• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Survei Tanah

Hakim, dkk, (1986)mengemukakan salah satu kegiatan yang dilakukan

untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei.

Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam

proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi

peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan

laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang

tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah,

klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto,

2005).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan

memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir

sama ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas

warna, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).

B. Satuan Lahan

Satuan lahan homogen merupakan cara pendekatan dalam inventarisasi

sumberdaya alam (Wiradisastra, 1989). Pengembangan konsep ini biasanya

dikaitkan dengan dipakainya sarana seperti foto udara dan peta tematik untuk

pengumpulan data awal. Dengan menggunakan peta-peta yang tersedia, konsep

satuan lahan dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat dideliniasi

(2)

denganmenumpang tindihkan (overlay) berbagai parameter lahan yang dapat

dipetakan. Pada pendekatan sekarang, satuan lahan didefinisikan sebagai area

homogen dalam berbagai parameter fisik lahan (tanah, lereng, penggunaan lahan,

derajat kerusakan erosi, dan lain-lain) yang dapat diidentifikasikan langsung di

lapang. Bila salah satu parameter berubah maka satuan lahan akan berubah pula.

Dalam proses evaluasi lahan, satuan lahan homogen ini dianggap sebagai satuan

peta (mapping unit) dengan ciri karateristik atau kualitas lahan yang akan

dipadankan (matching) dengan persyaratan tumbuh tanaman.

Melihat proses pembentukan satuan lahan homogen dengan cara overlay

dari parameter penyusunnya diatas, maka pendekatannya dinamakan Pendekatan

Sistem Informasi Geografiatau GIS Approach (Wiradisastra, 1989).

Sisteminformasi ini terdiri dari set data dan informasi yang telah disusun dalam

bentukpeta-peta sumberdaya alam. Untuk tujuan analisis dengan

menggabungkanberbagai parameter lahan pada suatu evaluasi lahan, maka

dilakukan tumpangtindih peta-peta tersebut yang akan menghasilkan unit area

yang mempunyaikesamaan sifat yang secara spasial telah terdeliniasi dan

dianggap mempunyaisifat sesuai dengan jumlah parameter yang ditumpang

tindihkan.

C. Evaluasi Lahan

Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana

lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi

penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep

(3)

di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa

lampau maupun masa sekarang (Dent dan Young, 1981).

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk

tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah

teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan / atau arahan

penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung, dkk.,2007).

D. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

Metode pembandingan (matching) merupakan salah satu cara untuk

mengevaluasi kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta

memperbandingkan antara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan

lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan lahan tertentu

(Jamulyo dan Sunarto, 1991 ; Sitorus, 1995).

E. Persyaratan Tumbuh Tanaman

Semua jenis komoditas tanaman yang berbasis lahan untuk dapat

tumbuhatau hidup dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu,

yang kemudian antara satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut

terutama yang terdiri atas energi radiasi, temperatur/suhu, kelembaban, oksigen,

dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan

selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan (FAO, 1983 dalam Djaenudin et

al., 2000). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya yang tergolong sebagai kualitas

lahan adalah media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur,

(4)

F. Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan

Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks dari suatu lahan.

Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh

terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976).

Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan

diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu,

misalnya kemiringan lereng, curah hujan, dan tekstur tanah, dan sebagainya.

(FAO, 1976).

Djaenudin et al. (2000) mengemukakan kualitas dan karakteristik lahan

yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan pada Tabel. 1

Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan

Simbol Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

Tc Temperatur 1. Temperatur rerata (o C ) atau elevasi (m) Wa Ketersediaan air 1. Curah Hujan (mm)

2. Lamanya masa kering (bulan) 3. Kelembaban udara

Oa Ketersediaan oksigen 1. Drainase Rc Media perakaran 1. Tekstur

2. Bahan kasar (%) Xc Toksisitas 1. Aluminium

2. Salinitas/DHL (ds/m)

Xn Sodisitas 1. Alkalinitas (%)

Xs Bahaya sulfidik 1. Pyrit (Bahan Sulfidik)

Eh Bahaya erosi 1. Lereng (%) 2. Bahaya erosi Fh Bahaya Banjir 1. Genangan

Lp Media Perakaran Retensi Hara Penyiapan Lahan

1. Batuan di permukaan (%) 2. Singkapan batuan (%)

(5)

G. KelasKemampuan Lahan

Kelas kemampuan lahan adalah kelompok penggunaan lahan suatu

wilayah sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara

efisien dan optimal, dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat

dipergunakan secara berkelanjutan (Tjokrokusumo,2002)

Arsyad (2006) mengemukakan delapan kelas kemampuan lahan yang

dapat dilihat pada Tabel 2. Kelas kemampuan lahan memiliki masing-masing

faktor penghambat yang mempengaruhi penggunaan lahannya.

Tabel 2. Kelas Kemampuan Lahan

No. Kelas Ciri-Ciri

1. I Mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan cagar alam.

2. II Memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang.

3. III Mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut.

4. IV Dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.

5. V Tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam.

6. VI Mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam.

7. VI Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat.

8. VIII Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam.

(6)

H. Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang

menurut Arsyad (1909) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara

sistematis dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat

yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.

Proses klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan metode faktor

penghambat. Setiap kualias lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik

sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya

sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas,

penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar

hambatan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Klasifikasi

kemampuan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi kemampuan lahan

Hokensmith dan Steele (1943) yaitu metode klasifikasi dengan sistem faktor

penghambat. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor

penghambat.

Penghambat yang digunakan adalah e (erosi), w (drainase), s (tekstur

tanah), c (iklim) dan g (kelerengan). Pada klasifikasi ini dikenal prioritas

penanganan penghambat berdasarkan tingkat kemudahan penanganannya. Pada

kelas yang sama, bilamana mempunyai beberapa penghambat maka akan dipilih

prioritas penghambat yang paling besar. Urutan prioritas penghambat tersebut

adalah (dari yang paling mudah diatasi) e – w – s – c – g. Jadi apabila hasil

klasifikasi dalam satu unit lahan menunjukkan Klas IVe, IVw dan IVs, maka akan

(7)

sulit ditangani. Kriteria yang digunakan untuk pengelompokan dalam kelas

menurut Arsyad (2006) adalah sebagai berikut:

1. Iklim

Dua komponen iklim yang mempengaruhi kemampuan lahan adalah

temperatur dan curah hujan. Pada penelitian ini, data temperatur diperoleh dari

world climate dan curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika Sampali Medan.

2. Lereng dan Ancaman Erosi

Kemiringan lereng merupakan lereng yang membentuk bidang horizontal,

satuannya dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (0). Klasifikasi kemiringan

lereng dapat dilihat pada Tabel 3. Data kemiringan lereng pada penelitian ini,

diperoleh dari peta kelerengan dan pengamatan lapangan.

Tabel 3. Klasifikasi kemiringan lereng

No Kelas Kemiringan Lereng 1. A = Datar 0% sampai <3% 2. B = Landai atau berombak >3% sampai 8% 3. C = Agak miring atau bergelombang >8% sampai 15% 4. D = Miring atau berbukit >15% sampai 30% 5. E = Agak curam atau bergunung >30% sampai 45% 6. F = Curam >45% sampai 65% 7. G = Sangat curam >65% Sumber: Arsyad (2006)

Klasifikasi kepekaan erosi tanah (nilai K) dapat dilihat pada Tabel 4.

Penentuan nilai K pada penelitian ini menggunakan rumus:

K = 2,713M1,14(10-4)(12-a)+(b-2)+2,5(c-3)

100

Keterangan: M= parameter ukuran butir yang dapat dilihat pada Tabel 5.

a = % bahan organik yang dapat dilihat pada Tabel 6.

b = nilai struktur tanah yang dapat dilihat pada Tabel 7.

(8)

Tabel 4. Klasifikasi kepekaan erosi tanah

Tabel 5. Penilaian Ukuran Butir (M)

Kelas Tekstur Nilai M Kelas Tekstur Nilai M liat berat 210 Pasir 3035 liat sedang 750 lempung berpasir 3245 liat berpasir 1213 lempung liat berdebu 3170 liat ringan 1685 lempung berpasir 4005 lempung liat berpasir 2160 Lempung 4390 liat berdebu 2830 lempung berdebu 6330 lempung liat 2830 Debu 8245 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

Tabel 6. Kelas Kandungan C-organik

Kelas C-organik Nilai Sangat randah <1 0

Rendah 1-2 1

Sedang 2,1-3 2

Tinggi 3,1-5 3

Sangat Tinggi >5 (gambut) 4 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

Tabel 7. Penilaian Struktur Tanah

Tipe Struktur Nilai Granular sangat halus (<1 mm) 1 Granular halus (1mm sampai 2 mm) 2 Granular sedang dan kasar (2 mm sampai 10 mm) 3 Gumpal, lempeng, peja (blocky, platty, massif) 4 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

3. Permeabilitas (p)

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan

udara. Secara kuantitatif, permeabilitas merupakan kecepatan aliran air pada tanah

(9)

Tabel 8. Penilaian Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas ( cm/jam) Nilai

cepat >25,4 1

sedang sampai cepat 12,7-25,4 2

sedang 6,3-12,7 3

sedang sampai lambat 2,0-6,3 4

lambat 0,5-2,0 5

sangat lambat <0,5 6 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

4. Kedalaman Tanah (k)

Kedalaman efektif yang diukur dengan pengamatan profil melalui

penyusunan urutan, lapisan tanah atas yang diambil oleh mata bor dinyatakan

dalam centimeter. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah

No Kelas Kedalaman Efektif 1. k0 = dalam lebih dari 90 cm 2. k1 = sedang 90 sampai 50 cm 3. k2 = dangkal 50 sampai 25 4. k3 = sangat dangkal kurang dari 25 cm Sumber: Arsyad (2006)

5. Tekstur Tanah (t)

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (%) antara fraksi pasir, debu,

dan lempung. Adapun klasifikasi tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Klasifikasi tekstur tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. t1 = tanah bertekstur halus tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat 2. t2 = tanah bertekstur agak halus tekstur lempung liat berpasir, lempung

berliat dan lempung liat berdebu

3. t3 = tanah bertekstur sedang tekstur lempung, lempung berdebu dan debu 4. t4 = tanah bertekstur agak kasar tekstur lempung berpasir, lempung berpasir

(10)

6. Drainase (d)

Pengamatan drainase didasarkan atas pengamatan warna pada profil tanah.

Dalam hal ini diamati apakah tanah bewarna terang, pucat, adanya bercak-bercak

(Utomo, 1989). Klasifikasi drainase tanah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi drainase tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. d1 = baik tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) bewarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu

2. d2 =agak baik tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah)

3. d3 = agak buruk lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah)

4. d4 = buruk bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat, dan kekuningan

5. d5 = sangat buruk seluruh lapisan sampai permukaan tanah bewarna kelabu dan tanah lapisan bawah bewarna kelabu atau terdapat bercak-bercak bewarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman

Sumber: Arsyad (2006)

Tabel 12. Matriks Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan Faktor Sumber: Arsyad (2006)

(11)

I. KlasifikasiKesesuaian Lahan

Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara

memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan

karakteristik lahan. Adapun jenis tanaman yang akan dipadukan adalah tanaman

Kehutanan. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species matching.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu,

sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan

atau pertanian tanaman semusim (Azis, dkk., 2005). Kelas kesesuaian lahan

terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai

marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan

berdasarkan kelas terjelek dengan memberikan seluruh pembatas/hambatan yang

ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi

apabila seluruh hambatan yang ada dapat diperbaiki. Sub Klas pada klasifikasi

kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis

penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), a

(keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Pada klasifikasi

kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh

hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi

dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang

mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk

ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan

berdasarkan Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada.

Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi

(12)

Untuk itu maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit

untuk diperbaiki keadaannya. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan

melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan

untuk setiap jenis tanaman. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan

tingkat pembatas dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas Tingkat Pembatas Karakteristik Kesesuaian Lahan 0: no (tidak ada) S1: sangat sesuai

1: slight (ringan) S2: cukup sesuai 2: moderate (sedang) S3: sesuai marginal 3: severe (berat) N: tidak sesuai 4: very severe (sangat berat)

Sumber : Azis, dkk (2005)

Peringkat kesesuaian lahan yang telah ditetapkan oleh FAO (1976) untuk

penggunaan internasional sebagai berikut: Kelas S1: Sangat cocok, tanah tidak

memiliki keterbatasan yang signifikan untuk mendukung penerapan penggunaan

tertentu atau hanya keterbatasan kecil yang tidak akan secara signifikan

meningkatkan masukan di atas dan dapat diterima tingkat . Kelas S2: Sedang

memiliki keterbatasan cocok, tanah yang secara agregat yang cukup berat untuk

aplikasi berkelanjutan penggunaan yang diberikan. Keterbatasan ini akan

mengurangi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang

diperlukan kepada sebatas bahwa keseluruhan keuntungan yang akan diperoleh

dari penggunaan, meskipun masih menarik, akan lebih rendah daripada yang

diharapkan di darat S1 kelas. Kelas S3: keterbatasan cocok, tanah Marginal, yang

berat untuk aplikasi berkelanjutan dari penggunaan yang diberikan dan sehingga

akan mengurangi produktivitas atau keuntungan atau meningkatkan masukan

yang diperlukan bahwa pengeluaran ini akan hanya sedikit dibenarkan. Kelas N1:

(13)

tetapi yang tidak dapat diperbaiki dengan pengetahuan yang ada pada saat ini

biaya diterima. Keterbatasan sangat parah sebagai untuk mencegah pemakaian

yang berkelanjutan sukses dari jenis tanah dengan cara tertentu. Kelas N2:

keterbatasan secara tidak cocok, memiliki tanah yang tampak terlalu berat untuk

mencegah kemungkinan penggunaan lahan yang berkelanjutan sukses dalam cara

yang diberikan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang

diberikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan Kelas Kesesuaian

Lahan Kriteria

S1: sangat sesuai Unit lahan tidak memiliki pembatas atau hanya memiliki empat pembatas ringan.

S2: cukup sesuai Unit lahan memiliki lebih dari empat pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas sedang.

S3:sesuai marginal Unit lahan memiliki lebih dari tiga pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat.

N: tidak sesuai Unit lahan memiliki lebih dari satu pembatas berat atau sangat berat

Sumber : Azis, dkk (2005)

J. Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas kesesuaian lahan adalah kelompok lahan yang menggambarkan

tingkat kecocokan sebidang tanah untuk suatu pengguaan tertentu. Penilaian klas

kesesuai-an lahan pada dasarnya merupakan pemilih-an lahan yang sesuai untuk

tanaman tertentu, yang dilakukan dengan menginterprestasikan data survei tanah

detail dalam kaitannya dengan kesesuaiannya untuk berbagai tanaman dan

tindakan pengelolaannya.

Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelas

kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensial.Kelas kesesuaian

lahan aktual atau kelas kesesuaian lahan pada saat ini adalah kelas kesesuaian

(14)

lahan aktual (saat sekarang), menunjukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan

lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti.

Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula-mula dilakukan penelitian

terhadap masing-masing kualitas lahan berdasar atas karakteristik lahan terjelek,

selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek.

Sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kelas kesesuaian lahan yang

dihasilkan berdasarkan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha

perbaikan sehingga harkat kesesuaian lahannya meningkat. Dalam hal ini perlu

dirinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang

diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut (Hardjowigeno, 1994).

