• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kata Sapaan dalam Teks Bacaan Bahasa Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penggunaan Kata Sapaan dalam Teks Bacaan Bahasa Makassar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Kata Sapaan dalam Teks Bacaan Bahasa Makassar

Noviyanti1, Hajrah2, Usman3 Universitas Negeri Makassar1,23 E-mail: noviyanti1915@gmail.com

Abstrak.Penelitian ini mempunyai tujuan mendeskripsikan bentuk penggunaan kata sapaan yang terdapat di dalam beberapa teks bacaan bahasa Makassar dan mendeskripsikan fungsi penggunaan kata sapaan yang terdapat di dalam beberapa teks bacaan bahasa Makassar. Teknik pengumpulan data adalah baca dan catat. Penelitian ini adalah penelitian “kualitatif” yang bersifat ungkapa yang terdapat di dalam teks bacaan.

Pada penelitian ini, data penelitian meliputi data teks, kata/frasa dan kalimat pada teks bacaan. Teknik analisis data yakni membaca teks, mengidentifikasi, menganalisis data, triangulasi dan penarikan kesimpulan. Agar mempermudah penelitian peneliti menggunakan instrumen dengan alat tulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penggunaan sapaan pada beberapa teks bacaan bahasa Makassar yaitu terdiri dari nama diri, istilah kekerabatan, gelar, kata sapaan yang berbentuk kata ganti, kata-kata deiksi atau penunjuk, dan bentuk N(ominal) + ku, kemudian fungsi penggunaan sapaan yaitu untuk menyapa, memanggil atau menyebut lawan tutur, sebagai panggilan yang cukup sopan dan hormat, untuk menunjukkan status sosial, dan untuk menunjukkan identitas.

Kata kunci: Sapaan, Teks Bacaan Bahasa Makassar, Bentuk, Fungsi

https://ojs.unm.ac.id/societies/index

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

(2)

PENDAHULUAN

Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam setiap kegiatan untuk menjalin hubungan bermasyarakat agar tercapai manusia yang damai dan sejahtera. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Alat komunikasi tersebut berupa bahasa. Bahasa mempunyai peranan penting dalam berinteraksi bagi manusia.

Bahasa dapat digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi maka batasan pengertian bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan manusia lainnya, walaupun latar belakang sosial dan budayanya berbeda. Oleh karena itu, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan bagian gejala sosial dari masyarakat yang tidak lepas dari pemakainya. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu bahasa merupakan interdisipliner ilmu bahasa dan ilmu sosial, berusaha menempakan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa di dalam masyarakat.

Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan dipergunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan sesamanya di masyarakat. Bahasa tulis misalnya terdapat dalam wacana tulis. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis, maka penerima atau pembaca harus membacanya (Setyawan dkk., 2014; Aisah & Noviadi, 2018).

Masyarakat Indonesia biasanya menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa daerah merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang diperoleh anak dari lingkungannya. Sebagai salah satu alat komunikasi tertulis yaitu teks wacana, teks bacaan dan teks cerita yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang terdapat dalam teks tersebut. Seperti itu juga dapat dikatakan salah satu alat komunikasi, atau sebagai menyampaikan pesan yang terdapat di dalam teks tersebut untuk seseorang. Maka dari itu teks ini terdapat juga di dalam kata-kata sapaan yang digunakan di dalamnya.

Setiap bahasa pasti mempunyai sistem sapaan yang merupakan alat yang digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain (Rusbiyantoro, 2011;

Rusbiyantoro, 2014). Dengan kata lain, dapat dikatakan sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa atau menyebut orang kedua atau yang diajak bicara. Sistem sapaan digunakan sebagai pelengkap pada saat memanggil atau menyebut seseorang.

Dalam bahasa Indonesia, kata sapaan yang digunakan pembicara dalam menyapa mitra tutur bervariasi. Dengan adanya kata sapaan, suatu komunikasi atau tuturan agar dapat diketahui ditunjuk kepada siapa sapaan tersebut.

(3)

Penggunaan kata sapaan yang tidak jelas atau kurang baik akan mengganggu jalannya komunikasi karena perasaan senang atau tidaknya dapat timbul seketika pada si pendengar. Suatu pembicaraan akan terganggu yang mungkin tidak harmonis bahkan akan muncul kesalahpahaman karena tidak menimbulkan rasa saling menghargai satu sama lain.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deksriptif. Fokus penelitian ini yaitu berfokus pada bentuk dan fungsi penggunaan kata sapaan dalam teks bacaan bahasa Makassar. Data dan sumber data pada penelitian ini yaitu data pada penelitian dini berupa kata atau kalimat sapaan yang terdapat dalam teks bahasa Makassar dan sumber data pada penelitian ini yaitu 5 teks bahasa Makassar yaitu Olok-olok Tompo, I Basse Awu, Pau- Pauna Jayalangkara, Dedha na Limang Batu Lame Kayu dan Tu Dorakayya ri Tautoana.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Teknik baca dan Teknik catat.

Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara yaitu membaca dengan teliti isi teks, mengidentifikasi penggunaan kata sapaan yang terdapat di dalam teks dan menganalisis data yang dilakukan dengan menginterprestasi dan menjelaskan penggunaan kata sapaan. Adapun instrument pada penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Bentuk Penggunaan Sapaan dalam Teks Bahasa Makassar a. Nama Diri

Sapaan yang dibentuk berdasarkan nama diri sendii dipakai dalam suatu percakapan. Sapaan ini dibentuk berdasarkan nama diri orang yang disapa atau lawan bicara. Nama diri adalah nama yang dipakai untuk menyebut diri seseorang (KBBI, 1995:681).

• Olok-olok Tompo

(1) Niak sekre allo, riwattunna I Fintu mange akboya-boya kanre-kanreang, assibuntuluk I Tuvi

“Oe, Fintu!! Kanre-kanreangku anne!, mae tong mako akboya kanre-kanreang maraeng!"

(Pada suatu hari, waktu Fintu pergi mencari makanan, Ia bertemu dengan Tuvi “ Oe, Fintu!! Ini kue milikku!, kamu pergi cari kue lain saja!)

(2) Ingka tena nisanna-sannai. Nakana Tuvi “Ah, pangaukkang cakdi ji anne! Cinikmi sallang nanapareka gauk-gaukang lompoanggang na anne!” “Tuvi, teako pakammai anjo!” nakana kaluara.

(4)

(Secara tiba-tiba, Tuvi berkata “ Ah, ini adalah pekerjan yang kecil! Lihatlah nanti aku akan buat perbuatan besar dari pada ini!”.Tuvi, Kamu jangan begitu! Kata kaluara).

Nama diri yang dipakai dalam kalimat (1) Fintu dalam teks olok-olok tompo dipakai untuk menyebut tokoh Fintu dalam cerita. Kalimat (2) Tuvi dalam teks olok-olok tompo dipakai untuk menyebut tokoh Tuvi dalam cerita.

• I Basse Awu

(3) “Keknang apa numinasai kuerang battu ri lampaku?” mabali kanami ruaya anak awona naminasai angkanayya “erokki nierangnga bulaeng siagang paramata, namingka I Basse Awu tangke kayuji naminasai.”

(“Saudara apa yang kau harapkan kedatanganku pada saat aku pergi” anaknya berkata “ingin membawakan emas dengan permata, akan tetapi I Basse Awu hanya kayu yang inginkan).

Nama diri yang dipakai dalam kalimat (3) I Basse Awu dalam teks I Basse Awu dipakai untuk menyebut tokoh I Basse Awu.

• Pau-Pauna Jayalangkara

(4) “E, Tuang puttri, anrrinnimako kuboli siagang Jayalangkara I rawanganna pokok kayu lompoa”

(E, Tuang putri, kamu disini saja aku simpan bersama Jayalangkara di bawah pohon kayu besar)

(5) “Salamakmintu tassala balaya ri pakrasangnga siagang ri nakke apapa I kau ngaseng”. Na mammaliammo pole karaenga mange ri ammakna I Mukakdang.”

( Selamatlah hidupmu sampai di kampung bersama kalian semua dan raja itu pergi dari ibunya Mukakdang)

Nama diri yang dipakai dalam kalimat (4) Jayalangkara dalam teks pau-pauna Jayalangkara dipakai untuk menyebut nama tokoh Jayalangkara. Kalimat (5) I Mukakdang dalam teks pau-pauna Jayalangkara dipakai untuk menyebut nama tokoh I Mukakdang.

• Dedha na Limang Batu Lame Kayu

(6) Nakana anne tau toayya “allo-alloma na tabak bosi. Sannak dingingku siagang cipuru tonga. Barang akkulea nisare kanreta manna sikekdek”. Dedha sannak pakrisi nyawana anciniki anne tautoayya”

(Orang tua itupun berkata “sudah beberapa hari saya terkena air hujan, aku sangat dingin dengan sangat lapar. Apakah aku bisa meminta sedikit makananmu?. Dedha sangat sakit melihat orang tua itu)

Nama diri yang dipakai dalam kalimat (6) Dedha dalam teks dedha na limang batu lame kayu dipakai untuk menyebut nama tokoh Dedha.

• Tu dorakayya ri tautoana

(7) Battuna anjoeng ri tampak pammantanganna anakna akkutaknangmi ri pambantu angkana “ Anrinni kutaeng ammangtang anjo nikanaya Pak Ahmak?”

(5)

(Setelah datang dari situ tempat tinggalnya anaknya bertanyalah dia di pembantu

“saya rasa disini lah ia tinggal yang Bernama Pak Ahmak?”)

Nama diri yang di pakai dalam kalimat (7) Pak Ahmak dalam teks tu dorakayya ri tautoana dipakai untuk menyebut nama tokoh Pak Ahmak.

b. Istilah Kekerabatan

Istilah kekerabatan merupakan dasar pembentukan sapaan yang juga sering dipakai dalam suatu percakapan. Kekerabatan adalah hubungan sosial, baik karena keturunan darah, akibat perkawinan, maupun karena wasiat (1988:21). Dalam analisis ini, istilah kekerabatan yang dimaksud adalah kata-kata yang menunjukkan hubungan keluarga.

• I Basse Awu

(8) Niakmo sekre wattu, anjo manggena eroki aklampa mange ri borik maraeng, namakkutaknammo mangena ri sikontu anakna angkanayya, “Keknang, apa numinasai kuerang battu ri lampaku?”

(“Saudara apa yang kau harapkan kedatanganku pada saat aku pergi” anaknya berkata “ingin membawakan mutiara dengan permata, akan tetapi I Basse Awu hanya kayu yang inginkan).

• Pau-Pauna Jayalangkara

(9) Lekbaki naallemi Jayalangkara na nakalawing naaklampa. Kira-kira lalangang tuju allo tuju banngi. Na anjo leang batua tamakamakai tangkasakna I lalang siagang lapparakna. Na makjappamo ri leang rua sipakanakkang. Lekbaki, nakanamo pakmaikna, “Anrinnimi bajik ammantang, taenamo kusibuntuluk ri tau ri pakrasanganna buraknengku”

(Setelah itu diambil lah Jayalangkara na gendong lah pergi. Kira-kira tujuh hari tujuh malam dan itu gua sangat bersih dan di dalam rata dan jalan di gua berdua keluarga “lebih baik disini saja kita tinggal, aku tidak akan bertemu orang yang ada di kampung suamiku)

• Dedha na Limang Batu Lame Kayu

(10) Nakana i dedha mange ri ammakna” oo ammak ki sareang saimi anjo lamea mange ri anjo ntu toayya pantarang sannak ku kamaseangna punna kuciniki”.

Nakanamo ammakna i dedha “ oo iyek nak tayangngi nampa ku pallu rolong”

( Dedha pergi ke ibunya dan berkata “oo ibu berikan saja itu ubi pada orang tua itu aku sangat kasihan melihatnya” ibunya berkata ke Dedha “iya nak tunggu aku masak dulu)

• Tu Dorakayya ri Tau Toana

(11) Battuna anjoeng ri tampak pammantanganna anakna akkutaknangmi ri pambantuna angkana, ”Anrini kutaeng ammantang anjo nikanaya Pak Ahamak?”

Nakanamo pambantuna, ”Iyek anrinni.”Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang angkana niaki ammatta siangang tettata erok anngagangkik sicinik

(6)

( Datang dari sana di tempat tinggal anaknya dan bertanya di pembantu “ saya rasa di sini ku rasa tinggal itu yang bernama Pak Ahmak?” pembantu pun berkata “iya di sini”. Orang tua itu berkata “bilang padanya yang di dalam bahwa ada ibu dan ayahnya yang ingin bertemu)

Beberapa sapaan di atas mengandung sapaan yang dibentuk berdasarkan istilah kekerabatan. Pada kalimat (8) menunjukkan penggunaan sapaan pada teks I Basse Awu yang dibentuk berdasarkan istilah kekerabatan berupa Keknang yang artinya Saudara.

Pada kalimat (9) menunjukkan penggunaan sapaan pada teks Pau-Pauna Jayalangkara yang dibentuk berdasarkan istilah kekerabatan berupa Burakneku yang artinya Suamiku.

Pada kalimat (10) menunjukkan penggunaan sapaan pada teks Dedha na Limang Batu Lame Kayu yang dibentuk berdasarkan istilah kekerabatan berupa Ammak yang artinya Ibu. Pada kalimat (11) menunjukkan penggunaan sapaan pada teks Tu Dorakayya ri Tautoana yang dibentuk berdasarkan istilah kekerabatan berupa Ammak dan Tetta yang artinya Ibu dan Bapak.

Sapaan Keknang yang artinya Saudara. kata saudara dipakai untuk menunjukkan adanya hubungan kekerabatan. Namun, sapaan ini dapat dipakai untuk menyebut mitra tutur yang tidak berkerabat dengan penutur.

Sapaan Burakne yang artinya Suami. Kata suami dipakai untuk menunjukkan adanya hubungan kekerabatan. Sapaan suami ini merupakan sapaan yang disebabkan oleh hubungan perkawinan.

Sapaan Ammak dan Tetta yang artinya Ibu dan Bapak. Kata bapak adalah sebutan untuk orang tua kandung laki-laki. Kata ibu adalah sebutan untuk orang tau kandung perempuan.

c. Gelar

Gelar merupakan sebuah kehormatan atau keilmuan yang biasanya ditambahkan nama orang, nama tambahan sesudah nikah atau setelah tua (sebagai kehormatan), sebutan (julukan) yang berhubungan dengan keadaan atau tabiat orang (KBBI, 1995:301).

• Pau-Pauna Jayalangkara

(12) Siapa sallona battumi ri pakrasanganga. Tanrusukmi mange ri karaenga annyomba angkana, “Battumi paradana mantria, ampabattu passuroanna karaenga, “Lekbaki nakanamo karaenga, “Salamakmintu tassala balaya ri pakrasanganga siagang ri nakke apapa ia kau ngaseng.

( Sudah berapa hari datanglah Ia di kampung dan terus pergi ke Raja dan berkata “ Perdana mentri sudah datang, membawa suruhan dari raja”. Sudah itu raja berkata

“selamatlah kau masih hidup sampai di kampung ini bersama saya dan kalian semua”)

Sapaan pada kalimat (12) yaitu Paradana Mantri yang artinya Perdana Mentri dalam cerita Pau-Pauna Jayalangkara. Paradana mantri merupakan sapaan kepada

(7)

tokoh yang ada di dalam cerita yang orang tersebut merupakan perdana mentri dari sebuah kerajaan.

d. Kata Sapaan yang Berbentuk Kata Ganti

Kata sapaan yang berbentuk kata ganti merupakan jenis kata sapaan yang mengantikan nomina peran dalam suatu kelompok.

• Olok-Olok Tompo

(13) Ammukona, rilanggere ngaseng olok-olok ka ammarruk. " Nassami jaina kanre- kanreang anjing! Akkulleak angganre akgengku bassorok! " nakana Catya anak meongga. "akkulleak angganre liserek toh? Kau olok-olok ka lussaki ka tala Kukanre jako! " nakanna lapong jangang. I Fintu takmuriji na langgerek kananna agang- agang na.

( Besoknya, semua binatang didengar berteriak. “jelas banyak makanan kong-kong!

Aku bisa makan sampai aku kenyang” kata Catya anak kucing. “ aku bisa makan sampai aku kenyang kan? Kalian binatang semua jangan gelisah aku tidak akan memakanmu!” kata burung. Fintu tidak mau mendengar apa yang teman-temanya katakana).

Sapaan pada kalimat (13) Kau merupakan sapaan kata ganti persona kedua yaitu kamu dan engkau.

• I Basse Awu

(14) