SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Me menuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Oleh :
SRI LESTARI
J210 110 216
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA LAMANYA KEMOTERAPI DENGAN
BODY IMAGE PASIEN LEUKEMIA LIMFOSIT AKUT PADA ANAK PRA SEKOLAH DI RSUD DR. MOEWARDI
DI SURAKARTA
Sri Lestari*
Siti Arifah, S.Kp.,M.Kes ** Dewi Suryandari S.Kep. Ns***
Abstrak
Kemoterapi mempunyai efek samping diantaranya nafsu makan
menurun, mual muntah, penurunan berat badan, dan rambut rontok. Salah
satu diantaranya menimbulkan gangguan
body image.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya kemoterapi
dengan
body image
pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
di RSUD dr. Moewardi di Surakarta. Jenis penelitian adalah penelitian
kuantitatif, metode penelitian
deskriptif korelasi
, dan rancangan penelitian
cross sectional
. Sampel penelitian sebanyak 15 anak dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan
total sampling.
Kriteria sampel yaitu
anak leukemia limfosit akut usia 3-6 tahun yang menjalani perawatan di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Instrument penelitian variabel lamanya
kemoterapi menggunakan metode wawancara dengan keluarga dan data
di Rekam Medik seberapa lama anak mendapatkan kemoterapi,
sementara
body
image menggunakan kuesioner dengan instrument
penelitian menggunakan
Multidimensional Body Self Relation
Questionnaire
. Pengujian hipotesis menggunakan uji
Spearman Rho
.
Hasil menunjukkan nilai koefisien korelasi (
τ
) sebesar 0,005 dengan nilai
signifikansi (
p-value
) -0,680. Simpulan : (1) Mayoritas anak leukemia
limfosit akut usia pra sekolah mendapatkan kemoterapi kategori lama
47%, sedang 33%, dan baru 20% (2) Mayoritas anak leukemia limfosit
akut usia pra sekolah mengalami
body imge
baik yaitu sebesar 60%,
sedangkan yang memiliki
body image
baik 40%. (3) Terdapat hubungan
signifikan antara lamanya kemoterapi dengan
body image
pasien
leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah di RSUD dr. Moewardi di
Surakarta.
THE RELATIONSHIP BETWEEN LENGTH OF CHEMOTHERAP
WITH BODY IMAGE ACUTE LYMPHOCTYTIC LEUKEMIA
PATIENTS IN PRE SCHOOL CHILDREN
IN HOSPITAL Dr. MOEWARDI IN SURAKARTA
Sri Lestari*
Siti Arifah, S.Kp.,M.Kes ** Dewi Suryandari S.Kep. Ns***
Abstract
The effecs of chemotheraphy are eating, nausea, decreasing the of weight body and alopecia this. This condition cause body image disturbance. The research aims is to determine the relationship between body image and the length of chemotheraphy with acut lymphocytic leukemia patients in pre school children in hospital in Dr. Moewardi in Surakarta. This is quantitative research, correlation method, and research program used cross sectional. The sample 15 children with the total of sampling technique use of sampling. Sample criteria are acut lymphocytic leukemia children age 3- 6 years who underwent treatment ot the hospital dr. Moewardi in Surakarta. Research instrument variable duration of chemotherapy using interviews with the families and the data in the medical record how long the child receiving chemotherapy, while body image research using questionnaires with the instrument using the Multidimensional Body Self Relations Questionnaire. Hypotheses testing use Spearman's Rho. The results of research showed a correlation coefficient (τ) of 0.005 with a significance value (p-value) -0.680. The conclusion of the research are: (1) The majority of acute lymphocytic leukemia children in pre-school age receiving chemotherapy old category 47%, moderate 33%, and only 20% (2) The majority of acute lymphocytic leukemia children in pre-school age have a good body image that is equal to 60%,while the have a good body image 40%. (3) There is a significant relationship between body image and the length of chemotherapy with acute lymphocytic leukemia patients in pre-school children in dr. Moewardi in Surakarta.
PENDAHULUAN
Leukemia Limfosit Akut (LLA) adalah keganasan klonal dari sel- sel precursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel- sel ganas berasl dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada anak- anak (Fianza, 2007).
Leukemia akut pada masa anak- anak merupakan 30-40% dari keganasan. Insiden rata- rata 4- 4,5 kasus/ tahun/ 100.000 anak dibawah 15 tahun. Dinegara berkembang 83% LLA, 17% AML, lebih tinggi pada anak kulit putih dibandingkan kulit hitam. Di Jepang mencapai 4/100.000 anak, dan diperkirakan tiap tahun mencapai 1000 kasus baru. Sedangkan di Jakarta insiden mencapai 2.76/100.000 anak usia 1-4 tahun (IDAI,2010).
Secara umum pengobatan yang tepat untuk kasus leukemia pada anak adalah kemoterapi. Karena prevaliansi leukemia dan limfoma pada anak cukup tinggi, sekitar 97-98% dapat mencapai remisi sempurna (Nelson, 2007).
Reaksi penyakit dan
pengobatan kemoterapi yang
dijalani sangat mempengaruhi
efek pada anak usia pra sekolah.
Hal ini mempengaruhi kondisi
body image
seperti persepsi
ukuran bentuk tubuh, status jenis
kelamin, pola perilaku di
masyarakat (Potter, 2010).
Berdasarkan hasil
observasi pada Rekam Medik di
Rumah Sakit dr. Moewardi di
Surakarta menunjukan bahwa
data dari bulan Juli 2010 sampai
dengan bulan September 2011
terdapat 144 pasien yang
menderita
leukemia.Sehingga dapat digolongkan dengan anak usia 1-4
tahun terdapat 36% pasien anak perempuan maupun anak laki-laki.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 orang tua
pasien penderita leukemia limfositakut, dari 14 pasien penderita leukemia limfosit akut terdapat 70% pasien mengeluh merasa sakit dan cemas, selain itu 45% pasien cenderung menarik diri dari teman sebaya maupun tetangga ketika mendapat kunjungan. Sering kali anak menunjukan ekspresinya dengan menangis.
LANDASAN TEORI
Leukemia limfoblastik akut
Leukemia limfosit akut (LLA) merupakan penyakit yang menunjukan proliferasi maligna sel immature (yaitu, blastik) dan melibatkan pra sel b biasanya ini terjadi pada anak- anak dengan angka kejadian 80% (Rudolph, 2006).
Model pengobatan kemoterapi menurut (Hockbenberry, 2011) : 1. Kemoterapi
a. Remission Induction (Induksi remisi)
b. Intensification, or Consolidation, Therapy
(Terapi intensifikasi atau konsolidasi)
c. Rumatan (Pemeliharaan) 2. Transplantasi sum-sum tulang
belakang
Anak Usia Pra Sekolah
Ciri anak pra sekolah meliputi dimana merupakan anak memiliki perkembangan individu pada usia 2-6 tahun, ketika anak memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai seorang pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (Mansyur,2008)
Menurut Potter Perry (2010) meliputi beberapa hal tentang karekter anak prasekolah terhadap
body image sebagai berikut:
a. Persepsi terhadap bagian tubuh secara positif terhadap bagian dan keadaan yang sedang dialami.
b. Penampilan secara keseluruhan, selain bagian tubuh yang dipandang secara positif terhadap bagian keadaan dari dirinya.
c. Pengukuran ukuran tubuh, melihat bagaimana anak memandang berat badannya dibanding teman sebaya.
Kemoterapi
Kemoterapi pada anak saat ini mempunyai arti sangat penting karena telah berhasil menaikan angka kesembuhan kanker anak. Obat anti kanker yang sekarang ini digunakan secara klinis mempunyai efek sitostatik dengan cara mempengaruhi sintesis atau fungsi DNA (Permono,2010).
Tujuan pemberian kemoterapi adalah untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, Membunuh sel kanker, meningkatkan kualitas hidup, mematikan sel- sel kanker yang ada dalam tubuh, dan memperkecil ukuran sel kanker (William, 2008).
efek samping kemoterapi menurut (Hoffbrand, 2012):
a. Mual muntah
b. Anemia hemolitik c. Rambut rontok
d. Penurunan berat badan
Body image
Body image atau citra tubuh adalah perilaku yang berkaitan dengan tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas, dan maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan, dan kekuatan (Potter, 2010).
Faktor – faktor yang mempengaruhi body image Menurut Linda Smolak (2004) dalam Body Image Development in Children, hal yang mempengaruhi citra tubuh sebagai berikut:
1) Penampilan dan struktur tubuh yang dimiliki.
2) Rasa terhadap citra tubuh terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
3) Mengeksplorasi hal terpenting pada organ tubuh dan fungsinya.
Pengukuran body image
menggunakan alat ukur dengan
Multidiminsional Body Selt Relation Questionnaire Appearance Scale menurut Cash (2005). meliputi:
a. Orientasi penampilan b. Evaluasi penampilan
c. Kepuasan terhadap bagian tubuh
Kerangka Konsep
V. Bebas V. Terikat
[image:7.595.108.294.128.315.2]V. Penganggu
Gambar 1 Kerangka Konsep
Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara
lamanya kemoterapi dengan
body image pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
Ha : Ada hubungan antara
lamanya kemoterapi dengan
body image pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian yang digunakan deskriptif korelasi yaitu rancangan penelitian yang bermaksud untuk mencari hubungan 2 variabel (Arikunto, 2010)
Pengumpulan data peneliti menggunakan kuesioner melalui pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek, dengan cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Notoatmojo, 2005).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia prasekolah yang menderita leukemia limfositik akut yang menjalani perawatan di RSUD DR. Moewardi Surakarta, sejumlah 15 pasien yang didapatkan dari dokumentasi keperawatan Ruang Melati 2 tahun 2012.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian inii adalah total sampling yaitu 15 responden
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner body image
dan tehnik wawancara serta data dari Rekam Medik untuk Lamanya Kemoterapi.
Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Spearman Rho.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Tabulasi Data lamanya kemoterapi
No. Rentang
Skor Frek %
1 Baru (1
bulan)
3 20
%
2 Sedang(5bulan)
5 33
%
3 Lama (7bulan)
7 47
%
Total 15
100%
Distribusi lamanya kemoterapi menunjukkan distribusi
tertinggi adalah lama yaitu sebanyak 7 anak (47 %).
Lamanya kemoterapi:
1. lama 2. sedang 3. baru
Body image anak pra sekolah pasien leukemia:
1. Baik 2. Buruk
Faktor-faktor yang mempengaruhi body image
anak:
Tabel 2. Body image pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
No Rentang
Skor Frek %
1 Baik (Skor
> 70) 6 40% 2 Buruk
(Skor < 70) 9 60%
Total 15 100%
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut diatas hasil analisis univariat data mayoritas body image
anak leukemia limfoblastik akut usia pra sekolah dalam kategori memiliki
body image buruk dengan skor < 70 yaitu sebanyak 9 anak atau 60%.
Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan antara lamanya kemoterapi dengan body image pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
Frek Lamanya
Kemo- terapi
Body image anak pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
Buruk Baik Total
N % N % N % Baru 1 33 2 67 3 100
Se-dang
1 20 4 80 5 100
Lama 7 100 0 0 7 100
Total 9 60 6 40 15
Berdasarkan analisa pentabel silangan data (crosstab)
dari tabel 4.5 diatas, hasil analisa hubungan lamanya kemoterapi dengan body image diperoleh bahwa hasil crosstab data pada nilai frekuensi kemoterapi baru dengan
body image baik sebanyak 2 responden (67%). Untuk crosstab
data pada frekuensi kemoterapi sedang sebanyak 1 responden (20%) dengan body image baik sebanyak (80%), 7 responden (100%) dengan body image buruk Selanjutnya crosstab data pada nilai
kategori body image yang lama kemoterapi sebanyak 7 (100%), sedang sebanyak 5 responden (80%%) dengan kecemasan sedang, 3 responden baru (67%) dengan terhitung baru, ada 1 responden dengan body image buruk(33 %).
Hubungan lamanya kemoterapi dengan body image
pasien leukemia pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa semakin lama kemoterapi, maka
body image responden semakin buruk. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai rhitung
sebesar -0,680 dengan nilai p-value
0,005. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) maka diputuskan H0 ditolak dan disimpulkan terdapat
hubungan lamanya kemoterapi dengan body image pasien leukemia limfosit akut pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. Moewardi Surakarta, yaitu semakin lama kemoterapi maka body image anak semakin buruk (Sugiyono, 2012)
Pembahasan
Lamanya kemoterapi anak leukemia limfoblastik akut usia pra sekolah
Berdasarkan hasil penelitian kategori lama sebanyak 7 responden disebabkan karena responden sudah mendapatkan kemoterapi selama 18 minggu, dalam fase ini merupakan fase Consolidation atau
Maintenance.
Fase kemoterapi ini akan mengakibatkan penurunan jumlah sel darah putih karena dosis yang digunakan tergolong pengobatan dosis tinggi. Penurunan jumlah sel darah putih tersebut mengakibatkan kekebalan seseorang individu akan menurun (Hockbenbery, 2011).
observasi responden mendapatkan kemoterapi selama 6 minggu, fase ini termasuk dalam fase awal
Remission Induction Fase ini merupakan mielosupresi dalam unsur-unsur darah yang tidak normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat menentukan..
(IDAI, 2010).
Kondisi ini didukung oleh penelitian Gutierrez (2012) dalam penelitian ini menerangkan bahwa anak dengan LLA akan menjalani serangkaian tahap kemoterapi yang sebagian besar pasien mengalami kemoterapi dalam kategori tinggi, kondisi ini memungkinkan timbulnya efek samping kemoterapi pada diri pasien juga tinggi.
Body image pasien leukemia limfosit akut pada anak pra sekolah
Berdasarkan hasil penelitian banyaknya responden yang menunjukan kondisi body image
buruk sebanyak 9 responden. Responden mengalami penurunan berat badan, bibir sariawan, wajah pucat, dan kerontokan rambut.
Faktor lain disebabkan oleh adanya faktor tidak nyaman terhadap perubahan penampilan tubuh dan fungsinya yang disebabkan oleh pengobatan, perlukaan dan ketidakmapuan (Hockbenbery, 2011).
Dalam penelitian Rosenberg (2008) penampilan tubuh yang memiliki komponen kognitif berhubungan dengan keyakinan individu mengenai bentuk dan penampilan fisik. Self esteem yang didalamnya terdapat dimensi fisik tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan body image.
Sedangkan yang memiliki
body image baik terdapat 6 responden. Dimana mereka masih
memiliki kemampuan untuk saling berinteraksi dengan teman sebaya, serta masih memiliki percaya diri yang kuat untuk bertemu dengan orang asing (Potter, 2010).
Menurut penelitian Erol & Orth (2011) seseorang yang memiliki
body image yang posistif yang berarti memiliki persepsi posistif mengenai diri mereka, maka mereka akan menerima kondisi fisik yang dimiliki
dan
memanfaatkannya secara efektif.Hubungan antara lamanya kemoterapi dengan body image
pasien leukemia limfosit akut
Hubungan lamanya kemoterapi dengan body image
pasien leukemia pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa semakin lama kemoterapi, maka
body image responden semakin buruk. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai rhitung
sebesar -0,680 dengan nilai p-value
0,005. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) maka diputuskan H0 ditolak dan disimpulkan terdapat
hubung anantara lamanya kemoterapi dengan body image
pasien leukemia limfosit akut pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. Moewardi Surakarta, yaitu semakin lama kemoterapi, maka body image
anak semakin buruk.
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas 1 responden dengan lamanya kemoterapi dengan kategori baru dengan hasil 33% mengalami body image buruk. Hal ini sebabkan oleh responden mendapatkan terapi selama 6 minggu dalam fase ini disebut fase awal Remission Induction. Dalam fase awal
perubahan kondisi fisik sekitar 6- 12 jam, perubahan fisik yang terjadi wajah pucat, bibir kering, nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan.
Menurut Jones (2005) perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja mempengaruhi perubahan fisik seperti penurunan berat badan hal ini akan mempengaruhi rasa tidak percaya diri terhadap diri sendiri. Seseorang yang mempersepsikan dirinya memiliki kekurangan maka hal tersebut akan mempengaruhi terjadinya gangguan perubahan
body image.
Terdapat 7 Responden (100%) dengan frekuensi kategori lama mengalami tindakan kemoterapi sehingga hasil menujukan responden tergolong memiliki body image buruk. Kebanyakan dari responden mengalami pengobatan kemoterapi diatas 28 minggu sehingga fase ini termasuk Consolidation fase dimana penyuntikan intratekal yang menyertai kemoterapi yang sistemik meliputi pemberian L-asparaginase, metotreksat dosis tinggi sehingga hal tersebut akan memperlihatkan adanya perubahan yang signifikan terhadap perubahan kondisi body image.
Faktor yang menyebabkan kebotakan akibat kemoterapi salah satu diantaranya karena mendapatkan sebuah pengobatan pengikat DNA daunorubisin dan hidroksodaunorubisin dengan mekanisme yang berkaitan dengan DNA mengganggu mitosis dan mengakibatkan kerusakan spindle tanpa adanya metastase yang salah satu efek samping dari pengobatan tersebut menyebabkan kerontokan rambut (Hoffbrand, 2012).
Sebanyak 5 responden mengalami kerontokan rambut, wajah menjadi pucat ,badan kurus
karena kehilangan nafsu makan dan bibir pecah- pecah. Menurut Philips (2006) bahwa sikap seseorang terhadap tubuhnya baik yang disadari maupun tidak, mengalami perubahan penampilan fisik serta kehilangan fungsi struktur tubuh akan mempengaruhi seseorang mengalami gangguan body image.
Hubungan pemberian kemoterapi dengan perubahan body
image adalah ketika seseorang mengalami pengobatan kemoterapi pasti akan mengalami efek dari pengobatan tersebut seperti mual muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan rambut rontok.
Dari sekian efek tersebut akan berpengaruh terhadap gangguan
body image dengan dua kriteria bila dikatakan body image baik maka seseo positif dirinya, nyaman dengan keadaan dirinya bagaimanapun
keadaanya.Sedangkan dikatakan
body image buruk maka seseorang selalu tidak percaya diri, merasa minder dan tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri sehingga mereka cenderung menarik diri.
Faktor lain penampilan secara keseluruhan merupakan komponen yang ikut menentukan pula terhadap perkembangan anak dimana anak mengalami perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi tubuh, kehilangan fungsi yang signifikan atau perubahan dalam penampilan (Potter, 2010).
Sebagai contoh ketika anak mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya dan memiliki sesuatu kekurangan terhadap kondisi fisik maka hal tersebut akan mempengaruhi body image anak (Hockbenbery, 2011).
sekolah, ternyata mendukung hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian David & Murray (2006) Penelitian tersebut menganalisis faktor-faktor apakah yang menganggu gambaran
body image pada anak. Penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penganggu gambaran body image anak adalah terjadinya pemberian pengobatan kemoterapi dalam waktu jangka panjang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Lama kemoterapi pada anak usia prasekolah yang menderita leukemia sebagian besar adalah lama sebanyak 47%.
2. Gambaran body image pada anak usia pra sekolah yang menderita leukemia sebagian besar adalah buruk sebanyak 60%.
3. Terdapat hubungan antara lamanya kemoterapi dengan body image pada anak usia pra sekolah yang menderita leukemia, yaitu semakin lama kemoterapi, maka gambaran
body image anak pra sekolah semakin buruk.
Saran
1. Perawat hendaknya mengembangkan kemampuan caringnya kepada pasien, sehingga dapat memotivasi pasien untuk menghadapi kondisinya saat ini, khususnya yang berhubungan dengan efek kemoterapi.
kecemasan anak selama anak
dihospitalisasi, teruatama saat dilakukan tindakan invasif.
2. Institusi pendidikan hendaknya membekali mahasiswanya dengan teknik-teknik keperawatan anak yang baik,
sehingga mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk melakukan keperawatan pada anak.
3. Rumah sakit hendaknya memperhatikan kelengkepan sarana dan prasarana ruang kemoterapi, khususnya bagi anak pra sekolah, sehingga dengan penataan ruang yang baik, misalnya dibuat senyaman mungkin dan semirip mungkin dengan kondisi rumah, diharapkan dapat meminimalkan rasa perpisahan anak dari rumah dan dampaknya mampu menurunkan kecemasan anak.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan hasil
penelitian dengan menambahkan factor-faktor lain
yang berhubungan dengan gambaran body image anak pra sekolah, sehingga diketahui faktor manakah yang paling dominan berhubungan dengan
body image anak pra sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arik
unto,Suharsimi.(2010).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik
. Edisi revisi 2010.
Jakarta : Rineka Cipta
David. & Murray, JN. D. (2004).
“Very Young children’s
body
images”
: Bodies and Minds
under construction.
Journal of
Educational Enquiry.
Vol. 7,
No. 4. 2006 University of
South Australia, Australia
Rudolp, Abraham. (2007).
Buku Ajar
Pediatric Rudolph
/
Rudolph’’s
Pediatrics:
Jakarta: EGC
14 to 30 years: A longitudinal
study,
Journal of Personality
and Social Psychology,
Vol,
101, No. 3, 607- 619.
http;//web.ebscohost.com/ehos
t/res. Diakses 3 Mei 2010
Fianza, (2010).
Buku Ajar
Hematologi- Onkologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Guetierrez, L. Jasso. (2012).
Estimation of Chemotherapy
Costs Applying The Full
Protocol of Children
. Vol.2.
University of Mexico.
http//www.google.co.id.
Diakses 22 Mei 2012
Hockbenberry, M.J. David. Wilson.
(2011).
Wong’s Nursing Care
Of Infant And Children
.
Edition 9. Canada : Mosby
Elsevier
Hoffbrand.A.V, Pettit. Moss. (2012).
Hematologi. edisi 4.
Alih
Bahasa Jakarta: EGC
IDAI. (2010).
Buku Ajar
Hematologi- Onkologi Anak.
Jakarta : EGC
Jones.D.C. (2005). ”Adololescent
body image
dissatisfaction”.
Journal of Child Psychology
and Psychiatry
. Vol.39, no.8
252- 262.
http;//web.ebscohost.com/ehos
t/res. Accesed 17 September
2010
Linda. Smolok. (2004). ”
Body Image
Development In Children”.
Journal of Psychology in
Medice.
Vol. 11. 213- 284.
http//.www.ebscohost.com/eho
st/res. Diakses 10 Maret 2012
Mansyur. 2008.
Psikologi Ibu Dan
Anak
. Jakarta: Salemba
Medika
Nelson. E. Waldo. (2007).
Nelson
Esensi Pediatri
. Edisi 15. Vol.
3. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
Metode Penelitian Kesehatan
.
Edisi revisi. Jakarta : Rineka
Cipta
Permono, Bambang. 2010.
Buku Ajar
Hematologi – Onkologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Philips, John. (2007).
Personality,
Body Image. ”Journal of
Chidren Psychology.
Vol.
32(5). 618- 623.
http//.www.google.co.id.
Diakses 16 Mei 2011
Potter. Perry. (2010).
Buku
Fundamental
Keperawatan,
Terjemahan.
EGC
Rekam medik (2010-2011) RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
Tidak dipublikasikan.
Rosenberg. (2008).
Self esteem
in
bodysmorphic disorder.
Body
image
.
Journal Psychology
klinis
.Vol.http;//www.google.c
o.id. Diakses 12 juni 2012
Rudolp, Abraham. (2007).
Buku Ajar
Pediatric Rudolph / Rudolph’s
Pediatrics
: Alih Bahasa
Soepartini Yupi. (2004).
Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan
Anak
. Jakarta : EGC
Thomas, F. Cash.dkk. (2005).
Multidimensional Body Self
Relation Questionnaire
Appearance Scale
(MBSRQ-AS). New York
Willie, Japaries. (2008).
Buku Ajar
Onkologi Klinis, Edisi
2.
Science Publication. Beijing
China
*Sri Lestari : Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
** Siti Arifah, S.Kp., M.Kes :
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
**Dewi Suryandari, S.Kep.Ns :