BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Mutu
Mutu menurut ISO 9000: 2000 adalah derajat/tingkat karakteristik yang
melekat pada produk yang mencukupi persyaratan dan keinginan. Adapun area
tanggung jawab mutu adalah pasien dalam menerima asuhan keperawatan,
praktisi dalam penampilan kinerja dan profit dalam pembiayaan keperawatan.
Joint Commision telah membuat program jaminan mutu sebagai syarat
bagi pengakreditasian rumah sakit. Kebutuhan akan kegiatan jaminan mutu
keperawatan dilontarkan pada standar keperawatan nomor 12.8 dari buku panduan
pengakreditasian unit kerja tahun 1986 (Gillies, 1994); (12.8.1) Departemen
keperawatan memiliki suatu proses yang terencana dan sistematis untuk
memonitor dan mengevaluasi mutu serta kelayakan perawatan pasien serta
memecahkan masalah- masalah yang timbul; (12.8.2) Mutu dan kelayakan
perawatan pasien dimonitor dan dievaluasi di semua fungsi klinis utama dari
departemen keperawatan; (12.8.3) Monitor dan evaluasi dilakukan dengan cara
sebagai berikut pengumpulan data mengenai aspek-aspek penting dari asuhan
keperawatan dan pemeriksaan periodik oleh departemen keperawatan terhadap
data yang dilaporkan, dan mengidentifikasi masalah-masalah penting dalam
perawatan pasien serta kesempatan untuk meningkatkan mutu keperawatan;
tindakan dan dievaluasi keefektifan tindakan tersebut; (12.8.4) Penemuan dan
kesimpulan dari hasil monitor, evaluasi dan kegiatan pemecahan masalah
didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya; (12.8.5)
Tindakan-tindakan yang diambil dalam pemecahan masalah dan efek dari Tindakan-tindakan tersebut
terhadap peningkatan mutu keperawatan didokumentasikan dan dilaporkan
sebagaimana mestinya.
2.2. Aspek Penilaian Mutu
Secara umum aspek penilaian meliputi E-DIA (Evaluasi, Dokumen,
Instrumen, Audit). Struktur adalah semua masukan untuk sistem pelayanan
sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana dan prasarana), M3 (metode
asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (marketing), dan lainnya (Nursalam, 2007).
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnya
yang mengadakan interaksi profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur dalam
bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan
keperawatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan
(Sitorus. R, 2011)
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi
lain terhadap pasien. Ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu (Bustami,
2011):
a. Kepuasan pelanggan
Konsep mengenai kualitas dan pelanggan mengalami
tertentu, tetapi kualitas ditentukan oleh pelanggan.Pelanggan itu sendiri
meliputi pelanggan internal, pelanggan eksternal dan
intermediate.Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam
segala aspek termasuk di dalamnya harga, kenyamanan, keamanan, dan
ketepatan waktu.
b. Penghargaan terhadap setiap orang
Dalam organisasi kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai
sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap
orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan
keputusan.
c. Manajemen berdasarkan fakta
Organisasi kelas dunia berorientasi fakta. Maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data dan informasi, bukan sekedar
perasaan.
d. Perbaikan berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap organisasi perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep
yang berlaku disini adalah siklus PDCA (plan- do- check- action), yang
terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
rencana,pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan koreksi
Indikator- indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
(1) angka infeksi nosokomial: 1-2 %, (2) angka kematian kasar: 3-4 %, (3)
kematian pasca- bedah: 1-2 %, (4) kematian ibu melahirkan : 1-2 %, (5) kematian
bayi baru lahir: 20/ 1000, (6) NDR (Net Death Rate): 2,5 %, (7) ADR (Anesthesia
Death Rate): max 1/ 5000, (8) PODR (Post- Operation Death Rate): 1%, dan (9)
POIR (Post Operative Infection Rate): 1% (Nursalam, 2007).
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat effisiensi RS meliputi:
(1) unit cost untuk rawat jalan, (2) jumlah penderita yang mengalami dekubitus,
(3) jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur, (4) BOR: 70- 85%, (5) BTO
(Bed Turn Over): 5- 45 hari atau 40- 50 kali per satu TT/ tahun, (6) TOI (Turn
Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong, dan (7) LOS: 7- 10 hari (komplikasi,
infeksi nosokomial, gawat darurat, tingkat kontiminasi dalam darah, tingkat
kesalahan, dan kepuasan pasien) (Nursalam, 2007).
Indikator cakupan pelayanan rumah sakit terdiri atas: (1) jumlah dan
persentase kunjungan rawat inap menurut jarak RS dan asal pasien, dan (2)
jumlah pelayanan dan tindakan (Nursalam, 2007).
Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien meliputi: (1)
pasien jatuh dari tempat tidur, (2) pasien diberi obat salah, (3) tidak ada oksigen,
(4) tidak ada penyedot alat pemadam kebakaran, (5) pemakaian obat, (6)
Pemakaian air, listrik, gas, dan lain- lain (Nursalam, 2007).
2.3. Mutu Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di
baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat
menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit.Sistem pemberian asuhan
keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus.R & Panjaitan.R,
2011).
Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang
berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab
perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi
tanggung jawab manajer. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang
bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen,
motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan,
struktur organisasi, sistem penugasan dan pembinaan.
Pelayanan di ruang rawat inap bermula sejak masuknya pasien ke rumah
sakit sampai pasien pulang. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :
1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien
harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien
memerlukan penanganan segera.
2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan
bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar.
3. Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan
menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih
4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada
rumah sakit.
5. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.
6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman (Sitorus. R & Panjaitan. R,
2011).
Mutu pelayanan keperawatan klinik lebih berorientasi kepada pasien dan
memberikan kontribusi dalam mutu pelayanan kesehatan.Mutu sendiri merupakan
kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Gillies, 1994).
Kualitas layanan keperawatan selalu menjadi kepentingan bagi
perawat.Namun perkembangan sistem untuk mengukur dan mengelola kualitas
keperawatan telah relatif berpusat pada kepuasan pasien yang sangat sulit
dipahami terhadap pelayanan keperawatan.
Kualitas pelayanan kesehatan secara umum meliputi struktur, proses dan
hasil (Donabedian, 1980 dalam Foulkes, M., 2011). Dimensi mutu pelayanan
Parasuraman et al, (1988) menemukan bahwa lima dimensi pokok mutu yaitu:
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan saran komunikasi.
b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,
akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya,
resiko atau keragu raguan.
e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Upaya untuk dapat menilai mutu dari asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan.Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu
peristiwa atau kondisi.Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan
satu kecendrungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan.
Berdasarkan hal tersebut indikator klinik adalah kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Depkes RI, 2008). Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
SP2KP meliputi (Depkes RI, 2008) :
a. Keselamatan pasien
Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan
pemberian obat dan cedera akibat restrain.
1. Dekubitus
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan integritas kulit.Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan
kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya.
2. Kesalahan dalam pemberian obat
yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis,
benar cara pemberian dan benar dokumentasi.
3. Pasien jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke
lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat
ataupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit
stroke, epilepsi, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka
kejadian pasien jatuh adalah persentase jumlah insidensi pasien jatuh
dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu
tertentu setiap bulan.
4. Restrain
Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi, terutama
untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya digunakan bila
metode lain sudah tidak efektif.
b. Perawatan diri
Perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi
agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan
perawatan diri misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain
lain.
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku
terdiri dari: (1) kelengkapan dan ketepatan informasi, (2) penurunan kecemasan,
(3) perawat terampil professional, (4) pasien merasa nyaman, (5) terhindar dari
bahaya, (6) privacy terjaga, dan (7) perawat ramah dan empati.
d. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was seakan terjadi sesuatu sebagai ancaman.
Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat
menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat.
e. Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.Nyeri dapat
disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui
penyebabnya.
f. Pengetahuan
Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya
dan discharge planning.Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam
pemberian informasi pengetahuan pasien di ruang rawatan.
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan sesuai
pendekatan Deming atau pendekatan sistem (Sitorus.R, 2011).
Siklus kegiatan yang terus-menerus dari Deming dalam Wijono (1999)
mengidentifikasi empat tahapan yaitu plan, do, check, and action atau disingkat
PDCA. PDCA merupakan proses pemecahan masalah klasik.
a.Plan merupakan proses mutu pelayanan keperawatan seharusnya dimulai
dengan merencanakan secara hati-hati dan cermat langkah-langkah kegiatan
perencanaan, seperti analisa situasi, penetapan tujuan, sasaran, jenis kegiatan
dan monitoring pelayanan keperawatan. Dalam tahap ini, ditetapkan apa
tujuan, apa yang dibutuhkan, tipe penampilan yang diukur dan siapa yang
bertanggung jawab serta tolak ukur keberhasilan.
b. Do,Perencanaan yang dibuat diikuti oleh setiap orang yang bersangkutan. Di
sini termasuk pelaksanaan pelatihan, metode ilmiah, survey kebutuhan dan
keinginan pelanggan, pengumpulan dan pengolahan data.
c. Check, Memeriksa apakah kegiatan peningkatan mutu yang telah dibuat
sesuai yang direncanakan, mengamati hasilnya, efeknya yang terjadi dan
adanya perubahan.
d. Action, Kegiatan koreksi dilaksanakan berdasarkan pelajaran yang diambil
dari tahapan sebelumnya. Perubahan-perubahan seharusnya diadopsi atau
dihilangkan sesuai hasil dari tahap sebelumnya.
2. Pendekatan sistem
Pendekatan sistem dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
memperhatikan manajemen mutu mulai dari input, proses, dan output.
Struktur meliputi penampilan tempat dan sumber-sumber yang ada yaitu
fasilitas, kenyamanan dan keamanan, peralatan, kelengkapan, tenaga keperawatan
dan biaya ketersediaan. Beberapa kegiatan untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan adalah:
1) Tenaga. Tenaga yang bermutu sesuai dengan dasar pendidikan profesi
masing-masing dan senantiasa ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan.
2) Standar dan prosedur pelayanan keperawatan. Penggunaan standar
prosedur untuk mengetahui apakah pelayanan keperawatan yang dilakukan
sesungguhnya adalah bermutu.
3) Perizinan. Izin adalah suatu pernyataan boleh melakukan sesuatu kegiatan.
Izin diberikan setelah syarat-syarat dipenuhi. Pada dasarnya izin
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
bertanggung jawab.
4) Sertifikasi, pemberian sertifikasi dikaitkan dengan telah berhasilnya
seseorang setelah menempuh pendidikan dan pelatihan professional.
5) Akreditasi, tenaga keperawatan diharuskan untuk memperoleh angka
kredit tertentu berkaitan dengan praktik pelayanan keperawatan. Makin
banyak memperoleh angka kredit, maka tenaga tersebut semakin bermutu.
b. Mutu proses
Menjaga mutu pelayanan keperawatan pada sisi proses berhubungan
yang dapat diketahui melalui observasi langsung, penilaian diri perawat dan
penilaian dokumentasi pasien.
c. Mutu output
Output menunjukkan sasaran akhir semua aktifitas pelayanan
keperawatan.Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari angka infeksi nosokomial,
angka dekubitus, angka pasien jatuh, dan kepuasan pasien.
Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta
berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun
eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/
membeli/menerima produk/barang/jasa/pelayanan dengan harapan mendapatkan
keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang
melakukan jasa pelayanan di rumah sakit misalnya dokter, perawat, apoteker,
teknisi, staf administrasi.Customer eksternal adalah individu atau unit yang
menikmati jasa pelayanan, yaitu pasien yang dirawat, individu/ unit yang
berhubungan dengan rumah sakit (Sitorus.R & Panjaitan.R, 2011).
2.4. Pelayanan Keperawatan
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku (Permenkes RI, 2001). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal (PPNI, 2009).
Menurut Griffith dalam Sitorus.R & Panjaitan. R (2011) menyatakan
bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan
klinik antara lain:
1. Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara
lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk
sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosional
pada pasien, pemberian obat, dll.
2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik,
mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu
sehingga merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang
keadaan pasien.
3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien, Komunikasi yang baik
dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses
penyembuhan pasien itu sendiri.
4. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Perawat
bertanggungjawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik
lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain.
5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.
Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai
Perawat pelaksana ruang rawat adalah seorang tenaga keperawatan yang
diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang
rawat. Yang merupakan syarat bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap adalah
sebagai berikut: (1) pendidikan: berijazah pendidikan formal
keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan yang disahkan oleh
pemerintah/yang berwenang, (2) kursus/pelatihan: tidak ada, (3) pengalaman
kerja: tidak ada, dan (4) kondisi fisik: sehat fisik dan rohani (DepKes, 1999).
Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat
bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan kepala instalasi tehadap hal- hal
sebagai berikut: (1) kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai standar, (2) kebenaran dan ketepatan dalam
mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan (DepKes, 1999).
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat
mempunyai wewenang sebagi berikut: (1) meminta informasi dan petunjuk
kepada atasan, (2) memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/ keluarga
pasien sesuai kemampuan dan batasan kewenangan (DepKes, 1999).
Adapun uraian tugas yang harus dilaksanakan perawat di ruang rawat inap
adalah: (1) memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya, (2) menerima
pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan berlaku, (3) memelihara peralatan
keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai, (4) melakukan
pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas
kemampuannya, (5) menyusun rencana keperawatan sesuai batas kemampuannya,
kemampuannya antara lain melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
pengobatan, memberikan penyuluhan kesehatan kepada psien sesuai penyakitnya,
melatih dan membantu pasien untuk melakukan latihan gerak, melakukan
tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps, pendarahan,
keracunan, henti nafas, dan henti jantung) sesuai protap yang berlaku dan
selanjutnya melaporkan kepada dokter ruang rawat atau dokter jaga, (7)
melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya, (8)
mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdarkan hasi observasi, (9) berperanserta dengan anggota tim kesehatan dalam
membahas kasus dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, (10)
melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal
dinas, (11) mengikuti pertemuan berkala yang diadakan kepala ruang rawat, (12)
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain
melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/persetujuan atasan, (13)
melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat
dan benar sesuai standar asuhan keperawatan, (14) melaksanakan serah terima
tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian
dinas, (15) memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya dengan
keadaan dan kebutuhan pasien mengenai program diet, pengobatan yang perlu
dilanjutkan dan cara penggunaannya, pentingnya pemeriksaan ulang di rumah
sakit, puskesmas, atau institusi kesehatan, cara hidup sehat sepertipengaturan
rollstorl, tongkat penyangga, protesa (17) melatih pasien untuk melaksanakan
tindakan keperawatan di rumah misalnya merawat luka dan melatih anggota gerak
dan (18) menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi menyediakan formulir
untuk penyelesaian administrasi, seperti: surat izin pulang, surat keterangan
istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk di rumah, surat rujukan atau
pemeriksaan ulang, dan lain-lain (DepKes, 1999).
2.5. Konsep Kinerja Perawat
Kinerja adalah suatu proses dan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut
ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja perawat adalah
tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar
hukum, aturan serta sesuai dengan moral dan etika, dimana kinerja yang baik
dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Carthon et al, 2011).
Penekanannya akan lebih banyak kepada sasaran dalam bentuk target yang
terukur daripada kompetensi. Kinerja mereka akan diukur berdasarkan apa yang
telah dilakukan untuk mencapai hasil sehingga mereka melakukannya akan
menjadi kurang penting. Kinerja manajer, ketua tim, dan staf profesional
umumnya juga akan diukur dengan mengacu kepada defenisi akuntabilitas
utamanya. Pencapaian target secara kuantitatif masih penting bagi aspek-aspek
tertentu dari pekerjaan tersebut yang mungkin tidak dapat diukur dan
Pada pekerjaan administratif dan pendukung, ukuran kinerja akan
dihubungkan dengan defenisi dari tugas-tugas utama atau aktifitas kunci terhadap
standar kinerja yang berkesinambungan akan disertakan untuk mengukur kinerja.
Persyaratan atribut dan kompetensi yang sesuai dengan tingkat pekerjaan akan
tetap penting. Pada beberapa pekerjaan, kinerja akan diukur dengan mengacu
kepada standar output ataupun lama waktu yang dipakai.
Attribute menurut kamus Oxford adalah kualitas yang melekat pada diri
seseorang atau sesuatu. Atribut mengacu pada apa yang perlu diketahui dan dapat
dilakukan oleh seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif.
Karenanya atribut terdiri sari pengetahuan dan keahlian (Dharma, 2005).
Kompetensi mengacu kepada dimensi perilaku dari suatu peran-perilaku
yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara
memuaskan. Daftar kompetensi yang digunakan dalam Standard chartered
(Amstrong, 1994) adalah pengetahuan kerja dan profesional, kesadaran organisasi
dan konsumen, komunikasi, keahlian interpersonal, kerja sama tim, inisiatif/
kemampuan beradaptasi, kreatifitas, keahlian analitis dan pengambilan keputusan
(Dharma, 2005).
Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku
kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi, dan variabel
psikologis. Ketiga kelompok ini mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya
adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan
untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas (Ilyas, 2002).
Gibson dalam Ilyas(2012) menyampaikan model teori kinerja adalah
analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja
individu. Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel demografis mempunyai
efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.Variabel psikologis terdiri
dari subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel
psikologis seperti ini adalah hal yang kompleks dan sulit diukur.Variabel
organisasi digolongkan dalam subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur, dan desain pekerjaan.
Perilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua
bagian yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau
tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya
dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai.
Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan
proses asuhan keperawatan (PPNI, 2010). Praktek keperawatan merupakan
tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Gillies, 1994).
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Rasional
pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan
bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan
dalam merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.
Kriteria struktur pengkajian keperawatan yaitu: (1) metode pengumpulan
data yang digunakan dapat menjamin, (2) pengumpulan data yang sistematis dan
lengkap, (3) diperbaharui data dalam pencatatan yang ada, (4) kemudahan
memperolah data, (5) terjaganya kerahasiaan, (6) tatanan praktek mempunyai
sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari
suatu sistem pencatatan pengumpulan data klien, (7) sistem pencatatan
berdasarkan proses keperawatan, singkat, menyeluruh, akurat dan
berkesinambungan, (8) praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien, (9) di
tatanan praktek tersedia sistem pengumpulan data yang dapat memungkinkan
diperoleh kembali bila diperlukan, dan (10) tersedianya sarana dan lingkungan
yang mendukung.
Kriteria proses yaitu: (1) pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, dan mempelajari data penunjang, serta mempelajari data
lain, (2) sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,
rekam medis, serta catatan lain, (3) klien berpartisipasi dalam proses
status biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status spiritual, status
sosial kultural, respon terhadap terapi, harapan tentang tingkat kesehatan optimal,
resiko masalah potensial.
Kriteria hasil adalah data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format
yang ada, data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien
(PPNI, 2010).
2. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan
rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan,
dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien.
Kriteria struktur yaitu:(1) tatanan praktek memberi kesempatan kepada
teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosa keperawatan, (2) adanya
mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan
diagnosa keperawatan yang tepat, dan (3) untuk mengakses sumber-sumber dan
program pengembangan prfesional yang terkait.
Kriteria proses meliputi:(1) proses diagnosis terdiri dari analisis,
interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa
keperawatan, (2) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P),
penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), (3)
bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
menvalidasi diagnosa keperawatan, dan (4) melakukan kaji ulang dan revisi
Kriteria hasil meliputi:(1) diagnosa keperawatan divalidasi oleh klien bila
memungkinkan, (2) diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman
sejawat sebagai diagnosisi yang relevan dan signifikan, dan (3) diagnosis
didokumentasikan untuk mempermudah perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
penelitian (PPNI, 2010).
3. Standar III: PerencanaanKeperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan
dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
Kriteria stuktur yaitu: (1) tatanan praktek menyediakan sarana yang
dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan, dan (2) adanya mekanisme
pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.
Kriteria proses yaitu: (1) perencanaan terdiri dari penetapan prioritas
masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan, (2) bekerja sama dengan
klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, (3) perencanaan bersifat
individual sesuai kondisi dan kebutuhan klien, dan (4) mendokumentasikan
rencana keperawatan.
Kriteria hasil meliputi:(1) tersusun suatu rencana asuhan keperawatan
klien, (2) perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis
didapat, (4) perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan
(PPNI, 2010).
4. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan. Rasional perawat mengimplementasikan rencana
asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi
klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.
Kriteria struktur meliputi: tatanan praktek menyediakan (1) sumber daya
untuk pelaksanaan kegiatan, (2) pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan,
(3) ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik,
(4) pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan (5) sistem
konsultasi keperawatan.
Kriteria proses meliputi:(1) bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan, (2) kolaborasi dengan profesi lain untuk meningkatkan
status kesehatan klien, (3) melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah kesehatan klien, (4) melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana
keperawatan di bawah tanggung jawabnya, (5) menjadi koordinator pelayanan dan
advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, dan (6)
menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada, memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai
konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakannya, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan
Kriteria hasil meliputi:(1) terdokumentasi tindakan keperawatan dan
respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, (2) tindakan
keperawatan dapat diterima klien, dan (3) ada bukti-bukti terukur tentang
pencapaian tujuan (PPNI, 2010).
5. Standar V: Evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan
dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Rasional: praktek keperawatan merupakan suatu proses
dinamis yang mencakup berbagai perubahan data diagnosa, atau perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas asuhan keperawatan tergantung pada
pengkajian yang berulang-ulang.
Kriteria struktur meliputi:(1) tatanan praktek menyediakan sarana dan
lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, (2) adanya akses
informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan
(3) adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat dalam evaluasi
secara efektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.
Kriteria proses yaitu:(1) menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, (2) menggunakan data dasar dan
respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan, (3)
memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, (4) bekerja
mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan (6)
melakukan supervisi dan konsultasi klinik.
Kriteria hasil dinilai dengan:(1) adanya hasil revisi data, diagnosis,
rencana tindakan berdasarkan evaluasi, (2) klien berpartisipasi dalam proses
evaluasi dan revisi rencana tindakan, (3) hasil evaluasi digunakan untuk
mengambil keputusan, dan (4) evaluasi tindakan terdokumentasi sedemikian rupa
yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan
penelitian (PPNI ,2010).
2.6. Landasan Teoritis
Kinerja perawat merupakan hasil dari apa yang dikerjakannya berdasarkan
wewenang, tanggung jawab dan tugas yang harus dipenuhinya. Perilaku kerja dan
kinerja dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu, organisasi dan
psikologis. Kinerja perawat akan semakin baik apabila disertai dengan metode
monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil kerja sudah
sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan, sasaran serta standar kinerja,
ukuran serta indikator kinerja, persyaratan dan nilai dasar perusahaan. Mutu
adalah terpenuhinya standar profesi dalam layanan dan terwujudnya hasil akhir
sesuai dengan yang diharapkan. Pelayanan yang bermutu akan menghasilkan
pelanggan.
Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta
berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun
eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/
keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang
melakukan jasa pelayanan di rumah sakit dan customer eksternal adalah individu
atau unit yang menikmati jasa pelayanan.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kinerja perawat, mutu
pelayanan keperawatan berdasarkan penilaian pasien sebagai konsumen eksternal
dan perawat sebagai konsumen internal. Selanjutnya untuk mengetahui apakah
ada hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di RSUD
Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai berdasarkan konsumen internal dan
konsumen eksternal dengan 5 dimensi mutu (bukti nyata, kehandalan, daya
tanggap, jaminan dan empati) akan menjadi indikator mutu seperti terlihat pada
gambar 2.1.
Daur manajemen kinerja (Amstrong, 1994 dalam Dharma, 2005) Teori perilaku & kinerja
Gambar 2.1. Landasan Teoritis
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah melihat hubungan variabel bebas (kinerja
perawat) dengan variabel terikat (mutu pelayanan keperawatan) seperti gambar
2.2.
Variabel bebas Variabel terikat
Keterangan :
: berhubungan
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.10. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitiankorelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectionalyaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan terikat
dengan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(Point time approach ).
Mutu pelayanan keperawatan:
1. Konsumen internal (perawat)
2. Konsumen eksternal (pasien)
Kinerja perawat:
1. Konsumen internal (perawat)
3.11. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.11.1. Lokasi Penelitian
Telah dilaksanakan di RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai.
Alasan peneliti memilih RSUD Sultan Sulaiman adalah karena di rumah sakit ini
ditemukan masalah pencapaian mutu RSUD Sultan Sulaiman berdasarkan
indikator DepKes, 2008 yang masih jauh dari standar yang diperoleh dari data
produktifitas rawat inap bulan September 2012 dan belum pernah dilakukan
penilaian kinerja perawat sehingga pihak manajemen belum mengetahui secara
spesifik kinerja perawat selama ini.
3.2.1. Waktu Penelitian
Telah dilaksanakan Mei-Juni 2013. Kegiatan penelitian ini diawali dengan
pengajuan judul, pengajuan dosen pembimbing, studi pendahuluan, review
pustaka terkait variabel penelitian, penyusunan proposal dan pelaksanaan
penelitian, pengolahan data dan penulisan tesis.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2007). Populasi pada
penelitan ini yaitu:
1. Populasi pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSU Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang.
2. Populasi kedua adalah seluruh pasien rawat inap RSU Sultan Sulaiman.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan untuk populasi pertama adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti
mengharapkan generalisasi dengan kesalahan yang kecil. Untuk populasi kedua
digunakan purposive samplingdengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang ada dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang
dirawat selama 48 jam. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu:
1. Sampel pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang.
2. Sampel kedua adalah pasien rawat inap RSUD Sultan Sulaiman yang
sudah mendapat perawatan 48 jam sebanyak 40 orang.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada
perawat dan pasien dengan jawaban sudah tersedia dan pengamatan atau observasi
terhadap dokumen ruangan rawat inap RSUD Sultan Sulaiman.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Data primer dari penelitian ini diperoleh dari sumbernya melalui kuesioner yang
telah disiapkan mengenai kinerja perawat berdasarkan pelaksanaan wewenang,
tanggung jawab dan tugas perawat pelaksana di ruang rawat inap menurut
DepKes berdasarkan konsumen internal (lampiran 1c ) dan kinerja perawat
berdasarkan konsumen eksternal (lampiran 1d), data mutu pelayanan keperawatan
melalui pembagian kuesioner kepada perawat mengenai mutu pelayanan
keperawatan berdasarkan bukti langsung, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan
empati berdasarkan konsumen internal (lampiran 1e) dan mutu pelayanan
keperawatan berdasarkan konsumen ekstrenal (lampiran 1f).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari
sumbernya tetapi melalui pihak kedua.Data sekunder dalam penelitian ini adalah
data Rekam Medis, laporan tahunan, data kepegawaian di RSUD Sultan Sulaiman
Kab.Serdang Bedagai yang digunakan untuk mengklarifikasi jawaban responden
(perawat).
3.5.Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
pemakaiannya apabila sudah terbuktivaliditas dan reliabilitasnya.Validitas dan
reliabilitas pada penelitian kuantitatif dapat diukur dengan melakukan uji coba
konsumen internal akan dilakukanpada 20 orang perawat RSU Sari Mutiara
Lubuk Pakam, yang mempunyai karakteristik sama dengan RSU Sultan Sulaiman.
Dan uji validitas kuesioner kinerja perawat menurut pasien dan mutu pelayanan
keperawatan berdasarkan konsumen eksternal akan dilakukan pada 20 pasien
rawat inap yang telah menerima perawatan 48 jam diRSU Sari Mutiara Lubuk
Pakam. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya
pertanyaan yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri
agar dapat digunakansebagai alat penelitian.
1. Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukan pengukuran tersebut.
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas (keterhandalan) mengandung pengertiansejauh mana
responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang
diberikan. Jawaban respondenterhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika
masingpertanyaan dijawab secara konsisten, karena
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain ataumengukur
korelasi atau jawaban pertanyaan.Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
ujistatistik Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai AlphaCronbach >
0,60.Data diperoleh dari jawaban responden terhadappertanyaan-pertanyaan.
Kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari DepKes, 1999 dan Tjiptono, 2008
yang telah dilakukan uji coba dengan hasil valid dan reliabilitas tinggi.
3.6.Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu yaitu benda, manusia, dll (Nursalam, 2003). Variabel penelitian
terdiri dari dua yaitu :
1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi yaitu
kinerja perawat. Kinerja perawat menurut perawat adalah tindakan yang
dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai wewenang
dan tanggung jawabnya masing-masing.Menurut pasien kinerja perawat
adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan perawat dalam melayani
pasien.
2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu
mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari bukti langsung, daya
pelayanan keperawatan menurut konsumen eksternal adalah tanggapan
seseorang pasien terhadap suatu kegiatan yang diterima dari prosedur
pelayanan keperawatan.Mutu dapat dinilai dari 5 dimensi mutu yaitu:
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi.
b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan
segera, akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf
bebas dari bahaya, resiko atau keragu raguan.
e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan
para pelanggan.
3.7.Metode Pengukuran
Untuk mengukur kinerja perawat, peneliti menggunakan
kuesioner.Instrument ini dijawab oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan
terdiri dari 30 item pertanyaan (lampiran 4) dan oleh pasien rawat inap yang
terdiri dari 25 item pertanyaan (lampiran 5) yang berisikan pertanyaan
tugas-tugas, tanggung jawab yang telah dilakukan oleh perawat. Kuesioner
tiap-tiap item yaitu nilai 3 bila jawaban selalu, nilai 2 bila jawaban kadang-kadang,
dan nilai 1 bila jawaban tidak pernah. Lalu total skor yang didapatkan akan
dikategorikan kinerja perawat baik, sedang atau buruk.
Untuk instrumen mutu pelayanan keperawatan terdiri dari lima subvariabel
yaitu bukti nyata, daya tanggap, kehandalan, jaminan dan empati. Setiap
subvariabel mutu dijabarkan menjadi pernyataan mengenai bukti nyata pelayanan
5 penyataan (no. 1 s.d 5), daya tanggap pelayanan 5 pernyataan (no 6 s.d 10),
kehandalan pelayanan 5 pernyataan (no 11 s.d 15), jaminan pelayanan 5
pernyataan (no 16 s.d 20), dan empati dalam pelayanan 5 pernyataan (no 21 s.d
25). Instrumen ini akan dijawab oleh perawat di ruang rawat inap, dan pasien.
Instrumen mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari 25 pernyataan dengan
bobot jawaban nilai 3bila jawaban selalu, dan nilai 2 dengan jawaban
kadang-kadang, dan 1 bila jawaban tidak pernah, lalu total skor akan dikategorikan
menjadi mutu pelayanan keperawatan tinggi, sedang atau rendah seperti terlihat
pada tabel 3.1.
No
Tabel 3.1. Metode Pengukuran
Variabel Alat ukur Indikator Kategori Skala
tidak pernah= 1 42-58=
3.8. Metode Analisis Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data yang
bertujuan untuk menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Editing
Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalahmenata dan
menyusun semua lembar jawaban skala yangterkumpul berdasarkan nomor skala
yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa kembali jawaban responden satu
persatudengan maksud untuk memastikan bahwa jawaban ataupertimbangan yang
diberikan sesuai dengan perintah danpetunjuk pelaksanaan.
Pengkodingan data dilakukan dengan maksud untukmemudahkan proses
pengolahan data. Pengkodingan iniadalah mengklasifikasikan jawaban responden
menurutmacamnya dengan cara menandai masing-masing jawabandengan tanda
kode tertentu.
3. Processing
Pemprosesan data atau pengolahan data pada penelitian inidimulai dengan
tabulating skor atau melakukan entry datakasar dalam bentuk tabulasi pada lembar
kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepatsebelum
dientry data kedalam program SPSS.
4. Cleaning data
Dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yangsudah dientry
pada program SPSS dengan maksud untukmengevaluasi apakah masih ada
kesalahan atau tidak.Hal ini biasanya terlihat pada missing data atau data yang
terlewati, variasi data (kesalahan pengetikan), konsistensi data yaitu kesesuaian
data dengan tabulating skor.
5. Analisis data
Analisis inibertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebasterhadap
variabel terikat.Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu :
a. Univariat
Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau
b. Bivariat
Untuk melihat hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan digunakan uji chi- square.Uji statistic ini digunakan untuk
melihat ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
Penilaian dilakukan sebagai berikut:
1. Jika p value ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Jika p value > 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat.
3.9.Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan ke komite etik penelitian kesehatan
Sumatera Utara, kemudian memberikan penjelasan kepada responden dalam
penelitian ini yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap dan pasien yang dirawat
di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai
bahwa responden dilindungi dari berbagai aspek dalam penelitian ini (Polit
&Hungler, 1999) yaitu: (1) Self Determination yaitu peneliti memberi kesempatan
kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak bersedia menjadi
responden (lampiran 3), (2) Privacy yaitu peneliti meyakinkan responden bahwa
data yang terkumpul tidak akan disebarluaskan oleh peneliti (lampiran 1a), (3)
Anonimity yaitu peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan
memberikan kode pada setiap instrument (lampiran 1a), (4) Confidentality yaitu