• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Zeolit Alam Pahae Modifikasi sebagai Filter Uap Air pada Proses Elektrolisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Zeolit Alam Pahae Modifikasi sebagai Filter Uap Air pada Proses Elektrolisa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zeolit

Zeolit merupakan adsorbent yang unik, karena memiliki ukuran pori yang

sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorbent yang lain seperti

karbon aktif dan silika gel, sehingga zeolit hanya mampu menyerap

molekul-molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter celah rongga,

sedangkan molekul yang diameternya lebih besar dari pori zeolit akan tertahan

dan hanya melintasi antar partikel. Dalam keadaan normal ruang hampa dalam

kristal zeolit terisi oleh molekul air yang berada disekitar kation. Bila zeolit

dipanaskan maka air tersebut akan keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat

berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan (Khairinal, Trisunaryanti, W., 2000).

Kemampuan zeolit mengadsorpsi sangat bergantung pada rasio Si/Al.

Rasio Si/Al rendah, zeolit bersifat hydrophilic mempunyai afinitas tinggi terhadap air dan senyawa polar lainnya. Sebaliknya jika rasio Si/Al tinggi, maka zeolit

bersifat hydrophobic dan mengadsorpsi senyawa non-polar (Yuliusman, dkk., 2013). Sifat-sifat zeolit secara langsung berasal dari karakteristik tertentu, dari

struktur kristalnya, sehingga memiliki luas permukaan yang cukup besar. Zeolit

dikenal sebagai adsorben yang selektif dan mempunyai efektifitas adsorpsi yang

tinggi ( Newsam, 1991).

Pada umumnya jenis zeolit alam Indonesia termasuk jenis mordenite dan

clinoptilolite. Zeolit jenis mordenite dapat digunakan untuk mengadsorpsi gas H2O, CO, CO2, CH4 dan jenis clinoptilolite dapat digunakan untuk mengadsorpsi gas CO, CO2, NO (Trisunaryanti dkk., 2005). Mengingat struktur zeolit alam yang

bervariasi serta besarnya kemungkinan impuritas yang ada, maka sebelum

digunakan zeolit alam membutuhkan suatu perlakuan awal yang sering disebut

sebagai proses aktivasi. Proses aktivasi ini diperlukan untuk meningkatkan sifat

khusus zeolit sebagai adsorben dan menghilangkan unsur pengotor (Rosita, dkk.,

(2)

Pemanfaatan zeolit sebagai adsorben sudah banyak digunakan pada

industri, pertanian, dan lingkungan. Tabel 2.1 menunjukkan selektivitas adsorbat

terhadap beberapa jenis zeolit.

Tabel 2.1 Selektivitas Adsorbat Terhadap Jenis Zeolit (Ackley et al., 2003)

Jenis Zeolit Aplikasi Gas Sedikit Diadsorpsi

Perbedaan jenis zeolit mempunyai daya serap (adsorption) molekul yang berbeda-beda secara selektif. Keselektifan ini tergantung dari struktur

masing-masing jenis zeolit, sehingga zeolit dapat digunakan sebagai:

a.Penyaring ion, molekul atau sebagai katalis

Zeolit dapat menyaring ion, molekul, maupun atom karena mempunyai

saluran (channel) dan rongga (cavity) dalam struktur zeolit bila oxygen window

dari saluran atau rongga lebih kecil dari ion, molekul, atau atom. Zeolit

mempunyai pori sehingga juga dapat digunakan sebagai katalis untuk

(3)

b.Bahan penyerap

Bila zeolit dipanaskan pada suhu tinggi maka akan terjadi dehidrasi,

penguapan yang dikandungnya sehingga menyebabkan zeolit akan selektif dalam

menyerap molekul-molekul seperti He, N2, O2, CO2, SO2, Ar, dan Kr. Proses

penyerapan molekul oleh zeolit terjadi karena strukturnya juga mempunyai

polaritas yang tinggi.

c. Penukar ion

Pertukaran ion pada dasarnya terjadi dalam suatu cairan yang mengandung

anion, kation, dan molekul air dimana salah satu atau sebagian ion yang terikat

pada matriks mikropori berfase padat. Molekul air dapat berada dalam mikropori

bersama ion (kation, anion) dengan muatan yang berlawanan dengan ion matriks

sehingga terjadi kesetimbangan muatan untuk mencapai keadaan netral, sehingga

ion yang berada dalam cairan dapat bergerak bebas di dalam matriks mikropori

(Ginting, A., dkk., 2007).

Kekuatan zeolit sebagai penjerap, katalis, dan penukar ion sangat

tergantung dari perbandingan Al dan Si, sehingga dikelompokkan menjadi 3

(Sutarti, 1994) :

1. Zeolit dengan kadar Si rendah

Zeolit jenis ini banyak mengandung Al (kaya Al), berpori, mempunyai

nilai ekonomi tinggi karena efektif untuk pemisahan atau pemurnian dengan

kapasitas besar. Kadar maksimum Al dicapai jika perbandingan Si/Al mendekati 1

dan keadaan ini mengakibatkan daya penukaran ion maksimum.

2. Zeolit dengan kadar Si sedang

Kerangka tetrahedral Al dari zeolit tidak stabil terhadap pengaruh asam

dan panas. Jenis zeolit mordenit mempunyai perbandingan Si/Al = 5 sangat stabil.

3. Zeolit dengan kadar Si tinggi

Zeolit ini mempunyai perbandingan Si/Al = 10-100 sehingga sifat

permukaannya tidak dapat diperkirakan lebih awal. Sangat higroskopis dan

(4)

untuk hidrokarbon. Berikut ini Tabel 2.2. klasifikasi zeolit berdasarkan rasio

Si/Al.

Tabel 2.2. Klasifikasi Zeolit Berdasarkan Rasio Si/Al (Ramoa,1984)

Rasio Si/Al Zeolit

Low (1-1.5) A,X

Intermediate (2-5)

a. Zeolit alam : Erionite, Khabasit,

Klinoptilolit, Mordenit

b. Zeolit sintetis : mordenit dengan

pori yang besar

High(∼10− ∞) ZSM-5 (direct synthesis)

Erionit, Mordenit, Y

Silica Molecular Sieves Silicalite

Perbandingan antara atom Si dan Al yang bervariasi akan menghasilkan

banyak jenis atau spesies zeolit yang terdapat dialam. Sampai saat ini telah

ditemukan lebih dari 50 jenis spesies zeolit, namun mineral pembentuk zeolit

terbesar ada 9 yaitu analsim, habazit, klinoptilolit, erionit, morenit, ferrierit,

heulandit, laumontit dan fillipsit. Berikut ini Tabel 2.3 stabilitas zeolit terhadap

suhu (BPP Provsu, 2006).

Tabel 2.3 Stabilitas Zeolit Terhadap Suhu (BPP Provsu, 2006)

Jenis Mineral Zeolit Suhu

Klinoptilolit (kaya ion Ca) 5000C (maks)

Klinoptilolit (kaya ion K) 8000C (maks)

Khabazit 600-8650C

Laumonit 345-8000C

Mordenit 800-10000C

(5)

2.1.1 Karakteristik Kerangka Zeolit

Struktur kerangka zeolit mengandung saluran atau hubungan rongga yang

berisi kation dan molekul air berikut ini Gambar 2.1 Struktur Zeolit

Gambar 2.1 Struktur Zeolit

Secara sistematik struktur kerangka zeolit pada Gambar 2.2 dapat

digambarkan sebagai berikut (Oudejans, 1984 dikutip dalam Kahar, A., 2007)

Gambar 2.2 Struktur Kerangka Zeolit

Karakteristik struktur zeolit antara lain :

a. Sangat berpori, karena kristal zeolit merupakan kerangka yang

terbentuk dari jaring tetrahedral SiO4 dan AlO4.

b. Pori-porinya berukuran molekul karena pori zeolit terbentuk dari

tumpukan cincin beranggotakan 6, 8, 10, atau 12 tetrahedral.

c. Dapat menukarkan kation. Karena perbedaan muatan Al3+ dan Si4+

menjadikan atom Al dapat kerangka kristal bermuatan negatif dan

membutuhkan kation penetral. Kation penetral yang bukan menjadi

bagian kerangka ini mudah diganti dengan kation lainnya.

d. Dapat dijadikan padatan yang bersifat asam. Karena penggantian

kation penetral dengan proton-proton menjadikan zeolit padatan

asam Bronsted.

e. Mudah dimodifikasi karena setiap tetrahedral dapat dikontakkan

(6)

Adapun komposisi dari zeolit alam disajikan pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Komposisi Zeolit Alam (Sutarti, 1994)

Komposisi % Berat

SiO2 78,83

Al2O3 12,50

Fe2O3 1,50

K2O 2,27

Na2O 1,07

MgO 1,95

CuO 2,14

2.1.2 Sifat Fisik dan Kimia Zeolit

Zeolit memiliki sifat fisik dan kimia yaitu (Sutarti, 1994) :

a. Hidrasi derajat tinggi

b. Ringan

c. Penukar ion yang tinggi

d. Ukuran saluran yang uniform

e. Menghantar listrik

f. Mengadsorbsi uap dan gas

g. Mempunyai sifat katalitik

Tabel 2.5 Karakteristik Zeolit (Sutarti, 1994)

Density 1,1 gr/cc

Porositas 0,31

Volume berpori 0,28-3 cc/gr

Surface area 1-20 m2/gr

Jari-jari makropori 30-100 nm

Jari-jari mikropori 0,5 nm

Untuk memperoleh zeolit dengan kemampuan yang tinggi diperlukan

(7)

a. Preparasi

Bertujuan untuk memperoleh ukuran produk yang sesuai dengan

tujuan penggunaan. Preparasi ini terdiri dari tahap peremukan (crushing) sampai penggerusan (grinding).

b. Aktivasi

Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisis dan kimiawi.

Aktivasi secara fisis berupa pemanasan zeolit dengan tujuan untuk

menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga luas

permukaan pori-pori bertambah. Pemanasan dilakukan dalam oven biasa pada

suhu 300-4000C (untuk skala laboratorium) atau menggunakan tungku putar

dengan pemanasan selama 5-6 jam (skala besar). Aktivasi secara kimia

dilakukan dengan larutan asam H2SO4 atau basa NaOH dengan tujuan untuk

membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur

kembali letak atom yang dipertukarkan. Pereaksi kimia ditambahkan pada

zeolit yang telah disusun dalam tangki dan diaduk dalam jangka waktu

tertentu. Zeolit kemudian dicuci dengan air sampai netral dan selanjutnya

dikeringkan.

c. Modifikasi

Dengan jalan melapisi zeolit dengan polimer organik vinil piridin, polimer

organik alam atau dengan mangan.

2.2 Teori Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu pengikatan molekul dari suatu fluida baik dalam

bentuk cair maupun gas ke permukaan benda padat. Bahan padat yang

mempunyai kemampuan mengikat (menjerap) molekul tertentu disebut adsorben,

sedangkan zat yang dijerap disebut adsorbat. Proses adsorpsi biasanya dilakukan

dengan cara mengontakkan larutan/gas dengan padatan, sehingga komponen

(8)

Zeolit alam lebih mempunyai daya adsorbsi air dari udara dari pada silika

gel (Anggoro, D.D dan Buchori, L., 2005), sehingga uap air dalam biogas dapat

terserap. Struktur zeolit juga dapat melakukan adsorpsi dan absorbsi terhadap

senyawa H2O, CO2, SO2, H2S (Weitkamp dan Puppe, 1999), dengan kemampuan

penyerapan zeolit terhadap gas – gas tersebut sampai 25 % (Sutarti dan

Rachmawati, 1994). Zeolit dapat mengontrol gas – gas penyebab utama efek

rumah kaca yaitu CO2 dan N2O, kecuali CH4 yang tidak terserap (Delahay dan

Coq, 2002).

Proses adsorpsi adalah suatu proses penjerapan suatu fasa (gas atau cair)

pada permukaan adsorben yang berupa padatan. Hal ini terjadi karena adanya

ketidakseimbangan gaya-gaya molekul pada zat padat, yang cenderung menarik

molekul lain yang bersentuhan pada permukaannya. Jumlah berpori dan luas

permukaan meningkat dapat menyebabkan ketidakseimbangan gaya-gaya molekul

pada adsorben dan meningkatkan kemampuan adsorpsi. Peningkatan kapasitas

adsorpsi zeolit alam teraktifasi, dimungkinkan karena meningkatnya luas

permukaan. Proses aktifasi dapat membersihkan pengotor, baik pengotor organik

maupun mineral, sehingga meningkatkan luas permukaan, maka molekul yang

teradsorpsi akan semakin meningkat.

Peningkatan kapasitas adsorpsi zeolit alam teraktifasi dapat juga

disebabkan karena meningkatnya rasio Si/Al. Rasio Si/Al meningkat maka zeolit

lebih bersifat hydrophobic, lebih suka terhadap molekul non polar seperti CO. Sifat hydrophobic zeolit dapat juga meningkat karena terjadi pertukaran kation selama proses aktifasi (Yuliusman, dkk., 2013).

2.3 Kulit Kakao

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang

berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia

menjadi produsen kakao terbesar kedua di dunia dengan produksi 844.630 ton,

(9)

Kulit buah kakao beratnya mencapai 75% seluruh berat buah, sehingga

dapat dikatakan bahwa limbah utama pengolahan buah kakao adalah kulit

(cangkangnya). Kulit buah kakao sebagai bahan sisa dapat mencapai ± 2.000.000

ton/tahun, permukaan kulit luarnya yang paling banyak mengandung pigmen

sekitar 16% dari berat kulit seluruhnya atau setara dengan 320.000 ton/tahun

sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan. Berikut ini Gambar 2.3 anatomis

buah kakao :

Gambar 2.3 Ciri Anatomis Buah Kakao (Limbongan, J., 2012)

Pod kakao merupakan bagian mesokarp atau dinding buah kakao yang

mencakup kulit terluar sampai daging buah sebelum kumpulan biji, terlihat pada

Gambar 2.4 Pod buah kakao merupakan bagian terbesar dari buah kakao.

Komposisi bagian-bagian buah kakao dapat dilihat pada Tabel 2.6.

(10)

Tabel 2.6 Komposisi Buah Kakao

No. Komponen Presentase (DB)

1. Pod (Kulit Buah) 75,70

2. Biji dan Pulp 21,68

3. Plasenta 2,62

Kulit buah kakao mengandung air dan senyawa senyawa lain. Salah satu

yang bisa dimanfaatkan dalam kulit kakao yaitu pengambilan pektin. Komposisi

kimia kulit buah kakao tergantung pada jenis dan tingkat kematangan buah kakao

itu sendiri. Ditinjau dari komposisi kulit Kakao pada basis kering terdapat

kandungan pektin yang lebih sedikit dari pada kulit kakao pada keadaan yang

masih basah atau pengambilan dari pohon tidak terlalu lama pada saat pengolahan

menjadi pektin, komposisi kulit buah kakao pada saat kering dapat dilihat pada

Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Komposisi Kulit Kakao Pada Basis Kering (Sari, E., dkk., 2012)

Parameter Kandungan (%)

Pektin 6-12,67

Air 5-11,67

Zat Padat Lainnya 82,33

2.4 Lempung (Clay)

Lempung merupakan polimer anorganik alam berupa hidrat

aluminosilikat. Secara luas lempung telah dikenal sebagai fraksi-fraksi halus

koloid (± 2µm) dari tanah, sedimen atau batu-batuan. Apabila lempung menyerap

air, ia bersifat seperti plastik dan sebaliknya akan mengeras jika terdehidrasi.

Lempung disusun secara berlapis-lapis dengan ruangan antar lapis dan setiap

lapisan dapat bersifat netral atau bermuatan listrik (Muhdarina, dkk., 2010).

Lempung secara luas digunakan sebagai absorben karena memiliki

stabilitas kimia dan mekanik yang tinggi serta memiliki sifat permukaan dan

(11)

2.5 Elektrolisis Air

Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi

oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang

melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap

dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida(OH-). Sementara itu

pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4

ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami

netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan

yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan dalam persamaan 2.1 sebagai

berikut :

2H2O(l) →2H2(g) + O2(g) ...(2.1)

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk

gelembung pada elektrode dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian

dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen (Spiegel, Colleen.,

2008). Berikut ini Gambar 2.5 skema air menjadi konverter hidrogen.

H2, O2, Uap air

KONVERTER FILTER

ke ruang bakar

Air Elektroda

H2 dan O2

H2, O2, Uap H2O

(12)

Hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar sebab :

1. Dapat terbakar dalam oksigen membentuk air dan menghasilkan energi.

2. Bersama oksigen dapat digunakan dalam sel bahan bakar menghasilkan

energi listrik.

Keuntungan jika hidrogen digunakan sebagai bahan bakar yaitu :

1. Suatu cuplikan hidrogen jika dibakar akan menghasilkan energi sebanyak

kira-kira tiga kali energi yang dihasilkan bensin dengan berat yang sama.

2. Dalam mesin kendaraan bermotor hidrogen akan terbakar lebih efisien jika

dibandingkan dengan bahan bakar lain.

3. Pembakaran hidrogen kurang menghasilkan polutan. Polutan yang terjadi

hanya oksida nitrogen yang terjadi jika suhu pembakaran sangat tinggi.

4. Mesin yang menggunakan hidrogen mudah diubah agar dapat mengunakan

hidrogen sebagai bahan bakar (Putra, A.M., 2010).

2.6 Pengujian 2.6.1 Porositas

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume

pori-pori (volume ruang kosong) pada zat padat dengan jumlah volume total zat padat.

Porositas dapat diatur dengan menambahkan bahan aditif dan bahan lain yang

dapat menghasilkan gas pada saat di bakar sehingga meninggalkan rongga yang

disebut pori. Porositas yang tinggi dapat mengakibatkan kekuatan mekanik

menjadi rendah. Dan semakin besar persentase porositas maka jumlah

pori-porinya semakin besar dan akan semakin menghasilkan adsorpsi yang baik

(Suriawan, M.C.V dan Nindhia, T.G.T., 2010).

Perhitungan porositas dihitung dari volume pori dibagi dengan volume

total. Pada persamaan tersebut, sulit untuk digunakan karena kita akan kesulitan

untuk mengukur volume kosong pada zat padat, sehingga pengukuran porositas

(13)

% ���������= ���−��

���× ��×���% ...(2.2)

Keterangan: mb = massa basah (kg)

mk = massa kering (kg)

ρair = massa jenis air (kg/m3)

Vt = volume sampel sesudah dibakar (m3)

2.6.2 Sifat Mekanik

Pengujian mekanik ditujukan untuk mensimulasikan pola pembebanan

yang akan dialami oleh material tersebut pada kondisi operasi material

keramik/komposit keramik. Dan sifat mekanik suatu bahan berkaitan erat dengan

porositas, kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan.

2.6.2.1 Kekerasan

Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya

penekanan dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini

yaitu pada permukaan material dilakukan penekanan dengan indikator sesuai

dengan parameter (diameter, beban, dan waktu).

Pengujian kekerasan dengan menggunakan alat Hardness Tester Tokyo

Japan Matsuzawa Seiki yang hasilnya dapat langsung dibaca dan diperoleh dalam

satuan Hardness of Vickers, dengan menggunakan Persamaan (2.3) berikut ini :

= �,���� �

�� ...(2.3)

Keterangan : Hv = Hardness of Vickers (N/m2) F = Beban yang diberikan (N)

(14)

2.6.3 Scanning Elektron Microscopy - Energy Dispersive X-ray Spectrometer (SEM-EDX)

Alat ini terbagi menjadi dua bagian fungsi yang berbeda, yaitu EDX dan

SEM. Uji EDX ini dapat membaca suatu permukaan sampel dengan suatu alat

pembaca elektron (5-50 kV) sehingga dapat mengetahui komposisi logam-logam

yang ada di dalam zeolit, dalam hal ini terutama untuk mengetahui rasio Si/Al.

Jika rasio Si/Al meningkat, maka zeolit akan lebih stabil terhadap suhu tinggi

(Wibowo, J., 2012).

Pada dasarnya teknik SEM merupakan pemeriksaan dan analisis

permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau

dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan gambar. Gambar

permukaan yang diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan

dan lekukan permukaan. Gambar topografi permukaan diperoleh dari

penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen.

SEM mempunyai resolusi tinggi bisa mencapai 150.000 kali dan dapat

digunakan untuk mengamati obyek benda berukuran nanometer. Meskipun

demikian, resolusi tinggi tersebut didapatkan untuk pemindaian dalam arah

horizontal, sedangkan pemindaian secara vertikal (tinggi rendahnya struktur)

resolusinya rendah. Ini merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui

pemecahannya.

Perkembangan mutakhir paling berarti adalah perolehan informasi

mengenai komposisi kimia. Mikroskopnya juga menggambarkan sebuah energy Dispersive X-ray Spectrometer (EDX) yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi unsur dari sampel. Ketika sebuah sampel difoto oleh SEM, sinar

elektron juga diemisikan oleh sinar-X yang dibawa oleh EDX. Emisi sinar-X tipa

unsur khas dalam energi dan panjang gelombangnya, karena itu unit EDX mampu

menentukan tiap unsur yang merespon emisi tersebut. Data ini dapat ditambahkan

pada gambar SEM untuk menghasilkan sebuah peta unsur yang sebenarnya dari

(15)

2.6.4 Uji Daya Adsorpsi Uap Air

Adsorpsi adalah suatu proses dimana molekul-molekul dari senyawa yang

diserap oleh permukaan zat padat atau zat cair yang lain. Zat yang mengadsorpsi

disebut sorben sedangkan zat yang diadsorpsi disebut sorbat. Proses adsorpsi

terjadi pada batas permukaan dua fase. Proses adsorpsi dapat terjadi karena

adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak

seimbang. Karena adanya gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-molekul

lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan

ke dalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan

menjadi lebih besar daripada dalam fase gas atau zat terlarut dalam larutan.

Zeolit dapat berfungsi sebagai adsorben. Zeolit yang terdehidrasi akan

mempunyai struktur pori terbuka dengan internal surface area besar sehingga kemampuan mengadsorb molekul selain air semakin tinggi. Ukuran cincin dari

jendela yang menuju rongga menentukan ukuran molekul yang dapat teradsorb.

Sifat ini yang menjadikan zeolit mempunyai kemampuan penyaringan yang

sangat spesifik yang dapat digunakan untuk pemurnian dan pemisahan (Marwati,

S., 2011). Berikut ini Gambar 2.6 zeolit teraktivasi fisika.

Gambar 2.6 Zeolit Teraktivasi Fisika (Ardra, Biz., 2015)

Secara alami pori-pori Zeolit yang belum diolah akan mengandung

sejumlah molekul air dan alkali atau alkali tanah hidrat. Proses pemanasan pada

temperature 300 – 4000C dapat menghilangkan kandungan air dan hidrat pada

alkali atau alkali tanah hidrat. Zeolit yang sudah mengalami pemanasan ini

disebut Zeolit Teraktivasi Fisika artinya Zeolit terdehidrasi atau Zeolit yang

Gambar

Tabel 2.1 Selektivitas Adsorbat Terhadap Jenis Zeolit (Ackley et al., 2003)
Tabel 2.3 Stabilitas Zeolit Terhadap Suhu (BPP Provsu, 2006)
Gambar 2.1 Struktur Zeolit
Tabel 2.4 Komposisi Zeolit Alam  (Sutarti, 1994)
+5

Referensi

Dokumen terkait

kepada masyarakatnya. Dengan akad saya yang menjamin Rahmat. 2) Kemudian Pak Lurah menjamin atas Rahmat, supaya bank yakin. 3) Bank memberikan pinjaman, dengan akad Pak Lurah

Premis 1 : Jika Budi rajin belajar maka ia disayang ayah. Premis 2 : Jika Budi disayang ayah maka ia disayang ibu. Jika hari panas, maka Ani memakai topi. Ani tidak memakai topi atau

In particular, Koto Tangah, Padang Utara, Pa- dang Timur dan Padang Selatan Sub-Districts, where sand boiling, ground settlement and lateral spreading were observed,

cases ACTs as % of all antimalarials received by <5 (survey) Primaquine distributed vs reported P..

[r]

Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan

estrogen serta tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler seperti MPA 10 mg/hari dosis 1 x 1 tablet per hari pada hari ke 16 - 25 siklus menstruasi.