PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI
SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN SITALASARI KOTA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008
T E S I S
Oleh
SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI
SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN SITALASARI KOTA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN
PARTISIPASI SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Samirah Kemalasari Nomor Pokok : 057012028
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Ida Yustina, MSi) Ketua
(Asfriyati, SKM, M.Kes) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji
Pada tanggal 25 Februari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ida Yustina, MSi
Anggota : 1. Asfriyati, SKM, M.Kes
2. Dra.Jumirah Apt, M.Kes.
PERNYATAAN
PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI SUAMI
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN
SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2008
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2009
ABSTRAK
Pencapaian ASI Eksklusif di kota Pematang Siantar masih rendah dan sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 pencapaian pemberian ASI Eksklusif cenderung menurun dari 30,04% hingga 22,03%. Kecamatan Sitalasari merupakan kecamatan dengan pencapaian ASI Eksklusif sangat rendah (5,38%) di kota Pematang Siantar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri dan partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian adalah
explanatory research. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan, dengan jumlah sampel 62 ibu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik istri (pendidikan, perkerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami tidak mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif (p > 0, 05).
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar untuk meningkatkan kampanye pemberian ASI guna meningkatkan kepedulian pihak terkait dan memasyarakatkan penggunaan ASI yang baik dan benar, serta melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.
ABSTRACT
The achievement of Exclusive Breastfeeding in Pematang Siantar City is still low and since the year 2004 till 2006 the achievement of Exclusive Breastfeeding is decreasing from 30, 04% till 22, 03%. Sitalasari Sub district is the sub district with the very low achievement of Exclusive Breastfeeding (5, 38%) in Pematang Siantar City.
The purpose of this research to analyze the influence of wife’s characteristics and husband’s participation on Exclusive Breastfeeding. The type of this research is explanatory research. The populations of this research are the women who has baby with age range between 6-12 months with the total of sample are 62. The data were collected by an interview using questioner. The data were analyzed by using the multiple linear regression tests.
The result of test shows that wife’s characteristics (education, job, knowledge, and attitude) and husband’s participation do not have any influence on Exclusive Breastfeeding (p > 0, 05).
It is suggested that Pematang Siantar District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counseling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis ini yang mana merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar magister kesehatan.
Selama penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul “Pengaruh karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif di kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar”, penulis telah mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi dan Ibu
Asfriyati, SKM, M.Kes yang telah membimbing dari awal sampai selesainya
penulisan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Jumirah Apt, M.Kes, dan Ibu Ernawati Nasution SKM, M.Kes, selaku
Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan saran untuk
penyempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
5. Bapak dr. H. Andi Aziz Rangkuty, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana USU Medan.
6. Orangtuaku tercinta, ibunda Hj. Sri Rembuni dan ayahanda Syamsuddin Ishak
(Alm) yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan doa restu
kepada ananda agar dapat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana.
7. Teristimewa buat suamiku tercinta Drs. Makmur Apt dan ketiga anakku tersayang
Muhammad Iqbal, Ardian Hidayat dan Astari Chairunnisa, yang penuh
pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia
menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa
menyelesaikan pendidikan.
8. Dr. Elliana Gus selaku Kepala Puskesmas dan seluruh teman-teman di Puskesmas
Raya Pematang Siantar yang telah banyak memberikan dorongan dan perhatian
yang tak pernah putus serta pengertian yang dalam.
9. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya di
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari isi
maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang
masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Januari 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Samirah Kemalasari
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 5 September 1961
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
1968 – 1974 : Laboratorium SD Teladan Lamnyong NAD
1974 – 1977 : SMP Negeri 1 NAD
1977 – 1980 : SMA Negeri 3 NAD
1980 – 1987 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara Medan
2005 – 2009 : Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Medan
Riwayat Pekerjaan:
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1
2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 25
2.8. Landasan Teori... 27
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35
3.7. Metode Analisis Data... 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 39
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
4.2. Karakteristik Responden ... 42
4.3. Faktor-faktor Partisipasi Suami ... 47
4.4. Partisipasi Suami... 48
4.5. Pemberian ASI Eksklusif ... 49
4.6. Hasil Wawancara ... 49
4.7. Pengaruh Karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 51
BAB 5 PEMBAHASAN... 53
5.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 53
5.2. Pengaruh Pendidikan Isteri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 55
5.3. Pengaruh Pekerjaan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif . 56 5.4. Pengaruh Pengetahuan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 57
5.5. Pengaruh Sikap Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 59
5.6. Pengaruh Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 60
BAB 6 KESIMPULAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Saran... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Distribusi Perhitungan Sampel………. 31
3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 33
3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 38
4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007... 40
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007... 40
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007... 41
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007... 41
4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007... 42
4.6 Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 42
4.7 Distribusi Perkerjaan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 43
4.8 Distribusi Uraian Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 44
4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 45
4.10 Distribusi Uraian Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 46
4.12 Distribusi Faktor-Faktor Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun
2008...
48
4.13 Distribusi Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...
49
4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...
49
4.15 Alasan Responden Memberi ASI
Eksklusif...
50
4.16 Alasan Responden tidak Memberi ASI
Eksklusif...
51
4.17 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Karakteristik Istri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Faktor-Faktor Pembentuk Partisipasi………... 22
2.2. Kerangka Teori………... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian……… 69
2. Penjelasan Kuesioner ……… 75
3. Hasil Pengolahan Data Penelitian……….... 85
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……...……….. 97
5. Surat Keterangan Izin Penelitian...……….. 103
6. Surat Rekomendasi...………... 104
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan
kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dulu pemberian ASI Ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan
sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007). Bahkan ASI dapat diberikan
hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak
mau lagi minum ASI.
Pedoman Internasional juga menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6
bulan pertama, hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan
hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi
(nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya (Linkages, 2002).
Setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF (United Nations International Children Education Found) juga memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kajian WHO atas lebih dari 3000
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu
Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang
harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi
yang dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada yang bisa mengganti peran maupun fungsi
daripada ASI karena ASI didisain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi
komposisinya sangat berbeda dengan ASI sehingga tidak bisa saling menggantikan.
ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang
diberi ASI mungkin lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap
penyakit-penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi/peradangan telinga, dan beberapa
infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat
sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta
dapat mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti sakit asma, kanker, kencing
manis dan overweight (Harm’s Way, 2002).
Anak-anak yang tidak diberi ASI Eksklusif mempunyai kemungkinan lebih
besar menderita kekurangan gizi dan obesitas serta ketika dewasa lebih mudah
terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes
(Amiruddin dan Rostia, 2006).
Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya
meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada
kenyataannya praktek pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya.
Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI,
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005 . Roesli, 2008).
Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif kemungkinan
disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut diantaranya umur ibu yang terlalu muda
sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, pendidikan yang tidak memadai,
pertama kali, melahirkan sehingga tidak tahu pentingnya ASI Eksklusif, pekerjaan,
mementingkan keindahan tubuh pasca persalinan atau juga bisa disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan ibu disebabkan ibu tidak mendapatkan informasi dari pihak
kesehatan, keluarga dan masyarakat. Faktor lain yang memperkuat ibu untuk tidak
menyusui dan memberikan susu formula adalah pemakaian pil KB, gengsi supaya
kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya adalah pengaruh iklan
(Soetjiningsih, 1997).
Salvina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, 75,6% ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus
sebagai pekerja lepas (buruh), serta 13,33% masih mengemukakan ASI tidak
bermanfaat terhadap bayinya, 23,02% masih membuang kolostrumnya.
Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan
masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara
eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Ternyata
rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut terkait dengan peran suami yang
memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui. Bentuk
ikut merawat bayi, memberikan kata-kata pujian/ pemberi semangat sehingga istri
terus merasa percaya diri.
Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI
Eksklusif selama enam bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran
dirinya dalam program tersebut. Sesungguhnya peran suami sangat penting dalam
program ini karena memperlancar pemberian ASI yang bermakna bagi peningkatan
mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak dipahami oleh para suami.
Peran para suami pada program itu mencakup menciptakan suasana nyaman bagi istri
sehingga kondisi psikis mereka sehat. Peningkatan peran suami berupa perhatian
kepada istri sangat dibutuhkan suatu proses dalam produksi ASI yakni reflex oxitosin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling kelenjar susu
(mammary alveoli) hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa pada saat reflex oxitosin inilah peran ayah sungguh besar sebab mempengaruhi keadaan emosi dan perasaan ibu.
Walaupun pengaruhnya berbeda kadarnya pada setiap ibu, pengaruh emosional bisa
mencapai 75% dalam menghambat keluarnya ASI. Peran ayah di sini dapat berupa
memberi rasa aman, meyakinkan ibu bahwa ia mampu menyusui dan pentingnya
memberi ASI bagi bayi.
Tidak adanya dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi
karena suami merasa bahwasanya hamil, melahirkan, membesarkan anak adalah
urusan istri (kodrat wanita) sehingga hanya wanitalah yang paling pantas
tidak mendukung pemberian ASI oleh karena takut payudara istrinya akan menjadi
jelek. Hasil penelitian Owens (2000) di Chicago mengungkapkan bahwa kurangnya
dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif adalah karena menyusui
menyebabkan ibu menjadi jelek, tidak menarik dan dapat menghambat atau
menggagalkan hubungan seks antara suami dan istri.
Rendahnya angka pencapaian tersebut tentu saja perlu mendapat perhatian
karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia dimasa
mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka
kematian di Kota Pematangsiantar, khususnya di Kecamatan Sitalasari.
Penelitan di Guatemala mengungkapkan bahwa 12% ibu-ibu memberikan ASI
Eksklusif seminggu setelah kelahiran dan hanya 5% yang memberikan ASI Eksklusif
sejak kelahiran bayi. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 41% ibu-ibu
mengatakan memberi ASI sebelum 24 jam kelahiran dan 61% telah memberikan susu
botol sebelum 24 jam kelahiran (Dearden dkk, 2002).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa
hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Sebanyak 8% bayi
yang baru lahir mendapat ASI dalam satu jam setelah kelahiran dan 53% bayi
mendapatkan ASI diatas 1 jam pada hari pertama kelahiran (Depkes. RI., 2001).
Namun berdasarkan data SDKI tahun 2002, pencapaian ASI Eksklusif
mengalami penurunan di mana hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari
pertama. Pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara umur
bulan sebesar 7,8%. Adapun cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat
dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002
(Anonymous, 2006)
Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar masih rendah dan
mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2005, pencapaian ASI Ekslusif adalah
29,17% dan pada tahun 2006, pencapaian ASI Ekslusif adalah 22,03%. Angka ini
mengalami penurunan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu 30,04%.
Secara rata-rata dari tahun 2004 sampai dengan 2006, pencapaian ini juga masih
rendah bila dibandingkan dengan target pencapaiaan ASI di Kota Pematangsiantar
pada tahun 2005 yaitu 40% (Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, 2006).
Bila dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 40% pada tahun
2005 dan 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target
Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah
80% (Depkes, 2003), maka pencapaian di Kota Pematangsiantar tersebut masih
sangat rendah. Demikian pula bila dibandingkan dengan target pada tahun 2005 untuk
Propinsi Sumatera Utara sebesar 35,30%, angka pencapaian tersebut juga masih
rendah. Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar tentu tidak
terlepas dari rendahnya pencapaian di setiap Kecamatan di Kota Pematangsiantar.
Dari 7 (tujuh) kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar, ternyata pencapaian di
lainnya, dimana tingkat pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari tersebut
sebesar 5,38%.
Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik istri serta partisipasi suami dalam upaya pemberian ASI eksklusif di
Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, sehingga diharapkan dapat menyusun
perencanaan guna meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan target
pencapaian SPM Kabupaten/Kota di masa yang akan datang, serta menjamin
pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
di Kota Pematangsiantar.
1.2.Permasalahan Penelitian
Bila ditinjau atau dibandingkan dari pencapaian program ASI Eksklusif di
Kota Pematangsiantar maupun di Tingkat Propinsi Sumatera Utara dan juga
pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara Nasional bahwa
pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar masih
rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka permasalahan penelitian dirumuskan
sebagai berikut: Apakah ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan kemauan, kemampuan)
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri
(pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan partisipasi suami (kesempatan,
kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari
Kota Pematangsiantar.
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap)
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2. Ada pengaruh partisipasi suami (kesempatan, kemauan, kemampuan) terhadap
pemberian ASI Eksklusif.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan salah satu pertimbangan dalam penyusunan perencanaan kegiatan
maupun penyusunan kebijakan di masa mendatang bagi para pengambil
keputusan (Bupati, Ketua DPRD dan Ketua Bapeda).
2. Sebagai bahan masukan atau informasi untuk Dinas Kesehatan Kota (Kepala
Dinas Kesehatan dan Seksi Perencanaan) maupun jajarannya dalam upaya
peningkatan pencapaian ASI Eksklusif dimasa yang akan datang.
3. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat di Kota Pematangsiantar khususnya
Kecamatan Sitalasari tentang arti pentingnya ASI dan sebagai bahan dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Air Susu Ibu (ASI)
Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
mengacu pada Convention on The Right of the Child atau Konvensi Hak-hak Anak, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal
menjadi anak yang sehat dan cerdas, kebutuhan dasar anak harus terpenuhi yang
meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu kasih sayang dan perlindungan; gizi; kesehatan;
pendidikan; pengasuhan; bermain dan berekreasi; serta lingkungan yang sehat dan
orang tua ikut KB (Anonymous , 2006. http://www.depkes.go.id)
Menyusui bayi secara eksklusif merupakan wujud nyata pemenuhan ketujuh
aspek kebutuhan dasar tersebut. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara
optimal, WHO/UNICEF (United Nations International Children Education Found) menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindaklanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan
Anak yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya
ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6
bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Anonymous,
Sesuai dengan kodratnya, wanita akan mengalami menstruasi/haid,
kehamilan, melahirkan hingga menyusui bayi yang dilahirkannya kelak. Untuk
meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin di dalam kandungan, masa bayi,
balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik
bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa
nantinya. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI
berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan
terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan
bayinya. Tidak ada satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi,
aspek kekebalan, aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak (Roesli,U, 2004).
Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar
dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
manfaat dari ASI dan menyusui serta cara melakukan manajemen laktasi. Selain
itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan
pemberdayaan pekerja wanita sendiri.
2.2. Keunggulan dan Manfaat ASI
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan
kelahiran), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang
produksi ASI selanjutnya (Tedjasaputra, 2007).
ASI dipandang sebagai makanan yang paling baik untuk kesehatan, sebab ASI
memberikan berbagai keuntungan untuk anak, baik secara fisik, kognitif maupun
emosional. Secara fisik, tubuh lebih kebal terhadap penyakit, pertumbuhan badan
lebih pesat, bila kebutuhan gizi terpenuhi sehingga pertumbuhan otak diharapkan
lebih cepat, secara emosional akan mempererat kedekatan ibu dengan anak
(Tedjasaputra, 2007).
Keuntungan dan manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut (Depkes. RI.,
2004):
1. Bagi Ibu
a. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).
b. Memperpanjang kehamilan berikutnya.
c. Menghemat waktu
2. Bagi bayi
a. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
b. Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi
lainnya).
c. Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status
3. Bagi keluarga
a. Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya.
b. Penghematan biaya.
4. Bagi masyarakat
a. Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.
b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu dan lain lain).
c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.
d. Berkontribusi dalam penghematan devisa negara.
5. Bagi perusahaan
a. Menghemat biaya pengobatan.
b. Meningkatkan produktivitas kerja.
c. Meningkatkan citra perusahaan.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal
baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat
terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan
menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu
salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu-ibu yang bekerja
sekalipun dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai enam
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (Depkes RI., 2004).
Menurut Amiruddin dan Rostia (2006), pemberian ASI Eksklusif pada bayi
kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar, Surabaya dan Semarang), pemberian itu hanya
sampai 40%. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di
seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Keunggulan dan manfaat dari ASI menurut Depkes (2005) adalah sebagai
berikut:
1. Mengandung zat gizi
2. Sebagai zat kekebalan terhadap mikro-organisme
3. Menambah rasa percaya diri ibu untuk menyusui serta menjalin hubungan/
interaksi bayi dan ibu
4. Meningkatkan kecerdasan bayi
5. Dengan mengisap payudara, ketidak-sempurnaan koordinasi syaraf bayi dapat
lebih baik (aspek neurologis)
6. Menghemat pengeluaran rumah tangga
7. Menunda haid dan kehamilan dan dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi
alamiah
Adapun manfaat maupun keuntungan daripada menyusui bagi ibu adalah
sebagai berikut (Roesli, 2008):
1. Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma)
2. Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker rahim (ca
endometrium)
3. Mengurangi risiko keropos tulang (oesteoporosis)
5. Metode KB paling aman
6. Mengurangi resiko diabetes maternal
7. Mengurangi stres dan gelisah
8. Berat badan lebih cepat kembali normal.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai
dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2007).
2.3. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan
atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak
memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan
benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui
pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara bergantian tiap
kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana
tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi
pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar
puting) harus masuk seluruhnya ke mulut bayi (Dirjen Binkesmas, 2002).
ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan disebut
kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus
diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru
sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air gula, air tajin
dan makanan pralaktal lain (sebelum ASI lancar diproduksi).
Pada usia 0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif),
karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk
tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi
enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa
menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi,
seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi
kebutuhan bayi antara lain: bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu
Menuju Sehat atau KMS (Dirjen Binkesmas, 2002).
Dari data SDKI Tahun 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian
ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya
pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Dari
survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance
System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4
perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar,
Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan
4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13%
sedangkan di perdesaan 2%-13% (Depkes RI., 2004).
Akibat peran ASI yang sangat kompleks tersebut, oleh Dirjen Binkesmas
(2002), dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Pesan yang ke tujuh menyebutkan:
Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Umur 4 Bulan dan Tambahkan MP-ASI
sesudahnya. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pemberian ASI secara
dini kepada bayi sejak lahir. Dengan kata lain, tidak ada interval waktu bagi ibu untuk
langsung menyusui bayinya setelah kelahiran.
2.4. Manfaat ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan yang terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. Hal
ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI
mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Dengan demikian,
rendahnya pemberian ASI Eksklusif di tingkat keluarga menjadi salah satu pemicu
rendahnya status gizi bayi dan balita di masa yang akan datang. Selain itu, ASI tidak
dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun makanan yang dapat
menyamai atau mengganti peran ASI itu sendiri baik dalam kandungan gizinya,
enzim, hormon, maupun kandungan zat imunologik dan anti infeksi.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) juga menunjukkan bahwa
status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4%
menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta balita di Indonesia menderita
gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BB/U). Sekitar 10% dari
1,7 juta balita tersebut menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus, kwashiorkor atau bentuk kombinasi marasmus kwashiorkor. Sampai akhir tahun 1999 terdapat sekitar 24.000 balita gizi buruk tingkat berat. Persentase bayi dengan status
gizi baik menurun sejak bayi usia 6-10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira
separuh pada anak-anak berusia 48-59 bulan. Anak-anak di perdesaan cenderung
memiliki status gizi lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak di daerah perkotaan
(Depkes. RI., 2001).
2.5. Perilaku Kesehatan
Model Perilaku Kesehatan berdasarkan Lawrence Green dalam Haksama
(2002), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non perilaku (non behavior causes) misalnya lingkungan. Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu (1) faktor predisposisi (predisposing factors), (2) faktor pendukung (enabling factors), (3) faktor pendorong (reinforcing factors). Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan persepsi dari orang
tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak tersedianya fasilitas
kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas kesehatan dalam bentuk
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dengan adanya perubahan perilaku
tersebut dapat meningkatkan status kesehatan yang pada gilirannya mampu
meningkatkan kualitas kehidupannya di masa yang akan datang.
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, penilaku manusia mempunyai cakupan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (1997), perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Respon dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Responden respon atau reflexive respons adalah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan ini disebut elicting stimuli, karena
menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata
tertutup.
b. Operant respon atau instrumental respons, adalah respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Rangsangan semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan organisme. Oleh sebab itu perangsang
yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu
perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar
Di dalam kehidupan sehari-hari, respondent respons sangat terbatas
keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti
antara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil.
Sebaliknya operant respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar (Notoatmodjo, 1997).
Notoatmodjo (2002), mengemukakan bahwa penilaian pengetahuan dapat
dikategorisasi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Tinggi apabila 75% responden memberikan jawaban yang benar terhadap
pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban
responden yang benar diatas 75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan
tinggi.
2) Sedang apabila 40%-75% responden memberikan jawaban yang benar atas
pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain apabila jumlah jawaban
responden yang benar antara 40%-75% maka dikategorikan memiliki
pengetahuan sedang.
3) Rendah apabila dibawah 40% jawaban yang diberikan benar terhadap pertanyaan
yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden
yang benar dibawah 40% maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah.
Pengetahuan dalam objek tertentu seperti pengetahuan tentang ASI,
menurut Departemen Kesehatan RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui
1) Pengertian ASI Ekslusif dan kolostrum
2) Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI, dan manfaat
menyusui
3) Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lama, dan sampai umur
berapa
4) Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui,
menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI, menyimpan
ASI dan cara menyapih yang baik.
5) Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain; puting susu datar dan
terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang
payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung puting.
2.6. Partisipasi
Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.
Mikkelsen dalam Soetomo (2006) menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan
makna yang berbeda tentang partisipasi
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan
3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek agar
memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.
4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan
dan lingkungan mereka.
Mikkelsen dalam Soetomo (2006) mengembangkan asumsi teoritik sebagai
berikut:
1. Tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik antara
kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat.
Oleh karena itu partisipasi masyarakat adalah hal yang memungkinkan.
2. Pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat.
3. Pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya karena
pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang
ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan
4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya
penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara
eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.
Notoatmodjo (2007) mengatakan metode partisipasi masyarakat adalah:
1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)
Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam satu proram, baik melalui
perundang undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja.
Cara ini akan lebih cepat hasilnya, dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut,
merasa dipaksa dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awerencees), tetapi ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki
terhadap program.
2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi.
Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan
akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan
mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan
penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kemampuan Berpartisipasi
Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Kemauan
Sumber : (Mardikanto, Totok, 2003, Redefinisi dan Revitalisasi) Gambar 2.1. Faktor – faktor Pembentuk Partisipasi
Menurut Margono dalam Mardikarto (2003) menyatakan bahwa tumbuh
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3
(tiga) unsur pokok, yaitu :
1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi
3) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor
pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan
kemampuannya (Gambar 2.1.). Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong
seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan
setiap kesempatan.
1. Kesempatan untuk berpartisipasi
Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh
partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada
kurangnya “informasi” yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan
dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi
2. Kemauan untuk berpartisipasi
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup
belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk (turut)
membangun.
Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki
masyarakat, yang menyangkut:
a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.
b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki
mutu hidupnya.
3. Kemampuan untuk berpartisipasi
Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:
a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan
untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun
(memperbaiki mutu hidupnya)
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia
secara optimal.
Analisis tentang faktor –faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dapat didekati melalui
beberapa disiplin keilmuan, sebagai berikut:
a. Dalam konsep psikologi, tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat, sangat ditentukan oleh motivasi yang melatar – belakanginya,
yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan, keinginan,
dan harapan-harapan yang dirasakan.
b. Secara sosiologis, tumbuh dan berkembangnya partisipasi dalam masyarakat,
akan sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap tingkat
kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan kepadanya.
Berdasarkan pada konsep di atas, maka tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui:
1. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian
informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat,
melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat
mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan
kemampuannya untuk berpartisipasi.
2. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya
ekonomi yang dapat secara langsung atau tak langsung dinikmati sendiri maupun
yang akan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Sebuah studi yang dilakukan oleh Menon, dkk., (2001) di Bangladesh
mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh
ibu kepada bayinya dipengaruhi oleh berbagai penyebab seperti: (1) Informasi yang
diperoleh dari Buku/Radio/TV, (2) Peran Suami, (3) Pekerjaan ibu, (4) Ibu-ibu lain,
(5) Petugas Kesehatan Masyarakat dan Dokter.
Di Indonesia pemberian ASI belum dilaksanakan secara sepenuhnya. Upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI
1) Faktor sosial budaya
2) Kesadaran akan pentingnya ASI
3) Pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung pp-asi
4) Gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Depkes RI., 2004).
Pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang rendah tersebut ternyata
disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan
suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
menyusui secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono,
1992). Hal ini juga menurut UNICEF (1993), dukungan suami dalam pemberian ASI
kepada bayi yang baru lahir sangatlah penting. Ayah dapat sebagai sumber utama
dalam mendukung (support) dalam pemberian ASI kepada bayi baru lahir. Hal ini perlu juga didiskusikan dengan anggota keluarga yang salah satunya adalah suami
sebagai kepala keluarga tentang kebutuhan ibu dalam proses kelahiran.
Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut juga terkait dengan peran
suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui.
Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI Eksklusif
selama 6 bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran dirinya dalam
program tersebut. Peran para suami berupa perhatian kepada istri, menciptakan
suasana nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Pikiran ibu yang
hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Ternyata peran suami sangat penting karena memperlancar pemberian ASI yang
bermakna bagi peningkatan mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak
dipahami oleh para suami. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa walaupun
pengaruhnya berbeda pada setiap ibu, namun pengaruh emosional ini bisa mencapai
75% dalam menghambat keluarnya ASI. Menurut Roesli (2008), seorang ayah
sebaiknya mengerti untuk mendukung keberhasilan memberikan ASI Eksklusif atau
menjadi Ayah ASI (breastfeeding father). Berikut ini cara ayah membantu dalam proses menyusui:
1. Ayah menyendawakan bayi
2. Ayah memandikan bayi
3. Ayah bermain, bergurau dan mendendangkan bayi
4. Ayah mengganti popok
5. Ayah memijat bayi
6. Ayah menggendong bayi
2.8. Landasan Teori
Berdasarkan uraian maupun berbagai teori yang mendasari atau melandasi upaya pemberian ASI Eksklusif yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
Sumber : Lawrence W. Green, Judith M. Ottoson, 1980 Gambar 2.2. Kerangka Teori
Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
(tiga) faktor, yaitu: 1). predisposing factors (kebiasaan, kepercayaan, tradisi, pengetahuan dan sikap), 2). enabling factors (ketersediaan, keterjangkauan, dan keterampilan), 3). reinforcing factors (Petugas kesehatan, TOMA, teman, suami / keluarga).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan,
nilai, dan persepsi dari orang tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak
tersedianya fasilitas kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas
2.9. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dengan kerangka teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Istri: - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap
Pemberian ASI Eksklusif Partisipasi Suami:
- Kesempatan
- Kemauan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan explanatory research, untuk mengetahui pengaruh antara variabel karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan, kemauan,
kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan di wilayah kerja Kecamatan Sitalasari Kota
Pematangsiantar, dengan pertimbangan :
Rendahnya pencapaian program ASI Eksklusif (peringkat terendah dari 7 Kecamatan
yang ada di Kota Pematangsiantar yaitu 5,38% tahun 2007).
Penelitian dilakukan dimulai bulan April 2008 sampai dengan bulan
September 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur
6 – 12 bulan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar 2007 dengan jumlah 158
ibu. Sampel adalah ibu-ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Kecamatan
Sitalasari Kota Pematangsiantar dengan perhitungan sampel sebagai berikut (Taro
n
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang. Untuk menentukan jumlah sampel di setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, dilakukan dengan metode alokasi sebanding (Gaspersz, 1991) dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Distribusi Perhitungan sampel
No. Desa/Kelurahan Perhitungan Jumlah Sampel
1. Gurilla 62
Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing Desa/Kelurahan pada
perhitungan di atas, maka selanjutnya dilakukan penentuan/pemilihan responden di
masing-masing Desa/Kelurahan yang dilakukan dengan cara simple random sampling (melotre) sebanyak jumlah sampel yang telah ditentukan. Penentuan responden di tingkat Desa/Kelurahan tersebut dilakukan dengan mengambil rekapitulasi daftar bayi
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data meliputi data primer (pendidikan, pengetahuan,
perkerjaaan, sikap, partisipasi) yang diperoleh melalui wawancara langsung pada
responden dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu
kepada variabel yang diteliti.
Data sekunder (pencapaian ASI Eksklusif, jumlah bayi dan data pendukung
lain) diperoleh dari dokumen maupun arsip yang berada di Dinas Kesehatan Kota
Pematangsiantar, Kantor Desa/Kelurahan maupun yang ada di Puskesmas serta
data-data yang lain yang mendukung dalam penelitian ini.
Terdapat dua syarat utama yang berlaku untuk sebuah angket atau kuesioner,
yaitu keharusan sebuah angket atau kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu angket
atau kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket atau kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket atau pertanyaan
tersebut.
Untuk mengetahui atau menguji validitas angket atau kuesioner ini, dengan
menggunakan formula Korelasi Pearson Product Moment (r) sebagai berikut:
Sedangkan suatu angket atau kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Untuk mengetahui reliabilitas suatu angket atau kuesioner dapat dilihat dari
nilai alpha cronbach.
Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan
nilai r hasil. Nilai r tabel dengan tabel r, menggunakan df = n-2, pada tingkat
kemaknaan 5% maka didapat angka r tabel adalah :
Df = n-2 → = 15-2= 13 r tabel = 0,514
Nilai r hasil dari masing – masing pertanyaan dibanding dengan r tabel dan
bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Bila r alpha > r tabel maka
pertanyaan tersebut reliebel. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Variabel r table r hasil Alpha C Keterangan
Pengetahuan
P1 0,514 0,9007 Valid dan Reliabel
P2 0,514 0,5302 Valid dan Reliabel
P3 0,514 0,9614 Valid dan Reliabel
P4 0,514 0,6296 Valid dan Reliabel
P5 0,514 0,8700 0,9337 Valid dan Reliabel
P6 0,514 0,5168 Valid dan Reliabel
Lanjutan Tabel 3.2.
P7 0,514 0,8000 Valid dan Reliabel
P8 0,514 0,9046 Valid dan Reliabel
Sikap
S1 0,514 0,6415 Valid dan Reliabel
S2 0,514 0,5517 0,8259 Valid dan Reliabel
S3 0,514 0,6451 Valid dan Reliabel
S4 0,514 0,7809 Valid dan Reliabel
Dari Tabel 3.2 diatas terlihat bahwa semua pertanyaan nilai r hasil lebih besar dari
pada r table demikian juga alpha lebih besar dari r tabel, dengan demikian
kuesioner yang digunakan untuk penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Istri
dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari
Kota Pematangsiantar tahun 2008 adalah valid dan reliabel. Sedangkan untuk
mengetahui reliabilitas pertanyaan tersebut dengan membandingkan nilai alpha
cronbach dengan nilai r tabel, dimana apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari
r tabel maka angket atau pertanyaan tersebut reliabel. Berdasarkan jumlah sampel
sebanyak 62 orang maka nilai r tabel adalah 0,1650, dimana 0,754 > 0,1650 maka
angket atau kuesioner tersebut sudah reliabel.
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:
(1) Karakteristik
1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dengan ijazah terakhir yang
diperoleh responden, yaitu : (a) SD, (b) SMP/SMA, (c) D III / S I.
2. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari untuk
mendapatkan imbalan (uang), dikategorikan: (a) bekerja, (b) tidak bekerja.
3. Pengetahuan, adalah segala sesuatu diketahui responden tentang ASI
Eksklusif.
4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemberian ASI
Eksklusif.
(2) Partisipasi
1. Kesempatan adalah: waktu / peluang yang dimiliki suami untuk membantu
istri dalam pemberian ASI Eksklusif.
2. Kemauan adalah: keinginan dari suami untuk membantu istri agar istri dapat
memberikan ASI Eksklusif.
3. Kemampuan adalah: keterampilan yang mampu dilakukan suami guna
membantu istri dalam pemberian ASI Eksklusif.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI
Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja oleh ibu menyusui kepada bayinya sejak lahir
sampai dengan 6 bulan, tanpa makanan pendamping lainnya.
Pengukuran variabel independen yang meliputi karakteristik istri dan
partisipasi suami adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Istri
a. Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal dengan
kategori : (1) Tamat SD, (2) Tamat SLTP/SLTA, dan (3) Tamat DIII-PT
b. Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala nominal dengan
kategori (a) bekerja dan (b) tidak bekerja.
c. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 9
(sembilan) pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1) Baik apabila total skor berada 21–27
2) Kurang baik apabila total skor 15 –20
3) Tidak baik apabila total skor 9 – 14
d. Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 4 (empat)
pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Baik apabila total skor 6 – 8
2) Tidak baik apabila total skor 4 – 5
2. Partisipasi Suami
Pengukuran partisipasi suami meliputi : Kesempatan, kemauan dan
kemampuan , yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran variabel kesempatan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian
1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban
2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban
3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.
2. Pengukuran variabel kemauan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban
2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban
3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.
3. Pengukuran variabel kemampuan suami juga didasarkan pada skala ordinal,
kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban
2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban
3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.
4. Pengukuran variabel partisipasi suami juga didasarkan pada skala ordinal, dan
dilakukan penjumlahan bobot nilai (kesempatan, kemauan, kemampuan)
kemudian dikelompokkan menjadi yaitu :
1. Tinggi apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 7-9
2. Sedang apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 5 – 6
3. Rendah apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 3 – 4
Tabel 3.3. Metode Pengukuran
Variabel Independen dan
Variabel Dependen
b. Tidak bekerja
1
Pemberian ASI Eksklusif 1) Memberikan ASI Esklusif
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Unviariat untuk
multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Kecamatan Siantar Sitalasari berada pada garis 3º01‘.09‘‘LU
dan 99º06’23‘‘BT. Wilayah Kecamatan Siantar memiliki luas 2.272,26 Ha
dengan kondisi daerah yang berbukit-bukit. Tergolong ke dalam daerah tropis,
beriklim sedang dan suhu rata-rata 24,7º dengan curah hujan rata-rata 232 mm
pada tahun 2007. Struktur daerah Kecamatan Siantar Sitalasari berwujud daerah
pemukiman dengan daerah pertanian dan sawah yang berada di pinggiran.
Kecamatan Siantar Sitalasari merupakan Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan
Siantar Martoba sesuai dengan Peraturan Derah Kota Pematangsiantar. Wilayah
administrasi terdiri dari 4 kelurahan yaitu, Kelurahan Bukit Sofa, Kelurahan Bah
Kapul, Kelurahan Setia Negara, dan Kelurahan Gurilla. Dengan topografis derah
berbukit-bukit, di wilayah ini terdapat beberapa sungai antara lain: Sungai Bah
Bolon, Sungai Bah Kapul, Sungai Bah Sijambe, Sungai Bah Silobang, Sungai
Bah Sibatu-batu, Sungai Bah Bai Tama, Sungai Tirtorejo. Adapun batas wilayah
Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siantar Martoba/Kecamatan
Siantar Utara/Kecamatan Siantar Barat.
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat/Kabupaten
Simalungun.
Jumlah penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebanyak 26.799 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.841 orang dan
penduduk perempuan sebanyak 12.958 orang sementara sex ratio adalah sebesar 93,2%. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bah Kapul dengan jumlah 12.518 orang berbanding lurus dengan dengan luas wilayah tersebut yang memiliki luas 767,75 Ha. Secara rinci jumlah penduduk Siantar Sitalasari dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007
No Nama
4 GURILLA 935,26 1.517 1.563
2.272,26 13.841 12.958
Penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari mayoritas mempunyai mata
pencaharian sebagai PNS/TNI/POLRI, (4.211 jiwa), sebagai petani sebanyak 3.744
jiwa, sebagai pedagang sebanyak 1.692 jiwa, sebagai karyawan sebanyak 1030 jiwa
dan yang lain sebanyak 2.316 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007
No Nama
Kelurahan PNS/TNI/POLRI Pedagang Petani Karyawan Lain-lain
1 BAH KAPUL 593 408 529 405 820
2 BUKIT SOFA 271 261 5 196 285
3 SETIA 3.295 898 599 419 780
NEGARA
4 GURILLA 52 125 2.641 10 251
4.211 1.692 3.744 1.030 2.136
Agama Islam adalah agama mayoritas (13.718 jiwa), kemudian Kristen Protestan (6.730 jiwa), Kristen Katholik (6.491 jiwa), Hindu (15 jiwa), dan Budha (11 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007
No
Nama
Kelurahan
Islam Kristen Protestan
Kristen
Katholik Hindu Budha
1 BAH KAPUL 5.985 3.064 3.379 15 75
2 BUKIT SOFA 3.679 136 1.542 - 32
3 SETIA NEGARA 3.927 1.653 367 - 4
4 GURILLA 127 1.877 1.203 - -
13.718 6.730 6.491 15 111
Sebagai suku bangsa mayoritas adalah suku bangsa Jawa yakni 8004 jiwa, kemudian suku bangsa Simalungun (6787 jiwa ), suku bangsa Toba (5889 jiwa) , suku bangsa Mandailing (2.281 jiwa), suku bangsa Karo (1.544 jiwa), suku bangsa Melayu (899 jiwa), dan suku bangsa Nias (798 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007
No Nama
dailing Nias Jawa Mela
yu
Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai sarana kesehatan sebagai berikut: 3
buah puskesmas ditambah 1 puskesmas pembantu, 20 posyandu dan 4 klinik. Secara
Tabel 4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007
No
Nama Kelurahan Puskesmas Posyandu Rumah Sakit Klinik
1 BAH KAPUL 1 7 - 3
2 BUKIT SOFA 1 4 - -
3 SETIA NEGARA 1 5 - 1
4 GURILLA 1 4 - -
JUMLAH 4 20 - 4
Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai visi ”Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri”.
4.2. Karakteristik Responden
1. Pendidikan
Distribusi data responden berdasarkan pendidikan dikelompokkan menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama adalah responden dengan tingkat pendidikan SD
sebanyak 1 orang (21%), kelompok kedua adalah responden dengan tingkat
pendidikan SLTP/SLTA sebanyak 41 orang (66,1%), kelompok ketiga adalah
responden dengan tingkat pendidikan PT sebanyak 8 orang (12,9%). Secara lebih
rinci terlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008
No Pendidikan Jumlah %
1. SD 13 21,0
2. SLTP/SLTA 41 66,1
3. PT 8 12,9
Total 62 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui dari 62 orang responden, didapati
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden sudah cukup
tinggi, di mana hanya 21,0% yang berpendidikan rendah atau yang telah
menyelesaikan pendidikannya di tingkat Sekolah Dasar (SD).
2. Pekerjaan
Distribusi data responden berdasarkan pekerjaan di kelompokkan menjadi 2
kelompok. Kelompok bekerja sebanyak 16 orang (25,8%), tidak bekerja sebanyak 46
orang (74,2%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Pekerjaan Responden Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008
No Pekerjaan Jumlah %
1. Bekerja 16 25,8
2. Tidak Bekerja 46 74,2
Total 62 100,0
3. Pengetahuan
Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan responden tentang ASI
Eksklusif, diajukan 9 butir pertanyaan berbentuk pilihan berganda. Penilaian jawaban
responden untuk setiap pertanyaan tersebut dikelompokkan dengan penilaian baik,
kurang baik dan tidak baik. Ternyata pengetahuan responden tentang cara mengatasi
puting yang datar termasuk kategori yang tidak baik (88,7%). Sedangkan
(85,5%). Secara lebih rinci distribusi jawaban responden tersebut terlihat pada Tabel
4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Uraian Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008
No. Indikator Pengetahuan Jumlah %
1. Pengertian ASI Eksklusif a. Baik
2. Pengertian Kolostrum
a. Baik
4. Manfaat Menyusui
a. Baik
6. Cara Menyendawakan Bayi
a. Baik
7. Cara Mengatasi Lecet pada Puting Susu
Lanjutan Tabel 4.8.
8. Cara Mengatasi Bengkak pada Payudara a. Baik
9. Cara Mengatasi Puting Yang Datar
a. Baik
Distribusi data responden berdasarkan pengetahuan dikelompokkan menjadi 3
kelompok. Berdasarkan analisis Univariat terlihat bahwa kelompok pengetahuan baik
berjumlah 7 orang (11, 3%), kelompok pengetahuan kurang baik berjumlah 9 orang
(14, 5%) dan kelompok pengetahuan tidak baik berjumlah 46 orang (74, 2%). Secara
lebih rinci terlihat pada Tabel 4.9.