BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Surakhmad (2001, hlm. 1) menjelaskan bahwa : “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode ini
digunakan untuk mengetahui hasil ketika sudah dilakukan treetmen atau latihan
tambahan. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2005, hlm. 207) menyatakan bahwa: “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakkan pada subjek selidik”.
Dengan melihat uraian diatas dengan jelas bahwa metode eksperimen
mempunyai sifat yang harus digunakan atau adanya pemberian latihan atau
treetmen. Maka dari itu faktor yang digunakan dalam metode latihan hollow
sprints terhadap kecepatan reaksi atlet/pemain di extrakurikuler sepakbola SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah subjek yang akan diteliti. Menurut lutan dkk
(2007, hlm. 82) menyebutkan “populasi adalah sekelompok subjek yang
diperlukan oleh peneliti, yaitu dimana peneliti ingin mengeneralisasikan temuan
penelitinya”. Maka ditetapkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah atlet/pemain dari extrakurikuler sepakbola SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung yang ikut berlatih dan berjumlah sebanyak 14 orang.
Peneliti menggunakan populasi dari extrakurikuler sepakbola SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung dikarena peneliti terlibat dalam kepengurusan dan
sebagai pelatih atlet/pemain sepakbola di extrakulikuler tersebut. Disamping itu
UPI Bandung memiliki kekurangan reaksi ketika akan mengambil bola ataupun
saat melakukan gerakan tanpa bola di dalam permainan sepakbola.
2. Sampel
Sampel adalah bagian terkecil atau jumlah kecil dari populasi untuk
mendapatkan informasi. Menurut lutan dkk. (2014, hlm.82) menyebutkan sample
dalam penelitian berarti sekelompok subjek dimana informasi diperoleh. Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sample.
Untuk mempermudah dalam pengambilan sample yang mewakili populasi
diperlukan teknik sampling. Teknik sampling merupakan cara pengambilan
sample dari populasi. Seperti yang dijelaskan Sugiyono (2013, hlm. 118) bahwa “tehnik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel. Dalam hal ini penulis menggunakan sampling jenuh/total Sampel.” Sugiyono (2012, hlm. 85) menyatakan “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil”.
Berdasarkan populasi diatas, Karena jumlah populasi tidak lebih dari 30
orang, maka semua populasi akan dijadikan sampel dengan menggunakan teknik
sampling jenuh/total Sampel.
Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain/atlet
Extrakurikuler sepakbola SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang
aktif mengikuti latihan berjumlah 14 orang.
C. Desain Penelitian
Agar mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian, diperlukan suatu alur yang dijadikan pegangan agar penelitian tidak
keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga tujuan atau hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Nasution (1982, hlm. 12)
menjelaskan:“Tiap penelitian harus direncanakan, untuk itu diperlukan suatu
desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara
pengumpulan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan
desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang
ingin diungkapkan. Berdasarkan argument diatas, maka penulis menggunakan The
one- Grup Pretest –Posttest Design seperti Tabel 3.1.
Pretest Treatment Postes
X O Y
Tabel 3.1.
Desain Penelitian one group pretest posttest design Sumber: lutan,dkk.(2007,hlm.158)
X : Tes Awal (pre test)
Y : Tes Akhir (post test)
O : Perlakuan (treatment Hollow sprint)
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menetukan populasi
2. Memilih dan menetapkan sampel
3. Mengadakan tes awal
4. Melaksanakan latihan
5. Melakukan tes akhir
6. Melakukan pengujian hipotesis
Kemudian langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Sumber : Nasution.(1982), hlm. 54)
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Nurhasan (2007, hlm .5) mengatakan
“pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu objek tertentu, dalam proses pengukuran suatu alat ukur”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka melalui pengukuran penulis dapat
mengumpulkan data secara objektif yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu
berupa angka-angka yang dapat di olah secara statistika. Tujuannya agar dapat
mengetahui pengaruh hasil perlakuan yang merupakan tujuan akhir eksperimen,
khususnya dalam mengukur aspek kecepatan reaksi.
Dalam rangka yang akurat maka penulis melakukan tes untuk mengetahui
kemampuan awal dan kemampuan akhir sample dalam hal kemampuan kecepatan
POSTEST
MELAKUKAN PENGUJIAN HIPOTESTIS PELAKSANAAN LATIHAN
HOLLOW SPRINT MENTUKAN POPULASI DAN
SAMPEL
PRETEST PERMASALAHAN
reaksi atlet. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan
reaksi (The nelson foot reaction test) dengan tingkat realibilitas tes sebesar 0,85
dan validitas : face validity, Nurhasan dan Cholil (2013,hlm 182).
1. Tes reaksi ( The Nelson Foot Reaction Time)
a. Tujuan : Mengukur kecepatan reaksi kaki untuk merespon stimulus
b. Fasilitas/Alat : - Ruangan yang datar
-.Whole body reaction Time Type II Visual
-. Alat tulis
-. Daftar table untuk konversi hasil test
c. Pelaksanaan tes: Subjek berdiri diatas alat ukur sambil bersiap melakukan
sikap lompat, kemudian subjek menunggu sinyal lampu yang berada pada
alat ukur, setelah ada sinyal lampu subjek melompat dari alat ukur
menerima stimulus berupa cahaya lampu dan berusaha merespon secepat
mungkin dengan bergerak keluar tempat.
d. Skor : Catatan dari 3 kali percobaan di ambil waktu terbaik.
2. Whole Body Reaction Time
Untuk melakukan tes kecepatan reaksi atau mengambil data awal
dan data akhir peneliti menggunakan alat whole body reaction test. Tes ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kecepatan reaksi dari seluruh sampel.
Terdapat 2 jenis tes dalam alat whole body reaction time yaitu :
a. Audio
Yaitu melakukan tes dengan cara menggunakan indra pendengaran.
b. Visual
Yaitu melakukan tes dengan cara menggunakan indra penglihatan.
Dalam tes whole body reaction time ini peneliti menggunakan tes
visual atau type II dalam alat whole body reaction. Peneliti menggunakan
Whole body reaction Time Type II Visual karna peneliti anggap lebih
cocok dengan latar belakang masalah yang akan diteliti ataupun lebih
cocok dengan metode latihan yang akan digunakan semua sample nanti
dilapangan. Alat ini sudah teruji validitasnya dengan nilai 0.86 oleh
Adapun norma dari alat Whole body reaction di dalam Tabel 3.3, seperti yang dijelaskan oleh Miyatake, N. (2012, hlm. 4) sebagai berikut :
Tabel 3.3
Norma Whole body Reaction
KATEGORI Waktu
Istimewa 0.001 – 0.100
Bagus sekali 0.010 – 0.200
Bagus 0.201 – 0.300
Cukup / Sedang 0.301 – 0.400
Kurang 0.401 – 0.500
Kurang sekali 0.501 – Ke atas
Satuan alat ini adalah detik
E. Definisi Operasional
Jika di lihat dari sudut pandang pen afsiran seseorang terhadap suatu istilah
itu berbeda-beda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah
dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan
satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Pelatihan menurut Satriya (2007, hlm. 11) dikutip dalam buku Bompa yaitu “Latihan merupakan aktifitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah
pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologi manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”.
2. Hollow Sprint menurut Harsono (2001, hlm. 37) merupakan metode
latihan terdiri dari 2 sprint yang di selingi dengan suatu periode “kosong”
(hollow) danfase kosong ini bisa ini bisa jogging atau jalan.
3. Kecepatan reaksi menurut Harsono (1988, hlm. 217) merupakan kecepatan
seseorang antara pemberian rangsang atau stimulan dengan gerak pertama.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Extrakurikuler sepakbola SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung bertempat di Jl. Senjaya guru kampus UPI Bandung.
dengan 9 september 2016 dengan perlakuan eksperimen, dengan frekuensi
pertemuan tiga kali dalam seminggu. Mengenai jangka waktu latihan menurut
Kosasih (1995, hlm. 28) mengatakan bahwa “Latihan tiga kali setiap minggu, agar
tidak terjadi kelelahan yang kronis”. Selain itu Bompa (1990, hlm. 86) mengatakan bahwa “Siswa (atlet) berlatih 3 kali dalam seminggu, tergantung dari keterlibatannya dalam olahraga, adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama enam minggu atau lebih’’. Dengan pelatihan yang diberikan tiga kali dalam seminggu secara teratur akan mengalami peningkatan yang berarti. Berikut
adalah urutan jadwal pertemuan selama seminggu:
1. Sabtu , Pukul 07.00-8.30 WIB di Lintasan lari UPI Bandung
2. Selasa , Pukul 15.30-17.30 WIB di lapangan KPAD Bandung
3. Kamis , Pukul 15.30-17.30 WIB di lapangan KPAD Bandung
Pre test dilaksanakan pada tanggal 4 agustus 2016 di kampus FPOK UPI
lantai 3 dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan kecepatan reaksi atlet
sepakbola Extrakurikuler sepakbola SMA Laboratorium Percontohan UPI
Bandung. Sedangkan post test dilaksanakan pada tanggal 9 september 2016.
Untuk memudahkan penyusunan program latihan dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian untuk latihan dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu pemanasan, latihan inti
dan pendinginan. Berikut uraian dari tiga tahap latihan di atas :
1. Pemanasan
Sebelum melakukan latihan, sampel diberikan waktu untuk melakukan
pemanasan terlebih dahulu, hal ini berkenaan dengan mempersiapkan kondisi
tubuh sampel agar nantinya melakukan latihan/treatment sampel telah siap secara
utuh. Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, yaitu
meregangkan secara sistematis anggota tubuh yang dimulai dari bagian atas
sampai bagian bawah atau sebaliknya. Selanjutnya diberikan peregangan dinamis,
yaitu gerakan berupa mengejutkan bagian otot dan sendi yang dominan digunakan
dalam latihan. Dan yang terakhir pemanasan formal, yaitu sampel melakukan
2. Latihan inti
Latihan inti yang diberikan oleh peneliti adalah pelatihan hollow sprint
yang sudah disusun secara sistematis dengan adanya penambahan beban setiap
pertemuannya. Pada proses latihan hollow sprint dari awal sampe akhir peneliti
menggunakan prinsip beban lebih (Overload Principle) dengan intensitas yang
cenderung tinggi tetapi volume nya tetap. Seperti yang dikatakan Harsono (1998) bahwa “Prinsip overload principle atau prinsip beban lebih ini berlaku baik dalam melatih aspek-aspek fisik, teknik, taktik, maupun mental. Prinsip ini mengatakan
bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulangkali dengan intensitas yang tinggi”. Latihan dilakukan secara sistematis maka tubuh atlet dapat menyesuaikan diri semaksimal
mungkin kepada latihan berat yang diberikan. Pelatihan hollow sprint ini
dilakukan selama 6 minggu. Seperti yang dijelaskan oleh Kardiono (2014, hlm.
20) adalah sebagai berikut:
Metode latihan hollow sprint adalah suatu latihan lari serupa dengan latihan interval yang merupakan serangkaian aktivitas lari yang terdiri dari dua lari sprint, yang diantaranya dua lari sprint itu diselingi dengan aktivitas istirahat dengan berjalan atau jogging. Latihan ini dilakukan selama 6 minggu dan setiap minggu dilakukan 3 kali.
Setiap atlet, pada saat melakukan metode latihan hollow sprint tidak boleh lebih dari 5 menit di setiap set nya. Seperti yang di jelaskan Fill (1998) dalam Hariadi Said (2008, hlm. 5) “Dalam Waktu latihan hollow sprint 2,5 sampai dengan 5 menit dengan ulangan 10 kali untuk setiap set.”
3. Pendinginan
Setelah sampel melakukan latihan inti, peneliti memberikan penenangan
yang bertujuan untuk mengurangi resiko cedera karena faktor kelelahan otot
akibat latihan.
