• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATIK CIREBON. (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon) Irin Tambrin. Dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa Vol.2 No. 4 Mei 2002.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BATIK CIREBON. (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon) Irin Tambrin. Dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa Vol.2 No. 4 Mei 2002."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

BATIK CIREBON

(Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon)

Irin Tambrin

Dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa Vol.2 No. 4 Mei 2002

Abstrak

Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak is merubah pola hidupnya dari kehidupan berpindah-pindah tempat (nomaden) ke kehidupan menetap. Pada masa itu manusia membuat barang-barang kriya dengan tujuan untuk memenuhi kehidupan praktis. Sejalan dengan perkembangan zaman dan perkembangan kebudayaan,maka barang-barang kriyapun mengalami euolusi bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam wujudnya yang praktis, barang barang kriya secara terus menerus merubah dirinya, mengikuti bentuk dan fungsinya secara mandiri di jalur seni terapan.

Seni batik Cirebon adalah salah satu contoh barang seni kriya sandang yang sedang mengalami fenomena itu, sekalipun saat ini negara kita sedang dilanda resesi ekonomi yang berlarut-larut, namun seni kriya yang satu ini masih mampu bertahan

Kata Kunci:batik, kriya, ornamen,gaya keratonan, gaya pesisiran.

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, memiliki kekayaan seni dan budaya yang beraneka ragam dan tak ternilai harganya, baik itu seni musik, seni tari, seni drama dan seni sastra tumbuh dengan subur seiring dengan kondisi daerah dan lingkungannya. Dunia seni rupa juga tumbuh subur seperti seni lukis Bali, lukisan kaca Cirebon. Seni patung kita mengenal patung Asmat,

patung Toraja, patung Nias, patung suku Dayak Kalimantan dan patung daerah lainnya. Seni kriya bahkan setiap daerah kepulauan memiliki corakdan gaya yang beraneka ragam seperti kriya kayu dari Jepara, kriya logam dari Kotagede Yogyakarta, kriya keramik dari Plered, Kasongan, kriya kulit Yogyakarta dan kriya tekstil tenun tradisional dan kriya batik yang tersebar di sebagian besar kepulauan Indonesia sangat terkenal akan

(4)

2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

kehalusannya sampai ke mancanegara.

Di Pulau Jawa sendiri tercatat sentra- sentra industri batik sepertiIndramayu, Cirebon, Tasikmalaya Garut, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Lasem, Banyumas dan daerah-daerah lainnya.

Sedangkan di Jawa Barat dikenal empat tempat yang masih ada seperti Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya dan Garut.

Di antara ke empat sentra batik Jawa Barat, Cirebon merupakan sentra batik tertua yang dapat memberi pengaruh besar terhadap perkembangan batik daerah lainnya yang ada di Jawa Barat.

Batik Cirebon memiliki jumlah ornamen yang sangat banyak, karena ia digali oleh keluarga Keraton, oleh masyarat luar yang cinta kepada Sultan dan digali oleh masyarakat luar dengan memperhatikan perkembangan dan permintaan pasar. Jadi wajarlah jika batik Cirebon mampu bertahan sampai sekarang.

Masyarakat Cirebon sangat patuh dan taat terhadap budaya tradisi, namun ia juga dapat menerima budaya yang datang dari luar. Ini dapat kita lihat pada ornamen batik Cirebon seperti ornamen batik Paksi Naga Liman pengaruh Persia. Ornamen batik Soko

Cino pengaruh cindera mata keramik Cina dan lain-lain.

Cirebon adalah sebuah kota pelabuhan yang sering didatangi para pedagang dan luar seperti Persia, India, Arab dan Cina karena memang Kesultananan Cirebon pada saat itu telah menjalin hubungan dagang dengan negara- negara tersebut, pantaslah jika negara- negara tersebut banyak mempengaruhi perkembangan ornamen batik Cirebon.

Hal ini dapat disaksikan pada kain batik dengan ornamen buraq (pengaruh arab), ornamen Paksinagaliman (pengaruh Persia) dan ornamen Soko Cino (pengaruh keramik Cina).

