1 PENGARUH REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, AUDIT TENURE, DAN
FINANCIAL DISTRESS TERHADAP AUDIT DELAY
PENDAHULUAN
Pelaporan keuangan oleh perusahaan merupakan suatu hal yang ditunggu oleh para pengguna karena didalamnya tercantum informasi financial yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan penilaian kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada pengguna sehingga ketepatan waktu penyajian laporan keuangan menjadi penting. Penyajian laporan keuangan yang tepat waktu dan akurat akan menambah nilai manfaat dari informasi dalam laporan keuangan (Puspitasari dan Sari, 2012). Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan laporan tersebut dapat dipercaya oleh pengguna. Ketika perusahaan terlambat mempublikasikan laporan keuangan, pengguna laporan keuangan khususnya investor akan melihat keterlambatan tersebut sebagai pertanda buruk berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keterlambatan laporan keuangan menyebabkan penyajian informasi menjadi tidak relevan dengan kondisi pasar pada waktu itu sehingga menimbulkan keraguan bagi investor dalam keputusan berinvestasi.
Untuk menjaga agar informasi yang disajikan relevan dan bernilai bagi pengguna, BAPEPAM-LK mengeluarkan ketentuan mengenai tenggang waktu penyajian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Lewat Peraturan No.X.K.2 lampiran keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor:KEP-346/BL/2011, BAPEPAM-LK mengharuskan perusahaan di Bursa Efek Indonesia menyampaikan laporan keuangan auditannya tidak lebih dari 90 hari setelah tanggal tutup buku akhir tahun perusahaan. Walaupun telah ditetapkan ketentuan tersebut, namun persoalan keterlambatan penyampaian laporan keuangan auditan masih terjadi di Indonesia untuk laporan keuangan tahun 2013-2016.
Tabel 1. Jumlah Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan Tahun 2013-2016
No Laporan
Keuangan
Tahun Penyampaian
Jumlah Keterlambatan
1 31 Des 2013 2014 49
2 31 Des 2014 2015 52
3 31 Des 2015 2016 18
4 31 Des 2016 2017 17
Sumber : Bursa Efek Indonesia & Liputan6
2 Dari kasus di atas, fenomena keterlambatan publikasi laporan keuangan masih menjadi isu penting di Bursa Efek. Keterlambatan publikasi laporan keuangan mengakibatkan pemberian sanksi kepada perusahaan. Sanksi admnistratif berupa surat peringatan I, surat peringatan II dan surat peringatan III, dan sanksi denda paling tinggi Rp.
500.000.000. Jika perusahaan tidak memenuhi kedua sanksi tersebut maka Bursa Efek Indonesia akan melakukan suspensi kepada perusahaan terkait. Ketidaktersediaan informasi keuangan perusahaan di pasar modal ketika dibutuhkan oleh pengguna akan memberi pengaruh negatif. Adanya indikasi bahwa kondisi keuangan perusahaan berada dalam keadaan tidak baik dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi, hal ini dapat menjadi kerugian bagi perusahaan.
Setiap perusahaan yang terdaftar di BEI diwajibkan untuk melaporkan laporan keuangannya secara rutin. Laporan keuangan yang dilaporkan berupa laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Namun seringkali pelaporan menjadi terlambat akibat dari kompleksitas masing-masing perusahaan yang berujung pada proses audit yang panjang.
Proses penyelesaian audit yang panjang ini disebut audit delay. Audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian audit dari tanggal tutup buku akhir tahun sampai dengan tanggal auditor menandatangani laporan auditor independen (Susanto, 2013). Meskipun penelitian ini melihat pada fenomena yang terjadi di BEI mengenai keterlambatan pelaporan keuangan namun audit delay tidak diukur berdasarkan batas waktu pelaporan yang ditetapkan oleh BAPEPAM melainkan berdasarkan tanggal laporan auditor independen ditandatangani.
Perusahaan harus melaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar. Pelaporan dinilai layak apabila hasil pemeriksaan auditor menunjukkan bahwa laporan tersebut baik.
Pelaporan keuangan yang baik harus mencakup karakteristik kualitatif laporan keuangan, diantaranya harus relevan, andal, dapat dipahami dan bisa dibandingkan (Kowanda et al., 2016). Informasi pelaporan yang baik salah satunya dapat dipengaruhi oleh reputasi auditor.
Auditor akan berusaha menjaga reputasi atau nama baiknya dengan menghasilkan informasi pelaporan yang baik dan tepat waktu. Umumnya, perusahaan lebih memilih untuk memakai jasa auditor dari kantor akuntan publik yang memiliki reputasi baik karena dianggap akan memberikan jasa audit yang lebih sesuai dan fleksibel dalam penyelesaian audit sesuai jadwal (Chasanah, 2016).
Auditor memiliki tanggung jawab dalam pemberian opini audit, baik wajar atau tidaknya laporan keuangan perusahaan. Untuk memenuhi tanggung jawab ini, auditor dituntut
3 untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar audit, khususnya standar pekerjaan lapangan. Dalam standar tersebut auditor perlu merencanakan audit dengan baik, memahami pengendalian internal perusahaan serta mengumpulkan bukti-bukti kompeten untuk mendukung opini yang dikeluarkan (Arens et al., 2008). Proses tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup panjang bagi auditor. Di sisi lain, masa perikatan auditor dan perusahaan yang lama memberikan pemahaman akan bisnis perusahaan bagi auditor. Proses audit akan lebih efisien ketika auditor telah mengetahui bagaimana kegiatan operasional di perusahaan.
Audit tenure yang singkat dapat mengakibatkan periode audit delay bertambah lama karena kurangnya pemahaman auditor mengenai kegiatan bisnis perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kesehatan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup (Windrati, 2015). Oleh karenanya, kondisi keuangan perusahaan menjadi hal yang paling diperhatikan oleh pengguna laporan terutama investor. Dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan maka investor dapat mempertimbangkan keputusan untuk tetap lanjut berinvestasi atau menarik investasi dari perusahaan. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya, untuk menyampaikan kabar baik ini kepada investor. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi perusahaan yang sedang dalam kondisi keuangan yang buruk. Kondisi keuangan perusahaan yang buruk atau sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dapat mempengaruhi lamanya penyelesaian audit, dikarenakan auditor harus mempertimbangkan risiko audit yang mungkin timbul, sehingga perlu dilakukan perencanaan dan pelaksanaan audit yang lebih mendalam.
Penelitian yang membahas tentang audit delay dilakukan oleh Suparsada dan Putri (2017), Praptika dan Rasmini (2016) dan Verawati dan Wirakusuma (2016). Namun ditemukan perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh pada audit delay. Hasil penelitian Suparsada dan Putri (2017) menemukan bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Sebaliknya penelitian Marsono dan Prabowo (2013) menunjukkan hasil reputasi auditor berpengaruh positif terhadap audit delay. Penelitian terkait opini audit dan audit delay dilakukan oleh Aryaningsih dan Budiartha (2014), penelitian tersebut mendapatkan hasil opini audit berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawati dan Wirakusuma (2016).
4 Penelitian oleh Praptika dan Rasmini (2016) membuktikan tidak ada pengaruh audit tenure terhadap audit delay, sebaliknya penelitian Diastiningsih dan Tenaya (2017) mengatakan bahwa ada pengaruh postif audit tenure terhadap audit repot lag/audit delay.
Variabel lain yang diteliti yaitu financial distress, oleh Praptika & Rasmini (2016) memberi temuan bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap audit delay. Hasilnya berbanding terbalik dengan penelitian Sugita dan Dwirandra (2017) menyatakan financial distress tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Persoalan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1) Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay? 2) Apakah opini audit berpengaruh terhadap audit delay? 3) Apakah audit tenure berpengaruh terhadap audit delay? 4) Apakah financial distress berpengaruh terhadap audit delay?
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay yang disebabkan oleh pihak auditor maupun perusahaan. Adanya inkonsistensi hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya juga mendukung penelitian ini.
Faktor penyebab audit delay dari pihak auditor yang diteliti yakni pengaruh reputasi auditor, opini audit, dan audit tenure, serta dari pihak perusahaan yakni financial distress. Penelitian dilakukan pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi. Berdasarkan data yang diperoleh sektor tersebut merupakan salah satu sektor dengan jumlah keterlambatan penyampaian laporan keuangan paling banyak. Penelitian ini diharapkan dapat mempertegas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, sehingga perusahaan dan auditor dapat memahami faktor-faktor tersebut agar dapat meminimalkan waktu penyelesaian audit (audit delay).
5 KAJIAN TEORITIS
Teori Stakeholder
Teori stakeholder beranggapan bahwa manajemen harus membuat keputusan yang mempertimbangkan kepentingan dari stakeholder (Nwanji dan Howell, 2007). Stakeholder atau pemangku kepentingan merupakan pihak-pihak internal dan eksternal yang berkaitan dan saling mempengaruhi dengan perusahaan (M. dan Priantinah, 2012). Teori ini juga menjelaskan bahwa manajemen organisasi sebaiknya melaksanakan segala bentuk kegiatan yang bernilai tambah dan melaporkan segala kegiatan bernilai tambah tersebut pada pemangku kepentingan (MD, 2009). Eksistensi suatu perusahaan didasarkan pada besar presentase bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap hal-hal yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan tersebut. Terdapat dua jenis bentuk pertanggungjawaban yaitu secara sosial dan financial (Lindawati dan Puspita, 2015). Salah satu pertanggungjawaban financial perusahaan ini berupa laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan pada periode sudah ditentukan.
Stakeholder menilai laporan keuangan sebagai informasi relevan yang penting untuk pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhannya. Ketetapan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK mengenai penyampaian laporan keuangan menjadi salah satu cara agar pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi yang relevan berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Selain perusahaan, auditor juga ikut berpartisipasi dalam pelaporan keuangan yang dibutuhkan oleh stakeholder melalui kegiatan audit. Audit akan dianggap berguna dalam menilai kinerja manajemen jika kinerja auditor telah sesuai dengan ekspektasi dari stakeholder.
Audit Delay
Menurut Mukhtaruddin et al. (2015), audit delay atau audit report lag yaitu keterlambatan penyelesaian audit atas laporan keuangan yang dapat diukur dengan jangka waktu yang dibutuhkan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan proses audit.
Dengan kata lain, audit delay didefinisikan sebagai jangka waktu penyelesaian audit oleh auditor, dari laporan keuangan selesai dikerjakan hingga laporan audit ditandatangani. Jika auditor membutuhkan tambahan waktu untuk menyelesaikan audit maka audit delay akan bertambah panjang. Audit delay dapat berpengaruh pada akurasi informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan serta dapat mempengaruhi ketidakpastian keputusan berdasarkan informasi (Suryanto, 2016).
6 Wirakusuma (2004) dalam Kowanda et al. (2016) menjelaskan terdapat 3 kriteria keterlambatan laporan keuangan yakni pertama preliminary lag yaitu total selang waktu dari tanggal pelaporan keuangan sampai bursa efek menerima laporan, kedua auditor’s report lag yaitu total hari dari tanggal pelaporan keuangan sampai tanggal auditor menandatangani laporan auditor, dan ketiga total lag yaitu selang waktu dari tanggal pelaporan keuangan sampai tanggal publikasi laporan keuangan di bursa efek.
Auditor dan perusahaan memiliki peranan penting dalam proses audit dan publikasi laporan keuangan, tetapi audit delay dapat disebabkan oleh kedua pihak tersebut. Faktor- faktor yang dapat menyebabkan audit delay dari pihak auditor yaitu reputasi auditor, opini audit yang diberikan kepada perusahaan dan lamanya auditor atau KAP melakukan hubungan kerja sama dengan perusahaan (audit tenure). Sedangkan dari pihak perusahaan faktor yang dapat menyebabkan audit delay yaitu financial distress. Periode audit delay yang singkat menjadi bentuk kesadaran perusahaan dan auditor untuk menyediakan informasi relevan, akurat dan tepat waktu bagi stakeholder.
Reputasi Auditor
Reputasi auditor menunjukkan nama baik auditor atas pencapaiannya dalam melaksanakan audit. Reputasi auditor dapat diamati dari KAP tempat auditor bertugas.
Auditor yang tergabung dalam KAP besar dipastikan memiliki kemampuan yang lebih baik dan tingkat profesionalisme yang tinggi serta memiliki reputasi baik. Kowanda et al. (2016) menjelaskan bahwa KAP dengan reputasi baik diperkirakan dapat mengerjakan audit secara efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal.
Penyelesaian audit yang tepat pada waktunya dilakukan sebagai salah satu cara kantor akuntan publik tersebut mempertahankan reputasinya (Suparsada dan Putri, 2017). KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four dinilai memiliki reputasi baik karena kualitas jasa audit yang diberikan setara dengan KAP Big Four. Selain itu, standar prosedur pelaksanaan audit KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four serupa dengan yang digunakan oleh KAP Big Four.
Menurut Khairunisa dan Yustrianthe (2015) Kantor Akuntan Publik di Indonesia bergabung dengan KAP Big Four di antaranya: KAP Osman Bing Satrio yang berasosiasi dengan KAP Delloite Tauche Thomatshu; KAP Haryanto Sahari berasosiasi dengan KAP Price Water House Cooper; KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja berasosiasi dengan KAP Ernst dan Young; KAP Sidharta dan Widjaja yang berasosiasi dengan KAP KPMG
7 (Klynfeld Peat Marwick Goedelar). Auditor KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four memiliki pengalaman serta memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Pengalaman serta profesionalisme yang tinggi membuat auditor mampu melaksanakan proses audit secara efektif dan efisien.
Opini Audit
Laporan auditor independen merupakan hasil akhir dari seluruh proses audit atas laporan keuangan. Laporan auditor independen memuat hasil temuan serta opini yang diberikan oleh auditor mengenai kesesuaian penyajian laporan keuangan. Opini audit merupakan pernyataan auditor mengenai kewajaran dan kelayakan suatu laporan keuangan.
Opini audit dalam laporan auditor independen terdiri dari 5 opini audit yaitu: 1. Opini wajar tanpa pengecualian, 2. Opini wajar dengan pengecualian, 3. Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, 4. Opini tidak wajar, dan 5. Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat. Pemberian opini audit dapat digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan investasi di masa depan oleh pengguna laporan.
Audit Tenure
Audit tenure merupakan periode kantor akuntan publik (KAP) melaksanakan hubungan kerja sama atau perikatan dengan perusahaan klien. Praptika dan Rasmini (2016) mendefinisikan audit tenure sebagai total tahun KAP atau auditor memberikan jasa audit kepada suatu perusahaan. Pengalaman yang lebih banyak serta pemahaman mengenai aktivitas operasi perusahaan yang dimililki oleh KAP yang telah lama menjalin hubungan perikatan dengan perusahaan dapat membantu agar proses audit diselesaikan tepat pada waktunya.
Financial Distress
Kesulitan keuangan (financial distress) adalah tahapan penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum akhirnya perusahaan mengalami kebangkrutan. Menurut Narayana dan Yadnyana (2017) financial distress ialah situasi perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang diketahui dari ketidaktersediaan dana perusahaan untuk pembayaran utang tepat waktu.
Dengan kata lain, financial distresss adalah situasi dimana perusahaan mengalami masalah keuangan yakni perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban-kewajiban perusahaan.
Kesulitan keuangan (financial distress) dapat terjadi di semua perusahaan dan merupakan tanda kebangkrutan suatu perusahaan (Dwijayanti, 2010). Khaliq et al. (2014) menjelaskan bahwa risiko yang memungkinkan kesulitan keuangan meningkat ialah tingginya biaya tetap
8 perusahaan, aset yang tidak liquid maupun pendapatan yang terlalu sensitif pada resesi ekonomi. Kondisi keuangan perusahaan yang buruk dapat menurunkan reputasi perusahaan sehingga perusahaan akan berusaha untuk memperbaiki kondisi ini. Diperlukan waktu yang relatif lama untuk memperbaiki kondisi tersebut yang akan berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan (Budiasih dan Saputri, 2014).
Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Delay
Reputasi auditor menjelaskan tentang nama baik atas pencapaian KAP dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Sehingga berdasarkan pencapaiannya ketika KAP sudah memiliki nama maka auditor dari KAP tersebut akan melakukan audit dengan baik. Karena reputasinya semakin baik berarti pengalaman auditor dalam melaksanakan proses audit sudah teruji sehingga laporan audit dapat diselesaikan tepat waktu. Verawati dan Wirakusuma (2016) menyatakan bahwa KAP dengan reputasi baik mampu melasksanakan penugasan audit secara efisien sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang memadai. Hal ini berarti KAP dengan reputasi baik lebih efisien serta mempunyai fleksibilitas tinggi dalam proses audit sehingga penyelesaian audit dapat selesai tepat waktu. KAP yang bereputasi baik didukung dengan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi, integritas serta profesionalisme yang tinggi. KAP Big Four menyediakan sumber daya manusia yang dimaksud sehingga penugasan audit terselesaikan dengan cepat. Diastiningsih dan Tenaya (2017) menjelaskan bahwa KAP Big Four memiliki tenaga spesialis dengan kecakapan dan kemahiran yang memadai untuk menyelesaikan proses audit sesuai aturan sehingga mampu mempersingkat periode audit delay. Penelitian terdahulu mengenai reputasi auditor terhadap audit delay telah dilakukan oleh (Chasanah, 2016), penelitian tersebut menunjukkan pengaruh negatif reputasi auditor dengan audit delay. Penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa dari KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four memerlukan waktu yang relatif singkat dalam mengerjakan audit dikarenakan SDM yang memadai serta pengetahuan auditor yang lebih banyak. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik reputasi suatu KAP maka semakin cepat waktu penyelesaian audit.
H1 : Reputasi Auditor berpengaruh negatif terhadap Audit Delay Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay
Auditor memberikan opini berdasarkan hasil yang ditemukan selama proses audit.
Jenis opini yang diberikan mencerminkan kualitas laporan keuangan perusahaan serta
9 menentukan ketepatan waktu penyelesaian audit. Opini audit unqualified opinion pada perusahaan menandakan bahwa tidak terdapat salah saji material pada laporan keuangan dan telah memenuhi standar-standar yang ada sehingga periode audit delay relatif lebih pendek.
Sedangkan opini audit qualified opinion memiliki kemungkinan salah saji yang material dan adanya indikasi kecurangan oleh manajemen sehingga auditor perlu berhati-hati dalam pelaksanaan audit serta mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat mendukung opini yang dikeluarkan. Tiono dan JogiC (2013) mengatakan bahwa perusahaan dengan qualified opinion dan pendapat lainnya kecuali unqualified opinion mempunyai periode audit delay yang lama sedangkan perusahaan dengan unqualified opinion memiliki jangka waktu audit delay yang lebih pendek. Selama proses pemberian qualified opinion auditor juga perlu melakukan negosiasi dengan perusahaan klien, berkonsultasi dengan rekan kerja senior atau staf teknis serta melakukan perluasan cakupan audit (Lucyanda dan Nura’ni, 2013).
Penelitian Mukhtaruddin et al. (2015) menemukan pengaruh positif opini audit dengan audit delay. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan opini unqualified opinion memiliki periode audit delay yang singkat dibanding dengan opini lainnya. Dari penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis kedua sebagai berikut:
H2: Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Delay Pengaruh Audit Tenure terhadap Audit Delay
Sebelum memulai penugasan audit, auditor diminta untuk memahami jenis bisnis dan operasi bisnis perusahaan. Pemahaman ini dilakukan untuk membantu auditor dalam melaksanakan audit yang memadai sehingga menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
Audit tenure merupakan lamanya suatu auditor atau KAP menjalin kerja sama dengan perusahaan klien. Auditor yang memiliki masa audit tenure yang lama dipastikan dapat menyelesaikan penugasan audit tepat waktu. Hal ini dapat terjadi karena auditor telah mempunyai wawasan, pengalaman dan pemahaman mengenai perusahaan yang diaudit.
Lamanya audit tenure membuat auditor semakin memahami bisnis perusahaan sehingga penugasan audit dapat selesai dengan cepat. Praptika dan Rasmini (2016) mengungkapkan, auditor dengan hubungan kerja sama yang lama akan memiliki pemahaman akan bisnis perusahaan sehingga auditor dapat merencanakan program audit yang efektif dan laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas. Sebaliknya jika auditor dan perusahaan baru memulai hubungan kerja sama atau perikatan maka waktu penyelesaian audit akan bertambah lama.
Hal ini dikarenakan terjadi kegagalan audit, yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman
10 auditor mengenai perusaahaan yang akan diaudit. Penelitian oleh Geiger dan Raghunandan (2002) dalam Kusumah dan Manurung (2016), menunjukkan bahwa tingkat kegagalan audit lebih tinggi pada awal tahun penugasan audit. Ditemukan pengaruh negatif audit tenure terhadap audit delay oleh Dao dan Pham (2014). Hasil penelitiannya menunjukkan audit delay akan lebih panjang ketika masa perikatan audit pendek. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang ditarik sebagai berikut:
H3: Audit Tenure berpengaruh negatif terhadap Audit Delay Pengaruh Financial Distress terhadap Audit Delay
Financial distress merupakan situasi ketika perusahaan mengalami masalah dalam melunasi utang-utangnya. Financial distress diketahui dari tingginya jumlah utang perusahaan daripada jumlah aset perusahaan. Perusahaan dikatakan sedang mengalami financial distress apabila rasio menunjukkan nilai yang tinggi. Kondisi financial distress dapat menimbulkan kecurangan dari pihak perusahaan agar dapat menghasilkan pelaporan keuangan yang baik. Oleh karena itu, auditor akan lebih berhati-hati dalam pelaksanaan audit dengan menambah waktu penugasan audit agar terhindar dari segala risiko yang dapat terjadi.
Sugita dan Dwirandra (2017) menerangkan bahwa kondisi perusahaan yang buruk memotivasi manajemen untuk melakukan kecurangan agar laporan keuangan terlihat baik.
Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) menimbulkan risiko audit bagi auditor. Hasil penelitian Praptika dan Rasmini (2016) menemukan pengaruh positif financial distress terhadap audit delay. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa financial distress dapat menyebabkan peningkatan terhadap risiko audit khususnya risiko pengendalian dan risiko deteksi pada auditor. Risiko-risiko tersebut membuat auditor harus melakukan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih mendalam terhadap pelaksanaan audit sehingga akan memperpanjang audit delay. Berdasarkan penjelasan di atas maka ditarik hipotesis keempat:
H4: Financial Distress berpengaruh positif terhadap Audit Delay
11 Model Penelitian
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dihipotesiskan di atas, maka dibuat model penelitian sebagai berikut:
Gambar 1. Model Penelitian
Audit Delay Reputasi Auditor
(-)
Financial Distress (+)
Opini Audit (-)
Audit Tenure (-)
12 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian deskriptif kuantitatif merupakan desain penelitian yang digunakan untuk penelitian ini. Deskriptif kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menjelaskan fenomena atau gejala yang terjadi secara sistematis dan akurat. Metode deskriptif kuantitatif menjelaskan hubungan keterkaitan atau pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat (Mulyadi, 2011). Variabel-variabel yang akan diuji pengaruhnya yaitu audit delay sebagai variabel dependen dan reputasi auditor, opini audit, audit tenure dan financial distress sebagai variabel independen.
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data sekunder dalam bentuk time series. Data- data penelitian diambil dari BEI dan situs perusahaan berupa data laporan keuangan auditan perusahaan di sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di BEI dengan tahun pengamatan 2013-2016. Pengamatan dilakukan pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi dengan pertimbangan bahwa menurut data BEI sektor tersebut merupakan sektor dengan jumlah keterlambatan penyampaian laporan keuangan paling banyak. Pemilihan tahun pengamatan 2013-2016 dikarenakan adanya berita terkait keterlambatan laporan keuangan perusahaan yang dikeluarkan oleh BEI selama tahun tersebut. Sedangkan, untuk tahun pelaporan 2017-2018 tidak digunakan oleh karena ketidaklengkapan data laporan keuangan di beberapa perusahaan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2016 adalah populasi dari penelitian ini. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni penentuan sampel dilakukan dengan menetapkan kriteria. Ditetapkan kriteria-kriteria sebagai berikut untuk penarikan sampel penelitian: 1) perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI, 2) perusahaan dengan konstan mempublikasikan laporan keuangan auditan dari tahun 2013- 2016, 3) laporan keuangan perusahaan yang memiliki tanggal tutup buku 31 Desember.
Definisi Operasional Variabel beserta Konsep Pengukurannya Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah audit delay. Audit delay merupakan jangka waktu penyelesaian audit oleh auditor, dari laporan keuangan selesai dikerjakan hingga laporan audit ditandatangani. Dengan demikian maka pengukuran audit delay dilakukan dari
13 tanggal perusahaan tutup buku akhir tahun sampai dengan tanggal auditor menandatangani laporan audit.
Variabel Independen Reputasi Auditor
Reputasi auditor dapat dilihat dari KAP tempat auditor bertugas. Kowanda et al.
(2016) mengatakan KAP dengan reputasi baik diperkirakan mampu melaksanakan audit secara efisien dan memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menyelesaikan audit sesuai jadwal.
Pengukuran reputasi auditor menggunakan variabel dummy dengan mengkategorikan KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four dan KAP non Big Four. Perusahaan yang memakai jasa dari KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four akan diberikan nilai 1 sedangkan perusahaan yang menggunakan jasa KAP Indonesia yang tidak berasosiasi dengan KAP Big Four ( KAP non Big Four) akan diberi nilai 0.
Opini Audit
Opini audit merupakan pernyataan yang diberikan oleh auditor atas kewajaran dan kelayakan suatu laporan keuangan. Pengukuran opini audit menggunakan skala ordinal yaitu pemberian tingkatan untuk masing-masing opini audit. Opini WTP dengan nilai 4, opini WTP dengan Paragraf Penjelas dengan nilai 3, opini Wajar dengan Pengecualian dengan nilai 2, opini Tidak Wajar dengan nilai 1 dan opini Menolak Memberi Pendapat dengan nilai 0.
Audit Tenure
Audit tenure didefinisikan periode kantor akuntan publik (KAP) melaksanakan hubungan kerja sama atau perikatan dengan perusahaan klien. Audit tenure diukur menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya. Angka 1 diberikan pada awal tahun KAP dan perusahaan menjalin kerja sama atau perikatan selanjutnya akan ditambah 1 untuk setiap tahun.
Financial Distress
Financial distress adalah situasi ketika perusahaan mengalami masalah dalam melunasi utang-utangnya. Pengukuran financial distress menggunakan debt to assets ratio (DAR), pengukuran menggunakan DAR untuk melihat kemampuan aset perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya. Pengukuran dengan rasio DAR dengan rumus sebagai berikut:
14 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 × 100%
Teknik Analisis Data
Digunakan teknik pengujian regresi linear berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Teknik analisis ini merupakan model analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel dependen dan variabel independen. Data-data sudah harus lulus uji asumsi klasik diantaranya uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas sebelum kemudian dilakukan pengujian regresi linear berganda.
Adapun model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
AD = α + β1RADR + β2OPINIA + β3ATENURE+ β4 FD +Ɛ
Keterangan:
AD : Audit Delay
α
: Konstantaβ : Koefisien Regresi RADR : Reputasi Auditor OPINIA : Opini Audit ATENURE : Audit Tenure FD : Financial Distress
Ɛ : Error
15 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Indonesia yang terdaftar pada BEI periode 2013-2016. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan sebelumnya, didapatkan sampel penelitian sebesar 96 data tahunan perusahaan.
Tabel 2. Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI
77 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangan berturut-turut tahun 2013-2016
(35) Perusahaan dengan konstan mempublikasikan
laporan keuangan auditan tahun 2013-2016
42 Laporan keuangan perusahaan yang memiliki tanggal
tutup buku 31 Desember.
Total sampel data perusahaan 2013-2016 168
Data sampel outlier (72)
Total sampel data penelitian 96
Sumber : Data Diolah, 2019
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif mendeskripsikan data penelitian berupa jumlah sampel, minimum, maximum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Statistik deskriptif variabel penelitian ini diantaranya, reputasi auditor, opini audit, audit tenure, financial distress dan audit delay.
Tabel 3 menunjukkan hasil statistik deskriptif audit tenure, financial distress dan audit delay.
Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ATENURE 96 1 4 4 1.076
FD 96 0.71 2.71 2.71 37.20516
AD 96 56 92 80.07 9.293
Valid N
(listwise) 96 Sumber: Data diolah, 2019
Hasil uji statistik deskriptif variabel reputasi auditor dan opini audit ditunjukkan pada tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian variabel reputasi auditor yang pengukurannya menggunakan variabel dummy dengan mengkategorikan KAP Indonesia yang berasosiasi dengan KAP Big Four dan yang tidak berasosiasi dengan KAP Big Four, sedangkan variabel opini audit diukur dengan skala ordinal.
16 Tabel 4.Hasil Statistik Deskriptif
Reputasi Auditor
Keterangan Dummy Frekuensi Persen (%)
Big Four 1 38 39.58%
Non Big Four 0 58 60.42%
Total 96 100%
Sumber : Data Diolah, 2019
Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan diantaranya uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi > 0.05. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi 0.136 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman dengan melihat korelasi antar residual hasil regresi dengan variabel independen. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan nilai signifikan korelasi variabel-variabel independen penelitian diatas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan diantara variabel independen pada model regresi. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF. Model regresi dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan nilai VIF tidak lebih besar dari
Opini Audit
Keterangan Ordinal Frekuensi Persen (%)
WTP 4 55 57.29%
WTP dengan Paragraf Penjelas 3 40 41.67%
Wajar dengan Pengecualian 2 1 1.04%
Opini Tidak Wajar 1 0 0%
Opini Tidak memberi Pendapat 0 0 0%
Total 96 100%
17 10. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinearitas pada variabel independen dalam penelitian.
Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan t-1 (periode sebelumnya) dalam model regresi. Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai durbin watson (DW). Model regresi dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila nilai DW berada diantara nilai dU dan 4-dU. Hasil pengujian autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1.256, nilai ini lebih kecil dari nilai dL dan dU yaitu 1.5821 dan 1.7553. Dengan kata lain, pada model regresi penelitian terdapat gejala autokorelasi. Artinya ada kemungkinan pengaruh autokorelasi dalam penelitian ini tidak bisa dilihat sebagai periode yang berbeda antara periode t dengan periode t-1 melainkan dilihat sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain hal ini bisa saja merupakan pengaruh akumulatif dari semua periode amatan.
Uji Hipotesis
Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ada tidaknya pengaruh dilihat dari nilai signifikansi dari output Anova dan nilai F hitung. Apabila nilai signifikansi < 0.05 dan nilai F hitung > F tabel maka hipotesis penelitian diterima. Hasil pengujian menunjukkan nilai F hitung sebesar 8.434 dan nilai signifikansi tidak lebih dari 0.05. Sehingga dapat dikatakan variabel independen dalam model regresi secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
Berdasarkan pengujian regresi nilai adjusted r square sebesar 0.238. Hal ini berarti, pada variabel reputasi auditor, opini audit, audit tenure dan financial distress terdapat pengaruh sebesar 23,8% terhadap audit delay, sedangkan sisanya 76,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Melihat presentase adjusted r square yang hanya sebesar 23,8% dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen penelitian cenderung lemah dalam menjelaskan fenomena audit delay yang terjadi di pasar modal. Pada umumnya, nilai koefisien determinasi pada data time series cenderung tinggi sedangkan pada data crosssection rendah (Ghozali, 2007). Menurut Field (2009), nilai adjusted r square diatas 50% menunjukkan pengaruh variabel independen yang tinggi terhadap variabel dependen.
18 Uji statistik T dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam model penelitian. Ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dilihat dari nilai signifikansi dan nilai t hitung. Apabila nilai signifikansi < 0.05 dan t hitung > t tabel maka hipotesis diterima. Hasil pengujian menunjukkan hasil nilai signifikansi variabel reputasi auditor sebesar 0.000 < 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima, opini audit memiliki nilai signifikansi sebesar 0.275 > 0.05 sehingga hipotesis ditolak, audit tenure memiliki nilai signifikan 0.185 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan hipotesis ditolak dan financial distress memiliki nilai signifikansi 0.006 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan hipotesis diterima.
Pembahasan
Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Delay
Pengujian hipotesis pertama melihat pengaruh antara reputasi auditor dan audit delay yang memiliki nilai t hitung sebesar 4.312 dan signifikan pada 0.000 sehingga dapat dikatakan hipotesis pertama diterima. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan jasa audit dari KAP Big Four dapat menyelesaikan audit lebih awal karena harus mempertahankan reputasinya dan memiliki ketersediaan staf profesional untuk melaksanakan pekerjaan audit. Lirungan dan Harindahyani (2018) mengungkapkan, ketersediaan sumber daya yang memadai seperti program teknologi tinggi, tim audit yang efisien serta berpengalaman memungkinkan KAP Big Four untuk melakukan proses audit dalam waktu singkat. Hasil ini selaras dengan peneltian Irman (2017), perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki periode audit delay yang lebih pendek.
Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay
Pengujian hipotesis kedua melihat pengaruh antara opini audit dan audit delay yang memiliki nilai t hitung sebesar 1.098 dan signifikan pada 0.275 sehingga dapat dikatakan hipotesis kedua ditolak. Dengan kata lain opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Hal ini diduga bahwa pemberian opini audit sudah menjadi mekanisme tahunan yang harus dibuat oleh auditor sehingga auditor dan perusahaan cenderung lebih baik dalam perencanaan audit. Perusahaan yang mendapatkan opini disclaimer dan opini adverse pada laporan keuangannya akan dikenai sanksi yaitu suspensi. Hal ini didasarkan pada Surat Edaran yang dikeluarkan BEI Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 tentang Penghentian Sementara Perusahaan
19 Tercatat. Oleh karena itu, agar terhindar dari masalah tersebut perusahaan akan berusaha melakukan perencanaan sebaik mungkin untuk membuat laporan keuangannya wajar. Di sisi lain, auditor juga akan melakukan penugasan audit secara profesional (Abadi et al., 2017).
Selaras dengan Kartika (2009), hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada pengaruh antara opini audit dan audit delay.
Pengaruh Audit Tenure terhadap Audit Delay
Pengujian hipotesis ketiga melihat pengaruh antara audit tenure dan audit delay yang memiliki nilai t hitung sebesar 1.336 dan signifikan pada 0.185 sehingga dapat dikatakan hipotesis ketiga ditolak. Artinya audit tenure tidak berpengaruh terhadap panjang atau pendek periode audit delay karena KAP dengan masa perikatan yang lama maupun tidak tetap harus memahami bisnis dan industri klien. Hal ini dilakukan KAP dengan tujuan untuk mengevaluasi kembali risiko audit yang dapat diterima oleh KAP ( Arens et al., 2008). Selain itu, meskipun KAP telah lama melakukan perikatan dengan klien apabila terjadi pergantian auditor dalam KAP yang sama dapat menyebabkan auditor tersebut harus memahami bisnis dan industri klien dari awal lagi (Iqra, 2017). Berdasarkan data sampel, ditemukan hampir setengah dari perusahaan sampel terjadi pergantian KAP dengan presentase 45% yaitu perusahaan PGAS, LAPD, IBST, GOLD, FREN, TRAM, CMPP, WEHA, TAXI dan IATA.
Perusahaan tersebut melakukan pergantian KAP hingga 1-2 kali dalam tahun pengamatan.
Sehingga sampel yang digunakan tidak bisa secara signifikan memberikan pengaruh bagi audit delay. Selaras dengan Rustiarini dan Sugiarti (2013), hasil penelitiannya menunjukkan lamanya masa perikatan audit dengan klien tidak dapat mempengaruhi waktu audit delay.
Pengaruh Financial Distress terhadap Audit Delay
Pengujian hipotesis keempat melihat pengaruh antara reputasi auditor dan audit delay yang memiliki nilai t hitung sebesar 2.805 dan signifikan pada 0.006 sehingga dapat dikatakan hipotesis keempat diterima. Tingginya rasio utang menyebabkan kemungkinan terjadinya indikasi kegagalan perusahaan yang mengakibatkan auditor perlu mengidentifikasi risiko- risiko audit yang mungkin timbul setelah proses pengauditan dilakukan. Risiko audit yang dapat terjadi diantaranya risiko pengendalian dan risiko deteksi, kondisi ini membuat auditor harus melakukan risk assessment pada tahap perencanaan audit yang akan menambah periode audit delay (Praptika dan Rasmini, 2016). Hasil tersebut juga didukung dengan data sampel penelitian yang menunjukkan terdapat 6 perusahaan sampel yang mengalami financial distress yang ditandai dengan peningkatan rasio utang dari tahun 2013-2016. Perusahaan-
20 perusahaan tersebut diantaranya PGAS, META, TRAM, ASSA, CMPP, KARW dengan tingkat rasio paling tinggi sebesar 2,71 pada perusahaan KARW. Hal ini juga yang menyebabkan terjadinya gejala autokorelasi pada model penelitian. Hasil ini didukung dengan penelitian oleh Ningsih dan Widhiyani (2015), meningkatnya rasio utang mengakibatkan audit delay akan semakin lama.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka diketahui bahwa audit delay yang dipengaruhi oleh auditor yaitu reputasi auditor dengan arah pengaruh negatif terhadap audit delay dan yang dipengaruhi oleh perusahaan yaitu financial distress dengan arah pengaruh positif terhadap audit delay. Sedangkan opini audit dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Keterbatasan
Masih ditemukan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya, penelitian ini menggunakan data dalam bentuk time series namun memiliki nilai adjusted r square yang rendah dengan presentase 23,8%.
Keterbatasan lainnya yaitu terdapat gejala autokorelasi dalam model penelitian sehingga tidak dapat menentukan bahwa pengaruh variabel independen khususnya reputasi auditor dan financial distress ditentukan oleh periode tertentu. Oleh karena itu, fenomena ini belum bisa dilihat dari tahun per tahun tetapi perlu dilihat pengaruhnya secara akumulatif tahun pengamatan.
Implikasi dan Saran
Secara praktis, hasil dari penelitian ini mengindikasikan terdapat pengaruh beberapa variabel terhadap audit delay yakni pengaruh reputasi auditor dan financial distress. Adanya pengaruh financial distress terhadap audit delay membuat auditor harus berhati-hati ketika mengaudit perusahaan dengan kondisi financial distress untuk mencegah panjangnya periode audit delay. Di sisi lain, perusahaan perlu memperhatikan kondisi keuangannya terkait dengan financial distress karena akan memberi dampak pada periode audit delay. Perusahaan dapat melakukan audit laporan keuangan interim dimana audit dilakukan beberapa kali dalam satu periode. Selain membantu perusahaan untuk mengidentifikasi kondisi keuangannya, hal ini dapat membantu meringankan beban auditor dalam melakukan penugasan audit.
21 Adanya pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay dapat menjadi pertimbangan bagi KAP untuk memperhatikan kinerja dari masing-masing KAP serta meningkatkan standarisasi kerja agar dapat membantu mengurangi audit delay. Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan tetap dapat dipublikasikan tepat waktu pada publik. Selain itu, kantor akuntan publik juga akan semakin dipercaya oleh perusahaan maupun publik dalam melakukan tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan.
22 DAFTAR PUSTAKA
Abadi, G. M., Tugiman, H., & Dillak, V. J. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Opini Audit Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Emiten Sub Sektor Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2015). e-Proceeding of Management, 04, 564.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing and Assurance Services, Twelfth Edition. Penerbit Erlangga.
Aryaningsih, N. N., & Budiartha, I. K. (2014). Pengaruh Total Aset, Tingkat Solvabilitas dan Opini Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7.3.
Bapepam . (2011). Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan.
Budiasih, I. G., & Saputri, P. D. (2014). Corporate Governance dan Financial Distress pada Kecepatan Publikasi Laporan Keuangan. KINERJA, 18, 157-167.
Bursa Efek Indonesia. (2004). Penghentian Sementara Perdagangan Efek (Suspensi) Perusahaan Tercatat. Dipetik Mei 21, 2019, dari Bursa Efek Indonesia:
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Regulation/CircularLetter/id-ID/2004/SE- 008_Suspensi_Efek_Perusahaan_Tercatat.pdf
Bursa Efek Indonesia. (2014). Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir Per 31 Desember 2013. Diambil kembali dari Dokumen.tips:
https://dokumen.tips/documents/pengumuman-penyampaian-laporan-keuangan- auditan-yang-berakhir-per-31-desember.html
Bursa Efek Indonesia. (2015). Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir Per 31 Desember 2014. Diambil kembali dari Bursa Efek Indonesia:
http://www.idx.co.id/Portals/
Bursa Efek Indonesia. (2016). Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir Per 31 Desember 2015. Diambil kembali dari Utrade: http://www.utrade.co.id
Chasanah, U. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay. Surakarta.
23 Dao, M., & Pham, T. (2014). Audit tenure, Auditor Specialization and Audit Report Lag.
Managerial Auditing Journal, 29, 490-512.
Diastiningsih, N. P., & Tenaya, G. A. (2017). Spesialisasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Tenure dan Ukuran KAP Pada Audit Report Lag. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18.2.
Dwijayanti, S. P. (2010). Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial Distress serta Solusi Untuk Mengatasi Financial Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer, 02, 191-205.
Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS (and sex drugs and rock 'n' roll) (third ed.). London: SAGE.
Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Iqra, M. F. (2017). Pengaruh Auditor Switching, Audit Tenure, dan Profitabilitas terhadap Audit Report Lag dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderating. Makasar: UIN Alauddin Makassar.
Irman, M. (2017, Desember). The Impact of Company Size, ROA, DAR, and Auditor's Reputation on Audit Delay. Journal of Economic, Business and Accounting, 01.
Kartika, A. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ45yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 16, 1-17.
Khairunisa, A. A., & Yustrianthe, R. H. (2015). Kajian Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 10.
Khaliq, A., Altarturi, B. H., Thaker, H. M., Harun, M. Y., & Nahar, N. (2014). Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC). International Journal of Economics, Finance and Management, 03.
Kowanda, D., Pasaribu, R. B., & Fikriansyah. (2016). Antesedent Audit Delay pada Emiten LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 12.
24 Kusumah, R. W., & Manurung, D. T. (2016). Pengaruh Kualitas Audit, Audit Tenure terhadap Audit Report Lag dengan Spesialisasi Industri Auditor sebagai Variabel Moderasi.
Lindawati, A. S., & Puspita, M. E. (2015, April). Corporate Social Responsibility: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 06, 157-174.
Lirungan, D., & Harindahyani, S. (2018, Maret). The Effect of Corporate Governanceon Audit Report Timeliness in Indonesia. Jurnal Akuntansi Bisnis, 16.
Lucyanda, J., & Nura’ni, S. P. (2013). Pengujian Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Audit Delay. Jurnal Akuntansi & Auditing, 09.
M., R. D., & Priantinah, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007- 2010). Jurnal Nominal, 01.
Marsono, & Prabowo, P. P. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay.
Diponegoro Journal of Accounting, 02.
MD, I. U. (2009). Inttelectual Capital. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Melani, A. (2017, Juli 03). Belum Sampaikan Laporan Keuangan, BEI Suspensi 17 Saham Emiten. Dipetik September 12, 2018, dari Liputan6.com: www.liputan6.com
Mukhtaruddin, Oktarina, R., Relasari, & Abukosim. (2015). Firm and Auditor Characteristics, and Audit Report Lag in Manufacturing Companies Listed on Indonesia Stock Exchange during 2008-2012. Expert Journal of Business and Management, 03(1).
Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15.
Narayana, D. G., & Yadnyana, I. K. (2017). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Financial Distress, Audit Tenure Pada Ketepatwaktuan Publikasi Laporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18.3.
25 Ningsih, I. G., & Widhiyani, N. L. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laba Operasi, Solvabilitas dan Komite Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 12.
Nwanji, T. I., & Howell, K. E. (2007). The Stakeholder Theory in The Modern Global Business Environment. International Journal of Applied Institutional Governance, 01(01).
Praptika, P. Y., & Rasmini, N. K. (2016). Pengaruh Audit Tenure, Pergantian Auditor, dan Financial Distress Pada Perusahaan Consumer Goods. E-‐Jurnal, 15.3.
Puspitasari, E., & Sari, A. N. (2012, November). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, 09.
Rustiarini, N. W., & Sugiarti, N. W. (2013, Juni). Pengaruh Karakteristik Auditor, Opini Audit, Audit Tenure, Pergantian Auditor Pada Audit Delay. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, 02.
Sugita, K., & Dwirandra, A. A. (2017). Ukuran KAP Memoderasi Pengaruh Financial Distress dan Ukuran Perusahaan Klien Pada Audit Report Lag. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 21.1.
Suparsada, N. P., & Putri, I. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Institutional Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18.1.
Suryanto, T. (2016). Audit Delay and Its Implication For Fraudulent Financial Reporting: A Study of Companies Listed in Indonesian Stock Exchange. European Research Studies, 19(01).
Susanto, A. (2013). Skripsi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Audit Delay Pada Perusahaan Manuaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.
Salatiga.
Tiono, I., & JogiC, Y. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Bursa Efek Indonesia. Business Accounting Review, 02.
26 Verawati, N. M., & Wirakusuma, M. G. (2016). Pengaruh Pergantian Auditor, Reputasi KAP, Opini Audit, dan Komite Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17.2.
Windrati, S. R. (2015). Pengaruh Kondisi Perusahaan, Audit Delay, dan Audit Client Tenure terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Artikel Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
27 LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 7.93762775
Most Extreme Differences
Absolute .118
Positive .056
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.159
Asymp. Sig. (2-tailed) .136
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 84.051 6.901 12.180 .000
RADR -7.863 1.824 -.416 -4.312 .000 .862 1.161
OPINIA -1.918 1.747 -.107 -1.098 .275 .841 1.189
ATENURE 1.053 .788 .122 1.336 .185 .964 1.038
FD .066 .024 .264 2.805 .006 .904 1.106
a. Dependent Variable: AD
Lampiran 3. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .520a .270 .238 8.110 1.256
a. Predictors: (Constant), FD, ATENURE, RADR, OPINIA b. Dependent Variable: AD
28 Lampiran 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
RADR OPINIA ATENURE FD Unstandardized
Residual
Spearman' s rho
RADR Correlation
Coefficient 1.000 .272** .139 -.016 .095
Sig. (2-tailed) . .007 .176 .876 .360
N 96 96 96 96 96
OPINIA Correlation
Coefficient .272** 1.000 -.087 -.200 .077
Sig. (2-tailed) .007 . .399 .050 .457
N 96 96 96 96 96
ATENURE Correlation
Coefficient .139 -.087 1.000 -.079 .000
Sig. (2-tailed) .176 .399 . .444 .997
N 96 96 96 96 96
FD Correlation Coefficient
-.016 -.200 -.079 1.000 .029
Sig. (2-tailed) .876 .050 .444 . .776
N 96 96 96 96 96
Unstd.
Residual
Correlation
Coefficient .095 .077 .000 .029 1.000
Sig. (2-tailed) .360 .457 .997 .776 .
N 96 96 96 96 96
29 Lampiran 5. Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2218.926 4 554.731 8.434 .000b
Residual 5985.564 91 65.775
Total 8204.490 95
a. Dependent Variable: AD
b. Predictors: (Constant), FD, ATENURE, RADR, OPINIA
Lampiran 6. Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .520a .270 .238 8.110
a. Predictors: (Constant), FD, ATENURE, RADR, OPINIA
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik T
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 84.051 6.901 12.180 .000
RADR -7.863 1.824 -.416 -4.312 .000
OPINIA -1.918 1.747 -.107 -1.098 .275
ATENURE 1.053 .788 .122 1.336 .185
FD .066 .024 .264 2.805 .006
a. Dependent Variable: AD
30 Lampiran 8. Data Sampel Perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi
NO PERUSAHAAN
TAHUN
RADR (X1)
OPINIA (X2)
ATENURE
(X3) FD (X4) AD (Y)
1 PGAS 2013 1 4 1 0,37 56
2014 1 4 2 0,52 58
2015 1 4 3 0,53 71
2016 1 4 1 0,54 62
2 RAJA 2013 0 4 1 0,56 84
2014 0 4 2 0,52 77
2015 0 4 3 0,45 76
2016 0 4 4 0,37 62
3 LAPD 2013 0 4 1 0,30 92
2014 0 4 2 0,30 92
2015 0 4 1 0,36 78
2016 0 4 2 0,35 79
4 TOWR 2013 1 4 1 0,77 56
2014 1 4 2 0,07 83
2015 1 4 3 0,64 83
2016 1 4 4 0,57 81
5 BALI 2013 0 3 1 0,65 87
2014 0 3 2 0,54 86
2015 0 3 3 0,58 81
2016 0 3 4 0,59 88
6 IBST 2013 0 4 1 0,25 80
2014 0 4 2 0,21 89
2015 0 4 1 0,29 84
2016 0 4 2 0,37 89
7 SUPR 2013 0 3 1 0,64 83
2014 0 3 2 0,86 72
2015 0 3 3 0,65 84
2016 0 3 4 0,67 86
8 CENT 2013 1 4 1 0,12 73
2014 1 4 2 0,26 77
2015 1 3 3 0,17 83
2016 1 3 4 0,21 86
9 GOLD 2013 0 3 1 0,20 83
2014 0 4 2 0,15 79
2015 0 3 3 0,18 75
2016 0 3 1 0,44 76
10 TLKM 2013 1 4 1 0,39 59
2014 1 4 2 0,39 58
2015 1 4 3 0,44 57
2016 1 4 4 0,41 61