• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ROFIQOH HASAN HARAHAP NIM : 8106175016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ROFIQOH HASAN HARAHAP NIM : 8106175016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

iii

ABSTRAK

ROFIQOH HASAN HARAHAP. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Belajar terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa di antara model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. (2) Mengetahui hasil belajar fisika antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Sunggal Semester I T.P 2012/2013. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel 74 orang yang ditentukan dengan cluster random

sampling, yaitu X-1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep sebanyak 38 orang dan X-2 sebagai kelas

kontrol menggunakan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep sebanyak 36 orang. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar dan observasi aktivitas. Uji persyaratan telah dilakukan berupa normalitas dan homogenitas, yang diperoleh hasil bahwa data normal dan homogen. Hipotesis dianalisis menggunakan GLM pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh bahwa : (1) Model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa daripada model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. (2) Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Berdasarkan analisis ini juga terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar fisika siswa.

(7)

ABSTRACT

ROFIQOH HASAN HARAHAP. The Effect Of the Advance Organizer

Learning Model Based on the Conceptual Map and Learning Activities on

the Students’ Physics Achievement. A Thesis. Medan : Post Graduate Program

State University of Medan, 2013.

This study aimed to (1) find out difference the students’ physics achievement among the advance organizer learning model based on the conceptual map and the advance organizer without based on the conceptual map, (2) to figure out the advance organizer learning model based on the conceptual map which consisted of 38 students, and the second was grade X-2 as the control class used the advance organizer learning model without based on the conceptual map which consisted of 36 students. The instruments of this study were the achievement test and the observation activities. The requirements of test had been carried out by using normality and homogeneity tests, and it was figured out that the data were normal and homogenous. The hypotheses were analyzed by using GLM with 0.05 level of significance and used SPSS 17.0 for windows. The results of this study by using the data analysis and testing of hypotheses were : (1) the advance organizer learning model based on the conceptual map was better than that without based on the conceptual map in improving the students’ physics achievement, (2) the students’ achievement of high learning activities was better than those who had the low learning activities. According to the analysis there was an interaction between learning model and the students’ learning activities on the students’ physics achievement.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatan

kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah direncanakan. Tesis yang berjudul Efek Model Pembelajaran Advance

Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Fisika di Progran Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S sebagai pembimbing I dan

Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal

rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan narasumber I, Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai

narasumber II dan Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si sebagai narasumber

III, yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian

sampai selesai penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program

Pascasarjana UNIMED dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D sebagai Asisten

(9)

4. Bapak Drs. Ramli Siregar sebagai kepala sekolah SMA N 1 Sunggal, Wakil

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sunggal dan Ibu Kandace, S.Pd sebagai guru

bidang studi fisika dan para guru serta staf administrasi yang telah

memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan

penelitian.

5. Teristimewa Ayahanda Drs. H. Hasan Basri Harahap, SH., MH dan Ibunda

Hj. Kartari Pohan, S.Pd.I yang terus memberikan dukungan baik moril

maupun materil, do’a, motivasi serta kasih sayang yang tak pernah henti.

6. Abangda (M. Iqbal Zulfikar, SE., Abdul Latif Rusydi, SH.I., MA, Hasbidin,

SE), kakanda (dr.Rasyidah Hasan, Juliana, Zahratul Uyun,S.Pd), Adinda

(Abdul Aziz, M. Faisal) serta sanak keluarga yang selalu memberikan

dukungan.

7. Rekan seperjuangan angkatan XIX Prodi Fisika Aswin, Teguh, Ibu Hayati

dan teman-teman sekalian yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,

namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata

bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Februari 2013

Penulis,

(10)

vii

2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Advance Organizer. 14 2.1.2.1. Teori Belajar Bermakna... 14

2.1.2.2. Pengertian Model Pembelajaran Advance Organizer 16 2.1.2.3. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring AO. 20 2.1.3. Pembelajaran Berbasis Peta Konsep... 23

2.1.3.1 Langkah Menyusun Pembelajaran Peta Konsep... 26

2.1.3.2. Urgensi Peta Konsep... 26

2.1.4. Hakikat Aktivitas Belajar….……… 29

2.1.5. Hasil Belajar... 34

2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar... 34

2.1.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 37

2.1.6. Penelitian Relevan... 38

2.2. Kerangka Konseptual... 41

2.3. Hipotesis... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 45

(11)

viii

3.7. Teknik Pengumpulan Data... 50

3.7.1. Instrumen Pembelajaran... 51

3.7.2. Instrumen Pengumpulan Data... 51

3.7.2.1. Tes Hasil Belajar... 51

3.7.2.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 52

3.8. Uji Coba Instrumen... 53

3.10.1. Analisis Secara Deskriptif... 58

3.10.2. Analisis Secara Inferensial... 59

3.10.2.1. Menghitung gain Hasil Belajar... 59

3.10.2.2. Uji Normalitas... 59

3.10.2.3. Uji Homogenitas... 60

3.10.2.4. Uji Hipotesis... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 62

4.1.3. Pengujian Persyaratan Analisis……… 67

4.1.3.1. Uji Normalitas... 67

4.1.3.2. Uji Homogenitas... 68

4.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian... 68

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer... 23

Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Advance Organizer 39 Tabel 3.1. Control Group Pretest-Posttes Design... 46

Tabel 3.2. Desain Faktorial... 47

Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar... 52

Tabel 3.4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 53

Tabel 3.5. Pedoman Tingkat Reliabilitas... 55

Tabel 3.6. Pedoman Tingkat Kesukaran... 55

Tabel 3.7 Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda... 56

Tabel 3.8. Uji Validitas Tes... 57

Tabel 3.9. Uji Reliabilitas Tes... 58

Tabel 3.10. Kategori Nilai Gain... 59

Tabel 4.1. Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel... 62

Tabel 4.2. Normalitas Distribusi Pretes Kelompok Sampel... 63

Tabel 4.3. Homogenitas Pretes Kelompok Sampel... 64

Tabel 4.4. Uji –t Pretes Kelompok Sampel... 65

Tabel 4.5. Ringkasan Data Postes Kelompok Sampel... 66

Tabel 4.6. Ringkasan Gain-N Kelompok Sampel... 66

Tabel 4.7. Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data... 67

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Homogenitas Data... 68

Tabel 4.9. Rangkuman Tabel Anava 2 x 2 ... 69

Tabel 4.10. Hasil Uji Anova... 72

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Dampak Intruksional dan Pengiring Advance Organizer.. 21 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian... 50 Gambar 4.1. Diagram Batang Perbandingan Model Pembelajaran Advance

Organizer Berbasis Peta Konsep dengan Model Pembelajaran

Advance Organizer tanpa Berbasis Peta Konsep………….. 74

Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan Aktivitas Belajar Tinggi

dengan Aktivitas Belajar Rendah……… 75 Gambar 4.3. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana... 94

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah... 95

Lampiran 3. Materi Pembelajaran... 96

Lampiran 4. Silabus... 105

Lampiran 5a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I... 106

Lampiran 5b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II... 124

Lampiran 6a. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 142

Lampiran 6b. Lembar Kerja Siswa I (LKS I)... 145

Lampiran 7. Tabel Spesifikasi Soal... 150

Lampiran 8a. Format Lembar Observasi aktivitas siswa... 160

Lampiran 8b. Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa... 161

Lampiran 9a. Lembar Validasi oleh Validator... 162

Lampiran 9b. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas SPSS... 171

Lampiran 10. Taraf Kesukaran... 173

Lampiran 11. Daya Pembeda... 174

Lampiran 12a. Tabulasi Data Gain Hasil Belajar... 175

Lampiran 12b. Deskripsi Data Pretest Hasil Belajar ... 176

Lampiran 13. Uji Normalitas Data... 177

Lampiran 14. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 178

Lampiran 15. Uji Hipotesis... 188

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu

didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya suasana yang

aman, nyaman tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

menyenangkan (joyfull learning). Iklim yang deminian akan mendorong

terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna, di

mana proses pembelajaran lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning

to know), belajar berkarya (learnin to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to

be) dan belajar hidup bersama (learning to live together). Suasana tersebut akan

memupuk tumuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan

warga sekolah, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan

tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko), tidak saja bagi peserta didik,

tetapi juga guru dan pimpinannya (Mulyasa, 2006: 19).

Seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan sekolah harus

memprioritaskan kegiatan pengembangan sistem pembelajaran. Jika

pengembangan sistem pembelajaran telah menjadi prioritas, maka unsur utama

yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Guru harus

mampu membantu siswa dalam belajar dengan menciptakan berbagai keadaan

yang mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai seperti

yang dinyatakan oleh Gagne (1997: 134), bahwa ada tiga fungsi guru dalam

pembelajaran, yaitu sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran dan

sebagai elevator dalam pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa guru memainkan

(16)

2

peranan pentin dalam merancang berbagai peristiwa pembelajaran dengan

rancangan pembelajaran yang baik, tujuan yang diharapkan dari proses

pembelajaran dapat tercapai.

Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang mudah untuk dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari. Banyak konsep-konsep dalam fisika yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi pelajaran dianggap sulit, tidak

menarik dan tidak disenangi oleh sebagian siswa di tingkat SMA. Hal ini tampak

dari rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih belum

menggembirakan. Nilai ujian akhir semester untuk mata pelajaran fisika selalu

menduduki rangking di bawah mata pelajaran lainnya (Mardana, 2008: 1).

Berdasarkan salah satu fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika yaitu

menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003: 7). Tampak bahwa

penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai wahana atau

sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan

prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains dan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Agar mata pelajaran fisika dapat

benar-benar berperan seperti demikian, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa

pembelajaran fisika harus dikonstruksikan sedemikian rupa, sehingga proses

pendidikan dan pelatihan berbagai kompetensi tersebut dapat benar-benar terjadi

dalam prosesnya.

Proses pembelajaran di kelas sebagian besar dalam dunia pendidikan

bersifat transfer pengetahuan dari guru ke siswa saja, sehingga pembelajaran pun

(17)

3

dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memaknai

informasi yang didapatkannya. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah,

mereka tidak mengetahui makna dari teori yang didapatkannya. Hal ini

mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah

fisika.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Sunggal kabupaten

Deli Serdang yang dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012 dengan cara

penyebaran angket kepada siswa, wawancara langsung dengan guru mata

pelajaran Fisika dan melihat daftar nilai hasil ulangan harian siswa, diperoleh data

sebagai berikut: Data hasil penyebaran angket kepada 67 siswa kelas X SMA N 1

Sunggal. Fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Hanya

20,29 % dari siswa (responden) yang menyenangi fisika, selebihnya 52,17

% menjawab tidak suka dan 26,09 % menjawab biasa saja. 49,28 % siswa

(responden) menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit, 24,64 % siswa yang

menganggap fisika sebagai pelajaran yang biasa dan 26,09 % yang lainnya

menganggap fisika pelajaran yang mudah tapi susah, sedikit sulit, dan lain – lain.

Beberapa alasan mereka yang menganggap fisika itu sulit adalah karena fisika

banyak hitungan, banyak hapalan, membosankan, dan banyak rumusnya.

Hasil wawancara dengan salah satu guru fisika kelas X di SMA N 1

Sunggal menyatakan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas X dapat dikategorikan

cenderung masih rendah. Secara umum pada semester 1 tahun pembelajaran

2011/2012, hanya sekitar 45 % siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) dengan KKM yang ditargetkan oleh sekolah pada mata pelajaran fisika

(18)

4

tersebut. Dalam proses pembelajaran guru menyatakan kebanyakan masih

menggunakan metode ceramah daripada metode diskusi, tanya jawab dan

demonstrasi. Guru juga menyatakan bahwa jika soal yang diberikan sedikit

berbedadengancontoh yangdiajarkansiswatidakmampumenyelesaikannya serta

aktivitassiswa dalam pembelajarandirasakanmasihkurang.

Dari fakta tersebut terlihat bahwa masalah utama yag dihadapi oleh siswa

adalah hasil belajar yang masih rendah, ditunjukkan dengan masih sedikitnya

siswa yang mencapai nilai KKM yang ditargetkan oleh sekolah pada mata

pelajaran fisika. Patut diduga sumber masalahnya adalah proses belajar siswa

yang hanya menghapal informasi, hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa

pembelajaran di kelas kebanyakan menggunakan metode ceramah. Dalam

menerima informasi, ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghapalkan

informasi yang didapatkan tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang

pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 2011: 94).

Hasil belajar yang masih kurang dapat terjadi karena hakikat belajar yang

belum terpenuhi. Komalasari, K (2010: 1) mengungkapkan tentang hakikat belajar

yaitu perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil

dari proses belajar. Hal ini dapat dimaknai bahwa hasil belajar sangat terkait

dengan prosesnya. Jika proses pembelajaran hanya mengarahkan siswa untuk

menghapal tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa, maka

pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Hal ini dapat mengakibatkan hasil

belajar siswa menjadi rendah. Sebagaimana dinyatakan oleh Ratna Wilis Dahar

(19)

5

pendidikan MIPA adalah siswa hanya menghapal tanpa memahami benar isi

pelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan membuat variasi

pembelajaran di kelas. Misalnya dengan menggunakan pendekatan, model, atau

metode pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa dilakukan di sekolah

tersebut yaitu model pembelajaran konvensional yang kegiatan pembelajarannya

masih didominasi oleh peran guru. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan,

model, atau metode pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna serta siswa

menjadi lebih memahami konsep fisika yang telah dipelajari.

Menurut Ausubel (Dahar, 2011: 95) yang dimaksud dengan belajar

bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep – konsep

relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Untuk dapat mengaitkan

konsep baru atau informasi baru dengan konsep – konsep yang telah ada dalam

struktur kognitif, siswa membutuhkan semacam pertolongan mental berupa

pengatur awal (advance organizer) yang mengarahkan para siswa ke materi yang

akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi

yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan

pengetahuan baru sehingga terjadi belajar bermakna.

Suatu alat yang memegang peranan penting dalam belajar bermakna adalah

peta konsep, karena peta konsep dapat menunjukkan urgensi dan posisi hubungan

konsep – konsep yang diajarkan sebelumnya dengan konsep – konsep yang akan

diajarkan. Hudojo (Nurhayati, 2006: 22) menyatakan bahwa peta konsep

(20)

6

(termasuk teorema, prinsip, sifat, dan lain - lain) dengan maksud mengaitkan/

menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan “proposisi

-proposisi” (kata penghubung) agar menjadi jelas baik bagi siswa maupun guru

untuk memahami idea – idea kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar. Oleh

sebab itu, dalam hal ini alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk

membuat belajar menjadi lebih bermakna adalah model pembelajaran Advance

Organizer yang dalam implikasinya menggunakan peta konsep.

Hasil penelitian Karwono (2007) menyimpulkan bahwa tingkat ketuntasan

belajar siswa bidang studi fisika SMA di kota Medan secara keseluruan terdapat

perbedaan yang signifikan tingkat ketuntasan belajar bidang studi fisika dalam

pembelajaran remedial antara peserta didik yang diberikan rangkuman dan

advance organizer. Tingkat ketuntasan belajar dengan pemberian advance

organizer lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian rangkuman.

Hasil penelitian Budianto (2006: 86) menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran advance organizer dengan siswa yang diajar dengan model

konvensional. Kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

advence organizer memperoleh hasil belajar lebih tinggi jika dibandingkan

dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Hasil penelitian Rahayu (2012: 35) menyimpulkan bahwa pengembangan

model pembelajaran advance organizer pada pelajaran kimia pokok bahasan

koloid dapat dilakukan dengan baik. Adapun produk yang dihasilkan dalam

(21)

7

pembelajaran advance organizer pada materi koloid dinyatakan efektif karena

hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari KKM, hasil belajar kelas

eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, dan guru dapat mengelola kelas dengan

baik, model pembelajaran advance organizer dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa

Bell (1978: 231) mengemukakan bahwa model pembelajaran advance

organizer dikembangkan dan diuji oleh psikolog David P. Ausubel. Model

pembelajaran Advance Organizer cocok untuk menyajikan fakta, keterampilan,

konsep, dan prinsip – prinsip yang didasarkan pada tujuan kognitif pada tingkat

pengetahuan dan pemahaman (Bell, 1978: 223). Oleh sebab itu, model

pembelajaran Advance Organizer tepat diterapkan dalam pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar.

Model pembelajaran advance organizer menurut Joyce et al. ( 2009: 288)

terdiri dari tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya, yaitu (1) Presentasi advance

organizer, pada tahap ini aktivitas yang dikembangkan adalah mengklarifikasi

tujuan - tujuan pembelajaran, mempresentasikan advance organizer yang dalam

penelitian ini berbasis peta konsep, dan menumbuhkan kesadaran pengetahuan

yang relevan; (2) Presentasi tugas atau materi pembelajaran, dan (3) Penguatan

struktur kognitif, tahap ini bertujuan untuk mengaitkan materi belajar yang baru

dengan struktur kognitif siswa. Dari ketiga sintaks pembelajaran model advance

organizer tersebut diharapkan kemampuan pemahaman konsep fisika siswa

(22)

8

Selain model pembelajaran faktor lain yang juga diperkirakan

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor karakteristik siswa. Merill (1979: 72)

mengemukakan bahwa kondisi pembelajaran yang harus dijadikan dasar dalam

mengembangkan atau menetapkan model pembelajaran adalah karakteristik siswa.

Agar hasil belajar dapat mendekati atau sesuai dengan tujuan pembelajaran, model

pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah

variabel yang tidak dapat dimanipulasi tetapi merupakan salah satu kondisi

pembelajaran yang harus dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan

proses pembelajaran agar lebih sesuai dan memudahkan siswa untuk belajar (Dick

dan Raiser, 1996 : 13).

Karakteristik siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar fisika yang

dilakukan oleh siswa itu sendiri untuk berprestasi. Aktivitas siswa dalam belajar

sangat bergantung pada aktivitas guru dalam pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses

pembelajaran (Sardiman, 2010: 94). Dalam hal ini keterlibatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar fisika. Hal ini sesuai

dengan Hakim (2005: 38) yang mengemukakan bahwa aktivitas elajar yang

dilakukan secara kontinu menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, untuk

dapat mengetahui bagaimana hasil belajar ranah kognitif siswa setelah

menerapkan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan

memperhaikan aktivitas belajar maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(23)

9

obsservasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Sehingga penelitian

yang dilakukan berjudul “Efek model pembelajaran advance organizer berbasis

peta konsep dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi

pokok gerak lurus di kelas X SMA Negeri 1 Sunggal T.P. 2012/2013.”

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu :

a. Rendahnya hasil belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang

kurang dari nilai KKM.

b. Proses pembelajaran guru kebanyakan masih menggunakan metode

ceramah.

c. Aktivitas belajar siswa masih kurang.

1.3.Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,

dan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah, yaitu:

a. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran advance

organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance

organizer tanpa berbasis peta konsep.

b. Aktivitas belajar siswa dilihat dari observasi.

c. Mata pelajaran fisika dengan materi pokok gerak lurus.

d. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Sunggal kelas X Tahun

(24)

10

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

a. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model

pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model

pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep?

b. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang mempunyai aktivitas

belajar rendah dan aktivitas belajar tinggi ?

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yangtelah diungkapkan diatas, tujuan

penelitian iniadalah untuk :

a. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model

pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model

pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep

b. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa yang mempunyai aktivitas

belajar rendah dan aktivitas belajar tinggi.

1.6.Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan dan juga sebagai sumbangan pikiran dan bahan acuan bagi guru

(25)

11

Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi

bagi proses pembelajaran fisika sebagai langkah strategis untuk meningkatkan

hasil belajar fisika siswa. Selain itu, hasil penelitian juga berguna bagi guru fisika

dalam penggunaan model pembelajaran yang lebih bervariasi dan bermakna di

(26)

89

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep lebih baik dalam

meningkatkan hasil belajar fisika siswa daripada model pembelajaran advance

organizer tanpa berbasis peta konsep. Hal ini berdasarkan hasil belajar yang

telah dicapai oleh kelas ekperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan

peningkatan hasil belajar antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas

ekperimen mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,55

dengan kategori sedang dan kelas kontrol mengalami peningkatan gain

ternormalisasi rata-rata sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Walaupun masing

kelas berada pada kategori yang sama, tetapi kelas eksperimen yang diberi

model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep menunjukkan

peningkatan hasil belajar lebih tinggi yang ditunjukkan dangan hasil gain yang

lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberi model pembelajaran advance

organizer tanpa berbasis peta konsep.

2. Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik

dibanding dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Berdasarkan

analisis ini juga terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas

belajar siswa terhadap hasil belajar fisika siswa.

(27)

90

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti

menyarankan :

1. Peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang lebih banyak karena sampel

yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya relatif sedikit sehingga belum

bisa mewakili semua siswa kelas X. Sampel yang hanya terdiri dari satu sekolah

kurang optimal untuk menggambarkan hasil belajar siswa, baik dibelajarkan

dengan peta konsep dan dibelajarkan tanpa peta konsep dalam model

pembelajaran advance organizer.

2. Peneliti selanjutnya menggunakan observer lebih banyak karena data aktivitas

belajar siswa tidak dapat dipercaya sepenuhnya, karena keterbatasan kemampuan

observer untuk mengobservasi keaktifan yang menggunakan observer 1 orang.

3. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu penelitian lebih lama karena

waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan

peta konsep dan dibelajarkan tanpa peta konsep dalam pembelajaran advance

organizer masih sangat sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah

yang bersangkutan.

4. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan

dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu

menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah

memahami materi pelajaran nantinya.

5. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan dapat

(28)

91

DAFTAR PUSTAKA

Amnah. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri Kecamatan Binjai. Tesis.

Medan. Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R.. 2001. A taxonomy for Learning, teaching, and

assessing: Arevision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan

Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Ausubel. 1960. The use of advance organizers in learning and retention of Meaningful

Material. Journal of Educational Psychology, 51, 262-272.

Bell, F. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.

Budianto. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Siswa

dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan Area.,Tesis. Medan : PPs Unimed.

Costa, A. 1985. Developing minds : A resource book for teaching thinking. Alexandria, VA : Association for Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga

Depdiknas. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA.Jakarta:Badan Standar Nasional Pendidikan.

Destini, R. 2005. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Kreativitas

Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Swasta Al Washiliyah Medan. Tesis. Medan :

Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dike, W dan Raiser, A.R. 1996. Instructional Planning. Masaschussetts : Asimon & Schuter Company Needem Heights.

Djamarah, S. B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, S. E.W. 2009.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Fakultas Pascasarjana. 2010. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan

Administrasi. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan UNIMED

Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston

(29)

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Hake, R. R. 2010. Analyzing Change/Gain Scores. http://Lists.Asu.Edu/Egi-Bin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,American Educational Rese-arch Associations Division, Measurement And Research Methodology.

Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Herlanti, Y. 2003. Science Education Research Tanya Jawab Seputar Pendidikan Sains. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA FMIPA UNM.

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika SMA Kelas X A. Jakarta : Erlangga.

Karwono.2007. Efektivitas Pemberian Rangkuman Dan Advance Organizer Dalam

Remedial Teaching Terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Bidang Studi Fisika SMA Di Kota Metro., http://karwono.wordpress.com/

2007/11/15/efektifitas- pemberian-rangkuman-dan-advance-organizer-dalam-remedial-tecahing-terhadap-tingkat-ketuntasan-belajar-bidang-studi-fisika-sma-di-kota-metro/. Artikel : Studi Eksperimen pada Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.

Khairi, A. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Minat

Belajar Biologi Terhadap Hasil Belajar Biolohi SMA Negeri 1 Tanjungpura.

Tesis. Medan : Program Pascasarjana Univesitas Negeri Medan.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Mardana, P. 2008. Inovasi Pendekatan Keterampilan Proses dengan Bantuan Komputer

Dalam Pembelajaran Fisika Modern Pada Sekolah Menengah Umum Negeri Di Singaraja. Jurnal. Singaraja : Aneka Widya STKIP Singaraja, No.1 TH. 2008.

M. Dell’Olio, J., dan Tony D. 2007. Models of Teaching. USA : Sage Publications. Merill, M.D dan Reigeluth C.M. 1979. A knowledge base for improving our method of

instruction. Educational Psychologist Volume 13, 57-70.

Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insani Madani.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Grasindo.

Nurhayati, E. 2006. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Siswa melalui Pembelajaran dengan Strategi Peta Konsep. Tesis: FPS

UPI: Tidak diterbitkan.

Prikasih. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Fisika. Tesis. Bandung: FPS UPI:

Tidak diterbitkan.

Rahayu, S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk

(30)

93

of Innovative Science Education. Semarang : Program Pascasarjana Pendidikan IPA.

Sahono. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar dalam

Pembelajaran IPA SD. Makalah disajikan Rapat Terbuka Senat, Universitas

Bengkulu,Bengkulu,29 Juni.

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Grafindo.

Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Jakarta : Penerbit Andi.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. 1990. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

________ . 2005. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarmo.1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA

Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. Bandung: FPS UPI.

Supiyanto.2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta

Surya, H. 2009. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT Gramedia

Syarifuddin, dan Nasution, I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat : Penerbit Quantum Teaching.

Tim MKPBM. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: JICA FMIPA UPI.

Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Yogihati. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui

Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan

Fisika Indonesia. Malang : Jurusan Fisika FMIPA,Universitas Negeri Malang.

Yuliani, Y. 2007. Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan

Pemahaman Matematis Siswa SMA. Tesis. Bandung : FPS UPI.

Gambar

Gambar 2.1. Dampak Intruksional dan Pengiring Advance Organizer.. Gambar 3.1. Prosedur Penelitian.............................................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. It is proved from the need of 3D modeling in every sector of industry. Modeling is the process of creating

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

(2) Dengan dibentuknya Desa Kaduagung Tengah Kecamatan Cibadak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka wilayah kerja Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak dikurangi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di sekolah dasar.. Penelitian

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

VII 40-41 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR KUALIFIKASI Cukup jelas VIII 42-43 TATA CARA EVALUASI KUALIFIKASI Cukup jelas IX 44-46 BENTUK KONTRAK Cukup jelas X 47-69

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut :.