• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Karyawati Bank dalam Memilih Kosmetik Ramah Lingkungan di Kota Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Karyawati Bank dalam Memilih Kosmetik Ramah Lingkungan di Kota Banda Aceh"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manusia dan Lingkungan Hidup

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan yang sangat mendasar adalah berkaitan dengan jumlah populasi manusia, karena dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada suatu negara maka kebutuhan akan pangan, bahan bakar, pemukiman, dan kebutuhan dasar lain akan semakin tinggi yang pada gilirannya akan meningkatkan limbah domestik dan limbah industri sehingga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas lingkungan hidup.

(2)

ambang batas, serta membuat peraturan, organisasi, atau undang-undang untuk melindungi lingkungan. (Kristanto, 2013)

2.2. Pencemaran Lingkungan

Setiap aktivitas manusia sedikit atau banyak memengaruhi lingkungan hidupnya. Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia yang lain, maka akan semakin meningkat pula limbah yang mengandung bahan pencemar yang dibuang ke sungai/laut, udara dan permukaan tanah. Berdasarkan UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya kedalam lingkungan, dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak lagi dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. (Kristanto, 2013)

(3)

keracunan. Efek bahan toksik dapat menimbulkan reaksi yang tidak diingankan dalam kesehatan. (Mukono, 2010)

2.2.1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan

Zat kimia dapat dijumpai dimana saja dalam lingkungan, dan sama seperti tumbuhan ataupun air, zat kimia terbentuk secara alami di lingkungan. Zat kimia juga terdapat dalam dalam makanan, obat, dan kosmetik. Industri memainkan peranan penting dalam sebagian kehidupan salah satunya merupakan sumber dari begitu banyak kontaminan dan zat kimia. Kegiatan pokok didalam industri berpotensi menghasilkan emisi udara, limbah buangan, dan sampah padat, yang semuanya itu mengandung berbagai jenis polutan kimia. (Widyastuti, 2006)

Industri Kosmetik turut berperan dalam meningkatkan volume sampah. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh dalam kegiatan manusia dan dibuang. Sampah yang dihasilkan industri berasal dari kawasan industri, termasuk sampah dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,misalnya sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, kaleng dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Jalur Pemaparan Zat Kimia

(4)

(inhalasi) dan pencernaan (ingesti). Bentuk pemaparan yang sering terjadi adalah melalui inhalasi dan dermal.

2.3. Kosmetika

Kosmetika merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk mempercantik atau merawat diri. Istilah kosmetika sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu Kosmetikos yang berarti keahlian dalam menghias (Tranggono, 2007).

Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011, yang dimaksud dengan Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkanuntuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, organ genital bagian luar), atau gigi atau membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, meewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Kosmetologi menurut Jellinek (1970) seperti yang dikutip oleh Tranggono (2007), diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia, fisika, biologi, maupun mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik.

2.3.1. Penggolongan Kosmetika

(5)

A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok: 1. Preparat untuk bayi, misalnya bedak bayi, minyak bayi, dll

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eys-shadow, dll 4. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, dll 5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll 6. Preparat untuk pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll 7. Preparat make up, misalnya bedak, listick, dll

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, dll 9. Preparat untuk kebesihan badan, misalnya deodoran, dll 10. Preparat untuk kuku, misalnya cat kuku, dll

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll 12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen fondation, dll B. Menurut Sifat dan Cara Pembuatan

1. Kosmetika Tradisional

a. Betul-betul tradisional, diramu dari bahan alam dan diolah menurut resep turun temurun.

b. Semi Tradisional, diolah secara modern dan diberi pengawet biar tahan lama.

(6)

2. Kosmetika Modern

Kosmetika Modern diramu dari bahan kimia dan dioleh secara modern C. Menurut Kegunaannya bagi Kulit

1. Kosmetik Perawatan Kulit, untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit,yaitu:

a. Kosmetik untuk membersihkan (cleanser) : sabun, cleansing crem, cleansing milk, penyegar kulit (freshener)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya krem pelembab, krem malam, krem anti kerut

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunblock cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan dan mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran halus untuk pengampelasan.

2. Kosmetik riasan (decoratif atau make up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit, sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident).

