• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004:16).Keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan

individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah

disebut keluarga batih (Soerjono, 2004:23)

Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih

mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi

anggota, dimana ketentraman dan keterlibatan diperoleh dalam wadah tersebut.

b. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaualan hidup.

c. Keluarga batih merupakan unit sosial ekonomis yang secara materil memenuhi

kebutuhan anggotanya.

d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi

awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu

hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan

keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan

oleh Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:

(2)

b. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja

dibentuk dan dipelihara

c. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan perkawinan yang sengaja dibentuk

dan dipelihara

d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang

mempunyai ketentuan sehingga terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak

e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok-kelompok

keluarga.

Keluarga sebagai landasan Utama dan pertama bagi anak yang memberikan berbagai

macam bentuk dasar sebagai berikut :

a. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera seorang anak termasuk

anak dengan kecacatannya akan memperoleh latihan-latihan dalam mengembangkan

sikap social yang baik dan kebiasaan berprilaku misalnya anak melakukan

tugas-tugas tertentu dan mengikuti tatacara keluarganya, belajar disiplin diri dan disiplin

waktu agar kelak kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam

pergaulan dan hubungannya dengan teman-teman, serta mendukung kelancaran

perkembangan daya pikir (kognitif) dan prestasi disekolah.

b. Didalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga membentuk pola

penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan social dan interaksi social yang lebih luas.

Anak akan belajar dari latihan-latihan dasar untuk mengembangkan sikap social

yang baik, kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku yang memudahkan terbentuknya

(3)

Dengan demikian melalui keluarga maka kebutuhan fisik, intelektual, social,

emosional dan kebutuhan moral anak termasuk anak dengan kecacatan dapat terpenuhi

dengan baik oleh keluarganya serta lingkungannya.

2.1.2 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga.Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008) .Suatu keluarga

terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan keluarga batin / inti.Dalam keluarga besar

masih ada pribadi-pribadi lain seperti nenek, kakek, paman dll.Oleh karena suatu hal

kehadiran anak dengan kecacatan menyebabkan peran keluarga belum berjalan

sebagaimana mestinya. Adapun peran keluarga bagi anak dengan kecacatannya :

a. Sebagai Pendidik

Keluarga adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya termasuk anak dengan

kecacatan

b. Sebagai Pelindung

Keluarga melindungi anak dari perlakuan dan situasi yang dapat mengancam

keselamatan maupun menimbulkan penderitaannya.

c. Sebagai pemotivasi (motivator)

Anak yang mempunyai masalah, memerlukan dorongan dan dukungan dari

(4)

d. Sebagai Pelayan

Dengan kecacatan pada anak memiliki banyak keterbatasan dan kelemahan,

oleh karenanya keluarga harus memberikan pelayanan yang baik kepada

anak.Pelayanan tersebut berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan anak, baik

yang bersifat fisik, psikis maupun social.

e. Sebagai tempat Curah Hati

Keluarga diharapkan menjadi tempat yang nyaman bagi anak termasuk anak

dengan kecacatan dalam mencurahkan perasaan hatinya atau mengatasi masalahnya

tersebut. (Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam keluarga,

2005)

2.1.3 Fungsi Keluarga

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 mengenai

penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan fungsi keluarga

sebagai jawaban menuju terbentuknya sumber daya pembangunan yang handal dengan

ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri yaitu :

1. Fungsi Keagamaan

Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar

kehidupan keluarga sebagai wahana persemian nilai – nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

2. Fungsi Sosial Budaya

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotamya untuk

(5)

kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajar dan

meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.

3. Fungsi Cinta Kasih

Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,

suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar

generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang

penuh cinta kasih lahir dan batin.

4. Fungsi Melindungi

Fungsi ini menambah rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.

5. Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan

dapat menunujang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan

takwa.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa

melakukan penyesusain dengan alam kehidupan dimasa yang akan dating.

7. Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Agar setiap keluarga mampu menempatkan diri secara serasi, selaras, seimbang.

fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga didalam

masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa tugas dan fungsi keluarga bukan

merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa

tugas orang tua adalah :

(6)

2. Mendidik anak

3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religious

(Ahmadi, 2002:246)

Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga sebagai

fundamental bagi kehidupan masyarakat.Tidak satupun lembaga masyarakat yang lebih

efektif membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat berpengaruhi secara psikologis.Dalam

usaha kesejahteraan anak ada program penting untuk anak yang terdiri dari usaha untuk

meningkatkan ksejahteraan sosial anak termasuk bagi anak didalam keluarga maupun di

dalam keluarga pengganti. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar

memberikan pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadan anak (Kartono, 1998 : 57).

Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) ada lima yaitu :

1. Fungsi Biologis

a. Untuk meneruskan keturunan.

b. Memelihara dan membesarkan anak.

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarganya

d. Memelihara dan merawat anggota keluarganya

2. Fungsi Psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi Sosialisasi

(7)

b. Membina norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak

c. Meneruskan nilai – nilai keluarga

4. Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang anak dating.

Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

5. Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan minat yang dimiliki.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan arti pentingnya keluarga

dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun psikologis.

2.1.4 Reaksi Keluarga terhadap Keberadaan Anak dengan Disabilitas

Ketika orang tua dan atau pihak keluarga menangkap adanya suatu gejala dan kondisi

anak dengan kecacatan yang dinilai tidak sesuai dengan harapan dan tuntunan tugas

perkembangan atau tidak sesuai dengan prilaku anak seusianya, maka sikap awal yang

biasanya berkembang pada orang tua dan keluarga adalah marah, bingung, kecewa dan

(8)

a. Isolasi Keluarga

Keluarga cenderung menyembunyikan anaknya yang mengalami kecacatan,

dan menghindarkan anaknya tersebut dari pergaulan. Dengan demikian anak

dengan kecacatan menjadi terkungkung, tidak bisa berkomunikasi secara baik

dengan lingkungannya

b. Stigma Keluarga

Keluarga sering mengalami kesulitan bicara dengan orang lain tentang

anaknya, karena kecacatan sering dikaitkan dengan AIB keluarga. Kecacatan juga

kerapkali dikaitkan dengan perasaan berdosa, rasa tidak layak,kekecewaan dan

kemarahan. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kecacatan juga menambah

kebingungan dan perasaan tidak berdaya.

c. Gangguan Komunikasi dalam Keluarga

Keberadaan anak dengan kecacatan dapat menimbulkan beban mental bagi

keluarga. Hal ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi dalam keluarga,

seperti :

1. Cepat saling menyalahkan

2. Sulit mendengar

3. Penyimpangan makna

4. Irrasional, dan sebagainya

d. Keterlantaran Emosi

(9)

Pedoman ini menjadi salah satu acuan pelayanan bagi para keluarga anak dengan

kecacatan, untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak dengan kecacatan dapat terbantu.

Realisasi dari keinginan tersebut tentunya bertitik tolak pada kemampuan keluarga dan

dukungan berbagai pihak agar para keluarga dapat berperan dan berfungsi secara maksimal

dalam melakukan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi anak dengan kecacatan. (Pedoman

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam Keluarga, 2005)

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya.Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam

lingkung keluarga.Anggota keluarga memandang bahwa orang bersifat mendukug selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. (Friedman, 1998) Begitu juga

dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau

tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya ataupun berupa kehadiran dan hal – hal uang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang

yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan,

mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. (Gottlieb dalam Kuncoro,

2002:19)

2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki 4 jenis dukungan yaitu :

1. Dukungan Informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai kolektor dan

disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah. Maaf dan dukungan ini adalah dapat

(10)

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek – aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2. Dukungan Penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbinan

umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sumber validator,

identitas keluarga, diantaranya memberikan support, pengkuan, dan

perhatian.

3. Dukungan Instrumental yaitu sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti

materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung

pulihnya energi atas stamina dan semangat yang menurun. Selain itu

individu merasa bahwa dirinya bahwa masih ada perhatian atau kepedulian

dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan

atau penderitaan.

4. Dukungan Emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi, manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional

menjamin nilai – nilai individu (baik pria maupun wanita akan selalu terjaga keberhasilanya dari keingintahuan orang lain. Aspek – aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afesi, adanya kepercayaan perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.

