45
SENI KRIYA KHAS KUNINGAN
(VISUALISASI DISAIN DAN BENTUK DALAM PERSPEKTIF KEKINIAN)
Dr. Ijah Hadijah, M.Pd
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ABSTRAK
Seni kriya tradisional merupakan segala bentuk produk hasil kebudayaan materi tradisional masyarakat, tanpa mengalami perubahan-perubahan yang berarti pada masa kini. Seperti benda- benda perlengkapan upacara atau religi, wayang golek, aneka perhiasan, senjata-senjata tradisional, seperangkat gamelan dan lain- lain.Seni kriya modern atau kontemporer merupakan produk-produk karya yang memiliki bentuk-bentuk kebaruan dalam berbagai konsep pengembangan aspek-aspek desain. Teknik produksi dan perupaan tetap berbasis pada unsur-unsur tradisional. Dalam arti produk tersebut merupakan hasil proses pengembangan dari berbagai teknik lama dengan bentuk- bentuk yang mengacu pada konsep tradisional serta memiliki muatan-muatan filosopis masa lalu.Sebagai Sebuah bentuk usaha kreatif pada bidang seni kriya, penulis mengaplikasikannya dalam berbagai produk kriya tradisional dan modern atau kontemporer. Dasar tujuan yang ditetapkan sebelumnya mengacu pada konsep seni kriya sebagi sebuah karya yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dan berada pada posisi diantara wilayah seni dan disain.
Hal ini penulis lakukan agar keberadaan seni kriya yang penulis buat tidak bersifat kaku dalam sebuah pengelompokan kriya dan selalu didasarkan pada wilayah mana secara esensial kriya tersebut beraktifitas.
Kata-kata kunci: Kriya tradisional, Kriya moderen, Kuningan Jawa Barat
PENDAHULUAN
A. Seni Kriya Sebagai Usaha Kreatif
Seni kriya pada dasarnya mencakup disiplin ilmu seni dan ilmu disain. Sehingga muncul istilah kriya seni dan kriya disain, seni kriya dan disain kriya.
Pertimbangan teknik produksi, cost dan nilai-nilai kepraktisan cenderung dikelompokan sebagai produk kriya disain.
Mengembangkan konsep kriya masa kini tentu tidak lepas dari lingkup secara keseluruhan baik berupa kriya tradisional maupun
46 kriya modern atau kontemporer.
Pengembangan seni kriya masa kini sebagai wujud ekspresi pribadi, penulis menuangkannya dalam proses pembuatan berbagai produk dengan elemen hias dalam bentuk relief Kuningan dan berbagai karya kriya lainnya seperti topeng kreasi, souvenir miniatur kepala kuda Kuningan dan stilasi bentuk Ikan Dewa yang diasarkan pada aspek kreasi produk namun tetap memiliki esensi estetika baik sebagai pure art maupun sebagaiapplied art.
Beberapa karya kriya yang penulis disain dan diproses sehingga menghasilkan produk kriya denagn wilayah pameran di Indonesia antara lain :
Terciptanya berbagai jenis bentuk kriya tradisional dan kriya modern atau kontemporer tersebut berdasar kanide-ide kreatif penulis yang dapat dituangkan secara visual
disebabkan tumbuhnya kesadaran penulis bahwa sebagai sebuah karya seni kriya yang bersif atinovatif dan kekinian harus senantiasa bertumpu pada hal-hal yang memiliki konsep relasi sosial secara timbal balik antara seni kriya dengan perkembaangan saatini.
B. Seni Kriya Sebagai Bentuk Produk Ekonomi Kreatif Berbagai produk seni kriya ysng bersifat modern atau kontemporer yang penulis buat selama kurun waktu Tahun 2015 sampai sekarang tentu memberikan dampak dalam proses relasi sosial - budaya di masyarakat. Dalam konteks ekonomi kreatif, bidang seni kriya merupakan sebuah komediti yang dapat dieksplorasi secara terusmenerus. Manusia dengan akal budinya serta disertai kreativitas yang ditempatkan dalam lingkungan yang kondusif akan mampu menghasilkan produk- produk kreatif yang memiliki nilai ekonomi yang didalamnya terdapat craft (kriya).
Souvenir adalah salah satu mata rantai yang penting dalam industri pariwisata. Hal ini disebabkan karena souvenir sudah
47 diorientasikan pada aspek komodeti
pariwisata melalui pameran HARKOP JABAR KE-70 pada Tahun 2017 dikabupaten Kuningan dan pameran di Kota Lombok, Jambi, dan Medan dalam kurun waktu Tahun 2017-2018. Produk kriyayang penulis buat secara temporer juga dipasarkan dalam jumlah massal di beberapa kota di Indonesia seperti Bogor, Pemalang, dan Pekalongan.
Melihat potensi kekayaan seni kriya di Indonesia yang begitu tinggi menurut penulis sangat penting jika produk kriya lokal di kembangkan dan dieksplorasi sehingga mampu menjadi kontributor utama dalam era ekonomi kreatif saat ini. Karena dari semua elemen ekonomi kreatif yang terkait dengan seni kriya memang semestinya tidak disatu kandengan kelompok teknologi tinggi.
Menurut penulis seni kriya sangat sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia dan dapat mendorong peningkatan ekonomi kerakyatan. Industri kriya dapat dikembangkan secara padat karya sehingga dapat memberikan
pekerjaan kepada masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Kuningan.
Makin menyusutnya Sumber Daya alam (SDA) tentu diperlukan adanya kemampuan dalam mengolah alam dan cara-cara lain untuk mengatur roda perekonomian bangsa Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan produk kriya sebagai sumber ekonomi kreatif. Pengembangan produk seni kriya yang penulis hasilkan dapat dijadikan sebuah modal ekonomi kreatif di Indonesia saat ini. Produk yang dihasillkan diproses melalui bahan dasar kayu dan gypsum.
Berbagai eksplorasi yang penulis lakukan dikembangkan dengan menggunakan teknik ukir dan cetak tinggi.
Namun dalam
perkembangan seni kriya saat ini tentu tidak lepas dari permasalahan yangberkaitandenganproduk,pemas aran,SDM,dansektor-
sektorlainnyayangberkaitan dengan proses pembuatan. Seperti produk seni kriya yang penulis buat memang rentan terhadap kerusakan atau patah jika menggunakan bahan
48 dasar gypsum, berbeda dengan
produkkaryayangmenggunakanbaha ndasardarikayu.Disisilainproduksen ikriyayang penulis buat tetap memperhatikan unsur kemudahan, keamanan, estetika, dan hal-hal lain yang bisa meningkatkan nilai jual produk. Sehingga dapat menjadikan produk-produk seni kriya yang penulis buat tetap memiliki esensi bentuk dan ragam hias produk lokal yang memiliki kekhasan dan tidak kalah bersaing dengan produk- produkluar.
METODE Menurut
Sugiyono (2017), metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data
hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna di sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari
masalah sosial. Berbagai macam kasus ini dapat berupa suatu peristiwa, aktivitas, proses, dan program dijadikan sebuah objek penelitian (Creswell, 2016).
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai langkah kerja peneliti. Selain itu untuk mendapatkan data penelitian dilakukan observasi lapangan pada pengerajin langsung. Dengan menggunakan teknik wawancara maka data dapat dikelompokan dari sumber secara langsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Dasar Pembuatan Produk Seni Kriya
A. Nilai-nilai Kemasyarakatan Nilai-nilai kemasyarakatan pada seni kriya memang tidak perlu diragukan lagi karena seni kriya tercipta sebagai bentuk dan cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Kriya pada dasarnya merupakan salah satu bagian dari seni rupa yang dipandang sangat relevan sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan dan sasaran
49 pendidikan.
a. Relief Khas Kuningan Secara visual keberadaan ukiran dalam bentuk visualisasi kriya relief Kuningan terdapat pada stilasi bentuk Bokor Kuningan, Kuda Kuningan, dan stilasi bentuk Ikan Dewa sebagai simbolisme yang penulis gubah dan stilasi pada bagian bentuk tanpa menghilangkan nilai-nilai dan pemaknaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni kriya yang menyangkut aspek kegunaan tentu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan praktis dan estetisnya.
Nilai-nilai tersebut dapat ditarik berdasarkan landasan dasarnya seperti religius, spiritual, moral, etis, estetis, dan nilai praktis.
Bentuk-bentuk stilasi yang divisualisasikan dalam bentuk relief pada dasarnya merupakan konsep pengolahan kompleksitas material yang tidak terbatas (bisa dengan menggunakan kayu atau pun gypsum).Menurut penulis peran media dalam aplikasi karya- karya seni kriya bukan lagi harus dijadikan persoalan yang perlu diperdebatkan. Karena yang terpenting adalah ide dan gagasan
yang mendasari terciptanya sebuah karya kriya. Yakni ide- ide dan gagasan yang bersifat kreatif dan inovatif dengan cara terus mengangkat isu-isu yang sedang berkembang sehinggga esensi seni kriya tetap bisa mengikuti perkembanganzaman.
Eksplorasi modern dapat diwujudkan pula dalam berbagai bentuk visualisasi kekinian tentang karya-karya kriya saat ini. Sumber inspirasi tersendiri yang dapat diwujudkan dalam bidang kriya tetap harus memiliki unsur-unsur artistik luar biasa dan dapat diapresiasi sebagai sebuah pengembangan baru dalam dunia seni secara umum.
Gambar 1 Eksplorasi Moderen
50 b. Topeng Kreasi Khas
Kuningan
Topeng kreasi khas Kuningan yang penulis buat tidak didasarkan pada orientasi pakem, namun lebih menitikberatkan pada ekspresi kreatif sebagai sebuah simbol visual bentuk manusiadariberbagaiperwatakan.Per paduanunsur-unsur bentuk lebih dominan dibandingkan dengan nilai-nilai perlambangannya.
Perwatakan sebagai simbol diciptakan melalui keberagaman kreasi sosio-budaya yang ada di Kabupaten Kuningan JawaBarat.
Kesadaranpenulisdalammen ciptakanbentukkriyatopengkreasime rujukpadacatatan konsep dan proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam rangka menciptakan karya- karya masa kini yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai modal utamanya, tentu diperlukan sebuah pemahaman secara menyeluruh dari berbagai aspek yang dapat menunjang terciptanya karya yang unggul. Hal ini penulis lakukan melalui pengembangan gagasan- gagasan karya, konsep karya, dan cita karya. Kesemuanya itu terangkum melalui perwujudan
kriya yang memiliki tingkat keunikan dan kekhasan produk karya kriya masa kini seperti halnya topeng kreasi. Produk kriya yang penulis hasilkan tampil dengan citranya yang khas dan telah teruji sebagai produk yang meiliki jatidiri.
Gambar 2 Topeng
Gambar 3. Topeng Kreasi
51 B. Aneka souvenir khas
Kuningan (miniatur kepala kuda Kuningan dan stilasi Ikan Dewa)
Pemahaman kriya sebagai salah satu bentuk produk seni rupa baik yang bersifat pure art (seni rupa murni) yang hanya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan estetis dan sebagai applied art (memiliki nilai guna fungsional) tetap tidak lepas dari unsur-unsur yang bersifat dekoratifdannilai-nilai tradisi yang bersifat unik.Pemahaman ini tentu memberikan gambaran kepada penulis dan sekaligus kelonggaran untuk terus melakukan pengembangan ekpresi gagasan dalam bentuk kriya souvenir khas Kuningan.
Keunikan yan muncul dari karya-karya kriya yang penulis visulalisasikan dam bentuk souvenir khas Kuningan didasarkan pada alasan bahwa keberadaan seni kriya dapat dipahami lebih luas tidak hanya mencakup unsur-unsur yang berkaitan dengan nilai guna pungsional (appliedart) namun juga aspek-aspek lainnya yang berkait andengan pemenuhan estetis secara utuh. Sehingga diharapkan dalam
lingkup karya-karya seni kriya yang penulis hasilkan memiliki ke kompletan dan ruang lingkup yang tidak kaku namun bersifat menyeluruh. Keunikan yang muncul secara visual dalam disain bentuk bertujuan untuk menghasilkan kesan dinamis ornamentasi pada setiap karakter souvenir (miniatur kepala kuda Kuning andanstilasi Ikan Dewa).
Aspek estetika yang
divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi bertujuan pula untuk menghasilkan kedalaman dan efekestetis.
Penciptaan kriya topeng kreasi, aneka souvenir khas Kuningan, dan relief Kuningan diarahkan pada dasar pengembangan karya-karya modern, yaitu:
1. Usaha inovatif yang
mengarah pada
karyaindividual
2. Usaha yang mengacu pada unsur-unsur masa lalu yang kemudian diterapkan pada rancangan-rancangan produk kriya masakini. Berbagai upaya trsebut penulis lakukan bertujuan untuk menciptakan berbagai produk-
52 produk yang bermuatan lokal atau
mengandung citra kedaerahan yang memiliki ciri khas budaya Kuningan.
C. Estetika Motif Hias
Seni kriya memang tidak bisa lepas dari unsur-unsur motif maupun pola sebagai elemen dasar dalam pembuatan ornamen atau hiasan, penempatan dan kesesuaian dalam mengikuti bidang atau ruang menjadi bahan pertimbangan guna terciptanya aspek harmony bentuk. Jika ditinjau secara kronologis kegiatan estetika motif hias pada salah satu karya yang penulis buat
Gambar 4. Motif Hias
Yakni pada bentuk relief Kuningan menggunakan kategori modern (praktis, ekonomis, dan efisien). Alasan yang mendasarinya adalah bahwa karya
relief digunakan sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan manusia. Berbagai motif hias maupun pola-pola yang diterapkan dalam seni kriya jenis relief bertujuan agar tersalurkannya gagasan estetik dengan mengacu pada budaya khas kedaerahan.
Estetika motif hias yang penulis gunakan pada setiap karya kriya memiliki nilai-nilai filosopis sebagai berikut:
1. Kuda Kuningan
Icon kuda Kuningan yang bernama si Windu merupakan kuda milik Adipati Ewangga (Panglima pasukan asal Kuningan). Si Windu selalu ikut dalam setiap pertempuran.Walaupun kecil si Windu adalah seekor kuda yang gagah, dan gesit sehingga dalam setiap pertempuran Adipati Kuningan selalu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya.
Sejak itulah muncul istilah “kecil- kecil kuda Kuningan” artinya walaupun badannya kecil namun kuda Kuningan memang memiliki kekuatan yang luarbiasa.
Secara filosopis kuda jantan si Windu yang saat ini juga
53 digunakan dalam lambang
daerah Kabupaten Kuningan memiliki makna sebagai berikut :
“ Melambangkan sifat masyarakat yang ada di Kabupaten
Kuningan yang
bersifatdinamis,konstruktif,kreatif,s portif,semangatmenegakankeadilan dan melenyapkan kebathilan.
Dalam sejarah perjuangan leluhur Kuningan dan masa gerilya di Kabupaten Kuningan,kuda jantan si Windu digunakan sebagai sarana angkutan dan juga digunakan sebagai alatperjuangan.”
Si Windu pernah juga digunakan dalam perjalanan perang sang Adipati Kuningan untuk bertempur membantu Cirebon dalam rangka menundukan Galuh, Wiralodra (Indramayu), bahkan ke Sundakalapa untuk menundukan Portugis. Kegesitan dan kelincahan
kuda jantan si Windu terlihat saat Sang Adipati Kuningan bertempur dengan Prabu Wiralodra yangmenundukangajah.Denganket angguhandankegesitankudasiWind umakapertempuran pun akhirnya dimenangkan oleh Sang Adipati Kuningan. Kisah tersebut pada akhirnya mencuatkan istilah tentang Kuda Kuningan. Yang dapat dijabarkan bahwa walaupunbertubuh kecil tetapi tidak bisa dianggap enteng, karena dapat mengalahkan kuda-kuda lain yang lebih besar.
2. Ikan Dewa
Ikan Dewa yang terdapat di Kuningan Jawa Barata dalah icon sejarah lainnya yang memiliki makna yang mendalam berkaitan dengan kehidupan masyarakat Kabupaten Kuningan. Ikan Dewa atau ikan kancrabodas atau sering sisebut dengan istilah Tor Douronensis memiliki badan yang
besar denagn panjang sekitar 60 cm serta memiliki sisik yang besar pula. Bagian kepala menyerupai kepala ikan mas namun postur tubuh menyerupai ikan Arwana.
Ikan Dewa merupakan ikan keramat karena konon dahulu ikan ini adalah
prajurit-prajurit yang membangkang atau tidak setia pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Para prajurit tesebut kemudian dikutuk menjadi ikanDewa.
3. BokorKuning
Icon bokor kuning di
54
Kabupaten Kuningan
melambangkan sejarah lahirnya Sang Adipati Kuningan yang kemudian menjadi kepala pemerintahan pertama di Kuningan pada tanggal 1 April 1498. Bokor kuning dapat diartikan juga sebagai lambang lahirnya Pemerintah Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 September 1498.
D. Kemitraan dengan Nisya Batik (Batik khasKuningan)
Upaya eksplorasi berbagai karya kriya masa kini yang memiliki keunikan khas kedaerahan, penulis menjalin kerjasama dengan kriyawan batik
khas Kuningan “Nisya Batik” yaitu Bapak Sutisna dan Ibu Emay Marsiti di Desa Cikubangsari Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. Dalam hal ini penulis berperan sebagai salahsatu subjek yang mempublikasikan keberadaan Nisya Batik baik secara tertulis maupun promosi produk.Nilai- nilai kemasyarakatan pada Nisya Batik divisualisasikan dari bentuk-bentuk ragam hias tradisi yang bersifat pakem sehingga munculah kriya batik Kuningan sebagai bentuk ekspresi kreatif lainnya di bidang seni motif hias. Menurt penulis Keberanian
Nisya Batik untuk
mengekspresikan perubahan dalam bentuk-bentuk motif hias pada kriya batik bertujuan untuk menggali dan mengembangkan kedalaman teknolgi terutama dalam aspek
proses produksi, bentuk, dan
simbol-simbol yang
divisualisasikan dalam berbagai motif batik khas Kuningan.
Gambar 5 Peneliti dan Owner Nisa Batik
55 Ekspresi perubahan tersebut
tentu tidak langsung memberikan dampak terhadap degradasi aspek- aspek lainnya terutama yang menyangkut nilai, namun justru dapat memberikan fenomena baru dalam rangka menggali budaya tradisi Nusantara. Ekspresi terhadap berbagai visualisasi bentuk motif ragam hias pada batik khas Kuningan (NisyaBatik) merupakan sebuah sumber inspirasi tersendiri yang diwujudkan dalam bentuk karya kriya yang memiliki unsur-unsur astistik dan dapat diapresiasi sebagai sebuah pengembangan baru dalam dunia kriya batik.
Nisya Batik adalah pusat kriya batik khas Kuningan yang telah banyak mengikuti berbagai
event pameran tingkat Kabupaten, Provinsi, dan Nasional. Selain itu Nisya Batik juga sering menerima kunjungan wisata pendidikan dan penyelenggara workshop membatikpada:
1. 315 siswa SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan.
2. 270 siswa SMPN 7 KabupatenKuningan.
3. 27 siswa SMU ITUS Jalaksana Kabupaten Kuningan.
4. 68 siswa SMUN Depok Bogor
5. 30 Mahasiswa S1 dan S2 Korea
6. 3 orang kunjungan INKOM Jabar
Gambar 6. Nisa Batik Motif 1
56 Gambar 7. Nisa Batik Motif 2
Gambar 8. Nisa Batik Motif 3
KESIMPULAN
Visi Misi Berkarya Kriya Menentukan sikap ketika dihadapkan pada suatu keadaan untuk memilih bukanlah suatu tindakan yang mudah dilakukan. Aspek kecermatan tentu merupakan sebuah pertimbangaan yang menentukan bagi penulis untuk memilih kewajiban yang bersifat ganda. Kewajiban ganda yang
dimaksud dikarenakan penulis memiliki visi dan misi denganberbagai konsep dan tindakan yang dapat mensejajarkan kiprah seni kriya dngan bidang seni rupa lainnya.
Faktor waktu bagi penulis sebagai pelaku seni kriya merupakan sebuah kesempatan yang tidak terbatas untuk tetap berkreasi. Kiprah penulis di bidang seni kriya berorietasi pada visi misi yang senantiasa disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Karena menurut penulis seorang kriyawan intelektual selayaknya mengejar dan mensejajarkan predikat
“seninya” dimana seni kriya tidak bisa lepas dengan produk-produk yang dibutuhkan masyarakat dewasa ini.
57 DAFTAR PUSTAKA
Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan. Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,.
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.