BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual
antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan
mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas
nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.
Teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama dimana prinsipal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen dalam mengelola kekayaan investor (Brigham dan Houston, 2004:145).
Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan
individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana
keputusan harus diambil (The belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi
hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil
antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (Theperformance
evaluation role). Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua
(Eisenhardt,1989:45),” yaitu positive agency research dan principal agent
research.Positive agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana
agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme
pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen”. Secara
(stockholder) dengan manajer. Sementara itu principal agent research
memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya, secara garis
besar penekanan pada hubungan principal dan agen. Principal-agen
research mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat diaplikasikan
secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi
kerja, lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee. Agency theory tidak dapat
dilepaskan dari kedua belah pihak diatas, baik prinsipal maupun agen merupakan
pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position masing-masing
dalam menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik
modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai
pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang
operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi,
tujuan, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen yang berbeda dan saling
bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik
menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama
lain.Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai
orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang dilakukan
termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya
terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. “Teori keagenan
mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan selalu
bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal),sehingga
diperlukan monitoring dari pemegang saham” (Copeland dan Weston,1992:20).
termasuk pengambilan keputusan ekonomik, dalam lingkungan yang tidak pasti
seperti perusahaan dalam kondisi financial distress. Agen sebagai seorang
manajer akan mengambil keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna
mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Disisi lain agen merupakan
pihak yang diberikan kewenangan oleh prinsipal berkewajiban
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan kepadanya.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses
pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak
tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya
yang tercermin dalam laporan keuangan. Lebih lanjut dalam agency
theory, pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi
yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen
memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka
lakukan (dalam bentuk laporan keuangan), sehingga mereka layak mendapatkan
insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk
memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan
perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga
kreditor bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.
Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen
memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang
merupakan salah satu dari agency cost. Biaya pengawasan (monitoring
cost) merupakan biaya untuk mengawasi perilaku agent apakah agent telah
aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer. Uraian tersebut diatas memberi
makna bahwa auditor merupakan pihak yang dianggap dapat menjembatani
kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer
(agent) dalam mengelola keuangan perusahaan termasuk menilai kelayakan
strategi manajemen dalam upaya untuk mengatasi kesulitan keuangan perusahaan.
atas pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan,
sehingga auditor akan melakukan proses audit terhadap kewajaran laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan
laporan arus kas termasuk catatan atas laporan keuangan yang kemudian akan
memberikan pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk opini audit. Auditor
independen melakukan pengawasan atau monitoring karena manajer berkeinginan
untuk menyajikan laporan keuangan agar tampak lebih baik dari kondisi
senyatanya.
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001:66), “ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset,
jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total asset”. Jadi, ukuran
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan
perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah
ukuran aktiva. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan yang
memiliki total aktiva yang besar relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total aktiva yang kecil.
2.1.3 Karakteristik Auditor
Seluruh perusahaan yang telah Go Public dan terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia diharuskan untuk memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum
dipublikasikan kepada publik. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut
untuk bersikap independen dalam mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang
atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan
keuangannya.
Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar (big4) diasumsikan
audit yang dilakukan lebih berkualitas dibandingkan dengan Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang lebih kecil (non big4) karena adanya kecenderungan untuk
lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk menjalankan
prosedur-prosedur audit yang berlaku.
Varibel fee audit diukur dengan menggunakan pertanyaan yang
dikembangkan oleh Supriyono (1988) dalam Faud (2012:87) dengan empat
1. Kantor Akuntan Publik (KAP) cenderung menerima klien dengan fee
besar
2. Fee audit yang besar akan meningkatkan tanggung jawab
3. Kantor Akuntan Publik (KAP) akan mengaudit badan usaha dengan
risiko tinggi apabila mendapatkan fee yang besar
4. Besar kecilnya fee akan mempengaruhi tanggung jawab
2.1.4 Jenis Opini Audit
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit biasanya terdapat dalam paragraf
pendapat di dalam laporan auditor tersebut. Laporan audit adalah hasil akhir dari
pemeriksaan seorang auditor terhadap laporan keuangan kliennya. Di dalam
laporan tersebut biasanya terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar,
pargaraf lingkup, dan paragraf pendapat.
Melalui opini audit, auditor dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.
Opini audit digunakan auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan
keuangan yang telah diperiksanya, dimana auditor dapat menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material,
yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum.
Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna informasi tentang apa yang
dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.
Opini auditor terdiri dari 5 Jenis (Mulyadi 2002:416) yaitu :
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi, antara lain :
1. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
2. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.
3. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
5. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
1. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
4. Penekanan atas suatu hal
5. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Audtior menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.5 Biaya Audit
Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian dan lain-lain. Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) mendefenisikan Fee
Audit sebagai berikut: “Besarnya biaya tergantung antara lain resiko penugasan
,kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tesebut , struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan professional lainya.”.
Simunic (1996 dalam Agustina, 2013) menyatakan bahwa audit fees
ditentukan oleh besar kecilnya perusahaan yang diaudit (client size), risiko audit
(atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, ligitation risk) , dan kompleksitas audit
(subsidiaries, foreign listed). Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al. dalam
Halim (2005) audit fees merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi
tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti keuangan klien
KAP, keahlian yang dimiliki auditor tentang industry (industry expertise), serta
efisiensi yang dimiliki auditor (technological efficiency of auditors).
Menurut Mulyadi (2002: 63-64), besarnya fee profesional yaitu besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlakukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangkan professional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
Besarnya biaya jasa audit (audit fee) yang diterima oleh kantor akuntan
publik secara normal, semakin besar jasa audit yang diterima oleh kantor akuntan
publik dari seorang klien berhubungan dengan tingginya resiko atas hilangnya
independensi auditor. Account International study group I (1976) dalam kasidi
(2007: 48)” merekomendasikan, bahwa auditor harus menahan diri dari menerima
pemberian apapun dengan jumlah ongkos jasa audit sebesar 10 persen atau
melebihi total pendapatan audit”. Selain itu IFAC (international Federation of
Accounting, 1996, 8.7) Code of Ethic for Professional Accountants dan EFFA
(European Federation of Accountants and Auditor, 1998) menyatakan, bahwa
ukuran atau besarnya perusahaan klien (yang diukur dari besarnya biaya audit)
dapat meningkatkan perhatian terhadap independensi auditor, namun tidak
menyebutkan berapa total biaya yang dapat diterima oleh auditor. EFAA
(European Federations of Accountants and Auditor 1998, 4) secara jelas
menyatakan bahwa total biaya audit dari seorang klien terhadap auditor sebaiknya
tidak melebihi persentase total perputaran uang dalam Kantor Akuntan Publik
Berkaitan dengan hal tersebut fee audit yang diterima auditor semakin
besar, auditor cenderung lebih bersikap independensi karena auditor akan lebih
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas audit dengan menghasilkan
laporan audit yang baik yang mampu meningkatkan kualitas audit.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N
o
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Nugrahani (2013)
Faktor – Faktor yang
mempengaruhi penetepan Fee Audit Eksternal pada Perusahaan yang terdaftar di BEI Independen : keberadaan internal audit, Independensi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Intensitas Pertemuan Dewan Komisaris, Independen Komite Audit, Ukuran Komite Audit, Intensitas Pertemuan Komite Audit, Karakteristik Auditor, Ukuran Perusahaan, Anak Karakteristik Auditor, Ukuran Perusahaan, Anak perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Fee audit
Sedangkan variabel keberadaan internal audit, Independensi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Intensitas Pertemuan Dewan Komisaris, Independen Komite Audit, Ukuran Komite Audit,
Intensitas Pertemuan Komite Audit tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
perusahaan
Dependen:
Fee Audit
2 Vakilifard, Hamid Reza (2014)
The Influence of Company Characteristics, the type of Auditors Opinion and Auditor’s Market Share on Audit Fees among companies listed on Tehran Stock Exchange 2009-2013
Independen :
Return on investment ratio, firm size, auditor’s market share, type of auditor’s opinion and company’s losses during previous periods Dependen : Audit Fees
Return on investment, ukuran perusahaan , pangsa pasar auditor , dan kerugian
perusahaan selama periode sebelumnya
Berpengaruh signifikan terhadap Biaya audit
Dan jenis opini auditor tidak menunjukkan signifikan terhadap biaya audit.
