• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU MAKKI DAN MADANI Diajukan guna memu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ILMU MAKKI DAN MADANI Diajukan guna memu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU MAKKI DAN MADANI

Diajukan guna memuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Qur’an Dosen Pengampu: MARWINI, S.Hi., MA. M.Si

DISUSUN OLEH :

 FERA DWI RENGGANIS NIM : 12380008

ARISKA NIM : 12380010

INTAN OKTAVIA NIM : 12380011

NUR MAKHFUDHOH NIM : 12380012

PRODI MUAMALAH (A) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia –NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ILMU MAKKI DAN MADANI” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marwini selaku dosen pembimbing Ilmu Al-Quran . Dan juga kepada teman –teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman –teman dan pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 22 Oktober 2012

(3)

Daftar Isi

Halaman

Cover... i

Kata Pengantar...1

Daftar Isi...2

Bab I Pendahuluan...3

A. Latar belakang ...3

Bab II Pembahasan ...4

A. Pengertian Makki dan Madani...4

B. Perhatian Para Ulama’ terhadap Surah Makki dan Madani...7

C. Perbedaan Makki dengan Madani...8

D. Tanda-Tanda Surat Makiyah dan Madaniyah...9

E. Macam-Macam Surah Makiyah Dan Madaniyah dan Dasarnya...11

a. Macam-Macam Surah Makiyah dan Madaniyah ...11

b. Dasar-Dasar Penetapan Makiyah dan Madaniyah...13

F. Faedah Mengetahui Makki dan Madani...14

Bab III Kesimpulan ...18

Daftar Pustaka ...19

(4)

A. Latar Belakang

Dalam bab sebelumnya, ya’ni dalam bab Ilmu Nuzulul Quran yaitu tentang preodesasi turunnnya Quran dapatlah diketahui, bahwa kitab suci Al-Quran itu ada fase-fase dalam proses turunnya Al-Al-Quran tersebut, fase-fase tersebut terkenal dengan istilah Makki dan Madani.

Untuk lebih jelasnya dalam bab ini akan diterangkan ihwal Makki dan Madani yang sekarang ini menjadi disiplin Ulumul Qur’an yang berdiri sendiri, sebagai salah satu cabang dari Ulumul Qur’an secara Mudawwan.

Dalam ilmu Makki dan Madani ini akan dijelaskan pengertian Makki dan Madani, cara-cara mengetahui Makki dan Madani, tanda-tanda keduanya dan macam-macam surat-surat Makiyah dan Madaniyah serta faedah mengetahui Makki dan Madani.

(5)

A. Pengertian Makki dan Madani

Yang dimaksud dengan Ilmu Makki dan Madani ialah ilmu yang membahas ihwal bagian Alquran yang Makki dan bagian yang Madani, baik dari segi arti dan maknanya, cara-cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya.Sedangkan yang dimaksud dengan Makki dan Madani adalah bagian-bagian kitab suci Alquran, di mana ada sebagiannya termasuk Makki dan ada yang termasuk Madani.1Dalam memberikan kriteria

bagian mana yang termasuk Makki dan Madani ada beberapa teori yang berbeda-beda karena ada perbedaan orientasi yang menjadi dasar tinjauan masing-masing.

Sedikitnya ada empat teori dalam menentukan teori tersebut untuk memisahkan nama bagian Alquran yang Makki dan Madani.

Teori-teori itu ialah sebagai berikut:

a) Teori Mulaahazatu Makaanin Nuzuli (teori geografis)

Yaitu teori yang berorientasi pada tempat turun Alquran atau tempat turun ayat.

Teori ini mendefinisikan Makki dan Madani, sebagai berikut:

Alquran Makki/surah Makki/ayat Makiyah ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, baik waktu turunnya itu Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah ke Madinah atau pun sesudah hijrah. Termasuk kategori Makki/Madani menurut teori ini ialah ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di Mina, Arafah,Hudaibiyah, dan sebagainya. Termasuk Madani atau Madaniyah menurut teori Geografis ini ialah ayat-ayat / surah yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu beliau di Badar, Qubq, Madina, Uhud. Dalil dari teori ini ialah riwayat Abu Amr dan Utsman bin Said Ad-Darimi:

(6)

ملسوو ههييلوعو ههللا يللوصو يلهبهنلولا غولهبييو نياو لوبيقو ةهنوييدهموليا يلواه قهييرهطو ييفه لوزلهنه امووو ةوكلوموبه لوزلهنه امو

.

