49
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Kasus Bunuh Diri di Indonesia
1. Angka Kasus Bunuh Diri di Indonesia
Ketika membicarakan masalah bunuh diri di Indonesia, satu persoalan segera muncul yaitu tidak ada data valid terkini yang bisa menjadi pegangan untuk menelaah masalah tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka bunuh diri di Indonesia pada tahun 2012 berkisar antara 5,2 persen per 100 ribu jiwa. Sekilas jumlah tersebut kelihatan rendah dibandingkan negara-negara di ASEAN. Sebagai perbandingan, Myanmar memiliki angka kasus bunuh diri pada 13,1 persen per 100 ribu jiwa yang menduduki peringkat pertama se-ASEAN.
Namun, data tersebut tidak bisa dijadikan patokan pasti apa yang terjadi di kenyataan. Direktur Pencegahan & Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH, menduga angkanya jauh lebih tinggi namun tidak tercatat dengan baik. Indonesia belum memiliki sistem pencatatan kasus bunuh diri yang terintegrasi antara pihak-pihak yang berwenang. Menurut Dr. Fidiansjah, banyak kasus kematian bunuh diri tidak tercatat dalam data rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Sedangkan, catatan yang ada di kepolisian hanya berdasarkan laporan dari masyarakat. Angka bunuh diri menurut laporan kepolisian yang dirangkum oleh BPS pada 2016, kasus bunuh diri di Indonesia berjumlah 970 pada 2011 dan cenderung mengalami penurunan pada 2015 yang berjumlah 812 kasus. Namun, lagi-lagi banyak kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan ke kepolisian dan layanan kesehatan karena adanya stigma
commit to user commit to user
negatif sebagai pendosa dan rasa malu dari keluarga tentang hal-hal yang berhubungan dengan bunuh diri.
Khusus di wilayah Jabodetabek, Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal (IFKM) FKUI-RSCM pernah menangani kasus autopsi kematian bunuh diri sepanjang tahun 2004 dan 2005. Dalam rentang dua tahun itu, total ada 323 kasus kematian bunuh diri yang mereka tangani. Dari jumlah kasus kematian bunuh diri tersebut, rasio laki-laki dan perempuan yang mati bunuh diri adalah sebesar 2:1. Dalam data sebelumnya, pada tahun 80-an rasio laki-laki banding perempuan yang mati bunuh diri di Jakarta adalah 1:1. Maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak laki-laki yang mati bunuh diri dibanding perempuan. Menurut rentang umur, diketahui umur 25-34 tahun menduduki peringkat pertama dengan rata-rata jumlah 50-an kasus disusul umur 15-24 tahun di peringkat kedua dengan rata-rata jumlah 30-an kasus. Terkait cara bunuh diri yang dilakukan, Forensik FKUI-RSCM juga pernah mengeluarkan data kasus kematian yang ditangani sepanjang tahun 1995-2004. Dalam data tersebut terdapat 771 laki-laki dan 348 perempuan yang mati bunuh diri.
Ketiadaan data terbaru dan riset yang berhubungan dengan tingkat depresi dan bunuh diri di Indonesia seperti menunjukkan bahwa pemerintah tak menganggap depresi sebagai isu prioritas. Hal ini disepakati oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr. Eka Viora, SpKJ. Menurutnya, Indonesia saat ini masih berkutat pada masalah kesehatan yang sangat mendasar seperti gizi buruk, kematian ibu dan bayi, atau penyakit akibat infeksi.
commit to user commit to user
2. Upaya Pemerintah Indonesia Menangani Kasus Bunuh Diri
WHO memasang target mengurangi angka bunuh diri global sebesar 10 persen pada akhir 2020. Target yang rasanya mustahil dipenuhi Indonesia. Salah satunya, karena minimnya sumber daya dan perhatian pemerintah terhadap isu bunuh diri.
Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) pernah meluncurkan saluran telepon konsultasi bunuh diri (suicide hotline) di nomor 021-500-454 pada 2010.
Namun, layanan tersebut hanya dapat bertahan selama 4 tahun, pada tahun 2014 layanan tersebut ditutup dengan alasan penggunanya sedikit dan SDM untuk konseling terbatas. Sekarang layanan tersebut menurut Direktur Pencegahan &
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Dr.
Fidiansjah dialihkan ke nomor 119 yang bukan merupakan layanan konseling melainkan layanan kondisi gawat darurat percobaan bunuh diri. Data yang dimiliki Kementerian Kesehatan, sejak tahun 2010 hingga 2014 tercatat 161 penelepon (2010), 222 penelepon (2011), 347 penelepon (2012), 267 penelepon (2013), dan 46 penelepon (2014). Menurut Dr. Fidiansjah masyarakat malah memanfaatkan layanan ini untuk bertanya tentang masalah kesehatan biasa atau menanyakan seputar layanan kesehatan. Hal ini menjadi alasan lain bagi Kemenkes untuk menutup layanan ini.
Usaha nyata pemerintah dalam menyediakan tenaga SDM dan fasilitas yang memadai berkaitan dengan kesehatan mental juga tidak terlihat. Hal ini dapat diketahui dari data WHO di 2011 dan 2014 menunjukkan bahwa Indonesia kekurangan tenaga psikiater. Bila dibandingkan dengan ASEAN, Indonesia termasuk berada pada posisi terendah--setelah Laos dan Kamboja--dengan rasio sebesar 0,01 psikiater per 100.000 penduduk pada 2011 dan 0,29 psikiater per
commit to user commit to user
100.000 penduduk pada 2014. Data dari Kementerian Kesehatan pun menyatakan hanya ada 600-800 psikiater di seluruh Indonesia. Artinya satu orang psikiater terlatih harus menangani 300.000-400.000 orang. Itu pun sebaran geografisnya sangat timpang. Sebanyak 70 persen dari seluruh psikiater berada di Jawa dan 40 persen dari jumlah itu bekerja di Jakarta. Apabila dicermati, rasio psikiater memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental masyarakat. Merujuk pada data, Malaysia dan Filipina --yang memiliki tingkat bunuh diri lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia-- memiliki rasio psikiater yang lebih tinggi dari Indonesia. Rasio psikiater pada 2014 di Filipina adalah 0,46 psikiater per 100.000 penduduk dan Malaysia 0,76 psikiater per 100.000 penduduk. Sebaliknya, Myanmar --yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi-- memiliki rasio psikiater yang tergolong rendah, yaitu 0,29 psikiater per 100.000 penduduk. Kementerian Kesehatan mencatat kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 90 persen. Ini artinya kurang dari 10 persen penderita gangguan jiwa mendapatkan pelayanan terapi dari petugas kesehatan.
Departemen Kesehatan Indonesia mencoba memperbaiki masalah kesehatan mental dengan meningkatkan layanan kesehatan jiwa secara bertahap baik kuantitas maupun kualitasnya. Merujuk pada data Depkes tahun 2017, Di tingkat Fasilitas Layanan Kesehatan (fasyankes) primer, saat ini terdapat 3602 Puskesmas sudah memiliki layanan kesehatan jiwa. Selanjutnya, di tingkat Fasilitas Layanan Kesehatan (fasyankes) rujukan, lebih dari 247 RS Umum memiliki layanan jiwa yang lengkap (data 2014), 37 RSUD Rujukan Regional, ditambah 35 RS Jiwa dan 1 Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) milik Pemerintah, serta 14 RSJ milik swasta.
commit to user commit to user
Usaha Pemerintah Indonesia yang lain dalam memperbaiki kesehatan mental adalah melalui BPJS. BPJS menjamin penderita gangguan mental dalam prosesnya mendapatkan layanan medis sebaik-baiknya. BPJS telah menanggung layanan konsultasi kesehatan mental di fasyankes rujukan. Selain itu, BPJS juga menanggung biaya obat apabila dibutuhkan. Tidak hanya jaminan pelayanan konsultasi dan obat, BPJS juga menyediakan pelayanan rehabilitatif yang ditanggung penuh negara.
Kemenkes pada tahun 2015, mengeluarkan sebuah aplikasi bernama “Sehat Jiwa” untuk informasi kesehatan mental, fasilitas pelayanan kesehatan, pelaporan dan deteksi dini kesehatan mental. Namun, sayangnya banyak kekurangan yang menjadi perhatian penulis, diantaranya adalah kurangnya publikasi, informasi yang terlalu umum, user interface yang kadang bermasalah, dan kayanya fitur yang dimiliki tapi tidak terintegrasi satu sama lain.
Dalam memahami upaya pencegahan bunuh diri yang telah dilakukan oleh pihak selain pemerintah di Indonesia, penulis melakukan penelitian pada komunitas Into The Light dan komunitas Save Yourselves yang masing-masing bertujuan untuk mencegah perilaku bunuh diri melalui kegiatan edukasi, menghapus stigma negatif masyarakat, memberikan pendampingan bagi pemilik pikiran bunuh diri dan pendampingan bagi penyintas bunuh diri. Berikut adalah profil dari komunitas Into The Light Indonesia:
commit to user commit to user
B. Komunitas Into The Light Indonesia SP-CARE
1. Profil Komunitas Into The Light
Gambar 1.1: Logo komunitas Into The Light Indonesia Sumber: Dokumen pribadi komunitas, 2013
Into The Light Indonesia Suicide Prevention Community for Advocacy, Research, and Education (SP-CARE) adalah sebuah komunitas orang muda yang berfokus sebagai pusat advokasi, kajian, dan edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia. Into The Light Indonesia adalah komunitas inklusif yang digerakkan oleh orang muda lintas identitas, yang menjunjung tinggi pendekatan program berbasis bukti dan hak asasi manusia.
Dibentuk pada Mei 2013, dengan motto: “Hapus Stigma, Peduli Sesama, Sayangi Jiwa”.Into The Light Indonesia telah banyak melakukan kerjasama dengan berbagai universitas, komunitas lokal, organisasi kemasyarakatan, kementerian, dan juga organisasi lainnya di tingkat nasional dan internasional yang memiliki perhatian dan kepedulian yang sama.
2. Visi dan Misi Into The Light Visi
Menumbuhkan kepedulian masyarakat, khususnya remaja, dalam isu kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia.
commit to user commit to user
Misi
a. Melakukan kampanye untuk meningkatkan kepedulian mengenai isu kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri kepada masyarakat Indonesia.
b. Melakukan edukasi mengenai isu kesehatan jiwa dan pencengahan bunuh diri kepada masyarakat Indonesia.
c. Melakukan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia.
d. Membangun kerjasama dengan organisasi nasional dan internasional untuk kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri.
3. Struktur Organisasi Into The Light
Anggota organisasi Into The Light menamakan diri mereka Lightbringers, yaitu sekumpulan orang muda berusia 18-35 tahun dari berbagai macam latar belakang.
Anggota Into The Light bersifat volunteer yang telah lolos seleksi dan bersedia berkontribusi di komunitas minimal dua tahun. Lightbringers diberikan pelatihan selama enam bulan dalam bidang advokasi, riset dan edukasi pencegahan bunuh diri. Selain Lightbringers, Into The Light mempunyai kontributor lepas dari seluruh Indonesia yang berperan untuk memberikan konten dibawah arahan divisi media Into The Light.
commit to user commit to user
Bagan 4.1: Struktur komunitas Into The Light Indonesia Sumber: www.intothelightid.org, 2019
Berikut adalah tugas pokok dari bidang-bidang yang ada dalam struktur organisasi Into The Light:
a. Founder and Head Coordinator
1) Penanggung jawab keseluruhan komunitas
2) Mengurusi masalah eksternal termasuk: undangan dari pihak luar, kerjasama, pengajuan penelitian oleh mahasiswa, dll
b. Vice Coordinator I & II
1) Penanggung jawab harian komunitas
2) Mengurusi masalah internal komunitas seperti mengorganisir rapat, undangan, atau acara yang mengharuskan SDM komunitas untuk berpartisipasi
Benny Prawira Siauw Founder and Head
Coordinator
Steven Cokro Vice Coordinator II Nian Indah Kinanti C
Vice Coordinator I
Task Force: Suicide Crisis Intervention Task Force: Suicide
Primary Prevention
Task Force: Suicide Postvention
Research Division Media Division Human Resources Division
commit to user commit to user
c. Task Force: Suicide Primary Prevention
1) Mengembangkan program edukasi terkait dengan isu pencegahan bunuhdiri 2) Menjalin kerjasama dengan pihak lain dan lintas sektor untuk keperluan
advokasi dan kampanye terkait pencegahan bunuh diri d. Suicide Crisis Intervention
1) Mengembangkan konten dan program pemberdayaan untuk individu/kelompok dengan isu bunuh diri atau kesehatan jiwa lainnya 2) Menjalin kerjasama lintas sektor untuk pemberdayaan masyarakat
mengenai isu bunuh diri dan kesehatan jiwa, terutama dalam sektor kesehatan jiwa
e. Suicide Postvention
1) Melakukan pengawasan dan tindakan yang diperlukan terhadap pemberitaan media mengenai berita bunuh diri
2) Menjalin kerjasama lintas sektor untuk program pemberdayaan penyintas kehilangan bunuh diri
3) Menjalin kerjasama lintas sektor untuk program pemberdayaan masyarakat terkait pascakematian bunuh diri
f. Research Division
1) Melakukan riset dasar dan terapan untuk kepentingan keilmuan dan advokasi
2) Melakukan publikasi ilmiah di jurnal tingkat internasional 3) Memaparkan hasil penelitian dalam forum ilmiah
4) Mengevaluasi efektivitas program-program yang dilaksanakan di Into The Light Indonesia
commit to user commit to user
g. Media Division
1) Menyusun kerangka strategi untuk akun media sosial Into The Light Indonesia
2) Menulis, menyunting, dan mengelola konten dan kerangka situs Into The Light Indonesia
3) Mengelola korespondensi dengan media massa atau pihak eksternal (public relations)
4) Mendesain dan mengembangkan konten grafik visual
5) Mengambil gambar dan menyunting video yang akan digunakan di akun YouTube
6) Menyusun script untuk konten video h. Human Resources Division
1) Mengembangkan KPI dan assessment untuk pengembangan komunitas 2) Mempersiapkan open recruitment
3) Melakukan pengembangan kapasitas anggota dalam bentuk training dan workshop
4) Membuat program self-care untuk anggota Into The Light Indonesia setiap 6 bulan sekali
4. Upaya Pencegahan Bunuh Diri Into The Light
Into The Light Indonesia berfokus untuk mengurangi stigma di masyarakat terhadap orang yang memiliki pemikiran, pernah mencoba, atau yang meninggal akibat bunuh diri, serta mendorong perilaku pencarian bantuan di masyarakat terkait masalah kesehatan jiwa. Into The Light Indonesia tidak memberikan layanan konseling dan bukan pusat krisis cepat tanggap 24 jam.
commit to user commit to user
Into The Light Indonesia meluncurkan berbagai program diskusi publik, pelatihan, kampanye dan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengurangi stigma bunuh diri dan meningkatkan pencarian bantuan. Seluruh program melibatkan partisipasi dari kelompok penyintas dan orang muda dengan basis bukti ilmiah dan hak asasi manusia.
Beberapa kegiatan terakhir yang di selenggarakan oleh komunitas antara lain adalah pada Jakarta Car Free Day tanggal 29 November 2018, Into The Light Indonesia menggelar event "Freshen Up Your Mind" dalam kerja sama dengan KEMENKES RI, Jemari Tangan, Ibunda, Workout Embassy. Kegiatan ini mempromosikan gerakan tubuh yang sehat untuk kesehatan mental yang sehat.
Selain itu, orasi dan edukasi dilakukan pada pengunjung Jakarta Car Free Day hari itu.
Gambar 1.2: Suasana event Freshen Up Your Mind Sumber: Halaman Facebook Into The Light Indonesia, 2018
commit to user commit to user
Selain terjun ke masyarakat Into The Light menganggap perlunya media berperan aktif dalam upaya pencegahan bunuh diri. Maka dari itu, Seminar Peran Media Dalam Pencegahan Bunuh Diri diadakan pada 4 Desember 2018 dalam rangka peringatan World Suicide Prevention Day 2018. Seminar ini dapat terselenggara dalam kerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, AJI Jakarta dan LBH Pers, dengan dukungan para pembicara dari Tirto.id, Linkin Park Fans Indonesia, dan Dewan Pers.
Gambar 1.3: Suasana seminar Peran Media Dalam Pencegahan Bunuh Diri Sumber: Halaman Facebook Into The Light Indonesia, 2018
Komunitas Into The Light Indonesia juga menyebarkan kesadaran tentang upaya pencegahan bunuh diri lewat akun media sosial komunitas (Instagram, Twitter, Facebook) dan website di halaman www.intothelightid.org yang mengunggah tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan yang akan diselenggarakan. Akun media sosial juga mengunggah pengetahuan tentang masalah kesehatan mental dan bunuh diri. Contohnya infografis dibawah ini tentang faktor penghambat seseorang mencari bantuan untuk menekan pikiran bunuh dirinya:
commit to user commit to user
Gambar 1.4: Infografis tentang faktor penghambat seseorang mencari bantuan Sumber: Instagram Into The Light Indonesia, 2018
Beberapa materi visual telah diproduksi oleh komunitas Into The Light yang diunggah di akun komunitas kebanyakan berbentuk poster acara, infografis, dan dokumentasi acara berbentuk foto atau video.
C. Komunitas Save Yourselves Id
Komunitas Save Yourselves adalah komunitas yang memfokuskan kegiatannya dalam memberikan pendampingan bagi pemilik pikiran bunuh diri. Berikut adalah profil dari komunitas Save Yourselves Id:
1. Profil Komunitas Save Yourselves Id
Gambar 2.1: Logo komunitas Save Yourselves Id Sumber: www.saveyourselves.id, 2019commit to user commit to user
Di Indonesia, tantangan utama dalam proses penyembuhan gangguan mental adalah stigma orang-orang sekitar. Orang dengan gangguan mental enggan mencari dan datang ke psikolog atau ahli jiwa karena takut diberi label sebagai ‘orang gila’.
Oleh karena itu, saat ini banyak orang yang mempergunakan internet sebagai tempat untuk menceritakan masalah-masalah mereka, seperti melalui status Facebook atau aplikasi lainnya. Pengalaman sulitnya mencari layanan konseling online di Indonesia pernah dialami sendiri oleh salah satu co-founder yaitu Indri Mahadiraka. Lantas muncullah ide oleh tiga orang co-founder yaitu Indri Mahadiraka, Riva Rumamby dan Syatitah Muharina, untuk membuat sebuah platform online yang accessible, educational dan juga low-cost. Mereka memulai dengan membuat akun Line Save Yourselves (@vol7047) untuk support chat bagi pengguna yang ingin bercerita dan membutuhkan dukungan. Tanggapan dari akun Line tersebut ternyata sangat baik dari masyarakat luas. Layanan line support itu ditingkatkan menjadi platform website ber domain www.saveyourselves.id.
Saat ini Save Yourselves telah memiliki kontributor sebanyak 26 orang. Dalam waktu 8 bulan, Save Yourselves telah memiliki total pengguna sebanyak 5640 orang di seluruh platform, dengan total hampir 1500 orang yang pernah memanfaatkan fitur Chat Save Yourselves. Sejak diluncurkan layanan paling banyak yang dimanfaatkan oleh pengguna adalah bagian edukasi dan support chat.
2. Visi dan Misi Save Yourselves Id Visi
menjadi pusat edukasi kesehatan mental, penanganan profesional dan pencegahan bunuh diri di Indonesia dengan menggunakan teknologi
commit to user commit to user
Misi
a. meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan biaya untuk penanganan profesional
b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya edukasi kesehatan mental dan mengubah stigma buruk terhadap kesehatan mental
c. Menjadi pusat pertolongan dalam kondisi darurat bunuh diri terutama untuk remaja dan dewasa muda
3. Struktur Organisasi Save Yourselves Id
Bagan 5.1: Struktur komunitas Save Yourselves id Sumber: Dokumen pribadi komunitas, 2019
Indri Mahadiraka Chief Executive
Officer Riva Respaty Chief Operating
Officer
Director IT Director
Community
Manager Web
Manager Social Media
Manager Youtube
Director Product
Head Training
Head Webchat
Director Suicide Hotline
Head Region
commit to user commit to user
Berikut adalah tugas pokok dari bidang-bidang yang ada dalam struktur organisasi Save Yourselves id:
a. Chief Executive Operation
1) Penanggung jawab keseluruhan komunitas
2) Mengurusi masalah eksternal termasuk: undangan dari pihak luar, kerjasama, pengajuan penelitian oleh mahasiswa, dll
b. Chief Executive Operation
1) Bertanggung jawab atas kegiatan rutin keseluruhan divisi
2) Mengurusi masalah internal komunitas berkaitan dengan sumber daya manusia dan kinerjanya
c. Director Community
Bertanggung jawab penuh atas kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat luas. Bertanggung jawab atas divisi-divisi dibawahnya yaitu:
1) Manager Web
Mengurusi masalah konten yang ditujukan untuk halaman web utama komunitas
2) Manager Social Media
Mengurusi masalah konten yang ditujukan untuk seluruh sosial media komunitas
3) Manager Youtube
Mengurusi masalah konten yang ditujukan untuk kanal youtube komunitas
commit to user commit to user
b. Director Product
Bertanggung jawab penuh atas kegiatan yang berhubungan dengan produk utama komunitas yaitu pendampingan terhadap yang membutuhkan.
Membawahi divisi-divisi berikut:
1) Head Training
Bertanggung jawab merancang pelatihan untuk anggota komunitas berkaitan dengan isu bunuh diri dan pendampingannya
2) Head Webchat
Bertanggung jawab atas layanan chat di halaman utama web komunitas c. Director IT
Bertanggung jawab mengembangkan dan memelihara platform komunitas (halaman utama komunitas & akun Line)
d. Director Suicide Hotline
Bertanggung jawab penuh atas kelancaran saluran cepat tanggap 24 jam pencegahan bunuh diri. Bertanggung jawab atas kontributor di daerah yang disebut Head Region.
1) Head Region
Menerima panggilan telefon yang masuk ke saluran cepat tanggap 24 jam pencegahan bunuh diri, memberikan bantuan seperlunya dan mengarahkan pemanggil untuk menemui ahli terdekat dari tempat tinggalnya.
4. Upaya Pencegahan Bunuh Diri Save Yourselves id
Kegiatan Save Yourselves id yang utama ada tiga yaitu konsultasi, edukasi, dan pencegahan bunuh diri. Semua kegiatan utama komunitas dilakukan online.
Namun, tidak menutup kemungkinan ada offline session dalam bentuk kerjasama commit to user
commit to user
dengan komunitas atau tempat untuk menyelenggarakan sebuah event terkait pencegahan bunuh diri.
Kegiatan utama komunitas yang bersifat online adalah line support chat, suicide hotline, dan webchat. Kegiatan online lebih ditujukan untuk pendampingan bagi yang merasa butuh menceritakan masalahnya terlebih apabila sudah merasa masalahnya terlalu berat dan bunuh diri adalah satu-satunya cara penyelesaian.
Anggota komunitas yang melakukan pendampingan via online tersebar di berbagai daerah. Tugasnya adalah mendampingi, menenangkan, dan apabila dibutuhkan mengarahkan penderita pada bantuan ahli terdekat dari tempat ia tinggal.
Kegiatan offline session yang pernah dilakukan antara lain adalah kegiatan sharing session rutin selama 3 bulan sekali. Acara ini adalah wadah dimana peserta dapat secara nyaman menceritakan keluh kesahnya pada seluruh peserta lainnya.
Peserta lainnya akan mendengarkan dengan penuh empati dan menjadi teman curhat yang mungkin selama ini tidak mereka dapatkan. Peserta kegiatan sharing session ini bermacam-macam tetapi kebanyakan adalah anak muda dari kalangan SMA, kuliah, dan usia kerja awal. Contoh dari sharing session ini adalah acara kolaborasi pada 12 agustus 2017 lalu bersama Proud Project bertempat di onclave.
Gambar 2.2: Sharing session 12 Agustus 2017 Sumber: Dokumentasi komunitas, 2017
commit to user commit to user
Acara sharing session ini kembali digelar pada 24 Maret 2018 di kolega coworking space karena merasa acara ini penting dan antusias dari masyarakat cukup baik.
Gambar 2.3: Sharing session 24 Maret 2018 Sumber: Dokumentasi komunitas, 2018
Saat ini komunitas sedang melakukan upaya untuk kerjasama dengan banyak pihak terkait acara-acara kedepannya yang masih belum bisa disebutkan rinciannya.
Komunitas juga sedang merencanakan penerbitan buku self care journal yang sebelumnya dijual secara perorangan saja lewat daring. Harapannya adalah semakin banyak orang yang peduli untuk merawat kesehatan mentalnya sendiri dan lebih peduli atas kesehatan mental orang lain dengan kemudahan distribusi buku tersebut.
Komunitas Save Yourselves id juga menyebarkan kesadaran tentang upaya pencegahan bunuh diri lewat akun media sosial komunitas (Instagram, Facebook) dan website di halaman www.saveyourselves.id ditujukan sebagai tempat seseorang menumpahkan keluh kesahnya melalui layanan webchat dan suicide hotline. Akun media sosial juga mengunggah pengetahuan tentang masalah kesehatan mental dan bunuh diri. Contohnya konten instagram dibawah ini tentang pemicu seseorang memiliki pikiran bunuh diri:
commit to user commit to user
Gambar 2.4: Feed Instagram tentang pemicu seseorang memiliki pikiran bunuh diri Sumber: Instagram Save Yourselves, 2019
Beberapa materi visual telah diproduksi oleh komunitas Save Yourselves yang diunggah di akun komunitas kebanyakan berbentuk poster acara, postingan Instagram, dan dokumentasi acara berbentuk foto atau video.
D. Target Audiens
Segmentasi target audiens pada konsep perancangan video iklan layanan masyarakat tentang upaya pencegahan bunuh diri ini adalah sebagai berikut : 1. Segmentasi Demografis
a. Usia
: 20-30 tahun
b. Pendidikan : Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama hingga Perguruan Tinggi
c. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan d. Agama : Semua agama
e. Kelas Sosial : Semua golongan
commit to user commit to user
2. Segmentasi Geografis
Daerah yang menjadi target audiens perancangan video iklan layanan masyarakat ini adalah secara khusus provinsi DKI Jakarta dan umumnya seluruh Indonesia.
3. Segmentasi Psikografis
Perancangan video iklan layanan masyarakat ini ditujukan untuk individu yang masih memiliki stigma negatif terhadap pelaku bunuh diri dan enggan memberikan pertolongan terhadap individu yang menderita akibat depresi sehingga muncul keinginan bunuh diri.
E. Komparasi
1. Samaritans PSA
Samaritans.org sebuah organisasi kemanusiaan peduli bunuh diri asal Inggris mengeluarkan sebuah PSA untuk mendukung kampanye “Small Talk, Saves Lives”.
PSA ini secara umum bertujuan untuk menekankan bahwa sedikit pembicaraan bahkan dengan orang asing sekalipun dapat mengintervensi upaya bunuh diri. Video PSA ini secara khusus bertujuan untuk menekan angka kematian bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta yang sedang melaju.
Setting lokasi dari PSA ini adalah stasiun kereta di siang hari yang dipenuhi oleh calon penumpang. Seketika calon penumpang teralihkan dengan suara announcement dari kantor pusat stasiun yang menyatakan bahwa ada insiden bunuh diri di peron nomor 11 yang melibatkan Wanita berumur 28 tahun bernama Sarah Wilson. Namun, dengan senang hati ia melanjutkan bahwa itu tidak benar-benar terjadi karena Sarah Wilson yang ia sebut tadi adalah orang yang ada dibalik announcement ini dan sedang berbicara dengan kalian semua. Sarah menekankan ia commit to user commit to user
membatalkan keinginannya karena ada seorang asing yang memperhatikan gerak- geriknya dan memutuskan untuk bertanya kepadanya.
Iklan ini diluncurkan sekitar November 2017 di platform Youtube berdurasi 92 detik dengan resolusi 1920x1080 p.
Gambar 3.1: Cuplikan Samaritans PSA
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=xLlRZzZdwBo&t=7s, 2017
Gambar 3.2: Cuplikan Samaritans PSA
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=xLlRZzZdwBo&t=7s, 2017
2. Time to Change PSA
Time to Change adalah sebuah kampanye di Inggris yang bertujuan untuk meningkatkan wacana tentang kesehatan mental di masyarakat untuk mendorong perubahan sikap dan stigma menuju lebih baik terhadap penyintas penyakit mental.
Memiliki semboyan #TimetoTalk kampanye Time to Change mengusung PSA ini.
PSA ini secara umum bertujuan untuk mendorong kepedulian atas orang terdekat commit to user
commit to user
yang mengalami perubahan sikap. Secara khusus bertujuan untuk mendorong masyarakat selalu hadir disamping penyintas bersama melawan gangguan mental.
PSA ini diawali musik upbeat dengan tiga orang masuk ke frame secara berurutan masing-masing membawa bangku, ember, dan botol minum. Mereka bertiga melintasi jalanan komplek perumahan diiringi dengan tatapan heran orang disekitarnya. Mereka masuk ke sebuah bengkel dan meminta izin kepada manajer untuk menemui temannya yang tampak murung di sudut bengkel. Ketiganya dengan sigap menghampiri temannya dan bersikap selayaknya sedang menjadi official pada sebuah pertandingan tinju seraya mengatakan bahwa kita bisa bersama menghadapi gangguan mental ini. Iklan PSA ini ditutup dengan ketiganya berpose dengan tulisan
“Be in Your Mate’s Corner.
Iklan PSA ini diluncurkan di platform Youtube sekitar bulan Februari 2017 lalu.
PSA ini memiliki durasi 60 detik dan memiliki resolusi 1920x1080 p.
Gambar 4.1: Cuplikan Time to Change PSA
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=3l8LpDitZvY, 2017
commit to user commit to user
Gambar 4.2: Cuplikan Time to Change PSA
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=3l8LpDitZvY, 2017
F. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) merupakan alat yang digunakan untuk merumuskan produk agar lebih terarah melalui berbagai faktor. Tujuan dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi faktor kunci internal dan eksternal. Analisis SWOT dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Faktor internal: berbentuk strength dan weakness, muncul dari dalam objek yang dianalisis.
2. Faktor eksternal: berbentuk opportunity dan threat, muncul dari luar objek yang dianalisis.
Dalam hal ini analisis SWOT diterapkan dalam perbandingan public service announcement/iklan layanan masyarakat bertemakan upaya pencegahan bunuh diri untuk mengetahui peluang utama dalam pembuatannya.
Berikut ini analisa SWOT perancangan PSA “Hilangkan Stigma”:
1. Strength (kekuatan)
a. Tidak akan memperlihatkan proses bunuh diri secara eksplisit.
b. Mencoba memenuhi durasi yang tepat dengan media televisi dan internet.
commit to user commit to user
c. ILM akan berisi pesan yang kira-kira dapat dipahami dengan baik oleh target audiens.
2. Weakness (kelemahan)
a. ILM akan menampilkan adegan dimana seseorang akan menghakimi secara verbal dan memberikan saran yang tidak sesuai pada orang lain yang menderita penyakit fisik. Hal ini mungkin akan menimbulkan kebingungan pada penonton yang melihat ILM dalam sekali tayangan.
b. ILM akan menampilkan pergantian setting dan scene yang cukup banyak dan cepat sehingga mungkin dalam sekali tayangan, penonton kurang dapat memahami isi pesan ILM.
3. Opportunity (kesempatan)
4. Threat (ancaman)
a. Ketertarikan masyarakat pada isu sosial khususnya pencegahan bunuh diri yang diangkat media ILM masih kurang.
b. Masyarakat lebih tertarik dengan iklan bersifat komersial yang menawarkan produk atau jasa terbaru.
c. Rendahnya literasi masyarakat tentang isu kesehatan mental dan bunuh diri.
Berikut ini adalah tabel yang memuat analisis SWOT dari video iklan layanan masyarakat tentang upaya pencegahan bunuh diri yang masing-masing disebut
“Samaritans PSA” dan “Time to Change PSA”.
a. Kurangnya ILM tentang pencegahan bunuh diri di Indonesia.
b. Akan menjadi media audio visual yang lebih baik dibanding media jenis.
lain dalam meningkatkan kepedulian pencegahan bunuh diri.
c. ILM akan mencoba menyesuaikan nilai dan budaya yang terdapat di Indonesia.
commit to user commit to user
Analisis Samaritans PSA Time to Change PSA
Strength (kekuatan)
- Tidak memperlihatkan proses bunuh diri secara eksplisit
- Menampilkan perubahan signifikan pada diri penyintas - Memiliki pesan yang baik dan tersampaikan
-Tidak memperlihatkan proses bunuh diri secara eksplisit - Durasi cocok dengan media televisi dan internet
- Tone video yang tidak biasa (happy) untuk sebuah PSA bertemakan kesehatan mental - Berisi pesan yang singkat, padat, dan tersampaikan
Weakness (kelemahan)
- Durasi cukup lama - Story telling yang bertele- tele dan ending yang mudah ditebak
- Tidak menampilkan
perubahan signifikan pada diri penyintas
- Memiliki beberapa simbolisme yang mungkin tidak dapat dipahami oleh beberapa penonton dalam sekali tayangan
Opportunity (kesempatan)
- Kurangnya ILM tentang pencegahan bunuh diri di Indonesia
- Menjadi media yang lebih baik dibanding media jenis lain dalam meningkatkan kepedulian pencegahan bunuh diri
- Kurangnya ILM tentang pencegahan bunuh diri di Indonesia
- Menjadi media yang lebih baik dibanding media jenis lain dalam meningkatkan kepedulian pencegahan bunuh diri
Threat (ancaman)
- Ketertarikan masyarakat pada isu sosial khususnya pencegahan bunuh diri yang diangkat media ILM masih kurang
- Ketertarikan masyarakat pada isu sosial khususnya pencegahan bunuh diri yang diangkat media ILM masih kurang
commit to user commit to user
G. Unique Selling Preposition (USP)
Unique Selling Preposition (USP) merupakan strategi untuk memunculkan keunikan dan keunggulan suatu produk atau jasa yang kemungkinan tidak dimiliki oleh produk dan jasa lain yang sudah ada, sehingga produk atau jasa tersebut menjadi unggul dan berbeda. USP dari video iklan layanan masyarakat (ILM) ini adalah menampilkan tindakan nyata yang bisa dilakukan untuk menanggulangi pemikiran bunuh diri dan menampilkan dampak positif pada pemikir bunuh diri apabila mengikuti cara penanggulangan bunuh diri yang ada didalam ILM.
H. Positioning
Positioning merupakan suatu upaya menempatkan suatu produk, individu, pesan atau merk untuk mendapatkan posisi terbaik dan melekat di benak konsumen.
Strategi positioning ILM ini adalah memposisikan sebagai media kampanye peningkatan kepedulian masyarakat disekitar penderita depresi hingga berpikiran bunuh diri. Kepedulian masyarakat termasuk diantaranya adalah mengenali pemikir bunuh diri, tidak menghakimi, dan mau memberikan saran pengobatan yang baik.
- Masyarakat lebih tertarik dengan iklan bersifat
komersial yang menawarkan produk atau jasa terbaru - Perbedaan budaya dan nilai yang ada di Indonesia
- Rendahnya literasi masyarakat tentang isu kesehatan mental dan bunuh diri
- Masyarakat lebih tertarik dengan iklan bersifat
komersial yang menawarkan produk atau jasa terbaru - Perbedaan budaya dan nilai yang ada di Indonesia
- Rendahnya literasi masyarakat tentang isu kesehatan mental dan bunuh diri
commit to user commit to user