2.3.2. Bahan Kosmetika

(7)

kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi oleh bahan dasar kosmetika. (Tranggono, 2007)

2.3.2.1. Bahan Dasar Kosmetika

Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut (Trenggono, 2007): 1. Solvent (Pelarut)

Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak).

2. Emulsier (Pencampur)

Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen).

3. Preservative (Pengawet)

(8)

4. Adhesive (Pelekat)

Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan pelekat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat. 5. Astringent (Pengencang)

Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.

6. Absortent (Penyerap)

Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.

7. Desinfektan

Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikro-organisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawa-senyawa amonium kuaterner

2.3.3.2. Bahan Kimia dan Bahan Kompleks Alam 1. Bahan Kimia

Bahan berikut adalah bahan kimia sintetik yang sudah terbukti berbahaya bagi kesehatan menurut beberapa penelitian (Tranggono, 2007):

(9)

Zat ini sering dikatakan berasal dari sari buah kelapa untuk menutupi racun alami yang terdapat di dalamnya. SLS dan ALS dapat menyebabkan iritasi kulit yang hebat dan kedua zat ini dapat dengan mudah diserap ke dalam tubuh. Setelah terserap, endapan zat ini akan terdapat pada otak, jantung, paru paru dan hati yang akan menjadi masalah kesehatan jangka panjang. SLS dan ALS juga berpotensi menyebabkan katarak dan menganggu kesehatan mata pada anak anak.

b. Bahan Pengawet Paraben

Paraben digunakan terutama pada kosmetik, deodoran, dan beberapa produk perawatan kulit lainnya. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan reaksi alergi pada kulit. Penelitian terakhir di Inggris menyebutkan bahwa ada hubungan antara penggunaan paraben dengan peningkatan kejadian kanker payudara pada perempuan. Disebutkan pula terdapat konsentrasi paraben yang sangat tinggi pada 90% kasus kanker payudara yang diteliti.

c. Propylene Glycol

Ditemukan pada beberapa produk kecantikan, kosmetik dan pembersih wajah. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan pada kulit dan dermatitis kontak. Studi terakhir juga menunjukan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati.

d. Isopropyl Alcohol

Alkohol digunakan sebagai pelarut pada beberapa produk perawatan kulit. Zat ini

(10)

dapat tumbuh dengan subur. Disamping itu, alkohol juga dapat menyebabkan

penuaan dini.

e. DEA (Diethanolamine), TEA (Triethanolamine) and MEA (Monoethanolamine)

Bahan ini jamak ditemukan pada kosmetik dan produk perawatan kulit. Bahan

bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan penggunaan jangka

panjang diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal dan hati.

f. Aluminium

Aluminium sering digunakan pada produk penghilang bau badan. Aluminium

diduga berhubungan dengan penyakit pikun atau Alzheimer’s.

g. Minyak Mineral

Minyak mineral dibuat dari turunan minyak bumi dan sering digunakan sebagai

bahan dasar membuat krim tubuh dan kosmetik. Baby oil dibuat dengan 100%

minyak mineral. Minyak ini akan melapisi kulit seperti mantel sehingga

pengeluaran toksin dari kulit menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya jerawat dan keluhan kulit lainnya.

h. Polyethylene Glycol (PEG)

Bahan ini digunakan untuk mengentalkan produk kosmetik. PEG akan

menganggu kelembaban alami kulit sehingga menyebabkan terjadinya penuaan

(11)

Menurut BPOM RI, bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik

adalah:

a) Merkuri (Hg/Air Raksa) termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri (Hg) dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada manusia.

b) Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam.

c) Asam Retinoat/Tretinoini/Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, teratogenic (cacat pada janin).

(12)

2. Bahan Kompleks Alam

a) Minyak kaya vitamin, misalnya cod-liver, avocado oil, wheat germ

b) Plasenta dan ekstrak organ hewan, mulai digunakan sejak plasenta dan ekstrak organ hewan dapat di konversikan kedalam bentuk yang stabil tanpa kehilangan efektifitasnya, seperti kandungan vitamin A, C, D dan kelompok vitamin B.

c) Ekstrak tunas tumbuh-tumbuhan

d) Sari buah dan sayuran yang dikondensasi, baik dalam bentuk murni atau dicampur dalam susu memiliki efek yang lebih menguntungkan bagi kulit. e) Royal Jelly, dapat menimbulkan peremajaan kembali jaringan atrofi dan

perbaikan sirkulasi darah.

f) Ekstrak Tanaman, dapat mencegah peradangan (ekstrak chamomile) dan bersifat desinfektan (fenol oil dan parsley).

