• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Ethical Behavior Pegawai Bidang Pengawasan dan Pengendalian (Studi Kasus Terhadap Juru Pungut di DISPENDA Kota Kupang) T2 912013042 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Ethical Behavior Pegawai Bidang Pengawasan dan Pengendalian (Studi Kasus Terhadap Juru Pungut di DISPENDA Kota Kupang) T2 912013042 BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah yang memicu dilakukannya penelitian ini, dilanjutkan

dengan perumusan masalah penelitian, persoalan penelitian,

tujuan penelitian, serta manfaat dari penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Perilaku beretika merupakan aspek penting dalam

menunjang sebuah keberlangsungan hidup individu dan

organisasi. Organisasi bisa bertahan dalam waktu yang lama

karena dukungan pelaksanaan etika yang baik dalam

organisasi (Mayasari et al., 2012). Perilaku etis adalah perilaku

yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara

umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik. Perilaku etis ini dapat menentukan kualitas individu /

karyawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh

dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam

bentuk perilaku (Arifiyani & Sukirno, 2012). Selain itu,Hogler

et al., (2013) mengatakanbahwa perilaku beretika sangat

bergantung pada nilai pribadi yang dianut untukkesejahteraan

orang lain.

Pelaksanaan etika yang baik dalam organisasi sebagai

sebuah entitas bisnis memiliki sejumlah keuntungan yang

dapat diperoleh organisasi. Pertama, perusahaan akan memperoleh dukungan dari berbagai komponen

(2)

pemerintah, pemasok, lembaga non-pemerintah,dan

masyarakat. Para komponen stakeholder ini akan memberikan

dukungan moril dan material bagi terlaksananya perilaku

beretika. Konsumen juga memiliki persepsi positif terhadap

perilaku beretika perusahaan dengan demikian akan

menciptakan sikap positif dan perilaku positif yaitu memiliki

loyalitas yang tinggi terhadap produk atau jasa yang

ditawarkan oleh organisasi. Kedua, perilaku yang beretika bisa

menciptakan praktik-praktik bisnis yang beretika pula. Dengan

demikian, kondisi ini akan menciptakan iklim organisasi yang baik. Iklim organisasi ditunjukkan dengan meningkatnya rasa

peduli karyawan terhadap organisasi dan kepuasan psikologis

atau fisik karyawan dengan lingkungan kerja atau keseluruhan

karya dan hasil bukan tentang apa beban pekerjaan itu sendiri.

Ketiga, perilaku beretika juga memengaruhi terciptanya suatu

sikap kerja yang positif yaitu karyawan memiliki komitmen

terhadap organisasi. Komitmen diartikan sebagai suatu rasa

untuk memiliki pengorbanan yang tinggi bagi pelaksanaan

kerja yang baik dan keinginan untuk bisa tinggal lebih lama

dalam suatu organisasi. (Mayasari et al., 2012 ; Huang et al.,

2012 ; Deng, 2012).

Thoyibatun, (2009) mengatakan bahwa Perilaku tidak etis

adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau tujuan utama yang telah disepakati. Perilaku tidak etis

seharusnya tidak bisa diterima secara moral karena

mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan.

Sebagai gejala kompleks perilaku tidak etis sangat bergantung

pada interaksi antara karakteristik personal dengan fenomena

asosial yang muncul, lingkungan, dan faktor psikologi yang

(3)

Lebih lanjut secara berbedaAdelin & Fauzihardani, (2013)

mengatakan bahwa perilaku tidak etis juga disebabkan oleh hal

yang substansial,seperti sikap dan tanggung jawab moral

perusahaan. Perusahaan memiliki tanggung jawab moral dan

sosial serta pada tingkat operasional. Tanggung jawab moral

yang dimaksudkan diwakili oleh manajemen.

Perilaku tidak etis muncul karena karyawan merasa tidak

puas dan kecewa dengan hasil yang di dapat dari perusahaan

serta lemahnya pengawasan manajemen yang dapat membuka

keleluasaan karyawan untuk melakukan tindakan yang dapat

merugikan perusahaan.Selain itu, perilaku tidak etis juga dipicu oleh sistem gaji, keamanan atas risiko pekerjaan,

perlindungan atas diri dan sesama karyawan. Organisasi yang

memiliki catatanburuk akan perilaku tidak beretika misalnya

nepotisme, pemimpin yang melakukan pelanggaran kode

etik,diskriminasi kerja akan menciptakan reaksi emosional dari

karyawannya. Reaksi emosional bisa berupa sinismeyaitu

sikap yang menunjukkan rasa kecewa, marah; pesimisme yaitu

sikap tidak percaya bahwa organisasi mampumenangani

perilaku tidak beretika, dan paranoid yaitu sikap tidak percaya

dan takut akan keberlangsungan kerjadalam organisasi.

hasilnya dari semua masalah tersebut adalah karyawan yang

bekerja akan berniat untuk meninggalkan organisasi. (Greenfield, Jr. Et al., 2008 ; Zoghbi et al., 2013 ; Taylor &

Pattie, 2014 ; Effelsberg, et al., 2014 ; Lu &Lin, 2014).

Aspek-aspek yang diteliti pada penelitian terdahulu dalam

menjelaskan perilaku beretika meliputi aspek kode etik dengan

hasil penelitian bahwa, kehadiran kode etik memiliki dampak

positif pada perilaku etis dalam organisasi (Adams et al., 2001;

(4)

Penelitian berikut mencakup program etika seperti

pengembangan kode etik yang sesuai dengan kebutuhan dan

situasi organisasi, budaya etika, komunikasi yang baik,

pembinaan, pelatihan, & pengawasan sangat efektif sehingga

berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis,

iklim etika, kesadaran kode etik, kepemimpinan etis,

komitmen organisasi, Organizational citizenship behavior, dan

kualitas kehidupan kerja (Beeri et al., 2013 ; Riivari & Lamsa,

2014). Aspek selanjutnya mengenai nilai dimana peran gender

& kebudayaan mempengaruhi hak dan aksi kolektif serta kepercayaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi

pengambilan keputusan etis dalam perusahaan (Suryaningrum

et al., 2013 ; Hogler et al, 2013 ; Larkin et al., 2013).

Dalam temuan selanjutnya dimana iklim etika yang

ditunjukan oleh pihak atau manajemen perusahaan dapat

menumbuhkan organizational citizenship behavior, kepuasan

kerja, komitmen organisasi, loyalitas bahkan sampai kepada

keselamatan kerja (Parboteeah & Kapp, 2008 ; Huang et al,

2012 ; Curtis, 2015). Aspek lainnya mengenai Strategi

kepemimpinan menurut hasil penelitian (Widyastuti, 2011 ;

Shin, 2012) bahwa perilaku yang dicerminkan pemimpin akan

dijadikan sebagai acuan, sehingga pemimpin harus bisa

menunjukan perilaku yang normatif dan etis sehingga efek tersebut juga dapat dijadikan sebagai intervensi untuk

mempengaruhi dan membentuk tingkah laku karyawan

menjadi prososial dan beretika.

Dari aspek Kepribadian dan keputusan etis menurut hasil

penelitian (Joseph et al, 2009 ; Yidong & Xinxin, 2013) bahwa

keputusan untuk berperilaku etis dimediasi oleh persepsi

(5)

pembinaan kelompok sebagai kelompok etis, dan yang terakhir

adalah kecerdasan emosional individu.

Kajian menunjukkan bahwa penelitian mengenai perilaku

etis masih dilakukan dalam lingkup terbatas, dan belum pernah

ada penelitian sebelumnya kepada lembaga pemerintah salah

satunya Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA). Menurut

(Utomo, 2008) Penerapan kebijakan otonomi daerah di

Indonesia menimbulkan harapan besar bagi masyarakat,

terutama dalam hal peningkatan pelayanan publik. Pada

otonomi daerah, urusan manajemen pelayanan menjadi

kewenangan pemerintah daerah sehingga akan mendekatkan jarak antara pemberi pelayanan dan yang dilayani. Maka

penelitian ini kemudian diteliti pada konteks kepegawaian

DISPENDA khususnya bidang pelayanan publik yaitu

penagihan pajak pada pegawai juru pungut pajak yang

terfokus pada etika mereka.

Lebih lanjut, Rosdiana, (2009) menyatakan bahwa

pemungutan pajak mempunyai peran yang strategis,bukan

semata-mata karena merupakan sumber penerimaannegara,

tetapi pajak juga kerapkali digunakan sebagaiinstrumen

kebijakan pemerintah.Sebagai instrumen kebijakan, pemungutan pajakdilakukan untuk mencapai tujuan organisasi

secara internal pada sektor organisasi publik khususnya dinas

pajak. Namun banyak kasus permasalahan pajak tidak etis

yang terjadi. Hal ini dilansir dari beberapa media seperti kasus

Gayus Tambunan dan Darmin Nasution yang masuk dalam

daftar nama mafia pajak, kemudian ada juga kasus yang

samadengan kasus pajak Gayus cs yang menimpa Hadi

Poernomo, dimana mereka menerima suap terkait pengurusan

(6)

memanipulasi data pajak dari Bakrie Group, BCA, PT.

Metropolitan Retailmart, Asian Agri, Berau Coal, dan lain

sebagainya dan ini rupanya tidak hanya terjadi sekali,

melainkan begitu banyak perusahaan yang terlibat dalam kasus

tersebut (news.liputan6.com; www.kompasiana.com).

Tidak jauh beda dengan permasalahan pajak yang ada, pada

konteks ini masalah yang timbulakibat perilaku etis

berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pegawai

DISPENDA Kota Kupang:

“ Berdasarkan data 3 tahun terakhir ada tunggakan pajak

daerah yang cukup besar, karena secara internal kualitas yang belum cukup seperti pengetahuan akan perpajakan oleh juru pungut yaitu honorer dan Pegawai tetap sendiri, tingkah laku yang ditunjukan mereka dengan komitmen pelayanan pajak yang belum terlalu bagus, disiplin masuk keluar kantor yang sering dilanggar, dan perilaku tidak etis yang kerap dilakukan oleh juru pungut pajak yang dengan jelas menyalahi aturan yang berlaku, sehingga akhirnya berdampak pada kinerja mereka dan organisasi baik dari pemimpin sendiri maupun bawahan.... “

Peraturan tentang cara berperilaku dan disiplin pegawai

negeri sipil (PNS) dalam kerangka umum telah tertera dengan

jelas pada PP Nomor 53 Tahun 2010 bahwa disiplin PNS

adalah kesanggupan PNS untuk manaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang

apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disipilin.

Sedangkan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau

melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan didalam maupun diluar jam kerja (PP NO. 53 Th

(7)

Etika Pelayanan Publikadalah suatu tindakan pemberian

barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam

rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan

secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan

masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan

masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini

lebih menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil

diberikan melalui suatu delivery system yang sehat. Sedangkan

tujuannya adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik

bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik yang terbaik

adalah yang memberikan kepuasan terhadap publik, kalau

perlu melebihi harapan publik (Jumiati, 2012).

Menurut (Celenk, 2013) anggota profesi dalam hal ini

akuntanharus menampilkan perilaku etis sesuai dengan aturan.

Itu berarti bahwa tidak ada perbedaan pandangan perilaku etis

antaraanggota profesi yang berperilaku etis terhadap pengaruh

tekanan negatif dari perilaku tidak etis oleh wajib pajak, serta

perilaku lainnya yang menganggap peraturan etis membuat

sulit untuk bersaing. Perilaku tidak etis memiliki efek negatif

pada bidang profesional, sedangkan perilaku etis

positifberpengaruh pada hasil yang akan diperoleh dalam bidang profesional dari sudut melindungi keuangan

danreputasi profesional. Hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa anggota profesional yang tidak berperilaku dalam

aturan etikaakan menang dalam jangka pendek tetapi dalam

jangka panjang, akan mempengaruhi reputasi profesi yang

(8)

Pendapat yang berbeda justru timbul dari (Magnus et al,

2010) mengatakan bahwa faktor yang berperan paling

potensial dalam perilaku etis adalah harga diri yang dimediasi

oleh kecerdasan emosional dimana pengaruh kecerdasan

emosional lebih penting daripada etika karena secara khusus,

orang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak

selalu memahami perilaku etis sebagai alat yang diperlukan

untuk keunggulan kompetitif, sebab orang dengan kecerdasan

emosional tinggi juga memiliki suasana hati positif dan harga

diri tinggi, sehingga kemampuan untuk mengenali, mengatur, dan memanfaatkan emosi serta perilaku membuat mereka akan

lebih sukses. Dengan demikian, ternyata orang yang memiliki

perilaku etis yang tidak disertai kecerdasan emosional akan

cepat dipengaruhi suasana kompetitif oleh kelompok atau

lingkungan sekitar dan bisa berakibat kedampak tidak etis,

sedangkan orang dengan kecerdasan emosional tidak akan

rentan terhadap kecendrungan tidak etis akibat kompetitif.

Oleh karena itu perilaku etis dapat dikatakan dalam konteks ini

sangat bergantung pada organisasi dan diri tiap individu,

dalam bekerja.

Lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya(Adams et al., 2001; Byrd & Winkelstein, 2014 ;

Bodolica & Sparaggon, 2015; Celenk, 2013;Jumiati, 2012; Joseph et al, 2009 ; Magnus et al, 2010;Yidong & Xinxin,

2013Rosdiana, 2009;Shin, 2012; Widyastuti, 2011) dan

penjelasan yang telah diuraikan diatas maka sejauh yang

diketahui, mereka belum ada yang menulis dan membahasnya

pada konteks internal lembaga pemerintah DISPENDA

terutamapara pegawai yang terlibat dalam penagihan langsung

(9)

Padahal terjadi masalah disiplin yang sering dilanggar oleh

mereka dan berkaitan dengan masalah etis individu di

DISPENDA Kota Kupang,sehingga mempunyai efek pada

kinerja mereka dan organisasi.Oleh karena itu penelitian ini

akan berfokus pada kasus tersebut dipandang dari organisasi

sebagai pembentuk perilaku etis dengan mengulas mengapa

masalah tersebut dapat terjadi, sedangkan peraturan

pemerintah secara tegas akan memberikan sangsi pada

pelanggaran disiplin tersebut kepada PNS, serta peraturan

daerah (PERDA) dan peraturan Walikota (PERWALI) terhadap DISPENDA Kota Kupang selaku organisasi yang

menjalankan bagian penagihan pajakdengan spesifik harus

menjalankan peraturan mulai dari Perda Nomor 4 Tahun 2013

tentang organisasi dan tata kerja DISPENDA Kota Kupang,

Perwali Nomor 12B tahun 2013 tentang rincian tugas jabatan

struktural dan fungsional umum di lingkungan DISPENDA

Kota Kupang, dan Perwali Nomor 8A tahun 2013 tentang

perilaku & disiplin pegawai tidak tetap (PTT) di lingkup

pemerintah Kota Kupang.

Terlepas dari peraturan pemerintah dan daerah, peraturan

didalam lingkup internal kantor sendiri juga menegaskan

tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan

oleh pegawai mereka. Selain itu, mengapaupaya penelitian ini penting karena penelitian sebelumnya tidak mencoba

mengkajinya dariperilaku etis juru pungut pajak didalam

kantor, dan bagaimana mereka selaku individu memandang

masalah etika yang terjadi didalam lingkup internal sebagai hal

yangmemengaruhi kinerja dan komitmen pelayanan mereka

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas

maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peran para pemimpin Dispenda kota Kupang

dalam menanggulangi permasalahan etis yang terjadi di

internal kantor guna meningkatkan pelayanan dan perilaku

etis para juru pungut pajak?

2. Apa tanggapan juru pungut pajak DISPENDA Kota Kupang

dalam menanggapi perilaku etis di lingkup internal

organisasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan peran para pemimpin Dispenda kota Kupang

dalam menanggulangi permasalahan etis yang terjadi di

internal kantor guna meningkatkan pelayanan dan perilaku

yang etis dari para juru pungut pajak.

2. Mendiskripsikan tanggapan dan persepsi juru pungut pajak

DISPENDA kota Kupang terhadap perilaku etis dalam

lingkup internal organisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

 Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literatur dan penelitian sebelumnya tentang perilaku etis dalam

(11)

2. Manfaat Praktis

 Sebagai salah satu bahan pemikiran bagi perbaikan atau mendayagunakan perilaku etis dilingkup

internalDISPENDA Kota Kupang, agar dapat

menciptakan perilaku etis pada pegawai juru pungut

Referensi

Dokumen terkait

This paper describes a model to find the appropriate information by using P2P environment and semantic web in case of job matching services from various sources.. In establishing

Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam bentuk cetakan dan/atau softcopy di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Landak (Jln. Ngabang, 11

Permintaan dan persediaan akan kapital pinjaman akan identik dengan permintaan dan persediaan akan kapital pada umumnya (sekalipun frase terakhir ini adalah tidak-masuk akal; karena

• Dakwah Transnasional Isla sejak masa Reformasi: Moralitas Publik dan Internet sebagai arena kontestasi budaya dan politik. ‘e o stru ti g ‘hetori al for s of Othering a d Other

Approach that used is voting which choose PP candidate as input, then calculate the similarity to map, choose and accommodate/adjust the concept of PP to common ontology. The

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Copy SKA/SKT dan IJazah serta tanda pengenal dari personil/staf inti proyek (yang termuat dalam isian kualifikasi).. Copy bukti kepemilikan peralatan yang termuat