• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI

SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KECAMATAN SITALASARI KOTA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Oleh

SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI

SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KECAMATAN SITALASARI KOTA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN

PARTISIPASI SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Samirah Kemalasari Nomor Pokok : 057012028

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ida Yustina, MSi) Ketua

(Asfriyati, SKM, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal 25 Februari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ida Yustina, MSi

Anggota : 1. Asfriyati, SKM, M.Kes

2. Dra.Jumirah Apt, M.Kes.

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI SUAMI

TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2009

(6)

ABSTRAK

Pencapaian ASI Eksklusif di kota Pematang Siantar masih rendah dan sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 pencapaian pemberian ASI Eksklusif cenderung menurun dari 30,04% hingga 22,03%. Kecamatan Sitalasari merupakan kecamatan dengan pencapaian ASI Eksklusif sangat rendah (5,38%) di kota Pematang Siantar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri dan partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian adalah

explanatory research. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan, dengan jumlah sampel 62 ibu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik istri (pendidikan, perkerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami tidak mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif (p > 0, 05).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar untuk meningkatkan kampanye pemberian ASI guna meningkatkan kepedulian pihak terkait dan memasyarakatkan penggunaan ASI yang baik dan benar, serta melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.

(7)

ABSTRACT

The achievement of Exclusive Breastfeeding in Pematang Siantar City is still low and since the year 2004 till 2006 the achievement of Exclusive Breastfeeding is decreasing from 30, 04% till 22, 03%. Sitalasari Sub district is the sub district with the very low achievement of Exclusive Breastfeeding (5, 38%) in Pematang Siantar City.

The purpose of this research to analyze the influence of wife’s characteristics and husband’s participation on Exclusive Breastfeeding. The type of this research is explanatory research. The populations of this research are the women who has baby with age range between 6-12 months with the total of sample are 62. The data were collected by an interview using questioner. The data were analyzed by using the multiple linear regression tests.

The result of test shows that wife’s characteristics (education, job, knowledge, and attitude) and husband’s participation do not have any influence on Exclusive Breastfeeding (p > 0, 05).

It is suggested that Pematang Siantar District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counseling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini yang mana merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar magister kesehatan.

Selama penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul “Pengaruh karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif di kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar”, penulis telah mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi dan Ibu

Asfriyati, SKM, M.Kes yang telah membimbing dari awal sampai selesainya

penulisan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Jumirah Apt, M.Kes, dan Ibu Ernawati Nasution SKM, M.Kes, selaku

Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan saran untuk

penyempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,

(9)

5. Bapak dr. H. Andi Aziz Rangkuty, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana USU Medan.

6. Orangtuaku tercinta, ibunda Hj. Sri Rembuni dan ayahanda Syamsuddin Ishak

(Alm) yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan doa restu

kepada ananda agar dapat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana.

7. Teristimewa buat suamiku tercinta Drs. Makmur Apt dan ketiga anakku tersayang

Muhammad Iqbal, Ardian Hidayat dan Astari Chairunnisa, yang penuh

pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia

menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa

menyelesaikan pendidikan.

8. Dr. Elliana Gus selaku Kepala Puskesmas dan seluruh teman-teman di Puskesmas

Raya Pematang Siantar yang telah banyak memberikan dorongan dan perhatian

yang tak pernah putus serta pengertian yang dalam.

9. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya di

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari isi

maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang

(10)

masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Januari 2009

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Samirah Kemalasari

Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 5 September 1961

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan:

1968 – 1974 : Laboratorium SD Teladan Lamnyong NAD

1974 – 1977 : SMP Negeri 1 NAD

1977 – 1980 : SMA Negeri 3 NAD

1980 – 1987 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara Medan

2005 – 2009 : Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Medan

Riwayat Pekerjaan:

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 25

2.8. Landasan Teori... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35

(14)

3.7. Metode Analisis Data... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 39

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.3. Faktor-faktor Partisipasi Suami ... 47

4.4. Partisipasi Suami... 48

4.5. Pemberian ASI Eksklusif ... 49

4.6. Hasil Wawancara ... 49

4.7. Pengaruh Karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 51

BAB 5 PEMBAHASAN... 53

5.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 53

5.2. Pengaruh Pendidikan Isteri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 55

5.3. Pengaruh Pekerjaan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif . 56 5.4. Pengaruh Pengetahuan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 57

5.5. Pengaruh Sikap Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 59

5.6. Pengaruh Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 60

BAB 6 KESIMPULAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Saran... 63

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Distribusi Perhitungan Sampel………. 31

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 33

3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 38

4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007... 40

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007... 40

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007... 41

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007... 41

4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007... 42

4.6 Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 42

4.7 Distribusi Perkerjaan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 43

4.8 Distribusi Uraian Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 44

4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 45

4.10 Distribusi Uraian Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 46

(16)

4.12 Distribusi Faktor-Faktor Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun

2008...

48

4.13 Distribusi Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...

49

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...

49

4.15 Alasan Responden Memberi ASI

Eksklusif...

50

4.16 Alasan Responden tidak Memberi ASI

Eksklusif...

51

4.17 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Karakteristik Istri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-Faktor Pembentuk Partisipasi………... 22

2.2. Kerangka Teori………... 28

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian……… 69

2. Penjelasan Kuesioner ……… 75

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian……….... 85

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……...……….. 97

5. Surat Keterangan Izin Penelitian...……….. 103

6. Surat Rekomendasi...………... 104

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan

kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dulu pemberian ASI Ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan

sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007). Bahkan ASI dapat diberikan

hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak

mau lagi minum ASI.

Pedoman Internasional juga menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6

bulan pertama, hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan

hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi

(nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya (Linkages, 2002).

Setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF (United Nations International Children Education Found) juga memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kajian WHO atas lebih dari 3000

penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu

(20)

Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang

harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi

yang dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada yang bisa mengganti peran maupun fungsi

daripada ASI karena ASI didisain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi

komposisinya sangat berbeda dengan ASI sehingga tidak bisa saling menggantikan.

ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang

diberi ASI mungkin lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap

penyakit-penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi/peradangan telinga, dan beberapa

infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat

sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta

dapat mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti sakit asma, kanker, kencing

manis dan overweight (Harm’s Way, 2002).

Anak-anak yang tidak diberi ASI Eksklusif mempunyai kemungkinan lebih

besar menderita kekurangan gizi dan obesitas serta ketika dewasa lebih mudah

terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes

(Amiruddin dan Rostia, 2006).

Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya

meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada

kenyataannya praktek pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya.

Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI,

pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung

(21)

formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang

manfaat ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005 . Roesli, 2008).

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif kemungkinan

disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut diantaranya umur ibu yang terlalu muda

sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, pendidikan yang tidak memadai,

pertama kali, melahirkan sehingga tidak tahu pentingnya ASI Eksklusif, pekerjaan,

mementingkan keindahan tubuh pasca persalinan atau juga bisa disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan ibu disebabkan ibu tidak mendapatkan informasi dari pihak

kesehatan, keluarga dan masyarakat. Faktor lain yang memperkuat ibu untuk tidak

menyusui dan memberikan susu formula adalah pemakaian pil KB, gengsi supaya

kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya adalah pengaruh iklan

(Soetjiningsih, 1997).

Salvina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, 75,6% ibu yang tidak

memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus

sebagai pekerja lepas (buruh), serta 13,33% masih mengemukakan ASI tidak

bermanfaat terhadap bayinya, 23,02% masih membuang kolostrumnya.

Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan

masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara

eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Ternyata

rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut terkait dengan peran suami yang

memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui. Bentuk

(22)

ikut merawat bayi, memberikan kata-kata pujian/ pemberi semangat sehingga istri

terus merasa percaya diri.

Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI

Eksklusif selama enam bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran

dirinya dalam program tersebut. Sesungguhnya peran suami sangat penting dalam

program ini karena memperlancar pemberian ASI yang bermakna bagi peningkatan

mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak dipahami oleh para suami.

Peran para suami pada program itu mencakup menciptakan suasana nyaman bagi istri

sehingga kondisi psikis mereka sehat. Peningkatan peran suami berupa perhatian

kepada istri sangat dibutuhkan suatu proses dalam produksi ASI yakni reflex oxitosin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling kelenjar susu

(mammary alveoli) hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa pada saat reflex oxitosin inilah peran ayah sungguh besar sebab mempengaruhi keadaan emosi dan perasaan ibu.

Walaupun pengaruhnya berbeda kadarnya pada setiap ibu, pengaruh emosional bisa

mencapai 75% dalam menghambat keluarnya ASI. Peran ayah di sini dapat berupa

memberi rasa aman, meyakinkan ibu bahwa ia mampu menyusui dan pentingnya

memberi ASI bagi bayi.

Tidak adanya dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi

karena suami merasa bahwasanya hamil, melahirkan, membesarkan anak adalah

urusan istri (kodrat wanita) sehingga hanya wanitalah yang paling pantas

(23)

tidak mendukung pemberian ASI oleh karena takut payudara istrinya akan menjadi

jelek. Hasil penelitian Owens (2000) di Chicago mengungkapkan bahwa kurangnya

dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif adalah karena menyusui

menyebabkan ibu menjadi jelek, tidak menarik dan dapat menghambat atau

menggagalkan hubungan seks antara suami dan istri.

Rendahnya angka pencapaian tersebut tentu saja perlu mendapat perhatian

karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia dimasa

mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka

kematian di Kota Pematangsiantar, khususnya di Kecamatan Sitalasari.

Penelitan di Guatemala mengungkapkan bahwa 12% ibu-ibu memberikan ASI

Eksklusif seminggu setelah kelahiran dan hanya 5% yang memberikan ASI Eksklusif

sejak kelahiran bayi. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 41% ibu-ibu

mengatakan memberi ASI sebelum 24 jam kelahiran dan 61% telah memberikan susu

botol sebelum 24 jam kelahiran (Dearden dkk, 2002).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa

hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Sebanyak 8% bayi

yang baru lahir mendapat ASI dalam satu jam setelah kelahiran dan 53% bayi

mendapatkan ASI diatas 1 jam pada hari pertama kelahiran (Depkes. RI., 2001).

Namun berdasarkan data SDKI tahun 2002, pencapaian ASI Eksklusif

mengalami penurunan di mana hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari

pertama. Pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara umur

(24)

bulan sebesar 7,8%. Adapun cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat

dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002

(Anonymous, 2006)

Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar masih rendah dan

mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2005, pencapaian ASI Ekslusif adalah

29,17% dan pada tahun 2006, pencapaian ASI Ekslusif adalah 22,03%. Angka ini

mengalami penurunan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu 30,04%.

Secara rata-rata dari tahun 2004 sampai dengan 2006, pencapaian ini juga masih

rendah bila dibandingkan dengan target pencapaiaan ASI di Kota Pematangsiantar

pada tahun 2005 yaitu 40% (Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, 2006).

Bila dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di

Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 40% pada tahun

2005 dan 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target

Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah

80% (Depkes, 2003), maka pencapaian di Kota Pematangsiantar tersebut masih

sangat rendah. Demikian pula bila dibandingkan dengan target pada tahun 2005 untuk

Propinsi Sumatera Utara sebesar 35,30%, angka pencapaian tersebut juga masih

rendah. Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar tentu tidak

terlepas dari rendahnya pencapaian di setiap Kecamatan di Kota Pematangsiantar.

Dari 7 (tujuh) kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar, ternyata pencapaian di

(25)

lainnya, dimana tingkat pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari tersebut

sebesar 5,38%.

Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik istri serta partisipasi suami dalam upaya pemberian ASI eksklusif di

Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, sehingga diharapkan dapat menyusun

perencanaan guna meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan target

pencapaian SPM Kabupaten/Kota di masa yang akan datang, serta menjamin

pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia

di Kota Pematangsiantar.

1.2.Permasalahan Penelitian

Bila ditinjau atau dibandingkan dari pencapaian program ASI Eksklusif di

Kota Pematangsiantar maupun di Tingkat Propinsi Sumatera Utara dan juga

pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara Nasional bahwa

pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar masih

rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka permasalahan penelitian dirumuskan

sebagai berikut: Apakah ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan kemauan, kemampuan)

(26)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri

(pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan partisipasi suami (kesempatan,

kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari

Kota Pematangsiantar.

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap)

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2. Ada pengaruh partisipasi suami (kesempatan, kemauan, kemampuan) terhadap

pemberian ASI Eksklusif.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan salah satu pertimbangan dalam penyusunan perencanaan kegiatan

maupun penyusunan kebijakan di masa mendatang bagi para pengambil

keputusan (Bupati, Ketua DPRD dan Ketua Bapeda).

2. Sebagai bahan masukan atau informasi untuk Dinas Kesehatan Kota (Kepala

Dinas Kesehatan dan Seksi Perencanaan) maupun jajarannya dalam upaya

peningkatan pencapaian ASI Eksklusif dimasa yang akan datang.

3. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat di Kota Pematangsiantar khususnya

Kecamatan Sitalasari tentang arti pentingnya ASI dan sebagai bahan dalam

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Air Susu Ibu (ASI)

Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

mengacu pada Convention on The Right of the Child atau Konvensi Hak-hak Anak, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal

menjadi anak yang sehat dan cerdas, kebutuhan dasar anak harus terpenuhi yang

meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu kasih sayang dan perlindungan; gizi; kesehatan;

pendidikan; pengasuhan; bermain dan berekreasi; serta lingkungan yang sehat dan

orang tua ikut KB (Anonymous , 2006. http://www.depkes.go.id)

Menyusui bayi secara eksklusif merupakan wujud nyata pemenuhan ketujuh

aspek kebutuhan dasar tersebut. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara

optimal, WHO/UNICEF (United Nations International Children Education Found) menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindaklanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan

Anak yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya

ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan

makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6

bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Anonymous,

(28)

Sesuai dengan kodratnya, wanita akan mengalami menstruasi/haid,

kehamilan, melahirkan hingga menyusui bayi yang dilahirkannya kelak. Untuk

meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin di dalam kandungan, masa bayi,

balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik

bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa

nantinya. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI

berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan

terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan

bayinya. Tidak ada satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi,

aspek kekebalan, aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk

perkembangan mental dan kecerdasan anak (Roesli,U, 2004).

Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar

dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai

manfaat dari ASI dan menyusui serta cara melakukan manajemen laktasi. Selain

itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan

pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

2.2. Keunggulan dan Manfaat ASI

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan

(29)

kelahiran), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang

produksi ASI selanjutnya (Tedjasaputra, 2007).

ASI dipandang sebagai makanan yang paling baik untuk kesehatan, sebab ASI

memberikan berbagai keuntungan untuk anak, baik secara fisik, kognitif maupun

emosional. Secara fisik, tubuh lebih kebal terhadap penyakit, pertumbuhan badan

lebih pesat, bila kebutuhan gizi terpenuhi sehingga pertumbuhan otak diharapkan

lebih cepat, secara emosional akan mempererat kedekatan ibu dengan anak

(Tedjasaputra, 2007).

Keuntungan dan manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut (Depkes. RI.,

2004):

1. Bagi Ibu

a. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan,

mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).

b. Memperpanjang kehamilan berikutnya.

c. Menghemat waktu

2. Bagi bayi

a. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

b. Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi

lainnya).

c. Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status

(30)

3. Bagi keluarga

a. Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya.

b. Penghematan biaya.

4. Bagi masyarakat

a. Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.

b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu dan lain lain).

c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.

d. Berkontribusi dalam penghematan devisa negara.

5. Bagi perusahaan

a. Menghemat biaya pengobatan.

b. Meningkatkan produktivitas kerja.

c. Meningkatkan citra perusahaan.

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal

baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat

terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan

menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu

salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu-ibu yang bekerja

sekalipun dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai enam

bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (Depkes RI., 2004).

Menurut Amiruddin dan Rostia (2006), pemberian ASI Eksklusif pada bayi

(31)

kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar, Surabaya dan Semarang), pemberian itu hanya

sampai 40%. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di

seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Keunggulan dan manfaat dari ASI menurut Depkes (2005) adalah sebagai

berikut:

1. Mengandung zat gizi

2. Sebagai zat kekebalan terhadap mikro-organisme

3. Menambah rasa percaya diri ibu untuk menyusui serta menjalin hubungan/

interaksi bayi dan ibu

4. Meningkatkan kecerdasan bayi

5. Dengan mengisap payudara, ketidak-sempurnaan koordinasi syaraf bayi dapat

lebih baik (aspek neurologis)

6. Menghemat pengeluaran rumah tangga

7. Menunda haid dan kehamilan dan dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi

alamiah

Adapun manfaat maupun keuntungan daripada menyusui bagi ibu adalah

sebagai berikut (Roesli, 2008):

1. Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma)

2. Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker rahim (ca

endometrium)

3. Mengurangi risiko keropos tulang (oesteoporosis)

(32)

5. Metode KB paling aman

6. Mengurangi resiko diabetes maternal

7. Mengurangi stres dan gelisah

8. Berat badan lebih cepat kembali normal.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi

hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai

dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI

bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2007).

2.3. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan

atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak

memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan

benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui

pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara bergantian tiap

kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana

tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi

pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar

puting) harus masuk seluruhnya ke mulut bayi (Dirjen Binkesmas, 2002).

ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan disebut

(33)

kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus

diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru

sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air gula, air tajin

dan makanan pralaktal lain (sebelum ASI lancar diproduksi).

Pada usia 0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif),

karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk

tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi

enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa

menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi,

seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi

kebutuhan bayi antara lain: bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu

Menuju Sehat atau KMS (Dirjen Binkesmas, 2002).

Dari data SDKI Tahun 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian

ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya

pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Dari

survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance

System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4

perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar,

Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan

(34)

4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13%

sedangkan di perdesaan 2%-13% (Depkes RI., 2004).

Akibat peran ASI yang sangat kompleks tersebut, oleh Dirjen Binkesmas

(2002), dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Pesan yang ke tujuh menyebutkan:

Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Umur 4 Bulan dan Tambahkan MP-ASI

sesudahnya. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pemberian ASI secara

dini kepada bayi sejak lahir. Dengan kata lain, tidak ada interval waktu bagi ibu untuk

langsung menyusui bayinya setelah kelahiran.

2.4. Manfaat ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan yang terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. Hal

ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI

mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Dengan demikian,

rendahnya pemberian ASI Eksklusif di tingkat keluarga menjadi salah satu pemicu

rendahnya status gizi bayi dan balita di masa yang akan datang. Selain itu, ASI tidak

dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun makanan yang dapat

menyamai atau mengganti peran ASI itu sendiri baik dalam kandungan gizinya,

enzim, hormon, maupun kandungan zat imunologik dan anti infeksi.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) juga menunjukkan bahwa

status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4%

(35)

menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta balita di Indonesia menderita

gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BB/U). Sekitar 10% dari

1,7 juta balita tersebut menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus, kwashiorkor atau bentuk kombinasi marasmus kwashiorkor. Sampai akhir tahun 1999 terdapat sekitar 24.000 balita gizi buruk tingkat berat. Persentase bayi dengan status

gizi baik menurun sejak bayi usia 6-10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira

separuh pada anak-anak berusia 48-59 bulan. Anak-anak di perdesaan cenderung

memiliki status gizi lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak di daerah perkotaan

(Depkes. RI., 2001).

2.5. Perilaku Kesehatan

Model Perilaku Kesehatan berdasarkan Lawrence Green dalam Haksama

(2002), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok,

yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non perilaku (non behavior causes) misalnya lingkungan. Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu (1) faktor predisposisi (predisposing factors), (2) faktor pendukung (enabling factors), (3) faktor pendorong (reinforcing factors). Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan persepsi dari orang

tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak tersedianya fasilitas

kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas kesehatan dalam bentuk

(36)

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dengan adanya perubahan perilaku

tersebut dapat meningkatkan status kesehatan yang pada gilirannya mampu

meningkatkan kualitas kehidupannya di masa yang akan datang.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, penilaku manusia mempunyai cakupan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (1997), perilaku merupakan hasil

hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Respon dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Responden respon atau reflexive respons adalah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan ini disebut elicting stimuli, karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata

tertutup.

b. Operant respon atau instrumental respons, adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Rangsangan semacam ini

disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan organisme. Oleh sebab itu perangsang

yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang

telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu

perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar

(37)

Di dalam kehidupan sehari-hari, respondent respons sangat terbatas

keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti

antara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil.

Sebaliknya operant respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan

kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar (Notoatmodjo, 1997).

Notoatmodjo (2002), mengemukakan bahwa penilaian pengetahuan dapat

dikategorisasi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1) Tinggi apabila 75% responden memberikan jawaban yang benar terhadap

pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban

responden yang benar diatas 75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan

tinggi.

2) Sedang apabila 40%-75% responden memberikan jawaban yang benar atas

pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain apabila jumlah jawaban

responden yang benar antara 40%-75% maka dikategorikan memiliki

pengetahuan sedang.

3) Rendah apabila dibawah 40% jawaban yang diberikan benar terhadap pertanyaan

yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden

yang benar dibawah 40% maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah.

Pengetahuan dalam objek tertentu seperti pengetahuan tentang ASI,

menurut Departemen Kesehatan RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui

(38)

1) Pengertian ASI Ekslusif dan kolostrum

2) Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI, dan manfaat

menyusui

3) Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lama, dan sampai umur

berapa

4) Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui,

menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI, menyimpan

ASI dan cara menyapih yang baik.

5) Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain; puting susu datar dan

terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang

payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung puting.

2.6. Partisipasi

Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan

seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006) menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan

makna yang berbeda tentang partisipasi

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut

serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan

(39)

3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek agar

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan hal itu.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan

dan lingkungan mereka.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006) mengembangkan asumsi teoritik sebagai

berikut:

1. Tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik antara

kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat.

Oleh karena itu partisipasi masyarakat adalah hal yang memungkinkan.

2. Pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya karena

pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang

ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan

(40)

4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya

penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara

eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.

Notoatmodjo (2007) mengatakan metode partisipasi masyarakat adalah:

1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam satu proram, baik melalui

perundang undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja.

Cara ini akan lebih cepat hasilnya, dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut,

merasa dipaksa dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awerencees), tetapi ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki

terhadap program.

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi.

Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan

akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan

mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan

penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Kemampuan Berpartisipasi

Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Kemauan

(41)

Sumber : (Mardikanto, Totok, 2003, Redefinisi dan Revitalisasi) Gambar 2.1. Faktor – faktor Pembentuk Partisipasi

Menurut Margono dalam Mardikarto (2003) menyatakan bahwa tumbuh

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3

(tiga) unsur pokok, yaitu :

1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi

2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi

3) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor

pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan

kemampuannya (Gambar 2.1.). Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong

seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan

setiap kesempatan.

1. Kesempatan untuk berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh

partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada

(42)

kurangnya “informasi” yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan

dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi

2. Kemauan untuk berpartisipasi

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup

belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi

masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk (turut)

membangun.

Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki

masyarakat, yang menyangkut:

a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.

b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki

mutu hidupnya.

3. Kemampuan untuk berpartisipasi

Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan

untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun

(memperbaiki mutu hidupnya)

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh

(43)

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia

secara optimal.

Analisis tentang faktor –faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dapat didekati melalui

beberapa disiplin keilmuan, sebagai berikut:

a. Dalam konsep psikologi, tumbuh dan berkembangnya partisipasi

masyarakat, sangat ditentukan oleh motivasi yang melatar – belakanginya,

yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan, keinginan,

dan harapan-harapan yang dirasakan.

b. Secara sosiologis, tumbuh dan berkembangnya partisipasi dalam masyarakat,

akan sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap tingkat

kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan kepadanya.

Berdasarkan pada konsep di atas, maka tumbuh dan berkembangnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui:

1. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian

informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat,

melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat

mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan

kemampuannya untuk berpartisipasi.

2. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya

(44)

ekonomi yang dapat secara langsung atau tak langsung dinikmati sendiri maupun

yang akan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Sebuah studi yang dilakukan oleh Menon, dkk., (2001) di Bangladesh

mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh

ibu kepada bayinya dipengaruhi oleh berbagai penyebab seperti: (1) Informasi yang

diperoleh dari Buku/Radio/TV, (2) Peran Suami, (3) Pekerjaan ibu, (4) Ibu-ibu lain,

(5) Petugas Kesehatan Masyarakat dan Dokter.

Di Indonesia pemberian ASI belum dilaksanakan secara sepenuhnya. Upaya

meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI

(45)

1) Faktor sosial budaya

2) Kesadaran akan pentingnya ASI

3) Pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya

mendukung pp-asi

4) Gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Depkes RI., 2004).

Pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang rendah tersebut ternyata

disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang

manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan

suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk

menyusui secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono,

1992). Hal ini juga menurut UNICEF (1993), dukungan suami dalam pemberian ASI

kepada bayi yang baru lahir sangatlah penting. Ayah dapat sebagai sumber utama

dalam mendukung (support) dalam pemberian ASI kepada bayi baru lahir. Hal ini perlu juga didiskusikan dengan anggota keluarga yang salah satunya adalah suami

sebagai kepala keluarga tentang kebutuhan ibu dalam proses kelahiran.

Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut juga terkait dengan peran

suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui.

Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI Eksklusif

selama 6 bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran dirinya dalam

program tersebut. Peran para suami berupa perhatian kepada istri, menciptakan

suasana nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Pikiran ibu yang

(46)

hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Ternyata peran suami sangat penting karena memperlancar pemberian ASI yang

bermakna bagi peningkatan mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak

dipahami oleh para suami. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa walaupun

pengaruhnya berbeda pada setiap ibu, namun pengaruh emosional ini bisa mencapai

75% dalam menghambat keluarnya ASI. Menurut Roesli (2008), seorang ayah

sebaiknya mengerti untuk mendukung keberhasilan memberikan ASI Eksklusif atau

menjadi Ayah ASI (breastfeeding father). Berikut ini cara ayah membantu dalam proses menyusui:

1. Ayah menyendawakan bayi

2. Ayah memandikan bayi

3. Ayah bermain, bergurau dan mendendangkan bayi

4. Ayah mengganti popok

5. Ayah memijat bayi

6. Ayah menggendong bayi

2.8. Landasan Teori

Berdasarkan uraian maupun berbagai teori yang mendasari atau melandasi upaya pemberian ASI Eksklusif yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat

(47)

Sumber : Lawrence W. Green, Judith M. Ottoson, 1980 Gambar 2.2. Kerangka Teori

Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3

(tiga) faktor, yaitu: 1). predisposing factors (kebiasaan, kepercayaan, tradisi, pengetahuan dan sikap), 2). enabling factors (ketersediaan, keterjangkauan, dan keterampilan), 3). reinforcing factors (Petugas kesehatan, TOMA, teman, suami / keluarga).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan,

nilai, dan persepsi dari orang tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak

tersedianya fasilitas kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas

(48)

2.9. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dengan kerangka teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Istri: - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap

Pemberian ASI Eksklusif Partisipasi Suami:

- Kesempatan

- Kemauan

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan explanatory research, untuk mengetahui pengaruh antara variabel karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan, kemauan,

kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di wilayah kerja Kecamatan Sitalasari Kota

Pematangsiantar, dengan pertimbangan :

Rendahnya pencapaian program ASI Eksklusif (peringkat terendah dari 7 Kecamatan

yang ada di Kota Pematangsiantar yaitu 5,38% tahun 2007).

Penelitian dilakukan dimulai bulan April 2008 sampai dengan bulan

September 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur

6 – 12 bulan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar 2007 dengan jumlah 158

ibu. Sampel adalah ibu-ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Kecamatan

Sitalasari Kota Pematangsiantar dengan perhitungan sampel sebagai berikut (Taro

(50)

n

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang. Untuk menentukan jumlah sampel di setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, dilakukan dengan metode alokasi sebanding (Gaspersz, 1991) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Distribusi Perhitungan sampel

No. Desa/Kelurahan Perhitungan Jumlah Sampel

1. Gurilla 62

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing Desa/Kelurahan pada

perhitungan di atas, maka selanjutnya dilakukan penentuan/pemilihan responden di

masing-masing Desa/Kelurahan yang dilakukan dengan cara simple random sampling (melotre) sebanyak jumlah sampel yang telah ditentukan. Penentuan responden di tingkat Desa/Kelurahan tersebut dilakukan dengan mengambil rekapitulasi daftar bayi

(51)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer (pendidikan, pengetahuan,

perkerjaaan, sikap, partisipasi) yang diperoleh melalui wawancara langsung pada

responden dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu

kepada variabel yang diteliti.

Data sekunder (pencapaian ASI Eksklusif, jumlah bayi dan data pendukung

lain) diperoleh dari dokumen maupun arsip yang berada di Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar, Kantor Desa/Kelurahan maupun yang ada di Puskesmas serta

data-data yang lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Terdapat dua syarat utama yang berlaku untuk sebuah angket atau kuesioner,

yaitu keharusan sebuah angket atau kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu angket

atau kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket atau kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket atau pertanyaan

tersebut.

Untuk mengetahui atau menguji validitas angket atau kuesioner ini, dengan

menggunakan formula Korelasi Pearson Product Moment (r) sebagai berikut:

(52)

Sedangkan suatu angket atau kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Untuk mengetahui reliabilitas suatu angket atau kuesioner dapat dilihat dari

nilai alpha cronbach.

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan

nilai r hasil. Nilai r tabel dengan tabel r, menggunakan df = n-2, pada tingkat

kemaknaan 5% maka didapat angka r tabel adalah :

Df = n-2 → = 15-2= 13 r tabel = 0,514

Nilai r hasil dari masing – masing pertanyaan dibanding dengan r tabel dan

bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Bila r alpha > r tabel maka

pertanyaan tersebut reliebel. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel r table r hasil Alpha C Keterangan

Pengetahuan

P1 0,514 0,9007 Valid dan Reliabel

P2 0,514 0,5302 Valid dan Reliabel

P3 0,514 0,9614 Valid dan Reliabel

P4 0,514 0,6296 Valid dan Reliabel

P5 0,514 0,8700 0,9337 Valid dan Reliabel

P6 0,514 0,5168 Valid dan Reliabel

Lanjutan Tabel 3.2.

P7 0,514 0,8000 Valid dan Reliabel

P8 0,514 0,9046 Valid dan Reliabel

(53)

Sikap

S1 0,514 0,6415 Valid dan Reliabel

S2 0,514 0,5517 0,8259 Valid dan Reliabel

S3 0,514 0,6451 Valid dan Reliabel

S4 0,514 0,7809 Valid dan Reliabel

Dari Tabel 3.2 diatas terlihat bahwa semua pertanyaan nilai r hasil lebih besar dari

pada r table demikian juga alpha lebih besar dari r tabel, dengan demikian

kuesioner yang digunakan untuk penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Istri

dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari

Kota Pematangsiantar tahun 2008 adalah valid dan reliabel. Sedangkan untuk

mengetahui reliabilitas pertanyaan tersebut dengan membandingkan nilai alpha

cronbach dengan nilai r tabel, dimana apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari

r tabel maka angket atau pertanyaan tersebut reliabel. Berdasarkan jumlah sampel

sebanyak 62 orang maka nilai r tabel adalah 0,1650, dimana 0,754 > 0,1650 maka

angket atau kuesioner tersebut sudah reliabel.

(54)

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:

(1) Karakteristik

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dengan ijazah terakhir yang

diperoleh responden, yaitu : (a) SD, (b) SMP/SMA, (c) D III / S I.

2. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari untuk

mendapatkan imbalan (uang), dikategorikan: (a) bekerja, (b) tidak bekerja.

3. Pengetahuan, adalah segala sesuatu diketahui responden tentang ASI

Eksklusif.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemberian ASI

Eksklusif.

(2) Partisipasi

1. Kesempatan adalah: waktu / peluang yang dimiliki suami untuk membantu

istri dalam pemberian ASI Eksklusif.

2. Kemauan adalah: keinginan dari suami untuk membantu istri agar istri dapat

memberikan ASI Eksklusif.

3. Kemampuan adalah: keterampilan yang mampu dilakukan suami guna

membantu istri dalam pemberian ASI Eksklusif.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI

Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja oleh ibu menyusui kepada bayinya sejak lahir

sampai dengan 6 bulan, tanpa makanan pendamping lainnya.

(55)

Pengukuran variabel independen yang meliputi karakteristik istri dan

partisipasi suami adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Istri

a. Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal dengan

kategori : (1) Tamat SD, (2) Tamat SLTP/SLTA, dan (3) Tamat DIII-PT

b. Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala nominal dengan

kategori (a) bekerja dan (b) tidak bekerja.

c. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 9

(sembilan) pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1) Baik apabila total skor berada 21–27

2) Kurang baik apabila total skor 15 –20

3) Tidak baik apabila total skor 9 – 14

d. Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 4 (empat)

pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Baik apabila total skor 6 – 8

2) Tidak baik apabila total skor 4 – 5

2. Partisipasi Suami

Pengukuran partisipasi suami meliputi : Kesempatan, kemauan dan

kemampuan , yaitu sebagai berikut:

1. Pengukuran variabel kesempatan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian

(56)

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban

2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban

3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

2. Pengukuran variabel kemauan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian

dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban

2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban

3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

3. Pengukuran variabel kemampuan suami juga didasarkan pada skala ordinal,

kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban

2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban

3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

4. Pengukuran variabel partisipasi suami juga didasarkan pada skala ordinal, dan

dilakukan penjumlahan bobot nilai (kesempatan, kemauan, kemampuan)

kemudian dikelompokkan menjadi yaitu :

1. Tinggi apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 7-9

2. Sedang apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 5 – 6

3. Rendah apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 3 – 4

(57)

Tabel 3.3. Metode Pengukuran

Variabel Independen dan

Variabel Dependen

b. Tidak bekerja

1

Pemberian ASI Eksklusif 1) Memberikan ASI Esklusif

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Unviariat untuk

(58)

multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kecamatan Siantar Sitalasari berada pada garis 3º01‘.09‘‘LU

dan 99º06’23‘‘BT. Wilayah Kecamatan Siantar memiliki luas 2.272,26 Ha

dengan kondisi daerah yang berbukit-bukit. Tergolong ke dalam daerah tropis,

beriklim sedang dan suhu rata-rata 24,7º dengan curah hujan rata-rata 232 mm

pada tahun 2007. Struktur daerah Kecamatan Siantar Sitalasari berwujud daerah

pemukiman dengan daerah pertanian dan sawah yang berada di pinggiran.

Kecamatan Siantar Sitalasari merupakan Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan

Siantar Martoba sesuai dengan Peraturan Derah Kota Pematangsiantar. Wilayah

administrasi terdiri dari 4 kelurahan yaitu, Kelurahan Bukit Sofa, Kelurahan Bah

Kapul, Kelurahan Setia Negara, dan Kelurahan Gurilla. Dengan topografis derah

berbukit-bukit, di wilayah ini terdapat beberapa sungai antara lain: Sungai Bah

Bolon, Sungai Bah Kapul, Sungai Bah Sijambe, Sungai Bah Silobang, Sungai

Bah Sibatu-batu, Sungai Bah Bai Tama, Sungai Tirtorejo. Adapun batas wilayah

Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siantar Martoba/Kecamatan

Siantar Utara/Kecamatan Siantar Barat.

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.

(60)

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat/Kabupaten

Simalungun.

Jumlah penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebanyak 26.799 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.841 orang dan

penduduk perempuan sebanyak 12.958 orang sementara sex ratio adalah sebesar 93,2%. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bah Kapul dengan jumlah 12.518 orang berbanding lurus dengan dengan luas wilayah tersebut yang memiliki luas 767,75 Ha. Secara rinci jumlah penduduk Siantar Sitalasari dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007

No Nama 

4 GURILLA 935,26 1.517 1.563

2.272,26 13.841 12.958

Penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari mayoritas mempunyai mata

pencaharian sebagai PNS/TNI/POLRI, (4.211 jiwa), sebagai petani sebanyak 3.744

jiwa, sebagai pedagang sebanyak 1.692 jiwa, sebagai karyawan sebanyak 1030 jiwa

dan yang lain sebanyak 2.316 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

No Nama

Kelurahan PNS/TNI/POLRI Pedagang Petani Karyawan Lain-lain

1 BAH KAPUL 593 408 529 405 820

2 BUKIT SOFA 271 261 5 196 285

3 SETIA 3.295 898 599 419 780

(61)

NEGARA

4 GURILLA 52 125 2.641 10 251

4.211 1.692 3.744 1.030 2.136

Agama Islam adalah agama mayoritas (13.718 jiwa), kemudian Kristen Protestan (6.730 jiwa), Kristen Katholik (6.491 jiwa), Hindu (15 jiwa), dan Budha (11 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007

No

Nama

 

Kelurahan

 

Islam Kristen Protestan

Kristen

Katholik Hindu Budha

1 BAH KAPUL 5.985 3.064 3.379 15 75

2 BUKIT SOFA 3.679 136 1.542 - 32

3 SETIA NEGARA 3.927 1.653 367 - 4

4 GURILLA 127 1.877 1.203 - -

13.718 6.730 6.491 15 111

Sebagai suku bangsa mayoritas adalah suku bangsa Jawa yakni 8004 jiwa, kemudian suku bangsa Simalungun (6787 jiwa ), suku bangsa Toba (5889 jiwa) , suku bangsa Mandailing (2.281 jiwa), suku bangsa Karo (1.544 jiwa), suku bangsa Melayu (899 jiwa), dan suku bangsa Nias (798 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007

No Nama

dailing Nias Jawa Mela

yu 

Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai sarana kesehatan sebagai berikut: 3

buah puskesmas ditambah 1 puskesmas pembantu, 20 posyandu dan 4 klinik. Secara

(62)

Tabel 4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007

No

 

Nama Kelurahan Puskesmas Posyandu Rumah Sakit Klinik

1 BAH KAPUL 1 7 - 3

2 BUKIT SOFA 1 4 - -

3 SETIA NEGARA 1 5 - 1

4 GURILLA 1 4 - -

JUMLAH 4 20 - 4

Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai visi ”Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri”.

4.2. Karakteristik Responden

1. Pendidikan

Distribusi data responden berdasarkan pendidikan dikelompokkan menjadi 3

kelompok. Kelompok pertama adalah responden dengan tingkat pendidikan SD

sebanyak 1 orang (21%), kelompok kedua adalah responden dengan tingkat

pendidikan SLTP/SLTA sebanyak 41 orang (66,1%), kelompok ketiga adalah

responden dengan tingkat pendidikan PT sebanyak 8 orang (12,9%). Secara lebih

rinci terlihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah %

1. SD 13 21,0

2. SLTP/SLTA 41 66,1

3. PT 8 12,9

Total 62 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui dari 62 orang responden, didapati

(63)

perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden sudah cukup

tinggi, di mana hanya 21,0% yang berpendidikan rendah atau yang telah

menyelesaikan pendidikannya di tingkat Sekolah Dasar (SD).

2. Pekerjaan

Distribusi data responden berdasarkan pekerjaan di kelompokkan menjadi 2

kelompok. Kelompok bekerja sebanyak 16 orang (25,8%), tidak bekerja sebanyak 46

orang (74,2%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Pekerjaan Responden Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah %

1. Bekerja 16 25,8

2. Tidak Bekerja 46 74,2

Total 62 100,0

3. Pengetahuan

Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan responden tentang ASI

Eksklusif, diajukan 9 butir pertanyaan berbentuk pilihan berganda. Penilaian jawaban

responden untuk setiap pertanyaan tersebut dikelompokkan dengan penilaian baik,

kurang baik dan tidak baik. Ternyata pengetahuan responden tentang cara mengatasi

puting yang datar termasuk kategori yang tidak baik (88,7%). Sedangkan

(64)

(85,5%). Secara lebih rinci distribusi jawaban responden tersebut terlihat pada Tabel

4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Uraian Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Indikator Pengetahuan Jumlah %

1. Pengertian ASI Eksklusif a. Baik

2. Pengertian Kolostrum

a. Baik

4. Manfaat Menyusui

a. Baik

6. Cara Menyendawakan Bayi

a. Baik

7. Cara Mengatasi Lecet pada Puting Susu

(65)

Lanjutan Tabel 4.8.

8. Cara Mengatasi Bengkak pada Payudara a. Baik

9. Cara Mengatasi Puting Yang Datar

a. Baik

Distribusi data responden berdasarkan pengetahuan dikelompokkan menjadi 3

kelompok. Berdasarkan analisis Univariat terlihat bahwa kelompok pengetahuan baik

berjumlah 7 orang (11, 3%), kelompok pengetahuan kurang baik berjumlah 9 orang

(14, 5%) dan kelompok pengetahuan tidak baik berjumlah 46 orang (74, 2%). Secara

lebih rinci terlihat pada Tabel 4.9.

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Teori   Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Distribusi Perhitungan sampel
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

JABATAN PERKHIDMATAN VETERINAR KEMENTERIAN PERTANIAN DAN INDUSTRI. ASAS

Variabel moderasi terkait dengan penelitian ini adalah variabel motivasi yang didefinisikan sebagai proses yang bermula dari kekuatan dalam hal fisiologis dan

Hasil penelitian mengenai Kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam melaksanakan program pengurangan angka pengangguran di Kota Bogor adalah baik.. Karena

Mengacu pada karakteristik masyarakat berdasarkan kondisi ekonomi, sosial, budaya dan psikologis, dapat dipetakan tipe masyarakat Desa Darmo yang menjadi sasaran (target group)

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart

Permendikbud 15/2018 – Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pasal 5 (1): Ekuivalensi 12 jam tatap muka / minggu bagi Guru mata pelajaran.. PP 19/2017

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan komunikasi guru dengan peserta didik pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi di SMK

Salah satu acara unggulan pada stasiun televisi Trans 7 dan merupakan salah satu program acara terlama, jejak petualang hadir sebagai tayangan dokumenter untuk memberikan