• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jumat Jaeni

SMPN 1 Montong Gading Jumat.jaeni@gmail.com

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan merupakan sebuah konsep kegiatan pembelajaran yang membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika pada materi Pecahan yang diajarkan dengan berusaha memaksimalkan peran aktif siswa terutama pengetahuan yang dimilikinya dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Kualitas pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dengan tujuan adalah untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam tahapan 2 siklus, dan dari hasil tindakan yang sudah dilakukan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 69 %, dapat meningkat menjadi 100 % pada siklus II maupun dari segi nilai rata-rata hasil evaluasi yakni pada siklus I sebesar 71,9 menjadi 80 pada siklus II, ini berarti ada peningkatan sebesar 8,1 %. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini juga menunjukkan adanya peningkatan tingkat aktivitas belajar siswa dari 3,2 kategori Cukup Aktif pada siklus I menjadi 4,6 kategori Aktif, berarti ada peningkatan sebesar 1,4.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mentalnya. Pendidikan adalah proses tindakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan guna penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental

Menurut Carter V. Good mengartikan pendidikan sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyaraka. Proses dimana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan yang terpimpin khususnya di dalam lingkungan sekolah sehingga dapat mencapai kecakapan social dan dapat mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan adalah suatu poses pemikiran secara matang dalam bentuk perilaku dimana seorang dipengaruhi oleh lingkungan, guna dapat mengembangkan kepribadian

Pengertian tentang tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah 6 tahun. Di akhir pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN). Kelulusan Ujian Nasional menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs).

Pengertian hakikat Matematika : kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampr sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar ( berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ikmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir ( bernalar). Matematika lebih menekankan

(3)

hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russ efendi ET, 1980:148).

Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading, ternyata penulis banyak menjumpai permasalahan, anttara lain : prestasi belajar mata pelajaran matematika sangat rendah, siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pelajaran, guru dalam proses masih bersifat konvensional/ ceramah saja/ tidak menggunakan metode yang bervariasi, siswa sering tidak msuk sekolah, siswa kurang aktif dalam pembelajaran,

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 30 siswa dan terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 16 siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading kabupaten Lombok Timur yang merupakan tempat tugas peneliti.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, dengan setiap siklusnya dilaksanakan 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai Bulan Agustus sampai dengan Oktober 2017.

Tabel 10. Model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: (Suharsimi Arikunto,2008: 16) Perencanaan SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi ?

(4)

Secara rinci prosedur penelitian tiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut: Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah :

1) Peneliti menjelaskan kepada observer tentang apa yang akan diobservasi serta menjelaskan tentang pembelajaranyang peneliti lakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading

2) Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw 3) Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru selama

pembelajaran berlangsung.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

5) Menyusun tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan  Kegiatan Awal

- Mengucapkan salam ketika masuk kelas

- Menyapa siswa dengan menanyakan kabar siswa - Mengabsen siswa secara klasikal

- Mengkondisikan siswa siap belajar

- Apersepsi ( mengingatkan materi yang telah disampaikan sebelumnya )

- Menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

 Kegiatan Inti

- Menjelaskan secara singkat matei pelajaran yang akan diajarkan yaitu mengenal bilangan pecahan sederhana dengan menggunkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

- Membagi wacana/tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang

(5)

berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok

- Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. - Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk

menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

- Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti).

- Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.

- Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli.

- Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifikasi.

- Memberikan pujian kepada kelompok yang menjawab dengan benar - Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi

kelompoknya

- Guru memberikan penguatan  Kegiatan Akhir

- Mengadakan evaluasi - Memberikan penilaian

- Memberikan tugas dirumah sebagai PR

Selama pelaksanaan tindakan, diadakan observasi yang dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa. Evaluasi dilakukan setelah pembelajaran selesai dengan memberikan tes berupa pilihan ganda. Tes ini dikerjakan secara individu selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit).

(6)

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, pada tahap ini peneliti sebagai pengajar bersama guru yang bertindak sebagai observer mengkaji hasil yang diperoleh dari pemberian tindakan pada tiap siklus. Hal ini dilakukan dengan melihat data hasil evaluasi yang dicapai siswa pada siklus I, jika hasil analisis data menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh hasil yang tidak optimal yaitu tidak tercapai ketuntasan belajar ≥ 85 % dari siswa yang memperoleh nilai  KKM yaitu 70, maka dilanjutkan siklus berikutnya. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Prosedur pada siklus kedua dan seterusnya pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya saja pada siklus kedua dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus pertama dari segi perencanaan maupun pelaksanaan tindakan, yang diketahui dari hasil tes belajar siswa yang telah dianalisis, demikian juga untuk siklus berikutnya. Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik diterbitkan diJakarta oleh Rineka Cipta (2006:160) menerangkan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yait

Dalam penelitian ini, instrumen pelaksanaan pembelajaran yang digunakan berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (R

Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dikumpulkan melalui beberapa cara :

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data-data siswa, keaktifan siswa maupun data nilai hasil ulangan harian siswa yang peneliti peroleh dari observasi. Observasi dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (pengamatan langsung). Tujuan observasi ini untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

(7)

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini digunakan tes prestasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Instrument tes disusun untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan.

Tes ini berbentuk pilihan ganda dan diberikan untuk memperoleh data tentang prestasi akademik setiap siklus. Tes ini memuat tentang materi – materi yang telah dibahas dan tes ini akan diberikan pada akhir siklus, kemudian dianalisis secara kuantitatif.

Sumber data penelitian ini berasal dari peneliti, guru sebagai observer, dan siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading

Jenis data yang didapatkan adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari: 1. Data hasil belajar (data kuantitatif)

2.Data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran (data kualititatif) Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah:

1. Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi atau ulangan pada siswa setiap akhir siklus.

2. Data tentang situasi belajar mengajar diperoleh dari lembar observasi baik observasi tentang aktivitas siswa maupun aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

Setiap indikator prilaku guru pada penelitian ini, dinilai dengan menggunakan penskoran penilaiannya berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Skor 4 jika 3 (semua) deskriptor yang nampak Skor 3 jika 2 deskriptor yang nampak

Skor 2 jika 1 deskriptor yang nampak

Skor 1 jika tidak ada deskriptor yang nampak

Untuk penentuan kriteria penilaian berdasarkan skor rata-rata yaitu : BS ( Baik Sekali) : Jika 3,0< rata-rata skor ≤ 4,0

B (Baik) : Jika 2,0< rata-rata skor ≤ 3,0 C (Cukup) : Jika 1,0< rata-rata skor ≤ 2,0 K (Kurang) : Jika 0,0< rata-rata skor ≤ 1,0

(8)

Setiap indikator perilaku siswa pada penelitian ini, cara pemberian skornya berdasarkan pedoman berikut (Nurkencana, 1990) :

Untuk mengetahui aktivitas dalam pembelajaran, maka data hasil observasi yang berupa skor diolah dengan rumus

A = i n X .  Keterangan :

A = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa X

 = Jumlah skor aktivitas belajar seluruhnya i = Banyaknya item

n = banyaknya siswa

Untuk menilai kategori aktivitas siswa, ditentukan terlebih dahulu Mi dan SDi dengan rumus sebagai berikut (Nurkencana, 1990:100) )Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.:  i M 2 1

(Skor max + Skor min) i SD = 3 1 Mi Keterangan :  i M Mean ideal i

SD= Standar Deviasi ideal

Tabel 3.3. Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa

Interval Kategori ASMi + 1,5 SDi Mi +0,5 SDiAS<Mi +1,5SDi Mi -0,5 SDiAS<Mi +0,5SDi Mi -1,5 SDiAS<Mi -0,5SDi AS<Mi - 1,5 SDi Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif (Nurkancana,1990:103)Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

(9)

Keterangan : AS = Aktivitas Siswa

Berdasarkan skor yang telah ditentukan, yaitu : skor tertinggi = 5 dan skor terendah = 1, maka : Mi = 2 1  (5+1) dan SDi = 3 1  Mi = 2 1  6 = 3 1  3 = 3 = 1

Selanjutnya diperoleh kriteria aktivitas belajar siswa sebagai berikut: Tabel 3.4. Pedoman kriteria aktivitas belajar siswa

Nilai Kategori AS  4,5 3,5  AS < 4,5 2,5  AS < 3,5 1,5  AS < 2,5 AS < 1,5 Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif

Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisa dengan mencari ketuntasan belajar dan daya serap, kemudian dianalisa secara kuantitatif. Ketuntasan baik individu maupun klasikal dapat di tentukan dengan mempedomani ketentuan di bawah ini yaitu:

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ KKM yaitu nilai ketuntasan minimal sebesar 70. dipilih karena sesuai dengan kemampuan individu, hal ini juga sesuai dengan standar ketuntasan belajar siswa pada kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading.

Data tes hasil belajar proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM yaitu 70. Dengan rumus ketuntasan belajar klasikal adalah:

KK = x 100 % Keterangan :

KK = Ketuntasan klasikal

X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM Z = Jumlah seluruh siswa

Z X

(10)

Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika  85% siswa memperoleh nilai  KKM yang akan terlihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian prestasi dan aktivitas belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari prestasi belajar mencapai ketuntasan klasikal yaitu jika  85% siswa mendapat nilai KKM yaitu 70 pada saat evaluasi.

b. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari aktivitas belajar siswaminimal berkategori cukup aktif dalam proses pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, yakni apabila aktivitas belajar siswa berada pada interval 2,5  AS < 3,5.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil evaluasi pada setiap siklus yang telah direncanakan. Data yang diperolah berupa data kuantitatif dari hasil evaluasi dan data kualitatif yang dikumpulkan dari hasil observasi. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil evaluasi akan memberikan jawaban mengenai keberhasilan atau tidaknya proses pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang diukur dengan ketuntasan belajar secara klasikal. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang akan memberikan gambaran tentang aktivitas siswa maupun aktivitas guru yang dilakukan oleh observer pada setiap pertemuan pelaksanaan proses pembelajaran. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian pada setiap siklus yang telah direncanakan.

Siklus I

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian materi, termasuk didalamnya pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk materi Pecahan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi.

(11)

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses pembelajaran. Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa, antara lain; Guru belum memaksimalkan peran siswa dalam pembelajaran, masih ada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan berdiskusi/mengerjakan tugas kelompok dari materi pelajaran yang dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa setelah dianalisa diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor

aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 Pertama 2,7 3 2,7 2,7 3 2,3 16,4 2,7 Cukup Aktif Kedua 3,7 3 3 3,3 3 3 19,6 3,2 Cukup Aktif Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 2,7 dengan kategori Cukup Aktif dan pertemuan 2 adalah 3,2 kategoriCukup Aktif. Tingkat aktivitas siswa ini tergolong Cukup Aktif. Oleh karena itu maka aktivitas siswa pada siklus berikutnya masih perlu ditingkatkan. Data lengkap tentang hasil belajar siswa pada siklus 1 berdasarkan hasil evaluasi pada siklus 1 setelah dianalisis diperoleh bahwa ketuntasan belajar yang dicapai siswa adalah 69 % dengan nilai rata-rata 67,9. Hasil ini belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sehingga pembelajaran dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas masih 69% berarti masih dibawah standar minimum yakni 85%. Hasil tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan, untuk itu peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Dalam siklus I ini terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu untuk dipehatikan dan diperbaiki pada kegiatan siklus II diantaranya:

(12)

1. Pemberian motivasi dan apersepsi yang masih kurang membuat siswa sedikit kebingungan dalam menerima materi atau pokok bahasan baru dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw sehingga pada siklus II pemberian motivasi dan apersepsi lebih diperhatikan.

2. Meminta siswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi, (tidak hanya diam memperhatikan teman-temannya bekerja dan hanya mengobrol dengan temannya.

3. Meminta siswa agar lebih aktif dan bertanya jika mendapat kesulitan atau jika ada materi dan soal-soal diskusi yang belum dimengerti.

4. Kesimpulan yang belum jelas membuat siswa sedikit bingung atau kurang jelas dengan batasan materi yang disampaikan guru sehingga pada siklus II pemberian kesimpulan lebih diperhatikan.

Proses pembelajaran pada siklus II diawali dengan pemberian umpan balik dari hasil evaluasi yang diberikan. Oleh karena itu, sebelum berdiskusi guru menghimbau agar siswa tidak ada yang ngobrol, mengganggu temannya yang lain, dan tidak ada siswa yang diam memperhatikan teman-temannya, demikian juga pembagian tugas dalam setiap kelompok harus lebih jelas sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya masing.

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian materi, termasuk didalamnya pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk materi Pecahan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi.

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran siklus II telah dilakukan perbaikan, dari analisis hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II didapat bahwa aktivitas siswa tergolong aktif dalam setiap pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan ke dua, seperti yang terlihat pada

(13)

Tabel 4.4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II Pertemuan Jumlah skor yang tampak Σ Skor

aktivitas Rata-rata Aktivitas Kategori 1 2 3 4 5 6 Pertama 4 4 3 4,3 3 3 21 3,5 Aktif Kedua 4,3 4,3 4 4,3 4 4 24,9 4,2 Aktif

Dari tabel diatas dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus II untuk pertemuan 1 adalah 3,5dan pertemuan 2 adalah 4,2. Berdasarkan penggolongan aktivitas belajar siswa maka kategori aktivitas siswa pada siklus II adalah tergolong Aktif.

Data lengkap tentang pr.estasi belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II setelah dianalisis diperoleh bahwa pada siklus II ini mencapai tingkat 100 %jadi sudah dapat dikatakan tuntas, untuk itu tidak perlu lagi diadakan pembelajaran pada siklus berikutnya dengan ketuntasan belajar yang sudah dicapai, dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi Pecahan.

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi aktivitas siswa dapat tergolong Aktif dilihat dari setiap kegiatan pembelajaran begitu juga aktivitas guru sudah tergolong Baik Sekali. Dari hasil analisis terhadap hasil evaluasinya terjadi peningkatan rata-rata kelas maupun persentase ketuntasan secara klasikal sudah mencapai/melebihi 85% artinya sudah 85% atau lebih siswa sudah mencapai nilai hasil ulangan sebesar KKM atau melebihi KKM yang ditentukan. Oleh karena itu penelitian ini dihentikan sampai siklus II sesuai dengan perencanaan.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika Materi Pecahan pada siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading dengan melaksanakan pembelajaran menerapkan/menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di IX-A SMPN 1 Montong Gading.

(14)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai skor aktivitas siswa, aktivitas guru dan nilai rata-rata kelas serta tingkat ketuntasan secara klasikal pada tiap siklus mengalami peningkatan baik pada siklus I maupun siklus II.

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapatlah kami simpulkan : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IX-A SMPN 1 Montong Gading Tahun Pelajaran 2017/2018. DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih,Susiani Prasetya,2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Di SDN Sentul 3 Kepanjenkidul Blitar.Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Mahyuni, 2014. Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Materi Pokok Persegi Panjang dan Persegi Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Siswa Kelas V SDN 9 Sambelia Kecamatan Sambelia Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

Mauludin,2012.Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Menggunakan Model Jigsaw di Kelas VI SD Negeri 181/VII Guruh Baru II Mandiangin.

Susilofi,Com,2010.Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester I Pada Pokok Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010.

Muhibbin Syah, 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. ____________, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. ___________________, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

__________________, 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Syaiful Bahri Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usana

Offset Printing.

Gambar

Tabel  10.  Model  dan  penjelasan  untuk  masing-masing  tahap  adalah  sebagai  berikut:  (Suharsimi Arikunto,2008: 16)  Perencanaan  SIKLUS I  Pelaksanaan Refleksi Pengamatan  Perencanaan SIKLUS II Pengamatan  Pelaksanaan Refleksi ?
Tabel 3.3. Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa
Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I  Pertemuan  Jumlah skor yang tampak  Σ Skor

Referensi

Dokumen terkait

Perspektif Peran Para Pemangku Kepentingan dan Peta Permasalahan Pengembangan Wrsata Desa Sawarna Kabupaten Lebak Provinsi Banten (F/oh. Sofyan Budiarto). Pariwisata di Desa

Uji sitotoksisitas kombinasi serbuk seng oksida dan ekstrak Curcuma longa dilakukan dengan perbandingan 1: 1 (kelompok A) dan 2: 1 (kelompok B), ekstrak Curcuma longa cair

Gereja yang efektif adalah gereja yang sehat; gereja yang sehat adalah gereja yang bertumbuh; mereka menghasilkan murid-murid yang lebih banyak dan lebih baik. 20

Berdasarkan grafik diatas dapat disaksikan fluktuasi jumlah investor Sukuk ritel sejak tahun 2009 yang mengalami kenaikan tajam pada tahun 2014 dengan

Sintesis senyawa tetrapeptida DPAP menggunakan metode SPPS belum pernah dilakukan, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang insektisida dari

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi ibu nifas di Puskesmas Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto terhadap pelayanan kunjungan nifas

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk; 1) Untuk menjelaskan etika berbusana dalam Islam dan kaitannya dengan karakter yang bersangkutan. 2) Untuk

Hal ini tampak dari aspek mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (58%), memahami elemen-elemen desain penelitian terhadap temuan (24%), mampu menyelesaikan