• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISIK BOLOGI UDANG PENAEID, SIKLUS HIDUP DAN KONDISI HABITAT PENTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISIK BOLOGI UDANG PENAEID, SIKLUS HIDUP DAN KONDISI HABITAT PENTING"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISIK BOLOGI UDANG PENAEID, SIKLUS HIDUP DAN KONDISI HABITAT PENTING

Bambang Sumiono

Disampaikan pada “Sosialisasi dan FGD Fisheries Refugia Udang Penaeid di Kalimantan Barat”. 17-18 Februari 2021

(2)

Karakteristik Biologi

(3)

SIFAT-SIFAT UDANG PENAEID

- Pertumbuhan udang betina lebih cepat daripada udang jantan

- Pertumbuhannya sangat cepat dan umumnya hanya hidup sekitar 1-2 tahun, oleh karena itu mortalitasnya juga tinggi

- Di daerah tropis memiliki periode pemijahan lebih panjang daripada udang di daerah sub tropis. Dalam setahun dapat memijah lebih dari 1 kali

(multiple spawning)

- Pemakan detritus, cacing, diatomae serta bagian dari tumbuhan di dasar perairan

- TKG III dan IV merupakan udang yang matang telur dan siap memijah

(spent), Sekali memijah dapat melepaskan antara 100.000 - 200.000 telur, Dalam setahun dapat memijah 2 kali.

- Udang jerbung bersifat menggerombol secara besar terutama pada siang hari

- Udang windu tidak suka bergerombol dan banyak tertangkap pada malam

hari

(4)

Golongan Sifat-sifat Jenis udang I Aktif pada malam hari (nocturnal), suka

membenam diri dan menyenangi habitat perairan yang relatif jernih. Tidak menggerombo;

Penaeus duorarum P. latisulcatus

P. plebejus P.notialis P. brasiliensis

II Aktif pada malam hari, menyenangi air yang keruh dengan dasar perairan lumput berpasir atau pasir berlumpur.

Tidak suka bergerombol

Penaeus aztecus P. esculentus P. semisulcatus P. monodon P. japonicus

III

Aktif pada siang hari (diurnal), tidak mengubur diri, menyenangi habitat yang keruh dengan dasar perairan berlumpur. Suka menggerombol.

Penaeus setiferus P. merguiensis P. indicus P. orientalis P. occidentalis P.schmitti

Penggolongan udang berdasarkan sifat-sifatnya

Sumber : Penn (1984)

(5)

• Ciri udang air tawar:

- Kaki jalannya tidak mempunyai capit

- Cangkang pada segmen abdomina ke dua saling tumpang tindih dengan segmen pertama dan ke tiga

- Udang air tawar mempunyai telur berwarna merah/oranye dan terdapat di bagian perutnya

Penelitian di Selatan Jawa diperoleh 4 familia, 6 genera dan 18 species Udang air laut

Udang air tawar

(6)

Identifikasi bagian tubuh dan organ kelamin udang penaeid

(Sumber : Holthuis, 1980, King, 1995)

KETERANGAN: A= Kepala (carapace); B= badan (abdomen) ; 1 = sungut (antenna); 2= cucuk (rostrum); 3= gerigi rostrum; 4=tangkai mata;

5=kaki jalan (pereiopoda); 6= kaki renang (pleopoda).

Udang jantan memiliki alat kelamin (petasma) yang terdapat diantara pasangan kaki renang (pleopoda)

pertama. Udang betina mempunyai alat kelamin (thelicum) yang terdapat diantara kaki jalan

(periopoda) ke lima

UDANG

(7)

Tingkat kematangan gonada pada udang penaeid

Tingkat

kematangan Keadaan Keterangan

I Belum matang Ovari tipis,bening,tidak berwarna

II Kematang

awal Ovari membesar, bagian depan dan tengah berkembang

III Kematangan

lanjut Ovari berwarna hijau muda dan dapat dilihat melalui eksoskeleton, bagian depan dan tengah berkembang penuh IV Matang telur Ovari berwarna hijau tua, ova lebih

besar dari tingkatan sebelumnya.

Tingkat ini dianggap sebagai tingkat kematangan akhir.

V Spent Ovari lembek dan kisut. Ova sudah dilepaskan. Biasanya badan udang terasa lembek dan rongga bagian atas abdomen kosong

Sumber : Motoh (1981)

(8)

JENIS UDANG

• Di Indonesia terdapat lebih dari 83 jenis udang Penaeid (Crosnier, 1984). Jenis-jenis yang menunjang perikanan udang di Indonesia termasuk ke dalam famili Penaeidae (selanjutnya disebut udang Penaeid).

• Jenis-jenis yang mempunyai arti peting untuk menunjang ekspor adalah genera Penaeus dan Metapenaeus yang didominasi oleh 3 (tiga) kelompok jenis

(9)

1. Kelompok udang jerbung, banana shrimp:

Penaeus merguiensis, P. indicus, P. orientalis.

• Udang berwarna putih kekuningan atau kuning kecoklatan. Permukaan tubuh halus.

• Rostrum berbentuk lurus dan pendek dimana bagian pangkalnya membesar dan berbetuk segitiga

(sigmoid). Rostrum bergerigi tipis pada bagian atas dan bawahnya.

• Jumlah gerigi pada bagian atas rostrum antara 7-8 buah dan bagian bawah antara 4-6 buah

(10)

2. Kelompok udang windu, tiger shrimp : Penaeus monodon, P. semisulcatus,

P.latisulcatus, P.esculentus, P. japonicus.

• Berwarna merah kehitaman dan terdapat loreng besar secara vertikal pada bagian perutnya (abdomen).Bila warna loreng jelas maka termasuk udang black tiger (Paneus monodon) dan bila pola lorengnya berwarna kecoklatan dan tidak begitu jelas maka termasuk udang tiger/flower (Penaeus semisulcatus).

• Permukaan tubuh halus.

• Rostrum bergerigi tipis dimana bagian atas mempunyai 7- 8 gigi dan bagian bawahnya antara 2-3 gigi.

P.monodon

(11)

3. Kelompok udang dogol, endeavor shrimp : Metapenaeus ensis, M. endeavouri,

M.elegans.

• Berwarna putih kecoklatan atau hijau kemerahan.

• Permukaan tubuh kasar.

• Rostrum berbentuk lurus dan agak mengarah ke atas, begerigi tipis. Gerigi pada bagian atas

berjumlah antara 6-9 buah dan bagian bawahnya tidak bergerigi.

M. endeavouri

(12)

Jenis lain (Udang campuran)

stoknya cukup besar tetapi nilai ekspornya kurang, antara lain:

udang cat (Parapenaeopsis sculptilis, P. stylifera), udang krosok (Metapenaeopsis spp., Metapenaeus dobsoni, Solenocera subnuda)

(13)

Siklus Hidup

(14)

SIKLUS HIDUP UDANG

(15)

SIKLUS HIDUP

Dalam alam, udang laut menjalani 2 fase kehidupan yaitu fase di tengah laut dan fase di perairan muara. Fase di tengah laut adalah fase dewasa,

kawin dan bertelur.

Beberapa saat sebelum kawin, udang betina terlebih dahulu berganti kulit Induk Penaeus monodon yang telah matang telur dapat ditemui di dasar laut berpasir atau berlumpur, pada kedalaman 20 - 45 m.

Induk yang matang telur biasanya memijah pada malam hari dan telurnya diletakkan di dasar laut

Setiap induk Penaeus monodon menghasilkan 150.000 butir telur Penaeus merguensis 100.000 butir telur

Penaeus semisulcatus 300.000 butir telur

Diduga P. merguensis dan Metapenaeus ensis berpijah sepanjang tahun tetapi terdapat puncak pada bulan-bulan tertentu

Kira-kira 12 jam setelah dikeluarkan, telur menetas menjadi larva yang pada stadium pertama disebut nauplius

(16)

- Telur-telur akan menetas setelah dihalau dari bawah abdomen dan tersebar di perairan laut

- Satu induk betina mampu mengandung ratusan ribu telur tergantung ukuran tubuh dan umurnya

- Setelah melalui masa embriogenesis singkat (12-24 jam) telur akan menetas dan keluar menjadi larva (stadium nauplius, awal perkembangan larva)

- Karakteristik udang Penaeidae melalui stadium nauplius, sedangkan

anggota kelompok Decapoda yang lain stadium naupliusnya menjadi satu dengan stadium zoea/protozoea

PERKEMBANGAN LARVA

Menurut Hudinaga (1942), perkembangan larva dapat dibagi 12 stadium berdasarkan perubahan morfologi (setelah molting):

- 6 stadia nauplius, selama 36 - 48 jam

- 3 stadia zoea, masing-masing selama 2-3 hari - 3 stadia mysis, masing-masing selama ± 2 hari

(17)

Siklus perkembangan anggota Penaeidae dapat dibagi 4 fase suksesif (Hudinaga, 1942)

• Masa Reproduksi

• Perkembangan Larva

• Perkembangan Post-larva dan Juvenile

• Masa Dewasa

Perkembangan karakter ini dapat dilihat dari : - Perubahan morfologi

- Modifikasi pada rongga insang

- Pilihan habitat

(18)

Larva hidup pelagik pada perairan laut, pada akhir stadium mysis akan berpindah ke arah pantai

PERKEMBANGAN POST LARVA DAN JUVENIL

Setelah pergantian kulit (moulting) awal metamorfosis dari mysis III berubah menjadi post larva

- Morfologi hampir sama dengan udang dewasa

- Post larva bergerak secara horizontal dan ke dalam dengan menggunakan kaki renang (pleopoda)

- Post larva muda hidup pelagik

(19)

Post larva hidup di daerah laguna dan estuari dengan salinitas bervariasi

Dari stadium post larva berkembang menjadi juvenil

- Juvenil bersifat carnivor dan hidup benthik

- Hidup di daerah estuari/ laguna/ teluk litoral bervariasi selama ± 6 bulan

- Juvenil berpindah dari daerah pantai ke laut yang lebih dalam

MASA DEWASA

- 4-5 bulan setelah penetasan, organ seksual eksternal nampak - Juvenil berubah menjadi adult/ dewasa dan terjadi pematangan

(maturasi) alat produksi genital

- ± 8 bulan setelah penetasan terjadi perubahan perilaku seksual

(20)

Udang dewasa hidup seperti pada udang stadium juvenil

besar. Bersifat omnivor, memakan hewan2 kecil : ikan,

moluska, polychaeta dan jenis Crustacea kecil lain 

membantu dalam penghancuran detritus dan bahan2

organik sehingga mudah dalam proses dekomposisi

Udang dewasa betina umumnya tumbuh lebih cepat

dibandingkan yang jantan

(21)

Kondisi Habitat Penting

(22)

1. Suhu, salinitas & kekeruhan

Di daerah tropis, curah hujan dan makanan serta kekeruhan lebih penting dari pada suhu.

Siklus hidup pada fase larva dan juvenil dipengaruhi oleh kombinasi antara suhu & salinitas. Suhu dan salinitas yang relatif rendah tidak disukai oleh udang (Garcia & Le Reste, 1981).

Stadium juvenil udang Penaeid di daerah asuhan (nursery ground) dapat tahan terhadap kisaran suhu antara 24,3 - 32,4oC dan salinitas antara 15,0 - 32,3 per mil. Udang jerbung (P. merguiensis) tahan terhadap suhu antara 9-39oC serta masih hidup pada salinitas 50 per mil (Motoh, 1981). Di perairan Segara Anakan,Cilacap, juvenil udang jerbung mampu hidup pada salinitas antara 5-23 per mil (Sumiono et al., 1988).

2. Curah hujan

Menurut (Staples & Vance, 1979) curah hujan berpengaruh langsung kepada emigrasi dan imigrasi udang jerbung dari dan ke daerah asuhan di muara sungai atau perairan sekitar hutan mangrove. Faktor yang mempengaruhi bukan besarnya curah hujan, tetapi penurunan salinitas yang disebabkan oleh pengenceran yang diakibatkan oleh air hujan.

Di daerah Demak, hasil tangkapan udang jerbung meningkat setelah turun hujan (Suman et al., 1989). Di daerah Dolak (Laut Arafura), tidak ada pengaruh antara rataan curah hujan tahunan di daratan Papua dengan kemelimpahan stok udang di laut (Naamin, 1984). Hal ini kemungkinan karena daerah penangkapan udang yang cukup jauh ke tengah (lebih dari 10 km dari pantai).

Di periran Cilacap, musim pemijahan udang penaeid relatif tinggi pada bulan Maret-September bertepatan dengan musim kemarau dimana curah hujannya relatif rendah (Zalinge & Naamin, 1975).

(23)

3. Fase bulan, keadaan siang atau malam hari

Ruaya udang dipengaruhi oleh siklus harian dan fase bulan (lunar system), suhu, salinitas dan arus air. Pada saat bulan gelap (dark moon) larva udang akan bertambah banyak demikian pula aktivitas udang dewasa untuk bertelur semakin meningkat (Garcia & Le Reste, 1981). Penangkapan udang dewasa di laut memberikan hasil yang tinggi saat setelah bulan gelap (Penn, 1976 dalam Garcia &

Le Reste, 1981).

Pergerakan udang pada siang atau malam hari berkaitan dengan dengan sifat atau tingkah laku masing-masing jenis udang. Secara umum, udang merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan akan membenam diri pada siang harinya. Sifat demikian tidak saja terdapat pada udang muda di daerah asuhan tetapi juga oleh udang dewasa di laut.

Penangkapan udang memberikan hasil yang lebih banyak pada waktu malam atau menjelang pagi hari (subuh). Gerakan udang yang aktif pada siang hari kemungkinan ada hubungannya dengan penyebaran dan gerakan harian zooplankton yang manjadi makanan mereka. Waktu siang hari, zooplankton lebih banyak terdapat di lapisan permukaan perairan karena mengikuti perubahan cahaya matahari, menyebabkan kelompokan udang juga lebih banyak di lapisan atas

(24)

4. Ekosistem mangrove

Ekosistem mangrove adalah sebagai daerah asuhan udang dan jenis ikan tertentu. Ekosistem dan luasnya hutan mangrove ternyata sangat mempengaruhi populasi udang, kepiting, ikan dan kerang-kerangan yang hidup di sekitar kawasan tersebut. Siripong (1988) menyatakan populasi udang penaeid sangat tergantung pada luasnya areal hutan mangrove di daratan. Martosubroto & Naamin (1977), menyebutkan ada korelasi positif antara luas hutan mangrove dengan produksi udang. Artinya makin luas hutan mangrove maka

makin tinggi produksi udangnya. Sebaliknya pengurangan atau pengrusakan hutan mangrove akan menyebabkan menurunnya produksi udang di daerah sekitarnya

(25)

Referensi

Dokumen terkait

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan yang artinya ketika inflasi itu naik secara terus menerus, masyarakat akan tetap membayar pajak daerah dikarenakan pajak

Produk Domestik Bruto merupakan suatu indikator keberhasilan suatu negara dalam pencapaian pembangunan yang lebih baik, dimana apabila produk Domestik Bruto negara

Pendahuluan : Gagal jantung kongestif (CHF) dan sindrom metabolik (MetS) merupakan masalah kardiovaskular utama di berbagai negara maju maupun berkembang. Sampai sekarang,

Kinerja industri minuman ringan di Indonesia diwakili oleh variabel Price Cost Margin (PCM) dan variabel-variabel yang digunakan dalam mewakili faktor-faktor yang memengaruhi

Skripsi dengan judul “Peningkatan Karakter Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Proyek Pada Anak Kelompok B Marfu’ah Palembang” disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Dengan demikian, dilihat dari aspek politik hukum pidana, hal itu merupakan kelemahan pembentuk undang-undang dalam mengantisipasi kemungkinan partai politik

Kapasitas nelayan sebagai produsen, dihitung NTN terhadap biaya produksi dan penambahan barang modal, sedangkan sebagai konsumen dihitung NTN terhadap

Itulah sebabnya mengapa Kingston menamakan memori jenis ini sebagai Synchronous Dynamic Random Access Memory (SDRAM). SDRAM ini kemudian lebih dikenal sebagai PC66 karena