TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo: Liliaceae; Family: Liliales; Genus: Allium;
Species: Allium ascalonicum L. (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder
berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi
berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Hervani dkk., 2008).
Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi
setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Suparman, 2007)
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiap tandan mengandung sekitar 50-200 kuntum bunga. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna. Biasanya terdiri dari 5-6 benang sari dan
sebuah putik dengan daun bunga berwarna hijau bergaris keputih-putihan atau putih, serta bakal buah duduk diatas membentuk suatu bangun berbentuk
Umbi bawang merah merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis yang tampak jelas, dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan kekanan dan kekiri, dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung umbi
bawang merah tidak banyak, hanya sekitar 2 sampai 3 lapis, dan tipis yang mudah kering. Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih banyak dan tebal.
Maka besar kecilnya siung bawang merah tergantung oleh banyak dan tebalnya lapisan pembungkus umbi (Suparman, 2007).
Syarat Tumbuh Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 1100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, Produksi terbaik dihasilkan di dataran rendah yang didukung suhu udara antara 25-32 derajat celcius dan beriklim kering. Untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik bawang merah membutuhkan tempat terbuka dengan pencahayaan 70 %, serta kelembaban udara 80-90 %, dan curah hujan 300-2500 mm pertahun (Suwandi, 2014).
Angin merupakan faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah karena sistem perakaran bawang merah yang sangat dangkal, maka
angin kencang akan dapat menyebabkan kerusakan tanaman (Suwandi, 2014). Tanah
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur
sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok
tanah Glei-Humus atau Latosol. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Sumarni dan Achmad, 2005).
Tanah yang digunakan untuk penanaman bawang merah mempunyai
struktur tanah yang bagus, drainase yang lancar dan tidak mudah padat. Sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan biji bawang merah menjadi
optimal. Oleh karena itu sebaiknya tanah persemaian digunakan tanah lempung berpasir yang dicampur dengan pupuk kandang (Hervani dkk, 2008).
Pupuk Organik dan Anorganik
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, contohnya adalah pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi, contohnya adalah Urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2005).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair
dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang dan sisa-sisa makanan. Sifat dan ciri pupuk kandang ditentukan oleh berbagai
faktor antara lain: Jenis Ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk dan struktur kandang dan tempat penyimpanan pupuk. Jenis hewan ternak mempengaruhi sifat dari pupuk atau
kotoran yang dihasilkan. Hal ini juga berkaitan dengan jenis pakan kesukaan ternak tersebut. Untuk keperluan perhitungan ditetapkan bahwa hara yang terdapat
pupuk kandang juga mengandung unsur Ca, Mg, S serta unsur-unsur mikro (Damanik, dkk. 2011).
Pupuk kandang/kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian
antara lain adalah kotoran ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis
makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biaya aplikasi pemberian pupuk kandang (pukan) ini lebih besar daripada pupuk anorganik. Hara dalam pukan ini tidak
mudah tersedia bagi tanaman. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi/ mineralisasi dari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan
hara dari pukan antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit terdekomposisi (Hartatik dan Widowati, 2006).
Dari berbagai macam jenis produk pupuk PT. Petrokimia Gresik, pupuk NPK digolongkan sebagai pupuk majemuk, yang artinya pupuk majemuk terdiri dari berbagai unsur yang dibutuhkan untuk kesuburan tanaman. Maka dari itu,
banyak para petani yang memilih pupuk NPK untuk kesuburan tanamannya. Selain itu, pupuk NPK Phonska merupakan pupuk subsidi oleh pemerintah kepada
petani Indonesia. Sebagai objek amatan pada penilitian ini, dipilih pupuk NPK Phonska yang memiliki ciri khas warna merah pada butirannya sebagai ciri khas pupuk NPK produksi PT. Petrokimia Gresik. Pupuk Phonska memiliki kandungan
hara sebagai berikut: 15% N, 15% P2O5, 15% K2O dan Sulfur sebesar 10%.
Dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap semua komponen
dan jumlah daun sejak awal pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan termasuk pemupukan anorganik (Jazilah, dkk. 2007).
Pemberian pupuk K dalam tanah yang cukup memberikan pertumbuhan
bawang merah lebih optimal dan menunjukan hasil yang baik. Penambahan pupuk K berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering per rumpun dan K
berperan dalam proses fotosintesis serta dapat meningkatkan bobot umbi (Napitupulu dan Winarto, 2010).
Unsur Hara N, P dan K dalam tanah
Tingkat dekomposisi bahan-bahan ini diketahui dari kandungan karbon dan nitrogen. Unsur karbon dan nitrogen dibutuhkan oleh jazad mikro
dekomposer sebagai sumber energi dan hara. Antara jazad mikro dengan tanaman terjadi kompetisi dalam memperoleh nitrogen. Umumnya jazad mikro lebih mampu, sehingga tanaman menunjukkan kekurangan (defficiency) nitrogen.
