• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Islam Nusantara. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Perkembangan Islam Nusantara. pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Islam di Nusantara serta peninggalan-peninggalannya.

1.2. Standar Kompetensi

Memahami Perkembangan masyarakat, dan pemerintahan pada masa islam 1.3. Indikator

• Melacak masuk dan berkembangnya agama Islam ke Indonesia. • Mendeskripsikan saluransaluran Islamisasi di Indonesia.

• Mendiskrepsikan cara yang digunakan oleh pedagang dan para Wali (ulama) dalam proses awal perkembangan agama Islam di indonesia.

1.4. Tujuan Pembelajaran

• Memahami perkembangan agama islam di Indonesia

(2)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bukti kronologis masuknya Islam ke Nusantara

Masuknya agama Islam ke Nusantara belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa pendapat tentang kapan masuknya agama Islam ke Nusantara berdasarkan temuan-temuan atau bukti-bukti sejarah.

Beberapa sumber informasi tentang awal masuknya agama Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :

1. Abad ke -7 Masehi

Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi adalah sebagai berikut :

a. Berita Cina Zaman Dinasti Tang yang menerangkan bahwa pada tahun 674 M, orang-orang Arab telah menetap di Kanton. Groeneveldt berpendapat bahwa pada waktu yang sama kelompok orang Arab yang beragama Islam mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera. Perkampungan tersebut namanya Barus/Fansur.

b.Pada waktu Sriwijaya mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para pedagang Muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa orang di Sumatera telah memasuki Islam.

c Pada tahun 674 M, Raja Ta-Shih mengirim duta ke kerajaan Holing untuk membuktikan keadilan, kejujuran dan ketegaran Ratu Sima.

2. Abad ke -13 Masehi

Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M adalah sebagai berikut :

(3)

b.Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297 M

c.Berita Ibnu Batutah dari India. Dalam perjalanannya ke Cina, Ibnu Batutah singgah di Samudra Pasai pada tahun 1345 M. Ia menceritakan bahwa Raja Samudra Pasai giat menyebarkan Agama Islam.

3. Abad ke -15 Masehi

Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-15 M adalah sebagai berikut :

a. Catatan Ma-Huan seorang Musafir Cina Islam, memberitakan bahwa pada abad ke-15 M sebagian besar masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.

b.Pemakaman muslim kuno di Troloyo dan Trowulan. Makam yang berangka tahun 1457 M membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

c.Makam salah seorang Wali Songo di daerah Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama Malik Ibrahim (Bangsa Persia) yang wafat pada tahun 1419 M.

d.Suma Oriental dari Tome Pires, catatan musafir Portugal ini memberitakan mengenai penyebaran agama Islam. antara tahun 1512 M sampai tahun 1515 M di Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai sampai Kepulauan Maluku.

2.2. Golongan pembawa Islam di Nusantara

Adanya interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang tinggi, memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang memperkenalkan Agama Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah, wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat tiga teori yang memberikan jawaban tentang

permasalahan waktu masuknya Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.

Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :

(4)

c. Islam datang dari Persia (teori Persia) . 1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Dasar teori ini adalah :

a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M dipantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.

b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu di Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.

c. Raja-raja samudra Pasai menggunakan gelar Al-Maliki yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Mekah ini adalah Buya Hamka, Alwi Shihab, Ahmad Mansur Suryanegara, Fazlur Rahman, Crawford, Niemann, De Holander. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi sebelumnya yaitu abad ke-7 M dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

2. Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat )

(5)

3. Islam datang dari Persia (teori Persia)

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan penduduk Persia. Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam) atas meninggalnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi

sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa ”Leren”. Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat Kampung Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.

Pendukung teori Persia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said, J.C. Van Leur, M. Dahlan Mansur dan Haji Abu Bakar Aceh.

2.3.Peran penyebaran Islam di Nusantara

Proses persebaran pengaruh Islam di Nusantara berjalan dengan lancar. Hal itu terbukti dari wilayah persebaran yang luas, mencakup hampir seluruh kepulauan Nusantara.

Penyebabnya antara lain sebagai tersebut :

1. Agama Islam yang menyebar di Nusantara disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.

2. Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.

3. Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan Agama lainnyaa.

4. Faktor politik ikut memperlancar penyebaran Agama Islam di Nusantara, yaitu keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Budha dan Hindu di Nusantara.

5. Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat

(6)

Indonesia tidak terlepas dari : 1. Peranan para pedagang. 2. Peranan para ulama/Wali 1. Peranan Pedagang

Awal penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para pedagang. Para pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai pedagang dan ulama (orang yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu, selain menjalankan profesi berdagang mereka juga menyebarkan Agama Islam. Mereka amat giat memperkenalkan nilai-nilai Islam ke seluruh penduduk. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Melalui hubungan yang saling terbuka diantara raja, bangsawan, pedagang dan masyarakat setempat maka terjadilah perubahan sosial baik secara vertikal maupun horizontal.

Perubahan sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang memperoleh keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut memiliki kekayaan yang cukup banyak sehingga mampu meningkatkan status sosialnya. Menurut perjalanan Tome Pires yang mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun 1514 terdapat pedagang Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan. Oleh karena itu para pedagang di pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat dan disegani oleh penguasa Majapahit. Islam dan dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan pada zaman ramainya perdagangan di perairan Nusantara abad ke-12 – ke-17.

2. Peranan Ulama/Wali

Selain para pedagang peran ulama dan Wali sangat besar dalam percepatan proses penyebaran Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui langgar, surau/madrasah. Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak. Para ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali Sanga atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati.

(7)

Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.

Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).

Islam selain berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di pulau lainnya di Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa ulama besar, seperti; Datori Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara), Tuan Tunggang ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak (Banjarmasin dan Kalimantan Selatan).

2.4. Pemerintahan Pada Masa Islam

1. Perkembangan Kerajaan Islam di Nusantara 1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhokseumawe (sekarang pantai timur Aceh). Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara dan berdiri pada abad ke- 13 M. Wilayahnya strategis karena menghadap Selat Malaka.

Awal berdirinya kerajaan Samudra Pasai diketahui dari batu nisan makam raja Malik al-Saleh yang wafat tahun 1297 M. Diperkirakan bahwa Sultan Malik al-Saleh (1290-1297) merupakan pendiri dan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Setelah Malik al-Saleh wafat, kerajaan Samudra Pasai dilanjutkan oleh Sultan Muhammad Malik al-Taher (1297 – 1326 M), Sultan Ahmad dan Sultan Zainal Abidin.

(8)

2. Kerajaan Aceh

Pendiri kerajaan ini ialah Ali Mughayat Syah (1513-1528 M). Pada masa pemerintahannya, Aceh menyatukan kerajaan-kerajaan disekitarnya, seperti Kesultanan Samudra Pasai, Perlak, Lamuri, Benua Tamiang dan Indera Jaya. Raja berikutnya Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1568 M). Dalam masa kekuasaannya, Aceh terus berusaha mengusir Portugis yang berkeinginan menguasai wilayahnya dan menyerang Johor yang bersekutu dengan Portugis. Usaha membangun kebesaran Aceh lainnya adalah menjalin hubungan dengan Turki, Persia, India dan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

Kerajaan Aceh mencapai kejayaannya dibawah Pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada masa kekuasaanya, wilayah Aceh semakin luas yaitu dari pesisir barat samudra sampai Bengkulu, pesisir timur Sumatera sampai Siale, Johar, Pahang dan Pattani.

Sultan Iskandar Muda kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M). Pada masa kekuasaannya, ia lebih memperhatikan pengembangan dalam negeri ketimbang politik ekspansi, berkembangnya studi Islam masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani karena didukung oleh kehadiran Nuruddin ar Raniri (seorang ahli tasawuf yang berasal dari Gujarat, India. Nuruddin ar Raniri pernah singgah di Aceh sekitar tahun 1637 – 1644 M. Nuruddin ar Raniri banyak menulis buku tasawuf. Hasil karyanya yang terkenal adalah Bustanus Salatin yang berisi sejarah Aceh). Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran.

3. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Pendirinya ialah Raden Fatah (1478 – 1518 M). Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas dan membentang di pesisir utara Jawa, bekas Kerajaan Majapahit.

Setelah sebagian besar wilayah Jawa dikuasainya, Kerajaan Demak melakukan ekspansi ke luar Jawa. Caranya, dengan menyerang Malaka yang sudah jatuh ketangan

(9)

Pada masa pemerintahannya, Demak berusaha membendung masuknya Portugis ke Jawa. Setelah Sultan Trenggono wafat, Demak mengalami kemunduran yang disebabkan adanya perebutan kekuasaan dan kelemahan sistem pemerintahan di Kerajaan Demak. Kerajaan Demak memiliki peranan besar sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Demak pun membangun masjid yang menggunakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Islam. Masjid yang dimaksud adalah Masjid Raya Demak dan Masjid Raya Kudus.

4. Kerajaaan Mataram Islam

Pendiri Kerajaan Mataram ialah Kyai Ageng Pamanahan. Setelah meninggal tahun 1575 M, Pamanahan digantikan oleh anaknya bernama Sutawijaya. Pada masa pemerintahan Sutawijaya, wilayah kekuasaan Mataram meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon dan sebagian Priangan.

Sutawijaya kemudian digantikan Mas Jolang (1511-1613 M). Pada masa pemerintahan Mas Jolang, Mataram Islam tidak mampu memperluas wilayahnya karena disibukkan dengan usaha mengatasi para pemberontak.

Pengganti Mas Jolang ialah Raden Rangsang (1613-1645 M) yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Cita-cita perjuangan kedua pendahulunya tetap dilanjutkan sejak

tahun 1614 M, Sultan Agung mulai bergerak menaklukkan kembali daerah di pesisir utara Jawa. Balatentara Mataram berhasil menaklukkan Lumajang, Pasuruan, Kediri, Tuban, Pajang, Lasem, Madura, Surabaya dan Sukadana (Kalimantan). Sedangkan di daerah pedalaman yang tidak mau tunduk kepada kerajaan Mataram Islam, yaitu Madura, Ponorogo, Blora dan Bojonegoro. Setelah Surabaya jatuh hampir seluruh Jawa dikuasainya hanya tinggal Cirebon, Banten dan Batavia yang belum dikuasai. Pada tahun 1628 M dan 1629 M Mataram menyerang Batavia, namun tidak berhasil karena kurangnya persiapan logistik. Sultan Agung adalah seorang organisator, ahli politik, ahli filsafat dan ahli sastra. Berikut ini adalah hasil karya Sultan Agung, yaitu :

a.Tahun 1833 M, Sultan Agung menciptakan Tarikh Jawa Islam yang dimulai 1 Muharam 1043 H.

(10)

c. Membuat buku undang-undang hukum pidana dan perdata yang diberi nama ”surya alam”.

5. Kerajaan Cirebon

Awalnya Cirebon merupakan bagian dari kerajaan Pajajaran. Pada abad ke- 16, Cirebon berkembang menjadi pelabuhan yang ramai dan pusat perdagangan di pantai Jawa Barat bagian utara. Setelah jumlah pedagang semakin banyak dan proses Islamisasi

berkembang terus, Sunan Gunung Jati segera membentuk pemerintahan kerajaan Islam Cirebon.

Cirebon dan Demak memiliki hubungan dekat. Secara ekonomi, pelabuhan Banten dijadikan sebagai pelabuhan bagi perkembangan ekonomi Demak di wilayah Cirebon, sebelum pelabuhan ini berdiri sendiri sebagai kerajaan. Adapun secara politik dan budaya, hubungannya terjadi melalui perkawinan. Pada tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati menikahi saudara perempuan raja Demak. Dari perkawinan tersebut, Sunan Gunung Jati memperoleh anak bernama Hasanuddin yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Banten, setelah Demak merebut Banten dari penguasa Pajajaran. Adapun Sunan Gunung Jati, setelah meletakkan dasar-dasar pemerintahan kesultanan Banten segera membentuk pemerintahan di Cirebon pada tahun 1552 M. Masih ada perbedaan pendapat mengenai apakah Sunan Gunung Jati dengan Fatahillah sama orangnya atau berbeda ? Selama ini terdapat dua versi mengenai tokoh tersebut. Versi pertama dikemukakan oleh sejarawan Hoesien Djajadiningrat (1913) yang merujuk pada sumber-sumber yang dikemukakan oleh catatan sejarah bangsa Portugis dan sumber-sumber lainnya mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati ialah sama dengan Fatahillah, Falatehan, Tagaril, atau Syarif Hidayatullah. Versi kedua dikemukakan oleh sejarawan Atja (1972) dan Edi S. Ekadjati (2000) mengatakan bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati ialah dua orang yang berbeda, walaupun keduanya ialah sama-sama tokoh penyebar Islam di Cirebon. Versi kedua ini didukung oleh Babad Cirebon dan naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.

2.5. Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia, antara lain dalam bentuk masjid, keraton, nisan, kaligrafi, dan karya sastra.

(11)

Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa masjid adalah seperti berikut: Masjid Demak

Masjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Islam Demak. Masjid ini didirikan para wali pada masa pemerintahan Raden Patah. Bentuk atap bangunan masjid ini seperti meru. Contohnya wntilan di Bali dan joglo di Jawa. Meskipun masjid ini telah mengalami pemugaran, tetapi tidak mengubah baangunan dan bentuk aslinya. Masjid ini terletak di tengah kota Demak sekarang dan masih dalam keadaan utuh, sehingga masih dapat dipergunakan sebagai pusat ibadah.

Masjid Indrapura Aceh

Masjid ini di bangun pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Aceh. Dilihat dari bentuk atapnya, seni arsiteknya merupakan hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan Hindu di Sumatera.Masjid di Aceh. Masjid ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Aceh. Bentuk atapnya bersusun dan menyerupai pura Hindu. Kenyataan ini memeberikan gambaran bahwa Islam disebarkan dengan cara damai yaitu dengan memadukan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat.

Masjid Sunan Ampel

Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Ampel terletak di Ampeldhenta, Surabaya. Di sinilah Sunan Ampel memberikan pendidikan agama kepada para santrinya.

Masjid Kudus

Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Kudus. Bangunan menara dan pagar masjid ini menyerupai bangunan candi Hindu. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul bentuk menara yang menyerupai candi Hindu ini. Ada pendapat yang mengatakan, bangunan ini dikerjakan oleh arsitek Islam yang sebelumnya telah menguasai arsitek bangunan Hindu. Ahli kebudayaan memandang, baangunan tersebut sebagai hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya dan dengan sengaja dibentuk semacam itu. Tahun pembuatan Masjid Kudus ini kemudian ditetapkan sebagai “Hari jadi kota Kudus”.

2. Keraton

Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa keraton adalah seperti berikut ini.

(12)

Keraton ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Banten. Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Faletehan setelah memisahkan diri dari Demak abad ke-16. Peninggalan ini masih dapat kita saksikan, karena masih dalam keadaan utuh.

Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan ini pecah menjadi dua, yaitu kasepuhan dan Kanoman. Keraton Kasepuhan ini juga masih dapat dilihat, karena bangunannya masih berdiri tegar.

3. Makam

Peninggalan sejarah Islam yang berupa makam adalah seperti berikut: Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Maulaana Malik Ibrahim adalah wali pertama di Jawa dan berasal dari negara asing. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Maulana Malik Ibrahim. Ada yang berpendapat dari Persia, sehingga mendapat sebutan “Maulana Maghribi” yang berarti “Ulama dari Barat”. Pendapat lain menyebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari daerah Maghribi Maroko, Afrika Utara.Makam Maulana Malik Ibrahim yang berciri khas Islam ini berpahatkan huruf Arab dapat dijumpai di daerah Gresik. Jawa Timur.

Makam Islam di Tallo

Makam ini merupakan peninggalan sejarah Islam di Makasar dan diperkirakan dibangun pada tahun 1616 M. Makam Islam ini sebagai bukti bahwa sejak awal abad 17 Islam telah berkembang di Tallo, Sulawesi Selatan.

Makam Sunan Bayat di Klaten

Bantuk gapura makam Sunan Bayat seperti bangunan candi Hindu, sehingga oleh masyarakat disebut Candi Bentar. Dari bangunan ini dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan Islam banyak berpadu dengan kebudayaan pra-Islam.

Nisan pasa Kuburan Raja Islam

Batu nisan ini memberikan ptunjuk bahwa raja-raja nusantara memeluk agama Islam sejak awal berkembangnya Islam di Indonesia.

(13)

Dalam pembahasan ini kami menggunakan metode pembelajan kontekstual dimana siswa diajak untuk melihat situs sejarah yang ada.

2.7. Media Pembelajaran

Dalam pembahasan ini kami menggunakan media pembelajaran visual dengan alat sebagai berikut : proyektor, laptop, spidol, white board.

2.8. Evaluasi

Instrument : Tes Uraian

1. Masuknya agama Islam di Indonesia diantaranya terjadi melalui ?

Referensi

Dokumen terkait

Menurut teori pertama (Gujarat), Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang Gujarat (India) yang beragama Islam pada sekitar abad ke-13 Md. Teori kedua (Persia)

Peta masuknya islam di indonesia... Teori-teori masuknya islam di

dibawa pedagang-pedagang Arab sejak abad pertama hijriyah. Fokus pandangan teori ini tentang masuknya agama Islam ke Nusantara berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah,

Masuknya Islam ke Indonesia didukung oleh beberapa teori dan diambil kesimpulan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M dan mulai berkembang pada abad ke 13 M.. Teori masuknya

Pada permulaan abad ke -17 Islam telah merata di hampir seluruh wilayah nusantara dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam nusantara, kerajaan-kerajan tersebut adalah

Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam

Tempat yang digunakan untuk berdakwah oleh para ulama saat menyebarkan Islam di Nusantara pada masa awalnya masuknya Islam ke Nusantara adalah ..... di bawah

Pada abad ke-19, pemikiran pembaruan Islam di Mesir memengaruhi Indonesia, memunculkan kebangkitan intelektual dalam Islam, seperti yang terlihat dalam organisasi Islam seperti