• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pemberian Zeolit, Dolomit , Dan Batu Apung Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Gambut Yang Telah Dilindi Air Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Pemberian Zeolit, Dolomit , Dan Batu Apung Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Gambut Yang Telah Dilindi Air Laut"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMBERIAN ZEOLIT, DOLOMIT , DAN BATU APUNG

TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT YANG TELAH DILINDI AIR LAUT

SKRIPSI

Oleh :

WAN RISKI FAUZI 060303023 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN PEMBERIAN ZEOLIT, DOLOMIT , DAN BATU APUNG

TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT YANG TELAH DILINDI AIR LAUT

SKRIPSI

Oleh :

WAN RISKI FAUZI 060303023 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Kajian Pemberian Zeolit, Dolomit, dan Batu Apung Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Gambut Yang Telah Dilindi Air Laut

Nama : Wan Riski Fauzi

NIM : 060303023

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

( Ir.Sarifuddin, MP) (Kemala Sari Lubis, SP MP

(4)

ABSTRACT

The problems in peat soil such as siol acdity and bases exchangable. To overcome the problems therefore did the research at tap house by giving zeolite, dolomite, and pumice to repair chemical properties of peat soil. Treatmen factors is water leaching (A) considered A1 (fresh water), A2 (½ fresh water + ½ sea water), and A3 (sea water), then continuoued factors zeolite (Z), dolomite (D), and pumice (P) consider 2 levels (ton/ha peat) : K0 (0), Z1 (2), Z2 (4), D1 (2), D2 (4), P1 (2) dan P2 (4) with 2 replications.

Results of the research showed giving dolomite, very significantly influence soil pH and significantly influence on Mg-exchangable of soil. Giving sea water very significantly influence Electrical cunductivity, but all treatment not significanly influence on K-excngable, Na-exchangable, Ca-excngable, kation exchangable capacity, and base saturation.

(5)

ABSTRAK

Masalah pada tanah gambut antara lain tinginya kemasaman tanah dan rendahnya basa-basa tukar tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian di rumah kasa dengan memberikan air laut dan mineral zeolit, dolomit, dan batu apung untuk memperbaiki sifat-sifat kimia tanah gambut. Faktor perlakuannya adalah air pelindi (A) terdiri dari A1 (Air tawar), A2 (½ air tawar + ½ air laut), dan A3 (air laut) kemudian dilanjutkan dengan faktor zeolit (Z), Dolomit (D) dan batu apung (P) menggunakan rancangan petak terpisah terdiri dari 2 taraf (ton/ha gambut) : K0 (0), Z1 (2), Z2 (4), D1 (2), D2 (4), P1 (2) dan P2 (4) dengan 2 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah dan berpengaruh nyata terhadap Mg-tukar tanah. Pemberian air laut berpengaruh sangat nyata terhadap daya hantar listrik tanah namun semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap K-tukar, Na-tukar, Ca-tukar, Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tanah.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 November 1988 dari bapak

Wan Syahramuddin dan ibu SriSuryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara.

Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri Medan 2 Medan lulus tahun 2000.

- SLTP Negeri 13 Medan lulus tahun 2003.

- SMA Dharmawangsa Medan lulus tahun 2006.

- Lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui

jalur SPMB pada tahun 2006 dan memilih program studi Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian.

Aktifitas Selama Perkuliahan :

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah tahun

2007-2010.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Kimia Tanah tahun 2008-2010.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman

tahun 2009.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Pupuk dan Pemupukan

tahun 2010.

- Asisten mata kuliah Perancangan Percobaan tahun 2010.

- Pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU

- Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Pamela

(7)

- Peserta dalam Pengkaderan Nasional “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa

Sebagai Pendukung Peran Strategi Pertanian dalam Pembangunan

Nasional” di Makassar, 19-25 Januari 2009.

- Peserta Seminar Nasional “Peran Strategi Lahan Pertanian Terhadap

Ketahanan Pangan” di Makassar, 19 Januari 2009.

- Peserta Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi

SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009.

- Peserta Seminar dan Loka Karya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan

Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan

Berbasis Pembangunan Berkelanjutan” di FP USU Medan, 12 Februari

2010.

- Staf pada pengambilan contoh daun kelapa sawit untuk rekomendasi

pemupukan di Kebun PT. Permata Hijau Grup (Bukit Udang) Kecamatan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Pemberian

Zeolit, Dolomit, dan Batu Apung Terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut Hasil Lindian Air Laut” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar

sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ir.Sarifuddin, MP dan Kemala Sari Lubis,SP, MP., selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan sarannya, juga

kepada Ir. Mukhlis, MSi atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan

kepada penulis selama melaksanakan penelitian serta ketua Departemen Ilmu

Tanah Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 201

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT………. i

ABSTRAK………... ii

RIWAYAT HIDUP………. iii

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

PENDAHULUAN……….. 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 3

Hipotesis Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA………. 5

Pembentukan dan Penyebarab Gambut... 5

Karakteristik Gambut... 7

Zeolit... 10

Dolomit.………... 11

Batu Apung... 12

BAHAN DAN METODE………... 14

Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Penelitian... 14

Pelaksanaan Penelitian... 16

Peubah yang diukur... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 19

Hasil………. 19

Pembahasan……….. 27

KESIMPULAN……… 31

Kesimpulan……… 31 Saran……….. 31

DAFTAR PUSTAKA……….. 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru... ... 19

2. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru ... 20

3. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru...21

4. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru...22

5. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru ... 23

6. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru ... 24

7. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru ... 25

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisis Awal Tanah Sebelum Perlakuan ... 31

2. Analisis Tanah Setelah Pelindian 2 Bulan ... 31

3. Tabel Rataan Analisis Kemasaman Tanah ... 32

4. Tabel Dwikasta P x A Analisis Kemasaman Tanah ... 32

5. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Kemasaman Tanah ... 33

6. Tabel Rataan Analisis Daya Hantar Listrik Tanah..………...34

7. Tabel Dwikasta P x A Analisis Daya Hantar Listrik Tanah... 34

8. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Daya Hantar Listrik Tanah .... 35

9. Tabel Rataan Analisis K-tukar Tanah ... 36

10.Tabel Dwikasta P x A Analisis K-tukar Tanah ... 36

11.Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis K-tukar Tanah ... 37

12.Tabel Rataan Analisis Na-tukar Tanah ... 38

13.Tabel Dwikasta P x A Analisis Na-tukar Tanah ... 38

14.Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Na-tukar Tanah ... 39

15.Tabel Rataan Analisis Ca-tukar Tanah ... 40

16.Tabel Dwikasta P x A Analisis Ca-tukar Tanah ... 40

17.Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Ca-tukar Tanah ... 41

18.Tabel Rataan Analisis Mg-tukar Tanah ... 42

19.Tabel Dwikasta P x A Analisis Mg-tukar Tanah ... 42

(12)

Nomor Judul Halaman

21. Tabel Rataan Analisis KTK Tanah ... 44

22.Tabel Dwikasta P x A Analisis KTK Tanah ... 44

23.Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis KTK Tanah ... 45

24.Tabel Rataan Analisis Kejenuhan Basa Tanah ... 46

25.Tabel Dwikasta P x A Analisis Kejenuhan Basa Tanah ... 46

(13)

ABSTRACT

The problems in peat soil such as siol acdity and bases exchangable. To overcome the problems therefore did the research at tap house by giving zeolite, dolomite, and pumice to repair chemical properties of peat soil. Treatmen factors is water leaching (A) considered A1 (fresh water), A2 (½ fresh water + ½ sea water), and A3 (sea water), then continuoued factors zeolite (Z), dolomite (D), and pumice (P) consider 2 levels (ton/ha peat) : K0 (0), Z1 (2), Z2 (4), D1 (2), D2 (4), P1 (2) dan P2 (4) with 2 replications.

Results of the research showed giving dolomite, very significantly influence soil pH and significantly influence on Mg-exchangable of soil. Giving sea water very significantly influence Electrical cunductivity, but all treatment not significanly influence on K-excngable, Na-exchangable, Ca-excngable, kation exchangable capacity, and base saturation.