Pengikatan N dalam tubuh jazad dinamakan imobilisasi nitrogen; dijumpai pada tanah diberi bahan organik belum terdekomposisi sempurna. Imobilisasi bersifat sementara dan dilepas kembali begitu jasad mati. Pelepasan N ditandai
pertumbuhan tanaman normal dan nisbah C/N tamah berada antara 10 sampai 15. Nisbah C/N lazim digunakan sebagai petunjuk (indikator) kemudahan
dekomposisi bahan organik. Makin tinggi C/N makin sukar terdekomposisi (Syekhfani dan tim, 2012).
Sumber utama Nitrogen di dalam tanah berasal dari berbagai sumber.
Sumber utamanya adalah dari (1) nitrogen bebas di atmosfir, (2) hasil dekomposisi bahan organik, (3) loncatan listrik di udara (petir) dan (4) pupuk
ZA dan pupuk majemuk yang mengandung nitrogen selalu ditambahkan ke tanah di samping pupuk organic seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos juga merupakan sumber nitrogen di dalam tanah (Damanik, dkk. 2011).
Sumber utama fosfor anorganik berasal dari kerak bumi dan hasil pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfor seperti apatit, dan
kandungannya mencapai 0.12% P. Sebagian besar fosfat anorganik tanah berada pada persenyawaan kalsium, aluminium dan besi yang kesemuanya sukar larut dalam air. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat did lam
tanah melalui hasil pelapukan yaitu asam-asam organik. Asam-asam organik seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik akan menghasilkan anion organic.
Anion-anion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang bersifat sukar larut. Dengan pengikatan Al, Fe dan Ca ini ion-ion akan bebas dari pengikatan
logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah.
Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K2O, sedangkan air laut
mengandung kalium sekitar 0,04 K2O. Rerata kadar kalium pada lapisan olah tanah pertanian adalah sekitar 0,83% yang mana kadar ini lima kali lebih besar
dari nitrogen dan 12 kali lebih besar dari fosfor. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di dalam tanah (Damanik, dkk., 2011).
Kehilangan kalium dalam tanah dapat terjadi dengan beberapa cara seperti terangkut tanaman bersama pemanenan, tercuci, tererosi, dan terfiksasi.
diserap tanaman secara berlebihan melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Serapan yang berlebihan ini tidak lagi meningkatkan produksi tanaman, sehingga menimbulkan pemborosan penggunaan kalium tanah. Kehilangan kalium akibat
tercuci merupakan kehilangan yang paling besar. Jumlah kalium yang hilang bersama air atau tercuci dapat mencapai 25 kg/ha/tahun, tetapi dapat juga lebih
besar. Besarnya kalium akibat tercuci tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah, dan jenis tanah (Damanik, dkk., 2011).
Unsur Hara N,P dan K terhadap tanaman
Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi tanaman terutama pembentukan dan pertumbuhan bagian bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang, dan akar. Pemberian unsur N yang terlalu banyak pada bawang merah dapat menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Akan tetapi kekurangan unsur N dapat menyebabkan klorosis daun, serta jaringan daun
menjadi mati dan kering dan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil (Napitupulu dan Winarto, 2010)
Unsur phosphor (P) pada bawang merah berperan untuk mempercepat
pertumbuhan akar semai, dan dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan umbi (Napitupulu dan Winarto, 2010). Ketersediaan fosfor yang
tinggi menyebabkan kebutuhan fosfor untuk pembentukan dan perkembangan umbi sudah tercukupi (Jazilah, dkk. 2011). Apabila tanaman kekurangan unsur P maka akan terlihat gejala warna daun bawang hijau tua dan permukaannya terlihat
mengkilap kemerahan, dan tanaman menjadi kerdil. Bagian tepi daun, cabang, dan batang bawang merah mengecil serta berwarna merah keunguan dan kelamaan
Unsur kalium (K) berfungsi untuk pembentukan protein dan karbohidrat pada bawang merah serta dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan dapat meningkatkan kualitas umbi (Gunadi 2009). Peranan
lain dari K adalah memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain yang dapat meningkatkan ukuran, jumlah dan hasil umbi. Kandungan K yang
tinggi menyebabkan ion K+ yang mengikat air dalam tubuh tanaman akan mempercepat proses fotosintesis. Hasil fotosintesis inilah yang merangsang pembentukan umbi menjadi lebih besar sehingga dapat meningkatkan bobot
kering tanaman (Fitri, dkk. 2014). Bila kekurangan unsur kalium daun tanaman bawang merah akan mengkerut atau keriting dan muncul bercak kuning
transparan pada daun dan berubah merah kecoklatan serta mengering hangus terbakar (Gunadi 2009).
Pengaruh Hama terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
Serangan hama sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman bawang merah akibat serangan hama dapat mengakibatkan penurunan produksi bawang merah sampai
bahkan sampai gagal panen. Menurut Setiawati (2000) yang menyatakan kehilangan hasil akibat hama dapat mencapai 30 – 100%. Hasil pantauan
yang dilakukan di lapangan ternyata kerusakan yang diakibatkan oleh hama sangat berat dengan kerugian ekonomi yang tinggi. Para petani terpaksa memanen tanamannya lebih awal, sehingga umbi bawang yang dihasilkan