2.3.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pemakaian Kosmetik

Ada empat faktor yang memengaruhi efek kosmetika terhadap kulit yaitu faktor manusia pemakainya, faktor lingkungan alam pemakai, faktor kosmetika dan gabungan dari ketiganya (Tranggono, 2007).

a) Faktor Manusia

(13)

b) Faktor Iklim

Setiap iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga kosmetika untuk daerah tropis dan sub tropis seharusnya berbeda.

c) Faktor Kosmetika

Kosmetika yang dibuat dengan bahan berkualitas rendah Atau bahan yang berbahaya bagi kulit dan cara pengolahannya yang kurang baik, dapat menimbulkan reaksi negatif atau kerusakan kulit seperti alergi atau iritasi kulit. d) Faktor Gabungan dari Ketiganya

Apabila bahan yang digunakan kualitasnya kurang baik, cara pengolahannya kurang baik dan diformulasikan tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan pemakai maka akan dapat menimbulkan kerusakan kulit, seperti timbulnya reaksi alergi, gatal-gatal, panas dan bahkan terjadi pengelupasan.

2.4. Produk Hijau atau Produk Ramah Lingkungan

Produk hijau atau green product dikenal juga dengan istilah eco product, sustainable product, dan eco efficiency product. Kementerian Lingkungan Hidup

(2007) menyatakan bahwa produk hijau adalah produk yang berwawasan lingkungan atau produk yang bersahabat dengan lingkungan, sejak pembuatan sampai pembuangan. Sementara itu, World Wildlife Fund (2007) mendefinisikan produk hijau sebagai produk yang memperhatikan aspek ekonomi dan ekologis sekaligus.

(14)

dengan mudah diidentifikasikan dipasar karena produk hijau pada umumnya menggunakan label tertentu yang menunjukkan bahwa produk tersebut telah lulus audit dan layak dinyatakan sebagai produk hijau.

2.4.1. Label Ramah Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup (2013) Ekolabel adalah label, tanda atau sertifikat pada suatu produk yang memberikan keterangan pada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan dampak negative relative lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis tetapi tidak menggunakan tanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku, proses pemuatan, pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaur-ulangan.

Ditinjau dari makna serta fungsinya tanda ekolabel merupakan sarana informasi yang otentik/akurat “verifiable” dan tidak menyesatkan konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk/jasa, komponen dan kemasannya.

Tujuan penggunaan ekolabel adalah untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan dalam kegiatan perdagangan sekaligus menumbuhkan kesadaran akan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan.

Penyusunan kriteria Ekolabel untuk kategori produk tertentu disusun oleh Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang Manajemen Lingkungan yang mengacu pada ISO 14024 (Environmental labels and declaration – Type I environmental labeling – Principles and procedures).

(15)

2. Kriteria dan ambang batas 3. Prasyarat:

a. Penataan peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan hidup b. Penerapan sistem manajemen lingkungan

c. Pemenuhan standar mutu produk dan penerapan sistem manejemen mutu d. Kemasan yang ramah lingkungan

Tanda ekolabel menggunakan Logo Ekolabel Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Tanda Ekolabel yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Logo Eko Label Indonesia 2.4.2. Label pada Kemasan Produk Ramah Lingkungan

The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 memperkenalkan sistem kode

identifikasi resin yang dikenal sebagai kode material kemasan, berupa angka-angka yang ada ditengah ketiga anak panah simbol recycle. untuk memberikan keseragaman sistem manufaktur plastik yang diterapkan secara international (Tilaar, Lip, dan Ranti, 2011) ;(Ryaldino, 2011) :

1. PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate)

(16)

panas. Kemasan dengan kode ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Serpihan PET yang telah dibersihkan dan di daur ulang dapat digunakan untuk membuat serat benang karpet dan geotekstil.

Gambar 2.2. Kode PETE 2. HDPE (High Density Polyethylene)

Kode ini biasa dipakai untuk berbagai macam botol. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Hasil daur ulangnya dapat dijadikan kemasan produk non pangan.

