• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hegemoni Asing dalam Euforia Pasar Smart

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hegemoni Asing dalam Euforia Pasar Smart"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hegemoni Asing dalam Euforia Pasar Smartphone di Indonesia

Menjelaskan Dinamika Pasar Smartphone Indonesia dengan Perspektif Ketergantungan

Umar Abdul Aziz

12/332991/SP/25217

Sebagai negara pasca kolonial yang sangat terlambat dalam melakukan industrisasi teknologi tingkat tinggi, membuat Indonesia harus rela untuk menjadi negara eksportir bahan baku dan importir barang-barang mewah. Termasuk ponsel, konsekuensi tidak adanya pengalaman dan teknologi elektrik terutama ponsel, membuat Indonesia menjadi salah satu negara importir ponsel terbesar di dunia.

Lima belas tahun yang lalu, telepon seluler atau ponsel masih dianggap sebagai barang yang sangat mewah untuk dimiliki. Pada masa tersebut ponsel masih dikategorikan sebagai barang tersier, yang artinya baru dipenuhi ketika barang primer dan sekunder telah

terpenuhi. Namun saat ini ponsel telah menjadi barang primer bagi banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Ponsel bukan saja mengalami pergeseran urgensinya dimata masyarakat. Namun ponsel juga mengalami revolusi yang sangat pesat dari segi hardwere dan softwere. Ponsel pertama yang beratnya 800 gram, kini telah tersedia ponsel yang beratnya hanya 40 gram. Begitu juga mengenai fitur, ponsel yang awalnya hanyalah sebuah pesawat telepon rumahan yang Mobile, kini telah tersedia smartphone yaitu ponsel pintar dengan jutaan aplikasi/fitur yang tersedia. Membeli smartphone bukanlah hal yang sulit, kini hampir di setiap wilayah di Indonesia telah tersedia banyak counter penjualan smartphone. Harga smartphone di Indonesiapun sangat beragam, mulai dari yang berharga Rp.200.000 sampai Rp. 12.000.000. Setiap jenisnya memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda.

Keunggulan dan kemudahan membuat smartphone menjadi sangat diminati dan digemari masyarakat Indonesia. Kemenperin menuturkan bahwa diperkirakan jumlah ponsel di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 250.100.000 unit.1 Jumlah itu melebihi jumlah

1

(2)

2 penduduk di Indonesia yang berdasar pada sensus BPS 2010 sebanyak 237.556.363 penduduk. Pada tahun 2014 ini tentu saja jumlahnya jauh lebih naik lagi, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Karena tentu saja perkembangan pasar ponsel melebihi peningkatan jumlah penduduk.

Banyaknya unit smartphone yang beredar sekilas seolah tidak menimbulkan masalah yang krusial. Seolah adalah hal yang aneh memang ketika kita mempermasalahkan banyaknya jumlah smartphone yang beredar di Indonesia. Apalagi jika kita melihat dari perspektif pasar, kenaikan jumlah ponsel dan penggunanya dapat berartikan naiknya taraf hidup masyarakat. Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap smartphone-pun dapat menjadi peluang untuk lapangan kerja baru, karena akan melahirkan lapangan-lapangan kerja pendukung seperti provider, counter penjualan, servis, accecoris, dll.

Namun tahukah kita bahwa bahan-bahan baku pembuat ponsel adalah berbagai jenis logam dan silikon yang di ekspor dari Indonesia? Tahukah kita bahwa lebih dari 90% smartphone yang beredar di Indonesia adalah merek dari luar negeri dan di produksi pula di luar negeri? Sehingga dapat kita katakan bahwa lebih Indonesia telah mengimpor lebih dari 230 juta unit smartphone. Parahnya lagi dari setiap smartphone yang diimpor sama sekali

tidak ada yang dikenakan pajak/cukai. Sehingga pemasukan negara dari impor smartphone sangat kecik, kalau tidak mau dikatakan nihil.

(3)

3 Demi menjawab persoalan tersebut, kita dapat mengajukan sebuah argumen utama, yaitu bahwa pasar smartphone telah banyak merugikan masyarakat Indonesia. Argumen utama tersebut kemudian didukung oleh beberapa argumen lain, yaitu sebagai berikut;

Pertama, Indonesia adalah salah satu eksportir bahan baku pembuat komponen ponsel.

