• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Skripsi ini berjudul SISTEM LAYANAN ANGSURAN KREDIT DI BMT AGAM MADANI NAGARI KAPAU DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI, skripsi ini disusun oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK Skripsi ini berjudul SISTEM LAYANAN ANGSURAN KREDIT DI BMT AGAM MADANI NAGARI KAPAU DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI, skripsi ini disusun oleh"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “SISTEM LAYANAN ANGSURAN KREDIT DI BMT AGAM MADANI NAGARI KAPAU DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI”, skripsi ini disusun oleh Sukri Hidayat NIM 1217016, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syari'ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Tahun 1443/ 2021 M).

Skripsi ini ditulis karena secara keseluruhan adalah mengungkap bagaimana penerapan pelayanan berbasis aplikasi dan penggunaan uang elektronik di BMT Agam Madani Nagari Kapau. Kegiatan pelayanan pembayaran secara elektronik dan bagaimana pandangan fatwa DSN-MUI terhadap pelayanan angsuran cicilan/kredit melalui aplikasi dengan uang elektronik di BMT Agam Madani Nagari Kapau, karena dalam hal ini terdapat kejanggalan dan ketidaksesuaian tentang pelayanan cicilan/kredit dalam sistem pelayanan pembayaran transaksi elektronik di BMT Agam Madani Nagari Kapau.

Pembahasan ini dilatarbelakangi oleh adanya pembayaran secara online di BMT Agam Madani Nagari Kapau kepada masyarakat. Dari yang penulis amati, sistem pembayaran menggunakan media aplikasi dengan nama PosFin, penerapan seluruh menu di aplikasi pembayaran dilayani oleh pihak BMT Agam Madani Nagari Kapau, salah satu nya pembayaran cicilan/kredit yang ditujukan kepada pihak pembiayaan konvensional menjadi transaksi yang kerap dilakukan BMT Agam Madani Nagari Kapau. Pelayanan pembayaran cicilan/kredit karena mewakilkan pembayaran yang ada unsur riba di dalamnya dan media aplikasi yang digunakan pun belum mendapat sertifikat syariah dari MUI. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian tentang sistem pembayaran cicilan/kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau dan bagaimana pandangan fatwa DSN-MUI terhadap pelayanan yang dilakukan BMT Agam Madani Nagari Kapau.

Penelitian ini dilakukan di BMT Agam Madani Nagari Kapau, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam. Penulisan skripsi ini yang gunakan dalam penelitian yaitu metode field research (lapangan) yang bersifat kualitatif, maka dari itu penulis berupaya mencari informan atau narasumber yang di jadikan sumber data penelitian pada penulisan ini adalah Manager BMT dan Kabag Pembiayaan. Penulis secara lansung turun ke lapangan melakukan wawancara dengan Manager dan Kabag Pembiayaan terkait masalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan pelayanan berbasis elektronik menggunakan akad yang selaras dengan akad wakalah bi al-ujrah. Namun dalam sistem penggunaan menu cicilan/kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau, terdapat ketidakwajaran dimana mewakilkan pembayaran yang sebelumnya terdeteksi riba. Padahal di dalam Fatwa DSN-MUI No.116/DSN-MUI/IX/2017 diatur mengenai penyelenggaraan dan penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risywah, dan isyraf, dan transaksi atas objek haram atau maksiat. Penulis menyarankan kepada BMT Agam Madani Nagari Kapau tidak melakukan pelayanan pembayaran cicilan/kredit dan alangkah baiknya menggunakan aplikasi pembayaran yang sudah bersertifikat syariah dari MUI.

(4)

ii

KATA PENGANTAR ْي ِح هرلا ِنَمْح هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga menyelesaikan skripsi yang berjudul Layanan Angsuran Kredit Di BMT Agam Madani Nagari Kapau Dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI. Shalawat beriringi dengan salam dihadiahkan kepada arwah junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana beliau telah menyampaikan risalah kebenaran melalui Al-Qur’an dan Hadist serta jadi suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Dan penulis ucapakan atas semua dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini terutama kepada orang tua penulis yaitu kepada ibunda Roslaini S.PdI dan ayahanda Alm. Damhuri yang telah membesarkan, memberi teladan, mendidik, mengasuh dari kecil hingga menyekolahkan penulis sampai ke jenjang Strata saat ini serta terimakasih dan tak lupa kepada saudara penulis Maulida Hasanah dan Husnil Hidayat.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka menyelasaikan kuliah penulis guna meraih gelar Sarjana Hukum pada Program Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Bukittinggi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

(5)

iii

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum beserta Bapak-bapak Wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak Dr.

Novi Hendri, M.Ag, dan Bapak Dr. Miswardi, M. Hum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menjalani pendidikan di IAIN Bukittinggi.

2. Dekan Fakultas Syari`ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. H. Ismail Novel, M.Ag, beserta Bapak-Bapak Wakil Dekan, Bapak Dr.

Nofiardi, M.Ag, Bapak Dr. Busyro, M.Ag, dan Bapak Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum, serta Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syari`ah (Mu`amalah), Bapak Dr.

Beni Firdaus, SHI, MA, yang telah menfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan dan bimbingan skripsi ini.

3. Dosen Penasehat Akademik, Ibu Dra. Hj. Nuraisyah, M.Ag yang telah memberikan nasehat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di IAIN Bukittinggi.

4. Pembimbing Skripsi penulis, Bapak Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum. yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Bapak Ketua BMT, Manager, serta pengelola BMT Agam Madani Nagari Kapau.

6. Teman-teman fakultas Syari`ah terkusus kepada rekan-rekan Hukum Ekonomi Syariah A Angkatan 2017 yang telah sama-sama berjuang dari semester awal sampai sekarang.

7. Teman dan sahabat, orang terdekat penulis M.Luthfian Hakim, Uvgri Setiawan, Nining Rahmadani, Bang Ramadhani dan Hafizah Reviandra serta seluruh pihak

(6)

iv

yang telah membantu, baik berupa dukungan moral maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT, Tuhan Maha pengasih, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi Syari’ah (Mu’amalah).

Bukittinggi, 01 Oktober 2021

Penulis

Sukri Hidayat

1217016

(7)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...10

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…...10

D. Penjelasan Judul...11

E. Tinjauan Pustaka ...13

F. Metode Penelitian...14

G. Sistematika Pembahasan...17

BAB II BAITUL MAAL WAT TAMWIL A. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil ………...19

B. Sejarah Berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil...20

C. Ciri-Ciri Baitul Maal Wat Tamwil ...23

D. Prinsip dan Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil ...24

E. Peran dan Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil …...28

F. Kegiatan Baitul Maal Wat Tamwil ...30

G. Struktur Baitul Maal Wat Tamwil ....…...32

(8)

vi

H. Produk Baitul Maal Wat Tamwil ...39

I. Tantangan Pengembangan Lembaga ...43

BAB III FATWA DSN-MUI A. Pengertian Fatwa DSN-MUI…...44

B. Sejarah Terbentuknya DSN-MUI...46

C. Struktur dan Keanggotaan DSN-MUI...50

D. Tugas dan Wewenang DSN-MUI………..54

E. Mekanisme dan Tata Kerja DSN-MUI………..55

F. Metode Penetapan Fatwa dan Prosedur Pemberian Fatwa DSN-MUI…...58

G. Kedudukan Fatwa DSN-MUI Dalam Hukum Indonesia………...62

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Monografi Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau...66

B. Produk-Produk Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau ...73

C. Penerapan Sistem Layanan Angsuran Kredit di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau………..77

D. Tinjauan Fatwa DSN-MUI Terhadap Layanan Angsuran Kredit Di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau………...80

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...89

(9)

vii

B. Saran ...90

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan mempunyai peranan penting dalam membantu perekonomian rakyat bahkan suatu negara. Lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediary (perantara) antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana serta menawarkan jasa keuangan lain diantaranya, simpanan, deposito, transfer, dan sebagainya. Definisi dari lembaga keuangan itu sendiri ialah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.1

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan mikro syariah yang berbentuk koperasi paling sederhana yang dewasa ini banyak bermunculan di Indonesia jumlahnya hingga ribuan BMT dengan nilai asset sampai trilyunan, bergerak di kalangan masyarakat yang tergolong ekonominya kebawah, dengan aktivitas mengembangkan usaha-usaha produktif serta investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip syariah. Target yang ingin diwujudkan oleh para penggagasnya tidak lain untuk menampung dana masyarakat dan untuk menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama kepada pedagang dan pengusaha, contoh pedagang atau pengusaha muslim

1 Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, (Bandung: CV Mandar Maju, 2013), 49.

(11)

yang membutuhkan suntikan modal untuk pengembangan usahanya dalam bentuk pemberian layanan pembiayaan kepada para nasabah berdasarkan prinsip syariah, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, qardh dan lain-lain.2

BMT secara etimologis terdiri dua kata yakni, Baitul Maal berarti “rumah uang” dan Baitul Tamwil berarti “rumah pembayaran”. Sedangkan menurut terminologis, Arief Budiharjo berpendapat Baitul Maal Wat Tamwil adalah sekelompok swadaya masyarakat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dalam pengentasan kemiskinan.3

BMT dapat menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha, pertama, menghimpun dana zakat, infaq dan shadaqah yang dialokasikan kepada mustahiq (golongan orang yang berhak menerima zakat). Kedua, menghimpun dana BMT dengan menggalang dana untuk dikembangkan di berbagai simpanan. Ketiga, mengalokasikan dana melalui kegiatan pembiayaan usaha kecil dan mikro.4

Perkembangan BMT di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dikembangkan oleh mahasiswa ITB di Masjid Salman yang coba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. ITB di Bandung menggagas lembaga teknosa, lembaga semacam BMT, yang sempat tumbuh pesat, meski kemudian bubar.

2 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 37.

3 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari’ah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 354.

4 Kuat Ismanto, Jurnal Penelitian, Pengelolaan Baitul Maal pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di kota pekalongan, Vol. 12, No. 1, Mei 2015, 25.

(12)

3

Kemudian ada Koperasi Ridha Gusti pada tahun 1988 di Jakarta, yang juga menggunakan prinsip bagi hasil.

Pada bulan Juni 1992 beroperasi BMT Bina Insan Kamil di Jakarta. Tak lama berselang berdiri banyak lembaga keuangan mikro syariah serupa di berbagai tempat, terutama di perkotaan Pulau Jawa. Kebanyaan berawal dari jamaah masjid yang para penggiatnya cukup terpelajar, terlihat dari ide serta inisiasi oleh penggiat organisasi kemasyarakatan, seperti Muhammadiyah, di tingkat kepengurusan lokal atau regional.

Adapula dipelopori oleh seorang tokoh masyarakat, intelektual, ulama atau pengusaha, yang menyadari pentingnya lembaga semacam itu bagi umat. Belakangan hadir pula BMT dari kelompok pengajian atau tarbiyah yang tak terkait langsung dari satu masjid.

Perkembangan BMT di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 1995 yang saat itu mulai didirikan PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) oleh ketua umum MUI, ketua ikatan ICMI (Ikatan CendikiawanMuslim), dan direktur Bank Muamalat Indonesia. PINBUK pada saat itu memperkenalkan dan mempopulerkan istilah BMT yang disertai dengan bantuan teknis dalam pengetahuan BMT.

Pendirian BMT dilandasi oleh tiga faktor diantaranya faktor filosofis, gagasan pendirian BMT didasarkan pada kepentingan menjabarkan pada prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam praktik. Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang berdasrkan ketauhidan , keadilan, persamaan, kebebasan, tolong- menolong dan toleransi menjadi

(13)

kerangka filosofis bagi pendirian BMT di Indonesia, selain itu asas-asas muamalah seperti gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta kepedulian terhadap golongan ekonomi lemah menjadi dasar utama bagi kepentingan mendirikan BMT di Indonesia.

Secara sosiologis pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan pada adanya tuntutan dan dukungan dari umat Islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan syariah, seperti diketahui umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi belum ada lembaga keungan berbasis syariah. Ide mendirikan BMT makin muncul kepermukaan pada awal 1990-an. Secara yuridis pendirian BMT di indonesia kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan PP No. 72 tentang Bank Pengkreditan Rakyat berdasarkan bagi hasil. Ketika bank-bank syari’ah didirikan dibeberapa wilayah.

Sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank berprinsip syari’ah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro seperti BMT Syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasional di daerah.

Pada saat bersamaan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) sangat aktif melakukan pengkajian intensif tentang pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Dari berbagai penelitian dan pengkajian tersebut, terbentuklah BMT-BMT diseluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk membangun sistem ekonomi Islam melalui pendirian lembaga-lembaga keuangan syari’ah. Di samping ICMI, beberapa

(14)

5

organisasi masa Islam seperti NU (Nahdhatul Ulama), Muhammadiyah, Persatuan Islam dan ormas-ormas Islam lainnya mendukung upaya pengembangan BMT diseluruh Indonesia. Hal itu dilakukan untuk membangun sistem ekonomi Islam melalui pendirian lembaga keuangan syari’ah.

Pada BMT Agam Madani Nagari Kapau melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi mikro dan mendorong masyarakat gemar menabung. Tujuan BMT Agam Madani adalah memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan rasa hidup bernagari, mendorong akumulasi modal pemerintah dan perantau serta lembaga lainnya, menfokuskan peran kapasitas BMT pada aspek sosial, agama, adat, lingkungan dan kegiatan ekonomi, memperkuat peran lembaga amil zakat di nagari.

BMT Agam Madani Nagari Kapau menyuguhkan berbagai macam produk pembiayaan, diantaranya pembiayaan total bagi hasil (mudharabah), pembiayaan kerjasama (musyarakah), pembelian barang jatuh tempo (murabahah), pembelian barang angsuran (bai’bitsaman ajil), dan pembiayaan tanpa bagi hasil (qardul hasan).

Selain itu juga BMT Agam Madani Nagari Kapau menawarkan produk simpanan atau tabungan yaitu tabungan masyarakat sejahtera, jenis tabungan yang biasa diambil setiap waktu, tabungan pendidikan anak, persiapan kebutuhan biaya pendidikan anak diawal ajaran tahun baru, tabungan haji, berwujud jenis tabungan untuk persiapan menunaikan ibadah haji, tabungan idul adha, pembelian hewan kurban, tabungan idul fitri, untuk memenuhi kebutuhan dan dapat diambil menjelang idul fitri. Tidak hanya dalam pembiayaan dan simpanan, BMT Agam Madani Nagari Kapau juga

(15)

meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan bagi nasabah maupun masyarakat dengan menawarkan berbagai jenis pembayaran atau tagihan seperti, pembayaran tagihan rekening listrik, pembelian token listrik, pembelian pulsa dan paket data, pembayaran BPJS, pembayaran e-commerce, pembayaran angsuran kredit Adira Finance, Acc, Baf, Fif, Oto, dan lainnya.

Dalam mekanisme produk pelayanan pembayaran atau tagihan online di BMT Agam Madani Nagari Kapau, menggunakan Payment gateway, yaitu layanan elektronik yang memungkinkan pedagang untuk memproses transaksi pembayaran dengan menggunakan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, uang elektronik, dan atau proprietary channel. Dalam pengertian lain payment gateway merupakan pembayaran online. Kehadiran payment gateway merupakan alternatif pembayaran yang bisa dilakukan dengan mudah. Adapun beberapa contoh payment gateway di Indonesia yaitu iPaymu, Winpay, Midtrans (Veritrans), TrueMoney, Finpay, Kaspay, FirstPay, Posfin, dan lain-lain.

Pada BMT Agam Madani Nagari Kapau menggunakan aplikasi Posfin dalam menunjang pelayanan, Posfin adalah penyedia layanan payment point online banking (PPOB) berbasis aplikasi android, web base dan desktop dengan menggunakan sistem kerjasama keagenan yang terafiliasi dengan PT. Pos Indonesia sebagai penyedia jasa pembayaran terbesar, terlengkap, termurah di Indonesia.5 Pada aplikasi inilah pihak BMT Agam Madani Nagari Kapau mendaftarkan akun dan menjadi agen, tahap selajutnya dengan isi saldo sesuai dengan yang dibutuhkan, kemudian melakukan top

5 https://posfin.web.id

(16)

7

up saldo dengan metode transfer menggunakan dana dari kas BMT Agam Madani Nagari Kapau. Dengan sendirinya akun Posfin sudah siap di operasikan melayani pembayaran atau transaksi lain yang ada pada menu aplikasi Posfin, dengan berbagai kemudahan transaksi dalam jaringan, nasabah atau masyarakat pun dapat menikmati pelayanan yang BMT Agam Madani Nagari Kapau tawarkan. Dalam observasi awal yang dilakukan, banyak nasabah atau masyarakat yang ingin membayarkan tagihan bulanan seperti bayar rekening listrik, BPJS, token listrik, pulsa, semua berjalan dengan normal.

Namun peneliti menemukan sesuatu hal yang tidak lazim dengan pelayanan pembayaran Posfin tersebut, dimana pelayanan pembayaran angsuran kredit yang notabane menggunakan sistem konvensional dalam transaksinya dengan nasabah, disini peneliti memperhatikan nasabah atau masyarakat menggunakan jasa BMT Agam Madani Nagari Kapau sebagai media pembayaran tersebut, disini pihak dari BMT melayani pembayaran kredit sesuai nominal yang di butuhkan ditambah dengan biaya admin senilai Rp.2500,- dari nasabah, kemudian pihak BMT mencetak struk bukti transaksi.

Pada suatu transaksi bapak Ihsan datang ke BMT Agam Madani Nagari Kapau berniat membayarkan angsuran kredit mobilnya dimana sebelumnya bapak Ihsan ini menggunakan jasa pembiayaan kredit bernama Oto finance dalam pengambilan kredit mobil tersebut, sebab itu bapak Ihsan wajib bayar bulanan kredit tersebut, disini bapak Ihsan menggunakan fasilitas aplikasi pembayaran Posfin yang digunakan pihak BMT Agam Madani Nagari Kapau sebagai estafet pemabayaran

(17)

kredit tersebut dengan skema transaksi yang telah disepakati. Pada kegiatan ini peneliti melihat memang ada kemudahan bagi nasabah atau masyarakat yang tidak perlu pergi ke kota atau kantor yang bersangkutan, namun keikutsertaan BMT Agam Madani Nagari Kapau dalam kegiatan ini patut untuk diteliti apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah. Berdasarkan dalam pada ketentuan penyelenggaraan dan batasan penggunaan uang elektronik di point 1 transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risywah, dan israf.

Sedangkan fakta yang ada dilapangan, terdapat perbedaan dengan teori yang sudah ada dalam Fatwa DSN-MUI No.116/DSN MUI/IX/2017, dimana pada teori lapangan salah satu pelayanan yang ada di BMT Agam Madani Nagari Kapau ialah pembayaran online melalui aplikasi posfin, dimana dalam aplikasi terdapat menu pembayaran angsuran kredit dari masyarakat atau nasabah yang ditujukan kepada pihak finance yang masih konvensional dengan perantara pihak BMT Agam Madani Nagari Kapau, sedangkan pada Fatwa DSN-MUI No.116/DSN MUI/IX/2017 terdapat penyelenggaraan layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu antara lain terhindar dari ribawi, gharar, maysir, tadlis, dharar, zhulm dan haram. Lembaga keuangan syariah melakukan suatu kegiatan pengelolaan keuangan harus sesuai dengan ketentuan syari’at Islam, baik itu dari akad-akad, aplikasi pembiayaan, aplikasi tabungan, maupun aplikasi- aplikasi yang di tawarkan suatu lembaga keuangan syariah. Dalam praktiknya di

(18)

9

lapangan pelayanan pembayaran angsuran kredit ini sudah dilaksanakan dalam beberapa tahun belakangan di BMT Agam Madani Nagari Kapau.

Dalam Fatwa DSN-MUI No.116/DSN MUI/IX/2017 tentang Uang Elektronik yang menjadi landasan dalam melakukan kegiatan di suatu lembaga keuangan syari’ah serta dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan, dimana BMT Agam Madani Nagari Kapau secara tidak langsung sebagai pihak yang melayani pembayaran angsuran kredit secara tidak lansung ikut serta membantu dari transaksi yang terindikasi riba di dalamnya. Disini terlihat jelas bahwa nasabah atau masyarakat yang mempunyai utang atau kredit pada lembaga pembiayaan konvensional, kemudian untuk membayarkan kewajibannya tersebut disini nasabah atau masyarakat memanfaatkan kemudahan yang disediakan di BMT Agam Madani Nagari Kapau melalui layanan aplikasi Posfin tersebut. Maka dari itu, pada penelitian ini peneliti ingin mengaitkan pelayanan pembayaran angsuran melalui apikasi ini oleh pihak BMT Agam Madani Nagari Kapau dengan Fatwa DSN-MUI No.116/DSN MUI/IX/2017. Maka dari itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya lebih luas dalam sebuah karya ilmiah dengan judul:

“Sistem Layanan Angsuran Kredit di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

(19)

1. Bagaimana penerapan pembayaran angsuran kredit di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau?

2. Bagaimana pandangan Fatwa DSN-MUI terhadap sistem layanan angsuran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan diatas maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan angsuran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau apakah sudah sesuai dengan ketentuan .

b. Untuk mengetahui pandangan Fatwa DSN-MUI terhadap praktek angsuran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti:

1). Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Strata Satu (S1) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

2). Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penerapan uang elektronik secara langsung yang diterapkan di BMT Agam Madani Nagari Kapau.

(20)

11

b. Bagi Nasabah: Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pembayaran angsuran kredit melalui uang elektronik di BMT Agam Madani Nagari Kapau sesuai dengan prinsip syariah.

c. Bagi BMT: Memberikan informasi mengenai penerapan uang elektronik dan sebagai sarana evaluasi penerapan pelayanan uang elektronik yang sudah dijalankan.

d. Bagi Akademisi: Sebagai sumber rujukan, referensi serta sebagai sarana pemikiran bagi kalangan pembaca untuk menunjang penelitian lainnya.

D. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul proposal skripsi yang telah penulis cantumkan di latar belakang masalah, sekaligus untuk menjembatani pemikiran penulis dan pembaca agar dapat penyeragaman pemahaman, maka penulis akan menjelaskan kata-kata dalam judul skripsi ini sebagai berikut:

Sistem : kumpulan/grup dari subsistem/bagian/komponen apapun, baik fisik ataupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembayaran : proses, cara, perbuatan membayar. Memberikan uang (untuk pengganti harga barang yang diterima, melunasi utang, dan sebagainya).6

Angsuran : uang yang dipakai untuk mengangsur (utang, pajak, dan sebagainya).

6 https://kbbi.web.id

(21)

Kredit : Cara penjualan barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur), pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur.

Baitul Maal wat Tamwil : lembaga keuangan mikro yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan syariah.7

Perspektif : Cara melukis suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar dan tinggi) atau bisa juga disebut dengan sudut pandang/ pandangan.

Fatwa DSN-MUI : Pendapat hukum di keluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas kuat dalam penentuan dan penjagaan penerapan prinsip syariah dalam operasional di lembaga keuangan syariah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. Untuk menghindari adanya dugaan plagiasi, berikut ini

7 HA. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.183.

(22)

13

penulis akan memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Beberapa penelitian terdahulu tersebut, yaitu:

Penelitian oleh Amelia Martha Kumala dewi dengan judul “Penerapan Aplikasi Fintech Pada Produk Tabungan di BMT Marhamah Cabang Leksono Wonosobo”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) di BMT Marhamah Cabang Leksono Wonosobo yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berdasarkan pada observasi, interview, dan dokumentasi, dengan hasil penelitian bahwa Aplikasi Rowasia sejauh ini digunakan untuk penyetoran tabungan para anggota / nasabah BMT Marhamah Cabang Leksono Wonosobo. Namun kedepannya, pihak BMT sendiri sedang merencanakan penciptaan aplikasi yang bernama Aplikasi Pay BMT di tahun 2019.

Penelitian oleh Dewi Berlian Harahap dengan judul “Pengaruh Teknologi Informasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Aksara”. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan sampel nasabah Bank Syariah Mandiri KC Medan Aksara pada pengguna e-channel sebanyak 92 responden. Instrument pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan angket atau kuesioner dan data sekunder diperoleh berupa data yang berkaitan dengan penggunaan e-channel banking dan standar operasional pelayanan pada bagian costumer service. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan nasabah, pengaruh

(23)

teknologi informasi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah sebesar 61,6%, sedangkan sisanya 38,4% dipengaruhi oleh variabel lain.

Dari beberapa uraian diatas, fokus penelitian ini berbeda dengan yang dibahas terdahulu. Perbedaannya ialah penulis membahas secara khusus tentang bagaimana pelayanan pembayaran angsuran kredit dengan media/aplikasi keuangan elektronik di BMT Agam Madani Nagari Kapau.

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis sedangkan metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.

Metode-metode tersebut sangat penting untuk menunjang hasil yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan, sehingga mendapatkan data dengan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti. Pemilihan metode juga menjadi salah satu penentu dari kesempurnaan suatu penelitian, metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian gabungan yakni penggabungan dari penelitian lapangan (field research), dan penelitian pustaka (library research).

(24)

15

metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif di mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian ditinjau dengan referensi-referensi dari hukum Islam dan juga perspektif Fatwa DSN-MUI.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti yaitu di BMT Agam Madani Nagari Kapau Kecamatan Tilatang Kamang.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.8 Dalam hal ini penulis menggunakan data primer berbentuk wawancara dengan Dewan Pengawas dan Manager di BMT Agam Madani Nagari Kapau, serta para nasabah yang melakukan pembayaran angsuran kredit di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau.

Sedangkan untuk Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain diluar dari data yang menjadi subjek penelitian. Data sekunder biasanya berupa dokumentasi atau data laporan yang telah ada sebelumnya. Terkait hal ini penulis menggunakan data sekunder berupa buku, jurnal, surat kabar, internet, dan sejenisnya.

8 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm. 91.

(25)

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data untuk dihimpun dalam bentuk bahasan yang terstruktur dan sistematis, penulis menggunakan beberapa cara atau teknik pengumpulan data yaitu:

a. Wawancara (Interview)

Merupakan salah satu cara mengumpulkan data dengan jalan komunikasi, ialah melaui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden) untuk memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab.9 Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara langsung dengan Manager dan Koordinator Marketing BMT Agam Madani Nagari Kapau, serta para nmasyarakat yang melakukan pembayaran angsuran kredit konvensional di Baitul Maal Wat Tamwil Agam Madani Nagari Kapau.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berbentuk catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Metode ini dilakukan penulis dengan mengumpulkan benda-benda tertulis seperti brosur-brosur, akad pembiayaan, SOP, dan catatan-catatan lain dari berbagai sumber literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif terhadap data-data yang telah

9 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2010), hlm. 72.

(26)

17

terkumpul. Dimana peneliti untuk mengetahui pelayanan transaksi pembayaran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau dan apakah pelayanan transaksi pembayaran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau sesuai dengan ketentuan, aturan-aturan terdapat pada Fatwa DSN-MUI untuk mengetahui adanya pelanggaran atau kekeliruan dalam kegiatan yang dilakukan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai pembahasan ini, maka disusunlah sistematika sebagai berikut:

BAB I : Diawali dengan pendahuluan yang merupakan sub pembahasan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan bab yang berisi landasan teori yang terdiri dari pengertian BMT, sejarah berdirinya BMT, ciri-ciri BMT, prinsip dan tujuan BMT, fungsi dan peran BMT, kegiatan BMT, struktur BMT, Produk BMT, tantangan pengembangan lembaga.

BAB III : Merupakan bab yang teori terdiri dari pengertian DSN-MUI , latar belakang berdirinya DSN-MUI, struktur DSN-MUI, tugas dan wewenang DSN-MUI, mekanisme dan tata kerja DSN-MUI, kedudukan Fatwa DSN- MUI dalam tatanan hukum Indonesia.

BAB IV: Hasil penelitian, pembahasan dalam bab ini akan memaparkan tentang gambaran umum (monografi) BMT Agam Madani Nagari Kapau, produk- produk BMT Agam Madani Nagari Kapau, proses pelaksanaan pelayanan

(27)

pembayaran angsuran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau dan pandangan Fatwa DSN-MUI terhadap pelayanan angsuran kredit di BMT Agam Madani Nagari Kapau.

BAB V : Bagian akhir atau penutup dari skripsi yang berisikan tentang kesimpulan dari analisis permasalahan serta memberikan saran-saran penting demi kebaikan dan kesempurnaan penelitian.

(28)

19 BAB II

BAITUL MAAL WAT TAMWIL

A. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Menurut Nurul Huda, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ada dua pengertian, pertama baitul maal wat tamwil mengandung arti usaha pengumpulan dan penyaluran dana non-profit, seperti zakat, infak, dan sedekah. Kedua, baitul maal wat tamwil mengandung arti usaha pengumpulan dan penyaluran dana bersifat komersil.10

Menurut Arief Budiharjo, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah sekelompok swadaya masyarakat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dalam pengentasan kemiskinan.11

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga yang berkembang di Indonesia yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.12

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

10 Hamzah, Keuangan Islam: Prinsip Operasional Lembaga Keuangan, (Yogyakarta: Cv Jivaloka Mahacipta, 2020), 109-110.

11 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari’ah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 354.

12 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), 67.

(29)

meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan menegah antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu Baitul Maal wat Tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infaq, dan sedekah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.13

Pendapat lain mengatakan bahwa BMT adalah merupakan pusat bisnis terpadu dan mandiri yang fokus utamanya bayt al-mal wa al-tamwil yang kegiatannya ditujukan untuk mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam peningkatan kualitas kegiatan. Baitul Maal Wat Tamwil juga dapat menerima setoran dari zakat, infaq dan sedekah dan menyalurkannya sesuai dengan aturan dan perintah mereka. Selanjutnya, secara fundamental adalah bahwa semua kegiatan BMT harus dilakukan berdasarkan prinsip ekonomi dalam Islam.14

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal adalah lembaga ekonomi orientasi sosial agama yang aktivitas utamanya beradaptasi dengan properti masyarakat dari berbagai sumber, termasuk zakat, sedekah dan infak, dan menyalurkannya untuk menciptakan manfaat orang dan negara dalam desain mereka.

B. Sejarah Berdiri Baitul Maal Wat Tamwil Faktor-faktor berdirinya BMT, yaitu:

13 Andri Soemitra,Bank Umum dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 451.

14 Hertanto Widodo Ak, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), (Bandung: Mizan, 2000), Cet ke-2, hlm. 82

(30)

21

a. Faktor Filosofis

Secara filosofis, gagasan membangun BMT didasarkan pada kepentingan untuk menggambarkan prinsip-prinsip ekonomi Islam (fiqh al-muamalah) dalam praktiknya. Prinsip-prinsip ekonomi yang didasarkan pada ketauhidan, keadilan, kesetaraan, kebebasan, tolong-menolong dan toleransi terhadap gambaran filosofis untuk penciptaan BMT di Indonesia. Selanjutnya, asas-asas muamalah seperti keluarga, gotong-royong, mengambil keuntungan dari manfaat serta menjauhi mudharat dan kepedulian terhadap kelompok ekonomi yang lemah di pangkalan utama bagi kepentingan BMT di Indonesia.

b. Faktor Sosiologis

Secara sosiologis, pembentukan BMT di Indonesia lebih didasarkan pada permintaan dan dukungan muslim bagi lembaga keuangan Islam, karena diketahui bahwa umat Islam adalah mayoritas penduduk Indonesia, tetapi tidak ada lembaga keuangan berdasarkan ide syariah untuk Membangun BMT semakin melekat pada permukaan pada awal tahun 90-an.

c. Faktor Yuridis

Secara hukum, pembentukan BMT di Indonesia terinspirasi oleh masalah kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7/1992 di perbankan dan jumlah PP 72 tentang kredit bank orang berdasarkan pertukaran laba. Ketika bank-bank syariah didirikan di berbagai daerah, BMT mulai menumbuhkan subur setelah kebijakan pemerintah.

Ekonomi yang terjangkau meminta Islam untuk menyiratkan bahwa itu tidak boleh netral bagi berbagai kepentingan untuk mempertahankan bisnis.

(31)

Ekonomi tanpa bunga memiliki tujuan yaitu, untuk merawat orang untuk hidup, meningkatkan standar hidup Dan, tidak membiarkan individu bebas secara bebas.

Selanjutnya, perlu untuk mempertahankan sumber daya alam dan makhluk lain, termasuk tanggung jawab untuk kelangsungan hidup generasi berikutnya.

Setelah diundangkannya UU No.7/1992 tentang perbankan bagi hasil mulai diakomodasikan, berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan bank Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Dengan demikian, diikuti oleh lembaga kredit pedesaan syariah (BPRS). Namun, karena itu kurang tertutup dan tidak dapat mencapai tingkat terendah masyarakat Islam, tabungan dan lembaga pinjaman dibangun disebut Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Sejarah BMT adalah di Indonesia, sejak 1984, siswa ITB telah berkembang dari Masjid Salman yang telah mencoba untuk pindah dari lembaga pembiayaan berbasis syariah untuk usaha kecil. Kemudian, BMT lebih ceria dari ICMI sebagai gerakan yang bekerja dari pusat inkubasi usaha kecil (PinBuk).15

Selanjutnya, di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup dalam kehidupan yang cukup baik, muncul untuk memadamkan kehidupan. Erosi Akidah. Berkition Ini tidak hanya dipengaruhi oleh aspek syar Islam, tetapi juga dipengaruhi oleh masyarakat ekonomi yang lemah. Seperti yang diriwayatkan oleh Utusan Allah, "kata di bawah ini mendekati Kufr", diharapkan keberadaan BMT dapat mengatasi masalah ini melalui penghormatan terhadap kebutuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

15 Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, (Yogyakarta:

Ombak Anggota IKAPI, 2014) , 143-144.

(32)

23

Di sisi lain, beberapa orang menghadapi hiu pinjaman atau hiu pinjaman.

Pendakian para pemberi pinjaman di tengah-tengah masyarakat telah menunjukkan bahwa masyarakat semakin jatuh ke dalam masalah ekonomi yang tidak pasti. Tingkat pengaruh banjir dipulangkan oleh ekonomi masyarakat, tidak lain adalah tidak adanya elemen yang cukup berguna dalam menyelesaikan masalah orang berurusan dengan. Oleh karena itu, BMT harus memainkan peran yang lebih aktif dalam meningkatkan kondisi ini.16

C. Ciri-ciri BMT

Fitur utama BMT adalah:

a. Berorientasi bisnis, dalam mencari laba berbagi, meningkatkan penggunaan ekonomi maksimum untuk anggota dan lingkungan

b. Bukan lembaga sosial, tetapi dapat digunakan untuk mempercepat penggunaan zakat, infaq dan sedekah untuk kesejahteraan banyak orang

c. Tumbuh dari bawah berdasarkan partisipasi masyarakat sekitar

d. Itu milik lingkungan komunitas kecil dan rendah dari bmt sendiri bukan milik seseorang atau orang di luar komunitas.

Selain fitur-fitur utama sebelumnya, BMT juga memiliki fitur-fitur khusus, yaitu:

a. Staf dan karyawan Hukum BMT adalah tampilan yang aktif, dinamis, dan produktif, jangan berharap, tetapi itu mengumpulkan pelanggan, serta pembiayaan, serta penerima dana bisnis.

16 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2007), 108

(33)

b. Kantor telah dibuka pada suatu waktu dan mengharapkan serangkaian staf terbatas, karena sebagian besar staf harus pindah ke lapangan untuk mendapatkan pelanggan keuangan, memantau, dan mengawasi bisnis pelanggan.

c. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala dimana waktu dan tempat, biasanya dalam madrasah, masjid atau masjid, ditentukan sesuai dengan kegiatan pelanggan dan anggota BMT. Setelah pembacaan umumnya dilanjutkan dengan percakapan bisnis dari klien BMT.

d. Administrasi BMT dilakukan secara profesional dan Islami, di mana:

1) Administrasi keuangan, akuntansi dan prosedur diselenggarakan dan diimplementasikan dengan sistem akuntansi sesuai dengan standar SOP yang diadaptasi pada awal syariah.

2) Secara aktif menjemput bola, berjangsana, berprakarsa, pro aktif, menemukan masalah tiba-tiba dan memecahkan masalah dengan bijak, bijaksana, bahwa semua pihak menghasilkan.

3) Berpikir tentang berperilaku dan berperilaku ahsanu amala (keunggulan layanan).17

D. Prinsip dan Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil

Dalam rangka menjaga amanah para anggotanya, BMT senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dasar, sebagai berikut:

17 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), 454- 455.

(34)

25

a. Ketaqwaan dan pengabdian kepada Allah diimplementasikan dalam kehidupan nyata sesuai dengan prinsip Syariah dan muamalah.

b. Terintegrasi, yaitu nilai-nilai spiritual dan moral, penggerak dan pemandu yang dinamis, aktif, giat, adil dan etika bisnis yang luhur.

c. Kekeluargaan, yaitu kepentingan bersama lebih tinggi dari kepentingan pribadi.

Pengurus, manajer dan semua anggota di semua tingkatan membangun semacam kasih sayang, sehingga perlindungan timbal balik dan rasa tanggung jawab ditingkatkan.

d. Unit hari merupakan kesatuan pola pikir, sikap, dan cita-cita seluruh elemen BMT. Manajer dan manajer harus memiliki pandangan ke depan dan bekerja dengan anggota untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial.

e. Independensi, yaitu independensi dari semua organisasi politik. Mandiri juga berarti tidak mengandalkan dana pinjaman dan bantuan, tetapi selalu proaktif menghimpun dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

f. Profesionalisme, semangat kerja yang luhur (`amalus sholih / ahsanu amala), didasarkan pada iman. Bekerja bukan hanya untuk kehidupan dunia, tetapi juga untuk kesenangan dan kepuasan rohani dan akhirat. Kerja keras dan kerja cerdas dilandasi dengan pengetahuan yang cukup (knowledge), keterampilan yang terus ditingkatkan (skill), serta niat dan semangat sikap yang kuat (attitude). Hal tersebut dikenal dengan kecerdasan emosi, rohani, dan pengetahuan. Sikap profesional didasarkan pada semangat belajar terus menerus untuk mencapai standar kerja tertinggi.

(35)

g. Istiqomah, konsisten, konsisten, terus menerus/terus menerus, tanpa henti, dan pantang menyerah. Setelah mencapai satu tahap, kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya lagi dan berharap hanya pada Allah SWT.18

Selain itu, ada pendapat lain mengenai prinsip-prinsip operasional BMT antara lain:

a. Berbasis akad

Akad adalah kesepakatan antara dua pihak bahwa menjalankan bisnis.

Akad adalah tali penghubung antara kedua belah pihak dalam hal tugas dan hak masing-masing pihak. Perjanjian tersebut juga memuat prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Asas independensi mengandung pengertian bahwa masing- masing pihak dalam kontrak memiliki keterampilan dan pemahaman yang sama, sehingga informasi dari kedua dapat menjadi dasar untuk mengambil keputusan apakah akan dilaksanakan atau tidak. Hal ini memastikan bahwa kedua belah pihak dengan sadar dan dengan kemauan sendiri dan tanpa paksaan telah melakukan tindakan dalam bentuk kontrak. Sedangkan asas tanggung jawab mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak memiliki tanggung jawab.

b. Partisipasi keuangan nasabah berbasis infak

Kesediaan nasabah untuk membangun lembaga BMT melalui infak, berupa kesediaan menyisihkan sebagian dana dari keuntungan yang diperoleh, harus dievaluasi sebagai partisipasi nasabah. Keunikan lembaga ini dalam mendorong klien untuk berkontribusi melalui infak meliputi dimensi

18 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), 130.

(36)

27

kemandirian dan tanggung jawab. Dimensi kemandirian berarti klien bebas menentukan saldo pendapatannya. Intinya, nasabah akan secara mandiri menentukan berapa banyak proses yang akan disumbangkan dari hasil keuangan perusahaan. Bertanggung jawab berarti nasabah bertanggung jawab atas kelangsungan lembaga.

Sedangkan tujuan BMT meliputi:

a. Sebagai lembaga resmi pendistribusian zakat dan infaq, bergabunglah dengan asosiasi BAZNAS untuk menerima dan menyalurkan dana dari ZIS.

b. Mengubah peran rentenir dalam praktik riba.

c. Menjadikan Koperasi Syariah sebagai alternatif lembaga keuangan populer.

d. Hadir untuk menyelamatkan tabungan umat Islam, terutama dari ancaman riba (bunga), dan mencegah mereka dari perilaku maksiat.

e. Penyedia jasa pembiayaan, investasi dan layanan konsumen.

f. Sebagai lembaga pelaksana simpan pinjam dan pembiayaan usaha berdasarkan hukum syariah.

g. Sebagai amil zakat yang mengelola dan menyalurkan ZISWAF.

Tujuan ekonomi dari BMT terdiri dari dua hal, yakni:

a. Memungkinkan kelas menengah dan bawah memiliki akses ekonomi untuk kebutuhan pendanaan mereka. Ini berarti orang yang tidak memiliki akses ke bank atau lembaga keuangan lainnya karena berbagai persyaratan administrasi yang tidak terlalu ketat, dapat dengan mudah menerima bantuan keuangan.

(37)

b. Mendorong partisipasi kelembagaan kelas menengah ke bawah. Untuk orang dengan kelebihan modal bisa berinvestasi di BMT, tentu dengan nilai nominal yang relatif terjangkau masyarakat. Sehingga secara umum dapat berpartisipasi dengan mudah serta terlibat dalam membangun lembaga ekonomi. Partisipasi besar-besaran dalam menyimpan dana di BMT akan menciptakan budaya baru bagi mereka dan pada saat yang sama akan berkontribusi pada munculnya lembaga-lembaga ekonomi.

E. Peran dan Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), yaitu:

a. Mengidentifikasi, menggerakkan, menata, membina, dan mengembangkan potensi dan kapasitas ekonomi anggota, kelompok, wirausahawan, dan karya muamalat (pokusma).

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menjadikan anggota dan Pokusma lebih profesional dan islami, menjadikan mereka lebih komprehensif dan beradaptasi dengan tantangan global.

c. Memobilisasi dan menata potensi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.

d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara aghniya seperti shahibul maal dan du`afa seperti mudharib, terutama dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, donasi, dan hibah, dll.

(38)

29

e. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana (shahibul maal), baik sebagai penanam modal dan penyimpan, serta pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha yang produktif.19

Menurut Nurul Huda, terdapat beberapa fungsi BMT, antara lain:

a. Pengumpul dan penyalur dana. Baginya, menabung di BMT menyebabkan peningkatan nilai pakai sebesar simpanan nasabah yang ditarik dari BMT.

Kemudian, dana tersebut dibagikan kepada yang berhak, dengan syarat yang telah ditetapkan. Dana untuk menerima dana tentunya akan berbeda tergantung model dan bidang usaha dibandingkan dengan jika dana tidak dikelola oleh BMT dan peluang pengelolaan dilakukan oleh pemilik dana. Ketika pengelolaan dana dilakukan oleh pemilik, penggunaan dana dibatasi untuk tujuan dan keragaman perusahaan. Selain itu, Nurul Huda menyatakan pada bahwa BMT akan mendorong terciptanya unit surplus (pihak dengan dana surplus) dan unit defisit (pihak tanpa dana).

b. Mengembangkan lapangan kerja. BMT dapat digunakan untuk menciptakan lapangan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan adanya transfer dana dari pihak surplus ke pihak defisit. Peraturan lalu lintas keuangan kedua belah pihak membutuhkan pekerja baru. Selain itu, defisit dana unit akan digunakan dana BMT untuk memenuhi kegiatan usaha.

c. Memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat tentang risiko keuntungan.

Sedangkan peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) meliputi:

19 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), ..., 131.

(39)

a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non-Islam dengan mensosialisasikan pentingnya sistem ekonomi syariah di masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui pelatihan metode bisnis Islami. Misalnya ada barang bukti dalam transaksi, dilarang menimbang barang, jujur kepada konsumen, dll.

b. Menjalankan dan membiayai usaha kecil. BMT harus aktif menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan membimbing, menasihati, berkonsultasi dan mengawasi usaha-usaha nasabah.

c. berhenti tergantung pada rentenir, masyarakat masih bergantung pada rentenir, karena rentenir dapat memuaskan keinginan masyarakat untuk segera menagih uang. Oleh karena itu, BMT harus mampu melayani masyarakat dengan lebih baik, misalnya dana yang tersedia, birokrasi yang sederhana, dll.

d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT yang langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks harus memiliki sikap yang cerdas, oleh karena itu langkah-langkah evaluasi harus diperhatikan dalam rangka pemetaan rentang prioritas, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan komersial. Dalam hal basis pelanggan dan jenis pembiayaan.20

F. Kegiatan Baitul Maal Wat Tamwil

BMT menjalankan dua jenis kegiatan, yaitu, Baitul Tamwil dan Baitul Maal. Baitul Tamwil telah mengembangkan bisnis yang produktif dan investasi

20 Nurul Huda dan Muhammad Haykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2004), Ed. 1, Cet. 1, 365.

(40)

31

dalam meningkatkan kualitas kegiatan UKM, dan dikembangkan melalui promosi pembiayaan ekonomi kegiatan tabungan dan utang. Baitul Maal menerima setoran Zakart, Infaq, Alm, diikuti oleh aturan dan kepercayaan diri. Karena tidak ada organisasi perbankan yang dapat dihubungkan langsung ke pengusaha kecil bawah dan kecil, masyarakat membutuhkannya, jadi BMT diperlukan. Supaya kegiatan BMT saat ini berjalan lancar, BMT dapat melakukan operasi yang membutuhkan modal yang dapat dikumpulkan sebagai berikut:

a. Simpanan Pokok Khusus (SPK) atau modal awal untuk membangun BMT.

Jumlah tak terbatas, berapa menurut kesanggupan penyimpan. Jumlah kpemilikan total ini tidak mempengaruhi pertemuan hak suara dalam rapat.

SPK ini diekstraksi dari masyarakat sehubungan dengan pembentukan BMT.

b. Simpanan Pokok (SP), seperti deposito untuk bukti keanggotaan BMT, umumnya sama dengan masing-masing anggota, dan dapat dibayar untuk angsuran. Anggota yang membayar SP dianggap sebagai semua hak dan tugasnya. Ini dicatat sebagai anggota Komite Biasa bagi mereka yang belum membayar.

c. Deposit yang Diperlukan (SW) adalah kewajiban yang harus dibayar untuk periode yang ditetapkan, misalnya, setiap hari, mingguan, bulanan, tahunan, setiap anggota BMT. Keputusan pada periode pembayaran dapat disesuaikan dengan kapasitas masing-masing anggota.

D. Simpanan sukarela (SS) dapat disetor atau setoran deposito atau deposito, dan deposito BMT dapat disimpan, deposit atau sah lainnya.

(41)

E. Layanan adalah produk BMT (seperti bisnis jasa keuangan). Anggota yang memenuhi persyaratan mereka dapat memperoleh layanan keuangan dengan BMT dengan menyediakan BMT.

f. Wadiah adalah deposito publik BMT, dan umumnya disimpan dalam dana sosial seperti produk ini, zakat, infaq.

G. Struktur Baitul Maal Wat Tamwil

Untuk memperlancar tugas BMT, diperlukan suatu struktur yang menggambarkan alur kerja yang harus dilakukan oleh personel BMT. Struktur organisasi BMT meliputi:

1. Rapat Umum Anggota (RUA) 2. Dewan Pengawas Syariah 3. Pengurus

4. Pembina Manajemen 5. Manager BMT 6. Ketua Baitul Maal 7. Ketua Baitul Tamwil 8. Marketing/Pembiayaan 9. Kasir

10. Pembukuan

(42)

33

Bagan 2.1 Struktur Organisasi BMT

RAT

Pengurus

---

Manajer

Kabag

Pendanaan Kabag

Pembiayaan

Kabag Akuntansi

Teller/CSR Analisis

Pembiayaan

Bag.

Pembukuan

Surveyor/

Penagih

Pengawas

(43)

2.2 Struktur Organisasi BMT

Sumber: Veithzal Rivai, dkk, Financial Instituton Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013)

a. Rapat Umum Anggota (RUA)

Rapat umum anggota mempunyai kewenangan/kekuasaan tertinggi di dalam BMT. RUA memiliki tugas sebagai berikut:

RAT T

Sektor Riil

(Waserda) Badan

Pengurus

Badan Pengawas

Manajer

Kadiv.

Marketin g

Kadiv.

Operasional

Kacab- Kacab

1. Account officer 2. Funding

Officer 3. Remedial 2

1. Teller 2. Adm.

Pembukuan 3. Adm.

Pembiayaan 4. Layanan Jasa 5. Layanan B-Maal

1. AO/FO 2. Teller/ADM 3. Remedial 2

(44)

35

1) RUA bertugas menetapkan AD dan ART BMT termasuk jika ada perubahan.

2) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha BMT.

3) Mengangkat pengurus dan dewan syariah BMT setiap periode. Dapat memberhentikan pengurus jika melakukan pelanggaran dari ketentuan BMT.

4) Menetapkan rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja BMT serta pengesahan laporan keuangan.

5) Melakukan pembagian hasil sisa usaha.

6) Penggabungan, peleburan, dan pembubaran BMT.

b. Dewan Pengawas Syariah

Dewan pengawas syariah bertugas melakukan pengawasan penerapan konsep syariah dalam operasional BMT dan memberikan nasihat dalam bidang syariah.

Tugas dewan syariah, antara lain:

1) Mengeluarkan pedoman syariah dari setiap produk pengucuran dana maupun produk pembiayaan.

2) Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh kegiatan operasional BMT.

3) Melakukan konsultasi serta pembinaan dalam bidang syariah bagi pengurus, pengelola dan/atau anggota BMT.

4) Bersama dengan dewan pengawas syariah BPRS dan ulama/intelektual yang lain mengadakan pengkajian terhadap kemungkinan perkembangan produk-produk BMT.

c. Pengurus

1) Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama BMT.

(45)

2) Mewakili BMT dihadapan dan di luar pengadilan.

3) Memutuskan menerima dan pengelolaan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

4) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan BMT sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan musyawarah anggota.

Adapun tugas dari pengurus sebagai berikut:

1) Memimpin organisasi usaha dan BMT.

2) Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT.

3) Menyelenggarakan rapat anggota pengurus.

4) Memberikan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pada rapat umum anggota.

5) Melaksanakan pembukuan keuangan dan inventaris serta pendataan anggota.

d. Pembina Manajemen

Pembina Manajemen memiliki kapasitas melakukan pembinaan dan pengawasan serta konsultasi dalam manajemen BMT. Beberapa tugasnya ialah:

1) Memberikan rekomendasi pelaksanaan sistem bila diperlukan.

2) Memberikan evaluasi pelaksanaan sistem.

3) Monitoring dan pengembangan sistem.

e. Manager BMT

Manager BMT memimpin jalannya sehingga sesuai dengan perencanaan, tujuan lembaga, dan sesuai kebijakan umum yang telah di atur Dewan Pengawas Syariah. Adapun tugas nya, antara lain:

(46)

37

1) Menyusun rancangan pemasaran, pembiayaan, keuangan, operasional secara periodik.

2) Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan oleh Dewan Pengurus Syariah.

3) Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

4) Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana, rugi laba secara peiodik kepada Dewan Pengawas Syariah.

f. Ketua Baitul Maal

Ketua Baitul Maal mendampingi dan mewakili manager dalam tugas- tugasnya yang berhubungan dengan pelaksanaan operasional baitul maal. Berikut tugasnya:

1) Membantu manager menyusun rencana pemasaran dan operasional beserta keuangan.

2) Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

3) Laporan periodik kepada manager berupa:

a) Laporan penyuluhan serta konsultasi.

b) Laporan perkembangan penerima ZIS.

c) Laporan keuangan.

g. Ketua Baitul Tamwil

Ketua Baitul Tamwil mewakili dan mendampingi manager dalam melaksankan tugas-tugasnya yang berkaian dengan operasional baitul tamwil.

Tugasnya sebagai berikut:

(47)

1) Membantu manager dalam menyusun rencana pemasaran, operasional dan keuangan.

2) Memimpin dan megarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

3) Membuat laporan periodik kepada manager berupa:

a) Laporan pembiayaan baru.

b) Laporan perkembangan pembiayaan.

c) Laporan dana.

d) Laporan keuangan.

h. Marketing/Pembiayaan

Bagian pembiayaan berwenang melakukan pemasaran dan pelayanan terbaik kepada calon nasabah maupun calon peminjam serta mengadakan pembinaan agar tidak terjadi kemacetan pengembalian pinjaman. Adapun tugasnya adalah:

1) Menghimpun dana anggota dan para pemilik sertifikat saham sebanyak- banyaknya.

2) Membuat rencana pembiayaan.

3) Menerima permohonan pembiayaan.

4) Melakukan analisis pembiayaan.

5) Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada ketua baitul maal.

6) Melakukan administrasi pembiayaan.

7) Melakukan pembinaan anggota

8) Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

i. Kasir/Pelayanan Anggota

(48)

39

Kasir memiliki wewenang melakukan pelayanan kepada anggota terutama penabung serta bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar. Adapun tugasnya adalah:

1) Menerima uang dan membayar sesuai perintah ketua/direktur.

2) Melayani dan membayar pengambilan tabungan.

3) Membuat buku kas harian.

4) Setiap jam kerja berakhir, menghitung uang yang ada dan minta pemeriksaan dari manager.

5) Memberi penjelasan kepada calon anggota dan anggota.

6) Menangani pembukuan kartu tabungan.

7) Mengurus semua dokumen serta pekerjaan yang harus dikomunikasikan dengan anggota.

j. Pembukuan

Bagian pembukuan bertugas menangani administrasi keuangan dan mekalkulasikan bagi hasil serta menyusun laporan keuangan. Berikut tugasnya adalah:

1) Mengerjakan jurnal dan buku besar.

2) Menyusun neraca percobaan.

3) Melakukan perhitungan bagi hasil.21

H. Produk Baitul Maal Wat Tamwil

Seperti lembaga keuangan syariah pada umumnya atau lembaga keuangan konvensional yang menawarkan layanan syariah, BMT menawarkan layanan yang

21 Veithzal Rivai, dkk, Financial Instituton Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 625-627.

(49)

terbagi menjadi produk penghimpunan dan penyaluran dana. Penjelasan dari masing-masing produk tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penghimpun dana a. Wadiah

Wadiah adalah akad antara pemilik dana dan pengelola dana, di mana hanya uang yang dikirim ke pengelola dana yang disimpan, yang biasanya diberikan kompensasi kepada pemilik dalam bentuk bonus.

b. Mudharabah

Mudharabah adalah akad antara pemilik dana dengan pengelola dana dimana uang yang diberikan kepada pengelola dana digunakan untuk kegiatan pendistribusian kepada pihak lain dimana pemiliknya berhak atas bagian keuntungan berupa bagi hasil.

2. Produk penyaluran dana

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Prinsip ini berlaku dalam kaitannya dengan perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of ownership). Besarnya keuntungan lembaga keuangan ditentukan terlebih dahulu dan sudah termasuk dalam harga barang yang menjadi pokok transaksi. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli di lembaga keuangan syariah dapat dibedakan sebagai berikut:

1). Bai’ al istina

Bai’ al Istisna adalah kontrak pesanan yang dibuat bersama antara pembeli dan produsen untuk produksi jenis barang tertentu. Istishna` berarti meminta pembuat barang untuk membuat barang tertentu dengan sifat tertentu.

(50)

41

Transaksiini merupakan akad yang dikembangkan oleh Mazhab Hanafiyah, tetapi mereka sendiri pada dasarnya tidak setuju dengan Istishna'. Menurut Al- Marwazi dan Muhammad bin Salamah, istishna tidak lebih dari sebuah janji dari penjual kepada pembeli. Namun, menurut mazhabnya, ada pendapat yang kuat bahwa istishna' adalah akad yang berdiri sendiri. Ulama selain Hanafi (Syafi'i, Maliki, dan Hanabilah) berpendapat bahwa Istishna' tidak lebih dari bentuk kepemimpinan yang mengikuti kondisi yang diatur oleh kepemimpinan.

Dalam menyikapi perjanjian ini, para ulama klasik membagi menjadi dua pendapat. Sebagian besar ulama Hanafiyah membolehkan transaksi istishna berdasarkan perjanjian salam, mereka juga mensyaratkan syarat salam atas istishna. Hanafiyah berpendapat boleh melakukan istishna karena ada kebutuhan manusia untuk melakukannya. Selanjutnya, mereka juga menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah meminta untuk membuat cincin. Selain syarat memenuhi syarat salam dalam Istishna, madzhab Hanafi menambahkan tiga syarat, yakni:

(a) Menjelaskan jenis barang, sifat dan kadarnya

(b) Barangnya memiliki unsur produksi. Barang yang tidak ada unsur produksinya tidak dibolehkan

(c) Tidak memaksakan adanya penundaan yang tertentu. Mereka beralasan bahwa jika waktunya tertentu maka yang terjadi bukanlah istishna' tapi salam. Akan tetapi Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Al-Syaibani tidak menjadikan hal yang ketiga ini sebagai syarat istishna'. Sementara para Ulama Fiqh non- Hanafiyah berpendapat bahwa istishna' adalah bentuk lain dari salam. Mereka

(51)

tidak membolehkannya karena istishna' merupakan satu bentuk jual-beli barang yang tidak ada (bai' ma'dum). Tetapi menurut Prof. Dr. Ali Syadzily, Mazhab Malikiyah membolehkan jual beli yang menyerupai istishna' dikenal dengan jual beli ahli Madinah (bai' ahli Madinah) dengan unsur-unsur sebagai berikut:

(1) Pembeli harus melakukan akad dengan yang mempunyai profesi tertentu contohnya tukang roti

(2) Barang yang dibeli belum ada, akan tetapi barangnya bisa dipastikan akan ada setiap hari, karena profesinya menuntutnya untuk selalu menyediakan barang tersebut sehingga pembeli bisa mendapatkan barangnya sesuai jumlah yang disepakati

(3) Akadnya ada dua cara yaitu dengan membayar barang dengan jumlah yang banyak, dan barangnya akan diambil secara berangsur setiap hari atau membelinya secara eceran setiap hari.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah)

Ijarah adalah perjanjian antara pemilik harta dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk menggunakan harta dengan membayar uang sewa sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 1). Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah yaitu pembiayaan modal kerja atau investasi di mana Lembaga Keuangan Syariah menyediakan sebagian modal usaha keseluruhan, dan dalam proses manajemen pihak lembaga keuangan syariah dapat dilibatkan secara

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa mura>bah}ah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bah}ah adalah pembiayaan yang diberikan pihak bank kepada

Sedangkan yang berkaitan dengan fatwa DSN-MUI pada pelaksanaan pembiayaan dengan akad murabahah adalah sebagai berikut: Pada Fatwa Dewan Syariah Nasional

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teori, penyusunan PSAK Syariah harus mengacu pada fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan Asuransi Syariah dan setelah itu dirumuskan

Praktik yang sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn tasjily yaitu biaya penyimpanan dan pemeliharaan marhun dapat ditentukan berdasarkan

Di dalam fatwa DSN Nomor 26/ DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas dijelaskan bahwa biaya pemeliharaan dan penyimpanan tidak boleh berdasarkan jumlah pinjaman yang

Penelitian ini menemukan bahwa dalam Fatwa MUI NO: 04 / DSN-MUI / IV /2000 tentang Transaksi Murabahah, Ketentuan Murabahah kepada Nasabah: (i) Nasabah mengajukan

17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi atas Nasabah mampu yang menunda-nunda pembiayaan, dipandang tepat, bahkan harus dipertegas dalam aplikasinya, karena dampak dari penerapan fatwa ini

PRAKTEK MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR DITINJAU DARI FATWA DSN MUI NO:04/DSN- MUI/IV/2000 TENTANG MURABAHAH Studi Kasus di KSPPS BTM Surya Kencana Jaya Wates Kediri