LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN INDUSTRI
DI PT. ANUGERAH HALABAN SEPAKAT
LAREH SAGO HALABAN
Di
S
U
S
U
N
Oleh :
RONNY FARISA / 14080076
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS TEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan perusahaan dalan pelayanan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja industry harus bersifat dinamis dan progresif sesuai
dengan perkembangan teknologi dan kekuatan ekonomi, menurut ukuran
masing – masing perusahaan (L.M Aried, 2007).Khususnya di bidang
pertambangan yang merupakan salah satu sumber pendapatan Negara
yang cukup besar yang memiliki potensi jangka panjang, serta membuka
peluang kerja bagi masyrakat
untukikutsertamengembangkanpotensisumberdayamanusiadalammemanfa
atkanalam yang ada.
PT. AnugerahHalabanSepakatmerupakanperusahaan yang
bergerak di bidangpertambangan,
yaknitambangbatukapurdenganmenggunakanmetodapenambanganterbuka
( Quarry ). Jalantambangmenjadi focus utama yang
belumsesuaidenganstandar yang
telahditentukan.Olehkarenaitupenulismembahaslebihlanjutjalantambangde
nganjudul:“ AnalisisGeometriJalan Tambang dari Pit ke Disposal Di PT.
AnugerahHalabanSepakat .” B. Identifikasi Masalah
Dalam pelaksaan studi kasus, identifikasi masalah bertujuan untuk
mempermudah dalam penyelesain masalah yang akan dibahas. Dalam
studi kasus ini identifikasi masalah adalah :
1. Keadaan jalan tambang yang masih belum cukup aman dalam proses
angkut pertambangan.
2. Adanya kemiringan jalan yang sangat curam dan tempat manuver
yang sempit. C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada kasus ini adalah bagian geometri jalan
tambang untuk transportasi produksi gamping di PT. Anugerah Halaban
Sepakat di Jorong Atas Halaban, Nagari Halaban Kecamatan Lareh Sago
Halaban.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah uraian di atas maka untuk lebih
terarahnya penelitian ini, maka penulis merumuskan permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimana menghitung geometeri jalan agar sesuai dengan standar
2. Bagaimana cara membuat kemiringan jalan agar tidak terlalu miring ? E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara analisis geometri jalan tambang. 2. Untuk menghitung kemiringan jalan tambang.
F. Manfaat Penelitian
1. UntukmemenuhiTugasAkhirJurusanTeknikPertambanganUniversitasN
egeri Padang.
2. Bagipenelitisebagaipenambahwawasandanilmupengetahuan,
khususnyadalambidang kontruksi jalan tambang.
3. Menambahilmudanwawasantentangkegiatanaktifitaspenambangan di
lapangankhususnyapada perhitungan geometri jalan tambang agar
dapatmenjadibekaluntukdiaplikasikannantinyadiduniakerja.
4. Memberikan saran tentangperbaikan jalan tambang agar jalan tambang
yang dilalui aman sehingga dapat memperlancar proses produksi
BABII
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN
A. DESKRIPSI PERUSAHAAN
1. SEJARAH PT. ANUGERAH HALABAN SEPAKAT
CV. HALABAN SEPAKAT yang didirikan pada tanggal 15 September
2012 di Payakumbuh, Sumatera Barat yang dipimpin oleh Bpk. Jonli Azri
sebagai Direktur Utama. Kemudian berubah menjadi PT. pada tanggal Perusahaan ini beralamat di Jorong Atas Halaban, Nagari Halaban
Kecamatan Lareh Sago Halaban. Adapun bidang usaha CV. Halaban
Sepakat yaitu kegiatan penambangan dengan komoditas Limestone yang
ditandai dengan kepemlikan IUP ( Izin Usaha Pertambangan ) dengan no.
36/BPMPPT-LK/2014 yang berlaku sampai 12 Maret 2017 dan akan di
perpanjang, dengan luas IUP OP 20,22 Ha. Koordinat batas IUP CV.
Halaban Sepakat adalah sebagai berikut :
sumber : CV. Halaban Sepakat 2. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja di CV. Halaban Sepakat dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini :
No Tenaga Kerja Jumlah Orang
1 Kepala Teknik Tambang 1
2 Operator Alat Berat dan Sopir 3
3 Helper alat Berat 2
4 Human 1
5 Security 2
6 Keuangan 1
7 Oil Man 1
Total 12
3. Jam Kerja
Dalam penjadwalan kegiatan penambangan batu gamping, karyawan
CV. HALABAN SEPAKAT tidak diterapkan sistem shift, dikarenakan
jumlah karyawan masih terbilang sedikit. Namun apabila perusahaan
menyatakan kejar target produksi, maka pekerja dinyatakan lembur
dengan penambahan jam kerja karyawan. Jam kerja
B. DESKRIPSI PROYEK
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penambangan batu gamping di CV. Halaban Sepakat secara
administrasi berlokasi di Jorong Atas Halaban, Nagari Halaban Kecamatan
Lareh Sago Halaban, Provinsi Sumatera Barat.
Untuk mencapai lokasi CV. Halaban Sepakat dari kota padang dengan
menggunakan kendaraan roda dua menuju daerah Halaban, Kecamatan
Lareh Sago Halaban dengan waktu tempuh sekitar ± 4,5 jam. Selanjutnya
dari Halaban ke lokasi penambangan dengan melintasi jalan tanah dan
bebatuan dengan waktu tempuh ± 15 menit pada kondisi jalan
kering.Dapat dilihat di lampiran Gambar 2. 2. Keadaan Geologi dan Morfologi
Wilayah penambangan CV. Halaban Sepakat berada di daerah Karst
yaitu sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umummnya dicirikan
dengan adanya depresi tertutup, drainase permukaan dan gua. Daerah
karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi pada litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti gips dan
halite dalam silika. Daerah karst dapat juga tebentuk oleh proses cuaca,
kegiatan hidraulik, pergerakan tektonik dan proses penggosongan batu cair
( lava ).
Morfologi di tempat penambangan ini terdapat dua unit morfologi,
yaitu morfologi perbukitan terjal dan morfologi lembah. Morfologi
perbukitan berada di sisi timur sedangkan morfologi lembah berada di sisi
terjal dan landai berelief ke arah selatan. Ketinggian antara 492 – 495
meter di atas permukaan laut. 3. Iklim dan Cuaca
Iklim pada daerah penambangan di CV. Halaban Sepakat sama dengan
iklim di Indonesia pada umumnya yaitu iklim tropis dengan dua musim,
musim kemarau dan musim hujan.
Aktifitas tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca. Curah hujan
yang tinggi pada musim hujan akan mengakibatkan terhentinya proses
penambangn, hal ini disebabkan karena genangan air pada daerah
penambangan, karena kondisi jalan yang licin sehingga mempengaruhi
kegiatan penambangan dan target produksi penambangan. C. PROSES PELAKSANAAN KERJAAN
1. Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan oleh CV. Halaban
Sepakat menggunakan system open pit. Secara garis besar kegiatan
penambangan dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu : a. Pembuatan Akses Jalan
Pembuatan jalan dimaksudkan adalah untuk member akses
kemudahan dalam suatu kegiatan penambangan.Untuk kegiatan
penambangan batu kapur pada CV. Halaban Sepakat dibutuhkan jalan
tambang.Jalan tambang sangat berfungsi sebagai jalur lintasan
kendaran yang dibutuhkan dalam kegiatan penambangan batu kapur.
Jalan ini dibuat dengan konstruksi jalan tanah kemudian dilapasi degan
Kegiatan pembersihan lahan ( land clearing ) ini mutlak
dilakukan sebelum pembongkaran lapisan tanah penutp. Tujuan dari
pembersihan lahan ini adalah untuk menyingkirkan pohon – pohon
besar maupun kecil, semak belukar dan bongkahan batuan di area yang
akan dibongkar tanah penutupnya. Pembersihan lahan ini dilakukan
menggunakan alat berat seperti bulldozer dan excavator. c. Pengupasan Tanah Pucuk ( Top Soil )
Setelah pembukaan dan pembersihan lahan, kegiatan
selanjutnya adalah pengupasan lapisan top soil merupakan lapisan
tanah paling atas (humus) yang banyak mengandung bahan organik
dan unsur hara dan bewarna cokelat kehitaman.Pengupasan tanah
pucuk ini dilakukan terlebih dahulu dan ditempatkan terpisah terhadap
batuan penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan reklamasi
dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai
pada batas lapisan sub soil, yaitu pada ke dalaman dimana telah
sampai di lapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini dilakukan dengan menggunakan
excavator, top soil yang sudah terkupas yang mana nantinya akan
diangkut ke tempat penimbunan sementara. Karena akan digunakan
kembali pada proses kegiatan reklamasi.
d. Pengupasa Lapisan Tanah Penutup ( Overburden )
Pengupasan lapisan overburden ini dilakukan setelah kegiatan
pembersihan lahan dan pengupasan tanah bagian atas (top soil), dalam
yang akan diproduksi, sehingga memudahkan dalam pengambilan
batubara. Pengupasan dilakukan secara bertahap serta dibuat jenjang
(bench), hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya longsoran.
Pengupasan overburden dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Direct-Digging
Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan penggalian
langsung oleh excavator.Penggalian langsung ini hanya untuk material
tanah penutup yang sangat lunak sampai lunak. 2) Riping-Dozing
Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan ripper untuk menggali
hingga tanah terbongkar dan dozzer untuk mendorong tanah penutup
yang relatif lunak untuk kemudian diangkut oleh dump
truck.Pengupasan lapisan tanah penutup dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
e. Penimbunan tanah penutup
Sebagai kelanjutan dari pengupasan tanah penutup
(overburden), maka perlu disediakan suatu tempat khusus untuk
penumpukan dan penyimpanan tanah penutup tersebut (yang diambil
dari pit), yang biasa juga disebut dengan disposal area.Untuk
pengangkutan dari pit ke disposal area digunakan dump truck.
f. Penambangan
Kegiatan penambangan batu kapur dilakukan dengan bantuan
dalam alat angkut. Dalam penggalian batu kapur terdapat lapisan
pengotor ( parting ). Parting yang tipis ini harus dibuang terlebih
dahulu menggunakan excavator yang pada bucketnya dipasang plat
baja untuk memudahkan dalam pengambilan parting.
g. Pemuatan
Pemuatan disini adalah memindahkan material hasil
pembongkaran tanah penutup maupun batubara ke dalam alat
angkut.Pemuatan tanah penutup maupun batu kapur ke dalam alat
angkut menggunakan excavator Komatsu PC 200 dan Catterpillar HD
320.Pemuatan batu kapur hasil galian langsung dimuat ke dalam dump
truck untuk diangkut dan diletakkan di stockpile.
f. Pemasaran
Batu kapur yang terdapat pada CV. Halaban Sepakat
mempunyai kandungan CaCO3 yang tinggi yaitu sebesar 96.17 % . Batu
kapur dari penambangan diangkut ke stockpile dengan menggunakan
dump truck Nissan Diesel CW 340ps yang berkapasitas 26 ton. Setelah
Perawang yang akan dijual ke PT. Sinar Mas yang bergerak di bidang
kertas.
2. Peralatan Penambangan
a. Excavator
Excavator merupakan alat yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam kegiatan penambangan. Dimana fungsinya adalah
sebagai berikut :
1). Melakukan Penggalian
2). Memindahkan Tumpukan tanag di lokasi
penggalian.
3). Membantu mengupas lapisan tanah penutup yang
tipis.
4). Memecahkan batuan yang memiliki bongkahan
yang besar
5). Sebagai alat muat ke dalam dump truck.
Excavator yang digunakan di CV. Halaban Sepakat adalah
Excavator Komatsu PC 200 dan Catterpillar HD 300.Seperti
terlihat pada gambar berikut.
b. Dump Truck
Dump truck yang digunakan di CV. Halaban Sepakat adalah
overburden dan mengangkat batu kapur dari front penambangan ke
stockpile.
D. PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan Lapangan ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
menambah pengalaman nyata di lapangan mengenai penambangan batubara
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pekerjaan penambangan
untuk menambah teori yang didapat di bangku perkuliahan.Selain itu juga
kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program
D3 Teknik pertambangan. Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek di
CV. Halaban Sepakat adalah : 1. Pengenalan Perusahaan
Pertama kali sampai di kantor CV. Halaban Sepakat di Payakumbuh,
penulis diberikan pembekalan tentang kegiatan – kegiatan di lapangan.
CV. Halaban Sepakat terletak di Jorong Atas Halaban, Nagari Halaban
Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Limo Puluh Kota, Provinsi Sumatera
Barat.