(Caplan dan Friedman, 1998)

2.2.3 Manfaat Dukungan Keluarga

(11)

a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan perssepsi individu terhadap

sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutukan bantuan.

b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dalam persepsi individu

bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas) (Serason

dalam Kuncoro, 2003)

2.2.4 Sumber Dukungan Keluarga

Ada 2 sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial.Dukungan keluarga yang

natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan

dengan orang – orang yang berada disekitarnya.Sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang.Sehingga sumber

dukungan keluarga natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan

keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada :

a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat –

buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan nama

yang berlaku tentang kapan spontan harus dilakukan.

c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah berakar

lama.

d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan.

Mulai dari pemberian barang nyata hanya sekedar menemui seseorang dan

menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label psikologi

(Root&Dooley dalam Kuncoro 2002).

2.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga

(12)

1. Faktor Internal

a. Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukaan oleh faktor usia

dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, demikian setiap

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda.

b. Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan yaitu keyakinan seseorang terhadap

adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, latar belakang, pendidikan dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan untuk memahami tahap – tahap yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjada

kesehatan dirinya

c. Faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan

keluarga dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon

stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap

berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan

bahwa penyakit tersebut dapat mengancap kehidupannya. Seseorang

secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon

emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu

melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin

akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau

menjalani pengobatan.

d. Spritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan

keluarga atau teman dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam

(13)

2. Faktor Eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara bagaimana memberikan dukungan biasanya mempengaruhi

penderitaan dalam melaksanakan kesehatannya.

b. Faktor Sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan memperngaruhi cara seseorang mendefenisikan dan bereaksi

terhadap penyakitnya. . (Purnawan, 2008:57)

2.3 Keberfungsian Sosial

2.3.1 Pengertian Keberfungsian Sosial

Keberfungsian sosial dinyatakan bahwa interaksi manusia dengan lingkungan sosial

yaitu sebagai hasil kegiatannya mengadakan hubungan dengan orang lain. Adapun

keberfungsian sosial meliputi:

a. Kemampuan memenuhi kebutuhan, yang meliputi fisik, sosial, mental dan lain -lain.

Sebagai makhluk hidup yang multidimensi, maka kebutuhan seseorang juga

multidimensional. Orang tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan fisik saja

(pangan, sandang, rumah dan kesehatan), tetapi orang juga harus memenuhi

kebutuhan sosialnya, kebutuhan mental, dan lainnya.

b. Kemampuan melakukan peranan sosialnya.

Peranan sosial adalah tindakan/tingkah laku yang harus adalah kedudukan

seseorang didalam lingkungan sosial.

c. Kemampuan memecahkan masalah.

Manusia tidak “steril” dari masalah, artinya setiap orang pasti mempunyai

masalah. Masalah yang dihadapi manusia dapat berupa masalah yang berkaitan

(14)

Profesional Keluarga Indonesia Mitra Pembangunan Kesejahteraan Sosial, 2003 :

6).

2.4 Penyandang Disabilitas

2.4.1 Pengertian Penyandang Disabilitas

Disabilitas atau kecacatan adalah suatu kondisi dimana adanya kelainan fisik dan atau

mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seseorang

untuk melakukan aktivitas secara selayaknya. Mengacu pada Undang-Undang RI No. 23

Tahun 2002 pasal 1 tentang Perlindungan Anak, anak yang menyadang cacat adalah anak

yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangannya secara wajar.

Teori kecacatan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana disability merupakan

keterbatasan atau kekurang mampuan untuk melaksanakan kegiatan secara wajar bagi

kemanusiaan yang diakibatkan oleh kondisi impairment.

Menurut NAWS Disability may be defined as a reduction in personal coping and

adaptive function that causes significant limitation in overall daily living.(Kecacatan dapat

didefinisikan sebagai keadaan berkurangnya fungsi pribadi dalam memenuhi kebutuhan dan

daya penyesuaiannya sehingga menyebabkan keterbatasan dalam keseluruhan penampilan

hidup sehari-hari).

