kg sedangkan kualitas 2 atau kualitas tahir sebesar Rp. 40.000

hingga Rp. 55.000,-/kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kg/ha untuk

kualitas 1 dan 21,56 kg/ha untuk kualitas 2.

Berdasarkan keterangan responden, dalam 1 batang pohon kemenyan rata-rata

memiliki 20 takik (lubang) yang dibuat per tahun dan setelah diukur didapat rata-rata

0,235 ons/lubang sehingga dapat menghasilkan rata-rata 0,47 kg/batang/tahun. Jumlah

batang rata-rata per hektarnya adalah 250 batang. Sehingga diperoleh Rp.

9.810.750/ha/tahun.

Pemanfaatan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dapat dilakukan hanya bila

(45)

berumur 50 tahun atau bila terserang hama. Secara nilai ekonomi tidak terlalu

berpengaruh terhadap pendapatan karena hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah

tangga yang jumlahnya juga sangat sedikit. Selain itu, jarak antara dari hutan dengan desa

menyebabkan kurang dimanfaatkan kayu kemenyan tersebut. Pemanfaatan lain dari getah

kemenyan oleh seorang responden, Op. Pahala Lumbangaol yang juga berprofesi

sebagai parmalim (dukun kampung) dalam pengobatan tradisional yang sering dipanggil

masyarakat untuk mengobati penyakit tertentu seperti kerasukan, patah ataupun penyakit

lain dan menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan pengobatannya.

Kontribusi Kemenyan terhadap Pendapatan

Pendapatan utama masyarakat di Desa Hutajulu berasal dari pemanfaatan hutan

kemenyan dengan menghasilkan getahnya. Sedangkan sumber pendapatan masyarakat

responden selain pemanfaatan kemenyan berasal dari persawahan (padi), kopi, cabe,

andaliman, berdagang, ternak, serta upah tukang (selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 3. Berdasarkan pengolahan data primer diperoleh persentase pendapatan dari

masing-masing komponen yakni dengan membandingkan pendapatan dari hutan

kemenyan terhadap pendapatan total yang diperoleh masyarakat, diketahui bahwa

pendapatan total sebesar Rp. 557.345.000/tahun. Sedangkan pendapatan yang diperoleh

dari mengelola kemenyan adalah sebesar Rp. 333.750.000/tahun serta untuk pendapatan

(46)
[image:46.595.115.511.135.280.2]

Tabel 5. Persentase Pendapatan dari Hutan Kemenyan dan Selain Hutan Kemenyan

No Sektor Pendapatan Total

Rp/Tahun

Persentase

1

2

Hutan kemenyan

Selain hutan kemenyan

333.750.000

223.595.000

59,88

40,12

Total Pendapatan 557.345.000 100

Sumber : Diolah dari data primer

Diperoleh kontribusi pendapatan dari pemanfaatan hutan kemenyan mencapai

59,88 %. Besarnya persentase pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan kemenyan

menunjukkan bahwa pengelolalaan kemenyan merupakan mata pencaharian utama yang

dimiliki masyarakat Desa Hutajulu. Sehingga kegiatan hutan rakyat perlu dikembangkan

di masa yang akan datang dengan meningkatkan pola budidaya maupun teknologi yang

digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kemenyan.

Pendapatan selain memanfaatkan hutan kemenyan diperoleh berdasarkan

keterangan responden. Perkebunan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajulu adalah

perkebunan kopi yang juga dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan

masyarakat. Sekitar 82,5 % responden mengelola perkebunan kopi dengan memanfaatkan

lahan yang berada dekat dengan pemukiman. Persawahan (padi) dilakukan oleh 77,5 %

responden dengan tujuan bahwa hasil ini dapat memenuhi kebutahan masyarakat dari

sektor pangan. Menurut keterangan responden bahwa hasil persawahan dapat memenuhi

kebutuhan rumah-tangga dalam hal pangan selama 10 bulan. Dan pada bulan Oktober,

masyarakat membeli beras dari pasar untuk menambah kekurangan pangan. Hal ini

disebabkan oleh kurang baiknya tempat tumbuh padi di daerah ini dikarenakan suhu yang

(47)

yang 1 (satu) kali dalam setahun. Berdasarkan keterangan responden bahwa berkebun

kopi serta persawahan pada umumnya adalah merupakan pekerjaan wanita dikarenakan

pekerjaan pengelolaan kemenyan merupakan seutuhnya pekerjaan laki-laki yang harus

tinggal di hutan.