مودهقو امو دوعيبو ههرهافوسياو يفه ملسو هيلع هللا يلص يلهبهنلولا يلوعو لوزلونه امووو يلهكهموليا نومه ووههفو ةونوييدهموليا

ينهدوموليا نومه ووههفو ةونوييدهموليا

Yang artinya :

Alquran diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan dalam perjalanan hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW sampai ke Madinah adalah termasuk Makki. Dan Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau, setelah tiba di Madinah adalah termasuk Madani.

b) Teori Mulaahazatul Mukhaathobiina Fin Nuzuuli (teori subjektif)

Yaitu teori yang berorientasi pada subjek siapa yang dikhitob atau dipanggil dalam ayat. Jika subjeknya orang-orang Mekkah maka ayatnya dinamakan Makiyah. Dan jika subjeknya orang-orang Madinah maka ayatnya disebut Madaniyah.

Menurut teori subjektif ini, yang dinamakan Quran Makki / surah / ayat Makiyah ialah yang berisi khitab / panggilan kepada penduduk Mekkah dengan memakai kata-kata:” Yaa Ayyuhan Nassu” (wahai manusia) atau “Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” (wahai orang-orang kafir) atau “Yaa Banii Aadama” (hai anak cucu Nabi Adam), dan sebagainya. Sebab kebanyakan penduduk Mekkah adalah orang-orang kafir, maka dipanggil dengan wahai orang-orang kafir atau wahai manusia, meski orang-orang kafir atau wahai manusia, meski orang-orang kafir dari lain-lain daerah ikut dipanggil juga.

(7)

Teori subjek ini mendasarkan kriterianya pada dalil riwayat dari Abu ‘Ubaid dari Maimun bin Mihran dalam kitab Fadhilul Qur’an yang berbunyi:

ههنننإإفن اوونهمنآ ننيوذإلوا اهنينهآينبإ نناكن امنون ىنىكنإمن ههنننإإفن مندنآ ىنإبناين ووأن سهانننلا اهنينهآينبإ نإاروقهلوا ىفإ نناكنامن ينىنإدنمن

Artinya : “bagian dalam Alquran yang dimulai dengan : “Yaa Ayyuhan Nassu” atau “Yaa Banii Aadama” adalah surah Makki. Dan yang dimulai dengan: “Yaa Ayyuhal Ladzzina Aaamanu” adalah Madani.”

c) Teori Mulaahazatul Zamaanin Nuzuuli (teori historis)

Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya Alquran. Yang dijadikan tonggak sejarah oleh teori ini ialah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

Pengertian Makiyah menurut teori ini, ialah ayat-ayat Alquran yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah, meski turunnya ayat itu di luar kota Mekkah, seperti ayat-ayat yang turun di Mina, Arafah, Hudaibiyah, ialah ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, meski turunnya di Mekkah atau sekitarnya, seperti ayat-ayat yang diturunkan di Badar, Uhud, Arafah, dam Mekkah.

Teori ini berpegang kepada dali riwayat Abu Amr dan Utsman bin Sa’id Ad-Darmi:

ملسوو ههييلوعو ههللا يللوصو يلهبهنلولا غولهبييو نياو لوبيقو ةهنوييدهموليا يلواه قهييرهطو ييفه لوزلهنه امووو ةوكلوموبه لوزلهنه امو

.

مودهقو امو دوعيبو ههرهافوسياو يفه ملسو هيلع هللا يلص يلهبهنلولا يلوعو لوزلونه امووو يلهكهموليا نومه ووههفو ةونوييدهموليا

يلهنهدوموليا نومه ووههفو ةونوييدهموليا

Artinya : “Alquran yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan dalam perjalanan hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW sampai ke Madinah adalah termasuk Makki. Dan Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau setelah tiba di Madinah adalah termasuk Madani.”

(8)

bersangkutan.2 Yang dinamakan Makiyah menurut teori contet analysis ini

ialah surah / ayat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi / Rasul dahulu. Sedangkan yang disebut Madaniyah adalah surah / ayat yang berisi hukum hudud, faraid, dan sebagainya. Dalil yang menjadi landasan teori ini Riwayat Hisyam dari ayahnya (Al-Hakim)

ةهيلوضاموليا نهويرهقهليا روكهذ ههييفه نواكو امو للهكهوو ةةيلونهدومو ىوههفو ضهئهروفولياوو ديويدهحهليا اهوييفه تيروكهذ ةةروويسه للهكه ةةيلوكلهمو يههفو

Artinya : “setiap surah yang didalamnya disebutkan hukum-hukum faraid adalah Madaniyah, dan setiap surah yang di dalamnya disebutkan kejadian-kejadian masa lalu adalah Malkiyah:

B. Perhatian Para Ulama’ terhadap Surah Makki dan Maadani

Para Ulama’ begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah Makki dan Madani. Mereka meneliti Al-Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk diterbitkan sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat.

Memang suatu usaha besar bila seorang peneliti menyelidiki turunnya wahyu dalm segala tahapannya, mempelajari ayat-ayat quran sehingga dapat menentukan waktu serta tempat turnnya dan dengan bantuan dengan tema surah atau ayat, merumuskan kaidah-kaidah analogis untuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk Makki atau Madani, ataukah ia merupakan tema-tema yang menjadi titik tolak dakwah di Makkah atau di Madinah.

Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-Tanbih ‘ala fadli ‘Ulumul Quran: di antara ilmu-ilmu Quran yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Quran dan daerahnya, urutan turunnya di Mekah dan Madinah, tentang yang diturunkan di Mekah tetapi hukumnya Madani dan sebaliknya, yang serupa dengan diturunkan di Mekah mengenai penduduk Madinah dan sebaliknya, yang serupa dengan di

(9)

turunkan di Mekah tetapi termasuk Madani dan sebaliknya, dan tentang di turunkan di Juhfah, di Baitul Maqdis, di Thaif atau di Hudaibiyah.

Para Ulama’ sangat memperhatikan Qur’an dengan cermat. Mereka menertibkan sesuai dengan tempat dan turunnya. Mereka mengatakan misalnya: “ surah ini diturunkan setelah surah itu.” Dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yg diturunkan di siang hari dan di malam hari, antar yang diturunkan di musim panas dengan musim dingin, dan antara yang diturunkan di waktu sedang berada di rumah dengan yang diturunkan di saat bepergian.3

C. Perbedaan Makki dengan Madani

Untuk membedakan Makki dengan Madani, para ‘Ulama’ mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.

Pertama. Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau ‘Arafah, adalah Madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekah, misalnya firman Allah

: ءاسنلا اهولههيأو ىلوإة تهانومولوااودلهؤوته نيأو رهمهأييو هوللا نلوإه- 58

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak.”(an-Nisa’:58)

Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten

Kedua: Dari segi tempatnya. Makki ialah yang turun di Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani adalah turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara kongkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan , di Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan Makki dan tidak juga

(10)

Madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makki.

Ketiga: Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakn bahwa ayat Qur’an yang mengandung seruan ya ayyuhan nas (wahai manusia) adalah Makki; sedang ayat yang mengandung seruan ya ayyuhal ladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.

Namun melalui pengamatan cermat, Nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian pun tidak konsisten. Misalnya, surah baqarah itu Madani, tetapi di dalamnya terdapat ayat yang awal ayatnya berbunyi ya ayyuhan nasu. Dan surah an-Nisa’ itu Madani, tetapi permulaannya “ya ayyuhan nas”. Surah al-Hajj, Makki, tetapi di dalamnya juga terdapat ayat yang awalnya berbunyi ya ayyuhal ladzina amanu.4

D. Tanda-tanda Surat Makiyah dan Madaniyah a. Cara Mengetahui Makiyah dan Madani

Untuk mengetahui tanda-tanda suatu surah/ayat itu Makiyah dan Madani, tidak ada jalan lain kecuali harus dengan dasar riwayat dari para sahabat Nabi atau para tabi’in yang menjelaskan hal tersebut, karena mereka sudah menyaksikan sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara turunnya dan materinya serta kasus yang menyebabkan turunnya.5

b. Tanda-Tanda Makiyah dan Madaniyah

Dari keterangan para sahabat Nabi dan tabi’in, dapatlah diketahui tanda-tanda dari surah-surah Makiyah ataupun Madaniyah.

1. Tanda-Tanda Surah Makiyah.

4 Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor. 2001. Hal. 85

(11)

Sesuatu surah/ayat adalah Makiyah, kalau surah/ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:

1) Di mulai dengan Nida’ (panggilan): “Ya Ayyuhan Naasu” dan sebangsanya.

2) Di dalamnya terdapat lafal: “Kalla.” Lafad tersebut terdapat dalam seluruh Alquran ada 33 kali dalam 25 surah-surah dibagian akhir Mushaf Utsman.

3) Di dalamnya terdapat ayat sajdah ( disunahkan bersujud tilawah jika membacanya).

4) Di permulaannya terdapat huruf Tahajji (huruf yang terpotong-potong), seperti huruf: ,ن سي مح ملا , , dan sebagainya.

5) Di dalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan umat-umat terdahulu, selain surah Al-Baqarah dan Al-Maidah.

6) Di dalmnya terdapat cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan penyembah-penyembah terhadap selain Allah.

7) Di dalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafir dan orang-orang-orang-orang musyrik yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidupp-hidup anak perempuan, dan sebagainya.

2. Tanda-Tanda Surah Madaniyah.

Tanda-tanda dari surah Madaniyah ini banyak, antara lain sebaigai berikut.

1) Di dalamnya berisi hokum-hukum pidana, seperti tindak pidana pencurian, pembunuhan, perampokan, penyerangan, perzinaan, kemurtadan, dan tuduhan zina.

2) Di dalamnya berisi hokum-hukum faraid.

3) Berisi izin jihad fi sabilillah dan hokum-hukumnya.

(12)

5) Berisi hukum-hukum ibadah 6) Berisi hukum-hukum muamalah 7) Berisi hokum-hukum munakahat

8) Berisi hokum-hukum kemsyarakatan, kenegaraan.

9) Berisi dakwah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta penjelasan aqidah-aqidah mereka yang menyimpang.

10) Berisi ayat-ayat nida’(panggilan) yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam, dan khithab (seruan): “ yaa Ayyuhal Ladziina Aamanu”.

E. Macam-Macam Surah Makiyah dan Madaniyah dan Dasarnya

a. Macam-macam Surah Makiyah dan Madaniyah

Pada umumnya, para ulama’ membagi macam-macam surah Alquran menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah Makiyah dan Madaniyah.Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya.Sebagian ulama’ mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 94 surah, sedang surah Madaniyah ada 20 surah. Sebagian ulama’ lain mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 84 surah, sedangkan yang Madaniyah ada 30.6

Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya Al-Qaur’an Wat Tafsir mengatakan, surah-surah Alquran yang disepakati para ulama’ sebagai surah Makiyah ada 82, dan yang disepakati sebagai suran Madaniyah ada 20, yaitu: 7

1) al-Baqarah, 11) al-Hujurat,

2) ali ‘Imran, 12) al-Hadid,

3) an-Nisa’, 13) al-Mujadalah,

4) al-Maidah, 14) al-Hasyr,

6Prof. Dr. H. Abdul Jalal H.A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000. Hal.98

(13)

5) al-Anfal, 15) al-Mumtahanah,

6) at-Taubah, 16) al-Jumu’ah,

7) an-Nur , 17) al-Munafiqun,

8) al-Ahzab, 18) at-Thalaq,

9) Muhammad, 19) at-Tahrim,

10) Al-Fath, 20) an-Nasr.

Sedang yang diperselisihkan ada 12 surah, yaitu: 1) al-Fatihah, 7) al-Qodar,

2) ar-Ra’d, 8) al-Bayyinah,

3) ar-Rahman, 9) az-zalzalah,

4) as-Shaff, 10)al-Ikhlas,

5) at-Taghabun, 11)al-Falaq,

6) at-Thafif, 12)an-Naas.

Sebagian ulama’ ada yang mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 58 surah, sedang surah Madaniyah ada 29 surah.8

Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’ itu dikarenakan adanya sebagian surah yang seluruh ayat-ayatnya Makiyah dan Madaniyah, dan ada sebagian surah lain yang tergolong Makiyah atau Madaniyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu, dari segi Makiyah dan Madaniyah ini, maka surah-surah Alquran itu terbagi menjadi empat macam, sebagai berikut:

a) Surah-surah Makiyah Murni (اهلك ةيكم )

Yaitu surah-surah Makiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makiyah semua, tidak ada satu pun yang Madaniyah.Surah-surah yang berstatus Makiyah murni ini seluruhnya ada 58 surah, yang berisi 2.074 ayat.

b) Surah-surah Madaniyah Murni ( (اهلك ةيندم

Yaitu surah-surah Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaiyah semua, tidak ada satu ayat pun yang Makiyah. Surah-surah yang

(14)

berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya menurut penelitian penulis ada 18 surah, yang terdiri dari 737 ayat

c) Surah-surah Makiyah yang Berisi Ayat Madaniyah (ةيندم اهيف ةيكم)

Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyah, sehingga berstatus Makiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam Alquran ada 32 surah, yang terdiri dari 2699 ayat.

d) Surah-surah Madaniyah yang Berisi Ayat Makiyah (ةيندم اهيفةيكم)

Yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam Alquran hanya ada enam surah, yang terdiri dari 726 ayat.

b. Dasar-dasar Penetapan Makiyah dan Madaniyah

Adapun dasar yang dapat menentukan sesuatu surah itu Makiyah atau Madaniyah, seperti di atas itu ada dua hal, yaitu:

a) Dasar Aghlabiyah (mayoritas), yakni sesuatu surah itu mayoritas atau kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyah, maka disebut sebagai surah Makiyah. Sebaliknya, jika yang terbanyak ayat-ayat dalam sesuatu surah itu adalah Madaniyah, atau diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah, maka surah tersebut disebut sebaai surah Madaniyah.

b) Dasar taba’iyah (kontinuitas), yakni kalau permulaan sesuatu surah itu didahului dengan ayat-ayat yang turun di Mekkah / turun sebelum hijrah, maka surah tersebut disebut atau berstatus sebagai surah-surah Makiyah. Begitu pula sebaliknya jika ayat-ayat pertama dari suatu surah itu diturunkan di Madinah atau yang berisi hukum-hukum syari’at, maka surah tersebut dinamakan sebagai surah Madaniyah.9

Dasar kedua ini didasarkan kepada hadits riwayat Ibnu Abbas r.a.:

(15)

,

ء اشي ام اهيف هللا ديزي مث ةكمب تبتك ةكمب ةروص ةحتاف تل زنا اذا تناك

Artinya:

“kalau awal surah itu diturunkan di Makkah, maka dicatat sebagai surah Makiyah, lalu Allah menambahkan dala surah itu ayat-ayat yang dikehendaki-Nya”.

F. Faedah Mengetahui Makki dan Madani

Dengan mengetahui Ilmu Makki dan Madani ini akan banyak membawa hikmah dan faedah serta kegunaan yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:

a) Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Alquran.

b) Mudah diketahui mana ayat-ayat Alquran yang hukum/bacaannya telah dinaskh (dihapus dan diganti), dan mana ayat-ayat yang menashknya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. Dalam hal seperti itulah harus dicari mana ayat yang turun lebih dahulu, yaitu mana yang Makiyah, sehingga mungkin ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah sebagai nasikh atau penghapus/penggantinya.

c) Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hokum-hukum Islam (taarikhut tasyri’) yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan.

(16)

yang lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana siterangkan dalam firman Allah SWT:

امهعفن نم ربكا امهمثاو سانلا عفنم و ريبك مثا امهيف لق

Artinya:

“katakanlah: pada keduanyan (khamr dan judi) itu terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah: 219)

Kemudian dijelaskan keharaman khamr pada waktu-waktu tertentu, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:

نولوقت ام اوملعت ىتح ىركس متناو ةولصلا اوبرقتل اونما نيذلا اهيا اي

Artinya:

“hai orang-orang yang beriman, jangan lah kalian shalat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan”. (QS. An-Nisa’: 43)

Setelah itu, baru ditegaskan keharaman khamr pada firman Allah SWT:

مكلعل هوبنتجاف نطيشلا لمع نم سجر ملزلاو باصنلاو رسيملاو رمخلا امنا اونما نوييذهلالواهويلهأوايو نوحلفت

Artinya:

“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan panah itu adalah perbuatan keji dari tindakan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maidah: 90)

(17)

f) Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kenurnian dan keaslian Alquran, melihat bahwa hukum-hukum ajarannya atau pun bentuk tulisannya dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap orsinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruf atau ketentuan satu huruf pun. Dengan demekian, betul-betul merupakan realisasi dari jaminan Allah SWT, seperti diterangkan firman Allah SWT:

نوظفحل هلاناو ركذلا انلزن نحنانا

Artinya:

“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami pulalah yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

g) Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah. Tahap-tahap dakwah Islamiah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makiyah adalah berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti yang telah diterangkan dalam tanda-tanda surah Makiyah dan Madaniyah di atas.

h) Mengerti perbedaan ushlub-ushlub (bentuk bahasa) Alquran, yang dalam surah-surah Makiyah berbeda dengan yang dalam surah-surah Makiyah. Sebab, dalam surah-surah Makiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy, yang banyak pakar ahli bahasa arabnya memakai ushlub singkat dan padat, sedangkandalam surah-surah Madaniyah yang dituukan kepada penduduk Madinah yang hiterogen, yang banyak orang-orang asing belum mengenal bahasa arab, menggunakan ungkapan panjang dan lebar agar mudah diserap mereka.

i) Dengan Ilmu Makki dan Madani situasi dan kondisi masyarakat kota makkah dan madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunnya Alquran.10

j) Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alquran, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan

(18)

menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus.

k) Meresapi gaya bahasa Alquran dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Karakteristik gaya bahasa Makki dan madani dalam Alquran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaanya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.

l) Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alquran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode Makkah maupun Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan.11

.

BAB III Kesimpulan

Dalam Sejarah Turunnya Quran itu ada fase-fase proses turunya Al-Quran yang mana itu berkaitan dengan tempat dan nama-nama surat Dalam bab sebelumnya, ya’ni dalam bab Ilmu Nuzulul Quran yaitu tentang preodesasi turunnnya Al-Quran dapatlah diketahui, bahwa kitab suci Al-Quran itu ada

(19)

fase dalam proses turunnya Al-Quran tersebut, fase-fase tersebut terkenal dengan istilah Makki dan Madani, jadai dalam pembahasan di atas itu banyak teori-teori, mulai dari pengertian, macam-macam surah makki dan madani, ciri-ciri surah makki dan madani dan faedah dari mengetahui ihwal tentang makki dan madni yang itu dapat memberikan penjelasan tentang Ilmu Makki dan Madani.

Jadi sngatlah jelas bahwa mempelajari Ilmu Makki dan Madani sangatlah penting untuk di kaji agar supaya kita tahu sejarah proses turunyya Al-Quran Baik dari segi tempat maupun ciri-ciri dari surah makki dan madani tersebut. Mungkin itu yang bisa dapat kami simpulkan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abdul Jalal H. A. 2000.Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu

Al Qattan, Manna’ Khalil. 2001. Studi Ilmu Qur’an.Bogor: Litera Antar Nusa

Al Maliki, Sayyid Alwi bin Sayyid Abbas. 2001. Faidlu al Khabir wa Khulashotu

(20)

Buchori, Didin Saefuddin. 2005. Pedoman Memahami Kandungan Al qur’an.

Bogor: Granada Sarana Pustaka

Marzuki, Kamaluddin. 1992. Ulum al Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, A Pelaksanaan pengelolaan perpustakaan yang ada di SDN Kauman 1 Malang ini sudah sangat baik dan maksimal karena pada pengelolaannya

Stupnik is located in northwest Croatia, 10 km southwest of the city of Zagreb, and the re- searched area includes villages of Gornji Stupnik and Donji Stupnik, as well as smaller

Pan Mohammad Faiz, S.H dalam jurnal hukum yang berjudul Menabur Benih Constitutional complaint, berpendapat bahwa constitutional complaint sangat dimungkinkan menjadi

Dalam melakukan pemberdayaan PKL melalui Fasilitas Permodalan, Pemerintah dalam hal ini Dinas Perdagangan sendiri menganjurkan atau memberi solusi kepada PKL dalam hal

Berangkat dari fenomena yang terjadi di dalam masyarakat dan para santri di Pondok Pesantren Alquran Cijantung, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat ini, penulis merasa

Pendahuluan yang telah dijabarkan, merupakan latar belakang peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini, yang berjudul “Peningkatan Kompetensi

secara pribadi / tidak mewakilkan, apabila dikuasakan agar menerima kuasa penuh untuk dapat mengambil keputusan dan hadir tepat waktu. Demikian untuk menjadikan perhatian dan