Pada mulanya batik hanya dipelajari oleh para putri keraton untuk mengisikegiatan yang kosong, karena itu ornamen yang muncul adalah berupa hiasan yang menggambarkan lingkungan istana seperti motif hias kereta kencana Paksi Naga Liman, taman Sunyaragi dll. Namun ketika kriya batik berkembang di masyarakat, bentuk ornamennya mengalami perkembangan yang sangat pesat dan mengalami pertumbuhan menjadi dua gaya, yaitu gaya keratonan dan gaya pesisiran. Gaya keratonan ialah

(5)

3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

ornamen batik yang dikembangkan masyarakat dengan tema tema alam keraton seperti Taman Sunyaragi, Siti Inggil, Kanoman, Taman Kasepuhan dll, begitupun penampilan visualnya berbentuk wadasan dan awan, gaya ini dikembangkan masyarakat semata- mata karena kecintaannya terhadap Sultan yang juga sebagai ulama.

Sedangkan ornamen batik Pesisiran ialah hiasan batik yang dikembangkan masyarakat yang disebabkan oleh karena permintaan pasar.

Sebagaimana kita maklumi bahwa batik yang dikembangkan masyarakat telah beralih fungsi menjadi barang dagangan yang dapat dijadikan lahan berusaha dan sumber ekonomi masyarakat.

Tinjauan Pustaka

Di tengah-tengah resesi ekonomi yang tangah melanda negara kita dan negara lainnya di Asia, barang- barang kriya bisa dibilang tidak mengalami goncangan yang sangat kuat, karena bahan baku untuk membuat benda ini tidak di datangkan dari luar dan upahkerja manusia tidak sebesar buruh pabrik besar, seni kriya

umumnya dikelola oleh masyarakat berupa industri rumah.

Barang-barang kriya sebagai komoditi andalan eksport telah mampu mengeruk keuntungan berjuta-juta dolar yang mampu menambah cadangan devisa negara. Oleh karena itu pemerintah seyogyanya membantu membina pertumbuhan industri rakyat ini.

Pada acara peringatan tahun pariwisata dunia, pada saat pemerintahan Presiden B. J. Habibie telah mencanangkan tahun 1999 sebagai tahun kriya Indonesia. Ini tepat sekali karena barang kriya sebagai komoditi eksport, dimana nilai dolar sangat tinggi yang berakibat pada nilai

jualnya menjadi sangat

menguntungkan para eksportir kriya yang sekaligus juga menguntungkan negara, namun juga menjadi tantangan bagi para kriyawan karena mereka harus mampu bersaing dengan barang kriya dari negara lain yang juga turut bermain di pasar global.

Berdasarkan hasil pantauan para eksportir, konon kabarnya lemahnya daya saing barang-barang kriya Indonesia terletak pada desainnya ornamennya. Dalam dunia perbatikan,

(6)

4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

peranan desain ornamen sangatlah penting, bukanlah batik jika tidak memiliki ornamen. Batik Indonesia dikenal akan kekayaan dan keanekaragaman ornamennya, sehingga banyak tuns asing yang mengaguminyakarena keunikan dan kerumitan ornamen tersebut, sementara masyarakat kita banyak yang tidak mengetahuinya, bahkan mahasiswa seni rupapun banyak yang tidak mengetahuinya, ini disebabkankarena tidak adanya buku yang membahas tentang kekayaan ornamen batik Indonesia.

Jika kita telusuri tentang keberadaan dan perkembangan ornamen batik Indonesia, khususnya yang ada di Pulau Jawa, ketika batik masih digeluti oleh keluarga keraton, ornamen batik pada zaman ini pada umumnya bergaya klasik atau mememiliki patokan aturan yang baku, sangat religius dan memiliki nilai simbolik, contohnya motif hias Sidomukti hanya khusus dipakai pada saat pernikahan

dan dalam penggambaran

ornamennyapun bentuknya telah baku tidak boleh dirubah begitu saja. Begitu pula jenis ornamen lainnya seperti

motif hias Sidoluhur dan motif hias Kangkungan dari keraton Cirebonan juga memiliki makna yang sangat religius. Akan tetapi ketika batik dikembangkan masyarakat luar keraton, terutama di daerah pesisiran perkembangan ragam hiasnya sangat pesat sekali, karena perkembangan ornamen batik ditentukan oleh permintaan pasar yang sangat dinamis, dan jenis ornamen yang dibuatnya sangat berbeda dengan motif hias keraton. Oleh karena itu motif hias dari daerah ini disebut motif hias pesisiran dan motif hias yang dibuat oleh keluarga keraton disebut motif hiaspedalaman. Kedua jenis batik ini berjalan sendiri-sendiri.

Baru pada tahun 1960 KRT.

Harjonegoro seorang pakar dan pengusaha batik dari Solo memperoleh pesanan batik dari Persiden pertama RI Ir. Soekarno untuk membuat batik yang tidak konvensional, akan tetapi merupakan gabungan antara motif hias batik keratonan dengan motif hias batik pesisiran. Motif hias ini oleh BungKarno disebut motif hias Trikora. Sejak dikumandangkannya motif hias batik ini oleh Bung-Karno, kain batik mulai

(7)

5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

membudaya dan banyak disukai masyarakat luas. Di Indonesia, kain batik menjadi bahan sandang yang menjadi tuan di negaranya sendiri, bahkan Ali Sadikin yang kala itu menjadi gubernur DKI mengintruksikan karyawannya untuk memakai baju batik pada hari-hari tertentu dan baju batik dijadikan sebagai pakaian nasional. Kejadian ini berlangsungterus dan mencapai puncakkejayaannya tahun 1986. Namun tatkala muncul bahan sandang bermotif hiaskan ornamen batik yang proses pengerjaannya dibuat secara masinal, pelan-pelan batik tradisional mulai tergeser dan banyak masarakat meninggalkanya beralih memakai batik printing, karena harganya murah dan kualitas tulisannya halus.

Metode Penelitian

Penelitian ini bukanlah mengumpulkan data angka, akan tetapi berupa data gambar yang terdapat pada kain sertadata penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah perbatikan yang ada di Cirebon khususnya di daerah Trusmi. Karena itu penelitian ini bersifat kualitatif,

sesuai dengan sifatnya, data dan fakta yang diperoleh dan para informan dijaring secara holistik (utuh) dan konprehensif (Bogdan dan Tylor dalam Maleong 1986).

Agar diperoleh hasil yang maksimal peneliti mengikuti metode penelitian yang tepat dan ketat (rigorous), yang secara berdisiplin berpegang teguh pada aturan-aturan tertentu agar diperoleh hasil yang maksimal (Nasution 1996).Oleh karena sifatnya yang kualitatif itu maka metoda pendekatannyapun dilakukan secara kualitatif, dengan sifat-sifat sebagai berikut: sumber data adalah situasi yang wajar atau Natural Setting; Peneliti sebagai instrumen penelitian; Sangat deskriptif; Data atau informasi dan satu pihak harus dicek kebenarannya dengan perolehan data dan pihak lain (trianggulasi); Menonjolkan rincian kontekstual; Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; Menggunakan persepektif emic, artinya mementingkan pandangan responden; Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif sampling yang purposif;

Menggunakan audit trail untuk

(8)

6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan;

Mengadakan analisis sejak awal dan sepanjangpenelitian serta desain penelitian tampil dalam proses penelitian (Nasution 1996).

Pembahasan Hasil Penelitian

Kata ornamen berasal dari bahasa Latin omare yang artinya hias/menghias bidang kosong dalam arti memberi hiasan pada bidang kosong menjadi berisi hiasan.

Kecakapan membuat ornamen sesungguhnya telah dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia sejak lama, ini dapat dilihat pada pecahan gerabah dari zaman Neolitikum berupa goresan sederhana berbentuk geometris. Selain berfungsi sebagai penghias bidang, ornamen juga berfungsi lain.

Dalam pandangan masyarakat masa lampau (terutama dalam masa pra sejarah Hindu dan Budha) fungsi ornamen adalah sebagai media untuk melampiaskan hasrat, pengabdian, persembahan, penghormatan dan kebaktian terhadap nenek moyang atau dewa yang dihormati, dengan kata lain ornamen yang diciptakan di samping

sebagai fungsi hias juga memiliki fungsi simbolik (Tjetjep Rohendi & Syafei, 1987).

Sebagai contoh hiasan burung pada nekara perunggu, gambar hiasan dibuat dengan tujuan sebagai lambang nenek moyang atau ornamen gajah pada kain dari Lampung sebagai simbol kendaraan arwah, demikian pulaornamen pada masa Hindu dan Budha terutama pada bangunan candi.

Ornamen pada batik Cirehon pun ternyata juga memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai fungsi penghias dan fungsi simbolik terutama batik yang dikerjakan oleh keluarga keraton.

Secara keseluruhan batik Cirebon terbagi atas dua kelompok besar yang dibentuk oleh dua kutub budaya yang berbeda, yaitu budaya keraton yang melahirkan batik bergaya keratonan dengan bentuknya yang khas wadasan dan mega serta budaya masyarakat pesisir melahirkan batik bergaya pesisiran yang sangat dominan dengan bentuk geometris dan stilasi tumbuhan berbentuk pangkaan.

Seluruh ornamen yang telah tercipta sejak awal kelahirannya sampai penelitian ini kami lakukan telah tercipta

(9)

7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

lebih kurang 123 bentuk ornamen dengan rincian 3 buah bentuk ornamen yang tercipta di dalam lingkungan keraton jumlahnya tidak terlalu banyak, memiliki nilai simbolik termasuk kelompok jenis kangkungan, di antaranya:

1. Ornamen ornamen patran kangkungan memiliki makna persembahan pada yang maha agung, dalam arti kata bahwa hidup ini hanya untuk mengabdi pada yang maha agung dan oleh karena itu batik dengan ornamen ini hanya dipakai pada upacara ritual.

2. Ornamen dalungan masih termasuk pada kelompok ragam hias

kangkungan yang

telahdikembangkan baik bentuk pola dasar ornamen maupun penyusunan tata letak ornamennya.

3. Ornamen lenggang kangkung juga masih termasuk kelompok jenis ornamen kangkungan yang telah dikembangkan.

Ketiga jenis ornamen batik inilah yang memiliki nilai simbolik. Sedangkan ornamen ornamen batik Simbar Menjangan dan ornamen batik Sim bar Kendo adalah ragam hias batik keraton

yang mendapat pengaruh dari keraton Yogyakarta.

Ornamen Batik Gaya Keratonan Ornamen batik yang dikembangkan diluar keraton dan bergaya keratonan jumlahnya lebih banyak, dikatakan bergaya keratonan karena memang lahirnya ornamen ini diilhami oleh lingkungan alam keraton dan kecintaan rakyat pada sultannya yang juga sekaligus sebagai seorang ulama, ornamen batik ini di antaranya motif hias Keblekan, motif hias Paksi Naga Liman, motif hias Sawung Galing, motif hias Buraq, motif hias Naga Seba, motif hias Kanoman, motif hias Taman Arum Kasepuhan, motif hias Taman

Sunyaragi, motif hias Gunung Jatian, motif hias Tanjakan Gunung Jati, motif hias Sunyaragian, motif hias Gedong Sunyaragi, motif hias Trusmian, motif hias Taman Teratai, motif hias Siti Inggil, motif hias Gunung Giwur, motif hias Lawang Gada, motif hias Keprabonan, motif hias Supit Urang, motif hias Puser Bumi, motif hias Rajeg

Wesi, motif bias Wadas Grompol,

(10)

8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

motif hias Panji Semirang, motif hias Sumping Darawati, motif bias Naga Utah-utahan, motif hias Sawat Pengantin dan motif hias Banjar Sarong. Ornamen batik yang berbentuk pola dasar awan ada dua yaitu motif hias Mega Mendung dan Mega Sumirat.

Ornamen Batik Gaya Pesisiran Ornamen batik gaya ini lahir karena tuntutan pasar dimana batik yang dikembangkan masyarakat ini telah dijadikan sebagai lahan berusaha, sumber ekonomi masyarakat, jumlahnya sangat banyak bahkan pada saat penelitian ini berlangsung masih terjadi penciptaan desain desain baru untuk dilempar ke pasar. Selain faktor pasar ornamen batik pesisiran juga dipengaruhi ajaran agama Islam yang melarang menggambarkan mahluk hidup seperti binatang dan manusia secara realistis. Oleh karena itu maka munculah ornamen dengan pola hias dasar tumbuhan beraneka ragam berbentuk:

1. Ornamen batik Stilasi Tumbuhandan bentuk Geometris Adalah ornamen batik yang

menggambarkan stilasi bentuk tumbuhan yang kadangkala dipadukan dengan bentuk geometris, diantaranya motif hias Liris Kembang Gedang, motif hias Liris Bengkol, motif hias Liris Keris, motif hias Liris Dasimah (Kata liris sama dengan kata lereng pada batik Tasik dan Garut yang berarti hiasan yang ditata secara diagonal mengacu pada motif hias ParangYogyakarta), motif hias Kawung Gendewo, motif hias Kawung Rambutan, motif hias Kawung Kentang, motif hias Banji Tepak, motif hias Tambal Sewu, motif hias Lengko-Lengko dan motif hias Angen-Angen.

2. Ornamen Pokok/Utama Pada JenisPangkaan

a. Jenis Pangkaan

Yang dimaksud dengan motif hias pangkaan ialah ornamen yang berbentung rangkaian tumbuhan lebih dari satu tangkai, ada yang digambarkan rimbun atau berdaun lebat dan ada pula yang divisualisakan dengan kondisi daun yang jarang/

sedikit

Jenis pangkaan terdiri dari motif hias Pring Sedapur, motif hias Soko Cino, motif hias Kembang Suru, motif hias

(11)

9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

Kelapa Setundun, motif hias Anggrek, motif hias Pangkaan Rimbun dan motif hias Pangkaan Gering.

b.Jenis Semarangan.

Kata Semarangan bukan berarti berasal dari Semarang, namun berasal dari bahasa Cirebon yang berarti jarang/

langka. Ornamen semarangan adalah motif hias batik yang berpola pada bentuk bunga langka yang ditata

secara bebas tapi estetis, kadangkala disisipi dengan dedaunan, ditampilkan secara ceplokan. Ornamen batik yang termasuk pada jenis semarangan ialah motif hias Piring Slampadan, motif hias Kembang Melati, motif hias Mawar Sepasang, motif hias Kembang Gempol dan motif hias Kembang Kantil.

c.Jenis Byur.

Ornamen Byur ialah hiasan yang menggambarkan kondisi lingkungan alam sekitar. Cirebon adalah daerah yang terletak dekat pantai utara, keadaan alamnya terdiri dari laut dengan pantai perahu dan nelayan, rawa-rawa dengan segala satwanya dan daratan dengan segala aktifitasnya.

Dalam ornamen ini lingkungan alam tersebut sangat kental pengaruhnya seperti yang tampak pada motif hias

Ganggengan, motif hias Kapal Minggir, motif hias Kapal Kandas, motif hias Iwak Mungup, motif hias Sawat Gurda, motif hias Sawat Oyod, motif hias Sawat Godong, motif hias Sawat Lokcan, motif hias Soko Cino, motif hias Tokolan, motif hias Karang Jae, motif hias Tikel Balung, motif hias Pucang Kanginan, motif hias Jalak Murai, motif hias Mawar Segerompol, motif hias Daro Tarung dan motif hias Banyak Agrem.

3. Ornamen Latar.

Biasanya diterapkan pada ornamen batik pesisiran jenis pangkaan, dengan tujuan agar bidang kain tidak terlalu sepi. Hiasan ini biasanya diberi warna yang sangat lembut dan tidak mencolok agar tidak menganggu ornamen utama.

Pola hias ini biasanya diambil dari bentuk yang ada disekitar alam misalnya motif hias Krikilan, motif hias Jala-Jalaan, motif hias Melinjon, motif hias Pager Lempeng, motif hias Meyer, motif hias Beras Utah-utahan, motif hias Kuku Macan, motif hias Ukel Kempes, motif hias Semanggen, motif hias Cebongan, motif hias Godong Kanginan motif hias Rambutan Rontog,motif hias Sabrangan, motif hias Kembang Suru dan motif hias Kembang

(12)

10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

Kates.

4. Ornamen isian (isen-isen]

Ialah hiasan yang berfungsi mengisi bidang kosong pada hiasan pokok, biasanya terjadi karena pengaruh cucuk canting yang digunakan seperti isen tutul, isen tutul telu, isen tutul rembet, isen tutul engkok, dan isen tutul papat. Ada pula isen yang sengaja diciptakan untuk keperluan tertentu seperti isen biok, isen sawud gunung, isen sawud duwur, isen sawud Ri, isen blarak, isen pluntus, isen kembang suru, isen kembang pari, isen kembang pring, isen ukel kempes, isen godong blimbing, isen kembang jagung, isen cengkahan, isen gresik.

Selain ornamen isian yang berfungsi mengisi bidang kosong pada ornamen pokok, juga terdapat jenis ornamen isen lain yang disebut ornamen tabur.

Ornamen ini bentuknya abstrak setiap perajin batik tulis biasanya memiliki kebiasaan membuat bentuk ornamen sendiri dan sangat khas. Biasanya hiasan diterapkan pada kepala kain yaitu hiasan utama pada badan kain panjang atau sarong berbentuk tumpal.

5. Ornamen tepi kain

Ialah hiasan yang khusus diterapkan

pada tepi/pinggir kain, bentuknya khusus, terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Keliling, ialah hiasan pinggir terletakdibagian luar dan diapit oleh duagaris batas, ornamennya berbentuk stilasi tumbuhan merambat, lebih sering diterapkan pada kain sarong.

2. Ploi, juga merupakan bagian hiasan tepi/pinggir, berbentuk stilasitumbuhan merambat, tidak diberi

batas garis, namun di bagian luar biasanya diblok warna gelap.

3. Surabayan, adalah hiasan tepi yang paling luar berada pada ujung sisikain. Kata surabayan bukan berarti berasal dari kata Surabaya, tapiberasal dari kata suir-suir atau garis-garis. Posisi hiasan pinggir ini ialah bagian dalam keliling, bagiantengah Ploi dan bagian paling ujung kain adalah surabayan.

Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas, akhirnya sampailah pada suatu simpulan bahwa

1. Sebagaimana batik-batik

(13)

11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

daridaerah lainnya, batik Cirebon juga tidak bisa dilepaskan dari

ornamenkarena ornamen

merupakan bagian integral dari sebuah proses pembuatan batik.

Maju mundurnyaindustri batik juga dipengaruhi perkembangan ornamen itu sendiri.

2. Ornamen batik Cirebon memiliki kekhasan tersendiri berbeda dengan ornamen batik dari daerah lainnya,is lahir karena faktor internal dan eksternal. Pengaruh internal, yaituadanya dua kutub budaya yang

menapasinya, budaya

keratonsebagai cikal bakal batik Cirebon dan budaya masyarakat pesisir yangmencintai Sultannya.

Sedangkan factor eksternal yaitu adanyapengaruh dari budaya asing yaitu Arab, India dan Cina. Hal ini wajar karena Cirebon adalah kota pelabuhan yang telah sejak lama menjalin hubungan dagang dengan negara-negara tersebut.

3. Ornamen batik Cirebon merupakan aset budaya bangsa Indonesia, aset seni kriya Jawa Barat dan aset batik Cirebon itu sendiri, ia perlu dipelihara dan dipertahankan

keberadaannya karena sangat berbeda dengan batik lainnya.

4. Ornamen batik Cirebon memiliki nilai spiritual tinggi, ia dicintai para pemakainya baik dari kalangan masyarakat bawah hingga kalangan para pejabat tinggi negara, spirit kebangsaan yang mencintai nilai- nilai luhur budaya bangsa.

Saran-saran

1. Ornamen batik Cirebon perlu ditumbuh suburkan dan disosialisasikan akan eksistensinya secara kontinyu kepada generasi muda baik yang berada di jalur pendidikan formal, non formal dan informal.

2. Kepada para desainer batik Cirebon, kiranya perlu diselenggarakan penyegaran dengan cara mendatangkan para profesional bidang desain batik dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang peta perkembangan desain tekstil khususnya dalam dunia perbatikan.

3. Jika dalam dunia seni lukis dikenal gaya dan aliran, maka tidak ada salahnya jika para seniman interiormenciptakan sebuah gaya

(14)

12 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

batik Cirebon sebagai elemen estetis pengisi ruang kantor atau rumah tinggal mulai danrdin, kap lampu duduk, pelapis sice dan sebagainya.

4. Kepada seluruh mahasiswa seni rupa di mana saja anda berada pelajarilah ornamen batik Cirebon

ini, karena dengan memahami desain-desain ornamen batik Cirebon anda bisa membandingkan antara desain lama dan desain baru dan selanjutnya anda bisa menciptakan desain-desain batik baru yang kreatif, inovatif dan estetis.

PUSTAKA RUJUKAN

Dafa, Anesia Aryunda. 1996. Batik Indonesia.. PT Golden Terayon Prres: Jakarta.

Hamzuri. 1981. Batik Klasik. CV Rajawali:

Jakarta.

Der A N J Th, Hoop Van. 1949.

Indonesian Ornamental Desigen.

Koninklijk Batavianseh Genootschap vankunsten en Westenshappen.

Z, Maleong Lxi. 1996. Metoda Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya:

Bandung.

Effendi, Masri Singaribuan Sofian. 1985.

Metode Penelitian Survai. LP3ES:

Jakarta.

S, Nasution. 1996, Metoda Penelitian Naturalistik Kualitatif Tarsito:

Bandung

Djumena, Nian S. 1990. Batik dan Mitra.

Jambatan: Jakarta.

Julianita, Nita, dkk. 1991. Batik Nan Cantik. BPP Permoseuman Jawa Barat: Bandung.

Syafii & Tjetjep Rehendi R. 1981.

Ornamen Ukir. IKIP Semarang.

R, Sukmono. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.. Kanisius Yogyakarta.

Yudoseputro, Wiyoso.1993. Pengantar Wawasan Seni Budaya Indonesia., DEPDIKBUD: Jakarta.

1989. Keraton Sebagai PusatKebudayaanKompas

(1990) Ungkapan Sehelai Batik.Jambatan: Jakarta.

1981.Batik Tradisional dan BatikModern.. Proyek Pengembangan Industri Kecil: Departemen

(15)

13 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002

Perindustrian RI.

1981. Penuntun Batik.

DepartemenPerindustrian RI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik: Yogyakarta

,Katalog Batik

Indonesia.Depertemen Perindustrian RI Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik:

Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan Di sekolah Luar Biasa.. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar

Berdaxlrkan Surat Penetapan Pemenang Panitia Pengadaan Barangpasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo Tahun Anggaran 2012 nomor 050l2062lPML70Llt47-Bl2OtZ tanggal 10

Hukum faraday menyatakan bahwa jika suatu penghantar berada dalam suatu medan magnet yang berubah-ubah dan penghantar tersebut memotong gais-garis magnet yang

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang dirancang untuk menghasilkan bahan ajar learning cycle 5E dengan

Namun pada PM 24 Tahun 2015, mengenai Standar Keselamatan Perkeretaapian, Pasal 45, disebutkan bahwa untuk ketentuan pengamanan dan keselamatan harus disediakan

JL. RAYA SINGARAJA- SERIRIT, BD. BUMI TANGERANG ALAM CITRA). HOTEL MELAMUN JL. BUMI TANGERANG ALAM CITRA).. BUMI TANGERANG

Menara tidak diharuskan nampak secara fisik namun bisa diubah ke suatu bentuk tertentu, serambi masjid tidak hanya berfungsi sebagai ruang shalat tambahan saja namun dapat

Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dan bimbingan dapat terarah dan mencapai yujuan yang telah ditetapkan maka seorang calon guru PKn MI harus mulai