Pendapatan masyarakat dari cabe dan andaliman hanya dikelola oleh sebagian

masyarakat. Hal ini dikarenakan kurang baiknya syarat tempat tumbuh tanaman cabe di

daerah ini. Sedangkan untuk andaliman kurangnya harga pasar yang jelas membuat

masyarakat tidak mengelolanya dan sebagian mengelolanya hanya untuk kebutuhan

rumah-tangga saja.

Selain dari bercocok tanam maupun pemanfaatan hutan kemenyan, sebagian

masyarakat juga memperoleh tambahan pendapatan mereka dengan berdagang.

Masyarakat yang berdagang secara keseluruhan merupakan kedai kopi yang juga menjual

kebutuhan sembako dan berbagai jenis makanan lainnya. Sedangkan masyarakat yang

mempunyai ternak sebagai tambahan pendapatan, yaitu dari ternak babi dan juga kerbau.

Dan untuk masyarakat yang mempuyai tambahan pendapatan dari jasa mereka adalah dari

jasa sebagai tukang bangunan dan juga upah dari montir sepeda motor. Seluruh sektor

pendapatan ini juga memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah-tangga dengan

(48)

Getah Kemenyan

Kopi

Padi

Cabe

Andaliman

Dagang

Ternak

[image:48.595.123.474.152.325.2]

Upah Tukang

Gambar 7. Grafik kontribusi sektor terhadap pendapatan rumah-tangga

Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dari kemenyan yang

dihasilkan oleh masyarakat responden seperti yang ditampilkan pada Lampiran 3 adalah

perbedaan luas lahan, kualitas kemenyan yang berhubungan dengan harga kemenyan

serta produktivitas kerja petani. Hubungan luas lahan dengan besarnya pendapatan yang

diperoleh dari pengelolaan kemenyan dapat dilihat dari perbedaan besar pendapatan

seperti yang tampak pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan Responden

Pendapatan Luas Lahan Total

0,5 – 0,75 ha 1 – 2 ha > 2 ha

Tinggi - 9 8 17

59.88%

15.79% 11.81%

1.62% 0.02%

1.79% 6.39%

[image:48.595.113.512.653.745.2]
(49)

Rendah 4 17 2 23

Total 4 26 10 40

Sumber : Diolah dari data primer

Keterangan :

Pendapatan rata-rata = Rp. 8.343.750

Rendah = Rp. 3.000.000 – Rp. 8.343.750

Tinggi = > Rp. 8.343.750

Hasil tabel menunjukkan luas mempengaruhi pendapatan. Skala pengelolaan kemenyan

yang semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah tanaman

kemenyan yang dapat ditanam. Rendahnya kapasitas kerja dalam pengelolaan tanaman

kemenyan mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan petani sehingga semakin luas

lahan petani maka semakin besar tingkat pendapatan yang diperolehnya.

Terdapatnya responden dengan pendapatan yang rendah (di bawah pendapatan

rata-rata) disebabkan oleh luas lahan tidak ditanami sepenuhnya dengan tanaman

kemenyan. Menurut keterangan responden, hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat

produktivitas kerja petani yang semakin menurun seturut dengan umur petani. Sedangkan

untuk responden dengan luas lahan 2 ha dengan berpendapatan paling kecil, S.