2.4.2 Ciri-ciri Penyandang Disabilitas

Adapun ciri-ciri penyandang disabilitas adalah

a. Penyandang cacat fisik, yaitu Individu yang mengalami kelainan kerusakan fungsi

organ tubuh dan kehilanganorgan sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh,

misalnya gangguan penglihatan, pendengaran, dan gerak

b. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau

(15)

dan melakukan perbuatan yang umum dilakukan orang lain (normal), sehingga

menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari

c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan fisik

dan mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh,

penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan

mental atau tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan

kegiatan sehari-hari selayaknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas diakses

pada tanggal 31 maret pukul 1:09)

2.4.3 Klasifikasi Penyandang Disabilitas

Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab

serta permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai

berikut :

a. Penyandang Cacat Fisik

1. Tuna Netra

Berarti kurang penglihatan. Keluarbiasaan ini menuntut adanya pelayanan

khusus sehingga potensi yang dimiliki oleh para tuna netra dapat berkembang

secara optimal

2. Tuna Rungu/ Wicara

Tuna Rungu, ialah individu yang mengalami kerusakan alat atau organ

pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau

menangkap bunyi serta suara.sedangkan Tuna Wicara, ialah individu yang

mengalami kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan

kata-kata, ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi suara

(16)

Secara harfiah berarti cacat fisik.Kelompok tuna daksa antara lain adalah

individu yang menderita penyakit epilepsy (ayan), kelainan tulang belakang,

gangguan pada tulang dan otot,serta yang mengalami amputasi.

b. Penyandang Cacat Mental

1. Tuna Laras

Dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi.

Gangguan yang muncul pada individu yang berupa gangguan perilaku seperti

suka menyakiti diri sendiri, suka menyerang teman, dan lainnya

2. Tuna Grahita

Sering dikenal dengan cacat mental yaitu kemampuan mental yang

berada di bawah normal.Tolak ukurnya adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna

grahita dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tuna Grahita Ringan (Debil)

Tampang dan fisiknya normal, mempunyai IQ antara kisaran

50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih

bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita

ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD

Umum

b. Tuna Grahita Sedang (Embisil)

Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada

sebagian anak tuna grahita yang mempunyai fisik normal.Kelompok ini

mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan

pendidikan setingkat kelas II SD Umum

(17)

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya

tidak mampu menerima pendidikan secara akademis.Anak tunagrahita

berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah.

Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda)

Kelompok penyandang jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari

satu jenis keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu

sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan

sekaligus.

2.4.4 Faktor Penyebab Disabilitas

Faktor – faktor penyebab disabilitas antara lain yaitu : a. Penyandang Cacat Fisik

1. Tuna Netra

a. Masa Prenatal

1. Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang

hamil 1-3 bulan, besar kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna

netra

2. Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan

kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna netra

3. Akibat kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia, sinar laser, minuman

keras yang mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian

mata

4. Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis

5. Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke 8.

(18)

1. Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi

karena proses kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan

bantuan alat (vakum)

2. Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus

(GO) menular pada bayi saat kelahiran

3. Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum

waktunya, sehingga diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam

inkubator.

c. Masa Perkembangan :

1. Kekurangan vitamin A

2. DM yang menyebabkan kelainan retina

3. Darah tinggi ; pandangan rangkap/kabur

4. Stroke, kerusakan syaraf mata

5. Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona,

retinoblastoma, efek obat/zat kimiawi.

2. Tuna Rungu

a. Masa Prenatal :

1. Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat

abnormal

2. Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan

pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan ruang telinga

3. Keracunan obat-obatan.

b. Masa Natal :

1. Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa

(19)

2. Kelahiran premature

c. Masa Perkembangan :

1. Ketulian karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili

2. Karena kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat pendengaran

bagian dalam.

3. Tuna Daksa

a. Masa Prenatal :

1. Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit

anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abosrtus

2. Gangguan metabolisme pada ibu

3. Kromosom, gen yang tidak sempurna

4. Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya buruk.

b. Masa Natal :

1. Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu

terlalu kecil

2. Pendarahan pada otak saat kelahiran

3. Kelahiran premature

4. Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga

mengakibatkan terjadinya anorexia.

c. Masa Perkembangan

1. Faktor penyakit ; meningitis, radang otak, diptheri, partusis

2. Faktor kecelakaan

3. Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna.

b. Penyandang Cacat Mental :

(20)

a. Masa Prenatal :

1. Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah

laku.

2. Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang

dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

b. Masa Natal : -

c. Masa Perkembangan :

1. Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada

berbagai tantangan atau krisis emosi.

2. Tuna Grahita

a. Masa Prenatal :

1. Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis

sebagai penyebab utama tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi

maternal.

2. Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari

penyakit ini seringkali memiliki klasifikasi serebral, mikrosefali,

atau hidrosefalus.

3. Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama

berbagai perubahan neuropatologis pada keturunannya, termasuk

tuna grahita.

4. Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya.

5. Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun

cara yang paling sering adalah selama kelahiran.

6. Sindroma AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah

(21)

7. Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor,

muntah, tangisan dengan nada tinggi, dan kelainan pola tidur.

b. Masa Natal :

1. Disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah

luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.

c. Masa Perkembangan :

1. Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan

pada selaput otak) dan problema nutrisi (kekurangan gizi, misalnya

kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak),

cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang

dapat menyebabkan kecacatan mental.

C. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda) :

1. Tuna Ganda

a. Masa Prenatal :

1. Ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak

dalam kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu

yangkekurangan gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu

banyak menkonsumsi obat dan alkohol.

b. Masa Natal :

1. Kelahiran prematur dan kekurangan oksigen

2. Terdapat luka pada otak saat kelahiran.

c. Masa Perkembangan :

1. Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat

(22)

2. Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit

tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak

(meningitis atau encephalities)

(http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html

diakses pada tanggal 31 maret pukul 1:09)

2.5 Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

2.5.1 Sejarah Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara didirikan pada tahun 1994

melalui bantuan anggaran LOAN / OECF 1994/1995 yang secara bertahap

pembangunannya dilaksanakan sampai dengan tahun 1998 yang bersumber dari dana

APBN Departemen Sosial RI.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 25/HUK/1998 tanggal 15

April 1998 secara resmi dikukuhkan menjadi salah satu Unit Pelaksaan Teknis di

lingkungan Kanwil Depsos Sumut dengan program rujukan regional pelayanan dan

rehabilitasi sosial khusus bagi penyandang cacat tubuh dari daerah Propinsi Daerah

Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau.

Setelah pelayanan selama kurang lebih 2 tahun, ternyata pelayanan tidak dapat

berjalan secara oprimal sesuai dengan kebijakan pemerintah berdasarkan Undang – undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonimi daerah. Dengan kebijakan ini, status

lembaga/UPT ini dialihkan ke Pemda Propinsi Sumatera Utara yang meliputi personil,

sarana dan prasarana serta pembiyaan.

Dalam proses perjalanan sejak diserahkan ke Pemda Sumatera Utara di tahun

2000 sampai dengan pelaksaan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi

penyandang cacat tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal yang antara lain

(23)

Utara. Sehingga diupayakan pengembalian UPT PSBD “Bahagia” ke Departemen

Sosial RI.

Melalui proses yang panjang dari sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 atas

persetujuan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,

Menteri Sosial melalui Keputusan Nomor 163/HUK.2007 tanggal 5 Desember 2007

menetapkan tentang organisasi dan tata kerja PSBD “Bahagia” Sumatera Utara dan

sejak tahun 2008 kelembagaan Balai Bina Daksa Lau Bakeri beralih status

kelembagaan menjadi UPT Kementerian Sosial dibawah pembinaan Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Setelah resmi berada di lingkungan Kementerian Sosial RI, atas pertimbangan

dan kebijakan Menteri Sosial RI (Kepmensos Nomor : 09/HUK/2008) PSBD

“Bahagia” Sumatera Utara yang sebelumbanya berlokasi di Desa Lau Bakeri

Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang dipindahkan ke Jalan William

Iskandar No. 377 Medan ( Menempati gedung eks PSPP Insyaf Medan). Sehubungan

dengan status kelembagaan ini, UPT PSBD “Bahagia” Sumatera Utara kembali

kepada fungsi perujukan pelayanan dan rehabilitasi sosia; untuk wilayah Sumatera

Bagian Utara meliputi 5 wilayah propinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

2.5.2 Program PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

Adapun program yang dilaksanakan di dalam Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia” Sumatera Utara yaitu :

1. Program Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial

Program pelayanandan rehabilitasi sosial pada PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

(24)

menerangkan bahwa PSBD “Bahagia” mempunyai tugas melaksanakan

perlindungan, advokasi, pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberian informasi,

rujukan, koordinasi dan kerjasama dengan instansi bagi penyandang cacat agar

mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan khusus unutk

program penjakauan memberikan bimbingan dan pelayanan keterampilan praktis

bagi penyandang cacat memiliki keterampilan sehingga pada gilirannya mereka

mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Program Pelayanan Dalam Panti

Program pelayanan dalam panti diperuntukan bagi calon penerima manfaat (klien)

penyandang cacat yang berada di wilayah Sumatera Utara dan direkrut oleh

petugas PSBD bekerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi, Kabupaten/Kota. Calon

klien yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis akan di registrasi dan

diasramakan.