Ritung dkk (2007) juga mengungkapkan bahwa kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan

usaha-osaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hytan konversi, lahan

terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang

memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan apabila

komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

Untuk jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan, maka harus

diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas

lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat

diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang

akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki. Asumsi

tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial dapat dilihat pada

(15)

Tabel 15. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial 4 Ketersediaan air

-Bulan kering + ++ Sistem irigasi/pengairan -Curah hujan + ++ Sistem irigasi/pengairan 5 Media perakaran

-Drainase + ++ Pembutan saluran draianse -Tekstur - - -

-Kedalaman tanah - + Umumnya tidak dapat diperbaiki, kecuali terdapat terdapat lapisan padas lunak

7 Ketersediaan hara

-N total + ++ Pemupukan -P tersedia + ++ Pemupukan -K dapat dituakr + ++ Pemupukan 8 Bahaya banjir

-Periode + ++ Pembuatan tanggul penahan banjir serta

-Frekuensi + ++ Pembuatan saluran drainase 9 Kegaraman

-Kedalaman pirit - + Pengaturan sistem tata air tanah 11 Kemudahan

pengolahan

- + Pengatuaran kelembaban tanah utuk pengelolaan

12 Potensi mekanisasi - - -

13 Bahaya erosi + ++ Pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup lahan

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka ,2007

Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak

akan mengalami perubahan kelas kesesuian lahannya, sedangkan yang

karakteristik lahannya dapat diperbaiki, kelas kesesuaian lahannya dapat berubah

(16)

K. Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Kesesuaian Lahan

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang

berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan

manipulasi data yang bereferensi geografis secara konvensional. Operasi ini

melibatkan perangkat komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang

mampu menangani data mencakup (input), (b) manajemen data (penyimpanan dan

pemanggilan data) dan (c) manipulasi dan analisis, dan (d) pengembangan produk

dan pencetakan (Aronoff, 1989).

Aplikasi GIS berkembang luas, mulai dari analisis dan modeling dari

data-data spasialhingga inventarisasi dan pengolahan data sederhana salah satunya

penentuan kesesuaian lahan. Sebagai contoh,penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawaty et.al. (2011) menggunakan aplikasi GIS dalam menentukan kelas

kesesuaian lahan di DAS Besitang untuk beberapa komoditi pertanian dan

perkebunan. Selain menentukan kelas kesesuaian lahan juga menentukan kelas

kemampuan lahan pada lokasi yang sama.

Sastrohartono (2011) juga menggunakan aplikasi GIS dalam penentuan

kesesuaian lahan untuk perkebunan dengan bantuan extensi artifical neural

network (ANN.avx). Dengan bantuan extensi tersebut selain untuk menentukan

kesesuaian lahan juga dapat memperediksi besarnya produksi yang dihasilkan.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu cara

yang efisien dan efektif untuk mengetahui karakteristik lahan suatu wilayah dan

potensi pengembangannya. Salah satu kemampuan penting dari SIG adalah

kemampuannya dalam melakukan analisis dan pemodelan spasial untuk

Gambar

Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan Simbol Kualitas Lahan Karakteristik Lahan
Tabel 3. Klasifikasi kemiringan lereng  No Kelas
Tabel 8. Penilaian Permeabilitas Tanah  Kelas
Tabel 11. Klasifikasi drainase tanah  No Kriteria
+4

Referensi

Dokumen terkait

pendapatan bank meningkat lebih besar dibandingkan dengan biaya, sehingga laba. bank meningkat, modal meningkat dan CAR

NIM NAMA MAHASISWA JK

penilaian dan evaluasi dari Semua Data dalam surat penawaran harga.. perusahaan ternyata rekanan / perusahaan tersebut telah

1 Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi 3 Nana Suarna, M.Kom/Assiten 1 APP1-APP2 Senin 19.15-21.30... Mata Kuliah SKS Dosen Sem Ruang

[r]

Melaksanaka n prosedur tanggap darurat 3.1 Peralatan tanggap darurat diidentifikasi dan digunakan sesuai prosedur K3LL 3.1.1 Mengenal penggunaan peralatan tanggap

Kadar protein tertinggi terdapat pada lama pengasapan 8 jam (A1), hal ini disebabkan karena hasil pembakaran sabut kelapa yang menghasilkan asap dan uap panas yang

Formula 1, yaitu sebuah ajang balapan mobil yang akhir-akhir ini banyak menarik perhatian dari berbagai kalangan, merupakan salah satu contoh dari sebuah kegiatan yang