Lumbangaol disebabkan oleh karena pengelolaan kemenyan di lahannya baru dikerjakan

sekitar 2 tahun dengan lahan hasil pembagian harta warisan sehingga jumlah batang

tanaman kemenyan masih sedikit.

Kualitas kemenyan yang semakin baik akan meningkatkan harga kemenyan.

Dalam penentuan harga sesuai dengan kualitas kemenyan dilakukan dengan kasat mata

(50)

petani dapat memasarkan kemenyan dengan memperhatikan tingkat harga yang

ditawarkan para pengumpul. Akses dari desa menuju pengumpul di kota juga

memperngaruhi kemudahan petani menuju kota. Menurut keterangan responden, pada

umumnya apabila petani menawarkan langsung pada pengumpul di kota perbedaan harga

hingga mencapi Rp. 5000/ kg dapat diperoleh.

Umur petani yang sejalan dengan produktivitas kerja petani juga mempengaruhi

[image:50.595.113.512.317.466.2]

perbedaan pendapatan petani seperti yang tampak pada Tabel 7.

Tabel 7. Hubungan Tingkat Umur dengan Pendapatan Responden

Pendapatan Tingkat Umur (Tahun) Total

24 – 29 30-39 40-49 50-59 > 60

Tinggi Rendah 3 4 5 3 5 4 2 8 2 4 17 23

Total 7 8 9 10 6 40

Sumber : Diolah dari data primer

Keterangan :

Pendapatan rata-rata = Rp. 8.343.750

Rendah = Rp. 3.000.000 – Rp. 8.343.750

Tinggi = > Rp. 8.343.750

Hasil tabel yang menunjukkan perbedaan pendapatan yang disebabkan oleh tingkat umur

yang mengarah kepada produktivitas kerja. Semakin tinggi umur petani semakin

berkurang tingkat produktivitas kerja. Terdapatnya 2 (dua) responden yang

(51)

apabila sudah menikah maka pembagian lahan biasanya dilakukan dengan tujuan agar

anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri serta terdapatnya responden yang

menyewa petani lain untuk mengelola lahannya. Sedangkan terdapatnya dengan tingkat

umur yang masih muda tetapi berpendapatan rendah disebabkan karena lahan yang masih

baru dikelola dengan jumlah batang tanaman kemenyan yang masih sedikit.

Distribusi Hasil Pemanfaatan Budidaya Kemenyan

Pendapatan terbesar masyarakat di Desa Hutajulu yang berasal dari pemanfaatan

budidaya kemenyan secara langsung sangat berpengaruh besar terhadap pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa budidaya kemenyan masyarakat Desa

Hutajulu merupakan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan baik.

Distribusi terbesar hasil pendapatan dari budidaya kemenyan oleh masyarakat

adalah untuk biaya pendidikan anak masyarakat Desa Hutajulu. Kesadaran masyarakat

batak yang tinggi akan pendidikan khususnya Desa Hutajulu merupakan salah satu yang

mempengaruhi distribusi pendapatan. Sekitar 85 % keluarga masyarakat Desa Hutajulu

mempunyai anggota keluarga yang sekolah dengan masing-masing perbedaan tingkatan

pendidikan dari setiap keluarga, yaitu mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan bahkan Perguruan Tinggi. Dari responden yang

tidak mendistribusikan pendapatannya untuk keperluan pendidikan karena belum ada

anggota keluarga yang bersekolah karena anak-anaknya yang masih bayi dan terdapat 1

(satu) responden yang keseluruhan anggota keluarganya tinggal 1 orang lagi yang belum

menikah.

Berdasarkan keterangan responden bahwa seluruh responden mengeluarkan

(52)

dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan keterangan responden dalam setahun upacara

adat dapat mencapai 15 acara. Dengan biaya yang diperlukan tergantung posisi keluarga

tersebut di dalam acara adat tersebut. Ada yang berposisi sebagai suhut (pembuat acara),

hula-hula (paman bagi pembuat acara), ale-ale (sahabat keluarga), undangan dan

lain-lain. Misalnya, sebagai suhut, berdasarkan keterangan responden biaya yang dikeluarkan

dapat mencapai Rp. 20 juta untuk acara adat pernikahan. Sebagai hula-hula harus

mengeluarkan biaya untuk pembelian ulos (kain kebangsaan orang batak) minimal 10

buah dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 50.000,- dengan demikian harus

mengeluarkan dana minimal Rp. 500.000,-. Tingkat antusias masyarakat Desa Hutajulu

terhadap adat sangat besar karena semboyan batak yang masih melekat dan acara adat

merupakan utang bagi masing-masing pribadi masyarakat yang harus dibayar dan juga

merupakan kehormatan yang besar untuk menghadiri dan juga mengadakan upacara adat

bagi masyarakat batak.

Masyarakat juga mempunyai kebiasaan sebagai distribusi pendapatan mereka,

yaitu meminjamkan pendapatan mereka kepada masyarakat lain. Hal ini juga merupakan

salah satu cara yang paling sering digunakan masyarakat Desa Hutajulu apabila mereka

kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan pembayarannya biasanya

dilakukan setelah panen mereka. Kerjasama ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang

dapat membantu kebutuhan finansial masyarakat Desa Hutajulu. Hutan kemenyan juga

dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tabungan mereka yang dapat disimpan di hutan

yaitu dengan tidak memanen seluruhnya hasil mereka tanpa mengurangi kualitas

kemenyan tersebut bahkan semakin baik dan disaat mereka membutuhkan baru

dimanfaatkan.

Untuk keperluan sehari-hari, secara umum masyarakat Desa Hutajulu

menggunakan hasil dari pendapatan lain yang dimiliki para masyarakat dan juga

(53)

sehari-hari. Dapat dipastikan bahwa hasil getah kemenyan terutama kualitas lebih dimanfaatkan

untuk pendidikan anak dan keperluan sosial ataupun juga untuk hal-hal yang tidak

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2001. Hutan dan kehutanan. Kanisius. Yogyakarta

Awang S A, Heri S, Wahyu T W, Yuli N, Kustomo, dan Supardiono. 2001. Gurat

hutan rakyat di Kapur Selatan. DEBUT Press. Yogyakarta

Didik S., Azis K., Wibowo A.D., Martua T. Sirait, Santi E., 2000. Karakteristik

pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Pustaka Kehutanan Masyarakat.

Yogyakarta

Djajapertjunda, S. 2001. Studi kolaborasi pengelolaan repong damar Krui-

Lampung. Penerbit Syafa’at Advertesing bekerja sama dengan Forum

Komunikasi Kehutanan Masyarakat

Jayusman, R.A. Pasaribu, dan W. Sipayung. 1999. Budidaya kemenyan (Sytrax

sp). Konifera. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pematang

Siantar. Pematang Siantar

Majalah Kehutanan Indonesia, 2007. Kemenyan Tapanuli Utara : Komoditi

andalan yang kurang diminati. Sumber :

htttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/MKI/06IVLaput%20Kemenyan.ht

m

(04 Juli 2009)

Pangaribuan, E. 2004. Variasi tingkat semai pada uji keturunan kemenyan durame

(Sytrax benzion Dryand). Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Panusunan R.N. 2005. Profil sosial ekonomi hutan rakyat kemenyan di Desa

Simasom, Kec. Pahae Julu, Kab. Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Medan

Sanudin, 2006. Kajian kelembagaan social forestry pada hutan rakyat di Sumatera

Utara (Kasus di Kabupaten Asahan, Tapanuli Utara, dan Humbang

Hasundutan. Laporan hasil penelitian. Dep. Kehutanan Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan. Aek Nauli

Sasmuko, S.A. 1998. Pengolahan dan tata niaga kemenyan di Sumatera Utara.

Ekspose Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.

Pematang Siantar. pp.39-40

Sasmuko, 2003. Potensi pengembangan kemenyan sebagai komoditi hasil hutan

bukan kayu spesifik andalah Propinsi Sumatera Utara. Seminar Nasional

Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah

Regional Sumatera Utara. Medan

(55)

Perkebunan Jakarta Dinas Perkebunan Rakyat Sumatera Utara Fakultas

Pertanian USU. Medan

Soekarwati. 1995 dalam Hery J A. 2004. Kajian agroforestry karet (Hevea

brasiliensis) sebagai model hutan rakyat dan kontribusinya terhadap

pendapatan rumah tangga (Sk: Desa Lau Demak, Kec. Bahorok, Kab.

Langkat). Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Medan

(56)

Lampiran 1. Bentuk Kuisioner Penelitian

KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT KEMENYAN TERHADAP

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

(Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

Oleh :

Harmoko Sinaga/051201028

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUSIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Suku :

5. Agama :

6. Pendidikan (pilih) :

a. Tidak sekolah b. Tidak tamat SD c. SD

d. SLTP / sederajat e. SLTA / sederajat f. Diploma : D1 / D2 / D3 g. Perguruan Tinggi

(57)

B. Pola Budidaya Tanaman Kemenyan

• Persiapan Lahan 1. Berapa lama persiapan lahan?

2. Tahapan pekerjaan apa saja dalam kegiatan pembukaan lahan?

3. Berapa biaya untuk persiapan lahan : Rp………

4. Bagaimana persiapan lahan untuk tanaman lainnya

• Pembibitan

1. Dari manakah sumber bibit kemenyan saudara? ………...

2. Berapa umur bibit siap tanam? ………..

3. Berapa biaya untuk pembibitan : Rp………..

• Penanaman

1. Siapa yang mengerjakan penanaman ………. ., dan berapa orang jumlahnya ………...

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penanaman………

3. Apakah kegiatan penanaman dipengaruhi oleh musim?...

4. Tahapan kegiatan apa saja dalam penanaman ……….

5. Berapa biaya untuk penanaman : Rp……….

• Pemeliharaan

1. Apa saja kegiatan pemeliharaan yang diperlukan : ………...

………

………

(58)

• Pemanenan dan Proses Pemasaran

1. Siapa yang melakukan proses pemanenan kemenyan di lahan saudara………….

2. Berapa jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk pemanenan getah kemenyan saudara? ………...orang

3. Berapa hasil yang diperoleh setiap kali pemanenan :………Kg

(Rp………)

4. Berapa kali dalam seminggu pemanenan dilakukan………..

C. Nilai dan Jenis Manfaat Tanaman Kemenyan

1. Apa saja manfaat lain dari tanaman kemenyan ini selain pemanfaatan getah kemenyan?

………...

………...

2. Berapa nilai hasil lain tersebut? ...

D. Kontribusi

1. Berapa luas lahan kemenyan saudara ?

2. Menurut pendapat bapak / ibu, apakah luas lahan mempengaruhi tingkat pendapatan :

a. Ya b. Tidak

3. Bagaimana status kepemilikan lahan hutan rakyat saudara :

a. Milik sendiri b. Sewa

c. Simpan pinjam d. Ulayat (adat)

e. Garapan

4. Berapa jumlah kemenyan yang ada di lahan saudara? ……….. pohon/ha

(59)

No Tanaman Hasil/panen (kg) Harga/kg (Rp)

1 Tanaman keras

a. ……….

b. ……….

c. ……….

d. ……….

2 Tanaman pertanian/semusim

a. ……….

b. ……….

c. ……….

d. ………

e. ……….

6. Bagaimana sistem budidaya tanaman pertanian/semusim dan tanaman keras

yang ditanam pada lahan saudara :

a. Tradisional

b. Budidaya Intensif

c. Campuran (gabunan keduanya)

d. dll

7. Bagaimana pemanenan dan pemasaran tanaman lainnya : ………...

8. Usia berapakah tanaman kemenyan mulai berproduksi? ……… tahun

(60)

10. Bagaimana perlakuan terhadap tanaman kemenyan yang tidak berproduktif lagi?

11. Apakah kayu tanaman kemenyan memiliki nilai komersil? …….(Ya/tidak)

jika Ya berapa Rp ……….

12. Apa saja hasil yang anda peroleh dari budidaya kemenyan selain untuk dijual?

13. Apa peran pemerintah dalam pengembangan kegiatan hutan kemenyan di desa saudara?

14. Kendala apa yang saudara hadapi dalam pelaksanaan hutan rakyat? ………

15. Apa saran saudara untuk program hutan rakyat ke depan?...

……….

16. Apa anda memelihara hewan ternak sebagai pendapatan?

a. Ya

b. Tidak

17. Jika Ya, hewan apa saja, berapa jumlahnya, dan berapa hasil per tahunnya:

No Nama Hewan Frekuensi

Penjualan

Jumlah (ekor) Rata-rata Penghasilan/ta hun

1

2

(61)

4

5 dst

18. Apa sumber pendapatan lain?

a. berdagang

b. PNS

c. wiraswasta

d. Tukang

e. Karyawan

E. Distribusi Pendapatan Hasil Pemanfaatan Budidaya Kemenyan

1. Berapa pendapatan total dari tanaman kemenyan?

2. Hasil pendapatan kemenyan digunakan untuk apa saja?

a. Kebutuhan sehari-hari

b. Pendidikan anak

c. Keperluan sosial

(62)

Lampiran 2. Data identitas responden Desa Hutajulu

No Nama Umur Tingkat

pendidikan Jumlah tanggungan Luas lahan Kemenyan (Ha)

1 Op. Tito Situmorang 63 SLTP 4 2

2 A. Sarlin Lumbangaol 32 SD 1 1,5

3 Op. Charli Sinaga 49 SLTP 6 1,5

4 A. Denni Sinaga 54 SLTP 2 3

5 A. Siska Sinaga 29 SD 1 0,5

6 R. Situmorang 52 SLTP 5 0,5

7 A. Raffles Sinaga 30 SLTP 4 5

8 Op. Panto Sinaga 65 SD 7 1,5

9 A. Juliana Lumbangaol 29 SLTA 1 1

10 Viktor Sinaga 49 SLTP 6 10

11 A. Darma Lumbanbatu 42 SLTA 4 10

12 Op. Pahala Lumbangaol 69 SD 1 4

13 J. Manullang 49 SD 5 2

14 L. Simbolon 39 SD 4 2

15 Dosroha P 38 SLTA 3 4

16 Op. Pagabahan L.gaol 59 SLTP 3 1

17 Parlindungan L.batu 2

Gambar

Grafik kontribusi sektor terhadap pendapatan rumah tangga .............
Tabel 2. Jumlah Pelajar dan Sekolah
Gambar 1. Kawasan hutan kemenyan di Desa Hutajulu
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat adat Desa Pandumaan ini juga.. mendukung dalam

Namun pada umumnya, di ketiga zona baik atas (upper), tengah (middle) maupun daerah bawah (lower), hutan rakyat yang ada didominasi oleh jenis hutan rakyat

Tanaman akasia ( Acacia mangium ) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4 tahun, sehingga untuk mengetahui pendapatan dari

Pemilihan Jenis Tanaman Reboisasi dan Penghijauan Hutan Alam dan Hutan Rakyat.. Lokakarya Pemilihan Jenis

Adanya hutan desa di Desa Labbo secara tidak langsung meningkatkan pendapatan masyarakat.Untuk mengetahui kontribusi usaha budidaya lebah madu terhadap pendapatan

Tanaman akasia ( Acacia mangium ) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4 tahun, sehingga untuk mengetahui pendapatan dari

Tanaman akasia (Acacia mangium) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4 tahun, sehingga untuk mengetahui pendapatan dari

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA PADA HUTAN RAKYAT DI LINGKUNGAN BARUGAE