Gambar 2.3. Kode HDPE 3. PVC (Polyvinyl Chloride)

Plastik berbahan PVC (Polyvinyl Chloride) merupakan plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada pipa dan konstruksi bangunan.

(17)

4. LDPE (Low Density Polyethylene)

Kemasan plalstik berbahan LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

Gambar 2.5 LDPE (Low Density Polyethylene) 5. PP (Polypropylene)

Kemasan berbahan PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama sebagai tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum (termasuk botol minum untuk bayi).

Karakteristik kemasan plastik dari bahan polypropylene adalah transparan yang tidak jernih atau berawan tapi tembus cahaya, serta tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak.

(18)

6. PS (Polystyrene)

Plastik ini biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

Bahan ini berbahaya bila digunakan untuk membungkus makanan yang panas.

Gambar 2.7 Kode PS (Polystyrene) 7. Lain-lain

Plastik yang menggunakan kode dengan angka 7 ditengah segitiga tidak termasuk enam golongan lainnya, atau terbuat dari satu jenis resin dan digunakan dalam kombinasi multi player.

Gambar 2.8 Kode Lain-lain 8. Mobius Loop

(19)

Gambar 2.9 Mobius Loop 2.4.3. Sertifikasi Ekolabel di Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup (2009), Ekolabel Indonesia lahir dengan latar belakang bahwa tuntutan konsumen pada perdagangan Internasional semakin meningkat, pola konsumsi dunia cenderung mengarah pada Green Consumerism. Pembeli dalam memilih produk yang diinginkan berdasarkan aspek lingkungan dan aspek lainnya.

(20)

Hingga saat ini KAN telah memberikan akreditasi pada dua lembaga sertifikasi ekolabel yaitu LSE Maleco dan LSE-Papics. (Suminto, 2011).

2.5. Produk Kosmetika Ramah Lingkungan

(Tilaar, Wih, Ranti, 2011) dalam buku Pioneers in Green Science menjelaskan bahwa produk kosmetik ramah lingkungan dikembangkan dengan suatu konsep Green Science yang dibagi dalam empat langkah pengembangan produk dari awal hingga akhir, yaitu:

2.5.1. Green Resources

Sumber daya hijau yang digunakan terdiri dari:

a. Green Knowledge, adalah pengetahuan yang membahas segala aspek yang berkaitan dengan usaha-usaha dalam proses kehidupan agar memberikan dampak yang sekecil mungkin terhadap lingkungan.

b. Green Cultivation and Organic Farming, merupakan budidaya ramah lingkungan dengan sistem pertanaman dengan berazaskan daur ulang unsur hara hayati. Pertanian organik menerapkan sistem pertanian organik pada tanaman obat dan kosmetik yang benar-benar alami, terbebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan baik air, tanah dan udara dimaksudkan untuk menghindari bahaya keracunan akibat residu pesitisida kimia.

(21)

Pemanfaatan bahan baku berbasis green semakin meningkat di Industri kosmetik. Banyak aturan-aturan International dibuat supaya menghasilkan bahan baku atau produk yang ramah lingkungan.

d. Green Research, dengan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari bahan baku baik bahan aktif maupun bahan pembantu alami. Untuk menjamin bahan baku tersebut sesuai dengan aturan yang ada muncul lembaga sertifikasi antara lain ecocert, USDA Organic, Japan Organic Standard (JAS), Organic Europe, dan lain-lain.

e. Recycling Packaging, material kemasan yang digunakan selain harus memenuhi persyaratan international juga harus ramah lingkungan seperti dapat di daur ulang atau digunakan kembali. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku, mengurangi penggunaan energy, mengurangi polusi, kerusakan lahan, emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.

f. Green Development meliputi langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan setiap produk yang tidak menberi pengaruh buruk pada alam maupun manusia, melalui:

(22)

ramah lingkungan diharapkan tetap menjaga kelestarian bumi serta sumber daya alam didalamnya untuk mehindari dampak buruk pada alam akibat keterlibatan manusia.

b. Strich Compliance, dalam menghasilkan dan mengembangkan produk kosmetik formula atau produk selalu dikembangkan dengan aturan-aturan baik yang berlaku nasional maupun international. Di lingkungan ASEAN sendiri sudah ditetapkan dalam ASEAN Cosmetic Directive (ACSD)sebagai bentuk harmonisasi kosmetika di negara-negara ASEAN.

c. Efficient Process, dimana dalam mengembangkan sutu formula perlu diperhatikan bahwa pada saat produk diproses tidak menggunakan sumber daya berlebihan. Aspek yang perlu diperhatikan adalah desain formula dan desain kemasan.

