UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD STRUCTURE
(PTK Pada Siswa Kelas VIII E Semester Ganjil SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
FITRIA ESTHI KUSUMANINGTYAS A 410 090 187
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERNYATAAN
Dengan ini, menyatakan bahwa naskah publikasi yang saya buat tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi. Dari yang saya ketahui tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.
Surakarta, 27 September 2013
UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD STRUCTURE
(PTK Pada Siswa Kelas VIII E Semester Ganjil SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh:
Fitria Esthi Kusumaningtyas1 dan Idris Harta2
1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, esthifitria@gmail.com
2
Staff Pengajar UMS, idrisharta@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structured. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 31 siswa dan subjek pelaksana tindakan adalah peneliti dan guru matematika kelas VIII E. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan teknik analisis interaksi yang terdiri dari reduksi data, Display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kerjasama siswa dalam belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structured. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang meliputi 1) komitmen siswa dalam kerja kelompok sebelum tindakan 52 % dan setelah tindakan 90,32 %, 2) tanggung jawab dalam kerja kelompok sebelum tindakan 52 % dan setelah tindakan 83,87 %, dan 3) interaksi siswa yang promotif dalam kerja kelompok sebelum tindakan 56 % dan setelah tindakan 80,65 %. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structured dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar matematika.
Kata kunci : kerjasama, pembelajaran kooperatif, Numbered Head Structured
PENDAHULUAN
Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang paling utama.
Kerjasama sendiri menurut Soerjono Soekanto (2007: 66) adalah suatu usaha
atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama timbul karena adanya kesamaan tujuan
yang akan dicapai.
Siswa merupakan makhluk yang cenderung untuk hidup bersama dengan
siswa yang lain. Kerjasama merupakan salah satu hal yang penting bagi
kehidupan siswa dalam pembelajaran. Menurut Eliane B. Johnson terjemahan
Ibnu Setiyawan (2011: 164) dengan adanya kerjasama dapat menghilangkan
hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit.
Kerjasama dalam pembelajaran bukan hanya menyatukan siswa dalam
suatu kelompok untuk saling berbicara satu sama lain sambil mengerjakan tugas
yang diberikan. Dalam hal ini Smith (Ellizabert E. Barkley terjemahan Narulita
Yusron, 2012: 13) mengatakan kerjasama jauh lebih luas dari pada sekedar
berdekatan secara fisik dengan pelajar lain, mendiskusikan materi dengan pelajar
lain, atau berbagi materi di antara para pelajar, meskipun semua ini memang
penting di dalam pembelajaran yang bersifat kerjasama. Dengan kerjasama dalam
kelompok akan membuat semua anggota kelompok mengerti dan paham
mengenai materi yang sedang dibahas.
Upaya peningkatan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah tidak mudah. Karakteristik yang dimiliki setiap siswa tersebut yang
menyebabkan kerjasama antar siswa tidak mudah untuk dilakukan. Selain itu,
dalam belajar mengajar di lingkungan sekolah sering di jumpai beberapa masalah.
Salah satunya yang berasal dari guru, yaitu guru kurang mengarahkan siswa untuk
bekerja sama dalam kerja kelompok.
Kerjasama sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika. Namun
pada kenyataannya dalam pembelajaran matematika di kelas VIII E SMP Negeri 5
Surakarta masih kurang menerapkan kerjasama antar siswa dalam kerja
kelompok. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika di
kelas VIII E SMP Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 31 siswa ditemukan
keragaman masalah sebagai berikut, yaitu kurangnya:
1. Komitmen siswa dalam kerja kelompok sebanyak 13 siswa (52 %), terlihat
bukan mengenai tugas kelompok sehingga tugas yang diberikan tidak
terselesaikan dengan baik.
2. Tanggung jawab siswa dalam kerja kelompok sebanyak 13 siswa (52 %). Hal
ini terlihat dalam kerja kelompok hanya beberapa saja siswa aktif, siswa yang
lain pasif. Siswa yang pasif ini hanya menggantungkan diri kepada siswa yang
aktif dalam mengerjakan tugas yang dikerjakan.
3. Interaksi siswa yang promotif dalam kerja kelompok sebanyak 14 siswa (56
%), hal ini terlihat dalam kerja kelompok mengerjakan tugas yang diberikan
secara inividu kemudian setelah semua anggota selesai mengerjakan satu siswa
menyalinnya ke kertas yang dikmumpulkan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Pembelajaran yang berhasil meningkatkan kerjasama siswa menuntut
penggunaan metode yang tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002:
86). Guru dituntut mempunyai kecakapan dan ketrampilan dalam menggunakan
metode mengajar yang tepat untuk topik pelajaran yang akan diajarkan agar
mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011: 202) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya tediri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif ini
sama dengan kerja kelompok. Dengan kerja kelompok dalam pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok.
Salah satu inovasi pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
kerjasama siswa yaitu Numbered Head Structure. Melalui pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Structure selain dapat bekerja sama dengan
sesama anggota kelompoknya, siswa juga dapat bekerja sama dengan anggota
kelompok lain yang bernomor sama
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan uraian masalah
matematika di SMP Negeri 5 Surakarta melalui pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Structure ?.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatan kerjasama siswa dalam belajar matematika kelas VIII E
SMP Negeri 5 Surakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Enis Nurnawati, Dwi Yulianti, dan Hadi
Susanto (2012) melalui Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share”
meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. Ema Tri Wahyudyati (2011)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas siswa meningkat melalui
strategi pembelajaran kepala bernomor terstruktur dengan mengoptimalkan barang
bekas sebagai alat peraga.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kerjasama belajar matematika siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Surakarta yang beralamat di
Jalan Diponegoro No. 45, Surakarta. Siswa di kelas E berjumlah 31 siswa yang
terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan September.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, antara lain
1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan, 3) observasi, 4) refleksi, 5) evaluasi, dan
6) penyimpulan. Siklus dalam penelitian akan berakhir jika hasil penelitian yang
diperoleh telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 4 teknik
meliputi: 1) observasi, untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan
belajar siswa, 2) catatan lapangan, untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang
terdapat dalam observasi, dan 3) dokumentasi, untuk memperoleh data sekolah,
nama siswa, nomor induk siswa dan foto proses tindakan penelitian.
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama guru
matematika dengan menjaga validitas isi. Pedoman observasi disusun berdasarkan
indikator aktivitas guru dan siswa, yaitu (a) Komitmen siswa dalam kerja
kelompok, (b) Pemerataan tanggung jawab dalam kerja kelompok, (c) Interaksi
siswa yang promotif dalam kerja kelompok. Pedoman observasi yang digunakan
dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (a) observasi tindak mengajar yang berkaitan
dengan metode yang digunakan guru dalam mengajar, (b) observasi tindak belajar
yang berkaitan dengan reaksi dan keberanian siswa dalam pembelajaran
matematika, dan (c) keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar
maupun tindak belajar yang belum terencana sebelumnya.
Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Salah satu model analisis data adalah teknik analisis interaksi yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Teknik tersebut terdiri dari 1) Reduksi
data, merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan,
meringkas, dan mengubah bentuk data „mentah‟ yang ada pada catatan lapangan,
2) Display data, untuk menyusun data yang telah didapatkan sehingga dapat
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu, 3)
Penarikan kesimpulan, untuk mengambil intisari yang dilakukan pada setiap
tindakan yang dilakukan (Suwarsih Madya, 2009: 76). Penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang dilakukan dalam penelitian
ini dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama tiga siklus. Pada siklus I kerjasama siswa
belum mencapai batas indikator yang diharapkan sehingga dilanjutkan tindakan
lagi pada siklus II. Pada siklus II kerjasama siswa mulai meningkat, tetapi belum
tindakan lagi pada siklus III. Dimana pada siklus III ini sudah mencapai batas
indikator yang diharapkan sehingga tindakan dihentikan pada siklus ini.
Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan
berdasarkan pada analisis data dari hasil penelitian kolaboratif peneliti dengan
guru matematika kelas E SMP Negeri 5 Surakarta yang terlibat dalam kegiatan
penelitian ini. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam
belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Structured. Hal-hal yang dibahas dalam pembahasan ini adalah sesuatu yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian dalam hipotesis tindakan. Adapun
permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini yaitu Adakah
peningkatan kerjasama siswa dalam belajar matematika di SMP Negeri 5
Surakarta melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure.
Tindakan yang dilakukan oleph peneliti dan guru matematika adalah
mendorong siswa untuk bekerjasama dalam belajar matematika, yaitu dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure. Ketika siswa
berada dalam kelomponya maupun dengan kelompok yang bernomor sama siswa
dituntut untuk aktif dan fokus dalam melakukan kerja kelompok. Hasil penelitian
ini ditunjukkan pada gambar 1 berikut
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat ditunjukkan adanya peningkatan
kooperatif tipe Numbered Head Structure. Indikator komitmen siswa dalam kerja
kelompok mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 13 siswa (52 %), siklus I
menjadi 19 siswa (61,29 %), siklus II menjadi 22 siswa (73,33 %), dan siklus III
menjadi 28 siswa (90,32 %). Tanggung jawab dalam kerja kelompok mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan 13 siswa (52 %), siklus I menjadi 20 siswa
(64,52 %), siklus II menjadi 22 siswa (73,33 %), dan siklus III menjadi 26 siswa
(83,87 %). Interaksi siswa yang promotif dalam kerja kelompok mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan 14 siswa (56 %), siklus I menjadi 18 siswa
(58,06 %), siklus II menjadi 20 siswa (66,67 %), dan siklus III menjadi 25 siswa
(80,65 %).
Peneliti mengacu pada penelitian yang relevan dalam penelitian ini.
Beberapa diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Enis Nurnawati, Dwi
Yulianti, dan Hadi Susanto (2012) yang berjudul “Peningkatan Kerja sama Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share”
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada siswa kelas
VIII dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Hua Cheng (2011) dalam jurnal
internasional yang berjudul “A Case Study of Cooperative Learning in
Mathematics: Middle School Course Design” menyimpulkan bahwa CLM
(Cooperative Learning in Mathematics) memperkaya cara dan prosedur untuk
murid mempelajari matematika dan pada waktu yang sama memiliki banyak
tantangan baru. Praktek dari CLM kenyataannya adalah lebih jauh sulit lagi
daripada satu bahasan akademis dari "bagaimana caranya". Solusi dapat hanya
menjadi tunjangan melalui penelitian percobaan pada kenyataannya melalui
praktek. Guru mungkin menyelesaikan masalah lebih baik dengan cara
mempelajari dari/ mengilhami satu sama lain, dan bekerjasama lebih secara
efisien dengan meneliti satu sama lain istimewa.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Structure dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar matematika.
tanggung jawab dalam kerja kelompok, dan interaksi siswa yang promotif dalam
kerja kelompok.
SIMPULAN
Penelitian yang telah dilakukan dari sebelum dilakukan tindakan sampai
tindakan kelas siklus III dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure dapat
meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar matematika. Selain itu penelitian ini
dapat disimpulkan guru harus bisa dalam penggunaan suatu strategi pembelajaran
yang dimana dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, dan
harus ada pembagian waktu pada setiap kegiatan yang ada dalam proses
pembelajaran sehinggga waktu yang ada dapat digunakan secara efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Cheng, Huang. 2011. A Case Study of Cooperative Learning in Mathematics:
Middle School Course Design
(http://educationforatoz.com/images/7.Hua_Cheng_Case_study_of_cooper ative_learning_in_mathematics__CLM__course_design_of_a_middle_sch ool_and_some_constructive_thoughts.pdf diakses tanggal 17 November 2013 pukul 05.00)
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
E Barkley, Ellizabert, Patricia dkk. 2005. Collaborative Leraning Techniques : Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2012. Bandung : Nusa Media.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan oleh Ibnu Setiyawan. 2011. Bandung : Kaifa.
Nurnawati, Enis dkk. 2012. “Peningkatan Kerjasama Siswa SMP melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share”. Jurnal Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang, 1 (1) (2012): 2.
(http://www.google.com/url?q=http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upe
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali pers divisi buku perguruan tinggi PT Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan: Action Research. Bandung: Alfabeta.