36
PEMIMPINAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) MEPANGA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG
IIN MASRIAH Daswati Ulfah Pettalolo iinmasriah95@gmail.com
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Mepanga Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong dengan tujuan untuk mengetahui Kepemimpinan Kepala Puskesmas Mepanga Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dasar penelitian deskriptif dengan tipe penelitian kualitatif. Adapun yang menjadi sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah para pihak yang di pandang mengetahui secara mendalam berbagai hal menyangkut masalah penelitian ini, yaitu para pegawai di puskesmas mepanga yang berjumlah 77 orang. Dalam penelitian kualitatif informan di tentukan ketika peneliti telah memasuki wilayah penelitian, maka dari itu informan yang peneliti temukan di wilayah penelitian adalah berjumlah 7 responden. Adapun teknik yang peneliti gunakan di lapangan adalah teknik observasi dan wawancara. Adapun data yang di perlukan yaitu data primer dan data sekunder. Penelitian yang di lakukan penulis, di peroleh kesimpulan hasil bahwa gaya kepemimpinan yang di terapkan di puskesmas mepanga adalah gaya kepemimpinan Kebebasan, pemimpin tidak mencerminkan adanya kerjasama yang baik dengan pegawai karena pemimpin menyerahkan wewenang kepada pegawai dalam proses pengambilan keputusan namun pemimpin tidak ikut berpartisipasi. Hal ini mengakibatkan adanya keluhan dari pegawai yang memberikan pendapat kepada pemimpin mengenai permintaan untuk penambahan alat medis karena alat medis yang tersedia di puskesmas belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akibatnya tindakan pelayanan kesehatan yang masih bisa di lakukan di puskesmas harus di lakukan di rumah sakit. Sedangkan gaya otoriter dan demokratis tidak di terapkan dalam kepemimpinannya.
37
PENDAHULUAN
Di lingkungan masyarakat, dalam
organisasi formal maupun nonformal selalu ada
seseorang yang di anggap lebih dari yang lain.
Seseorang yang memiliki kemampuan lebih
tersebut kemudian di angkat atau di tunjuk sebagai
orang yang di percayakan untuk mengatur orang
lainnya. Biasanya orang seperti itu di sebut
pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah
kemudian muncul istilah kepemimpinan setelah
melalui proses yang panjang.
Kepemimpinan terkadang di pahami
sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai
sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk
orang agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dapat
menggerakkan orang yaitu karena ancaman,
penghargaan, otoritas, dan bujukan.
Menurut Veithzal Rivai 2003:3,
kepemimpinan juga di katakan sebagai proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas
yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang
terkandung dalam hal ini yaitu: (1) kepemimpinan
itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun
pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan
pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan
anggota kelompok secara seimbang, karena anggota
kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan
yang berbeda untuk memengaruhi tingkah laku
pengikutnya melalui berbagai cara.
Oleh karena itu, kepemimpinan pada
hakikatnya adalah pertama, proses memengaruhi
atau memberi contoh dari pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. kedua, seni memengaruhi dan
mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
Ketiga, kemampuan untuk memengaruhi, memberi
inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
Keempat, melibatkan tiga hal yaitu pemimpin,
pengikut, dan situasi tertentu. Kelima, kemampuan
untuk memengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuan.
Salah satu unit organisasi yang dibawahi
oleh seorang pemimpin yaitu puskesmas.
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis
dinas kesehatan kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sedangkan menurut PERMENKES RI No 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah
satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya upaya kesehatan dan
penyelenggaraan puskesmas perlu di tata ulang
untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan,
38
derajat masyarakat serta menyukseskan program
jaminan sosial nasional. Kemudian di perkuat pula
dengan adanya PERMENKES RI No 44 Tahun
2016 Pasal 1 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas, Pedoman manajemen Puskesmas harus
menjadi acuan bagi Puskesmas dalam: 1) menyusun
rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci
kedalam rencana tahunan, 2) menggerakan
pelaksanaan upaya kesehatan secara efesien dan
efektif; 3) melaksanakan pengawasan, pengendalian
dan penilaian kinerja Puskesmas; 4) mengelola
sumber daya secara efisien dan efektif; dan 5)
menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam
menggerakkan, memotivasi, dan membangun
budaya kerja yang baik serta bertanggung jawab
untuk meningkatkan mutu dan kinerjanya.
Keberhasilan program Puskesmas sangat
tergantung pada kemampuan pemimpinnya. Dengan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
dapat mempengaruhi kinerja bawahan untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan visi dan misi
yang telah ditetapkan Puskesmas. Tuntutan pada
masa kini, mengharuskan organisasi dan orang yang
terlibat di dalamnya bekerja dengan integritas yang
tinggi. Begitu pula dengan organisasi pelayanan
kesehatan yakni Puskesmas. Upaya peningkatan
kinerja tenaga kesehatan menuntut peran seorang
kepala puskesmas dalam melakukan pendekatan
kepemimpinan yang efektif, keberhasilan
Puskesmas sangat tergantung pada kemampuan
pemimpinnya. Cara pandang setiap bawahan
terhadap pemimpinnya akan berbeda antara satu
dengan lainnya, persepsi individu terhadap
kepemimpinan akan berpengaruh pada perilaku
mereka dalam bekerja.
Keberadaan Puskesmas Mepanga
merupakan salah satu bentuk dari perwujudan
kebijakan pemerintah di bidang pembangunan
kesehatan dengan maksud untuk mempertinggi
derajat kesehatan masyarakat, termasuk
memperbaiki gizi masyarakat dalam meningkatkan
kualitas taraf hidup masyarakat. Puskesmas di
tuntut untuk memberikan mutu pelayanan yang
maksimal maka di butuhkan sosok pemimpin yang
mampu mengendalikan dan mengatur jalannya
puskesmas.
Desa wilayah kerja Puskesmas Mepanga
adalah 15 desa yang kesemuanya dapat di jangkau
oleh petugas kesehatan dengan menggunakan roda
dua maupun roda empat. Kemudian sarana
kesehatan yang terdapat di Puskesmas Mepanga
meliputi 1 unit Puskesmas keliling roda empat, 1
unit ambulance, dan 5 unit kendaraan roda dua.
Keberadaan alat transportasi tersebut sangat
menunjang pelayanan kesehatan di luar gedung
seperti kegiatan posyandu, UKS, penyuluhan,dll.
Secara umum pengadaan alat kesehatan di
Puskesmas Mepanga sudah cukup, namun masih
ada alat kesehatan yang belum ada/masih kurang
demi menunjang pelayanan kesehatan yang
maksimal.
Fenomena yang terjadi di puskesmas
mepanga bahwa peneliti menemukan adanya suatu
permasalahan yang terdapat pada kepala puskesmas
39
kepemimpinannya yaitu adanya keluhan dari
pegawai karena lambatnya respon dari pemimpin
terhadap penerimaan pendapat atau saran yang di
berikan oleh pegawai kepada pemimpin mengenai
permintaan pegawai yang menginginkan adanya
penambahan alat medis di puskesmas, karena alat
medis yang tersedia di puskesmas belum tersedia
sesuai kebutuhan masyarakat.
Teori yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah teori yang di kemukakan oleh Ralph White
& Ronald Lippit (dalam Harbani Pasolong 2010:46)
berpendapat bahwa ada 3 gaya kepemimpinan,
yaitu: otoriter, demokrasi, dan kebebasan.
menguraikan bahwa gaya kepemimpinan sebagai
berikut:
1. Gaya Otoriter
Yaitu gaya kepemimpinan
otoritarian dapat pula di sebut tukang cerita.
Pemimpin otoriter biasanya merasa bahwa
mereka mengetahui apa yang mereka
inginkan dan cenderung mengekspresikan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam
bentuk perintah-perintah langsung kepada
bawahan.
2. Gaya demokrasi
Yaitu gaya kepemimpinan yang di
kenal pula sebagai gaya partisipatif. Gaya
ini berasumsi bahwa para anggota
organisasi yang ambil bagian secara pribadi
dalam proses pengambilan keputusan akan
lebih memungkinkan sebagai suatu akibat
mempunyai komitmen yang jauh lebih
besar pada sasaran dan tujuan organisasi.
3. Gaya kebebasan
Yaitu pendekatan ini bukan berarti
tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya
ini berasumsi bahwa suatu tugas di sajikan
kepada kelompok yang biasanya
menentukan teknik-teknik mereka sendiri
guna mencapai tujuan tersebut dalam
rangka mencapai sasaran-sasaran dan
kebijakan organisasi.
Beberapa pakar telah memberikan definisi
yang berbeda tentang kepemimpinan, antara lain
sebagai berikut:
Menurut Kartono 2005:153 (dalam Harbani
Pasolong 2010:4), pengertian kepemimpinan adalah “Kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu
usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah di canangkan”.
Menurut Nawawi 2004:9 (dalam Harbani
Pasolong 2010:4), Juga mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerdasan
mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih)
agar bekerjasama dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Ordway Tead (dalam Sutarto 2012:11),
kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai
beberapa tujuan yang mereka inginkan.
Fokus kajian yang menjadi faktor peneliti
40
Kesehatan Masyarakat Mepanga Kecamatan
Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu suatu penelitian yang berusaha
memberikan gambaran mengenai objek yang di
teliti agar mendapat gambaran yang jelas. Tipe
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang di
gunakan untuk penelitian pada kondisi alamiah,
dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Dasar
penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu
jenis metode penelitian yang berusaha
menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah
menggunakan data sekunder dan data primer. Data
sekunder adalah data yang di kumpulkan dari
dokumen-dokumen, referensi-referensi dan
keterangan lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Data Primer merupakan data yang di
peroleh dengan menggunakan observasi dan
wawancara dengan sejumlah pertanyaan yang di
ajukan kepada informan. Adapun sumber data
dalam penelitian ini adalah dengan mencari orang
yang benar-benar mengetahui dan mengerti serta
dapat memberikan informasi data dalam
hubungannya dengan penelitian yang di butuhkan
oleh peneliti, dan cara menemukan informannya
pun tidak sulit bagi peneliti karena mereka
bertempat tinggal dekat dengan wilayah puskesmas
tempat mereka bekerja. Teknik pengumpulan data
yang di lakukan dalam penelitian ini adalah
observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung
di lapangan sekaligus mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi, yaitu
merupakan teknik pengumpulan data yang di
lakukan secara tidak langsung dengan narasumber,
tetapi data di kumpulkan dari dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain
itu, data dapat di peroleh melalui berita tertulis di
surat kabar/koran, media televisi, internet
tulisan-tulisan singkat atau makalah, serta hasil penelitian
orang lain yang memiliki hubungan dengan obyek
penelitian. Wawancara/interview, yaitu
mengadakan wawancara kepada sejumlah orang
yang di anggap mengetahui dan mengerti serta
dapat memberikan informasi dalam hubungannya
dengan penelitian. Instrumen dalam penelitian ini
adalah alat yang di gunakan untuk mengumpulkan
data seperti Peneliti, untuk melakukan observasi
atau pengamatan, serta wawancara pada sumber
data dan obyek yang di teliti serta untuk
memperoleh data dokumentasi. Daftar pertanyaan,
sebagai alat bagi peneliti agar wawancara yang di
lakukan lebih terarah pada masalah yang sedang di
teliti. Perangkat penunjang, berupa alat bantu untuk
mencatat dan kamera untuk memperoleh data
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL PEMBAHASAN
1. Gaya Otoriter
Kepemimpinan gaya otoriter adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai
41
segala kegiatan yang akan dilakukan di
putuskan oleh pimpinan semata-mata.
Dalam gaya kepemimpinan otoriter
pemimpin bertindak sebagai penguasa
tunggal kedudukan dan tugas anak buah
semata-mata hanya sebagai pelaksana
keputusan, perintah dan bahkan kehendak
pimpinan. Pemimpin memandang dirinya
lebih dalam segala hal di bandingkan
dengan bawahannya. Kemampuan bawahan
selalu di pandang rendah sehingga di
anggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa
di perintah.
Melihat dari hasil wawancara
penulis dengan beberapa informan dapat di
simpulkan bahwa pemimpin kepala
puskesmas tidak menerapkan gaya otoriter
dalam kepemimpinannya karena dalam
mempengaruhi bawahannya pemimpin
tidak menggunakan cara yang keras untuk
membuat pegawainya mau bekerja dengan
baik dan pada saat pengambilan keputusan
pemimpin tidak pernah bekerja sendiri
dalam menentukan hasil keputusannya.
2. Gaya Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis
adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan di tentukan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Gaya
kepemimpinan ini adalah kepemimpinan
yang mengacu pada hubungan, di mana
pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh
anggota organisasi dalam proses
pengambilan keputusan. Semua kebijakan
yang di putuskan seorang pemimpin
merupakan hasil musyawarah seluruh
anggota organisasi.