(23)

e. Simple, Minimal Packing Design. Kemasan yang digunakan merupakan kemasan dengan desain yang sederhana dan berasal dari bahan yang dapat didaur ulang.

f. Green Collaboration, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak luar baik nasional maupun international, salah satunya adalah dengan melakukan kolaborasi dengan petani untuk melakukan budidaya tanaman organik yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik.

2.5.2. Green Process

Proses produksi yang dilakukan dengan mengedepankan proses produksi yang aman, efisien, polusi terkendali, hemat energi dan sumber daya serta meminimalkan limbah produksi. Dalam menunjang proses ini perusahaan telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO 14000. Dalam kebijakan tersebut terdapat jaminan bahwa semua proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan jasa mematuhi kaedah aman bagi pekerja (Safe Operation).

2.5.3. Green Output

Bahwa semua upaya produksi yang telah dilakukan telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

(24)

b. Green Waste dimana setiap industri harus bertanggung jawab atas limbah produksi yang dihasilkan dan menjamin limbah produksi tersebut aman bagi lingkungan serta mahluk hidup disekitarnya.

c. Safe for Human, segala usaha dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk keamanan bagi manusia dan lingkungannya.

d. Presevation of Endangered Plants dan Biodiversity, bahwa dalam menggunakan tanaman diambil bagian-bagian yang aman supaya tidak merusak kelangsungan hidup tanaman. Sebagai bentuk peduli terhadap lingkungan, Industri tidak hanya mengambil tetapi juga mengembalikan ke alam apa yang sudah digunakan dengan melakukan penanaman kembali dan memperbanyak jenis tanaman untuk menjaga agar tanaman-tanaman tersebut tidak punah.

2.6. Perilaku

Perilaku adalah suatu perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari. Morgan et.al dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku adalah suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam betuk yang dapat diamati dalam beberapa cara.

Notoatmodjo membagi ranah perilaku menjadi tiga bagian, yaitu pengetahuan (knowledge), Sikap (attitude) dan Tindakan (praktice). Perilaku tersebut dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu:

(25)

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar subjek.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersikap aktif (tindakan nyata atau practice). (Notoatmodjo, 2010)

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health promotion behavior) misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga dan lain-lain.

Perilaku terhadap lingkungan (Environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia, mencakup salah satunya perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, sistem pembuangan sampah dan air limbah. (Notoatmodjo, 2003)

Menurut teori Lawrence Gren dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:

a) Faktor yang mempermudah (Predisposing Factor) yang mencakup sikap, pengetahuan, kepercayaan, norma,dan unsur lain dalam diri individu atau masyarakat.

(26)

c) Faktor Pendorng (Reinforcing Factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku karena adanya sikap, baik dari sendiri, masyarakat ataupun petugas kesehatan.

2.7. Karakteristik

Bui (2005) yang mengutip Roberts (1996) menyatakan bahwa karakteristik tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi tanggung jawab sosial pada perilaku konsumen. Sebaliknya Weigel (1983) menyarankan bahwa perlu menggabungkan karakteristik untuk memverifikasi terhadap faktor yang memengaruhi perilaku. Menurut Bui (2005), berdasarkan profil demografi konsumen hijau umumnya berada dalam kategori berpendidikan, perempuan produktif berusia menengah dan pendapatan yang tinggi.

Menurut Haryadi (2009), potensi pasar untuk produk apa pun sama dengan jumlah orang yang menginginkan atau membutuhkannya dan juga memiliki sumber daya yang diperlukan untuk membelinya. Oleh karena itu, kita perlu mengevaluasi karakteritik demografik pembeli yang sekarang, maupun yang potensial. Faktor demografi yang yang digunakan luas, namun dalam penelitian ini yang diambil adalah usia, penghasilan, dan pendidikan.

(27)

dan perilaku menggunakan produk hijau. Menurut Boztepe (2012), usia 36 – 45 adalah kelompok usia yang paling sering membeli produk hijau dibandingkan kelompok usia yang lain.

Bui (2005) mengatakan dalam hal pendidikan, pendidikan terkait dengan sikap dan perilaku konsumen hijau dimana terdapat hubungan yang berkorelasi positif antara pendidikan dan perilaku konsumen hijau. Menurut Boztepe (2012), tingkat pendidikan memengaruhi pembelian produk hijau terutama pada sarjana dan pascasarjana.

Bui (2005) yang mengutip Zimmer (1994) dan Roberts (1996), menemukan hubungan yang signifikan antara pendapatan dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Menurut Boztepe (2012), untuk konsumen dengan pendapatan yang rendah, keinginan membeli produk hijau hanya didasarkan pada promosi yang ada, bukan karena kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan. Namun sebaliknya pada konsumen dengan pendapatan yang tinggi, pembelian produk hijau lebih didasarkan pada kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan.

2.8. Pengetahuan

2.8.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari

manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”.Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

(28)

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang

untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban

baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu

stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).

2.8.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2003): 1. Media Masa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa yang dapat pula memengaruhi pengetahuan masyarakat.

2. Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.

3. Sosial Budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat.

4. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang.

(29)

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya. 6. Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.

2.8.3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

(30)

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(31)

2.9. Sikap

2.9.1. Pengertian Sikap

Menurut Peter dan Olson (2000), sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan seseorang. Secara historis, istilah ‘sikap’ (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, & Edgley, 1980). Pembahasan masalah sikap manusia dalam kaitan ini digunakan untuk menjelaskan kenapa orang-orang dapat berprilaku berbeda dalam situasi yang sama.(Notoatmojo, 2007).

Menurut Kotler,dkk (2008), sikap merupakan evaluasi, perasaan seseorang, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek atau gagasan tertentu. Konsumen akan meyakini informasi yang diterimanya dan memilih merek tertentu untuk dibeli, hal itu berkaitan dengan sikap yang dikembangkan. Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen pada merek tertentu merupakan suatu sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap suatu merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak.

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Notoatmojo (2010) mengutip pendapat Purwanto (2010), ciri-ciri sikap adalah:

(32)

b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat. Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan tentang sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan, sikap juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu, keadaan sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

2.9.2. Komponen Sikap

(33)

a. Komponen Kognitif

Berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar menurut objek sikap. Kepercayaan dari apa yang telah kita lihat atau kita ketahui. Sekali kepercayaan terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

b. Komponen Afektif

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen Prilaku (Konatif)

Dalam struktur sikap komponen konatif menunjukkan bagaimana prilaku atau kecenderungan prilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi prilaku. Maksudnya, bagaimana orang berprilaku dalam situasi tertentu dan stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

2.9.3. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2012):

a. Menerima (Receiving)

(34)

c. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

d. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi tingkat tiga.

e. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.10. Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Uno, 2006).

Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat (Maslow, 1954) dalam Uno (2009).

(35)

bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Teori motivasi yang sangat fundamental adalah teori motivasi dari Abraham Maslow.(Uno, 2009)

a. Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)

Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah yang dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks.

Gambar 2.10 Hirarki Kebutuhan Maslow • Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,

diterima, memiliki)

• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan

dukungan serta pengakuan)

Aktualisasi diri penghargaan

sosial keamanan

(36)

• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan

menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

b. Teori Motivasi Herzberg (1966)

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

(37)

menandakan bahwa produk tersebut ramah lingkungan memberikan dukungan terhadap keputusan mereka dalam pembelian produk.

2.11. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari beberapa teori yaitu teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) yaitu Predisposing factor (faktor yang mempermudah) mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang ada dalam diri individu; Enabling Factor (faktor pendukung) antara lain umur, status ekonomi, pendidikan dan sumber daya manusia ; Reinforcing Factor (faktor pendorong) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku karena adanya sikap baik dari diri sendiri, keluarga, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.

(38)

2.12. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian dapat dijelaskan pada Gambar 2.12 berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.12 Kerangka Konsep Penelitian Pemilihan Kosmetika Ramah

Lingkungan Karakteristik :

• Umur

• Pendidikan

Gambar

Gambar 2.12 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait