• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

14

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

”sama”, dalam arti kata sama makna mengenai suatu hal (Effendy, 1986:3-4).

Menurut Robbins & Coulter (2007) dalam Ramadanty (2014:3) menyatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Jika tidak ada informasi atau ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi. Agar komunikasi berhasil, maksud harus ditanamkan dan dipahami.

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatus” atau communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Riswandi, 2009:1).

Selanjutnya Mulyana (2008:4) mengatakan bahwa Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam kesehariannya dengan orang lain yang ada disekitarnya. Selain itu komunikasi juga berperan untuk menyatakan identitas diri seperti yang dikemukakan oleh Thomas M.

Sheided bahwa manusia berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.

Menurut Suranto (2005:16) menjelaskan bahwa komunikasi yaitu suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Muhammad (2005:4-5) mengutarakan bahwa komunikasi merupakan pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.

Hardjana (2003) dalam Gunawati, dkk (2006:100) mendefiniskan bahwa pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Sudut pandang

(2)

pertama adalah dari proses terjadinya komunikasi yang menyatakan bahwa, komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh komunikator berupa penyampaian pesan melalui media tertentu kepada komunikan, komunikan menerima pesan dan memahami pesan sesuai dengan kemampuan serta menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada komunikator. Ditinjau dari sudut pandang pertukaran makna, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Media komunikasi merupakan alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, dan alat yang digunakan oleh komunikan untuk menyampaikan umpan balik atas pesan yang telah diterima dan dipahami oleh komunikan.

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses peralihan dan pertukaran informasi oleh manusia melalui adaptasi dari dan daslam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya. Proses peralihan dan pertukaran informasi itu dilakukan melalui simbol-simbol bahasa verbal maupun non verbal yang dipahami bersama (Liliweri, 2011:5). Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, maka pengertian komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan tanpa perantara dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan.

Menurut Robbins & Coulter (2007) yang dikutip Ramadanty (2014:3) terdapat empat fungsi utama komunikasi antara lain:

1. Kontrol. Komunikasi bertindak sebagai kontrol perilaku anggota dalam berbagai cara

2. Motivasi. Komunikasi mendorong motivasi dengan menjelaskan pada karyawan apa yang harus diselesaikan, seberapa baik mereka melakukannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk kinerja jika tidak sejajar. Ketika karyawan menetapkan tujuan tertentu, bekerja untuk tujuan itu, dan menerima umpan balik dari perkembangan tujuan itu, maka komunikasi diperlukan.

(3)

3. Ekspresi emosional. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok adalah mekanisme fundamental di mana anggotanya berbagi rasa frustasi dan perasaan puas.

4. Informasi. Individu dan kelompok memerlukan informasi untuk menyelesaikan sesuatu dalam organisasi.

Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Adapun proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut (Argiris dalam Nurrohim dan Anatan, 2009:3):

2.1.2 Model Teori Komunikasi antar Manusia

Teori model dan kualitas hubungan antar manusia di golongkan menjadi 3 yaitu:

1. Teori transaksional

Merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan masing-masing persamaannya beraksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

2. Teori pesan

Merupakan teori yang lebih menekankan pada suatu pergaulan social dengan scenario yang sudah disusun di masyarakat. Setiap hubungan antar manusia di atur oleh tatanan kehidupan yang ada di masyarakat dan masyarakat tersebut mengatur bagaimana setiap manusia harus berperan dalam pergaulan sehari-hari.

(4)

3. Teori permainan

Teori yang memperhatikan fase manusia sepanjang siklus kehidupannya di mulai sejak masa kanak-kanak, dewasa sampai tua. Pada masa kanak-kanak hubungan cenderung bersifat manja, pada maa dewasa, pergaulan atau hubungan antara manusia menjadi suatu esadaran, tanggung jawab dan luges dimasa ini manusia aan menyadari akibat dan resiko dari suatu hubungan sedangankan pada masa tua manusia akan memaklumi kesalahan orang lain dan hubungan di artikan sebagai suatu perasaan saling menyayangi. (Romauli :2013)

2.1.2 Komponen komunikasi

Menurut Suranto (2005:17-19) komponen komunikasi adalah, sebagai berikut:

1. Komunikasi/pengirim pesan. Komunikator adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan tersebut diproses melalui petimbangan dan perencanaan dalam pikiran. Proses mempertimbangkan dan merencanakan tersebut berlanjut kepada proses penciptaan pesan. Dengan demikian seorang komunikator menciptakan pesan, untuk selanjutnya mengirimkannya dengan saluran tertentu kepada orang lain.

2. Pesan/informasi. Pesan atau informasi, adapula yang menyebutkan sebagai gagasan,ide, simbol, stimuli, maupun message, pada hakekatnya merupakan sebuah komponen yang menjadi isi komunikasi. Pesan ialah informasi yang diciptakan komunikator dan akan dikirimkan kepada komunikan. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupun non-verbal baik lisan maupun tulisan.

Pesan verbal secara tertulis misalnya memo, surat, buku, dan pesan pendek melalui fasilitas Short Message Service (SMS) dalam telepon seluler. Pesan verbal lisan misalnya berupa percakapan, baik percakapan langsung maupun melalui media. Pesan non verbal ialah pesan isyarat bisa berupa isyarat gerak badan, ekspresi wajah, nada suara dan sebagainya.

3. Media/saluran. Media adalah suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Ada berbagai macam media, meliputi; media cetak, audio dan audio visual.

(5)

Dengan variasi media yang tersedia, seorang komunikator dapat menggunakan satu atau lebih dari satu media yang dirasa paling efisien untuk menyampaikan pesan.

4. Komunikan/penerima. Selain disebut sebagai komunikan/penerima, ada sebutan lain yang cukup sering dipakai, misalnya receiver, audience, sasaran. Komunikan adalah pihak penerima pesan. Sebenarnya tugas seorang komunikan tidak hanya menerima pesan, melainkan juga menganalisis dan menafsirkan, sehingga dapat memahami makna pesan tersebut

5. Umpan balik/ feedback. Umpan balik atau feedback sering pula disebut respon. Disebut demikian karena komponen ini merupakan respon atau tanggapan dari seorang komunikan setelah mendapatkan pesan. Pesan yang diterima, dianalisis, ditafsirkan oleh komunikan tersebut akan mendorong komunikasi itu untuk bereaksi. Reaksi yang timbul itulah yang dinamakan respon atau umpan balik.

6. Gangguan/noise. Gangguan komunikasi seringkali terjadi, baik gangguan yang bersifat teknis maupun semantis. Gangguan teknis bisa saja terjadi karena saluran tidak berfungsi secara baik. Sementara itu gangguan semantis bermula dari perbedaan pemaknaan arti lambang atau simbol dari seorang komunikator dengan komunikan

2.2 Komunikasi Antar budaya

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya sebagai satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Darmastuti, 2013:63). Majid (2014:156) komunikasi antar budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain disekitarnya yang mperjelas pesan.

(6)

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Komunikasi antar budaya juga dapat diartikan sebagai proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu (Liliweri, 2007:9).

Menurut Mulyana dan Rakhman (2005) yang dikutip oleh Majid (2014:156) komunikasi antar budaya terjadi bila pengirim pesan anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Seperti telah kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh pembendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang di miliki setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan- perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segal macam kesulitan.

Menurut Samovar dan Porter yang dikutip oleh Liliweri (2001:160) mengungkapkan bahwa untuk mengkaji komunikasi antarbudaya perlu dipahami hubungan antara kebudayaan dengan komunikasi. Melalui pengaruh budayalah manusia belajar komunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kategori- kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan kebudayaan. Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau peristiwa. Cara-cara manusia berkomunikasi, keadaan berkomunikasi, bahkan bahasa dan gaya bahasa yang digunakan, perilaku-perilaku non-verbal merupakan respons terhadap dan fungsi budaya.

Arsheila (2015:3) komunikasi antarbudaya sebagai suatu proses yang mempengaruhi perilaku sumber (komunikator) dan penerimanya (komunikan) dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap/perilaku tertentu. Berdasarkan pengertian komunikasi antabudaya di atas, maka pengertian komunikasi antarbudaya adalah suatu proses kegiatan komunikasi yang melibatkan individu-individu yang berasal dari lingkungan sosial budaya yang berbeda.

(7)

Menurut Liliweri (2011:137) setiap manusia dapat mengkonseptualisasi komunikasi antarbudaya dalam lima tingkatan, yakni: 1. Aspek kosmologis, yaitu tingkat untuk memahami kebudayaan dan gambaran universal kebudayaan tersebut dengan memperhatikan pandangan yang didasarkan pada kepercayaan anggota komunitas terhadap kosmilogis sebagaimana terlihat dalam model kebudayaan di atas; 2. Aspek historis, yang menentukan fakta obyektif dan data tentang komunikasi antarbudaya atau litasbudaya; 3. Aspek teoritikal atau konsep untuk menentukan sistem analisis manakah yang dapat diterapkan dalam komunikasi antarkelompok, manakah teori dan model postulat dan hipotesis yang dapat digunakan sebagai alat proses analisis; 4. Aspek praktis, faktor-faktor manakah yang menentukan uji coba, simulasi, pengawasan dan pengalaman nyata terhadap komunikasi antarbudaya; 5. Aspek praktis evaluatif, yakni bagaimana menentukan cara terbaik dalam menangani resiko dan masalah yang berkaitan dengan semakin berkembangnya komunikasi antarbudaya.

Liliweri (2009:368) komunikasi antarbudaya itu dilakukan: 1. Dengan negoisasi untuk melibatkan orang-orang dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan; 2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung pada persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi; 3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat, karena berpengaruh terhadap perilaku kita; dan 4. Untuk menunjukkan fungsi sebuah kelompok, sehingga kita dapat membedakan dari kelompok lain.

2.2.2 Faktor-faktor penyebab komunikasi antar budaya

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi antarbudaya, adalah (Devito, 2011:530):

1. Mobilitas, adalah mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua yang lain banyak dilakukan. Saat ini orang seringkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang

(8)

berbeda serta untuk menggali pelaung-peluang ekonomis. Maka hubungan natarpribadi semakin menjadi hubungan-hubungan antar budaya.

2. Saling ketergantungan ekonomi karena masa kini, kebanyakan negara secara ekonomis bergantung pada negara lain. Kehidupan ekonomi suatu bangsa akan bergantung pada kemampuan bangsanya untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda dari bangsa lain yang lebih maju.

3. Teknologi komunikasi, meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang ada kalanya asing masuk ke rumah kita. Berita- berita dari luar negeri merupakan hal yang lumrah kita saksikan melalui televisi. Kini kita juga dapat terhubung langsung ke setiap pelosok dunia melalui media internet.

4. Pola imigrasi, hampir setiuap kota besar di dunia, kita dapat menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja atau bersekolah dengan orang yang sangat berbda dari kita. 5. Kesejahteraan politik karena sekarang ini kesejahteraan politik kita sangat bergantung pada kesejahteraan negara lain. Komunikasi dan slaing pengertian antarbudaya menjadi hal penting untuk mempertahankan hubungan bilateral.

2.2.3 Efektivitas Komunikasi Antar budaya

Komunikasi antarbudaya yang benar-benar efektif harus memperhatikan empat syarat, adalah sebagai berikut:

1. Menghormati anggota budaya lain sebagai manusia;

2. Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki;

3. Menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak, dan

4. Komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya yang lain (Liliweri, 2011:171).

Arsheila (2015:4) dalam kehidupan sehari-hari kita tak bisa emninggalkan yang namanya komunikasi. Baik antar individu, kelompok/organisasi. Bila diteliti banyak kegagalan dari komunikasi yang dilakukan. Adapun kondisi

(9)

yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi yang efektif, di antaranya: 1.

Openese (adanya keterbukaan); 2. Supportiveness (adanya susana saling mendukung); 3. Positiviness (bersikap positif; 4. Empathy (memahami perasaan orang lain); 5. Equality (kesetaraan).

Selanjutnya menurut Liliweri (2011:171) mengutarakan bahwa efektivitas komunikasi tergantung atas pengertian bersama antarpribadi sebagai suatu fungsi orientasi persepsi, sistem kepercayaan dan gaya komunikasi yang sama.

Ada beberapa faktor penentu dalam efektivitas komunikasi antarpribadi, adalah:

1. Keterbukaan, 2. Empati,

3. Perasaan positif, 4. Dukungan, dan 5. Keseimbangan.

2.2.4 Unsur-unsur komunikasi antar budaya

Unsur-unsur proses komunikasi antarbudaya meliputi: 1. Komunikator, 2.

Komunikan 3. Pesan atau symbol 4. Media 5. Efek atau umpan balik 6. Suasana (setting dan context); 7. Gangguan (noise atau interference) (Majid, 2014:156).

Menurut Mulyana dan Rakhmat (2009:14-15) ada delapan unsur komunikasi dalam konteks komunikasi sengaja, yakni:

1. Sumber (source). Sumber adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan ini mungkin berkisar dari kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu, hingga kebutuhan berbagai informasi atau untuk mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

2. Penyandian (encoding). Penyadian adalah Kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merangsang perilaku verbal dan non verbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.

(10)

3. Pesan (message). Pesan adalah hasil dari penyandian. Suatu pesan terdiri dari lambang-lambang verbal atau non verbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Pesan bersifat eksternal bagi sumber, pesan adalah apa yang harus dampai dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima.

4. Saluran (channel). Penghubung antara sumber dan penerima. Suatu saluran adalah alat fisik yang memindahka pesan dari sumber ke penerima.

5. Penerima (receiver). Penerima adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima mungkin dikehendaki oleh sumber atau orang lain yang dalam keadaan apapun menerima pesan sekali pesan itu telah memasuki saluran.

6. Penyadian (decoding). Penyadian adalah proses internal penerima dan pemberian makna kepada perilaku sumber mewakili perasaan dan pikiran sumber.

7. Respons penerima (receiver respone). Ini menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respons bisa beraneka ragam, bisa minimum bisa maksimum. Respons minimum keputusan penerima mengabaikan pesan, sebaliknya yang maksimum tindakan pesan yang segera, terbuka dan mungkin mengandung kekerasan. Komunikasi dianggap berhasil bila respons penerima mendekati apa yang dikehendaki oleh sumber.

8. Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang menginginkan menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian/perbaikan- perbaikan dalam komunikasi selanjutnya.

2.3 teori komuniasi antar budaya

William gudykunst memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan di antara keraguan dan ketakutan. Ia menggunakan

(11)

istilah komunikasi efektif kepada proses-proses meminimalisir ketidak mengertian.

Gudykunst meyakini bahwa kecemasan dan ketidak pastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasih pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari misinterprestasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidak pastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi suatu emosi.

Konsep-konsep dasar a. Konsep diri

Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.

b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing

Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk didalam kelompo ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan.

c. Reaksi terhadap orang asing

Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan kita untukk mempredeksi secara tepat prilaku mereka. Sebuah peningkatan baru beimpati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan mempredeksi orang asing secara akurat.

d. Kategori sosial dari orang asing

Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat.

Pembatas kondisi yaitu pemahaman perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang-orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok. Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan akan kecemasan

(12)

menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam pempereratkan perilaku mereka.

e. Proses situasional

Sebuah peningkatan di dalam situasi informal dimana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap prilaku mereka.

f. Koneksi dengan orang asing

Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain.

Pandangan umum dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyakarat lainnya. Biasanya pandangan umum bersifat negatif, dan dapat memicu munculnya konflik, karena pandangan umum ini sebagai stempel yang terus melekat kepada suatu masyarakat tanpa melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Stempel negatif biasanya dilekatkan kepada semua anggota dari suatu masyarakat atau komunitas tanpa pandang bulu. Stereotip menjadi salah satu akar penyebab permasalahan dalam komunikasi antarbudaya karena stereotip ada sebelum seorang individu mempunyai pengalaman untuk berinteraksi dengan orang atau kelompok masyarakat lain (Darmastuti, 2013:228).

Kata stereotip berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu stereos yag berarti padat-kaku dan typos yang bermakna model. Maka setereotip merupakan suatu model yang padat-kaku, dan memang pengertian awal istilah tersebut dalam bahasa Inggris menunjuk pada sebuah piringan logam yang digunakan untuk mencetak kertas (Zaduqisti, 2009:1). Menurut Jhonson yang dikutip oleh Liliweri (2009:208) mengemukakan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasi sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain

(13)

karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman bersama. Keyakinan itu membuat orang untuk memperkirakan perbedaan antarkelompok yang mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah sebagai ciri khas individu atau kelompok sasaran.

Zaduqisti (2009:2) stereotipe diartikan sebagai proses ascribing terhadap individu atas dasar keanggotaan kelompok. Stereotipe adalah sebuah hasil dari proses adanya prasangka. Prasangka merupakan persepsi (dalam tataran kognitif), sedang stereotip lebih kepada arti pelabelan kepada seseorang atau kelompok lain tersebut, termasuk sikap dan perilakunya terhadap mereka (sudah dalam tataran afektif, dan psikomotorik). Dari penjelasan tersebut maka benarlah jika ada pernyataan bahwa prasangka dalam kajian psikologi mengawali.

Menurut Gerungen dalam Liliweri (2011:177) stereotip merupakan suatu gambaran atau tanggapan tertentu mengenbai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan lain yang umumnya bercorak negatif. Stereotip mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sbelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu.

Angraini (2011:24) mengunggapkan bahwa strereotipe mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu.

Maka dari itulah, jika komunikasi di antara mereka yang berbeda etnik didahului oleh stereotipe yang negatif antar etnik, pada akhirnya akan mempengaruhi efektifitas komunikasi.

Menurut Liliweri (2009:208) stereotip memiliki tiga aspek esensial, di antaranya: 1. Acap kali keberadaan individu dalam suatu kelompok telah dikategorisasi, dan kategorisasi itu selalu teridentifikasi dengan mudah melalui karakter/sifat tertentu, misal: perilaku, kebiasaan bertindak, seks, etnisitas; 2.

Stereotip bersumber dari bentuk atau sifat perilaku turun temurun, sehingga seolah-olah melekat pada semua anggota kelompok; 3. Karena itu, individu yang merupakan anggota kelompok diasumsikan memiliki karakteristik, ciri khas, kebiasaan bertindak yang sama dengan kelompok yang digeneralisasi itu.

(14)

Menurut Hewstone dan Giles dalam Liliweri (2009: 209-210) mengajukan empat simpulan tentang proses stereotip:

1. Proses sterotip merupakan hasil dari kecenderungan kita untuk mengatisipasi atau mengharapkan kualitas derajat hubungan tertentu antara anggota kelompok-kelompok tertentu berdasarkan sifat-sifat psikologis yang dimiliki 2. Stereotip berpengaruh langkah individu dalam proses informasi. berbagai

penelitian menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengingat informasi yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan.

3. Stereotip menciptakan harapan pada anggota sekelompok tertentu terhadap perilaku kelompok lain.

4. Stereotip menghambat pola-pola perilaku komunikasi kita dengan orang lain.

Jika komunikasi di antara mereka yang berbeda etnik didahului oleh stereotip yang negatif antaretnik akan mempengaruhi efektivitas komunikasi. Contoh sifat yang negatif dalam stereotip terhadap etnik yang lain, yaitu: penakut, angkuh, gila jabatan, orang yang mementingkan diri sendiri, bersifat licik, bodoh, kasar, pembual, kolot, pemalas (Liliweri, 2011:177).

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, penilaian yang dilakukan terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum (Kunandar, 2008). Selain itu,

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas di SMP Negeri 1 Stabat

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu

Skripsi dengan judul “Jenis-jenis Krustasea (Subkelas Malacostraca) di Hutan Mangrove Daerah Pesiisr Tanjung Api-api Sumatera Selatan dan Sumbangannya pada Pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor

Sudah berdiri lebih kurang 1 tahun 6 bulan yang lalu, Warung Mbah Lanang Banyuwangi sangat perlunya menerapkan strategi promosi berkelanjutan yang telah di singgung

Harapan antara pegawai dan perusahaan atau organisasi berkaitan dengan hubungan kerja yang mereka jalani dan hal ini berlangsung sejak pegawai tersebut memilih untuk menjadi

Persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi jaminan di RSGMP FKG USU Medan menunjukkan bahwa dari 5 pernyataan ditemukan jawaban terbanyak adalah baik dengan persentase