Kedua, komunitas ekonomi dunia telah melakukan “kejahatan” dengan melakukan konvensi

pembebasan bea impor barang mewah seperti smartphone. Ketiga, tidak adanya pengenaan bea masuk terhadap smartphone membuat Indonesia sangat dirugikan, dan perusahaan smartphone sangat diuntungkan. Keempat, korporasi produsen smartphone telah menghisap keuntungan yang sangat besar dari pasar smartphone. Kelima, bentuk upaya untuk menyelesaikan persoalan adalah membangun industri smartphone dalam negeri beserta industri pendukung lainnya yang kuat.

Landasan Teori

Kali ini kita akan menggunakan pendekatan strukturalis dengan teori ketergantungan yang banyak di kembangkan oleh Raul Prebisch, Dos Santos, dan Gunder Frank.

Seorang ahli ekonomi yang bekerja untuk sebuah lembaga PBB yaitu ECLA (Economic Commission for Latin America) Raul Prebisch berpendapat bahwa ada hubungan

(4)

4 tawar pada pasar internasional. Posisi tawar yang rendah akan membuat negara pinggiran sangat rentan untuk dieksploitasi.2

Sedangkan menurut Theoino Dos Santos, klasifikasi ketergantungan dapat dipetakan menjadi 3,3 yaitu:

Ketergantungan Kolonial, ditandai dengan adanya dominasi politik antara negara penjajah/penguasa kepada negara yang terjajah. Hal ini jelas membuat negara pinggiran jauh dari kata mandiri atau berdaulat secara politik. Fenomena yang muncul justru kebijakan politik hanya akan menguntungkan negara penguasa.

Ketergantungan Industri Keuangan ditandai dominasi modal besar negara pusat di negara pinggiran. Ekspansinya ke negara jajahan dilakukan dengan investasi untuk mengembangkan industri komoditas primer yang nanti tujuannya untuk diekspor ke luar negeri/kembali ke negara pusat.

Ketergantungan Teknologi Industri adalah konsekuensi dari terlambatnya negara pinggiran dalam melakukan industrialisasi. Hal ini dapat menimbulkan dua kemungkinan, pertama; negara pinggiran terpaksa harus mengimpor barang mewah dalam bentuk siap

pakai, karena tidak dapat memproduksinya sendiri. Kedua; negara maju menjual alat produksi danmenanamkan modal untuk industri di negara pinggiran namun dengan menjual

dengan harga yang mahal dan membeli hasil industri dengan harga murah. Buruh yang dipekerjakan di negara pinggiranpun akan terancam terekploitasi.

Menurut Andre Gunder Frank dalam argumennya tentang Teori Ketergantungan, menurutnya liberalisme hanya akan menyebabkan terbentuknya dua jenis negara yaitu negara pusat dan negara pinggiran. Barang-barang industri dihasilkan oleh negara pusat, sedangkan hasil-hasil pertanian dihasilkan oleh negara pinggiran. Keduanya melakukan transaksi perdagangan yang seharusnya mencapai keuntungan, namun dalam prakteknya tidak. Dengan melakukan ekspor barang-barang hasil pertanian ke negara pusat, maka pendapatan

2 Dalam Barner, Wener. 1962. The Economics of Prebich. Economic and Development and Cultural Change. International Journal (J-Stor) Vol 10 No 2 Part 1

(5)

5 negara pinggiran semakin meningkat dan berakibat pada peningkatan pendapatan rakyat di negara pinggiran. Namun dengan meningkatnya pendapatan, maka kebutuhan akan barang-barang mewah dari negara industri juga mengalami peningkatan, sehingga impor barang-barang mewah di negara pinggiran meningkat.4

Masih menurut Guner Frank Peningkatan nilai tukar barang-barang mewah dengan hasil pertanian, menyebabkan tidak berimbangnya neraca perdagangan dan menjadikanya defisit. Selain itu, negara industri juga sering melakukan proteksi atas hasil pertanian yang mereka hasilkan, sehingga negara pinggiran sulit mengekspor hasil pertanianya ke negara pusat. Penemuan teknologi baru juga mendorong sintesis bahan mentah industri, sehingga negara pusat tidak perlu mengimpor bahan bakar mentah dari negara pinggiran. Hal ini menyebabkan gerak ekonomi negara pinggiran menjadi terhenti. Negara-negara pinggiran ini dijadikan daerah koloni dari negara-negara kapitalis yang berfungsi sebagai penyedia raw material bagi kebutuhan industrinya. Dan akhirnya negara-negara pinggiran ini akan menjadi konsumen bagi produk-produk industri negara-negara kapitalis.

Indonesia sebagai negara eksportir bahan baku terbesar

Indonesia bukanlah negara tanpa kontribusi dalam pasar smartphone. Sebab

Indonesia adalah negara eksportir bahan-bahan baku pembuat ponsel smartphone. Setiap smartphone adalah hasil rancangan dari OriginalEquipment Manufacture (OEM). OEM ini diproduksi oleh perusahaan-perusahaan manufaktur seperti Samsung Manufacturer, Foxxon, intel, dll. Bentuk dari OEM ini adalah seperti baterai, LCD, kamera, processor, kartu grafis, dll. Komoditas-komoditas OEM inilah yang diolah dari bahan baku pembuat ponsel. Ada beberapa komponen bahan baku pembuat ponsel smartphone diantaranya adalah, 45% Bahan Sintetis, 20% Tembaga, 20% Logam Lain ( 30 Jenis Logam seperti emas, timah, Nikel, alumunium, ), 10% Keramik, 5% Non-Logam.5

4 Ibid. Budiman, Arief.

5 http://tekno.kompas.com/read/2008/05/29/16411313/yuk.menghitung.emas.di.ponsel.bekas, diakses

(6)

6 Dari berbagai komponen bahan baku diatas, bahan baku seperti tembaga, timah, aluminium, nikel, dan keramik adalah bahan baku ekspor Indonesia yang cukup besar. Kementrian Perindustrian sesumbar bahwa ada sekitar 30% tembaga yang beredar di pasar dunia adalah hasil produksi Indonesia. Kemudian sekitar 20% timah dan 20% nikel yang beredar di dunia juga adalah hasil produksi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan dalam negeri yang aktif sebagai eksportir bahan baku adalah PT Aneka Tambang (Antam), PT Timah, dan lain-lain.

Dari jumlah bahan baku yang diekspor, kita memang tidak dapat memastikan berapa persen yang betul-betul diolah oleh perusahaan manufaktur untuk dirancang menjadi smartphone. Namun poin terpenting di sini adalah Indonesia tidak semestinya bangga dengan statusnya sebagai negara eksportir tembaga, nikel, timah terbesar di dunia. Karena hal itu menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat mengandalkan industri bahan baku. Melakukan ekspor bahan mentah dapat berartikan kita tidak mengolah lebih jauh dahulu bahan baku tersebut. Karena masih sangat “mentah”, membuat harga bahan baku tentu tidak semahal barang jadi yang siap konsumsi oleh masyarakat.

Konvensi gila tentang pembebasan bea Ponsel Smartphone

Ketika kita mendengar ponsel black market, kita pasti menduga bahwa ponsel ini adalah ponsel yang tidak membayar pajak masuk. Hal ini berartikan bahwa baik Ponsel legal maupun ilegal sama-sama tidak membayar bea masuk. Pnosel legal hanya dikenakan PPNBM sebesar 10%, sedangkan ponsel ilegal tidak. Ponsel smartphone di impor ke Indonesia hanyalah membayar biaya administrasi, administrasi untuk garansi resmi, dan PPN.6

Pembebasan biaya impor ini menurut Kementrian Perindustrian adalah karena Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional tentang pembebasan bea impor(masuk) barang mewah seperti smartphone. Hal ini tentu saja sangat dipertanyakan,

6 http://industri.kontan.co.id/news/ppnbm-ponsel-diterapkan-negara-rugi-rp-5-triliun, diakses 1/7/2014

(7)

7 mengapa pasar internasional sampai-sampai membuat konvensi seperti ini? Lebih anehnya lagi sebagai negara importir barang elektronik terbesar, mengapa pemerintah Indonesia mau meratifikasi konvensi tersebut? Hal ini memang sangat mencengangkan dan membingungkan, mengapa kebijakan ini diambil pemerintah. Apabila kita mencermati UU 43 tahun 2009 dan UU 47 tahun 2013 tidak disebutkan secara pasti mengenai pembebasan pajak impor ponsel. Karena lebih detailnya, hal ini diatur dalam peraturan Kemenkeu, namun sayangnya, peraturan Kemenkeu yang mengatur tentang pembebasan bea impor ponsel.

Habis akalnya pemerintah terhadap pengendalian smartphone

Setelah blundernya dalam meratifikasi dan mengundangkan tentang pembebasan bea impor smartphone. Banyak pihak yang mendesak agar pemerintah tidak habis akal untuk menerapkan pembea-an lain untuk smartphone setelah bea impor tidak bisa banyak diharapkan. Ada beberapa wacana, yang paling santer adalah meningkatkan biaya PPNBM menjadi 20%.7 PPNBM ini berartikan ponsel akan dikenakan pajak penjualannya, bukan impornya. Ada pula wacana pemberian cukai untuk ponsel impor. Kedua wacana ini telah dibicarakan sejak tahun 2012. Namun sampai sekarang belum ada

keseriusan dan ketegasan pemerintah mengenai ini. Pemerintah membuat berbagai alasan untuk tidak membuat kebijakan baru. Alasan yang paling sering diutarakan adalah kebijakan ini dapat meningkatkan angka smartphone Black Market di Indonesia. Data yang lansir oleh Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) bahwa pada tahun 2013 ada 55 Juta ponsel impor yang masuk, 80% diantaranya masuk secara legal, 20% masuk dan bahkan dijual secara ilegal. Pemerintah dan APSI mengkhawatirkan apabila kenaikan PPNBM atau cukai impor diterapkan, ponsel impor ilegal semakin besar jumlahnya,

7 http://m.bisnis.com/finansial/read/20130211/9/135738/impor-ponsel-pengenaan-cukai-lebih-tepat,

(8)

8 bahkan bisa mencapai 50%. 8 Hal itu telah terjadi pada produk smartphone merek

Samsung, Blackberry dan Apple yang persentase unit yang ilegalnya sekitar 40-50%.

Kekhawatiran ini sebetulnya dapat diantisipasi oleh pemerintah dengan menerapkan sistem IMEI yaitu International Mobile Equipment Identity. Sistem identitas ponsel ini mengatur bahwa hanya ponsel yang didaftarkan IMEI saja yang dapat beroperasi. Sistem ini telah digunakan oleh beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, China, Singapura, dll.9 Namun tetap saja pemerintah berkilah bahwa penerapan IMEI di Indonesia akan sulit dan menemui hambatan. Sikap pemerintah ini memang sangat pengecut. Keraguannya dalam mengambil kebijakan telah membuat negara merugi. Sedangkan importir akan selalu diuntungkan karena akan tetap bebas dalam melakukan ekspansi pasar di Indonesia.

Keuntungan yang tidak masuk akal dari penjualan smartphone

APSI mengklaim bahwa penjualan ponsel telah berkontribusi menambah pendapatan negara pada bidang PPNBM sebesar Rp.50 Triliun pada tahun 2013. Entah,

apakah klaim ini benar atau tidak. Karena dari Kementrian Perdagangan, Kementrian Keuangan dan Kementrian Industri tidak membuka secara gamblang PPNMBM dari

ponsel. Jumlah itu sangat kecil, jauh dibandingkan yang diperoleh oleh importir, distributor, atau bahkan vendor smartphone. Kalau saja APSI mengklaim bahwa penerimaan negara dari PPNB yang 10% adalah Rp 50 Triliun. Kita dapat perkirakan keuntungan dari importir maupun distributor ponsel yang lazimnya mengambil profit 5-30%. Hal ini berartikan keuntungan yang diperoleh oleh distributor dan importir bisa lebih dari Rp 100 Triliun.

8

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/10/1950518/Blackberry.dan.iPhone.Ponsel.yang.Paling.B anyak.Dijual.di.Pasar.Gelap, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

9

(9)

9 Keuntungan itu belum seberapa bila kita bandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh produsen smartphone. Hal itu sangat jelas, karena produsen ponsel biasanya meraup keuntungan 100% dari total biaya produksi. Misalkan Samsung Galaxy Note 3, Tech Inside memprediksi Samsung mengambil untung Rp. 5-6 Juta dari setiap unit yang dijual dengan harga Rp. 8,5 Juta.10 Samsung hanya membutuhkan biaya produksi sebesar $232,50/unit Samsung Galaxy Note 3. Ponsel pintar tersebut kemudian dilepas dengan harga pasaran sekitar $899/unit. Tidak hanya pada ponsel Samsung, hal yang sama akan kita temui pada produk Apple. Tech Inside juga merilis bahwa ongkos produksi Iphone 5S hanya sebesar $194. Namun Apple menjual produknya tersebut dipasaran dengan kisaran harga sebesar $849.11 Hitungan matematis diatas memang belum memperhitungkn biaya shipping, PPN, biaya marketing, riset, dll, namun apabila kita melihat selisih antara ongkos produksi dengan harga pemasaran, kita dapat lihat bahwa selisihnya mencapai 300%. Dapatkah kita bayangkan berapa profit yang diperoleh oleh vendor smartphone dengan selisih produksi diatas jika kita kalikan dengan jumlah penjualan ponsel yang mencapai 55 Juta pada 2013?12

Keuntungan bagi tiap produsen ponsel akan terus meningkat, karena sejauh ini tren penjualan ponsel terutama smartphone meningkat sangat tajam. Dapat kita perhatikan

bersama pada gambar berikut:

10 http://m.liputan6.com/tekno/read/710011/wuih-samsung-untung-rp-6-juta-dari-tiap-unit-galaxy-note-3,

diakses 1/7/2014 Jam 21.00

11

http://icity.indosat.com/t5/Apple-iOS/Perbandingan-harga-iPhone-5s-di-Indonesia-dan-Amerika/td-p/126897, http://www.techinsights.com/apple-iphone-5s/, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

12 Masuk ke Indonesia secara legal atau ilegal adalah urusan importir, bukan urusan vendor. Jadi dijual

(10)

10

Pada tahun 2008 pemilih ponsel di Indonesia “baru” berjumlah 30% dari populasi.

Lima tahun kemudian pada tahun 2013 jumlahnya naik drastis menjadi 84%. Pemilik smartphone di Indonesia naik dua kali lipat dari 12% pada bulan Maret 2012 menjadi 24% pada bulan Maret 2013.

Survey persentase kepemilikan ponsel dan smartphone diatas dapat menampilkan realita yang berbeda dengan data yang dihasilkan Litbang Kompas tentang kepemilikan smarphone

di Indonesia. Riset tersebut dapat kita lihat disamping ini:

(11)

11 Penjelasan panjang lebar mengenai poin ini tidak lain untuk menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh produsen ponsel dari pasarnya di Indonesia. Apalagi dengan angka pertumbuhan penjualan ponsel terutama smartphone yang akan terus tumbuh mulai 6-8%.13

Membangun pabrik manufaktur ponsel Internasional di Indonesia, perlukah?

Menanggapi persoalan diatas pemerintah kelihatannya masih sangat kikuk untuk membuat terobosan memutuskan rantai ketergantungan yang ada. Dapat kita lihat pemerintah masih ragu dalam tarik-menarik asing. Pada pembuatan kebijakan peningkatan PPNBM saja pemerintah tidak selesai membahasnya dalam 2 tahun. Apalagi untuk terobosan-terobosan baru yang lebih besar?

Pemerintah juga saat ini sedang menjajaki hadirnya pabrik manufaktur produsen ponsel Internasional di Indonesia. Misalkan Apple, komponen dari smartphone Apple Foxconn sudah hampir bisa dipastikan akan mendirikan pabrik di Indonesia. Hanya permasalahan tempat dimana pabrik akan didirikan yang sampai saat ini belum dapat

ditentukan. Berita mengenai pembangunan pabrik Foxconn sebagai perusahaan perakit komponen elektronik terbesar dunia di Indonesia sudah mulai muncul sejak 2012. Sebagai

perusahaan produsen komponen elektronik terbesar, Foxconn memiliki pelangganan dari perusahaan-perusahaan besar diantaranya Sony, HTC, Nintendo, dan juga Apple sebagai pelanggan terbesarnya.

Hal berbeda justru terjadi pada pabrikan Samsung. Samsung telah berwacana membangun pabrik ponsel di Indonesia sejak tahun 2011. Namun sampai tahun 2014 ini hal tersebut belum terealisasi. Bahkan Samsung sepertinya lebih tertarik untuk membuka dan mengembangkan pabriknya di Vietnam. Hal itu dipilih karena Vietnam membeikan tax Holiday selama 30 tahun dan upah pekerja yang tidak tinggi. Menanggapi hal tersebut, Menko Perekonomian Indonesia, Chairul Tanjung menyilakan jika Samsung tidak

13 http://www.the-marketeers.com/archives/berkembangnya-masyarakat-digital-baru-di-indonesia.html,

(12)

12 membangun pabriknya di Indonesia. Namun dalam waktu kedepan Indonesia akan menerapkan Pajak Penjualan atas Barang Mewan (PPNBM) terlebih untuk ponsel yang diimpor dari luar negeri. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan kembali bagi Samsung apakah akan membangun pabrik ponsel di Indonesia atau tidak. Mengingat pasar ponsel apalagi smartphone di Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN.14

Namun tentu saja wacana pendirian pabrik manufaktur di Indonesia ini harus kita kritisi. Kita jangan sampai tergiur dalam rayuan manis pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, modernisasi, dll. Perlu kita cermati apakah wacana pembangunan pabrik di Indonesia akan menjamin kesejahteraan pekerjanya? Karena Fahmi Panimbang dalam bukunya menyebutkan bahwa saat ini perusahaan yang bergerak di industri manufaktur belum memberikan kesejahteraan kepada para pekerjanya.15 Misal perusahaan seperti Samsung memiliki psinsip tanpa serikat buruh, seperti yang dikatakan chairman Samsung,

Lee Kun Hee; “Apa yang Samsung tidak kenali bukanlah serikat buruh itu sendiri, melainkan pentingnya serikat buruh. Dengan kata lain, Samsung memiliki prinsip manajemen yang

tidak membutuhkan serikat buruh”. Ketidakpedulian Samsung terhadap pekerja juga dapat dilihat dari pabrik elektronik Samsung yang berada di Jababeka, Bekasi. Pabrik tersebut dioperasikan oleh 2800 pekerja, 800 diantaranya adalah pekerja kontrak/sementara, dan 800 diantaranya lagi adalah outsourcing.

Kasus pelanggaran hak pekerja oleh Samsung hanyalah sebuah ilustrasi. Pelanggaran-pelanggaran juga dilakukan oleh perusahaan lain. Pabrik manufaktur Apple yaitu Jabil Circuit pernah diramaikan dengan isu pekerja dibawah umur, diskriminasi pekerja, jatah uang lembur yang belum dibayar, minimnya pelatihan dan pembekalan teknis di bawah standar, dan pelanggaran-pelanggaran lain.16 Dari dua kasus diatas kita dapat lihat bahwa ada bagian yang tidak boleh luput dari pemerintah untuk mempertimbangkan pabrik manufaktur di Indonesia. Jangan sampai pendirian pabrik hanya memberikan pertumbuhan

14 http://bisnis.liputan6.com/read/2055669/ct-tantang-samsung-realisasikan-pembangunan-pabrik-di-ri,

diakses 1/7/2014 Jam 21.00

15La or Rights i High Te h Ele tro i s : Case Studies of Workers’ Struggles i Sa su g Ele tro i s a d Its

Asian Suppliers, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

16 http://www.tabloidpulsa.co.id/news/10457-apple-selidiki-tuduhan-pelanggaran-hak-buruh-di-china,

(13)

13 ekonomi saja, namun tidak memberikan kesejahteraan atau bahkan pelanggaran hak pekerjanya.

Industri substitusi impor, membuat brand asli dalam negeri, mungkinkah?

Indonesia sebetulnya memiliki BUMN yang bernama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT Inti). Pada tahun 2011, PT Inti menjalin hubungan kerja sama industri dengan PT Konten Utama Indonesia untuk memproduksi ponsel nasional yaitu dengan merek IMO. Saat ini sudah ada puluhan tipe ponsel/tablet yang memiliki brand IMO. Namun sayangnya popularitas dari ponsel nasional ini masih sangat jauh dibanding dengan merek besar lain. Hal ini terjadi antara tidak ada keseriusan dari pemerintah untuk memasarkan produk IMO apalagi membuat IMO menguasai pasar ponsel dalam negeri.

Berbicara mengenai produk dalam negeri, Indonesia tidak hanya merugi dalam hal

produsen ponsel. Namun perangkat-perangkat pendukungnya sekalipun Indonesia tidak memiliki kemandirian. Misal yang paling mudah accecoris seperti case, cover, protector, dll, hampir semuanya kita mengimpor dari China. Belum lagi yang tidak kalah pentingnya adalah operator telepon. Saat ini Indonesia saat ini sangat tidak mandiri dalam hal operator telepon. Tidak mandirinya Indonesia dalam operator telepon tidak hanya merugikan Indonesia dari segi laba ekonomi saja. Namun juga kerentanan terhadap tindakan penyadapan dan jual beli informasi telekomunikasi warga negara Indonesia.

SingTel memiliki 35% saham di PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dan memiliki 65% saham Indosat. SingTel adalah perusahaan telekomunikasi asal Singapura. Dia juga anak usaha dari Temasek Holdings Pte, konglomerasi milik Pemerintah Singapura. Di awal tahun 2000, ketika saham Telkomsel ditawarkan kepada asing, Temasek melalui SingTel adalah satu-satunya investor yang paling getol memburu saham anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ini.17

Usahanya tak sia-sia. Semula mereka mengempit 22,3%, kemudian April 2001 menambah kepemilikan sahamnya menjadi 35% dengan menyuntikkan dana tambahan investasi senilai US$ 429 juta. Penambahan ini sekaligus meningkatkan total investasi

17

(14)

14 SingTel pada Telkomsel menjadi US$ 1,031 miliar dan merupakan investasi terbesar perusahaan Singapura di Indonesia. Setahun sebelumnya, Temasek berhasil membeli 41,49% saham Pemerintah Indonesia di PT Indosat Tbk senilai Rp 5,62 triliun (Rp 12.950 per saham). Saham ini dibeli oleh Asia Mobile Holding Pte Ltd, anak usaha Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT), yang menjadi bagian Temasek. Namun, pada bulan Juni 2008, Temasek menjual 40,8% sahamnya di Indosat kepada Qatar Telecom (Qtel) senilai US$ 1,8 miliar atau Rp 16,8 triliun (dengan kurs Rp 9.300 saat itu). Lewat transaksi ini, Temasek menangguk untung hampir tiga lipat.

Bagaimana saham mereka di Telkomsel? Temask sangat kekeh dalam memegang sahamnya. Betul, kalau dilihat dari untung rugi, SingTel tak ingin melego 35% sahamnya di Telkomsel. Maklum saja, setiap tahun perusahaan ini memberikan keuntungan yang sangat besar. Sepanjang Januari-September 2013, Telkomsel memberi kontribusi pendapatan sebesar Rp 43,99 triliun, atau 72% dari total omzet Telkom sebesar Rp 61,5 triliun. Pendapatan Telkomsel itu naik 10,4% dibandingkan dengan pendapatan Januari-September 2012 yang mencapai Rp39,86 triliun. Naiknya pendapatan Telkomsel tak lepas dari jumlah pelanggan yang terus meningkat. Populasi pelanggan Telkomsel per 30 September 2013 mencapai 127,9 juta nomor atau naik 5,3% dari populasi pelanggan per 30 September 2012. Selain itu, pelanggan data Telkomsel mencapai 55,3 juta nomor atau meningkat 9,4%. Pada tahun 2013 ini Telkomsel mencatatkan laba bersih sebesar Rp. 15,7 Triliun.18

Kembali pada kemungkinan dan harapan diatas, mungkinkah Indonesia memiliki industri substitusi dalam negeri yang kuat. Jawabannya adalah sangat mungkin. Indonesia (sebetulnya) adalah negara yang kuat dan (seharusnya) memiliki posisi tawar kepada pasar yang kuat. Tinggal apakah pemerintah/negara serius atau tidak dalam menggarap dan membangun industri dalam negeri yang kuat.

Kesimpulan

18 http://www.antaranews.com/berita/403747/laba-bersih-telkom-tembus-rp15725-triliun, diakses

(15)

15 Sampailah kita pada akhir tulisan ini. Kita telah bahas berbagai masalah dalam pasar ponsel, terutama smartphone di Indonesia. Mulai dari kerugian Indonesia yang hanya sebagai eksportir bahan baku, konvensi impor yang merugikan Indonesia, keuntungan produsen ponsel asing yang sangat besar, serta masih lemahnya industri ponsel dan pendukungnya di dalam negeri. Pilihan Indonesia tidaklah banyak, apalagi ditengah kondisi liberalisasi dengan akan hadirnya ASEAN Acenomic Community, dan AFTA. Indonesia hanya dihadapkan pada dua pilihan, menyerah dan tak berdaya pada pasar asing atau bangkit membangun industri dalam negeri yang kuat. Apabila pilihan kedua ini tidak dipilih, maka jangan harap kita- dapat berdikari dan berjaya dalam pasar ponsel-smartphone yang terus digemari hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka

Outhwaite, William. 2008. Pemikiran Sosial Modern(Ed.2). Jakarta: Prenada Media Group

Dalam Barner, Wener. 1962. The Economics of Prebich. Economic and Development and Cultural Change. International Journal (J-Stor) Vol 10 No 2 Part 1

Budiman, Arief.1995.Teori Pembangunan dunia Ketiga.Jakarta:PT Gramedia

Labor Rights in High Tech Electronics : Case Studies of Workers’ Struggles in Samsung

Electronics and Its Asian Suppliers

Tempo. 2012. Laporan Khusus: Kelas Konsumen Baru Indonesia. No 1226 Edisi 20-26 Februari 2012

Litbang Kompas. 2012. Fokus: Kelas Menengah. Kompas Edisi Jumat/8 Juni 2012

(16)

16 http://tekno.kompas.com/read/2008/05/29/16411313/yuk.menghitung.emas.di.ponse l.bekas, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://industri.kontan.co.id/news/ppnbm-ponsel-diterapkan-negara-rugi-rp-5-triliun, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://m.bisnis.com/finansial/read/20130211/9/135738/impor-ponsel-pengenaan-cukai-lebih-tepat, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/10/1950518/Blackberry.dan.iPhon e.Ponsel.yang.Paling.Banyak.Dijual.di.Pasar.Gelap, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://icity.indosat.com/t5/Apple-iOS/Perbandingan-harga-iPhone-5s-di-Indonesia-dan-Amerika/td-p/126897, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://www.techinsights.com/apple-iphone-5s/, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://www.the-marketeers.com/archives/berkembangnya-masyarakat-digital-baru-di-indonesia.html, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://bisnis.liputan6.com/read/2055669/ct-tantang-samsung-realisasikan-pembangunan-pabrik-di-ri, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://www.tabloidpulsa.co.id/news/10457-apple-selidiki-tuduhan-pelanggaran-hak-buruh-di-china, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2051084/susahnya-mendepak-singtel-di-telkomsel#.U7n2HvmSy1U, diakses 1/7/2014 Jam 21.00

Referensi

Dokumen terkait

Akibat apa yang timbul dari peralihan status kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

Dana bantuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 digunakan oleh PIHAK KEDUA untuk menyelenggarakan Kegiatan Penguatan Program Pendidikan Keluarga bagi Lembaga Masyarakat sesuai

Yusuf (2003:95) menyatakan, pendekatan multisensori mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan dapat belajar dengan baik apabila materi pengajaran disajikan

Perusahaan menyediakan produk untuk dinikmati oleh berbagai kalangan yang ingin menikmati makanan berbahan dasar pasta, karena Spaghetti Sosis (SpaSis) dapat dinikmati baik anak

Meskipun ibu-ibu mengakui literasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan berupaya dengan maksimal untuk menyesuaikan antara pemasukan dan pengeluaraan tetapi

• Guru membalas dan bersikap gongshou , ”Terima kasih kembali, Wei de dong Tian , anak-anak.” • Peserta didik membalas salam dengan bersikap. yi , ” Xian You Yi De

internet/jaringan komputer di masyarakat, maka pembuatan Sistem pendataan pasien di rumah sakit berbasis website diharapkan dapat memudahkan masyarakat umum dalam

Analisis inferensi yang melibatkan analisis ujian korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan di antara dua atau lebih faktor pemboleh ubah tidak bersandar yang