• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh (Studi kasus di BMT Tumang Cabang Tumang)

Disusun Oleh:

RATNA DWIASTUTI

214-13-012

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ratna Dwiastuti NIM : 21413012

Judul : PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 28 Agustus 2017 Pembimbing

(3)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang)

Oleh: Ratna Dwiastuti NIM: 21413012

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 25 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag Sekertaris Sidang : Drs. Machfudz, M.Ag

Penguji I : H. M. Yusuf Khummaini, M.H Penguji II : Farkhani, S.H., S.H.I., M.H

Salatiga, 25 September 2017 Dekan Fakultas Syariah

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ratna Dwiastuti NIM : 21413012

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 28 Agustus 2017 Yang menyatakan

(5)

MOTTO

“ Do not put off doing a job because nobody knows whether we

can meet tomorrow or not”

Jangan menunda-nunda untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena tidak ada

yang tahu apakah kita dapat bertemu hari esok atau tidak

Kerjakanlah Wujudkanlah Raihlah cita-citamu Dengan memulainya Dari bekerja

Bukan hanya Menjadi beban Didalam impianmu

Dan...

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Yusuf Budianto), Ibu (Ani Widihastuti). Sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Almamaterku

3. Keluarga besar, Mbah Kakung (Nur Amin) dan Mbah Uti (Sudarti) yang tiada pernah berhenti berdoa setiap saat untuk kelancaran pembuatan skripsiku dan ujianku.

4. Bapak Mahfudz,M.Ag yang senantiasa membimbingku dalam pembuatan skripsi ini.

5. Para sahabat terbaikku yang selalu mendukung dan memotivasiku tiada henti, Anida Kumalasari, Nurul Azizah, Diana Wulansari, Ilham Indrawan, Feri Firdaus.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

IAIN Salatiga.

4. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

6. Bapak Drs. Mahfudz, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

8. Keluarga tercinta Ibuk ,bapak, saudara yang tak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan semangat.

9. Kepada semua Narasumber yang berkenan memberikan informasi.

10.Terimakasih kepada teman-teman tercinta Diana, Anida, Nurul, Ilham, Feri, Umi, Avi, Yuliana serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.

11.Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

(9)

ABSTRAK

Dwiastuti,Ratna (2017). Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang). Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Mahfudz, M. Ag

Kata Kunci : Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Islam yang ditandai dengan hadirnya bank syariah, asuransi syariah, lembaga keuangan syariah dan kegiatan-kegiatan ekonomi Islam lainnya telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik, yang artinya membawa angin segar bagi kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia. Seperti halnya dengan kegiatan umroh sudah tidak asing lagi jika kita mendengar dana talangan umroh. BMT Tumang merupakan salah satu lembaga yang menggunakan Akad Ijarah untuk melakukan kegiatan dana talangan Umroh. Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang menggunakan Fee Based Service (Service atau Ujrah). Fasilitas ini merupakan bentuk pembiayaan multijasa yang berlandaskan pada imbalan atau jasa/fee (ujrah) dengan menggunakan akad Ijarah atau akad Kafalah, atau gabungan dari keduanya.

Penelitian ini mengacu pada pokok permasalahan Bagaimana Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh yang dilakukan BMT Tumang Cabang Tumang. Dan Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad Ijarah pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang

Penelitian ini menggunakan metode library research dan field research. Penelitian melalui penelitian pustaka (library research) adalah penelitian yang dilakukan dengan menelaah berbagai macam literature, referensi-referensi, serta buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Sedangkan penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk melihat serta mengambil data-data secara langsung.

(10)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Penegasan Istilah ... 6

E. Telaah Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 9

G. Tekhnik Pengumpulan Data ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Akad Ijarah 1. Pengertian Akad ... 15

2. Rukun dan Syarat Akad... 15

3. Tujuan Akad ... 18

4. Macam-macam Akad ... 19

B. Akad Ijarah 1. Pengertian Akad Ijarah ... 20

(11)

a. Landasan Al Qur’an ... 23

b. Landasan Sunnah ... 26

c. Ijma’ ... 27

d. Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 ... 28

3. Rukun dan Syarat Akad Ijarah a. Rukun Akad Ijarah ... 28

b. Syarat sahnya Akad Ijarah ... 31

C. Pembiayaan Modal Kerja Ijarah... 36

D. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijarah... 38

BAB III GAMBARAN UMUM BMT TUMANG CABANG TUMANG A. Latar Belakang Pendirian BMT Tumang ... 39

B. Identitas Lembaga ... 42

C. Kelengkapan Lembaga ... 43

D. Visi dan Misi ... 44

E. Struktur Organisasi... 46

F. Tugas dan Tanggungjawab ... 47

G. Produk-produk BMT Tumang... 53

H. Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah ... 55

I. Pelaksanaan Akad Ijarah ... 58

BAB IV PELAKSANAAN AKAD IJARAH UNTUK DANA TALANGAN UMROH DI BMT TUMANG CABANG TUMANG A. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang ... 60

B. Analisis Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh Berdasarkan Hukum Islam ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab tidak mungkin lepas dari kehidupan masyarakat. Aristoteles menyebut sebagai “zoon politikon” ialah makhluk yang selalu ingin berhubungan dengan

manusia lain. Manusia sebagai makhluk Allah adalah makhluk sosial yang memerlukan hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial mengharuskan manusia untuk selalu berhubungan dan saling membantu antar manusia yang satu dengan yang lain guna memenuhi hajad hidupnya, tanpa itu semua mustahil manusia dapat memenuhi dan bertahan hidup. Wujud dari hubungan dan saling membantu, biasanya terlaksana dalam beragam aktifitas yang dilakukan sehari-hari.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi islam yang ditandai dengan hadirnya asuransi syariah, lembaga keuangan syariah dan kegiatan-kegiatan ekonomi Islam lainnya telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik, yang artinya membawa angin segar bagi kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia.

(14)

komersial. Dengan demikian BMT merupakan lembaga pendukung ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan pada syariah. (Heri Sudarsono,2003:84)

Dalam rangka untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, BMT sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syari’ah Islam,

hendaknya benar-benar dioperasikan sesuai dengan yang dikehendaki oleh syari’ah sehingga semua produk yang ditawarkan dan dihasilkan BMT

dapat membawa kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin.

BMT Tumang didirikan karena banyak permasalahan masyarakat tingkat bawah disekitarnya yang tidak terakses oleh bank, disamping itu sebagian masyarakat menantikan suatu sistem lembaga keuangan yang sehat dan terpercaya melalui sistem lembaga keuangan syari’ah yang berdasar pada Al Qur’an dan Hadis. Selain itu juga, hadirnya BMT

sebagai alternatif bagi yang menginginkan hartanya tidak ingin tercampuri riba.

(15)

meliputi Mudharabah dan Musyarakah, Prinsip sewa (Ijarah) yang meliputi ijarah murni dan ijarah wal iqtina, dan yang terakhir Qardh

(pinjam meminjam tanpa imbalan). (Irma Devita Purnamasari,2014:23) Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad Ijarah disebut juga dengan akad Kafalah yang bisa juga diartikan sebagai jaminan atau garansi yang diberikan oleh bank syari’ah kepada debiturnya agar dia dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga sebagai pemberi pinjaman. (Irma Devita Purnamasari,2014:26)

Salah satu Lembaga Keuangan Syari’ah yang menggunakan akad

ijarah untuk transaksi pembiayaan adalah BMT (Baitul Mal wat Tamwil) di Tumang. BMT ini menggunakan Akad Ijarah untuk melakukan kegiatan dana talangan Umroh. Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang menggunakan Fee Based Service (Service atau Ujrah). Fasilitas ini merupakan bentuk pembiayaan multijasa yang berlandaskan pada imbalan atau jasa/fee (ujrah) dengan menggunakan akad Ijarah atau akad Kafalah, atau gabungan dari keduanya.

Bentuk pembiayaan multijasa tersebut antara lain:

1. Hawalah, merupakan konsep yang digunakan untuk pelaksanaan

take over pembiayaan (factoring).

(16)

3. Letter of credit (L/C) impor syariah, merupakan surat pernyataan yang diterbitkan oleh bank syariah, yang menyatakan kesanggupan importir untuk membayar barang yang diimpornya dari eksportir. 4. Bank garansi syariah dengan prinsip kafalah, yaitu jaminan atau

garansi yang diberikan oleh bank syariah kepada debiturnya agar dia dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga sebagai pemberi pinjaman. (Irma Devita Purnamasari,2014:26)

Disamping pengertian ijarah dalam konteks sewa-menyewa, ijarah ini sendiri juga mengandung pengertian “ujrah” atau uang jasa atau

kadang disebut juga fee. Ijarah dalam pengertian ini diberikan juga kepada seseorang atas jasa yang telah dilakukannya. Contohnya begini, Arif adalah seorang biro perjalanan haji, dalam musim haji yang akan datang ini Arif harus membayar uang muka hotel, catering, pesawat yang akan digunakan oleh calon jamaah haji. Berhubung tidak semua jamaah membayar ONH secara penuh dimuka, sedangkan biaya-biaya perjalanan haji sudah harus dibayarkan, maka Arif membutuhkan “dana talangan”

untuk menutupi kekurangan pembayaran dimaksud. Suatu lembaga keuangan syari’ah yang bersedia memberikan dana talangan kepada Arif

menggunakan skema modal kerja Ijarah. Jadi lembaga keuangan syari’ah akan menalangi terlebih dahulu kekurangan uang muka untuk hotel, tiket pesawat dan catering untuk calon para jamaah haji. Atas pemberian dana talangan tersebut lembaga keuangan syari’ah berhak atas Ujrah

(17)

Pada BMT Tumang Cabang Tumang ini juga melaksanakan kegiatan seperti uraian diatas, tetapi pada BMT ini menggunakan jenis kegiatan untuk dana talangan umrah yang bekerja sama dengan PBMT Travel di Jakarta.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik guna melakukan penelitian secara langsung mengenai bagaimana pelaksanaan Akad Ijarah untuk dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang. Apakah pelaksanaan akad Ijarah tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya?. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Pelaksanaan Akad Ijarah

untuk Dana Talangan Umroh Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Tumang”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Akad Ijarah untuk dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad Ijarah pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang?

(18)

Tujuan penelitian skripsi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendiskripsikan mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah terhadap dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang. b. Untuk mendiskripsikan pandangan Hukum Islam mengenai

masalah ini.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian antara lain:

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi syariah, khusunya akad yang berhubungan dengan pemberian dana talangan Umroh.

b. Untuk memperluas penyusun sendiri dalam masalah hukum terutama mengenai hukum ekonomi syariah dan jenis akad dalam pelaksanaannya.

c. Sebagai upaya untuk memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan akad mengenai dana talangan Umroh.

D. Penegasan Istilah

Agar lebih memperjelas maksud dari judul tersebut dan untuk menghindari penafsiran keliru dalam memahami tulisan ini, maka penulis mengemukakan Penegasan Istilah sebagai berikut:

(19)

beberapa ritual ibadah di kota suci Makkah, khususnya di Masjidil Haram. Pada istilah teknis syariah, umroh berarti melaksanakan tawaf di Ka’bah dan sa’i antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram

yang diambil dari miqat. Sering disebut juga haji kecil.

2. Baitul Mal adalah Institusi khusus yang menangani harta yang diterima negara dan dan mengalokasikannya bagi kaum muslim yang berhak menerimanya. (Heri Sudarsono,2003:17)

3. Baitul Mal Wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. (Heri Sudarsono:17)

4. Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Irma Devita Purnamasari,2014:26)

5. Dana Talangan adalah dana yang disediakan oleh Bank Indonesia yang digunakan untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada kreditur bank dan akan menjadi hutang atau utang bank tersebut kepada Bank Indonesia. (www.kamusbesar.com/dana-talangan

diakses pada tanggal 27 September 2017)

E. Telaah Pustaka

(20)

membahas, baik dalam bentuk buki-buku maupun skripsi. Akan tetapi, setiap peneliti memiliki pembahasan yang berbeda-beda. Pembahasan mengenai pelaksanaan akad Ijarah yang berupa buku hanya bersifat Umum saja.

Adapun tulisan yang berbentuk skripsi yakni, skripsi yang ditulis oleh Adi Molyono dengan judul Pandangan Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Murabahah ( studi kasus pada PT.BPRS Barokah dana Sejahtera kota Yogyakarta) tahun 2016. Pembahasan dalam skripsi ini mengenasi permasalahan tentang implementasi dalam pelaksanaan akad Murabahah. Dalam hal ini pihak bank harus memberi tahu kepada nasabah mengenai modal yang telah dikeluarkan oleh bank serta besarnya keuntungan yang diinginkan.(Adi Molyono,2016:40)

Kemudian dalam skripsi yang ditulis oleh Amalia dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Realisasi Akad Murabahah (studi kasus di KJKS BMT Binamas Purworejo) tahun 2008. Pembahasan dalam sskripsi ini mengenai Mudharabah yang dilakukan oleh KJKS BMT Binamas dengan cara pesanan dan analisis terhadap akadnya jika tidak diterimanya suatu barang yang telah dipesan pada akad Murabahah.(Amalia,2008:60)

(21)

menalangi kekurangan dana Umroh terlebih dahulu kemudian akan dicicil oleh nasabah dengan sistem angsuran. Tetapi pada setiap angsuran terdapat penambahan biaya yang sebelumnya belum dijelaskan pada saat perjanjian. Bagaimana hukum islam mengatur tentang pelaksanaan Akad Ijarah dalam masalah ini.

F. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tentang mekanisme pelaksanaan Akad Ijarah pada dana talangan Umroh sehingga data yang akan diperoleh melalui studi kasus yang terjadi di BMT Tumang Cabang Tumang. Peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (kualitatif) yaitu melakukan penelitian secara langsung dengan melakukan pendekatan narasumber pada kasus Pelaksanaan Akad Ijarah pada dana talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang.

2. Sifat Penelitian

Sebagaimana tergambar dalam judul penelitian ini, maka sifat penelitian adalah eksploratif, yaitu penelitian ini mencoba untuk menjelaskan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.

(22)

mengeksplorasikan permasalahan yang ada serta data yang ada kemudian menganalisis menurut pandangan hukum Islam.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data-data yang lain selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil peneliti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian tersebut akan dilakukan. Penelitian mengenai pelaksanaan akad Ijarah ini tepatnya dilakukan di BMT Tumang Cabang Tumang. Peneliti lebih melakukan penelitian di BMT Tumang Cabang Tumang untuk mendapatkan informasi secara jelas tentang tahap-tahap/mekanisme pelaksanaan Akad Ijarah yang dilakukan.

5. Sumber Data

(23)

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan narasumber, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung dengan pimpinan BMT Tumang Cabang Tumang dan wawancara dengan marketing BMT Tumang Cabang Tumang serta wawancara dengan pihak nasabah yang melakukan akad ijarah tersebut.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

6. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara

Dengan metode ini dapat diperoleh data tentang pelaksaan Akad Ijarah, teknik ini ditujukan kepada pimpinan BMT Tumang Cabang Tumang dan ulama yang dalam bidangnya.

b. Dokumentasi

(24)

mendapatkan data berupa foto atau dokumen yang terkait tentang bagaimana Akad Ijarah berlangsung.

c. Observasi

Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati langsung obyek yang diteliti.

7. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. (Nazir,1988:405)

Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka penulis perlu mengelompokkan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, foto-foto serta hasil pengamatan.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menggali data yang dianalisis secara kualitatif. Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan menganalisa semua data dengan menggunakan metode deskripsi analisis, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya dan senyatanya yang terjadi di masyarakat.

8. Tahap-tahap Penelitian

(25)

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

pengamatan pada nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada obyek yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada dosen pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah

sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

(26)

Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Gambaran Umum tentang Akad Ijarah; bab ini berisi Pengertian Akad Ijarah, Dasar hukum Akad Ijarah, Rukun dan Syarat Akad Ijarah, Pembiayaan Modal Kerja Ijarah dan Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijarah.

Bab III Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Tumang; bab ini berisi Latar Belakang Pendirian, Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Tumang, Produk-produk BMT Tumang Cabang Tumang, Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh dan Pelaksanaan Akad Ijarah Untuk Dana Talangan Umroh.

Bab IV Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Ijarah Pada Dana Talangan Umroh di BMT Tumang Cabang Tumang; bab ini berisi Analisis Penentuan Pembayaran pada Akad Ijarah yang Berlangsung di BMT Tumang pada Pelaksanaan Dana Talangan Umroh Menurut Pandangan Hukum Islam.

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG AKAD IJARAH

A. Pengertian Akad Ijarah 1. Pengertian Akad

Akad secara etimologi berarti perikatan, perjanjian. Sedangkan secara terminologi, pengertian akad adalah suatu perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang

menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya. (Burhanuddin Susanto,2008:223)

Akad merupakan perjanjian diantara dua pihak yang sudah teridentifikasikan secara detail dan jelas, dimana masing-masing pihak berkewajiban untuk memenuhinya. Jika salah satu pihak melanggar maka akan terkena sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditentukan dalam akad. Sedangkan menurut Musthafa Az-arka akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan mengikatkan dirinya. (Fetria Eka Yudiana,2014:9)

2. Rukun dan Syarat Akad

(28)

sebelum para aqid menjalankan suatu perikatan, pemahaman tentang rukun dan syarat merupakan hal yang penting.

a. Rukun akad

Keberadaan rukun merupakan suatu unsur yang menentukan terjadinya perbuatan (akad). Dari kalangan fuqaha terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan rukun akad. Namun menurut pendapat jumhur, rukun-rukun akad terbagi menjadi:

1) Al Aqid

Merupakan subyek hukum yang menjalankan akad. Pengertian subyek hukum berarti perbuatan manusia yang dituntut oleh Allah berdasarkan ketentuan hukum syara’.

Subyek hukum adalah sesuatu perbuatan yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban.

2) Sighat Al-Aqd

(29)

3) Mahallul ‘aqd

Mahallul ‘aqd merupakan obyek suatu perikatan. Sesuatu yang dapat dijadikan obyek dalam akad ialah dapat berupa benda dan atau manfaat.

b. Syarat Akad

1) Terjadinya Akad (In’iqad)

Berupa ketentuan umum berupa persyaratan yang terdapat dalam rukun-rukun akad.

2) Keabsahan Akad (Shahih)

Merupakan persyaratan yang ditetapkan oleh syara untuk menentukan ada tidaknya akibah hukum yang ditimbulkan akad.

3) Pelaksanaan Akad (Nafadz)

Untuk menjalankan akad ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya kepemilikan sempurna dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Pengertian kepemilikan dalam konteks ini adalah kepemilikan sempurna dari seseorang terhadap barang atau manfaat yang dijadikan obyek akad. Sedangkan kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan akad, baik secara langsung maupun perwakilan.

(30)

Akad lazim adalah akad yang telah mempunyai kepastian hukum, sehingga tidak ada hak memilih (khiyar) untuk meneruskan atau membatalkan (fasakh). (Syamsul Anwar,2010:95)

3. Tujuan Akad

Kaidah umum dalam ajaran Islam menentukan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan dalam keadaan sehat dan bebas menentukan pilihan (tidak dipaksa) pasti mempunyai tujuan tertentu yang mendorong melakukan perbuatan. Oleh karena itu, tujuan akad memperoleh tempat penting untuk menentukan apakah suatu akad dipandang sah atau tidak, dipandang halal atau haram.

Yang dimaksud tujuan akad adalah maksud utama disyariatkan akad. Tujuan akad ini harus benar dan sesuai dengan ketentuan syara’.

Tujuan akad dipandang sah dan mempunyai akibat-akibat hukum diperlukan adanya syarat tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan, tujuan hendaknya baru ada pada saat akad diadakan.

b. Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akad.

c. Tujuan akad harus dibenarkan oleh syara’.

(31)

erat kaitannya dengan berbagai bentuk aktifitas yang dilakukan contohnya dalam hal jual beli tujuannya untuk memindahkan hak milik penjual kepada pembeli.

Tujuan akad adalah mewujudkan akibat hukum yang pokok dari akad. Misalnya:

a. Tujuan akad jual beli adalah memindahkan hak milik atas barang dengan imbalan.

b. Tujuan akad sewa-menyewa adalah memindahkan milik atas manfaat barang yang disewa kepada penyewa dengan imbalan. c. Tujuan akad hibah adalah memindahkan milik atas barang tanpa

imbalan (secara Cuma-Cuma).

d. Tujuan akad pinjam pakai adalah memindahkan milik atas manfaat benda yang dipinjam kepada peminjam tanpa imbalan. e. Tujuan akad gadai adalah menjamin dan memperkuat

pembayaran utang melalui penahanan barang.

f. Tujuan akad nikah adalah menghalalkan hubungan seksual antara lelaki dengan wanita dan membentuk rumah tangga guna hidup bersama sebagai suami istri. (Syamsul Anwar,2010:218)

4. Macam-macam Akad

(32)

2) Akad Tijarah merupakan akad yang bertujuan mendapatkan keuntungan berdasarkan rukun dan syarat yang telah ditetapkan oleh hukum syara’.

B. Akad Ijarah

1. Pengertian Ijarah

Secara bahasa ijarah digunakan sebagai nama bagi al-ajru ( ) yang berarti “imbalan terhadap suatu pekerjaan” ( ) dan “pahala”

( ). Asal katanya adalah: dan jamaknya adalah . Wahbah al-Zuhaily menjelaskan ijarah menurut bahasa yaitu: yang berarti jual beli manfaat. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi buruh kuli dan lain sebagainya.

Menurut Sayyid Sabiq ijarah adalah:

Artinya: ”Ijarah di ambil dari kata “Ajrun” yaitu pergantian maka dari itu pahala juga dinamakan upah”.

Kemudian Abi Yahya Zakaria juga mengemukakan :

Artinya : “Ijarah secara bahasadisebut upah”

Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama di bawah ini:

(33)

Artinya: “Akad atas suatu manfaat yang diketahui

kebolehannya dengan serah terima dan ganti yang diketahui manfaat kebolehannya”.

Berdasarkan defenisi di atas maka secara etimologi ijarah adalah imbalan atas pekerjaan atau manfaat sesuatu.

b. Menurut Ulama Hanafiyah:

Artinya: ”Akad terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti”. c. Menurut Ulama Malikiyyah:

Artinya: ”Ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan

yang mubah dalam waktu tertentu”.

d. Menurut Sayyid Sabiq

Artinya: ”Ijarah secara Syara’ ialah akad terhadap suatu

manfaat dengan adanya ganti”.

(34)

Kalau diperhatikan secara mendalam defenisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam ijarah antara lain:

a. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua bela pihak yang ditandai dengan adanya ijab dan kabul

b. Adanya imbalan tertentu

c. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seseorang buruh untuk bekerja.

Al Ijarah atau sewa menyewa menurut pengertian hukum Islam diartikan sebagai suatu akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.(Sayid Sabiq,13,1988:15)

Pembiayaan dalam bentuk Ijarah yaitu pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. (Ahmad Dahlan,2012:180)

Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa menyewa itu adalah pengambilan manfaat suatu benda, jadi dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat barang seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik, bahkan juga dapat berupa karya pribadi seperti kendaraan.

(35)

“Musta’jir”, benda yang disewakan diistilahkan dengan “Ma’jur” dan uang

sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut dengan “Ajaran atau Ujrah”.

Sewa-menyewa sebagaimana perjanjian yang lainnya, adalah merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, yang berarti menyangkut persetujuan seluruh anggota yang terlibat, perjanjian ini mempunyai kekuatan hukum yaitu pada saat sewa-menyewa berlangsung, dan apabila akad sudah berlangsung, maka pihak yang menyewakan (Mu’ajjir) berkewajiban untuk menyerahkan barang (Ma’jur) kepada pihak penyewa (Musta’jir), dan dengan diserahkannya manfaat barang/benda maka pihak

penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan uang sewanya (Ujrah). 2. Dasar Hukum Akad Ijarah

Para ulama fiqh mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad ijarah adalah al Qur’an, sunnah, dan Ijma’.

a. Landasan Al Qur’an Surat Al-Thalaq ayat 6

(36)

baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa apabila orang tua menyuruh orang lain untuk menyusukan anak mereka,maka sebaiknya diberikan upah kepada orang yang menyusukan anak itu.

Kemudian dalam surat Al Baqarah ayat 233:

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

(37)

mau unutk menunaikan upah yang patut kepada orang tersebut. Kita diperbolehkan menyewa jasa orang lain untuk menyusui anak kita, dengan syarat harus kita tunaikan pembayaran upahnya secara layak. Penafsiran tersebut jelas memeperbolehkan kita menyewa jasa orang lain yang tidak kita miliki (tidak mampu kita tunaikan), dan harus mmembayarnya dengan upah yang layak. Dari penafsiran tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan, dan adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas jasa yang diterima. (Dimyauddin Djuwaini, 2008: 155).

Kemudian Q.S Al-Qashshash (28) ayat 26-27:

Artinya: “Seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bappakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Berkata dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.

(38)

Kemudian Surat Az-Zukhruf ayat 32:

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian dari mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memberikan kelebihan sebagian manusia atas sebagian yang lain, agar manusia itu dapat saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya, salah satu caranya adalah dengan melakukan akad ijarah (upah-mengupah), karena dengan akad ijarah itu sebagian manusia dapat mempergunakan sebagian yang lain.

b. Landasan Sunah

(39)

upah beberapa qirath (keping dinar) milik penduduk Makkah”.

(HR Bukhari No. 1061, Ringkasan Shahih Bukhari. 2012: 136). Kemudian hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a ia berkata:

Artinya: ”Hadist dari Ibnu Thawus dari ayanya dari Ibnu Abbas

r.a dia berkata bahwa Nabi Saw pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian membayar upahnya”. (H.R.Bukhari)

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi menyuruh untuk membayar upah terhadap orang yang telah dipekerjakan. Dari hal ini juga dapat dipahami bahwa Nabi membolehkan untuk melakukan transaksi upah mengupah.

(

)

Artinya : ”Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Berkata

Rasulullah SAW : Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” ( H.R.Ibnu Majah )

Hadits di atas menjelaskan tentang ketentuan pembayaran upah terhadap orang yang dipekerjakan, yaitu Nabi sangat menganjurkan agar dalam pembayaran upah itu hendaknya sebelum keringatnya kering atau setelah pekerjaan itu selesai dilakukan.

(40)

Mengenai kebolehan ijarah para ulama sepakat tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini,

sekalipun ada diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak ditanggapi. Jelaslah bahwa Allah SWT telah mensyari’atkan ijarah ini yang tujuannya untuk kemaslahatan

ummat, dan tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan ijarah.

d. Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000

Landasan hukum akad ijarah lainnya terdapat pada Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan akad Ijarah.

3. Rukun dan Syarat Akad Ijarah a. Rukun Akad Ijarah

Rukun merupakan sesuatu yang mesti ada dalam sebuah akad atau transaksi. Tanpa rukun akad tidak akan sah. Rukun sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Karim Zaidan dalam bukunya ”al-Wajizu fi Ushul Fiqh” sebagi berikut:

Artinya: ”Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu dan zatnya”.

Dari defenisi yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rukun mutlak adanya dalam sebuah akad ijarah.

(41)

rukun dari ijarah itu hanya satu yakni ijab dan kabul dengan menggunakan upah atau sewa (al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira` dan al-ikra`). Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan dan manfaat termasuk ke dalam syarat-syarat ijarah, bukan rukunnya. Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat yaitu: orang yang berakad, sewa/imbalan, manfaat, dan adanya sighat (ijab dan kabul). (Wahbah al-Zuhaily,1989:731)

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:

1) Orang yang berakad

Mu’jir dan Musta’jir. Mu’jir adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Musta’jir adalah orang yang menyumbangkan tenaganya atau orang yang menjadi tenaga kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya itu.

2) Objek transaksi (manfaat)

(42)

terhindar dari perselisihan dikemudian hari baik jenis, sifat barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan.(Rozalinda,2005:106)

3) Imbalan atau upah (Ujrah)

Upah sebagaimana terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Jadi upah merupakan imbalan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan. Pembayaran upah ini boleh berupa uang dan boleh berupa benda. Dapat kita ketahui bersama bahwa ijarah adalah sebuah akad yang mengambil manfaat dari barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum syara’ yang berlaku.

Oleh sebab itu, sewa atau imbalan mesti jelas dengan ketentuan awal yang telah disepakati.

4) Sighat yaitu ijab dan kabul

(43)

barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir. Misalnya,

anda bersedia bekerja pada proyek ini dalam waktu dua bulan dengan upah perharinya Rp.20.000,- dan jenis pekerjaannya yaitu pekerjaan jalan? kemudian buruh menjawab “ya”, saya

bersedia.(Amir Syarifuddin,2003:218-219) b. Syarat sahnya akad ijarah

Untuk sahnya sewa menyewa, pertama sekali harus dilihat terlebih dahulu orang yang melakukan perjanjian sewa menyewa tersebut, yaitu apakah kedua belah pihak telah memenuhi syarat untuk melakukan perjanjian pada umumnya.

Unsur yang terpenting untuk diperhatikan yaitu kedua belah pihak cakap bertindak dalam hukum yaitu punya kemampuan untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk (berakal). Imam Asy-Syafi’i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi, yaitu dewasa (baligh), perjanjian sewa menyewa yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa menurut merekan adalah tidak sah, walaupun mereka sudah berkemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk (berakal).

Sedangkan untuk sahnya perjanjian sewa-menyewa harus terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(44)

menyewa itu terdapat unsur pemaksaan, maka sewa-menyewa itu tidak sah.

Ketentuan ini sejalan dengan bunyi surat An-Nisa ayat 29 yang artinya:

“Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.

2) Harus jelas dan terang mengenai obyek yang diperjanjikan; Harus jelas dan terang mengenai obyek sewa-menyewa, yaitu barang yang dipersewakan disaksikan sendiri, termasuk juga masa sewa (lama waktu sewa-menyewa berlangsung) dan besarnya uang sewa yang diperjanjikan. 3) Obyek sewa-menyewa dapat digunakan sesuai

peruntukannya;

Maksudnya kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas, dan dapat dimanfaatkan oleh penyewa sesuai dengan peruntukannya (kegunaan) barang tersebut, andainya barang itu tidak dapat digunakan sebagaimana yang diperjanjikan maka perjanjian sewa-menyewa itu dapat dibatalkan.

(45)

Maksudnya barang yang diperjanjikan dalam sewa-menyewa harus dapat diserahkan sesuai dengan yang diperjanjikan, dan oleh karena itu kendaraan yang akan ada (baru rencana untuk dibeli) dan kendaraan yang rusak tidak dapat dijadikan sebagai obyek perjanjian sewa-menyewa, sebab barang yang demikian tidak dapat mendatangkan kegunaan bagi pihak penyewa.

5) Kemanfaatan obyek yang diperjanjikan adalah yang dibolehkan dalam agama;

Perjanjian sewa-menyewa barang yang kemanfaatannya tidak dibolehkan oleh ketentuan hukum agama adalah tidak sah dan wajib untuk ditinggalkan, misalnya perjanjian sewa-menyewa rumah, yang mana rumah itu digunakan untuk kegiatan prostitusi, atau menjual minuman keras serta tempat perjudian, demikian juga memberikan uang kepada tukang ramal.

Selain itu juga tidak sah perjanjian pemberian uang (Ijarah) puasa atau shalat, sebab puasa dan shalat termasuk kewajiban individu yang mutlak dikerjakan oleh orang yang terkena kewajiban. (H.Chairuman Pasaribu, 1994:54)

Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan) disyaratkan:

(46)

b) Manfaat dari objek yang diijarahkan harus yang dibolehkan agama, maka tidak boleh ijarah terhadap maksiat seperti mempekerjakan sesorang untuk mengajarkan ilmu sihir atau mengupah orang untuk membunuh orang lain.

c) Manfaat dari pekerjaan harus diketahui oleh kedua belah pihak sehingga tdak muncul pertikaian dan perselisihan dikemudian hari.

d) Manfaat dari objek yang akan di ijarahkan sesuatu yang dapat dipenuhi secara hakiki.

e) Jelas ukuran dan batas waktu ijarah agar terhindar dari persengketaan atau perbantahan.

f) Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang diwajibkan oleh mu’ajir seperi sholat, puasa dan lain-lain. g) Pekerjaan yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat

diijarahkan seperti menyewakan toko, computer, maka tidak boleh menyewakan pohon untuk menjemur pakaian, karena hal itu diluar kebiasaan.(Rozalinda,2005:106)

Untuk sahnya ijarah, sesuatu yang dijadikan sebagai upah atau imbalan harus memenuhi syarat berikut:

a) Upah berupa benda yang diketahui yang dibolehkan memanfaatkannya (mal mutaqqwwim).

(47)

c) Upah /imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang di akadkan misalnya sewa rumah dengan sebuah rumah. (Rozalinda,2005:107)

Terhadap imbalan ada beberapa ketentuan dalam hal menerima atau memberikan:

a) Imbalan atau upah tersebut hendaknya disegerakan pembayarannya.

b) Mesti ada kejelasan berapa banyak yang diterima sehingga kedua belah pihak akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

c) Imbalan atau upah dapat diberikan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Apakah diberikan seluruhnya atau selesai waktunya. Ini semua tergantung kebiasaan yang terjadi pada masyarakat asalkan tidak ada yang terzalimi terhadap upah yang akan diterima.

(48)

e) Upah atau imbalan mesti berupa benda yang diketahui yang diperbolehkan memanfaatkanya.

f) Sighat (ijab dan kabul) disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya majelis akad seperti yang disyaratkan dalam akad jual beli. Maka akad ijarah tidak sah jika antara ijab dan kabul tidak bersesuaian, seperti antara objek akad dan batas waktu.

C. Pembiayaan Modal Kerja Ijarah

Ijarah merupakan salah satu pembiayaan di Perbankan Syariah. Ijarah adalah akad pemindahan hak penggunaan atau pemanfaatan atas barang atau jasa dengan melalui pembayaran sewa kepada pemilik. Ijarah atau sewa terdiri dari dua macam yaitu ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah al-muntahia bit tamlik (sewa dengan hak opsi atau sewa beli). Ijarah tanpa kepemilikan adalah pemindahan hak penggunaan atau pemanfaatan tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah al-muntahia bit tamlik atau ijarah waiqtina adalah perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa menyewa atau dengan kata lain akad sewa menyewa yang diakhiri pemindahan kepemilikan ke tangan penyewa.

(49)

kedudukan nasabah sebagai lessee yang memperoleh hak untuk menggunakan modal selama jangka waktu tertentu, sedangkan bank syariah adalah sebagai lessor yaitu pemilik barang modal. (Fetria Eka Yudiana,2014:56)

Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara sewa menyewa dan jual beli yang mempunyai karakteristik berbeda dengan sewa menyewa. Didalam sewa beli di masa akhir penyewaan, nasabah memperoleh kesempatan untuk memiliki barang modal yang bersangkutan.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa pemberian pembiayaan antara lain:

1. Jenis usaha. Kebutuhan modal kerja masing-masing jenis usahan berbeda-beda.

2. Skala usaha. Besarnya kebutuhan modal kerja suatu usaha sangat tergantung kepada skala usaha yang dijalankan. Semakin besar usaha yang dijalankan, kebutuhan modal kerja akan semakin besar.

3. Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam melakukan analisis pembiayaan antara lain: a. Apakah proses produksi membutuhkan tenaga ahli atau terdidik

atau terlatih atau dengan menggunakan peralatan yang canggih? b. Apakah perusahaan memiliki tenaga ahli dan peralatan yang

dibutuhkan untuk menunjang proses produksi?

(50)

4. Karakter transaksi dalam sektor usaha yang akan dibiayai. Dalam hal ini yang harus ditelaah adalah:

a. Bagaimana sistem pembayaran pembelian bahan baku?

b. Bagaimana sistem penjualan hasil produksi, tunai atau cicilan?

D. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijarah

Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak membolehkan adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah merupakan akad pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh. Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut:

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa;

2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh dan sebagainya;

3. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur ‘alaih), seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan;

4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan;

(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT TUMANG CABANG TUMANG

A. Latar Belakang Pendirian BMT Tumang

Berangkat dari keprihatinan akan nasib masyarakat Desa Tumang yang sulit dalam mengakses permodalan dari perbankan,serta banyak warga masyarakat yang terjerat rentenir, pada bulan Februari 1997 beberapa warga Tumang yang telah bekerja / berdomisi di Jakarta berinisitif untuk mendirian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di Desa Tumang.

Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan dan sosialisasi pendirian, maka pada tanggal 1 oktober 1998 Baitul Maal wat Tamwil (BMT) TUMANG mulai beroperasi dengan modal awal 7.050.000 rupiah, dengan menggunakan kantor (pinjam) salah satu ruangan tidak terpakai di Komplek Balai DesaTumang, Cepogo, Boyolali.

(52)

Keberlangsungan KJKS BMT TUMANG dalam jangka panjang dan berkembang secara terus menerus serta dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat merupakan cita-cita mulia para pendiri BMT. Untuk menjaga cita-cita luhur tersebut maka BMT harus dikelola dengan baik yang berprinsip pada tata kelola lembaga yang baik dengan bercirikan syariah.

Tata kelola BMT yang baik harus didukung adanya sistem yang memadai menyangkut aspek perencanaan, aspek pelaksanaan (adanya SOP yang handal), dan aspek pertanggungjawaban (akuntabilitas). Perencanaan yang baik hendaknya didukung adanya sub sistem perencanaan meliputi perencanaan jangka pendek; perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka panjang. Aspek pelaksanaan yang baik hendaknya didukung adanya SOP yang handal; sistem pengendalian intern yang baik, ketersediaan sarana prasarana yang memadai, serta ketersediaan SDM yang kompeten. Sedangkan aspek akuntabilitas yang baik adalah setiap kegiatan BMT mendasarkan pada SOP dan berdasarkan tata kelola yang baik serta wajib melaporkan kegiatanya (mandatory) secara berkala.

(53)

yang baik, serta adanya peningkatan kapasitas kelembagaan secara terus menerus. Hal ini sejalan dengan konsep pendirian BMT bahwa keberhasilan BMT diukur dari 2 (dua) aspek strategis , yaitu aspek jasadiyah dan aspek ruhiyah. Aspek Jasadiyah menekankan keberhasilan dari perspektif : kinerja keuangan, kelembagaan dan manajemen, sedangkan aspek ruhiyah menekankan keberhasilan dari aspek : visi dan misi; kepekaan sosial; rasa memiliki; dan syariah. Untuk menjabarkan dan menindaklanjuti hal-hal tersebut maka perlu disusun sebuah perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan operasional BMT.

Rencana Strategis adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan program dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

Rencana Strategis (RENSTRA) BMT TUMANG Tahun 2016-2020 dimaksudkan untuk :

1. Menggali, mengelola dan mengerahkan semua potensi yang ada dengan memperhatikan lingkungan strategis dan faktor-faktor kunci keberhasilan.

(54)

3. Dan sebagai pedoman untuk mengukur keberhasilan kinerja atau pencapaian tujuan dalam waktu lima tahun.

Sedangkan tujuan penyusunan Renstra adalah untuk membuat pedoman dan arah strategis yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran BMT TUMANG yang didasarkan atas prinsip-prinsip tata kelola lembaga keuangan syariah yang baik (Good Corporate Governance) sesuai dengan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BMT TUMANG. (Bab_1 Renstra BMT_Pendahuluan)

B. Identitas Lembaga

1. Nama Lembaga : KJKS BMT TUMANG

2. Diresmikan pada tanggal : 30 September 1998

3. Alamat Kantor Pusat : Jl.Boyolali–Semarang Km.01, Penggung, Boyolali, Jawa Tengah 57362 Telp. (0276) 323 034 Faks. (0276) 323 336 4. Alamat Kantor Cabang :

a. TUMANG – Jl. Melati 12 Tumang, Cepogo, Boyolali Telp. 0276 323 335

b. CEPOGO – Jl. Boyolali – Magelang Km.10 Cepogo, Boyolali Telp. 0276 323 454

c. BOYOLALI - Jl. Pandanaran No. 299, Boyolali Telp. 0276 323 034 d. AMPEL – Jl. Raya Ampel (Depan Pasar Ampel), Ampel, Boyolali

(55)

e. ANDONG – Jl. Raya Kacangan Andong Boyolali Telp. 0271 7893025

f. KARTASURA – Jl. Ahmad Yani No.83 Telp. 0271 784385 g. SALATIGA – Jl. Sukowati No.9 Salatiga Telp. 0298 312729

h. DELANGGU – Jl. Raya Solo – jogja KM 21(selatan pasar delanggu) Delanggu, klaten Telp. 0272554358

i. SELO – Jl. Boyolali- Magelang KM.18,Selo Boyolali Telp. 0276 3295240

j. SIMO – Jl. Singoprono Raya KM 01 Pelem, Simo, Boyolali

k. SURUH – Jl. Raya Suruh-Salatiga, Kab. Semarang (Timur Pasar Suruh) Tlp (0298) 317434

l. SOLO – Jl. Brigjend Sudiarto 5/2, Joyosuran, Pasar Kliwon, Surakarta Telp (0271) 642257

m. GRABAG – Jl.KH Siraj, Desa Krajan I, Grabag, Magelang

n. KARANGPANDAN – Jl Lawun No 85, Kangpandan, Karanganyar o. JATINOM – Jl. Raya Pasar Gabus, Jatinom, Klaten

C. Kelengkapan Lembaga

1. Badan Hukum : 242/BH.KDK.11.25/IV/1999 2. Perubahan Anggaran Dasar : 02/PAD/XIV/I/2011

3. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-526.000

4. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012

(56)

6. Jangkauan pelayanan : Provinsi

7. Waktu Operasional : Hari Senin –Jum’at, jam 07.30 – 16.30 WIB

D. Visi dan Misi BMT Tumang 1. Visi

“ Menjadi lembaga Keuangan Syariah yang mandiri, terdepan dan sejahtera ”

Makna Visi :

Visi tersebut menggambarkan suatu semangat untuk membangun ekonomi masyarakat (umat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan para anggota BMT melalui tata kelola yang baik, tangguh, dan terdepan menuju kemandirian BMT dengan bercirikan syariah yang diridhoi Allah SWT.

2. Misi

Untuk mencapai Visi tersebut telah dirumuskan 3 (tiga) Misi sebagai berikut :

a. Mewujudkan lembaga keuangan syariah yang mandiri, terdepan, amanah, dan sejahtera

(57)

BMT Tumang berupaya mewujudkan sebuah lembaga keuangan syariah yang terdepan (modern) dari segi pelayaan dan daya dukung operasional. Mutu pelayanan dan daya dukung operasial hendaknya sejajar atau lebih tinggi dengan lembaga keuangan syariah/non syariah terkemuka.BMT Tumang akan berupaya secara terus menerus meningkatkan lembaga BMT Tumangtanpa tergantung pada pihak-pihak tertentu, namun mengandalkan pada kekuatan yang dimiliki (mandiri) serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan bekerja cerdas dan keras. Dalam melaksanakan jasa layanan keuangan syariah kepada masyarakat BMT mengutamakan norma-norma kebaikan (amanah), memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga keberadaan BMT dapat memberikan nilai tambah bagi pengguna jasa keuangan syariah serta dapat meningkatkan kesejahteraan bagi anggota BMT serta masyarakat luas.

b. Membangun kualitas SDM yang tangguh, profesional dan berdaya saing tinggi

Penjelasan :

(58)

c. Mewujudkan pelayanan keuangan syariah yang unggul dengan dukungan sistem informasi terkini dan sarana prasarana yang memadai.

Penjelasan :

Untuk mendukung layanan keuangan syariah yang unggul, BMT berupaya meningkatkan sarana prasarana yang memadai. Selain tersedia sarana prasarana yang memadai layanan BMT perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur teknologi informasi terkini ( modern) sesuai perkembangan zaman.

(59)

F. Tugas dan Tanggungjawab 1. Manager Cabang

Manager selaku penanggungjawab seluruh kegiatan operasional diperusahaan memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan serta kinerja perusahaan. Tugas dan tanggungjawab Manager Cabang antara lain:

a. Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi (finansial maupun non finansial)

b. Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan

c. Menjaga kantor agar dalam aktivitasnya senantiasa tidak lari dari visi dan misinya

d. Menjaga keamanan dana anggota dan calon anggota yang dihimpun dan pembiayaan yang diberikan serta seluruh asset KJKS.

e. Memastikan bahwa pengelolaan kas Kanca dan surat-surat berharga telah benar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menjaga aset bank.

f. Memastikan bahwa pelayanan kas, pelayanan dana jasa (termasuk devisa dan Surat Kredit Berjangka Dalam Negeri/SKBDN) dan pelayanan pinjaman serta kegiatan back office telah sesuai ketentuan guna menghindari resiko yang mungkin timbul.

(60)

ketentuan yang berlaku untuk mewujudkan kepuasan anggota dengan tetap memperhatikan kepentingan bank.

h. Menerbitkan laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunan dana anggota secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan. (Ahmad Sumiyanto,2008:221)

2. Marketing Finance

CMO (Credit Marketing Officer) adalah sebuah jabatan yang umumnya ada di sebuah perusahaan pembiayaan (finance). Adapun tugas-tugas dan tanggung jawab CMO (Credit Marketing Officer) antara lain adalah:

a. Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses.

b. Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam rapat komite.

c. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya pengembangan pasar.

d. Mengevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan angsuran pembayaran.

e. Menyelenggarakan administrasi pembiayaan dari pencairan hingga pelunasan.

(61)

g. Menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang meliputi, melakukan analisis bersama manager atas pembiayaan-pembiayaan yang bermasalah.

h. Melakukan verifikasi terhadap kebenaran dan legalitas dokumen-dokumen persyaratan kredit yang diberikan oleh calon Debitor dengan memberikan stempel “COPY SESUAIASLI” pada semua

dokumen persyaratan kredit yang diperoleh,

i. Melengkapi dokumen persyaratan kredit yang masih belum diserahkan oleh Debitor (Memo Pending) dalam waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan,

j. Memberikan rekomendasi terhadap permohonan aplikasi kredit dari calon Debitor setelah melakukan survey . (Ahmad Sumiyanto:233) 3. Marketing Funding

Marketing funding merupakan salah satu bagian dari fungsi pekerjaan di dalam dunia perbankan. Marketing merupakan proses atau kegiatan untuk mempromosikan barang atau jasa atau produk dalam segi perbankan, dan Funding adalah kegiatan menghimpun dana atau bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan membeli dana dari masyarakat. Tugas dan tanggung jawab marketing funding antara lain:

a. Marketing Funding sendiri bertanggung jawab memastikan target funding tercapai sesuai dengan rencana.

(62)

c. Tersosialisasinya produk-produk funding pada anggota dan calon anggota.

d. Memberi usulan untuk pengembangan produk funding manager. e. Mensosialisasikan produk-produk untuk keperluan penghimpunan

dana.

f. Melakukan funding sesuai dengan tugas yang diberikan. (Ahmad Sumiyanto:232)

4. Kasir/Teller

Kasir sebagai pemegang dan pengontrol uang kas masuk dan keluar dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan form kepada anggota yang akan mengajukan kredit kepada perusahaan.

b. Meminta nasabah untuk menunjukkan kartu identitas asli beserta copy dan melakukan pengecekan kebenaran identitas tersebut.

c. Membantu anggota dalam menghitung besarnya biaya yang harus dikeluarkan terhadap kredit yang akan dicairkan.

d. Mencetak dan memberikan bukti pembayaran yang akan dilakukan anggota.

e. Menghitung uang yang akan diterima dari anggota dicocokkan dengan bukti pembayaran yang telah dicetak sebelumnya. ( Ilmiana Sofia,2016:68)

(63)

Di posisi Back Office ada petugas devisa yang memiliki tugas dalam pengurusan dokumen yang berkaitan dengan transaksi anggota. Untuk back office ini dalam pengerjaan pembuatan produk bank seperti cek/giro membutuhkan waktu serta dokumen ekstra, sehingga jenis pekerjaan ini bukan pekerjaan yang tugasnya bisa selesai dalam satu hari.

6. Customer Servise / CS

Adapun tugas dan wewenang Customer Servise antara lain:

a. Menyelenggarakan pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada anggota BMT.

b. Mengarsipkan seluruh dokumen-dokumen simpanan, dokumen lembaga, dokumen pembiayaan serta dokumen penting lainnya. c. Mengarsipkan surat masuk dan keluar serta notulasi rapat

d. Menyelenggarakan absensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil penilaian seluruh karyawan.

e. Melakukan pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening simpanan serta mutasinya.

f. Mengarsipkan dokumen simpanan.

(64)

7. Administrasi

Kegiatan di fungsi Administrasi ini meliputi penetaan tujuan serta cara-cara penyelenggaraan pembiayaan dan kegiatan yang berkaitan dengan ketatausahaan seperti mencatat dan menyimpan file atau dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan pembiayaan. Menurut juklak Support Pembiayaan tugas dari fungsi Administrasi mencakup :

a. Mempersiapkan proses pencairan pembiayaan b. Mempersiapkan proses pelepasan jaminan

c. Melakukan penutupan asuransi dan membantu klaim asuransi

d. Membuat laporan SID (eksternal), Laporan jatuh tempo pembiayaan, TBO, jth tempo asuransi dan jaminan, laporan realisasi pencairan, laporan back to back, laporan FPN, laporan monitoring KJPP, laporan BMPK dan rekap hasil komite.

e. Membuat surat keterangan lunas/perpanjangan STNK atas BPKB yang dijaminkan

f. Melayani permintaan BI Checking

g. Melakukan penyimpanan dokumen dan data

h. Mengupdate FPN kolektibilitas dan dilaporkan kepada divisi terkait (

(65)

G. Produk - Produk BMT Tumang Cabang Tumang

Seperti yang kita ketahui bahwa akad dalam ekonomi Syari’ah sangatlah banyak, tetapi pada suatu instansi keuangan syari’ah tidak semua

akad mereka laksanakan dalam program kerjanya. Seperti pada BMT Tumang ini hanya melakukan beberapa akad yang termasuk dalam program kerjanya, yaitu diantaranya:

1. Akad Mudharabah

Yaitu bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul mal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.

Transaksi ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal dalam managemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.

2. Akad Musyarakah

(66)

ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. 3. Akad Murabahah

Yaitu akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

4. Akad Ijarah

Yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atau suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

5. Akad Qardh

Yaitu akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

(67)

Akad Ijarah untuk dana talangan umroh termasuk produk baru dari BMT Tumang, dan untuk saat ini baru ada 5 (lima) orang yang ikut Akad Ijarah untuk talangan umroh ini.

H. Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah untuk Dana Talangan Umroh

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Diyah Sayekti WM, S.E selaku Manager Cabang di BMT Tumang Cabang Tumang. Akad Ijarah adalah akad yang digunakan untuk jenis pembiayaan untuk dana talangan Umroh pada BMT Tumang ini. Tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan pembiayaan Ijarah untuk dana talangan Umroh ini sebagai berikut:

1. Sebelum anggota ingin ikut dalam pelaksanaan Umroh di BMT Tumang ini, anggota wajib melakukan survey ke BMT untuk menanyakan mekanisme pelaksanaan Akad Ijarah tersebut.

2. Anggota wajib melampirkan identitas dan syarat-syarat yang harus dilampirkan seperti fotocopy kartu keluarga, fotocopy surat nikah, fotocopy KTP.

(68)

dengan Ujrah yang ditetapkan antara kedua pihak maka proses dapat dilanjutkan.

4. Setelah anggota paham dengan ketentuan yang diberikan oleh pihak BMT, anggota wajib memberikan DP atau uang muka sebesar Rp 5.000.000,-/orang.

5. Setelah urusan administrasi selesai pihak BMT akan mengantarkan anggota yang ikut Umroh untuk membuat Paspor ke badan Imigrasi dan melakukan cek kesehatan serta suntik miningitis sebelum pemberangkatan Umroh tersebut.

6. Setelah semua urusan anggota terselesaikan, pihak BMT melakukan pembayaran pelunasan biaya Umroh kepada PBMT Travel di Pusat seminggu setelah kelengkapan surat menyurat dari anggota terselesaikan. 7. Anggota akan mendapatkan perlengkapan umroh seperti koper, pakaian

ihrom, air zam-zam dll dari pihak BMT Tumang.

8. Setelah itu, anggota tinggal menunggu keberangkatan Umroh.

Dibawah ini peneliti akan menjelaskan tentang perhitungan pemberian Upah(Ujrah) sesuai yang pernah terjadi di BMT Tumang cabang Tumang:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuannya adalah untuk mengetahui peran pengemudi angkutan kota sehingga menjadi korban pungutan liar (pungli) serta mengkaji bagaimana cara penanggulangan korban agar

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dan rasional dalam pengelolaan, diantaranya dengan penutupan area penangkapan di nursery ground agar kepiting-kepiting

Karakteristik fisik organoleptis dari ke-empat formula diperoleh hasil yang sama yaitu tidak berbau, berwarna bening, kondisi permukaan kering dan tidak retak,

Kemudian akan dilanjutkan dengan penentuan jumlah faktor sebetulnya bisa diperoleh faktor sebanyak variabel yang ada namun, tujuan dari melakukan analisis

Data cakupan Jampersal Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2011 sebesar 1214 ibu bersalin, pencapaian tersebut hanya 52,7% dari sasaran ibu bersalin yaitu 2304 ibu

Pada penelitian ini akan dibuat gambar kerja yang digunakan sebagai acuan dalam proses machining, membuat BOM (Bill Of Material) yang berfungsi untuk

Sedangkan pada analisis data sikap ilmiah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan terjadi perbedaan yang signifikan, dimana mahasiswa laki-laki lebih menyukai tugas individu

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,56 persen dengan andil sebesar 0,10 persen. Deflasi terbesar pada kelompok