G. Prosedur Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengetesan masih merupakan skor-skor
mentah, belumlah berarti sebelum diolah. Supaya skor-skor itu mempunyai arti,
maka data tersebut harus diolah secara statistik agar menimbulkan kebenaran
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai rata-rata dari kelompok sampel yang telah distandarisasikan
dengan menggunakan rumus :
�̅= Nilai rata-rata
x = Skor yang diperoleh
n = Jumlah orang
Σ = “sigma” yang berarti jumlah
2. Mencari simpangan baku dari skor yang tidak dikelompokkan dengan
menggunakan rumus statistika sebagai berikut :
S = Simpangan baku yang dicari
n = Banyaknya sampel
x = Nilai yang didapat
�̅ = Nilai rata-rata
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
a. Menentukan nilai rata-rata
b. Mencari x dengan cara mengurangi skor yang didapat dengan nilai rata -
rata
c. Harga x dikuadratkan, kemudian dijumlahkan
3. Uji normalitas, Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil
pengukuran tersebut normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan penulis
dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors, dan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membakukan setiap bilangan dari hasil observasi, X1, X2, . . . Xn dengan
menjadikan bilangan baku Z1, Z2, . . . , Zn dengan mempergunakan rumus :
Keterangan :
Zi = Bilangan baku ke-i
xi = Data hasil observasi ke-i
�̅ = Rata-rata kelompok sampel
S = Simpangan baku kelompok sampel
b. Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian menghitung peluang F (zi) = P ( z ≤ zi)
c. Kemudian menghitung proporsi Z1, Z2, . . . , Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi . Jika Proporsi itu dinyatakan dengan
S (Zi) : S (Zi) = Banyaknya Z1,Z2,...,Zn ≤ Zi
n
d. Menghitung selisih F (Zi) =- S (Zi) dan menentukan harga mutlaknya
e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak
tersebut, sebutlah harga terbesar L0 kriteria Uji Normalitas Liliefors, adalah:
1) Hipotesis diterima apabila Lo < Lt , kesimpulannya data berdistribusi
normal
2) Hipotesis ditolak apabila Lo > Lt, kesimpulannya data berdistribusi tidak
normal
Uji Normalitas dengan menggunakan metode Lilefors dalam Statistical
Product And Service Solutions (SPSS) For Windows 20
Dalam menggunakan software Statistical Product And Service Solutions
lilefors, dapat dilihat pada nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-Smirnov.
Dengan nilai Signifikan = 0,05. Dengan hipotesis Ho : α = 0
Ho : data berdistribusi tidak normal Ha: α > 0
Ha : data berdistribusi normal
4. Hipotesis Statistika
a. Regresi Linear
Uji Statistika yang digunakan adalah Uji regresi linear atau regresi
sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel bebas atau
independent terhadap satu variabel terikat atau dependent. Dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan probabilitas 0,05.dengan
membandingkan antara T hitung dengan T tabel, jika T hitung nilainya lebih
besar dari pada T tabel maka variable independen memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen.
Menentukan T skor, Untuk mengetahui nilai T skor pada T tabel,
menggunakan rumus sebagai berikut :
(Df = n – k )
Df = degree of freedom atau derajat kebebasan
n = Jumlah data
k = Jumlah variabel penelitian
Menentukan Hipotesis Statistik
1. XY = Ho : α = 0
Ho : Tidak ada pengaruh dari variabel X terhadap Y
Ha: α ≠0
Ha : ada pengaruh dari variabel X terhadap Y
Dalam menggunakan Software Statistical Product And Service Solutions 20
(SPSS) pengujian Regresi linear memiliki kriteria :
Ho : ditolak apabila F hitung > F tabel
Uji keberartian koefesien arah regresi ini dilakukan apabila hasil yang
ditunjukan dengan uji F menunjukan bahwa regresi berarti.adapun pengujian
dilakukan dengan uji t. uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah koefesien
arah variabel X memberikan pengaruh yang berarti terhadap variabel Y. Hasil
yang ditunjukan dengan menggunakan uji t ini bisa digunakan untuk menarik
kesimpulan dari hipotesis. Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
Ho : β = 0 tidak ada pengaruh pada pre-test terhadap post-test setelah dilakukan metode latihan hollow sprint
Ha : β ≠ 0 ada pengaruh pada pre-test terhadap post-test setelah dilakukan metode latihan hollow sprint
2. Nilai Signifikan = 0,05
3. Kriteria Pengujian
Ho : diterima apabila -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel