• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI HOTEL KELAS MELATI ( STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI HOTEL KELAS MELATI ( STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR )."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI

HOTEL KELAS MELATI

(STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR)

FERANIKA ANGGASARI JAYANTI

NIM. 1216051032

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA

KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI

HOTEL KELAS MELATI

(STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR)

Skirpsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

FERANIKA ANGGASARI JAYANTI

NIM. 1216051032

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 27 JANUARI 2016

Pembimbing I

Dr. I MADE UDIANA, SH.,MH

NIP. 195509251986101001

Pembimbing II

(4)

PADA TANGGAL 24 MARET 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0253/UN14.4E/IV/PP/2016. Tanggal 03 Maret 2016

Ketua : Dr. I Made Udiana, SH.,MH . ( )

NIP : 195509251986101001

Sekertaris : I Made Pujawan, SH.,MH. ( )

NIP : 195304101986031001

Anggota : 1. Dr. I Made Sarjana, SH.,MH. ( )

NIP : 196112311986011001

2. I Nyoman Darmadha, SH.,MH. ( )

NIP : 195412311981031033

3. I Nyoman Mudana, SH., MH. ( )

(5)

Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi atau plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis berseda menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Dengan Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa

ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 27 Januari 2016

Yang menyatakan

Feranika Anggasari Jayanti

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-nyalah skripsi yang

berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA

PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI HOTEL KELAS MELATI

(STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR) ”dapat diselesaikan dengan

baik.

Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, serta sebagai salah satu

perwujudan tanggung jawab untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

yang lebih khususnya tentang ilmu hukum.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak lepas dari

bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengaturkan

terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Wairocana, SH.,MH., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana dan para pembantu Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

2. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Udayana;

3. Bapak A. A. Gede Oka Parwata, SH.,MSI., Ketua Program Ekstensi

(7)

5. Bapak Dr. I Made Udiana, SH.,MH., Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan memberikan

pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

6. Bapak I Made Pujawan, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan membekali ilmu

pengetahuan selama awal perkuliahan hingga skripsi ini diselesaikan;

8. Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini;

9. Staff dan Pemilik Hotel jayagiri yang sudah bersedia membantu proses

penyelesaian skripsi ini;

10.Bapak, Ibu, Kakak, serta semua anggota keluarga yang telah banyak

membantu serta memberi semangat, dorongan dan doa sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan;

11.Ni Putu Inten Pertiwi Sanjiwani, SE, kakak yang sudah memberikan

motivasi, dukungan, semangat dan membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

12.I Gede Made Widia Sastra Nayaka, teman yang selalu menemani,

(8)

13.Dyan, Della, Muti, Citra, Galang, Bagus, Theo, Dede, Gita, Anggun,

Dayu, Sukma, Ratih, Napriza, Gung Ratna, dan sahabat-sahabat yang telah

memberikan bantuan dan semangat hingga skripsi ini bisa terselesaikan;

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberikan masukan serta dorongan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah

pengetahuan bagi pembaca. Akhirnya, kritik dan saran sangat diharapkan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 27 Januari 2016

(9)

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

ABSTRACT ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 7

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan Umum ... 8

1.5.2 Tujuan Khusus ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat Praktis ... 9

(10)

1.8 Metode Penelitian ... 23

1.8.1 Jenis Penelitian ... 23

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 24

1.8.3 Sumber Data ... 24

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ... 26

BAB II.TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA ... 27

2.1 Pengertian Tentang Tenaga Kerja ... 27

2.2 Macam-macam Tenaga Kerja ... 28

2.3 Perjanjian Kerja ... 31

2.3.1 Pengertian Perjanjian Kerja... 31

2.3.2 Syarat-Syarat Perjanjian Kerja ... 34

2.3.3 Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja ... 37

2.4 Hubungan Kerja ... 39

2.4.2 Pengertian Hubungan Kerja ... 39

2.4.3 Unsur-Unsur Hubungan Kerja ... 41

BAB III. PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR ... 45

(11)

pada malam hari di Hotel Jayagiri Denpasar ... 46

BAB IV. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR ... 52

4.1 Hambatan dalam Perlindungan Hukum pada Tenaga Kerja perempuan pada malam hari di Hotel Jayagiri Denpasar ... 52

4.2 Upaya yang ditempuh dalam mengatasi Hambatan Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja perempuan pada malam hari di Hotel Jayagiri Denpasar ... 54

BAB V. PENUTUP ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

DAFTAR RESPONDEN

(12)

ABSTRACT

In Law number 13 year 2003 on employment, it is set legal protection. legal protection is set up like, protection of wages, social security, working facilities, labor protection against disability, child labor, and women workers. In order to create legal protection to improve the welfare and protection for workers at

Melati class hotels in this Hotel Jayagiri Denpasar with an important role in

supporting the tourism sector which is more advanced, so the importance of knowing how to form, implementation and obstacles found in the hotel. This research is important because legal protection for workers covered by Regulation Legislation.

The method used is the juridical empirical legal research methods. The source of the data in the study of primary data derived from those obtained directly from field research in the form of descriptions of the parties involved in this study, while secondary data derived from the research literature through legislation, literature, books and official documents.

From these results it can be concluded that the legal safeguards that have been implemented are women worker must be aged 18 (eighteen) years, time off or leave, wages for workers, overtime pay, home to the workforce, maintaining decency and safety in the workplace and provide facilities P3K. Barriers faced as not providing nutritious foods and beverages for women workers, workers lack of discipline in terms of time so that it can lead to loss of the employers. From these results it can be concluded that the legal protection of the labor provided by the Hotel Jayagiri Denpasar not been fully implemented in accordance with Law

number 13 year 2003 on employment, the legal protection provided by the Hotel

JayagiriDenpasar still hampered by several obstacles cause of legal protection is not accomplished in accordance with the Law number 13 year 2003 on employment.

(13)

Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, sudah diatur perlindungan hukum. perlindungan hukum yang diatur seperti, perlindungan upah, jaminan sosial, fasilitas kerja, perlindungan terhadap tenaga kerja cacat, tenaga kerja anak, dan tenaga kerja perempuan. Dalam rangka menciptakan perlindungan hukum untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan untuk tenaga kerja di Hotel kelas Melati dalam hal ini Hotel Jayagiri Denpasar yang mempunyai peranan penting dalam menunjang sektor pariwisata yang semakin maju, sehingga pentingnya mengetahui bagaimana bentuk, pelaksanaan dan hambatan yang terdapat dalam hotel tersebut. Penelitian ini penting dilakukan dikarenakan perlindungan hukum bagi tenaga kerja dilindungi oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum yuridis empiris. Adapun sumber data dalam penelitian yaitu data primer berasal dari yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini sedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum yang sudah dilaksanakan adalah pekerja perempuan harus berumur delapan belas tahun, waktu istirahat atau cuti, upah bagi pekerja, uang lembur, tempat tinggal bagi tenaga kerja, menjaga kesusilaan dan keamanan ditempat kerja dan memberikan fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Hambatan yang dihadapi seperti tidak menyediakan makanan dan minuman bergizi bagi pekerja perempuan, kurang disiplinnya pekerja dalam segi waktu sehingga dapat menyebabkan kerugian dari pihak pengusaha. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh pihak Hotel Jayagiri belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak Hotel Jayagiri masih terkendala oleh beberapa hambatan menyebabkan perlindungan hukum tidak terlaksana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi suatu

negara terutama pada suatu negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan nasional di segala

bidang, pembangunan ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik

dan kesejahteraan bagi masyarakat indonesia sehingga hasil dari pembangunan ini

akan di dinikmati oleh masyarakat. Pembangunan nasional merupakan semua

kegiatan yang dilakukan agar tercapainya pembaharuan kearah yang lebih baik,

dan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan ini

bergantung terhadap Tenaga Kerja karena Tenaga Kerja memegang peranan

penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan tersebut.

Tenaga kerja diperlukan untuk pembangunan ketenagakerjaan dalam

meningkatkan kualitas masyarakat indonesia. Kesejahteraan lahir dan batin secara

adil dan merata untuk tenaga kerja berupa perlindungan keselamatan pekerja

menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam melaksanakan pembangunan

nasional. Perlu kiranya suatu sarana perlindungan pemeliharaan dan

pengembangan terhadap kesejahteraan, terutama bagi mereka yang sedang

mencari pekerjaan dan setelah berakhirnya hubungan kerja.1

1

(15)

Secara umum perlindungan seperti menjamin setiap hak yang dimiliki oleh

tenaga kerja ditegaskan dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyebutkan, bahwa tiap-tiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan yang

layak bagi kemanusiaan, dan kesamaan untuk mendapatkan kesempatan serta

perlakuan tanpa adanya diskriminasi untuk mencapai kesejahteraan tenaga kerja

itu sendiri maupun keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan dunia

usaha.

Suatu pekerjaan pada kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang

beraneka ragam sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup seseorang perlu

bekerja, baik bekerja dengan membuat usaha sendiri ataupun bekerja kepada

orang lain. Bekerja kepada orang lain dapat dilakukan dengan bekerja kepada

negara yang selanjutnya disebut sebagai pegawai ataupun bekerja kepada orang

lain (swasta) yang disebut sebagai buruh atau pekerja dengan bekerja mereka

mendapat upah untuk biaya hidup. Karena bagaimanapun juga upah merupakan

sarana untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja ataupun pegawai.2

2

Astri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,Hal 107.

Untuk melaksanakan perlindungan terhadap tenaga kerja, pemerintah telah

menetapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

sebagai pembaruan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja yang dinilai sudah tidak

(16)

3

Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan menjelaskan pengertian tenaga kerja, tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja

meliputi pegawai negeri, pekerja formal, pekerja informal dan orang yang belum

bekerja atau pengangguran.

Pekerja mempunyai kebutuhan sosial (sandang, pangan, kesehatan,

perumahan, ketentraman) sehingga menimbulkan kecendrungan majikan memiliki

wewenang penuh kepada pekerja/buruh baik dari segi upah dan jam kerjanya.

Suatu pekerja tidak hanya mempunyai nilai ekonomi saja, tetapi juga harus

mempunyai nilai kelayakan bagi manusia yang tinggi.3 Suatu pekerjaan baru

memenuhi semua itu bila keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pelaksananya

adalah terjamin.4

Konsep mengenai perlindungan hukum belum memiliki batasan-batasan yang

diakui secara keilmuan. Selaras dengan hal itu, Harjono berpendapat bahwa para

pengkaji hukum belum secara komprehensif mengembangkan konsep

perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum.5

3

Darwan Prinst, 2004, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Badung, Hal 52

4 Ibid. 5

Harjono, 2008, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Hal.373.

Banyak tulisan-tulisan

(17)

tesis, maupun disertasi yang mempunyai tema pokok bahasan tentang

perlindungan hukum.6

Namun tidak secara spesifik mendasarkan pada konsep-konsep dasar

keilmuan hukum secara cukup dalam mengembangkan konsep perlindungan

hukum.7

1 Perlindungan upah.

Bahkan dalam banyak bahan pustaka, makna dan batasan-batasan

mengenai perlindungan hukum sulit ditemukan, hal ini mungkin didasari

pemikiran bahwa orang telah dianggap tahu secara umum apa yang dimaksud

dengan perlindungan hukum sehingga tidak diperlukan lagi sebuah konsep

tentang apa yang dimaksud perlindungan hukum. Di dalam Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, sudah diatur perlindungan

hukum. perlindungan hukum yang diatur seperti :

2 Keselamatan dan kesehatan kerja.

3 Fasilitas kerja.

4 Perlakuan yang sesuai dengan hakekat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

Maka dilihat dari perlindungan diatas, pekerja laki-laki tidak mendapatkan

perlindungan yang sama dengan pekerja perempuan.