2.6 Pelayanan Sosial

2.6.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk dengan

lingkungan sosialnya (Muhidin, 1992:43). Perlu dibedakan dua macam pengertian

pelayanan sosial, yaitu :

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi

pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan,

perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan sosial mencakup

(25)

seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial

dan sebagainya (Muhidin, 1992:41).

Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial,

maka pelayanan yang ditujan kepada golongan msyarakat yang membutuhkan

pertolongan khusus.

2.6.2 Fungsi – fungsi pelayanan sosial

Pelayanan sosial telah dan mungkin diklasifikasikan dalam beragai cara,

tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa – bangsa (PBB) mengemukakan fungsi dari pelayanan sosial adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat

2. Pengembangan sumber – sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan – perubahan sosail dan penyesuaian sosial

4. Mobilisasi dan pencipta sumber – sumber masyarakat unutk tujuan pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaran struktur kelembagaan untuk tujuan agar

pelayanan – pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.

Richard M. Titmuss mengemukakan bahwa pelayanan sosial ditinjau dari

perspekstif masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk

masa sekarang dan unutk masa yang akan datang.

2. Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan sebagai

(26)

3. Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan sebagai

program kompensasi bagi orang – orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial misalnya kompensasi kecelakaan industry dan sebagainya.

Alfred J. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah:

1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan

2. Pelayanan sosial unutk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi

3. Pelayanan akses

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaskudkan untuk

mengadakan perubahan – perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program – program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangannya.Tujuannya

yaitu untuk menanamkan nilai – nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak.

Bentuk – bentuk pelayanan sosial tersebut adalah :

1. Program penitipan anak

2. Program – program kegiatan remaja/pemuda

3. Program – program pengisian waktu terluang bagi anak dan remaja dalam keluarga

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi

mempunyai tujuan unutk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara

individual maupun didalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu

mengatasi masalah – masalahnya.

(27)

2. Program asuhan keluarga dan adopsi anak

3. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman

4. Program – program rehabilitasi bagi penderita cacat

5. Program – program bagi lanjut usia

6. Program – program penyembuhan bagi penderita gangguan mental

7. Program – program bimbingan bagi anak – anak yang mengalami masalah dalam bidang pendidikan

8. Program – program, bimbingan bagi anak – anak yang mengalami masalah dalam bidang pendidikan

9. Program – program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.

Pelayanan sosial unutk tujuan menyembuhkan, memberika bantuanm

rehabilitasi, perlindungan sosial biasanya melalui kegiatan/program dalam suatu

lembaga, misalnya lembaga panti, lembaga rehabilitasi dan lain – lain. Tujuan dari pelayanan ini adalah memulihkan kemampuan peranan sosial dan memberikan

bantuan guna penyesuaian yang memadai dengan lingkungan sosialnya.Bentuk

pelayanan panti merupkan salah satu pelayanan kesejahteraan sosial mencakup

program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti

pelayanan sosial bagi anak – anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial, dan sebagainya.

Romanyshyn (1971) mengemukakan bahwa pelayanan sosial bukan hanya

sebagai usaha memulihkan, memelihara, meningkatkan kemapuan berfungsi sosial

individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya

kolektivitas seperti kelompok – kelompok sosial, organisasi serta masyarakat (Nurdin,

(28)

Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial adalah mengaktualkan potensi klien.

Sementara tugas pelayanan sosial adalah memberikan pelayanan (bantuan, santunan,

bekal lain) unutk membangkitkan motivasi klien, dan mengorganisasi lingkungan

yang sesuai atau mungkin disesuaikan (Danim, 1995:39)

Dalam salah satu teori Marxist disebutkan bahwa organisasi atau lembaga

pelayanan sosial cenerung mengutamakan nilai – nilai ekonomi dan menekankan sistem ekonomi kapitalis, yaitu mengambil keuntungan sehingga seringkali membawa

kerugian pada masyarakat. Pandangan ini banyak dilakukan organisasi atau lembaga

pelayanan sosial

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa lembaga atau organisasi sosial

seringkal tida mencapai tujuan yang sebenarnya.Hal ini disebabkan karena pekerja

sosial sebagai pelaksanaan pelayanan tidak professional dan tidak bersungguh – sungguh dalam melakukan pelayanannya kepada masyarakat.

2.7 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejateraan sosial sering diidentifikasikan dengan kesejahteraan masyarakat atau

kesejehateraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut diilah, yaitu kesejahteraan dan

sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtea artinya aman,

sentosa makmur, selamat. Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan,

ketentraman, kesenangan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan

Sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi

keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosail tertentu saja. Istilah kesejahteraan sosial bukanlah

(29)

salah satu bidang kegaiatan masyarakat internasional. Di Indonesia sendiri, kesejahteraan

sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia (Suharto,2009:1)

.

Dalam Undang – undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejateraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (www.kemensos.go.id) diakses pada tanggal

10 april 2014 pada 17.11 WIB).

PBB mendefiniskan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir

dengan tujuan membantu penyesuaian timba balik anatara indiviu – individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik – teknik dan metode – metode dengan maksud supaya memungkinkan individu – individu, kelompok – kelompok, maupun komunitas – komunitas untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan memecahkan masalah – masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola – pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan

sosial. (www.mediaedukasi.com/pengertian -kesejateraan-sosial/ diakses pada tanggal 6

april pukul 01.13 WIB).

Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial, yang pertama yaitu

untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standart kehidupan pook seperti

sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi – relasi yang harmonis dengan lingkungannya. Yang kedua yaitu untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya

(30)

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep

kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Kesejhateraan sosial

memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan

mencakup tiga konserpasi, yaitu :

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegaiatan yang melibatkan lembaga kesejateraan sosial dan

berbsgai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial

dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan – kegiatan usaha yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari indikator – indikator yang pertama jumlah dan pemerataan pendapatan. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha dan

faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar

masyarakat memiliki pendapatan tetap untuk keberlangsungan hidupnya. Adapun yang

menjadi indikator dalam pendapatan adalah, jenis pekerjaan orang tuam jumlah pendapatan

setiap bulan, tabungan, dan kepemilikan rumah. Indikator kedua adalah pendidikan.

Pendidikan yang merata dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap lapisan masyarakat

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indikator ketiga adalah kesehatan.

Menurut WHO, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan yang sehat

dari individu adaah hal yang diperlukan untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan.

Mayarakat yang sakit akan sulit memperjuangkan kesejahteraan diri dan keluarganya.

Indikator kesehatan ini dapat diukur dari frekuensi makan setiap hari, kemampuan untuk

(31)

menjadi faktor penentu dalam usaha – usaha yang dilakukan semua pihak dalam mencapai kesejahteraan (http://kompasiana.com/bisnis/indikator-kesejahteraan/ diakses pada tanggal 6

april 2014 pukul 00.12 WIB).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah

berbagai usaha yan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara

fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan kehidupan spiritual agar terwujuw kehidupan

yang layak da bermartabat.

2.8Kerangka Pemikiran

Penyandang disabilitas merupakan sosok manusia yang diciptakan tuhan yang maha

esa sama dengan manusia lainnya, namum hanya beberapa bagian yang membedakannya

antara normal dan tidak normal. Manusia normal memliki keadaan fisik dan mental yang

dapat bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, sedangkan manusia tidak normal

memilkik keadaan fisik dan mental secara tidak normal yang pada saat ini lebih dikenal

dengan penyandang disabilitas.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 pasal 6 ayat 6 tentang penyandang

disabilitas mengatakan secara tegas bahwa penyandang disabilitas berhak diperlakukan sama

dengan manusia normal lainnya dalam segala aspek penghidupan dan kehidupan baik itu

dalam keluarga, lingkungan dan komunitas. Penyandang disabilitas sangat membutuhkan

dukungan utama yaitu berasal dari keluarga.Keluarga merupakan faktor penentu dalam

memberikan pelayanan terpadu, berkesinambungan terhadapa anggota keluarga mereka yang

memiliki status penyandang disabilitas.Namun pada kenyataannya sering kali terlihat adanya

salah satu anggota keluarga sebagai penyandang disabilitas menganggu keberfungsian sosial

(32)

Dukungan keluarga merupakan hal yang mendasar dari pembentukan kepercayaan

diri seorang individu dimana dengan peran orang tua individu akan tumbuh menjadi individu

yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistis terhadap dirinya,

dengan menilai positif dirinya.

Maka dari itu, dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakandan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya.Dalam hal ini anggota yang dimaksud adalah penyandang

disabilitas yang merasa memperoleh dukungan secara emosional dan merasa lega karena

diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan.Dukungan keluarga

meliputi dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional.

Dukungan informasi berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang

dunia yang dapat digunakan untuk menangkap suatu masalah.Aspek dalam dukungan ini

adalah nasihat, usulan, saran, petunjuka dan pemberian informasi.Dukungan penilaian yaitu

keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menangani

masalah serta validator.Identitas keluarga diantaranya memberikan support, pengakuan, dan

perhatian.Dukungan instrumental yaitu sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya

bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.Selain itu

invidu merasa bahwa dirinya masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap

seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan.Dukungan emosional yaitu

keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk penulisan kemudian aspek

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk aksi adanya

kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.

Di Medan sendiri, Panti Sosial Bina Daksa memberikan perhatian khusus terhadap

(33)

martabat, serta kualitas hidup penyandang disabilitas serta mengembangkan prakarsa dan

peran aktif masyarakat dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat Panti Sosial

Bina Daksa menjalankan beberapa program yang nantinya dapat meningkatkan

keberfungsian sosial bagi penyandang disabilitas itu sendiri dalam keluarga ataupun

masyarakat.

Setelah memperoleh dukungan keluarga penyandang disabilitas tidak hanya sosok

lemah yang dipandang kasihan bahkan sebelah mata tetapi sosok yang dijadikan motivasi diri

bagi masyarakat lainnya. Jika dukungan tersebut dapat dijadikan secara maksimal maka

keberfungsian sosial penyandang disabilitas juga akan terpenuhi. Adapun keberfungsian

sosialnya meliputi : kemampuan memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan lainnya, kemampuan

melakukan peran sosialnya yaitu tingkah laku atau tindakan adalah kedudukan seseorang

didalam lingkungan sosialnya dan mereka mampu memecahkan masalah yang juga terkait

(34)
(35)

2.9 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah

pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan opjek penelitian. Dengan kata

lain, Penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep

sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh Penulis. Jadi, definisi konsep ialah

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,

2011: 138).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

a. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit

b. Keberfungsian Sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan

peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu berupa adanya rintangan

dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinya mencapai kebetuhan hidupnya.

c. Penyandang Disabilitas adalah suatu kondisi dimana adanya kelainana fisik atau

mental yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seorang

untuk melakukan aktivitas secara selayaknya.

d. Pelayanan Sosial adalah kegiatan yang dilakukan pendamppingan untuk memberikan

pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Panti Sosial adalah Lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan

fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan

panyandang masalah kesejahteraan sosial ke ara kehidupan normative secara fisik

(36)

f. Panti Sosial Bina Daksa adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan

bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas agar mampu

Referensi

Dokumen terkait

(The region enclosed by the polygon must be covered exactly by the triangles and squares used in the construction.) How the process can be used to construct a convex polygon with

[r]

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang berupa rusunawa untuk dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah,

Telkom telah mengalami begitu banyak kemajuan terutama apabila dilihat dari teknologi yang digunakan, yang mana salah satunya adalah MDF. Dimana MDF ini adalah salah satu

(1) Walikota berwenang memberikan izin gangguan kepada setiap orang atau badan yang mendirikan dan/atau memperluas/merubah tempat usaha/kegiatan/jenis usaha di lokasi

Dengan batasan yang telah ditentukan, Alat uji ini akan bekerja sebagai mana mestinya dengan menghasilkan output nilai secara acak/random yang akan ditunjukan dengan beberapa

Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi

Dalam penulisan ilmiah ini,penulis juga menggunakan sumber energi listrik sebagai media utamanya.Prinsip rangkaian ini cukup sederhana.Rangkaian ini akan mengakhiri perlunya