3 Chen and Elder (2001)
Pengaruh ukuran perusahaan, pasar auditor, long term debt to asset ratio, rasio pengembalian investasi, profitabilitas perusahaan dan jenis opini audit terhadap Biaya audit. Variabel independen : Pengaruh ukuran perusahaan, pangsa pasar auditor, long term debt to asset ratio, rasio pengembalian investasi, profitabilitas perusahaan
Return on investment
ratio, pangsa pasar
auditor berpengaruh signifikan terhadap Biaya audit.
Sedangkan ukuran perusahaan,long term debt to asset ratio, profitabilitas
perusahaan dan jenis opini audit tidak
dan jenis opini audit
Variabel dependen :
Biaya audit
4 d’silva, Cantoni emiliano (2001)
The determinants of Audit Fees, further Evidence from the UK Charity sector
Independen :
The
organizational complexity of the charity, NAS fees, Auditor Big4 and non Big4
Dependen :
Audit Fees
Auditor Big 4 dan Big4 dan Biaya NAS
berpengaruh signifikan terhadap biaya audit. Sedangkan
Kompleksitas
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan atas latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dibangun kerangka konseptual seperti pada
gambar 2.1
H1 (+)
H2 (+)
H3 (-)
H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011:33) kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teoritis akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel – variabel yang diteliti berpengaruh positif dan berpengaruh
negatif. Ukuran perusahaan (X1) berpengaruh positif terhadap biaya audit,
Karakteristik auditor (X2) berpengaruh positif terhadap biaya audit, Jenis opini
audit (X3) berpengaruh negatif terhadap biaya audit.
Ukuran Perusahaan (X1)
Karakteristik auditor (X2)
Jenis Opini Audit (X3)
Biaya audit merupakan hal penting dalam pemeriksaan suatu laporan
keuangan perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi biaya audit yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan
tersebut. Salah satu diantara faktor yang mempengaruhinya adalah ukuran
perusahaan.
Ukuran perusahaan adalah variabel yang paling penting dalam
me-nentukan biaya audit. Seperti dijelaskan pada penelitian sebelumnya, bahwa
auditor yang melakukan audit diperusahaan besar akan menghabiskan lebih
banyak waktu dan sumber daya untuk meninjau operasi klien karena perusahaan
besar terlibat dalam sejumlah besar transaksi yang tentu saja membutuhkan waktu
berjam-jam bagi auditor untuk memeriksa. Hal tesebut yang mengakibatkan
penetapan biaya audit semakin tinggi.
Karakteristik auditor yang dinilai dengan ukuran kantor akuntan publik
(KAP) apakah termasuk dalam KAP Big4 atau non-Big4. Dalam aturan etika
kompartemen akuntan publik per 1 januari 2001 disebutkan bahwa: “KAP adalah
suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yang berusaha dibidang pemberian jasa
profesional dalam praktik akuntan publik. Kantor akuntan publik yang memiliki
nama besar (Big4) dipandang sebagai auditor yang akan menghasilkan tingkat
kualitas audit yang melebihi persyaratan minimal.
Jenis opini audit yang diberikan oleh auditor independen dalam laporan
auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapat atau apabila
pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan
siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan
kliennya.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011:42)” hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji keberannya mengenai
konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.”
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka konseptual
yang telah diuraikan sebelumnya sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Biaya Audit
H2 : Karakteristik auditor berpengaruh positif terhadap Biaya Audit
H3 : Jenis Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Biaya Audit
H4 : Ukuran perusahaan, Karakteristik auditor dan Jenis Opini Audit berpengaruh