• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK MEJA RESTO SEAFOOD DENGAN MATERIAL SABUT KELAPA MENGGUNAKAN TEMA LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK MEJA RESTO SEAFOOD DENGAN MATERIAL SABUT KELAPA MENGGUNAKAN TEMA LAUT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK MEJA RESTO SEAFOOD DENGAN MATERIAL SABUT KELAPA MENGGUNAKAN

TEMA LAUT

Program Studi/Jurusan Desain Produk

Universitas Dinamika

Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298

Email: 1)nurrahmawatinovi7@gmail.com 2)Darwin@Dinamika.Ac.Id 3)Hardman@Dinamika.Ac.Id

Abstrak

Meja resto merupakan perabotan rumah makan atau restoran yang memiliki permukaan datar, dengan fungsi dan bentuk yang berbagai macam, ada yang berbentuk persegi panjang, persegi, lingkaran, oval.

Meja juga sering digunakan untuk meletakkan barang, makanan dan minuman. Meja ada yang terbuat dari kayu, besi, plastik, kaca dan masih banyak yang lainnya. Meja juga memiiki ukuran yang berbeda – beda, cotoh ukuran tinggi meja yang standar berkisar antara 73 – 80 cm dari lantai. Semua meja pasti memiliki kolong, kolong meja memiliki ukuran yang berbagai macam, tergantung dari ukuran mejanya. Ukuran tinggi kolong meja kurang dari 70 cm atau ukuran tinggi meja dikurangi tebal permukaan meja (tergantung dari tebal permukaan meja yang dibuat). Jika pada umumnya meja menggunakan material kayu, ada juga beberapa meja yang menggunakan material besi. Seiring berkembangnya jaman, populasi kayu semakin berkurang, cara mengatasinya dengan pengalihan pada material baru dengan mengelolah sabut kelapa yang sudah tidak terpakai, menjadi material baru untuk pembuatan furnitur. Sabut kelapa dapat dijumpai di penjual es degan / kelapa muda dan penjual kelapa di pasar tradisional. Pada jaman sekarang meja memiliki model yang minimalis dan mengundang daya tarik pada peminatnya. Dari sebuah permasalahan akan dilakukannya penelitian untuk memperoleh data yang benar dan peneliti mengembangkan sebuah produk meja resto seafood dengan material sabut kelapa menggunakan tema laut, harapannya dari penelitian yang dilakukan ini konsumen dapat menerima baik dari material maupun kualitas produk.

Kata kunci: Meja Resto Seafood, Sabut Kelapa

1. PENDAHULUAN

Pemanfaatan sabut kelapa seringkali hanya dibiarkan membusuk, atau kering dari penumpukan yang dilakukakan dibawah tegakan dibawah tanaman kelapa atau hanya sebagai media kayu bakar. Hal serupa terjadi pada masyarakat tradisional, pada umumnya mereka memanfaatkan sabut kelapa hanya sebagai bahan baku pembuatan keset. Padahal sabut kelapa mempunyai nilai ekonomi yang cukup baik jika diuraikan yang dapat menghasilkan serat sabut (cocofiber) atau serbuk sabut (cococoir) namun nilai yang unggul dari serat sabut tersebut dapat menghasilkan beraneka macam variasi produk dengan banyak manfaat yang sangat baik, salah satu contohnya pemanfaatan tersebut di berbagai negara termasuk Indonesia adalah pemanfaatan sabut kelapa sebagai puuk tanaman.

Meja resto merupakan perabotan rumah makan atau restoran yang memiliki permukaan datar, dengan fungsi dan bentuk yang berbagai macam, ada yang berbentuk persegi panjang, persegi, lingkaran, oval. Meja juga sering digunakan untuk meletakkan barang, makanan dan minuman. Meja ada yang terbuat dari kayu, besi, plastik, kaca dan lain-lain. Kebanyakan meja yang ada di resto seafood menggunakan bahan kayu dengan desain yang biasa saja. Dan pada umumnya resto seafood dapat dijadikan tempat berfoto saat membeli seafood dengan desain tembok dengan gambar yang unik, tetapi tidak semua tempat resto seafood memiliki desain tembok unik. Ada pula tempat resto seafood yang memilik desain ruangan yang polos dan kurang memiliki nilai estetika pada tempatnya.

(2)

Hasil dari masalah tersebut penulis mengambil keputusan sebagai berikut

“Pengembangan Desain Produk Meja Resto Seafood Dengan Material Sabut Kelapa Menggunakan Tema Laut”

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Meja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan berbagai bentuk dan kegunaan dari meja yang seringkali digunakan sebagai perkakas atau perabot rumah yang berpenyangga seperti yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Meja seringkali difungsikan untuk meletekkan berbagai barang yang seringkali dipasangkan dengan kursi, dengan ketinggian tertentu agar mudah dijangkau dan nyaman saat digunakan. Meja seringkali hanyalah berbentuk bidang datar tanpa adanya penambahan laci.

Salah satu contohnya adalah meja yang seringkali digunakan untuk bekerja yang disebut meja tulis atau bangku. Namun adapun beberapa meja kerja yang memiliki laci, salah satu contoh lain meja dengan penambahan laci juga dapat dilihat pada penggunaan meja rias.

3. METODE PENELITIAN 3.1 PERANCANGAN PENELITIAN 3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan objek atau subyek penelitian sesuai dengan fakta dan karakteristik yang ada dilapangan. Sedangkan pengambilan sampling menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling dan snowball sampling. Metode pengambian data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur.

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.2.1 Observasi ( Pengamatan )

Observasi dilakukan dengan mengamati secara terpusat terhadap objek penelitian dengan memanfaatkan alat indera. Observasi penelitian ini dipusatkan pada objek meja resto seafood yang berada dipasaran secara mendalamdan dilakukan pencatatan. Observasi dialakukan terhadap model meja resto seafood, pengguna Meja Resto yang dapat berdeda dari meja resto

seafood yang lain, serta bahan material yang digunakan.

3.2.2 Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada saudari Nur selaku asisten pemilik sekaligus pengelolah resto, Fos Food Factory yang berlokasi di Jl. Semru No.19 Kota Mojokerto, Jawa Timur. Pada tanggal 20 Januari 2021 pada pukul 12.32 WIB, peneliti mendapatkan data tentang ukuran meja makan yaitu:

Ukuran meja makan memiliki panjang dan lebar minimal 60 cm untuk fungsi ergonomis karena setiap orang membutuhkan minimal 60 cm. Apabila diperlukan lebih maka perlu diberikan jarak 10 cm. Misalkan meja resto seafood berukuran minimal 60 cm x 60 cm dengan tinggi 80 cm dengan kapasitas 2 orang saling berhadapan, secara ergonomis maka tinggi meja dapat disesuaikan dengan tinggi kursi.

Tinggi meja resto dapat dibuat dengan tinggi 70 cm. Selain itu juga akan membuat anak-anak merasa nyaman. Tinggi kolong meja makan dibuat sekitar 10 cm. Lebar kursi makan didesain jangan terlalu lebar untuk memudahkan pergerakan pengguna dari kursi makan. Bentuk meja resto dibuat sesuai variasi bisa berbentuk persegi panjang, kotak, lingkaran, atau oval, tren desain yang sedang laku di pasaran saat ini yaitu desain minimalis. Material kayu yang yang cocok digunakan sebagai kaki-kaki meja yaitu jenis kayu meranti, kayu jati, kayu mahoni, dan kayu jati belanda.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada konsumen yang bernama Mey Tri yang ada saat itu sedang membeli seafood jenis kerang dan lobster. Pada tanggal 20 Januari 2019 pada pukul 13.00 WIB, peneliti mendapatkan masukan dan saran terhadap pembuatan meja resto dengan material sabut kelapa menggunakan tema laut. Masukan dan saran dari Mey Tri yaitu seharusnya sabut kelapa tidak hanya pada bagian kaki meja, melainkan ada pada bagian sisi samping meja juga, agar terlihat ornamen sabut kelapanya, lalu pada bagian atas meja, diberi hiasan seperti kerang dan biota laut lainnya agar terlihat tema lautnya.

3.2.3

Studi literatur

Dari hasil studi literatur peneliti mendapatkan data, bahwa ukuran meja makan untuk 2 orang yang saling berhadapan minimal

(3)

60 x 60 cm, dan tinggi meja makan 76 – 80 cm, memiliki kolong bersih 10 cm – 12 cm.

Sabut kelapa dapat diolah kembali menggunakan campuran lem dan di press mesin maka menjadikan sebuah papan balok yang berguna untuk pembuatan furnitur seperti meja, kursi, lemari dan perabotan rumah tangga lainnya. Sesuai data dari Kementerian Pertanian, di luar kelapa sawit, limbah buah kelapa berupa serat sabut sebesar 1,8 juta ton dan debu sabut sebesar 3,3 juta ton. Apabila dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah, jumlah sabut sebanyak ini tentulah akan memberikan hasil yang maksimal.

3.2.4 Eksperimen

Peneliti melakukan eksperimen untuk mempelajari bagaimana karakter sabut kelapa yang dipadatkan dengan pencampuran lem putih dan tambahan resin. Dari eksperimen tersebut maka peneliti memperoleh data, yaitu:

1. Pencampuran sabut kelapa dengan lem putih, dan tambahan resin dengan takaran sabut kelapa sebanyak 50%, lem putih sebanyak 20%, dan resin sebanyak 10%, dengan pencampuran tersebut bisa menjadi balok yang memiliki karakter keras, dan kuat biaya pengolahan lebih murah.

2. Melakukan pengepresan manual dengan menekan dengan benda berat saat pencetakan sebelum penjemuran agar hasil lebih padat dan rata

3. Resin yang cocok digunakan sebagai pengeras olahan sabut kelapa yaitu resin jenis 108, karena hasil dari resin tersebut bening, dan pengeringan hanya didiamkan selama 2 jam tanpa dipanaskan, resin tersebut lengket, dan berbau, maka perlu proses finishing

4. Hasil pencampuran sabut kelapa dengan lem putih dan penambahan sedikit resin menjadikan sifat balok tersebut kuat meskipun saat balok dibanting, dan melubangi balok tersebut dengan paku maupun bor akan tetap keras tidak mudah pecah.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan data di atas, kemudian dilakukan proses analisa, cara pembuatan, perancangan karya, dan hasil produk.

4.1 Analisa Harga

Tujuan dari analisa harga yaitu agar produk yang peneliti rancang dapat sesuai

dengan target pasar. Range harga dari produk meja resto seafood kompetitor yaitu Rp.800.000,- sampai Rp.3.500.000,-. Sehingga harga produk meja resto seafood yang peneliti buat harus ada di dalam range harga pasar tersebut agar produk yang peneliti rancang memiliki daya saing dari segi harga.

4.2 Analisa Pasar

Analisa pasar dilaksanakan supaya karya memperoleh pangsa pasar yang dapat dilewati agar mendapat pelangan. Analisa pasar memuat tempat dijualnya barang, meriset customer agar marketing bisa terlaksana dan menghasilkan.

Pada Analisa pasar dilaksanakan untuk memilih

customer, yaitu:

Table 4.1 Analisa Pasar

4.3 Analisa Ergonomi

Analisa ergonomibertujuan untuk mengurangi resiko kesehatan, meningkatkan keselamatan dan kenyamanan terhadap produk yang dihasilkan.

Ergonomi berdampak pada efisiensi kesehatann, keselamatan, dan kenyamanan. Ergonomi dalam penelitian ini berhubungan dengan kegiatan makan, yaitu dengan cara menyesuaikan ukuran area ruangan dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan.

Segmentasi Keterangan

Demografis

Pengembangan meja resto seafood ini ditujukan untuk resto dan cafe yang bertemakan laut. Umur 28-45 (Dewasa) Jenis kelamin yang dipilih adalah laki-laki dan perempuan. Pendapatan >2 Juta Rupiah, Kelas Menengah.

Geografis

Produk ini ditujukan untuk restoran di wilayah Indonesia yang memiliki tema laut minimalis, di kota besar.

Psikografi

Ditujukan pada restoran yang memiliki ruang yang cukup yang bisa memuat meja resto seafood minimalis modern.

(4)

Gambar 4.3 Ergonomi Desain Meja Makan

4.4 Analisa Warna

Warna Arti

Putih Warna ini melambangkan sebuah jiwa yang bersih atau suci, dan sifat-sifat yang baik lainnya.

Hitam Warna yang

melambangkan jiwa yang gelap, buruk dan berbagai sifat yang tidak baik.

Merah Warna merah

menggambarkan karakter yang pemberani, kuat, tegas, dan memiliki semangat yang berkobar.

Kuning Warna yang dapat menggambarkan sebuah perasaan bahagia seseorang, semangat, keceriaan, kehangatan, dan optimisme juga percaya diri Biru Warna yang dapat

membuat pemikiran menjadi jernih, warna yang menggambarkan kelembutan

Hijau Warna yang seimbang, ketenangan, perdamaian, sopan, dan berfikir dewasa.

Coklat Warna yang hangat, aman, dan nyaman.

Warna coklat ini memiliki kesan warna yang kuat.

Ungu Warna yang memiliki arti sebuah kesetiaan, kepuasan, menark perhatian, dan bahkan dianggap sebagai warna yang mampu

memancarkan kekuatan.

Abu-Abu Warna yang memiliki tanggung jawab, serius, dan elegan.

Orange Warna yang memiliki kesan hangat, dan bersemangat. Warna orange melambangkan symbol petualangan, optimisme, dan percaya diri.

Merah Muda Warna ini memiliki kesan karakter yang lemah lembut, dan menarik.

(Sumber: lalalaila.com)

Dari analisa warna tersebut, maka peneliti memilih warna coklat, dan biru yang memiliki kesan hangat, nyaman, dan semangat, sehingga warna tersebut cocok untuk digunakan pada produk meja makan.

4.5 Analisa Bentuk

Analisa bentuk dilaksanakan agar dapat memilih desain sepadan dengan konsep yang mana dipilih untuk karya. Penulis menggunakan analisa bentuk agar memudahan proses pembuatan.

Table 4.5 Analisa Bentuk

Dari tabel diatas bangun datar adalah pilihan dari peneliti, bangun datar yang dipilih oleh ialah kotak, supaya meja resto seafood hendak diproduksi yaitu dengan tema lautan yang menggunakan hiasan biota laut, maka bentuk persegi akan mempermudah untuk

(5)

produksi, menghemat ruang, dan serta mudah dalam proses produksi dari bangun datar lainnya.

4.6 Analisa Biaya Produksi Table 4.2 Analisa Biaya Produksi

Material Harga

Sabut Kelapa Free

Lem Putih

@Rp.13.000 x 8 pc = Rp.104.000 Resin + Katalis Rp. 250.000 Kayu Jati Belanda Rp.50.000

Cat kayu

@Rp.70.000 x 2 = Rp.140.000 Milamin clear gloss Rp.65.000

Total Biaya Produksi Rp. 609.000

4.7 Analisa Harga Jual

- Biaya produksi meja resto 1 unit meja makan Rp.609.000

- Mark Up 60% = Rp.424.200 - Rp. 609.000 + 424.200

Jadi harga jual meja makan untuk 1 unit = Rp.

1.033.200

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan pada hasil pembuatan produk, maka dapat ditarik beberapa kesimpulannya yaitu:

1. Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai material pembuatan furnitur meja dengan menggunakan pengolahan yang cukup sederhana.

2. Sabut kelapa dapat diolah menggunakan campuran lem putih, dan sedikit resin menjadikan balok kayu sudah bersifat kuat.

3. Meja ini berguna untuk manambah nilai daya tarik konsumen agar nyaman saat di resto tersebut.

5.2 Saran

Setelah hasil pembuatan produk perlu adanya saran untuk meningkatkan hasil yang lebih baik pada perancangan produk meja resto menggunakan sabut kelapa dan resin, ada beberapa saran yang perlu dilakukan yaitu:

1. Setelah produk meja makan ini dibuat, akan perlu pengembangan produk furnitur lain dengan memanfaatkan limbah tebu, dan mengembangkan alat-alat rumah tangga.

2. Lakukan pengepresan dengan mesin hotpress agar hasil pencetakan lebih rapat dan rata.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Callister, W (2004). Material Science and Engineering 8th Edition. An Introduction.

New York : JohnWiley&Sons.

Miles, B.M & Michael Huberman. (1992).

Analisis Data Kualitatif Buku Suumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta : UIP.

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodolog Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Guna Widya.

Panero, Julius dan Zelnik Martin. (1979). Human Dimension & Interior Space. New York : Watson Guptill.

Sachari, YanYan Sunarya Agus. (2001). Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia Dalam Wacana Transformasi Budaya.

Bandung : Penerbit ITB.

Sudaryono, D. (2017). Metodologi Penelitian : Penelitian Kalitatif. Depok : PT Raja Grafindo Persada.Depok

Sumber Jurnal

Marimin, R.D. (2013). Teori Analisis SWOT.58.

Saputra, M. I. (2017). Redesain Meja Makan Lipat Minimalis Modern. Jurnal Desin Produk. Desain Produk.4(2):1

Sumber Internet

Artikelsiana. (2017, September 25). Artiekelsiana.

Pengertian Ergonomi Tujuan:

(6)

http://www.artikelsiana.com/2017/09pengert ian-ergonomi-tujuan-prinsip.html/.Diakses tanggal 12 November 2019

Jagad Indonesia. (2015). Jagad.id. Pengertian Ergonomi Tujuan PrinsipManfaat dan Contoh :

http://jagad.id/pengertian-ergonomi-tujuan- prinsip-manfaat-dan-contoh/. Diakses tanggal 25 November 2019

Gambar

Gambar 4.3 Ergonomi Desain Meja Makan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Shoemaker dan Reese, terkait isi media dapat dipengaruhi oleh beberapa level diantaranya level individual, level rutinitas media, level organisasi, level

Pukat udang yang digunakan dalam penelitian adalah jenis pukat udang ganda (double rig shrimp net) hal tersebut karena umumnya alat tangkap yang digunakan pada perusahaan

Pada perancangan Buku Essay Fotografi Wisata Candi Pari Sidoarjo ini penulis akan menyajikan karya fotografi Candi Pari dalam bentuk buku yang berisikan foto mengenai

Stasiun 4 berada di muara sungai dan mempunyai sedimen dengan tekstur berupa lumpur berwarna hitam.Kandungan logam Ni lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, hal ini

sekurangnya salah satu dari zat gizi mikro (seng, vitamin A, vitamin B12) Yusnaini Pengaruh konsumsi jambu biji ( psidium guajava ) terhadap perubahan kadar hemoglobin pada

Hasil analisis bivariat konsumsi vitamin C dari sayur dan buah dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMAN 1 Mojolaban dapat dilihat pada Tabel 9..

Penetapan Kadar Lawson secara Densitometri Bercak yang muncul pada fase diam dari larutan standard lawson dan ekstrak sampel pada Rf yang sama, kemudian di scanning dengan

Setelah dilakukan uji asumsi data indeks pemberdayaan gender pada Kota/Kabupaten di Jawa Timur periode tahun 2010-2015, dapat dinyatakan bahwa data tersebut