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan dan ketentuan pokok dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa menjalankan Undang-Undang dan

6 Ibid. 7

(18)

5

peraturan pelaksanaannya tidak boleh ada suatu diskriminasi antara perempuan

dan laki-laki sehingga bila ada permasalahan perburuhan tidak diperbolehkan

adanya diskriminasi.

Jaminan sosial bagi para buruh atau pekerja meliputi hal-hal sebagai berikut

diantaranya mencakup tentang jaminan sosial itu sendiri, kesehatan dan

keselamatan dan keamanan kerja.8

Hotel Jayagiri diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang berada di daerah

denpasar agar membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan secara

otomatis dapat memajukan perekonomian mereka.

Jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat

bermanfaat untuk tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan yang masih

dibawah upah minimum.

Jaminan sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang

diperbarui oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional. Sehingga dengan adanya perlindungan tersebut diharapkan

tenaga kerja dapat menerima rasa aman dan akan lebih fokus.

Hotel Jayagiri merupakan hotel kelas dua melati di Denpasar, yang bergerak

di bidang pariwisata, beralamat di jalan imambonjol No. 341xx dan letaknya

sangat dekat dengan jalan raya. Hotel Jayagiri memiliki 12 tenaga kerja yang

bekerja dan memiliki shift kerja, shift terbagi menjadi tiga, yaitu: pagi hari dari

jam 08.00 sampai pukul 16.00 wita, siang hari dari jam 16.00 sampai jam 23.00

wita, dan malam hari dari 23.00 sampai 08.00 wita.

8

(19)

Dalam rangka menciptakan perlindungan hukum untuk meningkatkan

kesejahteraan dan perlindungan untuk tenaga kerja di Hotel kelas Melati dalam

hal ini Hotel Jayagiri yang mempunyai peranan penting dalam menunjang sektor

pariwisata yang semakin maju, sehingga pentingnya mengetahui bagaimana

bentuk, pelaksanaan dan hambatan yang terdapat dalam hotel tersebut.

Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuliskan hasilnya

dalam karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA MALAM HARI DI

HOTEL KELAS MELATI (STUDI DI HOTEL JAYAGIRI DENPASAR).

1.2Rumusan Masalah

Dari apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, sehingga

dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan di

dalam tulisan ini. permasalahan-permasalahan tersebut apabila dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja

perempuan yang bekerja pada malam hari di Hotel JayagiriDenpasar?

2. Apakah Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan

hukum terhadap tenaga kerja kerja perempuan yang bekerja pada malam

(20)

7

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam penyusunan skripsi maka perlu kiranya ditentukan secara tegas

batasan materi yang akan diuraikan dalam tulisan tersebut. Hal ini tentunya untuk

mencegah agar materi atau isi uraiannya tidak menyimpang dari pokok

permasalahan yang terurai di dalam tulisan tersebut, sehingga permasalahannya

dapat diuraikan secara sistematis sebagai syarat atau ciri karangan ilmiah.

Maka permasalahan yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah yaitu

mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita pada malam hari dan

dibahas juga mengenai hambatan yang dihadapi dalam perwujudan perlindungan

hukum terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hotel

JayagiriDenpasar.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Perlindungan

Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita Pada Malam Hari Di Hotel Kelas Melati

(Studi Di Hotel Jayagiri Denpasar) adalah sepenuhnya hasil dari pemikiran dan

tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 2 (dua) skripsi

sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian

ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1 Perlindungan

(21)

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian lainnya terdapat dalam

perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita di Hotel Jayagiri Denpasar

yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

1.5Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum

- Untuk melatih diri menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

Mertha Suci Bangli di bangli?

2. Hambatan-Hambatan apa

2 Usaha Perlindungan Kerja Terhadap terhadap pekerja pada PT

Agung Automall Cabang Gianyar berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 Jo. PP No. 14 Tahun 1993 ? 2. Apakah Hambatan yang

dihadapi dalam perlindungan kerja terhadap pekerja pada PT

(22)

9

- Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi Khususnya di

dalam bidang penelitian.

- Untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum.

1.5.2 Tujuan khusus

- Untuk memahami perlindungan hukum yang diterima oleh tenaga

kerja perempuan yang bekerja pada malam hari di Hotel Jayagiri

Denpasar.

- Untuk memahami hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan yang bekerja

pada malam hari di Hotel JayagiriDenpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat membantu perkembangan, memberikan wawasan bagi

pembaca dan penulis tentang bagaimana perlindungan hukum bagi tenaga kerja

perempuan pada malam hari dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan

perlindungan hukum di Hotel Jayagiri Denpasar dalam pelaksanaannya serta

merta sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan.

1.6.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dengan melakukan penelitian ini dapat menjadi masukan

(23)

kerja perempuan pada malam hari dengan melalui pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam membahas permasalahan diatas secara lebih dalam maka akan

diuraikan beberapa teori dan landasan yang bertujuan untuk menunjang

pembahasan permasalahan.

Dalam pembangunan nasional yang semakin berkembang di indonesia,

Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya jaminan hidup

yang pasti untuk didapatkannya, dan peningkatan kualitas tenaga kerja serta

perlindungan terhadap tenaga kerja harus disesuaikan dengan harkat dan martabat

manusia.9

Perlindungan untuk tenaga kerja atau pekerja merupakan hal yang mendasar

sebab hal tersebut menyangkut jiwa manusia. Di indonesia perlindungan terhadap

tenaga kerja wajib dilaksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang

memperkerjakan seseorang untuk bekerja pada usaha tersebut.Perlindungan

adalah sebagai tempat berlindung, perbuatan melindungi, pertolongan dan

penjagaan.

10

Adapun definisi hukum menurut Satjipto Rahardjo, karya manusia berupa

norma-norma yang berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku.

11

9

Abdul Khakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal ix.

10

Poerwadarminta, 1999, Kamus Hukum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 464.

11

Chainur Arrasjid, 2004, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 26.

(24)

11

merupakan penerimaan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya

masyarakat dibina dan kemana harus diarahkan, oleh karena itu pertama-tama

hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat tempat

hukum itu diciptakan, ide-ide tersebut mengenai keadilan.12

a. Menurut Dr. A. Hamzah, tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja

didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam

proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Terdapat beberapa

definisi mengenai tenaga kerja menurut para ahli, yaitu:

b. Menurut Eeng Ahman dan Epi Indirani, tenaga kerja adalah seluruh jumlah

penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada

permintaan kerja.

c. Menurut ALAM. S, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun

keatas untuk negara-negara berkembang seperti indonesia. Sedangkan di

negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berurmur antara 15

hingga 64 tahun.

d. Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono, tenaga kerja adalah penduduk

yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari

pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan

mengurus rumah tangga.

(25)

e. Menurut Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph, tenaga kerja

merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,

namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara. 13

Sedangkan menurut DR Payaman Siamanjuntak dalam bukunya Pengantar

Ekonomi Sumber Daya Manusia tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau

sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan

lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.14 Secara praksis pengertian

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas

umur.15

Yang dimaksud dengan pekerja adalah adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.16

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja menurut Imam Soepomo adalah

penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak bagi

kemanusiaan, salah satu bentuk perlindungan hukum yaitu norma kerja yang

meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang berhubungan dengan waktu Seorang pekerja pasti

memiliki hubungan kerja dengan setiap perusahaan yang mana dalam hubungan

kerja tersebut perusahaan diwajibkan untuk memberikan perlindungan hukum

terhadap tenaga kerjanya.

13

Rino Rinotos, 2014, “9 Pengertian Tenaga Kerja Menurut Para Ahli”,

diakses

tanggal 20 januari 2016 jam 11.52 wita. 14

Sendjun H Manululang, 1998, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Rineka Citra, Jakarta, hal 03

15Ibid.

16

(26)

13

kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kesusilaan ibadah menurut agama dan

keyakinan masing-masing.17

Beberapa ahli hukum banyak juga yang mengeluarkan pendapat mengenai

definisi dari perlindungan hukum itu sendiri, diantaranya:18

1. Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan

orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar

mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

2. Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum

adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap

hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan

ketentuan hukum dari kesewenangan.

3. Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai

kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal

dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan

perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang

mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

4. Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan

arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum

saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan

17

Imam Soepomo, 1968, Hukum Perburuhan Bagian Pertama Hubungan-Kerja, Bhayangkara, Jakarta, Hal 45

18

(27)

adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia

sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta

lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan

kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.

Secara umum perlindungan hukum bagi pekerja/buruh atau disebut juga

perlindungan kerja menurut Imam Soepomo, terbagi menjadi tiga macam, yaitu

sebagai berikut:

1 Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan

dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan

yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari baginya beserta

keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja

karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut dengan

jaminan sosial.

2 Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan

usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu

mengenyam dan mengembangkan prikehidupannya sebagai manusia

pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga;

atau yang biasa disebut kesehatan kerja.

3 Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan

dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang

(28)

15

bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan. Perlindungan jenis ini

disebut dengan keselamatan kerja.19

Perlindungan hukum merupakan hal yang sangat penting bagi pekerja karena

untuk menjaga tenaga kerja/pekerja/buruh agar terhindar dari marabahaya yang

menyebabkan terhentinya arus penghasilan bagi kelangsungan hidup dari

tenagakerja/pekerja/buruh tersebut.

Perlindungan hukum dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntunan

atau dengan jalan meningkatkan penegakan hak-hak asasi manusia, perlindungan

fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam

lingkungan kerja itu. Dengan demikian perindungan hukum ini mencakup :

b. Norma keselamatan kerja, yang meliputi: keselamatan kerja yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja, bahan dan proses pengerjaanya,

keadaan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan.

c. Norma keselamatan kerja dan Heigiene kesehatan perusahaan, yang

meliputi: pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja,

dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja

yang sakit. Serta mengatur persediaan tempat, cara, dan syarat kerja yang

memenuhi heigiene kesehatan perusahaan dan kesehatan pekerja untuk

mencegah penyakit, baik sebagai akibat kerja atau penyakit umum serta

menempatkan syarat kesehatan bagi perumahan pekerja.

19

(29)

d. Norma kerja, yang meliputi: perlindungan terhadap pekerja yang bertalian

dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat cuti, kerja anak, kerja

wanita, kesusilaan, ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing

yang dianut pekerja dan yang diakui olehpemerintah, kewajiban sosial

kemasyarakatan, dan sebagainya guna memelihara kegairahan dan moril

kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan

yang sesuai dengan martabat manusia dan moral.

e. Kepada pekerja yang mendapatkan kecelakaan kerja dan/atau menderita

penyakit umum akibat pekerjaan berhak atas ganti rugi perawatan dan

rehabilitasi akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan ahli

warisnya berhak mendapa tkan ganti kerugian. 20

Perlindungan Hukum adalah segala daya upaya yang dilakukan secara sadar

oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup

sesuai dengan hakhak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor. 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Pasal 1 angka 2 menjelaskan, Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

20

(30)

17

Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan tersebut menyempurnakan pengertian tenaga kerja

dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok

Ketenagakerjaan yang memberi pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan baik dalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.21

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

swasta maupun nnegara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

Selain tenaga kerja terdapat juga pengertian tentang pekerja/buruh, hal ini

tercantum dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yang berbunyi pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Dalam konsep-konsep hukum dapat kita lihat pada Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 menjelaskan, pekerja

atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

dalam bentuk lain. Sedangkan pengertian perusahaan dalam Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dijelaskan dalam Pasal 1 angka

6 yaitu:

21

(31)

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain.22

Upaya peningkatan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dapat

memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan

produktivitas tenaga kerja. Perlindungan hukum yang sudah diatur dalam

Undang-Undang 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu:

• Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja penyandang cacat terdapat pada:

Pasal 67

(1) Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. (2) Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja anak terdapat pada:

Pasal 68

Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

Pasal 69

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.

(2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan:

a. izin tertulis dari orang tua atau wali;

b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;

d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; e. keselamatan dan kesehatan kerja;

f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan

g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, b, f, dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.

22

(32)

19

Pasal 70

(1) Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

(2) Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat belas) tahun.

(3) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat:

a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan

b. diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 71

(1) Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. (2) Pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

wajib memenuhi syarat:

a.di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b.waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan

c.kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah.

(3) Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk mengembangkan bakat dan minat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 72

Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.

Pasal 73

Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

Pasal 74

(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.

(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a.segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

b.segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

c.segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau;

d.semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

(33)

Pasal 75

(1) Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang bekerja di luar hubungan kerja.

(2) Upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

• Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan terdapat pada:

Pasal 76

(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

(2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib:

a.memberikan makanan dan minuman bergizi; dan

b.menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri.

Mengenai perlindungan hukum yang terdapat pada Pasal 86 ayat 1

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu :

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Moral dan kesusilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.23

(34)

21

Keselamatan dan kesehatan kerja disini seperti keselamatan kerja dalam

segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air

maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik

Indonesia. Sedangkan kesehatan kerja merupakan pemeliharaan serta peningkatan

dalam upaya keselamatan pekerja, penyediaan di bidang perawatan medis untuk

para pekerja, dan penetapan standar mengenai kesehatan kerja.

Untuk mensejahterakan tenaga kerja diberikan jaminan sosial untuk tenaga

kerja, jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu perlindungan untuk tenaga

kerja dalam suatu bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian upah

yang hilang atau berkurang serta pelayanan apabila terjadi peristiwa atau keadaan

yang dialami oleh tenaga kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional pada Pasal 1 angka 1 menjelaskan, jaminan sosial adalah salah

satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jenis-jenis jaminan sosial

meliputi:

1 Jaminan kesehatan

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

menjelaskan mengenai pengertian jaminan kesehatan yaitu jaminan berupa

perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

(35)

kepada setiap orang yang telah membanyar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah.

2 Jaminan kecelakaan kerja

Jaminan Kecelakaan Kerja diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Jaminan Kematian, dalam pasal 1 angka 1 disebutkan pengertian Jaminan

Kecelakaan Kerja adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan

kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau

penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

3 Jaminan hari tua

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Hari Tua menjelaskan mengenai pengertian jaminan hari tua

(selanjutnya disebut JHT) adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus

pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat

total tetap.

4 Jaminan pensiun

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Program Pensiun menjelaskan pengertian mengenai jaminan pensiun adalah

jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang

layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah

peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal

(36)

23

memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi

peserta/pekerja yang meningal dunia.

5 Jaminan kematian

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian menjelaskan

pengertian mengenai jaminan kematian (selanjutnya disebut JKM) adalah manfaat

uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meningal dunia bukan

akibat kecelakaan kerja.

1.8 Metode Penelitian

Sebagaimana diketahui dalam penulisan suatu karya ilmiah, salah satu

komponen penentu sebagai syarat adalah metode penelitian. Adapun yang

dimaksud dengan metode penelitian adalah mengamati secara langsung atau

menyelidiki dari dekat kelapangan dalam arti membanding bandingkan antara

teori dan prakteknya.24

1.8.1 Jenis penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris,

dimana permasalahan dikaji dengan melakukan pendekatan langsung pada Hotel

Jayagiri Denpasar kemudian dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan

yang berdasarkan suatu kajian normatif dengan mengkaji suatu produk hukum

berdasarkan teori-teori serta asas-asas hukum secara langsung, agar memperoleh

24

(37)

kebenaran materiil guna mendapatkan penyempurnaan skripsi ini. Pendekatan

empiris (hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das sein), karena dalam

penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari lapangan. 25

1.8.2 Jenis pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fakta dan pendekatan

perundang-undangan. Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan

penelitian berupa data-data dan wawancara langsung pada suatu instansi atau

lembaga yang menjadi obyek penelitian dalam hal ini adalah Hotel Jayagiri

Denpasar. Sedangkan dalam metode pendekatan perundang-undangan peneliti

perlu memahami unsur-unsur dalam peraturan perundang-undangan yang

diperuntukan sebagai dasar dalam menganalisis penelitian hukum ini.

1.8.3 Sumber data

Data yang diteliti dalam skripsi ini yaitu :

1. Data Primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat

sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan atau field

research, dilakukan baik melalui wawancara atau interview.26

25

Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke 4, Sinar Grafika, Jakarta, h. 31-32

26

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, H. 6

Sehingga data yang diperoleh dengan melakukan penelitian pada

(38)

25

2. Data Sekunder adalah “data yang terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan tersier. Bahan hukum premier yang

bersumber dari peraturan perundang-undangan dan dokumen hukum,

bahan hukum sekunder yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum

dan tulisan-tulisan lainnya dan bahan hukum tersier yaitu data yang

terdiri dari kamus-kamus baik bahasa inggris maupun bahasa

indonesia, merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder”.27

1.8.4 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam menyusun skripsi

ini adalah terhadap data primer dengan cara memperoleh data yang berkaitan

dengan pokok pembahasan dari informan yang dipandang mengerti dan

menggunakan teknik studi dokumen dan teknik wawancara dengan megajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden maupun informan yang telah

dipersiapkan sebelumnya tetapi dapat dilakukan variasi-variasi pertanyaan

disesuaikan dengan situasi ketika melakukan wawancara. hal ini bertujuan untuk

mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di Hotel Jayagiri

Denpasar.

27

(39)

1.8.5 Teknik pengelolaan dan Analisis data

Pengelolaan data adalah kegiatan merapikan data hasil dari pengumpulan

data sehingga siap dipakai untuk dianalisa.28

28

Bambang Waluyo, Op.cit, Hal 72.

Setelah data diperoleh melalui

penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan maka data tersebut diolah

secara kualitatif berdasarkan fakta yang ada untuk memperoleh jawaban atas

permasalahan dalam skripsi ini. Landasan teori bermanfaat sebagai pemandu agar

(40)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA

DAN HUBUNGAN KERJA

2.1 Pengertian Tentang Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

Tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan yang memberi pengetian tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik dalam maupun diluar

hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.29 Yang telah disempurnakan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

atau jasa baik memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 30

Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan diatas sejalan dengan pengertian tenaga kerja menurut

konsep ketenagakerjaan pada umumnya sebagaimana ditulis oleh Payaman J.

Simanjuntak (1985; 2) bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower adalah

mencangkup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari

29

Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, Cetakan 5, Rajawali Pers, Hal 27.

(41)

kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah

tangga.31

Suatu pekerjaan Pada kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang

beraneka ragam sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup seseorang

perlu bekerja, baik bekerja dengan membuat usaha sendiri ataupun bekerja

kepada orang lain. Bekerja kepada orang lain dapat dilakukan dengan bekerja

kepada negara yang selanjutnya disebut sebagai pegawai ataupun bekerja kepada

orang lain (swasta) yang disebut sebagai buruh atau pekerja dengan bekerja

mereka mendapat upah untuk biaya hidup. Karena bagaimanapun juga upah

merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja ataupun

pegawai.

Tenaga kerja yang telah melakukan kerja baik bekerja membuka usaha untuk

diri sendiri maupun bekerja dalam suatu hubungan kerja atau dibawah perintah

seseorang yang memberi kerja (seperti perseroan, pengusaha maupun badan

hukum) serta atas jasanya bekerja yang bersangkutan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain ini disebut pekerja (bagian dari tenaga kerja).

32

2.2 Macam-macam Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibagi menjadi empat macam yaitu : tenaga kerja tetap, tenaga

kerja harian lepas, tenaga kerja borongan, dan tenaga kerja kontrak. Pengertian

dari setiap tenaga kerja di atas yaitu :

31

Ibid. Hal 28. 32

(42)

29

Tenaga kerja tetap (permanent employee) yaitu pekerja yang memiliki

perjanjian kerja dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak tertentu

(permanent). Tenaga kerja tetap, menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

252/PMK.03/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas

Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Peribadi,

ditambahkan menjadi sebagai berikut : Pegawai tetap adalah pegawai yang

menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,

termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara

teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta

pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu

sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan

tersebut.

Tenaga kerja tetap ini termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak

Tertentu (yang selanjutnya disebut PKWTT) karena PKWTT merupakan

perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya dan bersifat tetap. Sesuai dengan

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Tenaga kerja tetap akan dikenakan masa percobaan yaitu selama tiga bulan

sebelum diangkat menjadi tenaga kerja tetap oleh suatu perusahaan.

Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

PER-03/MEN/1994; menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Harian Lepas adalah tenaga

kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang

berubah-ubah dalam hal waktu maupun kontinyuitas pekerjaan dengan menerima

(43)

Contohnya seperti tenaga kerja yang bekerja sebaga tenaga kerja harian lepas

pada sebuah pabrik sandal. Tenaga kerja tersebut diberi gaji berdasarkan

kehadirannya setiap hari kerjanya maka ia tidak akan menerima upah. Maka

tenaga kerja harian lepas menerima upah sesuai dengan kehadirannya di tempat

kerjanya.

Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

PER-03/MEN/1994; menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Borongan adalah tenaga kerja

yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang

berubah-ubah dalam hal waktu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan

atau satuan hasil kerja. Contohnya seorang pekerja bangunan yang bekerja

dibawah pengawasan seorang mandor, para pekerja tersebut bekerja untuk

menyelesaikan sebuah bangunan, pekerja tersebut menerima upah seminggu

sekali dan hubungan kerja berakhir bila bangunan tersebut telah selesai dibangun.

Menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

PER-03/MEN/1994; menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Kontrak adalah tenaga kerja

yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan

menerima upah yang didasarkan atas kesepakatan untuk hubungan kerja untuk

waktu tertentu dan atau selesainya pekerjaan tertentu. Tenaga kerja kontrak

termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (yang selanjutnya

disebut PKWT) karena PKWT merupakan perjanjian kerja yang terdapat jangka

waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu ini sesuai dengan pasal 56 ayat (2)

(44)

31

PKWT harus dibuat secara tertulis dan harus menggunakan bahasa

indonesia, tidak dipersyaratkan untuk masa percobaan apabila PKWT ditetapkan

masa percobaan maka akan batal demi hukum, dan PKWT tidak dapat diadakan

untuk pekerjaan yang bersifat terus-menerus atau tidak terputus-putus. Perjanjian

ini akan berakhir apabila : pekerja meninggal dunia, berakhirnya jangka waktu

perjanjian kerja, adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan

lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, dan adanya keadaan atau kejadian tertentu yang

dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja, hal ini terdapat

dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

Contohnya seseorang yang dikontrak sebagai karyawan tidak tetap di PT Adi

Sakti pada jangka waktu tertentu. Tenaga kerja tersebut bekerja dan menerima

upah untuk jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja, apabila

masa kontrak tenaga kerja tersebut habis dan dari pihak perusahaan tidak

memperpanjang kontrak maka sejak kontrak tersebut habis tenaga kerja dan

perusahaan tersebut tidak lagi memiliki hubungan kerja.

2.3Perjanjian Kerja

2.3.1 Pengertian Perjanjian Kerja

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) yang berbunyi Perjanjian adalah

(45)

orang lain atau lebih. Dalam pengertian perjanjian menurut konsepsi Pasal 1313

KUHPerdata, hanya menyebutkan tentang pihak yang atau lebih mengikatkan

dirinya pada pihak lainnya, dan sama sekali tidak menentukan untuk tujuan apa

suatu perjanjian tersebut dibuat.

Perjanjian dapat pula diartikan sebagai hubungan antara seseorang yang

bertindak sebagai pekerja/buruh dengan seseorang yang bertindak sebagai

majikan.33 Dalam perjanjian dikenal asas kebebasan berkontrak, yang dimaksud

asas tersebut yaitu bahwa setiap orang boleh membuat perjanjian yang berisi

macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

ketertiban umum.34

Kalimat “dibawah perintah pihak lain” menyatakan bahwa adanya hubungan

antara pekerja dengan majikan yaitu hubungan antara bawahan dan atasan,

pengusaha memberikan perintah pada pekerja untu melakukan pekerjaan tertentu.

Wewenang untuk memerintah yang membedakan antara perjanjian kerja dengan

perjanjian lainnya. Menurut R. Imam Soepomo, perjanjian kerja adalah suatu

perjanjian dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan Pengertian perjanjian kerja pertama disebutkan dalam

ketentuan Pasal 1601 a KUH Perdata yang berbunyi Perjanjian kerja ialah suatu

perjanjian dimana pihak yang satu si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah

perintahnya pihak yang lain si majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan

pekerjaan dengan menerima upah.

33

Wiwoho Soedjono, 1991, Hukum Perjanjian Kerja, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 9 34

(46)

33

menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk

mengerjakan buruh itu dengan membayar upah.35

Menurut Subekti, perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang “buruh”

dengan seorang “majikan”, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri; adanya suatu

upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas

(bahasa Belanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan berdasarkan mana

pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus di

taati oleh pihak yang lain.36

Prinsip yang menonjol didalam perjanjian kerja adalah adanya keterkaitan

antara seorang buruh kepada orang lain (pengusaha) untuk bekerja di bawah

perintah dengan menerima upah.37

1. Seorang manusia atau badan hukum yang mendapat beban kewajiban

untuk sesuatu;

Didalam prinsip perjanjian kerja terdapat unsur

perjanjian kerja yang dapat dianggap sah dan konsekuensinya telah dianggap

sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, dalam setiap perjanjian

terdapat dua macam subyek perjanjian, yaitu:

2. Seorang manusia atau badan hukum yang mendapatkan hak atas

pelaksanaan kewajiban itu.38

35

Imam Soepomo, 1968, Hukum Perburuhan Bagian Pertama Hubungan-Kerja, Bhayangkara, Jakarta, Hal 75.

36

Subekti, 1977, Aneka Perjanjian, Cet. II, Alumni Bandung, Hal 63. 37

Halim, Ridwan dan Gultom, Sri Subiandini, 2001, Sari Hukum Tenaga Kerja (buruh) Aktual, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Hal. 12

(47)

Dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan disebutkan bahwa Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara

pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat

kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

2.3.2 Syarat-syarat Perjanjian Kerja

Sebelum kita membahas tentang syarat perjanjian kerja, kita lihat dulu syarat

sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang berbunyi : untuk sahnya

suatu perjanjian diperlukan empat syarat :

a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal;

Apabila perjanjian kerja yang dibuat itu bertentangan dengan ketentuan huruf

a dan b maka akibat hukumnya perjanjian kerja dapat dibatalkan, sedangkan

apabila bertentangan dengan ketentuan huruf c dan d maka akibat hukumnya

perjanjian batal demi hukum.

Penjelasan dari empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :

a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya

Kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang membuat perjanjian itu harus

bersepakat, harus setuju dan seia sekata mengenai hal-hal pokok yang di

(48)

35

penipuan (bedrog).39 Kata sepakat merupakan unsur utama dari keempat syarat

suatu perjanjian, menurut Imam Soepomo, bahwa perjanjian kerja harus

berdasarkan atas pernyataan kemauan yang disepakati kedua pihak.40

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Pada Pasal 1330 KUHPerdata, menyatakan bahwa orang-orang yang

dianggap tidak cakap untuk membuat perjanjan adalah :

1. Orang yang belum dewasa;

2. Mereka yang berada dibawah pengampunan;

3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang,dan pada umumnya semua orang kepada siapa telah melarang

membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang dewasa adalah orang yang telah

berumur 21 (dua puluh satu) tahun, atau yang berumur kurang dari 21 tahun tetapi

telah menikah. Sehingga dari ketentuan tersebut, mereka yang termasuk dalam

kriteria diatas tidak dapat membuat suatu perjanjian dan sebaliknya jika mereka

tidak termasuk didalam ketiga kriteria diatas maka mereka mempunyai hak untuk

membuat suatu perjanjian.

c. Suatu hal tertentu

Suatu perjanjian harus mempunyai obyek tertentu, menurut pasal 1333

KUHPerdata, suatu perjanjian harus dapat menentukan jenisnya baik mengenai

39

Imam Soepomo, 1989, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, Hal 22. 40

(49)

benda berwujud atau benda tidak berwujud.yang menjadi obyek sebuah perjanjian

harus di tentukan jenisnya atau suatu barang yang dikemudian hari bisa menjadi

suatu obyek dari sebuah perjanjian, hal ini terdapat dalam Pasal 1334 ayat (1)

KUHPerdata.

d. Suatu sebab yang halal

Dalam perjanjian kerja yang dimaksud dengan suatu sebab halal adalah

bahwa isi perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, moral,

adat istiadat, kesusilaan dan sebagainya, ketentuan ini terdapat dalam Pasal 1337

KUHPerdata. Syarat-syarat perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, hal ini dibedakan menjadi dua yaitu :

Pasal 52 yang berisikan syarat-syarat materil seperti kesepakatan antara kedua

belah pihak, kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya

pekerjaan yang diperjanjikan, dan pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan

dengan ketertiban. “Adanya pekerjaan yang diperjanjikan” maksudnya semua

orang bebas untuk melakukan suatu hubungan kerja apabila pekerjaannya jelas

yaitu pekerjaan.

Pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat dengan cara tertulis yang berisikan :

a) Nama, alamat, perusahaandan jenis usaha, b) nama, jenis kelamin, umur dan

alamat pekerjaan, c) jabatan atau jenis pekerjaan, d) tempat pekerjaan, e) besaran

upah dan cara pembayarannya, f) syarat-syarat kerja yang memuat hak dan

(50)

37

kerja, h) tempat dan tanggal perjanjian kerja yang dibuat, i) tanda tangan para

pihak dalam perjanjian kerja.

Jadi secara garis besar dapat disimpulkan syarat perjanjian kerja harus

mempunyai kesepakatan antara kedua belah pihak, iktikad yang baik yang

menjadi dasar dalam setiap perjanjian sehingga dapat menjadi cerminan

keseimbangan antara hak dan kewajiban, kedua belah pihak cakap melakukan

tindakan hukum (seusai dengan Pasal 1329 KUHPerdata), adanya pekerjaan yang

dijanjikan, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan

undang-undang.

2.3.3 Bentuk dan Jangka waktu Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis (Pasal 51

ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Secara

normatif perjanjian tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak,

sehingga jika terjadi perselisihan antara para pihak maka sangat membantu dalam

proses pembuktian.41

41

Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cetakan ke-12, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 66

Namun, tidak dapat dihindari bahwa masih banyak perusahaan-perusahaan

yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis karena

ketidakmampuan sumber daya manusia maupun karena kelaziman, sehingga

(51)

Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi

hubungan kerja yang dibatasi jangka waktu berlakunya dan waktu tidak tentu bagi

hubungan kerja yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya

pekerjaan tertentu.

Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu disebut dengan perjanjian

kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap, setatus pekerjanya yaitu pekerja

tidak tetap atau pekerja kontrak sedangkan untuk perjanjian kerja yang dibuat

untuk waktu tidak tentu biasanya disebut dengan perjanjian kerja tetap dan setatus

pekerjanya adalah pekerja tetap.

Dalam Pasal 1603 e ayat (1) KUHPerdata yang mengatur mengenai

perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Jelaslah bahwa yang dinamakan perjanjian

kerja untuk waktu tertentu dibagi pula menjadi tiga, yaitu:

a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

ditentukan menurut perjanjian,

b. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

ditentukan menurut undang-undang,

c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

ditentukan menurut kebiasaan.42

Selain itu, perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat

secara tertulis (Pasal 57 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan). Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga

42

(52)

39

hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja,

perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa

percobaan.

Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan

kesungguhan, kecakapan seorang calon pekerja. Lama masa percobaan adalah

3(tiga) bulan, dalam masa percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja

secara sepihak (tanpa izin dari pejabat yang berwenang).43

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

Dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu

hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau

kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:

b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu

lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

c. Pekerjaan yang bersifat musiman;

d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk terbaru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.44

2.4Hubungan Kerja

2.4.1 Pengertian Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh minimal

dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan.45

43

Ibid. Hal 40 44

Lalu Husni, op.cit, Hal 68.

(53)

Judiantoro, hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa

seseorang secara teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya

(pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati. 46

Tjepi F. Aloewir, mengemukakan bahwa pengertian hubungan kerja adalah

hubungan yang terjalin antara pengusaha dan pekerja yang timbul dari perjanjian

yang diadakan untuk jangka waktu tertentu maupun tidak tertentu.

47

Hubungan kerja menurut Imam Soepomo yaitu suatu hubungan antara

seorang buruh dan seorang majikan, dimana hubungan kerja itu terjadi setelah

adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Mereka terikat dalam suatu

perjanjian, di satu pihak pekerja/buruh bersedia bekerja dengan menerima upah

dan pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah.

Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan disebutkan bahwa Hubungan Kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai

unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

48

Selain itu Husni dalam asikin berpendapat bahwa hubungan kerja ialah

hubungan antara buruh dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu

perjanjian di mana pihak buruh mengikatkan dirinya pada pihak majikan untuk

45

Astri Wijayanti, Op.cit, Hal 36. 46

Hartono Judiantoro, 1992, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 10.

47

Tjepi F. Aloewic, 1996, Naskah Akademis Tentang Pemutusan Hubungan Kerja dan Penyelesaian Perselisihan Industrial, Cetakan ke-11, BPHN, Jakarta, hal. 32.

48

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini sudah berhasil melakukan implementasi dan pengujian dari sistem komunikasi Automatic Packet Reporting System (APRS) untuk mengirimkan pesan teks dari

Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antikanker umbi bit secara spesifik pada kanker payudara sehingga perlu dilakukan penelitian uji

Masukan atau inputan merupakan awal dari mulainya proses informasi. Bahan mentah dari informasi adalah data yang terjadi dari transaksi atau kegiatan yang

Disamping itu, tingginya curahan jam kerja untuk berburuh tani dapat dijadikan indikator bahwa sebagian petani menggarap lahan yang sempit, dibanding dengan ketersediaan tenaga

Tabel 1.3. Persistensi dari beberapa pestisida ... Kualitas Standart untuk Air Minum ... Nilai Spicific Yield beberapa Material Tanah ... Klasifikasi Tanah menurut Ukurannya.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah salah satu strategi dan taktik yang diprogramkan oleh suatu perguruan tinggi yang mempunyai calon lulusan tenaga kependidikan

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Fase B atau treatment diberikan setelah dilakukan pengukuran garis dasar sebanyak tiga kali.berdasarkan hasil pengukuran pada sesi treatment 1 (T1) menunjukkan skor 41 yang