2. Mengamati Kegiatan Penambangan
Kegiatan ini adalah kegiatan yang diikuti dalam pelaksanaan
proyek PT. Astrindo Gita Mandiri , dimana perusahaan tersebut proses
penambangannya menggunakan metoda side hill. Dimana kegiatan
pengupasan overburden dan penambangan batubara menggunakan
kombinasi alat – alat mekanis berupa alat gali, alat muat dan alat
penyimpanan sementara ( disposal area ). Adapun kegiatan – kegiatan
yang diikuti antara lain :
a. Pengupasan Tanag Penutup ( overburden )
Pengupasan tanah pucuk ini dimaksudkan untuk
memisahkan lapisan tanah subur dari permukaan, dan
dipisahkan dari tanah yang lain atau ditempatkan pada
waste dump top soil. Pekerjaan ini menggunakan alat antara lain excavator Komatsu PC 200 dan bulldozer
d85e-ss, excavator Caterpillar HD 300, Nissan Diesel
CW340ps. Overburden diangkut menggunakan dump
truck Nissan Diesel CW340ps berkapasitas 26 ton, overburden di tempatkan pada suatu tempat ( disposal
area ) yang berjarak ± 50 m dari lokasi penggalian. b. Pengupasan Batu Kapur
Penambangan dan pengangkutan batu kapur dilakukan
setelah tahap pengupasan tanah penutup selesai
dikerjakan. Batu kapur yang sudah tersingkap digali
dengan cara menggunakan 2 unit excavator, kemudian
dimuat ke dalam dump truck Nissan Diesel CW340ps
yang berkapasitas rata – rata 26 ton. Kemudian
diangkut menuju stockpile. c. Pemuatan Batu Kapur ( Loading )
Pemuatan hasil batu kapur dilakukan oleh alat berat
jenis excavator Komatsu PC 200 dan excavator
batu kapur ke dalam dump truck sebagai alat angkut
menuju stockpile.
d. Pengangkutan Batu Kapur ( Hauling )
Unit kegiatan pengangkutan batu kapur dari lokasi
tambang ke stockpile dilakukan oleh dump truck
Nissan Diesel CW 340ps . E. TEMUAN MENARIK
Selama melakukan kegiatan praktek kerja lapangan, ada beberapa temuan
menarik diantaranya :
1. Belum adanya keserasian alat gali muat dengan alat angkut, dimana
alat gali menunggu untuk melakukan pengisian overburden ke dump
truck.
2. Kondisi jalan tambang yang masih belum baik, sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja dan mengurangi proses produksi. 3. Adanya sengketa lahan dengan masyrakat sekitar tambang karena ad
sebagian belum yang mendaptkan ganti rugi tanaman.
4. Kurangnya efektifitas waktu dalam proses pertambangan, sehingga
banyak waktu yang terbuang secara sia-sia.
BAB III
STUDI KASUS
A. Perumusan Masalah
Penambangan batu kapur yang dilakukan pada CV. Halaban Sepakat
dengan menerapkan metode side hill yaitu dengan menggunakan excavator
penambangan apalagi dalam kegiatan pengangkutan maka yang perlu harus
diperhatikan adalah jalan tambang ( mine road ). Fungsi utama jalan tambang
secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan
terutama dalam kegiatan pengangkutan.Medan berat yang mungkin terdapat di
sepanjang rute jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk
meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja.
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan konstruksi
jalan yang ada di kota. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya
( road surface ) yang jarang sekali dilapisi oleh aspal dan eton seperti pada
jalan yang ada di kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh alat mekanis
yang menggunakan crawler track misalnya bulldozer, excavator, crawler rock
drill ( CRD ), crack loader dan sebagainya.
1. Bulldozer berfungsi antara lain sebagai pembersih lahan dan
pembabatan, perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan, dll. 2. Alat garu ( ripper ) berguna untuk membantu pembabatan dan
mengatasi batuan yang agak keras.
3. Alat muat untuk memuat hasil galian yang volumenya agak besar. 4. Alat angkut untuk mengangkut bahan galian tanah yang tidak
diperukan dan membuangya ke tempat penimbunan. 5. Motor grader untuk meratakan jalan tambang.
Untuk mencapai target yang besar dalam proses produksi harus di
tunjang oleh salah satu factor yang sangat penting yaitu jalan tambang.
Pengkajian jalan tambang penting untuk dilakukan sehingga didapat nilai
angkut, dimana jalan tambang yang tidak baik dapat mempengaruhi efektifitas
produksi dan efisiensi alat angkut,.
Dari data lapangan yang diambil, ternyata target produksi alat gali –
muat dan angkut dalam kegiatan pengupasan overburden belum tercapai
penyebabnya antara lain adalah kondisi jalan yang kurang baik, jalan kecil,
ada alat yang rusak saat operasi.
Berdasarkan keadaan lapangan ternyata masih terdapat kendala yang
menghambat produktifitas diantaranya jalan yang kurang efisien, baik pada
lebar jalan dan tanjakan jalan yang terlalu curam.
Mengingat perlunya permasalahan di atas maka CV. Halaban Sepakat
perlu melakukan usaha untuk mengatasi masalah agar produksi dapat tercapai
nantinya. Dari uraian di atas pada proyek akhir ini penulis mengambil bahasan
tentang “ Evaluasi dan Analisis Geometri Jalan Tambang dari pit ke
disposal di CV. Halaban Sepakat ”. B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a). Mengetahui dan menerapkan prinsip perencanaan sebuah jalan
tambang yang benar
b). Mengevaluasi kondisi jalan tambang yang meliputi geometri
jalan, pemeliharaan dan perawatanya serta fasilitas – fasilitas
pendukung jalan tambang.
2. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar di
pertambangan dan tidak menghambat proses efektifitas alat berat
angkut Nissan Diesel CW 340ps.
C. Landasan Teori
1. Fungsi Jalan Angkut Tambang
Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah
untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam
kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus di atasi dengan rancangan
jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja Pemindahan tanah mekanis merupakan suatu proses
penggalian dan pemindahan tanah dengan menggunakan alat-alat
mekanis dari front menuju disposal. Dalam proses penambangan,
proses ini mutlak dilakukan sebagaimana yang diketahui bahwa
barang – barang tambang terdapat dibawah permukaan bumi
sehingga kita harus melakukan proses penggalian terlebih dahulu
untuk mendapatkan barang – barang tambang tersebut. Volume
tanah yang akan dipindahkan biasanya dinyatakan dalam beberapa
satuan volume yaitu BCM ( bank cubic meter ), LCM ( Loose
Cubic Meter ) dan CCM ( Compacted Cubic Meter ).
Pada proses pemindahan tanah mekanis ini berkaitan erat
dengan kondisi jalan tambang. Seperti yang diketahui, akses jalan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam ketercapaian
menentukan dalam mendukng tercapainya target produksi yang
diinginkan dan produktifitas juga akan baik.
Jalan angkut tambang mempunyai karakteristik khusus yang
membedakan perlakuan terhadap penanganannya daripada jalan
transportasi umum. Karakteristik tersebut antara lain :
( http://www.scribd.com/doc/42666348/Perencanaan-Jalan-Tambang)
a. Jalan tambang selalu di lewati oleh alat berat yang mempunyai
crawler track ( roda rantai ) sehingga tidak memungkinkan
adanya pengaspalan.
b. Jalan tambang yang berada di area pit umumnya selalu
mengalami perubahan elevasi karena adanya aktifitas
penggalian jenjang.
c. Lebar jalan tambang harus diperhatikan sesuai dengan fungsi
jalurnya. Khususnya untuk jalur ganda atau lebih, hal ini agar
tidak terjadinya gangguan oleh karena sempitnya permukaan
jalan.
2. Geometri Jalan Tambang
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti
jalan raya pada umummnya, yaitu lebar jalan angkut, jari – jari
tikungan dan superelevasi, kemiringan jalan, serta cross slope.
Alat angkut atau truck – truck tambang umunya berdimensi lebih
lebar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang
berada di jalan raya umumnya.Oleh sebab itu geometri jalan harus
angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan
terbuka alat angkut yang digunakan adalah dump truck. Beberapa
hal yang diperhitungkan untuk geometri tambang adalah lebar
jalan minimum, jari- jari tikungam, superelevasi, grade dan cross
slope.
a. Lebar jalan angkut minimum
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalu
lintas pengangkutan lancer dan aman. Namun karena
keterbatasan dan kesulitan yang muncul di lapangan, maka
lebar jalan minimum harus diperhitungkan dengan cermat,
Perhitungan lebar jalan angkut yang lurus dan belok
( tikungan ) berbeda karena posisi membelok kendaraan akan
membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar jejak ban depan
dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar. Di
samping itu perhitungan lebar jalan pun harus
mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur
ganda atau lebih menurut Aastho ( Manual Rural High Way
Design ) harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut
pada bagian harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut
pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut
dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan
angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau
angka perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut
sama dengan lebar lajur.
Penentuan lebar jalan lurus didasarkan pada rule of
thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural
Higway Design (1990) yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar
dump truck ditambah setengah lebar truck untuk
masing-masing tepi kiri, kanan, dan jarak antara dua dump truck yang
sedang bersilangan. Persamaan yang digunakan adalah:
L min=n.Wt+(n+1)(1⁄2.Wt) (Awang Suwandi, 2004)
Keterangan:
L(min) = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar lajur truk untuk jalur ganda
Sumber : Awang Suwandi
Tabel Lebar Jalan Angkut Minimum
Sumber: http://www.scribd.com/doc/42666348/Perencanaan-Jalan-Tambang Jumlah
Laju Truck Perhitungan
Lebar Jalan Angkut Min.
1 1 + (2 x ½ ) 2
2 2 + (3 x ½ ) 3,5
3 3 + (4 x ½ ) 5
2. Lebar jalan angkut pada belokan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu
lebih besar daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda,
maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkanatas :
a) Lebar Jejak ban.
b) Lebar juntai atau tonjolan ( overhang ) alat angkut bagian
depan dan belakang pada saat membelok.
c) Jarak antara alat angkut saat bersimpangan.
d) Jarak jalan terhadap tepi jalan.
Persamaan yang digunakan adalah :
Wmin = 2(U + Fa +Fb + Z) + C
Z = U + Fa + Fb
2
C=Z=1⁄2(U+Fa+Fb)
Fa=Ad×sinW
Fb=Ab×sinα
Sumber: http://www.scribd.com/doc/42666348/Perencanaan-Jalan-Tambang
dimana :
U = lebar jejak roda (center to center tires), ( m)
Fa = lebar juntai (overhang) depan, ( m)
Fb = lebar juntai belakang, ( m)
Z = lebar bagian tepi jalan, ( m)
C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), (m)
Ad = jarak as roda depan dengan bagian depan dump truck (m)
Ab = jarak as roda belakang dengan bagian belakang dump truck(m)
α = sudut penyimpangan (belok) roda depan (o)
Sumber: http://www.scribd.com/doc/42666348/Perencanaan-Jalan-Tambang
Gambar lebar jalan di tikungan dalam dua lajur
b. Superelevasi ( Kemiringan jalan di tikungan )
Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan adalah
E+f= V
Jari-jari tikungan minimum dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
Untuk kecepatan rencana <80 km/jam berlaku f = -0,00065 V+0,192
dan untuk kecepatan rencana antara 80–112 km/jam berlaku
f =-0,00125 V+0,24. (Awang Suwandi, 2004)
Untuk mengatasi gaya sentrifugal yang bekerja pada alat angkut yang
sedang melewati tikungan jalan ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu :
pertama dengan mengurangi kecepatan dan kedua adalah membuat
kemiringan ke arah titik pusat jari-jari tikungan, yaitu dengan membuat
elevasi yang lebih rendah ke arah pusat jari-jari tikungan dan membuat elevasi
lebih tinggi ke arah terluar jari-jari tikungan.
Kemiringan jalan dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan menurun,
yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan tambang yang
dilewati. Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut,baikdalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemampuan dalam mengatasi tanjakan untuk setiap alat angkut tidak
sama, tergantung pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan jalan
biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus satuan
panjang jarak mendatar.
Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Grade( )=∆ h
∆ x×100 (AwangSuwandi, 2004)
Keterangan:
h: Beda tinggi antara dua titik segmen yang diukur (m)
x:Jarak antara dua titik segmen jalan diukur (m)
1. Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan tambang mempunyai bentuk
penampang melintang cembung. Dibuat demikian, dengan tujuan untuk
memperlancar penyaliran. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air
tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena
air yang menggenang pada permukaan jalan tambang akan membahayakan
kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan.
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal
dan horizontal dengan satuan mm/m atau m/m. Jalanyang baik menurut
Awang Suwandhi (2004:12) memiliki cross slope antara 20 mm/m sampai 40
mm/m atau 2% sampai 4%. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: Awang Suwandi
Gambar 19.Penampang Melintang Jalan
d. Fasilitas Pendukung Kelancaran dan Keselamatan Kerja
Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang
perlu mendapatkan perhatian khusus, hal ini bertujuan untuk tidak
terganggunya kegiatan operasional penambangan yang akhirnya akan
mengganggu kelancaran produksi. Pada umumnya pemeliharaan jalan
Pemeliharaan jalan yang baik, tetapi pemeliharaan drainase yang ada kurang
baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan sebaliknya.
Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan berdebu yang sangat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan pengemudi. Sedangkan, pada musim
hujan, debu tersebut akan manjadi lumpur yang mengenangi jalan dan
akibatnya jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari
alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi
kecepatan.
D. Data dan Pengolahan Data
Dalam pemecahan masalah ini penulis dibantu oleh beberapa
datasumber. Data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan
analisispenulis di lapangan. Terdiri dari, data lebar jalan, lebar alat
angkut yangterbesar, jarak angkut.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain sepertiliterature dan data perusahaan. Terdiri dari spesifikasi alat
hauler yangmelewati jalan tambang.Penentuan lebar jalan tambang
didasarkan pada unit yang terbesar yangberoperasi pada jalan tersebut,
yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar dumptruck ditambah setengah
lebar dump truck untuk masing-masing tepi kiri,kanan, dan jarak antara
lurus dan tikungan). Berikut adalah tabel lebar jalan di CV. Halaban
Sepakat :
a) Lebar jalan lurus dan tikungan
JALAN LURUS LEBAR JALAN DI
LAPANGAN Keterangan
A 3.95 Berlawanan
B 7.95 Berlawanan
D 18.9 Berlawanan
F 11.7 Berlawanan
G 7.6 Berlawanan
H 20.1 Berlawanan
K 4.48 Berlawanan
JALAN DI
TIKUNGAN LEBAR JALAN DITIKUNGAN
C 15.5 Berlawanan
E 7.5 Berlawanan
G 7.6 Berlawanan
I 13.2 Berlawanan
J 11.6 Berlawanan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
D
E
f
b) Jarak dan Elevasi Jalan Angkut I J
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan
kemampuan alat angkut baik dalam mengatasi tanjakan
maupun melakukan pengereman. Kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck adalah
berkisar antara 10% sampai dengan 15% , atau 6° sampai 8.5° .
Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih
baik berkisar 8% .
Kemampuan dalam mengatasi tanjakan untuk setiap
alat angkut itu berbeda, tergantung kepada alat angkut itu
sendiri. Sudut kemiringan biasanya dinyatakan dalam persen
(%) . Elevasi setiap segmen terlihat seperti pada table d bawah
Jarak dan beda tinggi di CV. Halaban Sepakat dapat
dilihat di tabel berikut ini :
Tabel
Spesifikasi Dump Truck Lambang Jumlah Satuan
1 Lebar Dump Truck Wt 2.9 m
3 Lebar Jejak roda U 2.2
a. Lebar Jalan Lurus
Lmin = 2. 2.9 + (2+1)( ½ . 2.9 )
= 5.8 + 3 ( 1.45 )
= 5.8 + 4.35
= 10.15 m = 11 m
b.Lebar Jalan Belokan
Fa = ad x sin 45
= 0.7 x 0.707 = 0.5
Fb = ab x sin 45
= 1.6 x 0.707 = 1.13 m
C = ½ ( u + Fa + Fb )
= ½ ( 2.2 + 0.5 + 1.13 ) = 1.9 = 2
Wmin= n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
=2 ( 2.2 + 0.5 + 1.13 + 1.25) + 2
= 10.16 + 2 = 12. 16 m
c. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan di CV. Halaban Sepakat sangat bervariasi,
kemiringan jalan dapat dihitung dengan rumus :
Grade (%) = Δ y
Δ x
x 100 %
Nomor
Kemiringan jalan tambang sangat berhubung langsung dengan kemampuan
alat angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun melakukan pengereman.
Kemiringan jalan maksimum yand dapat dilalui dengan baik oleh angkut truck
berkisar antara 10 samapai 16%.
Berdasarkan teori dan perhitungan dilapangan, semua segmen jalan di CV.
Halaban Sepakat masih belum sesuai dengan standar kemiringan jalan, terutama di
jalan segmen C-D 37% dan segmen A-B 19% yang masih kurang dapat diatasi oleh
alat dengan aman dan lancer.
Kemiringan pada jalan juga harus tidak boleh luput dari perhatian, karena
pada saat kondisi jalan menurun operator akan merem kendaraan apalagi jalan yang
sempit, ini akan berpengaruh pada masa pakai rem dan ban, begitu sebaliknya ketika
kondisi jalan yang menanjak akan membutuhkan power yang cukup besar dan
pembakaran yang cepat dimana kebutuhan solar juga akan besar.
Kemiringan melintang digunakan untuk mengatasi masalah drainase di
atas permukaan jalan. Jalan yang baik memiliki kemiringan melintang
maksimum 40 mm/m, artinya setiap satu meter lebar jan ideal dibuat
kemiringan sebesar 40 mm atau 4%.
Nilai cross slope yang di rekomendasikan adalah sebesar 20 – 40
mm/m jarak dari bagian tepi ke bagian tengah jalan.Maka :
"\"beda tinggi\" " max〖=40 mm⁄m x (1/2 x lebar jalan lurus)〗
"beda tinggi" max〖 =40 "mm" ⁄"m" x (1/2 x 11 m)〗
= 220 mm = 22 cm
Berarti untuk jalan tambang dengan lebar 11 m maka harus dibuat
kemiringan melintang sebesar 22 cm.
Cross Slope dibuat dengan tujuan apabila ketika turun hujan atau
sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke
tepi jalan, tidak behenti dan mengumpul pada permukaan jalan.
Namun kemiringan melintang yang terlalu besar juga tidak baik. Ada
beberapa kemungkinan yang dapat terjadi karena kemiringan melintang yang
terlau besar, diantaranya adalah :
a). Memungkinkan terjadinya pengikisan material halus pada
permukaan jalan yang dapat mengakibatkan tertinggalnya batuan di
b). Memungkinkan terjadiya pembebanan berlebihan pada ban bagian
luar.
c). Kestabilan kendaraan akan berkurang ketika beroperasi pada jalan
tambang tersebut.
E. ANALISIS HASIL DATA
Rekapiulasi Data dari data analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut \
Tabel Rekapitulasi Analisis Data
Halaban Sepakat adalah ± 11 m pada jalan lurus dan ± 13 m pada jalan
akan terjadi gangguan pada prose hauling overburden, karena tidak
memungkinkan untuk dua dump truck untuk bersimpangan secara
langsung sehingga menghambat cycle time pengangkutan. Namun
apabila pembuatan jalan tambang lebih besar dari jarak tersebut, maka
hal ini tersebut tentu saja kurang efisien ditinjau dari waktu kerja alat
berat dengan fungsi serta penggunaan jalan.
2. Kemiringan tanjakan ( grade ) maksimum adalah 37% yang tidak
dapat dilalui dengan baik oleh dump truck Nissan Diesel CW340ps
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dan uraian pada bab – bab sebelumna maka dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain adalah :
1. Lebar jalan lurus untuk satu jalur adalah 6 m sedangkan untuk lebar dua
jalur tambang pada jalur lurus yang didapat berdasarkan analisa data penulis
adalah 11 m, namun ad beberapa segmen jalan untuk dua jalur yang belum
memenuhi lebar minimum yaitu segmen A – B , E – F , F – G, dan J – K
yang harus mengalami pelebaran jalan menjadi 11 m dan segmen yang
lainnya telah memenuhi dari lebar minimal untuk jalur lurus.
2. Lebar jalan tambang untuk dua jalur di tikungan adaah 13 m yang didapat
oleh penulis dari pengolahan analisis data, sedangkan jalur tambang yang ada
masih belum sesuai dengan lebar minimal yang di dapat dari pengolahan data.
3. Kemiringan ( grade ) jalan tambang yang besar berada di segmen C – D
yaitu 35 %. Ini jauh melebih dari batas normal kemiringan jalan untuk
tanjakan yang sekitar 10 -16% sehingga tidak bisa dilewati oleh dump truck
dengan baik dan dapat mempengaruhi proses produktifitas dalam
4. Besarnya Cross slope yang di dapat oleh penulis yaitu 22 cm. Cross slope
dan parit yang tidak dibuat dapat membuat air hujan tidak mengalir langsung
ke sisi jalan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dari pengambilan data yang didapat, maka
dapat diberi saran sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi kemiringan yang melebihi ambang batas sebaiknya
diberikan penimbunan di sisi bawah jalan sebelum naik tanjakan,
sehingga dapat mengurangi kemiringan jalan.
2. Untuk menjaga aspek keselamatan kerja dalam proses pengangkutan
sebaiknya diberi rambu – rambu lalu lintas di setiap jalan, sehingga dapat
memperlancar dalam proses pengangkutan dan mengurangi resiko
kecelakaan
3. Memperlebar jalan yang masih sempit, sehingga dapat mempercepat
proses pengangkutan dan tidak terjadi hambatan waktu lagi.
4. Jika terjadi hujan maka jalan tambang akan menjadi licin, sebaiknya