Dari hasil wawancara penulis
dengan beberapa informan dapat di
simpulkan bahwa pemimpin kepala
puskesmas belum menerapkan gaya
demokratis dalam kepemimpinannya
karena pemimpin tidak menunjukkan
adanya kerjasama yang baik dengan
pegawai, seperti dalam halnya pengambilan
keputusan memang beliau tidak pernah
bekerja sendiri. Akan tetapi meskipun
beliau juga bekerja namun pada
kenyataannya pemimpin lebih banyak
menyerahkan wewenang kepada pegawai.
3. Gaya Kebebasan
Kepemimpinan gaya kebebasan
atau gaya liberal adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak
diserahkan kepada bawahan.
Kepemimpinan ini mencerminkan sikap
pemimpin sebagai simbol. Kepemimpinan
di jalankan dengan memberikan kebebasan
penuh pada orang yang di pimpin dalam
mengambil keputusan dan melakukan
kegiatan menurut kehendak dan
42
pemimpin memfungsikan dirinya sebagai
penasehat.
Dari hasil wawancara penulis
dengan beberapa informan dapat di
simpulkan bahwa pemimpin kepala
puskesmas mepanga cenderung
menerapkan gaya kebebasan. Karena
selama ini pemimpin lebih banyak
menyerahkan wewenang kepada pegawai
dalam hal pengambilan keputusan untuk di
selesaikan sendiri dan tidak ada partisipasi
dari pemimpin. Sehingga pemimpin tidak
mencerminkan adanya kerjasama yang baik
di dalam organisasi yang di pimpinnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara umum dapat di lihat bahwa
pemimpin kepala puskesmas mepanga tidak
menerapkan gaya otoriter di dalam
kepemimpinannya karena pemimpin tidak
menggunakan cara yang keras untuk
mempengaruhi bawahan. Namun hal
tersebut saja tidak cukup bagi pemimpin
untuk menunjukkan kepada bawahan
bahwa pemimpin kepala puskesmas sudah
baik dan efektif dalam memimpin. karena
pada kenyataannya pemimpin juga belum
menerapkan gaya demokratis di dalam
kepemimpinannya, pemimpin tidak
mencerminkan adanya sebuah kerjasama
yang baik. kurangnya pemimpin untuk
bekerjasama dengan pegawai hal ini tentu
membuat pegawai merasa bahwa pemimpin
memberikan kebebasan kepada pegawai di
karenakan pemimpin yang biasanya
menyerahkan wewenang kepada pegawai
dalam hal pengambilan keputusan. Akan
tetapi dengan adanya sikap tersebut justru
dapat menghambat aspirasi-aspirasi yang di
berikan oleh pegawai seperti pendapat atau
saran dari pegawai yang menginginkan
adanya penambahan alat medis karena alat
medis yang tersedia belum mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat, namun
pemimpin tidak merespon hal tersebut.
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian
Kepemimpinan Kepala Pusat Kesehatan
Masyarakat Mepanga Kecamatan Mepanga
Kabupaten Parigi Moutong adalah:
Perlunya respon yang cepat dari
pemimpin terhadap pelaporan dari pegawai
mengenai permintaan untuk penambahan
alat medis di puskesmas agar tidak
menghambat jalannya pelayanan kesehatan
sehingga kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi secara optimal dan merata.
Perlunya meningkatkan kerjasama
antara pemimpin dan pegawai karena
kerjasama yang baik adalah kunci
keberhasilan baik untuk pemimpin ataupun
pegawai sehingga tidak ada lagi pemimpin
yang menyerahkan sepenuhnya kebebasan
43
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menghaturkan ucapan terima kasih
dan penghargaan kepada Dr. Daswati, M.Si selaku
pembimbing I dan Dra. Andi Ulfah Pettalolo, M.pdi
selaku pembimbing II yang telah memberikan
arahan bimbingan, petunjuk, saran dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan
pembuatan artikel ini.
DAFTAR RUJUKAN
Harbani, Pasolong. 2010. Kepemimpinan Birokrasi.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.
Alfabeta: Bandung.
Sutarto, 2012. Dasar-Dasar Kepemimpinan
Administrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Veithzal, Rivai. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERMENKES RI No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
PERMENKES RI No 44 Tahun 2016 Pasal 1