• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL GADIS-GADIS AMANGKURAT CINTA YANG MENIKAM KARYA RH. WIDADA SKRIPSI OLEH ASRI YANTI NPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL GADIS-GADIS AMANGKURAT CINTA YANG MENIKAM KARYA RH. WIDADA SKRIPSI OLEH ASRI YANTI NPM"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL GADIS-GADIS AMANGKURAT CINTA YANG MENIKAM KARYA RH. WIDADA

SKRIPSI

OLEH ASRI YANTI NPM 216.01.07.1.025

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JANUARI 2021

(2)

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL GADIS-GADIS AMANGKURAT CINTA YANG MENIKAM

SKRIPSI Diajukan kepada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang

Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH ASRI YANTI NPM 216.01.07.1.025

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JANUARI 2021

(3)

ABSTRAK

Yanti, Asri. 2021. Ketidakadilan Gender Terhadap Perempuan dalam Novel Gadis-Gadis Amangkurat Cinta Yang Menikam Karya Rh. Widada. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Malang. Pembimbing I Dr. Hasan Busri, M. Pd dan Pembimbing II Dr. Moh. Badrih, M.Pd.

Kata-kata Kunci: gender, bentuk ketidakadilan, dan novel

Karya sastra terutama novel merupakan gambaran kehidupan, pandanan- pandanan atau pemikiran tentang berbagai masalah kehidupan. Sebagai salah satu bentuk karya sastra dalam novel merupakan gambaran asli dari gejala sosial atau budaya serta dinamika kehidupan. Salah satu karya sastra dalam novel yang membahas bentuk realita kehidupan yang diangkat ke dalam novel yakni permasalahan ketidakadilan gender terhadap perempuan adalah novel “Gadis- Gadis Amangkurat Cinta Yang Menikam” karya Rh. Widada. Jenis novel ini sangat berbeda dengan novel biasanya. Penulis sangat pandai membuat komposisi dalam cerita yang unik, dimana ada ketegangan sosial dan politik, pengkhiatan cinta, kesetiaan, dan harga diri yang mengerucut pada adanya ketidakadilan gender dalam novel ini. Selain itu, dalam novel ini mengindikasian perempuan sulit untuk menempatkan dirinya sebagai insan yang pantas untuk dihargai, dengan adanya kultur budaya dalam masyarakat sehingga menimbulkan sistem patriarki dan kapitalis.

Ada dua cakupan masalah yang menjadi fokus penelitian tentang

ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel Gadis-gadis Amangurat Cinta yang Menikam, yaitu: (1) bentuk ketidakadilan gender dan (2) faktor penyebab ketidakadilan gender. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh

deksripsi objektif tentang bentuk-bentuk ketidakadilan dan faktor-faktor penyebab ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenali bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel Gadis-Gadis Amangkurat Cinta yang Menikam karya Rh. Widada. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami objek penelitian misalanya, perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dalam bahasa, pada suatu kontes khusus dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi.

Sosiologi merupakan pendekatan yang berasumsi bahwa sastra berasal dari kehidupan sosial dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

(4)

adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yaitu dengan mengkaji dan mempelajari literature yang berhubungan dengan permasalah yang akan dibahas.

Berdasarkan hasil penelitian yang bersifat deskriptif tersebut ditemukan bahwa bentuk-bentuk ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel Gadis-Gadis Amangkurat Cinta yang Menikam ini meliputi, yaitu; (1) stereotipe, (2) marginalisasi, (3) subordinasi, dan (4) tindakan kekerasan, sedankan dalam faktor-faktor penyebab ketidakadilan, yaitu; (1) faktor dari perspektif islam, (2) faktor sosial, dan (3) faktor budaya.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Karya sastra merupakan implikasi pengarang dalam mengungkapkan berbagai permasalah dalam kehidupan manusia, yang diungkapkan kembali dalam sebuah karya sastra yang sesuai dengan pendanan seorang pengarang (Nurgiyantoro, 2015:2). Pengarang mengemukakan hal ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Namun, hal ini dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai tujuan untuk menghibur,

memberikan pelajaran tentang pengalaman kehidupan manusia yang bersifat subjektif.

Dalam karya sastra menceritakan berbagai masalah tentang

kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan baik secara sosial, budaya, adat istiadat, yang direkam oleh jiwa pegarang. Walaupun karya sastra merupakan karya imajinasi yang melalui perenungan dan kesadaran pengarang terhadap kehidupan yang ada, serta di dalamnya terdapat konflik sehingga menimbulkan adanya pertentangan batin.

Karya sastra merupakan sebuah cerita yang di dalamnya bertujuan memberikan hiburan kepada pembaca untuk memperoleh kepuasan batin, dan sekaligus memperoleh pengalaman hidup. Hal ini disebabkan, setiap orang senang membaca cerita. Dengan membaca sebuah cerita, seorang pembaca dapat merasakan berbagai permasalahn yang ada dilingkungan masyarakat.

(6)

Dengan demikian, karya sastra dapat mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan kehidupan.

Sastra dan kehidupan bersosial merupakan peristiwa yang menjadi satu kesatuan yang sama. Sastra tidak lepas dari masalah kehidupan manusia dan pengarang sebagai perantara lahirnya sebuah karya sastra. Lingkungan dan pengalaman pengarang yang ada disekitarnya merupakan sumber inspirasi dalam proses terbentuknya ide kreatif terbentuknya karya sastra. Dengan hal tersebut pengarang membentuk realita sosial dalam masyarakat, sehingga menjadi sebuah karya sastra.

Novel merupakan karya sastra yang banyak memuat berbagai unsur- unsur dalam kehidupan bermasyarakat seperti, sosial, budaya, agama, dan adat istiadat sehingga dalam karya sastra terutama novel banyak dijumpai peristiwa atau kejadian yang serupa dengan kehidupan dalam masyarakat. Karya sastra mampu menjadi jembatan media bagi pegarang dalam menilik peristiwa sosial budaya serta dinamikan dalam kehidupan masyarakat. Selain itu,

permasalahan dalam kehidupan masyarakat yang diangkat dalam sebuah karya sastra yaitu permasalahan tentang ketidakadilan gender.

Ketidakadilan terciptanya karena adanya ketidakadilan diantara kaum laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat, sehingga menyebabkan keduanya memiliki posisi yang berbeda. Permasalahan gender tidak akan ada jika kesetaraan gender sama diantara kaum lelaki dan

perempuan. Permasalahn gender dapat meliputi relasi gender, hubungan antara

(7)

kaum perempuan dengan kaum laki-laki yang dikonstruksi secara sosial, yang menggambarkan situasi ketika perempuan berada dalam dominasi laki-laki.

Ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan menjadi polemik akibat perbedaan peran gender. Perempuan secara kultural dipandan hanya bekerja di ranah domestik, seperti; memasak, mempercantik diri, mencuci pakaian, dan mengasuh anak. Sedangkan laki-laki bekerja di ranah publik, seperti; mencari nafkah. Hal tersebut menimbulkan ketidakadilan derajat antara kaum laki-laki dan perempuan. Peran gender (laki-laki dan perempuan) terbentuk adanya perilaku yang dilakukan atau menetapkan bahwa kaum perempuan sebagai kaum yang lemah, sehingga menciptakan suatu budaya dalam masyarakat. Sedankan secara sosial, permasalahan ketidakadilan gender tidak akan terjadi, jika adanya keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam ruang sosial yaitu saling menghargai, dan menyatukan pemahaman satu sama lain. Selain itu, ketidakadilan gender secara sosial yang membedakan yaitu peran antara perempuan dan laki-laki.

Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis dan kodrat, melainkan dibedakan menurut fungsi, kedudukan, dan peranan masing-masing dalam kehidupan.

Laki-laki dan perempuan dididik dan dibesarkan dengan pandanan yang berbeda secara sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat,

sehingga perbedaan tersebut mengakibatkan munculnya ketidakadilan gender.

Pada dasarnya dalam Islam mengakuinya adanya ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan. Namun ketidakadilan itu bukan menjadikan acuan untuk

(8)

memuliakan atau merendahkan martabat salah satu kaum. Ketidakadilan gender menyebabkan permasalahan yang rumit. Contonya, adanya permasalahan tentang poligami, menutup aurat, penggunaan bahasa, kepemimpinan, dan kesempatan dalam jenjeng pendidikan. Maka islam muncul sebagai acuan yang memberikan penerangan dalam ajarannya mengandung nilai kesetaraan, keadilan, dan toleransi sesama kaum. Hal ini menjadi pedoman dalam menegakkan ketidakadilan sesama jenis kelamin.

Islam berpandanan bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain. Laki- laki dan perempuan sebagai bagian dari masyarakat, harus menjalin hubungan yang erat, yaitu saling bekerja sama dalam mewujudkan keseimbangan sosial dan budaya. Jika salah satu komponen masyarakat mengalami ketidakadilan, maka keseimbangan sosial secara otomatis tidak akan terwujud.

Novel yang membahas tentang ketidakadilan gender terhadap perempuan terdapat dalm novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam. Novel ini menceritakan tentang masa kerajaan Mataram, yang dipimpin oleh seorang Raja yang berlaku sewenang-wenang terhadap kekuasaannya dan menganggap kaum perempaun hanya dijadikan sebagai budak yang melayani laki-laki, serta kaum perempuan tidak dapat menentukan keinginannya. Raja beranggapan bahwa dirinya adalah Tuhan karena memiliki kekuasaan yang tinggi, sehingga kaum perempuan yang berada di bawahnya hanya dijadikan pemuas nafsunya. Selain itu, raja tidak segan-segan untuk membunuh kaum perempuan yang dianggapnya salah dan tidak dapat melayaninya dengan benar, serta Raja akan mengambil secara paksa

(9)

perempuan yang menarik perhatiannya dari tangan orang tuanya bahkan perempuan yang sudah bersuami.

Selain itu, dalam novel gadis-gadis amangkurat cinta yang menikam membuat pembaca seakan-akan memahami tentang kehidupan rakyat

Mataram. Keunggulan novel ini yaitu, pengarang mampu membuat susunan cerita yang menarik seperti, keadaan sosial, budaya, cinta, dan harga diri yang mengakibatkan pada ketidakadilan gender menjadi acuan dalam novel ini.

Selain itu, novel ini memposisikan perempuan sulit menjadi kaum yang tidak dihargai dan dikasihani. Dalam hal ini kaum perempuan dijadikan objek nafsu bagi kaum laki-laki. Ketidakadilan terhadap perempuan terbentuk dari

kalangan masyarakat, sehingga resiko yang dilalui kaum perempuan adalah menempatan perempuan sebagai pekerja yang hanya melayani laki-

laki/merawat suami, ibu rumah tangga, dan gadis pelara-lara.

Ketidakadilan gender (Fakih, 2013:8), termanifestasikan terbagi dalam beberapa bentuk, yakni; stereotype atau pelabelan negatif atau

penandaan terhadap kaum perempuan, marginalisasi usaha dalam membatasi ruang gerak perempuan (proses kemiskinan ekonomi), subordinasi atau anggapan tidak penting dalam urusan pekerjaan, serta kekerasan (violence) suatu tindakan yang merugikan satu pihak. Bentuk-bentuk ketidakadilan tersebut sering terjadi dikalangan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, kaum perempuan sebaga sosok lemaknlembu. Hal ini mengakibatkan adanya pandanan orang bahwa perempuan memiliki tingakatan di bawah laki-laki, yang mana pihak perempuan dianggap sebagai pihak yang lemah.

(10)

Dalam mengkaji ketidakadilan gender memerlukan pemahaman yang mendalam melalui penelitian. Hal ini dilakukan supaya masyarakat menyadari bahwa perlakukan yang sewenang-wenang dapat menimbulkan ketidakadilan gender terutama terhadap perempuan. Hal ini, dialami kaum perempuan pada masa kerajaan yang dipimpin oleh Sang Susuhunan yang memandan kaum perempuan berada di bawah laki-laki. Terutama kaum laki-laki yang memiliki kekuasaan yang tinggi.

Persoalan dan masalah yang menonjol dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikan yaitu adanya ketidakadilan tehadap kaum perempuan yang diakibatkan kekuasaan yang sewenang-wenang. Dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji bentuk ketidakadilan dan faktor penyebab

ketidakadilan yang diakibatkan adanya pengaruh kuat kaum laki-laki terhadap perempuan di dalam lingkungan masyarakat. Munculnya ketidakadilan

diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu sosial, budaya dan kekuasaan yang mempengaruhi kelangsungan hidup.

Di Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki persoalan gender, khususnya daerah Jawa yang terdapat ungkapan-ungkapan seperti, Wani-wani ditata (melambangkan peran perempuan yang harus bersedia untuk diatur), Kasur, sumur, dapur (melambangkan perempuan mengemban tugas untuk melayani sang suami), Swarga nunut neraka katut (melambangkan kebahagiaan dan kesedihan perempuan tergantung pada sang suami). Artinya, ungkapan-ungkapan tersebut turut memposisikan perempuan

(11)

pada posisi subordinasi di bawah lai-laki. Dengan demikian, kaum laki-laki mempunyai kekuasaan untuk mengatur segala urusan perempuan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis hendak meneliti novel Gadis- gadis Amangkurut Cinta yang Menikam dengan judul “Analisis Ketidakadilan

Gender Dalam Novel Gadis-Gadis Amangkurat Cinta Yang Menikam Karya Rh Widada”. Hal ini beralasan karena di dalam novel tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan gender yang hendak disampaikan pengarang terhadap pembaca.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka fokus penelitian ini adalah sebgai berkut.

1) Bagaimanakah bentuk ketidakadilan gender dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam karya RH. Widada?

2) Bagaimanakah faktor penyebab ketidakadilan gender dalam novel Gadis- gadis Amangkurat Cinta yang Menikam karya RH. Widada?

1.3 Tujuan Penelitan

Sesuai dengan fokus penelitian, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berkut.

1) Menjelaskan dan mendeskripsikan bentuk ketidakadian gender dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam karya RH. Widada

(12)

2) Menjelaskan dan mendeskripsikan faktor penyebab ketidakadilan gender dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam karya RH.

Widada

1.4 Manfat Penelitan 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran konseptual analisis terhadap sistematikan dalam novel Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam Karya Rh. Widada, sehingga berguna

sebagai berikut.

1) Bagi pembelajaran sastra di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan

menjadi landasan teori pembelajaran apresiasi sastra jenis novel khususnya sebagai modal analisis karya sastra.

2) Bagi pendidik masyarakat, penelitian dapat dijadikan dasar pijakan dalam memperlakukan dan menghormati sesama manusia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

1) Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menumbuhkan sifat saling menghargai antara laki-laki dan perempuan, sehingga tidak menimbulkan ketidakadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat.

(13)

2) Bagi para pendidik, khususnya guru Bahasa dan sastra Indonesia dapat dijadikan bekal acuan dalam proses belajar mengajar khususnya yang berkaitan dengan karya sastra.

3) Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini merupaka inspirasi

pengembangan penelitian dalam perspektif keilmuan dan permasalah lain yang komprehensif.

1.5 Penegasan Istilah

1) Sastra merupakan ungkapan yang berupa pemikiran, gagasan, dan

pengalaman pengarang yang dituangkan dalam sebuah karya sastra, selain sastra merupakan penggambaran pengarang tentang kehidupan sosial dalam masayarakat.

2) Realita Sosial yaitu peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, setelah itu pengarang mengimajinakan kembali peristiwa tersebut dan dituangkannya dalam sebuah karya sastra.

3) Novel adalah karya sastra yang bersifat prosa yang merupakan interpretasi pengarang terhadap kehidupannya baik di keluarga maupun lingkungan masyarakat.

4) Gender yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun kultural.

5) Ketidakdilan gender yaitu membandingkan wewenang dan peran diantara laki-laki dan perempuan.

(14)

6) Stereotype yaitu penandaaan negatif terhadap perempuan sehingga mampu berakibat pada ketidakadilan.

7) Marginalisasi yaitu kegiatan yang membatasi kehidupan perempuan dalam segala aspek kehidupan.

8) Subordinasi yaitu bentuk yang memposisikan kaum perempuan dibawah laki-laki, karena perempuan dianggap memiliki sifat yang irrasional.

9) Tindakan kekerasan yaitu tindakan yang dialami oleh perempuan sebagai manifestasi adanya ketidakadilan gender. Tindakan ini dapat muncul akibat adanya perbedaan jenis kelamin dengan berbagai bentuk seperti, kekerasan fisik maupun psikologis.

10) Ketidakadilan dalam Perspektif Islam yaitu islam memandan kaum laki- laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama.

11) Ketidakadilan dalam faktor sosial yaitu persepsi yang berasal dari masyarakat yang beranggapan bahwa sifat alamiah perempuan menjadi kodrat.

12) Ketidakadilan dalam faktor budaya yaitu faktor yang membatasi ruang gerak perempuan yang dibatasi adanya sistem patriaraki dan kapilatis dalam budaya.

(15)

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dibahas tentang simpulan dan saran peneliti yang merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah

dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk dan faktor penyebab ketidakadilan gender terhadap perempuan dalm noivel Gadis-gadis

Amingkurat Cinta yang Menikam karya Rh. Widada, sebagai berikut.

1) Bentuk ketidakadilan gender terhadap perempuan Gadis-Gadis Amangkurat Cianta yang Menikam karya Rh. Widada

a) Stereotipe yang ada dalam penelitian ini yaitu mempresentasikan perempuan sebaga makhluk yang cantik, akan tetapi kecantikan tersebut membawa malapetaka bagi mereka. Perempuan hanya bernilai dari segi fisik, salah satunya kecantikan. Kedudukan perempuan hanya dianggap sebagai makhluk yang pantas menjadi budak lelaki, karena sifat lemahnya. Sifat lemah dan irrasional perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa. Oleh karena itu, stereotype menempatkan kedudukan perempuan di bawah dan rendah di hadapan lelaki. Kekuasaan tokoh lelaki turut menempatkan stereotype melekat pada tokoh perempuan.

(16)

b) Marginalisasi dalam penelitian ini yaitu adanya budaya patriarki.

Kekuasaan lelaki yang sangat menentukan keberadaan perempuan.

Perempuan-perempuan yang dikehendaki untuk menjadi selir atau gadis pelara-pelara bagi Susuhunan diperam dan diasingkan dari dunia luar

c) Subordinasi yaitu adanya pelabelan negatif yang melekat terhadap perempuan menjadikan kedudukan perempuan yang dianggap tidak penting. Tokoh perempuan dianggap tidak dapat memimpin karena sifat irrasionalnya. Keberadaan tokoh perempuan hanyalah

dimanfaatkan untuk kesenangan semata oleh kaum lelaki.

Anggapan tokoh lelaki terhadap tokoh perempuan hanya sebagai kontruksi budaya dan sosial yang berlaku dalam masyarakat.

d) Tindakan Kekerasan dalam penelitian ini yaitu adanya didominasi lelaki terhadap perempuan turut melekatakan sistem budaya patriarki dan sistem kapitalis yang tetap berlaku di masyarakat.

Kondisi ini mengakibatkan perempuan sering mengalami tindak kekerasan yang dilakukan kaum lelaki. Dimana kaum perempuan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan lekai, maka kaum lelaki dengan sesuka hatinya dapat melakukan tidak kekerasan terhadap perempuan.

(17)

2) Faktor penyebab ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam novel Gadis-Gadis Amangkurat Cinta yg Menikam karya Rh.

Widada

a) Faktor dalam Perspektif Islam memandan kedudukan perempuan dan laki-laki sama dalam kedudukan kemanusianya. Islam memberi hak-hak kepada kaum perempuan sebagaimana yang diberikan kepada kuam laki-laki dan membebankan kewajiban yang sama juga kepada keduanya.

b) Faktor Sosial menjadi salah satu ketidakadilan gender, yaitu dimana masyarakat mengganggap sifat yang melekat terhadap perempuan hanyalah untuk memasak, menghias, dan melayani lelaki.

c) Faktor Budaya yaitu adanya budaya sistem patriarki dan kapitalis dimana yang berkuasa penuh dialah yang memegang penuh atas kendali.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1) Bagi Pembaca

Hasil penelitian dapat menumbuhkan sifat saling menghargai antara lelaki dan perempuan, sehingga tidak menimbulkan

ketidakadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat

(18)

2) Bagi Guru atau peserta didik

Sebaiknya menjadikan hasil penelitian sumber data, karena banyak hal yang kita pelajari untuk tidak melakukan deksriminasi terutama bagi perempuan dalam dunia pendidikan.

3) Bagi peneliti

Pada peneliti berikutnya, peneliti mengharapkan sebaiknya penelitian yang akan dilakukan akan lebih baik lagi karena nilai pendidikan karakter sangat dibutuhkan masyarakat saat ini

(19)
(20)

Daftar Rujukan

Emzir, dkk. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers.

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hernih, Ening. 2013. Gender dan Permasalahannya dalam Perspektif Islam.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Vol 14 (2): 139 Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Perca

Moleong, Lexy J. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Mulia, Siti Musdah. 2006. Islam dan Insprirasi Keseteraan Gender.Yogyakarta:

Kibar Pers.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarya: Gajah Mada University Press.

Pradopo, D.R. dkk. (2001). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT.

Hanindita Graha Widya.

Sugihastuti, dan Sastriyani. 2007. Glosarium Seks dan Gender. Yogyakarta:

CarasvatiBooks.

Saryono. 2009. Pengantar Apreasiasi Sastra. Malang: Universitas Islam Malang Sztompka, Piotr. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Widada, Rh. 2011. Gadis-gadis Amangkurat Cinta yang Menikam. Yogyakarta:

Narasi (Anggota IKAPI.

(21)

Referensi

Dokumen terkait