(14)

ABSTRAK

Masalah pada tanah gambut antara lain tinginya kemasaman tanah dan rendahnya basa-basa tukar tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian di rumah kasa dengan memberikan air laut dan mineral zeolit, dolomit, dan batu apung untuk memperbaiki sifat-sifat kimia tanah gambut. Faktor perlakuannya adalah air pelindi (A) terdiri dari A1 (Air tawar), A2 (½ air tawar + ½ air laut), dan A3 (air laut) kemudian dilanjutkan dengan faktor zeolit (Z), Dolomit (D) dan batu apung (P) menggunakan rancangan petak terpisah terdiri dari 2 taraf (ton/ha gambut) : K0 (0), Z1 (2), Z2 (4), D1 (2), D2 (4), P1 (2) dan P2 (4) dengan 2 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah dan berpengaruh nyata terhadap Mg-tukar tanah. Pemberian air laut berpengaruh sangat nyata terhadap daya hantar listrik tanah namun semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap K-tukar, Na-tukar, Ca-tukar, Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tanah.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gambut merupakan salah satu jenis tanah yang marginal untuk

dikembangkan di bidang pertanian. Menurut Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (2008) Indonesia memiliki lahan

gambut terluas di antara Negara tropis, yaitu sekitas 21 juta ha, yang tersebar

terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua yang mana di Sumatera sendiri

luasnya mencapai 2.253.733 ha. Seiring dengan semakin pesatnya pertambahan

penduduk mengakibatkan lahan-lahan pertanian semakin terdesak untuk

penggunaan non pertanian maka lahan-lahan marginal seperti gambut harus

dimanfaatkan sebagai areal pertanian.

Perluasan pemanfaatan lahan gambut meningkat pesat di beberapa

propinsi yang memiliki areal gambut luas, seperti Riau, Kalimantan Barat dan

Kalimantan Tengah. Antara tahun 1982 sampai 2007 telah dikonversi seluas 1,83

juta ha atau 57% dari luas total hutan gambut seluas 3,2 juta ha di Provinsi Riau.

Laju konversi lahan gambut cenderung meningkat dengan cepat, sedangkan untuk

lahan non gambut peningkatannya relatif lebih lambat (WWF, 2008)

Dalam pemanfaatannya sebagai areal pertanian lahan gambut memiliki

banyak masalah yang dihadapi diantaranya : Kejenuhan basa yang rendah,

kemasaman tanah yang cukup tinggi, dan C/N yang tinggi serta sifat fisik yang

kurang baik dalam menyokong pertumbuhan tanaman. Tanah gambut di daerah

(16)

kesuburannya gambut tersebut memilki kesuburan tanah yang rendah akibat

pengaruh air tawar.

Untuk mengatasi permasalahan gambut tersebut maka telah dilakukan

penelitian memberikan amelioran berupa air laut untuk meningkatkan basa-basa

tukar di tanah gambut dan meningkatkan pH tanah gambut. Namun setelah

penelitian ini selesai dilaksanakan didapat hasil basa-basa tukar pada gambut

meningkat dari 2.2% menjadi 4.41% tetapi pH tanah semakin menurun dari 4.42

menjadi 4.03 dan daya hantar listrik tanah semakin meningkat dari 0.2 mmho/cm3 menjadi 5.1 mmho/cm3 (Saragih,2009). Hal ini menyebabkan tanah gambut tersebut masih kurang sesuai baik untuk tanaman yang sensitif terhadap

kemasaman dan kegaraman yang tinggi.

Zeolit merupakan mineral yang bersifat basa yang belakangan ini mulai

banyak digunakan sebagai bahan pembenah tanah. Adapun komposisi kimia dari

zeolit ini antara lain : SiO2( 60,18 %), Al2O3 (14,25 %), CaO, MgO, Al2O3, Fe2O3,

SiO2, K2O, Na2O, TiO2 (Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara, 2009),

dengan sifat mineral ini yang basa diharapkan pemberian zeolit ini mampu

meningkatkan pH tanah gambut yang rendah dan menurunkan DHL tanah serta

kandungan Al2O3 yang tinggi mampu menetralisir asam-asam organik di tanah

gambut.

Mineral basa lain yang sudah sering digunakan untuk mengatasi

kemasaman gambut adalah dolomit yang memiliki komposisi : CaO = 25,75 -

34,98 %, MgO = 11,90 - 21,97 %, SiO2 = 0,14 - 3,86 %, Al2O3 = 0,20 – 0,89 %

(17)

digunakan petani untuk menaikkan pH tanah, selain juga berperan sebagai pupuk

Ca dan Mg bagi tanaman.

Dalam prakteknya bahan seperti zeolit jumlahnya terbatas dan harganya

mahal maka penulis mencoba jenis batuan mineral basa lainnya yaitu batu apung

(pumice), batu apung ini memiliki kandungan silika yang tinggi yaitu sebesar 60%

dan Al2O3 sebesar 17% (Dinas Pertambangan dan energi sumatera Utara,2009 )

mirip dengan zeolit. Selain itu batu apung ini memiliki sifat fisik yang porous

sehingga diharapkan batu apung ini mampu menyerap garam-garam di tanah

gambut akibat pelindian dengan air laut pada penelitian sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk melanjutkan

penelitian tanah gambut yang diberi amelioran air laut dengan pemberian zeolit,

dolomit dan batu apung dalam memperbaiki sifat kimia tanah gambut.

Tujuan Penelitian

Peneltian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh pemberian Zeolit,

Dolomit, dan Batu apung dalam memperbaiki sifat kimia tanah gambut yang telah

dilindi dengan air laut.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian zeolit, dan dolomit dapat meningkatkan pH tanah gambut dan

menurunkan DHL tanah gambut.

2. Pemberian batu apung memiliki pengaruh sama baiknya dengan Zeolit dan

(18)

Kegunaan Penelitian

- Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi para petani dalam

memperbaiki sifat kimia tanah gambut sehingga petani dapat mengetahui

amelioran mana yang tepat untuk digunakan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian

di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Pembentukan dan Penyebaran Gambut

Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang

sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi

terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang

menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan

tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang

disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses

pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik

(Hardjowigeno, 1986 dalam Agus dan Subiksa,2008).

Pembentukan gambut diduga terjadi pada periode holosin antara 10.000 –

5.000 tahun silam karena pencairan es di kutub yang menaikkan muka air laut hingga

tergenang pada bagian puncaknya akibat adanya pembentukan dataran pantai

(regresi) dan garis pantai mengalami pergeseran (transgresi) yang menjorok lebih ke

laut dimana dataran pantai yang berupa cekungan tersebut mengalami penimbunan

sisa-sisa seperti pakis, tanaman air dan bakau secara berlapis-lapis dalam keadaan

anaerob (Noor, 2001).

Pematangan gambut melalui proses pematangan fisik, kimia, dan biologi

(20)

1. Pematangan fisik terjadi dengan adanya pelepasan air (dehidrasi) karena

drainase, evaporasi (penguapan), dan dihisap oleh akar. Proses ini ditandai

dengan penurunan dan perubahan warna tanah

2. Pematangan kimia terjadi melalui peruraian bahan-bahan organik menjadi

senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Proses pematangan ini akan

melepaskan senyawa-senyawa asam-asam organik yang beracun bagi tanaman

dan membuat suasana tanah menjadi asam. Gambut yang telah mengalami

pematangan kimia secara sempurna akhirnya akan membentuk bahan organik

baru yang disebut sebagai humus.

(Najiyati, Muslihat, dan Suryadiputra, 2005).

Kebanyakan histosol dicirikan dan dikenal melalui epipedon histik yang

tebalnya lebih dari 12 inci, jenuh dengan air sekurang-kurangnya 30 hari

terus-menerus dalam setahun, dan mengandung paling sedikit 20 persen bahan organik.

Histosol ditemukan di seluruh dunia, jumlah luas keseluruhannya kurang dari 1

persen dari permukaan tanah dunia (Foth, 1994).

Luas lahan gambut dunia berkisar 38 juta ha dengan lebih 50 % berada di

Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 26 juta ha . Hampir

seluruh cadangan gambut yang ada di Indonesia tersebut terdapat di luar Pulau Jawa

yang merupakan pulau-pulau daerah tujuan transmigrasi, tersebar di Pulau Sumatera

8,9 juta ha, Pulau Kalimantan 6,3 juta ha dan Pulau Irian 10,9 juta ha. Di wilayah

Sumatera, sebagian besar gambut berada di pantai timur, sedangkan di Kalimantan

(21)

di pantai timur mulai dari Lampung, Sumatera selatan, Jambi, sampai ke Riau dan

Sumatera Utara (Hasibuan, 2008).

Karakteristik Gambut

Secara teoritis permasalahan pertanian lahan gambut sesungguhnya

disebabkan oleh drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan

dan kerapatan lindak gambut yang rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan

ketersediaan hara serta kejenuhan basa (KB) yang rendah menyebabkan produksi

pertanian di lahan gambut sangat rendah. Pemanfatan kapur pertanian, dolomit, untuk

memperbaiki kemasaman tanah dan KB memerlukan masukan dolomit yang tinggi

dan mahal. Pemberian bahan alternatif lain sangat diharapkan mampu mengatasi

permasalahan gambut (Sagiman, 2007).

Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran sangat lebar. Umumnya, tanah

gambut tropik, terutama gambut ombrogen (oligotropik), mempunyai kisaran pH 3,0

– 4,5, kecuali yang mendapat penyusupan air laut atau payau. Kemasaman tanah

gambut cenderung makin tinggi jika gambut makin tebal. Gambut dangkal

mempunyai pH antara 4,0 – 5,1, sedangkan gambut dalam pH nya antara 3,1- 3,9

dimana sumber keasaman yang berperan pada tanah gambut adalah pirit dan

asam- asam organik (Noor, 2001).

Dekomposisi bahan organik dalam suasana anaerob menghasilkan

senyawa-senyawa organik seperti protein, asam-asam organik, dan senyawa-senyawa pembentuk

(22)

menjadi masam dan beracun bagi tanaman. Kisaran pH tanah gambut antara 3 hingga

5. Rendahnya pH ini menyebabkan sejumlah unsur hara seperti N, Ca, Mg, K, Bo,

Cu, dan Mo tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro fospat juga berada dalam

jumlah yang rendah karena gambut sulit mengikat unsur ini sehingga mudah tercuci.

Kemasaman yang tinggi (pH rendah) juga menyebabkan tidak aktifnya

mikroorganisme, terutama bakteri tanah sehingga pertumbuhan cendawan merajalela

dan reaksi tanah yang didukung oleh bakteri seperti fiksasi nitrogen dan mineralisasi

gambut menjadi terhambat (Najiyati, dkk, 2005).

kandungan unsur hara dalam tanah gambut banyak dipermasalahkan dalam

pengelolaannya untuk lahan pertanian. Dalam tanah gambut terdapat penyimpangan

sifat fisik dan kimia tanah. Tanah gambut mempunyai C/N rasio yang tinggi, namun

demikian ia menunjang proses nitrifikasi yang kuat. Tanah gambut umumnya kaya

akan unsur hara, tetapi reaksi tanah masam sampai sangat masam. Dalam suasana

konsentrasi ion H+ yang tinggi, akumulasi nitrat berlangsung sangat cepat. Unsur hara

yang terkandung di dalam gambut cukup tinggi terutama N, tetapi pertumbuhan

tanaman kadang – kadang sangat jelek (Munir,1995).

Muatan negatif (yang menentukan kapasitas tukar kation) pada tanah gambut

seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge), dimana KTK akan

naik bila pH gambut ditingkatkan. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil

dissosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan

KTK menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK

(23)

pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah. Kapasitas tukar kation tinggi

menunjukkan kapasitas jerapan (sorption capacity) gambut tinggi, namun kekuatan

jerapan (sorption power) lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg dan Na yang tidak

membentuk ikatan koordinasi akan mudah tercuci (Agus dan Subiksa,2008).

Tidak seperti tanah mineral, pH tanah gambut cukup ditingkatkan sampai pH

5 karena gambut tidak memiliki potensi Al yang beracun. Peningkatan pH sampai

tidak lebih dari 5 dapat memperlambat laju dekomposisi gambut. Pengaruh buruk

asam-asam organik beracun juga dapat dikurangi dengan menambahkan bahan-bahan

amelioran yang banyak mengandung kation polivalen seperti terak baja, tanah

mineral laterit atau lumpur sungai (Hartatik dan Suriadikarta, 2005).

Menurut Hasibuan (2008) bertambahnya konsentrasi garam di dalam suatu

larutan tanah meningkatkan potensial osmotik larutan tanah tersebut sehingga

menyababkan tanaman yang ditanami sulit menyerap air hingga terjadi kekeringan

fisiologis. Berdasarkan Saragih (2009) pelindian air laut terhadap gambut

menyebabkan DHL gambut meningkat. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan

garam-garam terlarut akibat pelindian dengan air laut. Pelindian dengan air laut juga

meningkatkan pH tanah yang diakibatkan karena air laut mempercepat ekstraksi pada

gambut sehingga asam-asam organik meningkat dan mengasamkan tanah, dan

(24)

Zeolit

Zeolit adalah senyawa zat

Natrium, Kalium dan Barium. Secara umum, zeolit memiliki melekular sruktur

molekular yang unik, dimana atom silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga

membentuk semacam jaringan dengan pola yang teratur. Di beberapa tempat di

jaringan ini, atom silika digantikan dengan atom aluminium, yang hanya

terkoordinasi dengan 3 atom oksigen. Atom aluminium ini hanya memiliki muatan

3+, sedangkan silika sendiri memiliki muatan 4+. Keberadaan atom aluminium ini

secara keseluruhan akan menyebababkan zeolit memiliki muatan negatif. Muatan

negatif inilah yang menebabkan zeolit mampu mengikat kation (Wikiepedia, 2009).

Zeolit merupakan aluminosilikat kristalin berpori mikro terhidrasi yang

mengandung pori yang saling berhubungan dengan ukuran 3 sampai 10Å. Zeolit

tersusun oleh silikon, oksigen, dan aluminium dalam suatu kerangka struktur tiga

dimensi dengan pori-porinya mengandung molekul air yang dapat menyerap kation

yang dapat saling bertukar (cation exchange). Secara kimia, zeolit mempunyai rumus

empiris: M+2 ,M+2Al2O3 _ gSiO2 _ zH2O, dimana M+ biasanya Na atau K, dan M2+

adalah Mg, Ca, atau Fe (Warmada dan Titisari,2004).

Menurut Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara (2009),

komposisi kimia mineral zeolit antara lain : CaO, MgO, Fe2O3, K2O, Na2O, TiO2 ,

(25)

MgO : 0.83%, Al2O3 : 12.99%, Fe2O3 : 1.37%, SiO2 : 68.26, K2O : 4.11%,

Na2O : 0.64%, TiO2 : 0.23% (Anonimous, 2009).

Salah satu usaha yang belum banyak dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah

ini yaitu dengan pemberian zeolit. Pemberian zeolit pada tanah masam dapat

meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Zeolit merupakan bahan

pemantap tanah yang dapat meningkatkan reaksi pada tanah masam dan memperbaiki

sifat kimia tanah, meningkatkan kemampuan memegang air serta dapat memegang

hara dan melepasnya secara perlahan-lahan (Mumpton, 1983).

Menurut Suwardi dan Suryaningtyas (1995) bahwa pemberian zeolit pada

tanah tidak berpengaruh nyata terhadap nilai KTK tanah. Secara teoritis semakin

besar dosis zeolit dan semakin tinggi KTK zeolit maka semakin tinggi pula KTK

tanah. Namun kadang kenaikan yang kecil ini cukup sulit terdeteksi karena adanya

keragaman dalam penetapan KTK tanah itu sendiri. Pemberian zeolit juga tidak

mempengaruhi tanah.

Dolomit

Menurut Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumetera Utara (2009)

adapun komposisi kimia dari dolomite adalah sebagai berikut : CaO = 34,99 %,

MgO = 20,31 %, Na2O = 0,05 %, K2O = 0,2 %, Al2O3 = 0,07 %

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan

(26)

jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah

menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan

mineral industri didasarkan atas mineralogi, kandungan Mg atau kandungan Mg

dengan Ca. Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut.

Misalnya, batu gamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batu gamping

dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005)

Di bidang pertanian dolomit dolomit mempu menurunkan tingkat

kemasaman suatu tanah dan menanggulangi aktivitas alumunium di dalam tanah

selain itu juga sebagai pupuk karena merupakan sumber Ca dan Mg bagi tanaman

(Wikipedia, 2009).

Batu Apung

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung

buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai

batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan

gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami

transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu

apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak

(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan

pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi

(27)

feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005).

Batu apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan mempunyai

struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di

dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau

bercampur halus dan kasar. Batu apung terdiri dari pada silika, alumina, soda, besi

oksida. Berwarna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan,

kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat terapung

di atas air. Batu apung umumnya digunakan sebagai bahan penggosok, bahan

bangunan konstruksi ringan dan tahan api, bahan ringan (non reaction), pengisi,

isolator temperatur tinggi, rendah dan akustik, pembawa (carrier)

(Dinas Pertambangan dan Energi Propimsi Sumatera Utara, 2009).

Menurut dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara (2009)

komposisi kimia dari batu apung adalah sebagai berikut : CaO = 2,86 %, MgO =

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kasa dan Laboratorium Kesuburan/Kimia

Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian

tempat ± 25 m dpl dimulai pada November 2009 s/d selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah

gambut yang berasal dari Desa Tebing Lingga Hara Baru Kecamatan Bilah Hulu

Kabupaten Labuhan Batu yang telah diberi perlakuan pelindian dengan air laut

dan air tawar, zeolit, dolomit, dan batu apung sebagai baham amelioran serta

bahan – bahan kimia untuk keperluan analisis.

Alat yang digunakan ialah , pH meter, konduktivitimeter elektrik, pot dan

timbangan serta alat-alat yang digunakan di laboratorium untuk keperluan analisis

Metode Penelitian

Peneltian ini menggunakan Rancangan Petak terpisah (RPT) dengan 2

ulangan yang terdiri dari 3 petak utama yaitu:

A1 = gambut yang telah dilindi air tawar selama 2 bulan + inkubasi 6

bulan

A2 = gambut yan telah dilindi air tawar + air laut selama 2 bulan +

(29)

A3 = gambut yang telah dilindi air laut selama 2 bulan + inkubasi 6 bulan

Dan 4 anak petak yaitu :

K0 = kontrol (K0 : 0 kg/ha)

Z = zeolit (Z1 : 2000 kg/Ha, Z2 : 4000 kg/Ha)

P = batu apung (P1 :2000 kg/Ha, P2 : 4000 kg/Ha)

D = dolomit (D1 : 2000 kg/Ha, D2 : 4000 kg/Ha)

( BD gambut : 0.4g/cc dan KA : 250%)

Jumlah unit percobaan sebanyak sebanyak 3 x 8 x 2 : 48 unit. Berikut adalah

bagan penelitiannya :

A1

A2

A3

ZI P1 K01 D1

D2 P2 Z2 K02 K01 P1 Z1 D1

K02 P2 Z2 D2

D1 P1 K01 Z1

(30)

Model Linier Rancangan Petak Terpisah

Yij = µ + βk + Ti+ єik + Vj + (TV)ij+ σijk

Dimana :

Yij = nilai pengamatan karena pengaruh faktor T taraf ke-I dan vaktor V taraf

ke-j pada ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

βk = Pengaruh Blok atau ulangan ke-k

Ti = Pengaruh faktor T yang ke-i

єik = pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor T taraf ke-I pada kelomok ke-k

Vj = Pengaruh faktor V yang ke-j

(TV)ij = Pengaruh interaksi faktor pelindian air yang ke-I dan amelioran yang

ke-j

σijk = Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor T taraf ke-j dan faktor amelioran ke-j pada kelompok ke-k.

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji

dengan uji DMRT pada taraf 5 % .

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah

contoh tanah diambil dari pipa paralon bekas penelitian sebelumnya yang

telah diberi perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diikat

(31)

Analisis Awal

Analisis awal tanah yang dilakukan antara lain pH dan DHL pada setiap

perlakuan.

Aplikasi Perlakuan

Sebelum aplikasi, dilakukan persiapan wadah yakni pot dengan kapasitas 2

kg tanah. Kemudian pot tersebut di beri label perlakuan.

Kemudian dapat dilakukan aplikasi perlakuan, bahan tanah gambut

dimasukkan ke dalam pot sebanyak 1kg tanah, kemudian tiap-tiap pot diberikan

perlakuan berupa zeolit, dolomite, dan batu apung sesuai perlakuan, kemudian

dicampur secara merata dan diinkubasi selama 2 bulan dalam keadaan kapasitas

lapang.

Analisis Tanah

Analisis Tanah dilakukan setelah 2 bulan inkubasi, yaitu tanah diambil

dari pot dan dimasukkan ke kantung plastik, yang kemudian selanjutnya

memasuki tahap analisis.

Peubah yang Diamati

Analisis Awal

a. pH H2O metode elektrometri (1 : 2.5)

(32)

Analisis Akhir

a. pH H2O metode elektrometri (1 : 2.5)

b. Jumlah Basa-basa Tukar

c. KTK tanah metode NH4O AC pH 7

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kemasaman Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 5 memperlihatkan bahwa pemberian

amelioran berpengaruh sangat nyata terhadap kemasaman tanah sedangkan

akibat faktor pelindian dengan air tawar, ½ air tawar + ½ air laut dan air laut

tidak berpengaruh. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) pH tanah gambut tersebut

masih tergolong masam, dengan nilai pH berkisar 3,81 – 5,13.

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:33.595.112.503.482.737.2]

pH tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Kemasaman Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

Kontrol 4.02 3.98 4.18 4.06c

Zeolit :

2 3.99 3.99 4.18 4.06c

4 3.95 3.93 4.15 4.01c

Dolomit :

2 4.74 4.76 4.73 4.74b

4 5.34 5.51 5.13 5.33a

Batu Apung :

2 4.06 3.81 4.18 4.02c

4 4.01 3.93 4.29 4.08c

(34)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata padataraf 5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pemberian dolomit pada taraf 2 dan 4 ton/ha

memiliki nilai pH yang berbeda nyata terhadap kontrol, pemberian zeolit, batu

apung.

2. Daya Hantar Listrik

Hasil sidik ragam pada Lampiran 8 memperlihatkan bahwa pelindian air

berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan DHL tanah sedangkan pemberian

amelioran tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) DHL

tanah gambut tersebut tergolong rendah – tinggi dengan DHL berkisar 0.16 – 4,7.

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut tersebut hasil lindian air laut

[image:34.595.115.500.479.733.2]

terhadap DHL tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Daya Hantar Listrik Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

…..mmho/cm3…..

Kontrol 0.24 2.20 3.56 2.00

Zeolit :

2 0.32 2.90 3.75 2.32

4 0.30 2.51 3.95 2.28

Dolomit :

2 0.16 3.00 4.70 2.62

4 0.20 2.8 4.65 2.55

Batu Apung :

2 0.19 2.80 4.55 2.51

4 0.21 3.10 4.10 2.47

Rataan 0.23c 2.71b 4.18a

(35)

pada taraf 5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pelindian air laut memiliki nilai DHL yang

berbeda nyata terhadap pelindian air tawar maupun pelindian ½ Air Tawar + ½

Air Laut.

3. K-tukar tanah

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 11 memperlihatkan bahwa

pemberian air pelindi, zeolit, dolomit dan batu apung pada gambut yang telah

dilindi air laut tidak berpengaruh nyata terhadap K-tukar tanah. Berdasarkan

kriteria BPPM (1982) nilai K-tukar gambut tersebut tergolong tinggi-sangat

tinggi, dengan nilai K-tukar berkisar 0,46 - 1,31.

Kajian pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:35.595.113.501.483.741.2]

K-tukar tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan K-tukar Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

.….me/100g….

Kontrol 0.466 0.337 0.565 0.456

Zeolit :

2 0.640 0.675 0.940 0.752

4 0.673 0.933 1.315 0.974

Dolomit :

2 0.776 1.080 1.294 1.050

4 0.577 0.961 1.097 0.878

Batu Apung :

2 0.616 0.988 1.039 0.881

4 0.626 0.781 1.287 0.898

(36)

Dari Tabel 3 diketahui bahwa K-tukar tanah tertinggi terdapat pada

perlakuan pemberian air laut dan Dolomit sedangkan yang terendah terdapat pada

perlakuan air tawar dan kontrol.

4. Na-tukar tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 14 memperlihatkan bahwa pemberian air

pelindi, zeolit, dolomit, dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap

Na-tukar tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai K-Na-tukar gambut tersebut

tergolong sedang , dengan nilai Na-tukar berkisar 0,37-4,84.

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:36.595.119.506.426.676.2]

Na-tukar tanah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Na-tukar Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

….me/100g….

Kontrol 0.382 0.411 0.443 0.412 Zeolit :

2 0.428 0.445 0.426 0.433

4 0.420 0.431 0.445 0.432

Dolomit :

2 0.396 0.424 0.485 0.435

4 0.359 0.464 0.481 0.435

Batu Apung :

2 0.388 0.453 0.430 0.423

4 0.376 0.479 0.436 0.430

Rataan 0.393 0.444 0.449

Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai Na-tukar tukar tertinggi terdapat pada

(37)

5. Ca-tukar

Hasil sidik ragam pada lampiran 17 memperlihatkan bahwa pemberian air

pelindi, zeolit, dolomit, dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap

Ca-tukar tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai Ca-Ca-tukar gambut tersebut

tergolong sangat rendah dengan nilai Ca-tukar berkisar 0,08-0,16.

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:37.595.113.504.330.588.2]

Ca-tukar tanah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Ca-tukar Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

….me/100g….

Kontrol 0.140 0.116 0.133 0.130

Zeolit :

2 0.114 0.113 0.121 0.116

4 0.100 0.105 0.141 0.115

Dolomit :

2 0.091 0.113 0.117 0.107

4 0.118 0.115 0.166 0.133

Batu Apung :

2 0.081 0.143 0.102 0.109

4 0.091 0.116 0.173 0.127

Rataan 0.105 0.117 0.136

Dari Tabel 5 dikitahui bawa nilai Ca-tukar tertinggi terdapat pada

perlakuan pemberian air laut dan Dolomit 4 ton/ha sedangkan yang terendah

(38)

6. Mg-tukar

Hasil sidik ragam pada Lampiran 20 memperlihatkan bahwa pemberian

dolomit berpengaruh nyata terhadap Mg-tukar tanah. Berdasarkan kriteria BPPM

(1982) nilai Mg-tukar gambut tersebut tergolong rendah, dengan nilai Mg-tukar

berkisar 0,67- 0,93.

Kajian pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:38.595.114.505.330.582.2]

Mg-tukar tanah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Mg-tukar Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

….me/100g….

Kontrol 0.751 0.775 0.843 0.790b

Zeolit :

2 0.684 0.858 0.783 0.775b

4 0.673 0.827 0.790 0.763b

Dolomit :

2 0.779 0.777 0.930 0.829ab

4 0.793 0.868 0.917 0.859a

Batu Apung :

2 0.673 0.804 0.819 0.765b

4 0.683 0.812 0.895 0.797b

Rataan 0.719 0.817 0.854

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa pemberian dolomit pada taraf 4 ton/ha

memiliki nilai Mg-tukar yang berbeda nyata dengan kontrol, pemberian zeolit dan

batu apung, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dolomit pada taraf 2

(39)

7. Kapasitas Tukar Kation

Hasil sidik ragam pada Lampiran 23 memperlihatkan bahwa pemberian air

pelindi, zeolit, dolomit, dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap KTK

tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai KTK gambut tersebut tergolong

sangat tinggi

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:39.595.112.504.329.585.2]

KTK tanah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Kapasitas Tukar Kation pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

….me/100g….

Kontrol 55.999 68.920 61.684 62.201

Zeolit :

2 68.486 74.818 71.890 71.731

4 72.120 75.538 73.954 73.870

Dolomit :

2 84.886 58.881 75.165 72.977

4 81.221 79.221 65.240 75.227

Batu Apung :

2 60.163 61.765 78.387 66.772

4 60.917 83.932 68.527 71.125

Rataan 69.113 71.868 70.692

Dari Tabel 7 diketahui bahwa Kapasitas tukar kation tertinggi terdapat

pada perlakuan pemberian dolomit 4 ton/ha sedangkan yang terendah terdapat

(40)

8. Kejenuhan Basa

Hasil sidik ragam pada Lampiran 26 memperlihatkan bahwa pemberian air

pelindi, zeolit, dolomit, dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap

Kejenuhan Basa tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai Kejenuhan Basa

gambut tersebut tergolong sangat rendah, dengan nilai Kejenuhan Basa berkisar

2.3% - 4.3%

Pengaruh pemberian amelioran pada gambut hasil lindian air laut terhadap

[image:40.595.113.503.356.611.2]

Kejenuhan Basa tanah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Kejenuhan Basa Tanah pada Beberapa Interaksi Pemberian Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru

Amelioran (ton / ha)

Pelindian

Rataan

Air Tawar (A1)

1/2 Air Tawar+ 1/2 Air Laut

(A2)

Air Laut (A3)

….%....

Kontrol 3.836 3.086 4.173 3.698

Zeolit :

2 2.742 3.330 3.167 3.080

4 2.723 3.137 3.872 3.244

Dolomit :

2 2.425 4.037 4.065 3.509

4 2.311 2.847 4.160 3.106

Batu Apung :

2 3.070 3.874 3.317 3.420

4 2.916 3.362 4.172 3.483

Rataan 2.860 3.382 3.846

Dari Tabel 8 diketahui bahwa kejenuhan basa tertinggi terdapat pada

perlakuan ½ air tawar + ½ air laut dan kontrol sedangkan yang terendah terdapat

(41)

Pembahasan

Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian amelioran

berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah sedangkan pelindian air laut

tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982)

nilai pH tanah gambut masih tergolong masam, dengan kisaran 3,81 – 5,13.

Kemasaman tanah merupakan ukuran aktivitas ion hidrogen di dalam tanah,

dimana penurunan konsentrasi ion H+ dapat menaikkan pH tanah, dan begitu pula sebaliknya. Pemberian dolomit secara sangat nyata dapat menaikkan pH tanah,

namun pemberian zeolit dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap pH

tanah. Hal ini karena ion karbonat dari dolomit mampu menetralisir ion H+ di tanah gambut. Peningkatan pH tanah juga diiringi dengan peningkatan Mg-tukar

tanah, karena dolomit adalah mineral yang mengandung Ca dan Mg

(Wikipedia, 2009).

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pemberian zeolit dan batu apung

belum mampu menaikkan pH tanah, hal ini disebabkan karena baik zeolit

maupun batu apung tidak memiliki kemampuan untuk mengikat ion H+ dalam tanah yang bersumber dari asam-asam organik gambut tersebut, sehingga pH

tanah tetap masam. Sesuai dengan Najiyati, dkk (2005) yang menyatakan

dekomposisi bahan organik dalam suasana anaerob menghasilkan

senyawa-senyawa organik seperti protein, asam-asam organik, dan senyawa-senyawa pembentuk

humus. Asam-asam organik tersebut berwarna hitam dan membuat suasana tanah

menjadi masam dan beracun bagi tanaman.

Hasil penelitian pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa pelindian air laut

(42)

pemberian amelioran tidak berbeda nyata terhadap perubahan DHL tanah.

Berdasarkan kriteria BPPM (1982) DHL tanah gambut tergolong rendah – tinggi

dengan kisaran 0,65 – 4,7mmho/cm3 . Daya hantar listrik merupakan suatu indikator tingkat kegaraman suatu tanah. Pemberian zeolit pada tanah gambut

belum berpengaruh nyata terhadap penurunan DHL tanah, namun sudah

menunjukkan kecenderungan adanya penurunan. Hal ini disebabkan zeolit

memiliki sifat yang dapat menjerap kation. Sesuai dengan Warmada dan Titisari

(2004) yang menyatakan bahwa zeolit tersusun oleh silikon, oksigen, dan

aluminium dalam suatu kerangka struktur tiga dimensi dengan pori-porinya

mengandung molekul air yang dapat menjerap kation yang dapat saling bertukar

(cation exchange).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian dolomit cenderung

menaikkan DHL tanah secara nyata. Hal ini disebabkan dolomit merupakan

senyawa garam yaitu persenyawaan antara kation Ca dan Mg dengan anion CO3,

dimana garam-garam terlarut didalam tanah menyebabkan DHL tanah menjadi

meningkat secara nyata dibandingkan tanpa pemberian amelioran. Hal ini tentu

membahayakan bagi tanaman karena kondisi kegaraman yang tinggi dapat

menyebabkan tanaman mengalami kesulitan dalam menyerap air karena pengaruh

tekanan osmotik. Sesuai dengan Hasibuan (2008) yang menyatakan bahwa

bertambahnya konsentrasi garam di dalam suatu larutan tanah, meningkatkan

potensial osmotik larutan tanah tersebut sehingga menyababkan tanaman yang

ditanami sulit menyerap air hingga terjadi kekeringan fisiologis.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian air laut meningkatkan

(43)

tawar + ½ air laut. Hal ini disebabkan air laut memiliki garam-garam terlarut yang

menybabkan daya hantar listrik meningkat. Sesuai dengan Saragih (2009)

pelindian air laut terhadap gambut menyebabkan DHL gambut meningkat. Hal ini

dikarenakan terjadi peningkatan garam-garam terlarut akibat pelindian dengan air

laut.

Hasil penelitian pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa pemberian zeolit,

dolomit, dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas tukar kation

tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai kapasitas tukar kation tanah

tergolong sangat tinggi, dengan kisaran 52-85 me/100g. Kapasitas tukar kation

tanah merupakan kemampuan koloid tanah untuk mengadsorbsi kation-kation di

dalam tanah, dimana pemberian amelioran belum mampu untuk menaikkan KTK

tanah. Hal ini disebabkan gambut sudah memiliki KTK yang cukup tinggi

dibandingkan zeolit ataupun batu apung tidak memiliki KTK setinggi

koloid-koloid organik dai dalam gambut sehingga pemberian amelioran tidak

berpengaruh terhadap KTK gambut. Sesuai dengan Suwardi dan Suryaningtyas

(1995) yang mengkaji mengenai pemberian zeolit pada tanah Paleudult dan

Troposequent dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian zeolit pada

tanah tidak berpengaruh nyata terhadap nilai KTK tanah.

Dari hasil penelitian diketahui terjadi peningkatan kapasitas tukar kation

tanah gambut dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saragih

(2009) dari 40,96 menjadi 71,86. Peningkatan tersebut bukan terjadi karena

pemberian amelioran tapi disebabkan karena proses dekomposisi yang terjadi

selama proses penelitian, dimana tanah gambut dalam keadaan aerob, sehingga

(44)

mendekomposisi gambut. Apabila tanah dalam kondisi anaerob biasanya proses

pembentukan gambut lebih cepat karena penimbunan bahan organik lebih besar

daripada dekomposisi yang terjadi. Sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno

(1986 dalam Agus dan Subiksa 2008) yang menyatakan bahwa gambut terbentuk

dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun

belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh

kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan

rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.

Hasil penelitian Tabel 8 memperlihatkan bahwa pemberian zeolit, dolomit,

dan batu apung tidak berpengaruh nyata terhadap kejenuhan basa tanah.

Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai Kejenuhan Basa tanah tergolong sangat

rendah, dengan nilai Kejenuhan Basa yang terukur berkisar 2.3% - 4.3% . hal ini

dikarenakan tujuan pemberian zeolit dan batu apung ke gambut bukan untuk

menaikkan kejenuhan basa tanah melainkan sebagai pengadsorbsi kation.

Pemberian dolomit belum mampu untuk menaikkan kejenuhan basa karena

disamping dolomit hanya menyumbang Ca dan Mg, peningkatan KTK tanah juga

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian zeolit tidak berpengaruh terhadap pH dan DHL tanah gambut

desa tebing lingga hara baru

2. Pemberian dolomit dapat menaikkan pH tanah gambut dan Mg-tukar, serta

dapat meningkatkan basa-basa tukar tanah walaupun tidak signifikan.

3. Pemberian batu apung tidak berpengaruh terhadap pH dan DHL tanah

gambut asal desa tebing lingga hara baru

Saran

Sebaiknya pemberian amelioran di tanah gambut perlu dikaji lebih jauh

mengenai dosis dan efektifitas amelioran tersebut dalam mengatasi permasalahan

pH dan DHL di tanah gambut serta perlu adanya penelitian lanjutan dengan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F, dan I.G.M. Subiksa., 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan.Balai Penelitian Tanah, Bogor [hal : 10].

BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008. Laporan Tahunan 2008, Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara., 2009 Zeolit. http://www.distam-propsu.go.id/potensic_zeolit.php, [Diakses pada 1 oktober 2009].

Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara., 2009. Dolomit. http://www.distam-propsu.go.id/potensic_dolomit.php, [Diakses pada 1 oktober 2009].

Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara., 2009. Batu Apung. http://www.distam-propsu.go.id/potensic_batu apung.php, [Diakses pada 1 oktober 2009].

Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisumarto. Erlangga, Jakarta.

Hardjowigeno., 1986. Sumber Daya Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan. Dalam : Agus, F, dan Subiksa, I.G.M., 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk

Pertanian dan Aspek Lingkungan.Balai Penelitian Tanah, Bogor [hal : 3].

Hartatik, W dan D. A. Suriadikarta.,2005 . Teknologi Pengelolaan Lahab Gambut. Dalam I.Las (ed) Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.[hal:151-180]

Hasibuan, B.E., 2008. Pengelolaan Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Hasibuan, B.E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

(47)

Munir, M., 1996. Tanah- Tanah Utama di Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta, [hal: 6-9]

Najiyati, S.,L. Muslihat., dan I.N.N. Suryadiputra., 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.

Noor, M., 2001. Pertanian Lahan Gambut-Potensi dan Kendala. Kanisius, Yogyakarta, [hal : 27-28, 64-65,77].

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara., 2005. http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Dolomit/ulasan.asp?xdir=Dolomit& commId=10&comm=Dolomit. [Diakses pada 23 oktober 2009].

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara., 2005. http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Batu Apung/ulasan.asp?xdir=Batu Apung&commId=10&comm=Batu apung. [Diakses pada 23 oktober 2009].

Sagiman, S., 2007. Pemanfaatan Lahan Gambut dengan Perspektif Pertanian Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Kesuburan Tanah FP-Universitas Tanjung Pura (23 Juli 2007), (http://www.untan.ac.id/wp-content/uploads/pengukuhan_guru_besar_23_juli_2007_saeri_sagiman.p df. [Diakses Tanggal 20 Oktober 2009].

Saragih, E.E., 2009. Kajian Efektivitas Periode dan Jenis Pelindian Air Laut Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Gambut. Skripsi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas, Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suwardi dan D.T. Suryaningtyas., 1995. Pengaruh Pemberian Zeolit Terhadap Kapasitas Tukar Kation Tanah (KTK) Tanah dan Produksi Tanaman Tomat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Volume 5 No. 2, Institut Pertanian Bogor.

Warmada, I.W dan A.D. Titisari., 2004.Agromineralogi.Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. [hal: 57-58].

Wikiepedia.,2009. Zeolit. http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit. [Diakses Tanggal 20 Oktober 2009].

Wikiepedia.,2009.Dolomite. http://id.wikipedia.org/wiki/dolomite.[Diakses pada 20 oktober 2009]

WWF. 2008. Deforestation, forest degradation, biodiversity loss and CO2 emision in

(48)

LAMPIRAN

Analisis Awal Tanah Sebelum Pelindian

Lampiran 1. Analisis Awal Tanah Sebelum Perlakuan*

No. Keterangan Parameter Hasil Analisis Keterangan**

1 pH H2O 3.35 Sangat Masam

2 DHL (mmhos/cm) 0.08 Sangat Rendah

3 K-dd (me/100 g) 0.399 Sedang

4 Na-dd (me/100 g) 0.212 Rendah

5 Ca-dd (me/100 g) 0.093 Sangat Rendah

6 Mg-dd (me/100 g) 0.689 Rendah

7 KTK (me/100 g) 108.88 Sangat Tinggi

8 Kejenuhan Basa (%) 1.279 Sangat Rendah

9 C-Organik (%) 21.032 Sangat Tinggi

10 N-Total (%) 1.422 Sangat Tinggi

11 C/N 14.79 Sedang

* Dianalisis di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan

** Berdasarkan Kriteria BPP Medan, 1982

Data Awal Tanah Gambut Setelah Pelindian

Lampiran 2. Analisis tanah setelah pelindian 2 bulan

No Parameter

Pelindian

Air Tawar 1/2Air Tawar

+ 1/2 Air Laut Air Laut

1 pH H2O 4.17 3.83 3.79

2 DHL (mmho/cm) 0.15 2.8 5.1

3 K-dd (me/100 g) 0.2 0.64 0.87

4 Na-dd (me/100 g) 0.27 0.4 0.47

5 Ca-dd (me/100 g) 0.16 0.17 0.19

6 Mg-dd (me/100 g) 0.53 0.76 0.77

7 KTK (me/100 g) 40.96 49.17 52.5

8 Kejenuhan Basa (%) 2.74 3.94 4.4

9 C-Organik (%) 16.46 16.7 17.51

10 N-Total (%) 1.4 1.53 1.55

11 C/N 11.75 0.96 11.3

* Dianalisis di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah dan di Laboratorium

(49)

Data Analisis Setelah Pemberian Amelioran

Lampiran 3. Tabel rataan analisis kemasaman tanah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1K01 4.25 4.05 8.3 4.15

A1K02 3.9 3.88 7.78 3.89

A1P1 4.04 4.09 8.13 4.06

A1P2 4.17 3.86 8.03 4.01

A1D1 4.8 4.68 9.48 4.74

A1D2 5.34 5.35 10.69 5.34

A1Z1 4.13 3.85 7.98 3.99

A1Z2 4.25 3.66 7.91 3.95

A2K01 3.85 3.82 7.67 3.83

A2K02 4.09 4.17 8.26 4.13

A2P1 3.81 3.82 7.63 3.81

A2P2 3.94 3.92 7.86 3.93

A2D1 4.88 4.64 9.52 4.76

A2D2 5.36 5.66 11.02 5.51

A2Z1 3.94 4.05 7.99 3.99

A2Z2 3.99 3.88 7.87 3.93

A3K01 4.29 4.16 8.45 4.22

A3K02 4.11 4.18 8.29 4.14

A3P1 4.24 4.12 8.36 4.18

A3P2 4.38 4.2 8.58 4.29

A3D1 4.81 4.65 9.46 4.73

A3D2 5.09 5.17 10.26 5.13

A3Z1 4.37 4 8.37 4.18

A3Z2 4.26 4.04 8.3 4.15

Total 104.29 101.9 206.19 4.29

Rataan 4.34 4.25 8.59

Lampiran 4. Tabel dwikasta A x P

Pelindian Anak Petak Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 4.15 3.89 4.07 4.02 4.74 5.35 3.99 3.96 34.15 4.27

A2 3.84 4.13 3.82 3.93 4.76 5.51 4.00 3.94 33.91 4.24

A3 4.23 4.15 4.18 4.29 4.73 5.13 4.19 4.15 35.04 4.38

Total 12.21 12.17 12.06 12.24 14.23 15.99 12.17 12.04 103.10 12.89

(50)

Lampiran 5. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.119002 0.119002 2.932741tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 0.175538 0.087769 2.163013tn 19 90

Galat A 2 0.081154 0.040577

Amelioran (B) 7 9.814265 1.402038 91.26895** 2.49 3.65

A X B 14 0.610629 0.043616 2.83931* 2.2 3.07

Galat b 21 0.322594 0.015362

Total 47 11.12318 0.236663

KK A 4.689365

KK B 2.885307

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

(51)

Lampiran 6. Tabel rataan analisis daya hantar listrik tanah

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II

A1K01 0.12 0.25 0.37 0.18

A1K02 0.33 0.26 0.59 0.29

A1P1 0.22 0.17 0.39 0.19

A1P2 0.23 0.19 0.42 0.21

A1D1 0.19 0.14 0.33 0.16

A1D2 0.17 0.23 0.40 0.20

A1Z1 0.25 0.4 0.65 0.32

A1Z2 0.19 0.41 0.60 0.30

A2K01 2.60 1.60 4.20 2.10

A2K02 2.50 2.10 4.60 2.30

A2P1 3.50 2.10 5.60 2.80

A2P2 3.70 2.50 6.20 3.10

A2D1 2.80 3.20 6.00 3.00

A2D2 3.20 2.40 5.60 2.80

A2Z1 2.50 3.30 5.80 2.90

A2Z2 2.40 2.80 5.20 2.60

A3K01 3.90 4.30 8.20 4.10

A3K02 4.00 3.10 7.10 3.55

A3P1 3.90 5.20 9.10 4.55

A3P2 4.20 4.00 8.20 4.10

A3D1 5.10 4.30 9.40 4.70

A3D2 4.50 4.80 9.30 4.65

A3Z1 4.00 3.50 7.50 3.75

A3Z2 4.30 3.60 7.90 3.95

total 58.8 54.85 113.65 2.367

Rataan 2.45 2.28 4.73

Lampiran 7. Tabel dwikasta A x P

Pelindian

Anak Petak

Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 0.18 0.29 0.19 0.21 0.16 0.2 0.32 0.3 1.88 0.23

A2 2.1 2.3 2.8 3.1 3 2.8 2.9 2.6 21.60 2.70

A3 4.1 3.55 4.55 4.1 4.7 4.65 3.75 3.95 33.35 4.17

Total 6.39 6.15 7.55 7.41 7.87 7.65 6.98 6.85 56.83 7.10

(52)

Lampiran 8. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.325 0.325 1.632tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 126.484 63.242 317.617** 19 90

Galat A 2 0.398 0.199

Amelioran (B) 7 1.789 0.256 1.194tn 2.49 3.65

A X B 14 2.494 0.178 0.833tn 2.2 3.07

Galat b 21 4.493 0.214

Total 47 135.984 2.893

KK A 18.846

KK B 19.536

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

(53)

Lampiran 9. Tabel rataan analisis K-tukar tanah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1K01 0.955 0.910 1.864 0.932

A1K02 0.817 0.725 1.541 0.771

A1P1 0.760 0.473 1.232 0.616

A1P2 0.665 0.586 1.252 0.626

A1D1 1.018 0.535 1.553 0.776

A1D2 0.658 0.497 1.155 0.577

A1Z1 0.629 0.651 1.280 0.640

A1Z2 0.735 0.612 1.346 0.673

A2K01 0.611 0.738 1.349 0.675

A2K02 0.812 1.055 1.867 0.934

A2P1 0.980 1.002 1.982 0.991

A2P2 1.174 0.907 2.081 1.040

A2D1 0.990 0.986 1.976 0.988

A2D2 0.881 0.680 1.561 0.781

A2Z1 1.229 0.931 2.159 1.080

A2Z2 0.971 0.952 1.922 0.961

A3K01 1.611 0.647 2.258 1.129

A3K02 1.262 1.078 2.340 1.170

A3P1 1.259 0.818 2.077 1.039

A3P2 1.543 1.032 2.575 1.287

A3D1 1.540 1.048 2.588 1.294

A3D2 1.503 0.691 2.194 1.097

A3Z1 1.010 0.871 1.881 0.940

A3Z2 1.597 1.034 2.631 1.315

total 25.206 19.458 44.664 0.931

Rataan 1.050 0.811 1.861

Lampiran 10. Tabel dwikasta A x P

Pelindian Anak Petak Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 0.932 0.771 0.616 0.626 0.776 0.577 0.640 0.673 5.61 0.701

A2 0.675 0.933 0.991 1.040 0.988 0.781 1.080 0.961 7.45 0.931

A3 1.129 1.170 1.039 1.287 1.294 1.097 0.940 1.315 9.27 1.159

Total 2.74 2.87 2.65 2.95 3.06 2.45 2.66 2.95 22.33 2.792

(54)

Lampiran 11. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.688 0.688 2.923tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 1.675 0.837 3.556tn 19 90

Galat A 2 0.471 0.236

Amelioran (B) 7 0.190 0.027 1.154tn 2.49 3.65

A X B 14 0.517 0.037 1.572tn 2.2 3.07

Galat b 21 0.493 0.024

Total 47 4.034 0.086

KK A 52.14966

KK B 16.46556

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

(55)

Lampiran 12. Tabel rataan analisis Na-tukar tanah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1K01 0.344 0.396 0.740 0.370

A1K02 0.456 0.333 0.789 0.395

A1P1 0.406 0.370 0.776 0.388

A1P2 0.407 0.346 0.753 0.376

A1D1 0.420 0.371 0.792 0.396

A1D2 0.365 0.354 0.719 0.359

A1Z1 0.531 0.325 0.856 0.428

A1Z2 0.493 0.347 0.840 0.420

A2K01 0.379 0.406 0.785 0.393

A2K02 0.448 0.412 0.860 0.430

A2P1 0.490 0.416 0.905 0.453

A2P2 0.545 0.412 0.957 0.479

A2D1 0.505 0.342 0.847 0.424

A2D2 0.491 0.438 0.928 0.464

A2Z1 0.443 0.447 0.889 0.445

A2Z2 0.452 0.410 0.862 0.431

A3K01 0.432 0.457 0.890 0.445

A3K02 0.443 0.438 0.881 0.441

A3P1 0.417 0.442 0.859 0.430

A3P2 0.434 0.439 0.873 0.436

A3D1 0.526 0.444 0.969 0.485

A3D2 0.515 0.447 0.962 0.481

A3Z1 0.417 0.435 0.852 0.426

A3Z2 0.444 0.446 0.890 0.445

total 10.801 9.673 20.474 0.427

Rataan 0.450 0.403 0.853

Lampiran 13. Tabel dwikasta A x P

Pelindian Anak Petak Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 0.370 0.395 0.388 0.376 0.396 0.359 0.428 0.420 3.132 0.392

A2 0.393 0.430 0.453 0.479 0.424 0.464 0.445 0.431 3.517 0.440

A3 0.445 0.441 0.430 0.436 0.485 0.481 0.426 0.445 3.588 0.448

Total 1.207 1.265 1.270 1.292 1.304 1.304 1.299 1.296 10.237 1.280

(56)

Lampiran 14. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.027 0.027 6.132tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 0.030 0.015 3.476tn 19 90

Galat A 2 0.009 0.004

Amelioran (B) 7 0.005 0.001 0.340tn 2.49 3.65

A X B 14 0.020 0.001 0.671tn 2.2 3.07

Galat b 21 0.044 0.002

Total 47 0.134 0.003

KK A 15.41136

KK B 10.72081

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

(57)

Lampiran 15. Tabel rataan analisis Ca-tukar tanah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1K01 0.162 0.154 0.316 0.158

A1K02 0.126 0.119 0.245 0.122

A1P1 0.060 0.102 0.162 0.081

A1P2 0.092 0.091 0.183 0.091

A1D1 0.076 0.105 0.181 0.091

A1D2 0.075 0.161 0.236 0.118

A1Z1 0.108 0.121 0.229 0.115

A1Z2 0.097 0.103 0.200 0.100

A2K01 0.096 0.114 0.210 0.105

A2K02 0.143 0.112 0.255 0.127

A2P1 0.163 0.124 0.287 0.143

A2P2 0.119 0.113 0.232 0.116

A2D1 0.118 0.108 0.226 0.113

A2D2 0.112 0.117 0.229 0.115

A2Z1 0.133 0.092 0.225 0.113

A2Z2 0.128 0.082 0.210 0.105

A3K01 0.089 0.185 0.274 0.137

A3K02 0.157 0.102 0.259 0.130

A3P1 0.105 0.099 0.204 0.102

A3P2 0.168 0.178 0.346 0.173

A3D1 0.087 0.148 0.235 0.118

A3D2 0.156 0.175 0.332 0.166

A3Z1 0.138 0.103 0.241 0.121

A3Z2 0.129 0.154 0.282 0.141

total 2.836 2.962 5.798 0.121

Rataan 0.118 0.123 0.242

Lampiran 16. Tabel dwikasta A x P

Pelindian Anak Petak Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 0.158 0.122 0.081 0.091 0.091 0.118 0.115 0.100 0.876 0.109

A2 0.105 0.127 0.143 0.116 0.113 0.115 0.113 0.105 0.937 0.117

A3 0.137 0.130 0.102 0.173 0.117 0.166 0.121 0.141 1.086 0.136

Total 0.400 0.379 0.326 0.380 0.321 0.399 0.348 0.346 2.899 0.362

(58)

Lampiran 17. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.0003 0.0003 0.1907tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 0.0059 0.0029 1.6939tn 19 90

Galat A 2 0.0035 0.0017

Amelioran (B) 7 0.0045 0.0006 0.9766tn 2.49 3.65

A X B 14 0.0142 0.001 1.5355tn 2.2 3.07

Galat b 21 0.0139 0.0007

Total 47 0.0423 0.0009

KK A 34.46143

KK B 21.27878

Keterangan : ** = sangat nyata * = nyata

(59)

Lampiran 18. Tabel rataan analisis Mg-tukar tanah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1K01 0.785 0.793 1.578 0.789

A1K02 0.715 0.712 1.427 0.714

A1P1 0.655 0.690 1.346 0.673

A1P2 0.697 0.669 1.366 0.683

A1D1 0.726 0.832 1.558 0.779

A1D2 0.752 0.834 1.586 0.793

A1Z1 0.694 0.674 1.368 0.684

A1Z2 0.657 0.688 1.345 0.673

A2K01 0.749 0.712 1.460 0.730

A2K02 0.877 0.762 1.639 0.819

A2P1 0.846 0.763 1.609 0.804

A2P2 0.844 0.781 1.625 0.813

A2D1 0.885 0.670 1.555 0.778

A2D2 0.898 0.838 1.736 0.868

A2Z1 0.876 0.840 1.716 0.858

A2Z2 0.883 0.770 1.653 0.827

A3K01 0.810 0.878 1.688 0.844

A3K02 0.839 0.845 1.683 0.842

A3P1 0.802 0.836 1.638 0.819

A3P2 0.927 0.863 1.790 0.895

A3D1 0.951 0.909 1.860 0.930

A3D2 0.919 0.915 1.833 0.917

A3Z1 0.816 0.750 1.566 0.783

A3Z2 0.719 0.861 1.580 0.790

total 19.318 18.885 38.203 0.796

Rataan 0.805 0.787 1.592

Lampiran 19. Tabel dwikasta A x P

Pelindian Anak Petak Total Rataan

K1 K2 P1 P2 D1 D2 Z1 Z2

A1 0.789 0.713 0.673 0.683 0.779 0.793 0.684 0.673 5.787 0.723

A2 0.730 0.819 0.804 0.812 0.777 0.868 0.858 0.827 6.496 0.812

A3 0.844 0.842 0.819 0.895 0.930 0.917 0.783 0.790 6.819 0.852

Total 2.363 2.374 2.296 2.390 2.487 2.577 2.325 2.289 19.101 2.388

(60)

Lampiran 20. Tabel sidik ragam F5% dan F1%

SK Db JK KT F HIT F5% F1%

Ulangan 1 0.004 0.004 0.245tn 18.51 98.49

Air Pelindi (A) 2 0.139 0.070 4.395tn 19 90

Galat A 2 0.032 0.016

Amelioran (B) 7 0.046 0.007 3.639* 2.49 3.65

A X B 14 0.067 0.005 2.648* 2.2 3.07

Galat b 21 0.038 0.002

Total 47 0.3249 0.0069

KK A 15.81971

Gambar

Tabel 1. Rataan Kemasaman Tanah  pada  Beberapa  Interaksi  Pemberian  Jenis                Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru
Tabel 2.  Rataan Daya Hantar Listrik Tanah pada  Beberapa  Interaksi  Pemberian  Jenis Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru
Tabel 3.  Rataan K-tukar Tanah  pada  Beberapa  Interaksi  Pemberian  Jenis                 Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru
Tabel 4.  Rataan Na-tukar Tanah  pada  Beberapa  Interaksi  Pemberian  Jenis                 Air dan Amelioran pada Tanah Gambut Desa Tebing Lingga Hara Baru
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa baik Sertifikat Hak Milik atas tanah yang menjadi obyek perkara milik Terbanding semula Terlawan/Penggugat maupun Sertifikat Hak Guna Bangunan yang

The strategies of these techniques to achieve the five main attributes of modularity (low coupling, low complexity, and high cohesion, open for extension, close

Kasus yang kami akan bahas dalam makalah ini merupakan kasus-kasus yang terjadi di hutan- hutan Indonesia, seperti pada kasus penyelundupan kayu Merbau di Papua yang di ekspor ke

Karena menggunakan akad ijarah maka pihak BMT Tumang berhak untuk mendapatkan Ujroh atau imbalan dari fasilitas-fasilitas yang akan BMT Tumang berikan kepada anggota

Akan tetapi masih banyak kejadian peserta BPJS yang rutin membayar iuran BPJS tetapi masih belum menerima manfaat dari kartu BPJS tersebut seperti kasus diatas, serta masih ada

Oleh karena itu, penelitian pakan dan nutrisi pada kelompok ini sebaiknya difokuskan kepada pencarian sistem produksi alternatif yang dapat menjamin ketersediaan pakan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Apakah pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Badan. Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia