• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang diciptakan sebagai makhluk hidup yang memiliki akal dan

pikiran, tentu saja berbeda dengan makhluk hidup lain yang tidak memiliki akal

dan pikiran. Sebagai makhluk hidup manusia menggunakan akal dan pikirannya

dalam bertindak, hal ini berbeda dengan makhluk hidup lainnya seperti binatang

yang menggunakan naluri dalam setiap tindakannya.

Manusia pada umumnya ingin mempertahankan hidupnya. Salah satu hal

yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan hidupnya adalah makanan.

Makanan merupakan sumber energi yang diperlukan tubuh dalam proses

pertumbuhan seseorang. Selain itu makanan yang mengandung karbohidrat,

lemak, protein, mineral, vitamin, serta air dapat menguatkan tubuh sehingga tidak

mudah terserang penyakit. Agar menjadi sumber energi bagi tubuh tentunya

bahan-bahan dasar makanan diolah terlebih dahulu menjadi jenis makanan yang

bervariasi.

Proses pengolahan bahan makanan menjadi jenis makanan yang bervariasi

dapat dilakukan secara tradisional maupun modern. Secara tradisional dapat

ditemukan pada industri rumah tangga yang masih banyak menggunakan tenaga

manusia, sedangkan secara modern cenderung menggunakan tenaga mesin

ketimbang tenaga manusia Penggunaan teknologi mesin tersebut tentunya

(2)

Sri Redjeki Hartanto, juga menegaskan dalam bukunya Penegakan Hukum

tentang Tanggung Gugat Produsen dalam Perwujudan Perlindungan Konsumen

bahwa:

“seiring perkembangan dan dinamika perubahan yang terjadi disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lahirlah nuasa baru dalam pembangunan perekonomian nasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya dapat mendukung suksesnya dunia usaha menuju pembangunan nasional Indonesia yang mandiri kuat dan maju. Wujud dari perkembangan tersebut ditandai dengan beredarnya beribu-ribu barang yang dipasarkan secara bebas, baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri (import). Dampak positif yang dirasakan konsumen ialah kemudahan untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang dalam memenuhi kebutuhannya. Juga pemerintah dapat mendorong peningkatan devisa Negara dan perluasan lapangan kerja bagi warga negaranya. Di sisi lain tidak tertutup kemungkinan munculnya dampak negatif yang dirasakan konsumen dengan beredarnya produk yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dan keamanan konsumen”.1

Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya dampak negatif tersebut

di atas adalah semakin banyaknya produk makanan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan yang beredar di masyarakat. Konsumen tidak menyadari bahwa

produk-produk tersebut mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi tubuh. Produk

pangan tersebut dapat kita temukan pada jajanan sekolah seperti naget yang

mengandung pewarna tekstil, kerupuk yang mengandung boraks, harum manis

yang mengandung pemanis buatan dan pewarna tekstil, jajanan di pasar seperti

tahu yang mengandung methanyl yellow, makanan catering yang mengandung

pengawet atau formalin serta pada berbagai jenis makanan yang dijual pasar

modern atau swalayan yang dianggap bersih dan bebas dari berbagai zat

berbahaya. Produk tersebut seharusnya tidak layak dijual karena dapat

membahayakan konsumen terutama dalam masalah kesehatan.

1

(3)

Zat-zat seperti formalin, pewarna tekstil, methanyl yellow merupakan

sebagian dari contoh-contoh zat yang berbahaya apabila dicampur ke dalam

makanan. Penulis akan menjelaskan beberapa zat tersebut diatas sebagai berikut;

pertama, formalin. Sebenarnya formalin merupakan zat yang dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari dan tidak berbahaya apabila digunakan secara benar.

Fungsi formalin yang sebenarnya adalah sebagai anti bakteri, pembersih lantai,

kapal, gudang dan pakaian serta dapat juga sebagai pembasmi lalat maupun

berbagai jenis serangga lainnya. Formalin juga digunakan dalam beberapa bidang

industrri yakni, perikanan, sebagai pembasmi bakteri yang hidup di sisik ikan,

juga dalam dunia fotografi sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas, dalam

industri parfum sebagai bahan pembuat parfum juga pengawet produk kosmetika

serta di bidang industri kayu, digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu

lapis. Apabila digunakan dalam dosis yang sangat rendah maka formalin dapat

digunakan sebagai pembersih berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah

tangga, cairan pencuci piring, shampoo mobil, lilin dan karpet serta pelembut dan

perawat sepatu.

Formalin pada kenyataannya sering disalahgunakan yakni sebagai

pengawet makanan seperti mi basah, tahu, bakso, ikan asin, empek-empek dan

beberapa makanan lainnya. Penyalahgunaan zat tersebut sangat berbahaya bagi

tubuh dan tidak dapat ditoleransi meskipun dalam dosis sekecil apapun.

Kedua, pewarna tekstil. Pewarna tekstil sudah jelas merupakan bahan

pewarna pakaian dan kertas, namun beberapa oknum yang tidak bertanggung

jawab menggunakan pewarna tekstil dalam jenis makanan tertentu, seperti

(4)

dilakukan untuk menarik minat pembeli, dari makanan yang berwarna kurang

menarik menjadi berwarna mencolok. Penggunaan zat tersebut secara berlebihan

dan terus-menerus akan membahayakan konsumen. Ada dua jenis pewarna tekstil

yang disalahgunakan sebagai pewarna makanan yakni methanyl yellow dan

rhodamin B.

Methanyl yellow merupakan pewarna tekstil dan dapat juga digunakan

sebagai cat. Bentuknya serbuk dan berwarna kuning kecoklatan. Pengggunaan

dalam makanan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tumor dalam

berbagai jaringan hati, kandung kemih dan saluran pencernaan atau jaringan kulit.

Sedangkan Rhodamin B merupaka zat pewarna untuk kertas dan tekstil yang

berbentuk serbuk kristal dan tidak berbau serta berwarna merah keunguan.

Penggunaan zat ini dalam jumlah yang sedikit tetapi pada jangka waktu yang lama

ke dalam makanan dapat menyebabkan gangguan fungsi hati maupun kanker.

Akan tetapi apabila digunakan dalam waktu singkat namun dalam dosis yang

besar maka akan menyebabkan gejala akut keracunan bagi yang

mengkonsumsinya. Pengetahuan yang luas serta informasi yang memadai bagi

konsumen sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk tersebut

diatas.

Posisi konsumen yang lemah dihadapan pelaku usaha dapat disebabkan

karena kurangnya informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen

tersebut tentang jenis makanan yang mengandung zat berbahaya. Hal ini membuat

praktek perdagangan yang tidak jujur juga semakin marak terjadi dan

melemahkan kedudukan konsumen. Praktek perdagangan tidak jujur ( Unfair

(5)

tahap penjualan bahkan sampai tahap purnajual. Keadaan seperti ini tentunya akan

merugikan konsumen.

Perlindungan konsumen juga diakui secara internasional sebagaimana

tercermin dalam Resolusi majelis umum PBB No A./Res/39/248 Tahun 1985

tentang Guidelines for Consumer Protetion. “ Di dalam Guidelines for Consumer

Protection (bagian II tentang prinsip-prinsip umum) dinyatakan hal-hal apa saja

yang dimaksud dengan kepentingan konsumen (Legitimate Needs) itu:

1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya.

2. Promosi dan perlindungan dari kepentingan sosial ekonomi konsumen.

3. Tersediannya informasi yang memadai bagi konsumen untuk

memberikan mereka kemampuan melakukan pilihan yang tepat sesuai

kehendak dan kebutuhan pribadi.

4. Pendidikan konsumen.

5. Tersediannya upaya ganti rugi yang efektif.

6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi

lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi

tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut kepentiingan mereka.”2

Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah di atas antara lain dengan

membentuk suatu lembaga yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

yang salah satu tugasnya adalah untuk mengatasi agar makanan yang mengandung

zat berbahaya tidak beredar dimasyarakat. Badan POM memiliki jaringan

2

(6)

Nasional dan Internasional serta memiliki kewenangan dalam penegakan hukum

dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi dalam melakukan pengawasan

dan peredaran obat dan makanan yang efektif dan efisien yang mampu

mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termasuk untuk melindungi

keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik didalam maupun diluar

negeri.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah berkali-kali

melakukan pemeriksaan di pasar-pasar tradisional maupun modern dan masih

banyak saja ditemukan zat-zat berbahaya pada makanan. Dari hasil pengambilan

sampel rutin yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

beberapa tahun terakhir, ada empat jenis bahan berbahaya yang sering

disalahgunakan dalam makanan, yakni formalin dan boraks.

1. “Formalin

a. Tahu

Tahu biasanya dicampur dengan Formalin, memiliki ciri tidak mudah

rusak sampai tiga hari dan mampu bertahan sampai 15 hari pada suhuu

lemari es, dari segi fisik tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat.

b. Ikan

Jika mengandung formalin maka ikan tidak rusak hingga tiga hari pada

suhu kamar, warna ingsangnya merah tua tidak cemerlang berwarna merah

segar dan daginya berwarna putih.

c. IkanAsin

Ikan asin yang mengandung formalin bercirikan tidak mudah rusak hingga

(7)

memiliki bau khas seperti ikan asin dan tidak dihinggapi oleh lalat pada

area yang banyak lalatnya (berlalat).

d. Ayam

Ayam yang mengandung formalin sifatnya tidak mudah rusak lebih dari

dua hari pada suhu kamar dan teksturnya sangat kencang dan jika daging

diberikan kepada kucing maka kucing tidak mau memakannya, bau

formalin lebih kental daripada bau ayammnya.Tidak ada salahnya untuk

teliti sebelum membeli, karena kewaspadaan merupakan unsur mutlak

menjaga badan Anda dari asupan makanan yang merugikan bagi diri

Anda.

2. Boraks

a. bakso

Jika mengandung Boraks maka tekstur bakso sangat kenyal, warna tidak

kecokelatan seperti penggunaan daging namun cenderung keputihan. Jika

mengandung formalin tekturnya sangat kenyal dan tidak rusak lebih dari

dua hari pada suhu kamar (25o derajat Celcius).

b. Miebasah

Jika mengandung Boraks tekstur mie lebih mengkilat, kenyal, tidak

lengket dan tidak mudah putus. Jika mengandung Formalin bercirikan

tidak mudah rusak dalam jangka waktu dua hari pada suhu kamar, dan

bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es 10 derajat celcius. Tidak

lengket dan lebih mengkilap dari mie biasa.

(8)

Biasanya jajanan ini mengandung Boraks, dengan bercirikan teksturnya

sangat kenyal, berasa tajam seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar

dan memberi rasa getir.

d. Kerupuk

Panganan yang mudah ditemui ini diduga mengandung Boraks dengan ciri

teksturnya renyah dan menimbulkan rasa getir pada lidah.” 3

Selain data dari Badan POM di atas, menurut sumber lain, terdapat juga

zat berbahaya yang terkandung dalam makanan antara lain ;

1. “Rhodamin B

Penyalahgunaan rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan

untuk beberapa jenis pangan, seperti kerupuk, terasi, dan jajanan yang

berwarna merah terang.

2. Methanyl

Penyalahgunaan pewarna kuning metanil untuk pewarna makanan

telah ditemukan antara lain pada mie, kerupuk dan jajanan lain yang

berwarna kuning mencolok dan berpandar.” 4

Tindakan para produsen tersebut juga sangat bertentangan dengan UU

Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, karena memproduksi makanan atau

minuman yang tidak memenuhi standar mutu yang baik sehingga menyebabkan

kerugian bagi pihak konsumen. Hal ini tercantum dalam pasal 24, pasal 25, pasal

27 dan pasal 28 yang dirumuskan sebagai berikut ;

‐“Pasal 24 :

(1) Pemerintah menetapkan standar mutu pangan;

(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, pemerintah dapat memberlakukan dan mewajibkan pemenuhan standar mutu pangan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

‐ Pasal 25 :

3

http://www.nonblok.com/style/seks-a-kesehatan/item/1856-kenali-8-jenis-makanan-yangmengandung-zat-berbahaya, diakses pada hari Sabtu, tanggal 24 Januari 2017. Jam 20.45 WIB

4

(9)

(1) Pemerintak menetapkan persyaratan sertifikasi mutu pangan yang diperdagangkan

(2) Persyaratan sertifikasi mutu pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterapkan secara bertahap berdasarkan jenis pangan dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.

‐ Pasal 27 :

(1) Pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang gizi bagi perbaikan status gizi masyarakat;

(2) untuk meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan, pemerintah dapat menetapkan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan;

(3) dalam terjadi kekurangan dan atau penurunan status gizi masyarakat, Pemerintah dapat menetapkan persyaratan bagi perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu yang diedarkan;

(4) setiap orang yang memproduksi pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), wajib memenuhi persyaratan tentang gizi yang ditetapkan.

‐ Pasal 28 :

(1) setiap orang yang memproduksi pangan olahan tertentu untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan tata cara pengolahan pangan yang dapat menghambat proses penurunan atau kehilangan kandungan gizi bahan baku pangan yang digunakan;

(2) pangan olahan tertentu serta tata cara pengolahan pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh pemerintah.”

Aturan dalam pasal-pasal tersebut, seharusnya masalah-masalah yang

berkaitan dengan beredarnya berbagai jenis makanan yang mengandung zat

berbahaya jarang atau bahkan tidak kita temukan, namun faktanya masih banyak

beredar bahan-bahan serta produk makanan atau minuman yang mengandung zat

yang membahayakan tubuh. Hal ini manunjukan betapa kurangnya kesadaran dari

semua pihak, baik produsen, konsumen dan terlebih pemerintah dalam bidang

ekonomi terlebih tentang masalah tersebut diatas. Oleh karena itu, saya sebagai

penulis, menganggap hal ini sangat menarik untuk dibahas dan dikaji untuk dapat

digunakan baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang panjang.

B. Permasalahan

Adapun permasalah-permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah

(10)

1.Bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap makanan yang

mengandung zat berbahaya menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen ?

2.Bagaiman Pengawasan BPOM terhadap makanan yang mengandung

zat berbahaya?

3.Bagaimanakah penyelesaian sengketa akibat makanan mengandung zat

berbahaya ?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini, berkaitan dengan permasalahan yang

telah dirumuskan sebelumnya, maka penulisan ini mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan konsumen terhadap makanan

yang mengandung zat berbahaya menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

2. Untuk mengetahui bagaimana BPOM mengawasi terhadap makanan

yang mengandung zat berbahaya.

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa penyakibat makanan

mengandung zat berbahaya.

D.Manfaat Penulisan

Dari pembahasan skripsi ini, diharapkan juga dapat memberikan manfaat

antara lain :

(11)

Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah ini dapat memberikan

pemahaman dan pandangan-pandangan baru mengenai perlindungan

konsumen terhadap pada makanan yang mengandung zat berbahayaserta

dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pembaca

mengenai bagaimana makanan yang baik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, pembahasan permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat

bermanfaat bagi penulis dan masyarakat. Selain itu juga dapat

memberikan sumbangan yuridis yang berkaitan dengan pelaksanaan

perlindungan konsumen yang dilakukan oleh BPOM.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta

dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalah-permasalahan yang

timbul di dalam gejala yang bersangkutan5.

Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu

penilitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang

hendak dicapai sebelumnya. Metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman,

tentang cara-cara seorang mempelajari, menganalisa dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.6

5

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hal.43

6

(12)

1. Jenis Penelitian

Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini,

digunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan

yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan

menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoretis yang menyangkut

asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan,

pandangan, doktrin hukum dan sistem yang berkaitan. Jenis pendekatan ini

menekankan pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang

berkaitan dengan objek yang dipergunakan untuk memecahkan masalah

penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian

dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di

lapangan.7

Metode yuridis empiris dalam penulisan skripsi ini, yaitu dari hasil

pengumpulan dan penemuan data informasi melalui studi pada BPOM Kota

Medan. Metode penilitan yuridis empiris dilakukan dengan wawancara

kepada pegawai dari BPOM Kota Medan.

2. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah deskriptif

analisis yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa

semua permasalahan yang ada hubungan dengan aspek hukum terhadap

perlindungan konsumen terhadap makanan yang mengandung zat

berbahaya

7

(13)

3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Metode yang digunakan adalah dengan cara memperoleh data-data

dari buku-buku, serta bentuk karya tulis lainnya seperti jurnal-jurnal yang

berkaitan dengan judul skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (field research)

Dengan melakukan penilitian langsung ke lapangan untuk

mengetahui bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap makanan

yang mengandung zat berbahaya menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, apakah fungsi dan peran BPOM terhadap

makanan yang mengandung zat berbahaya dan bagaimanakah

penyelesaian sengketa penyakibat makanan mengandung zat berbahaya.

Penelitian lapangan sendiri dilakukan pada BPOM Kota Medan,yang

dilakukan sebagai berikut :

1)Studi dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis

bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam perlindungan konsumen.

2) Wawancara

Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan teknik dan

pedoman wawancara, dimana yang menjadi narasumber dalam wawancara

(14)

3. Sumber Data

Secara umum di dalam penelitian hukum biasanya sumber data

dibedakan atas :

a.Data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat, misalnya

melakukan penelitian di lapangan.8Dalam hal ini penulis dapat

memperoleh data primer dari BPOM Kota Medan.

b. Data sekunder

Data yang tidak diperoleh dari sumber pertama, melainkan data

yang diperoleh dari bahan pustaka. Misalnya: data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku

harian, surat kabar, makalah dan lain sebagainya.9 Di dalam penulisan

penelitian ini, data sekunder yang digunakan berupa :

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

kaidah dasar. Bahan hukum primer yang digunakan dalam

penilitian ini, yaitu Undang Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

2) Badan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer melalui hasil penelitian

hukum, hasil karangan ilmiah dari kalangan hukum, dan artikel

baik dari media cetak ataupun media massa yang berkaitan dengan

8

Soerjono Soekanto, Opcit, hal.51

9

(15)

pokok bahasan.10 Buku, artikel, jurnal, hasil penelitian digunakan sebagai bahan hukum sekunder dalam penelitian ini.

3) Bahan hukum tersier

Bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan

primer dan bahan hukum sekunder yang digunakan. Yaitu kamus,

surat kabar, majalah, internet serta bahan lainnya yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini.

5. Analisa Data

Analisa data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan

dalam setiap penelitian. Dalam tahap ini harus dilakukan pemilahan

data-data yang telah diperoleh. Penganalisisan data-data pada hakikatnya merupakan

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk

memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.11

Data pada skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis data kuali-

tatif adalah proses kegiatan yang meliputi, mencatat, mengorganisasikan,

mengelompokkan dan mensintesiskan data. Selanjutnya memaknai setiap

kategori data, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan

memaparkan temuan-temuan dalam bentuk deskriptif naratif yang bisa

dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Analisis data kualitatif

merupakan metode untuk mendapatkan data yang mendalam dari suatu data

yang mengandung makna dan dilakukan pada objek yang alamiah12.

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.13

11

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.251-251

12

(16)

F. Keaslihan penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul : Perlindungan Konsumen Terhadap

Makanan yang Mengandung Zat Berbahaya Ditinjau Dari Undang Undang

Perlindungan Konsumen ( Studi di BPOM ) yang diajukan ini dalam rangka

memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Penulisan skripsi mengenai perlindungan konsumen terhadap

makanankaladuarsa telah ada yang membahas sebelumnya, akan tetapi kemudian

tertarik untuk membahas mengenai perlindungan konsumen terhadap zat makanan

yang berbahaya.

Proses pengajuan skripsi ini, harus mendaftarkan judul skripsi ke

perpustakaan Fakultas Hukum USU dan dinyatakan telah diperiksa dengan

pernyataan tidak ada judul yang sama. Dengan demikian, bahwa skripsi yang

berjudul “Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan yang Mengandung Zat

Berbahaya Ditinjau Dari Undang Undang Perlindungan Konsumen ( Studi di

BPOM )” adalah tulisan asli penulis dan belum pernah dibahas sebelumnya di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi yang mirip adalah :

Liza Apriani Sari Nasution, TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS BEREDARNYA MAKANAN

KADALUWARSA, 2011.

Substansi permasalahan :

1. Bagaimana pengaturan mengenai perlindungan konsumen atas beredarnya

makanan kadaluwarsa serta permasalahan yang dihadapi konsumen dalam

(17)

2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen makanan kadaluwarsa serta pembinaan dan pengawasan pemerintah dan instansi

yang terkait terhadap beredarnya makanan kadaluwarsa ?

3. Bagaimanakah pertanggung jawaban pelaku usaha atas beredarnya

makanan kadaluwarsa dan mekanisme penyelesaian sengketa konsumen

yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran ?

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

menyusun serta mempermudah untuk memahami isi dari skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab

dibagi atas beberapa sub bab, urutan bab di dalam skripsi ini disusun

secara sistematis dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Uraian singkat atas bab dan sub-sub bab adalah sebagai berikut :

BAB I Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah yang menjadi

dasar dari penulisan. Lalu berdasarkan latar belakang

masalah tersebut, dibuatlah suatu perumusan masalah dan

tujuan serta manfaat dari penulisan skripsi ini. Pada bab ini

juga menerangkan tentang keaslian penulisan, metode

penelitian yang digunakan serta sistematika dari penulisan

skripsi.

BAB II Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa tinjauan umum

(18)

diuraikan juga ke dalam beberapa sub bab, diantaranya sub

bab mengenai pengertian konsumen dan hukum pelindungan

konsumen, pengaturan perlindangan konsumen di Indonesia,

asas- asas konsumen dan hak dan kewajiban konsumen.

BAB III Pada bab ini akan dibahas mengenai Badan Pengawasan Obat

dan Makanan, dimana di dalam bab ini diuraikan mengenai

latar belakang terbentuknya Badan Pengawasan Obat dan

Makanan, visi dan misi Badan Pengawasan Obat dan

Makanan, Kedudukan, Tugas Wewenang Badan Pengawasan

Obat dan Makanan.

BAB IV Pada bab ini diuraikan mengenai perlindungan konsumen

terhadap makanan yang mengadung zat berbahaya menurut

UU. No. 8 Tahun 1999, Pengawasan Badan Pengawasan

Obat dan Makanan Terhadap Kelayakan Makanan. bahaya

makanan yang mengandung zat berbahaya serta penyelesaian

sengketa akibat makanan mengandung zat berbahaya.

BAB V Bab ini merupakan bab penutup, dimana pada bab kelima ini

akan diuraikan tentang kesimpulan terhadap skripsi ini dan

saran-saran terhadap perlindungan konsumen terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Ia merupakan sebuah sistem tulisan dimana mengandungi konsonan – vowel yang ditulis sebagai satu unit: setiap unit itu adalah berdasarkan kepada huruf kosonan,

Manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan wisata di Danau Linting: (bisa lebih dari satu)b. Kondisi jalan

Pengamatan keragaan fenotipik kambing yang dipelihara oleh kelompok Cahaya Purnama Desa Tembeling adalah untuk mengetahui tingkat keragaman ternak kambing pada kelompok

Permasalahan yang terjadi adalah belum optimalnya proses produksi teh celup single chamber sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan pendekatan lean manufacturing untuk

It was concluded that happiness is a state of the perceived positive individuals based on his/her judgement to their life satisfaction, which marked by positive feelings

Apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan keinginan konsumen maka kualitas pelayanan tersebut dapat dikatakan baik.. Apabila jasa yang diterima melebihi

ABSTRAKSI: Penelitian ini menjelaskan perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki peranan penting dalam

Hasil ini menunjukan hubungan yang signifikan dengan arah korelasi negatif dan interpretasi kuat yang berarti individu yang memiliki kontrol nyeri yang baik akan