• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKHNIK PKC TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER EMPATI DI KELAS XI SMA SWASTA YAYASAN PERGURUAN KELUARGA PEMATANG SIANTAR TAHUN AJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKHNIK PKC TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER EMPATI DI KELAS XI SMA SWASTA YAYASAN PERGURUAN KELUARGA PEMATANG SIANTAR TAHUN AJARAN 2013/2014."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tekhnik Pembelajaran Karakter Cerdas Terhadap Pengembangan Karakter Empati Di Kelas XI SMA Swasta

Yayasan Perguruan Keluarga Pematang Siantar Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

OLEH

REPA SEPTI LESTARI

1102151014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Repa Septi Lestari. NIM. 1102151014. Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tekhnik PKC Terhadap Pengembangan Karakter Empati Di Kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga PematangSiantar TahunAjaran 2013/2014.Universitas Negeri Medan. 2014.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh signifikan terhadap pemberian layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dalam meningkatkan empati siswa di kelasXI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga tahun ajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui yang signifikan terhadap pemberian layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dalam meningkatkan empati siswa di kelasXI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada sekelompok orang yang dijadikan subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas XI- sosial 1 Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 10 orang. Instrument yang digunakan adalah angket untuk menjaring data tentang empati yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Dari 40 angket yang di sebarkan diketahui ada 25 item yang valid dan 15 item yang tidak valid.Jadi jumlah item yang diberikan kepada 10 sampel berjumlah 25 item.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre-test dan

post-test.Pre-test diberikan sebelum dilakukan layanan bimbingan kelompok

teknik PKC-KO dan post-test diberikan setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan rumus uji t.

(7)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1. Angket Uji Empati ... 80

Lamp. 2. Skor Uji Validitas Angket ... 84

Lamp. 3. Validasi Angket Uji Coba ... 85

Lamp. 4. Reliability Angket Uji coba ... 89

Lamp. 5. Angket EmpatiValid ... 92

Lamp. 6. Skor Pre - Test ... 95

Lamp. 7. Skor Post- Test ... 96

Lamp. 8. Tabulasi Data Penelitian ... 97

Lamp.9. Perhitungan Kategori Empati Sebelum Diberi Layanan BimbinganKelompokPadaSiswaKelas XI SMA SwastaYayasan PerguruanKeluargaTahunAjaran 2013/2014 ... 98

Lamp. 10. Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standar Deviasi (SD) Pre-Test ... 100

Lamp. 11. Perhitungan Kategori Empati Setelah Diberi Layanan BimbinganKelompokPadaSiswaKelas XI SMA SwastaYayasan PerguruanKeluargaTahunAjaran 2013/2014 ... 102

Lamp. 12.Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standar Deviasi (SD) Post-Test ... 104

Lamp. 13. Pengujian Hipotesis ... 106

Lamp. 14.Perhitungan Peningkatan Empati Siswa ... 108

Lamp. 15. RPL BK Pertemuan I ... 109

(8)

xi

Lamp. 17. RPL BK Pertemuan III ... 138

Lamp. 18. RPL BK Pertemuan IV ... 152

Lamp. 19. Kisi –kisi angket setelah valid …………...………. 169

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pemberian skor angket ... 66

Tabel 3.2. Kisi–kisi Angket Empati ... 66

Tabel 4.1. Hasil Pre-test (Sebelum Diberi Layanan Bimbingan Kelompok).. 72

Tabel 4.2. Hasil Post-test (SetelahDiberiLayananBimbinganKelompok)…...73

(10)
(11)

1

adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat

diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses

mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

gagal, maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu

bangsa yang ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan

sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti sandang, pangan, dan

papan.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan

berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai

suatu cita - cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di

dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita

untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan bisa saja berawal dari

sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan

musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa

mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam http ://www.kompasiana.com)

menjelaskan tentang pengertian pendidikan, yaitu tuntutan di dalam hidup

(12)

2

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang.

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang

diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai

kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas

hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain Secara umum tujuan Pendidikan

adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga

memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang

diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai

lingkungan. Berkaitan dengan karakter, dewasa ini pembahasan mengenai

pendidikan karakter atau pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter

siswa menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di

kalangan masyarakat umumnya. Kebutuhan akan pendidikan yang dapat

melahirkan manusia Indonesia sangat dirasakan karena degradasi moral yang

terus menerus terjadi pada generasi bangsa ini.

Siswa diharapkan dan dituntut untuk bersikap, berpikir dan berprilaku

sesuai dengan norma tempat dia berada, serta eksistensinya sebagai siswa. Hal

demikian ini berarti adanya kemampuan mengenal diri sendiri dan orang di

sekitarnya, mencegah timbulnya perilaku yang tidak wajar, sekaligus

(13)

3

Adakalanya seseorang atau siswa mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan

mengkondisikan sikap, cara berfikir, menentukan dirinya secara positif, dan

cenderung bersikap egois bila bersentuhan dalam lingkungan di sekitarnya

maupun dunia luar pada umumnya. Bagi siswa yang mengalami hal seperti ini,

ada kemungkinan dirinya kurang peka terhadap kondisi di lingkungan sekitarnya

atau dengan kata lain kurangnya rasa empati terhadap sesama.

Menurut Bullmer (dalam http ://www.kompasiana.com) empati adalah

suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti

perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian

rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang

lain itu. Empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang

saling memercayai, sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk

merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan

guna terciptanya hubungan yang saling memercayai karena empati

mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang

lain secara tepat.

Empati sering disebut-sebut sebagai resonansi dari perasaan. Secara fisika

berarti ikut bergetarnya suatu benda karena persamaan frekuensi. Dengan empati,

seseorang akan membuat frekuensi perasaan dalam dirinya sama dengan frekuensi

perasaaan yang dirasakan orang lain. Sehingga ia turut bergetar, turut memahami,

sekaligus merasakan apa yang dirasakan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan,

dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang

berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. (http

(14)

4

Empati pada diri siswa merupakan bagian penting dari social competency

(kemampuan sosial). Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur

kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan

komponen-komponen lain, seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan

pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain

atau merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal. Penyelarasan yakni

mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.

Ketepatan empatik yakni memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dan

pengertian sosial yakni mengetahui bagiamana dunia sosial bekerja.

Empati sebagai keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang siswa

bukan hanya sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect

response), tetapi diharapkan siswa juga mampu melakukan respon kepedulian

(concern) terhadap perasaan dan perilaku orang tersebut. Tidak heran jika

latihan memberikan sesuatu atau bersedekah, selain merupakan sarana

beribadah, juga bisa melatih empati anak pada orang lain yang memunculkan sifat

berderma (filantropi).

Namun pada kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang kurang atau

sama sekali tidak memiliki rasa empati kepada orang lain atau lingkungan

sekitarnya. Kebanyakan siswa pada masa sekarang lebih mengutamakan

kepentingan, keinginan, dan perasaan dirinya sendiri dari pada orang yang ada di

sekitarnya, prilaku mereka cenderung egois dan tidak jarang malah merugikan diri

mereka sendiri dan mengakibatkan perkembangan kehidupan sosialnya cenderung

berjalan mundur. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan mengamati perilaku

(15)

5

Keluarga pada tahun 2013. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa

harus memiliki empati, dalam upaya meningkatkan empati.

Mengingat bahwa empati sangat penting dimiliki oleh siswa dan setiap

orang, sementara empati tersebut masih sering tampak lemah, maka harus dicari

upaya untuk mengembangkan empati siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh sekolah, khususnya guru BK untuk mengembangkan empati siswa di sekolah

adalah dengan member layanan bimbingan kelompok teknik pkc. Guru BK

mengadakan layanan bimbingan kelompok teknik pkc dengan siswa, bertujuan

untuk memberikan bantuan kepada siswa dan sebagai acuan untuk bersikap dan

bertingkah laku sehari-hari, serta dapat mengatasi masalah-masalah yang

dialaminya, yang dalam hal ini tentang empati.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas dan fakta yang terlihat di lapangan,

maka peneliti terdorong untuk meneliti tentang “Pengaruh Pelaksanaan

Bimbingan Kelompok Tekhnik Pembelajaran Karakter Cerdas Terhadap

Pengembangan Karakter Empati Di Kelas Xi Sma Swasta Yayasan Perguruan

Keluarga Pematang Siantar Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Siswa yang berada pada tingkat SMA/SMK berada dalam satu tahap

perkembangan yang secara emosional dan psikologis masih dalam peralihan dan

sekaligus masa pembentukan karakter atau pencarian identitas. Hal ini

menyebabkan siswa sering tidak peduli terhadap lingkungannya, atau dalam arti

kurang atau tidak memiliki rasa empati. Menyadari hal tersebut, dalam rangka

meningkatkan empati siswa (sebagai satu bentuk bantuan untuk meningkatkan

kemampuan empati), diberikan layanan bimbingan kelompok teknik pkc, agar

empati siswa dapat meningkat.Kurangnya empati dipengaruhi oleh beberapa

(16)

6

1. Ketidak pahaman terhadap makna dari empati.

Kesenjangan sosial dapat mempengaruhi rendahnya tingkat empati yang

dimiliki siswa.

2. Siswa lebih mengutamakan kepentingan, keinginan, dan perasaan dirinya

sendiri dari pada orang yang ada di sekitarnya

3. Kurangnya bimbingan yang menumbuhkan empati.

1.3 Batasan Masalah

Suatu masalah yang akan diteliti perlu dibatasi agar lebih rinci dan jelas serta

mengarahkan pandangan pada pembatasan. Penulis membatasi penelitian ini pada

faktor kurangnya empati karena bimbingan yang kurang, yaitu mengkaji “ Pengaruh

Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik PKC Untuk Mengembangkan Karakter

Empati Siswa Di Kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Pematang

Siantar Tahun Ajaran 2103/2014”.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Apakah ada

pengaruh pelaksanaan bimbingan kelompok teknik PKC terhadap pengembangan

karakter empati siswa di SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Pematang

(17)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan pelaksanaan

penelitian ini adalah : “ Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan

dalam pelaksanaan bimbingan kelompok teknik PKC untuk mengembangkan

karakter empati siswa di kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga

Pematang Siantar Tahun Ajran 2013/2014”.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Manfaat Teoritis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan informasi yang berguna bagi pelaksanaan dan perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya, dan dalam bidang psikologi pendidikan dan

bimbingan pada khususnya.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Untuk siswa SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluaraga, dapat dijadikan

sebagai bahan masukan untuk dapat mengetahui sejauh mana tingkat empati yang

dimiliki oleh siswa itu sendiri dan mampu mengembangkannya secara baik.

b. Bagi Sekolah

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan dapat dijadikan

masukan bagi kepala sekolah, terutama para guru BK di sekolah untuk

(18)

8

c. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi bagi yang membutuhkan dan ingin

mengembangkannya sebagai karya tulis pada masa yang akan datang dan

memperluas wawasan serta pengetahuan oleh peneliti

d. Bagi Mahasiswa/i PPB/BK UNIMED

Untuk menambah dan mengembangkan serta memperluas

(19)

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan

kelompok teknik pkc terhadap empati siswa kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga

tahun ajaran 2013/2014, hal ini diketahui dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung> ttabel yaitu = 4,89>1,833. Maka hipotesa yang menyatakan, terdapat pengaruh yang signifikan dalam

layanan bimbingan kelompok terhadap empati siswa di kelasXI SMA Swasta Yayasan Perguruan

Keluarga tahun ajaran 2013/2014, dapat diterima.

5.2 Saran-saran

Saran – saran yang diberikanyaitu :

1. Diharapkan guru BK lebih peduli dalam upaya meningkatkan empati siswa dalam

bersosialisasi baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah, antara lain melalui kegiatan

bimbingan kelompok teknik PKC-KO

2. Diharapkan siswa meningkatkan sikap empatinya dan selalu mengikuti kegiatan yang positif

yang dapat memacu tumbuhnya perilaku siswa yang baik.

3. Mengingat bahwa layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dapat meningkatkan sikap

empati siswa maka selayaknya layanan bimbingan kelompo kteknik pkc secara berkelanjutan

tetap dilaksanakan.

4. Dari hasil penelitian skripsi ini, juga diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi pihak sekolah

tentang sikap empati siswa dalam bersosialisasi melalui pemberian layanan Bimbingan

(20)

78

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Damayanti, Nidya. (2012). Panduan Bimbingan Konseling : Araska.

Daniel Goleman,(1998). Emotional Intelegence.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dewa & Nila.(2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Faturohman, Pupuh, dkk. (2013). Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Aditama.

Gladding T, Samuel. (2012). Konseling Profesi Yang Menyeluruh : indeks.

Hurlock B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan : Erlangga.

Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Prayitno & Erman, A. 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. (2010). Pendidikan Karakter dalam pembangunan Bangsa. Medan : Pascasarjana

Universitas Negeri Medan

Prayitno & Afriva Khaidir, 2011, Model Pendidikan Karakter –Cerdas, UNP Pres,

Subagyo, Pangestu. Djarwanto. (2011). Statistika Induktif : Bpfe-Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial : Rajawali Pers.

(21)

79

Alamat Website :

http://www.kompasiana .com.

http://konseling Indonesia.com.

http://ewintri.wordpress.com/2012/01/02/bimbingan-kelompok/ (diakses tanggal 2 januari 2014)

http://riezkaratna73.blogspot.com/2013/10/teknik-teknik-bimbingan-kelompok.html (diakses

pada tanggal 2 januari 2014)

http://jalius12.wordpress.com/2011/06/16/karakter-cerdas/ (diakses pada tanggal 13 februari

2014)

http://www. momsmessenger. com/2011/06/definisi-kecerdasan-menurut-para-ahli. html

Gambar

Tabel 3.1. Pemberian skor angket ...................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara mendalam proses komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien dalam pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukan bagi Sentra Pasar Batik Danar Hadi Surakarta tentang apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan

Dengan mengacu pada tiga masalah pokok hukum pidana di atas, maka subjek tindak pidana merupakan pihak yang melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana, sekaligus

Perusahaan yang banyak melibatkan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang secara langsung turut serta dalam proses produksi, dapat menghadapi masalah dalam penentuan

5.3 menunjukkan nilai bilangan kurva dan imperviousness pada tiap subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu pada kondisi KAT I, II dan III. Dalam basin model , perlu disusun

Peningkatan Keselamatan N avigasi Penerbangan di Wilayah Timor Indonesia..

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

[r]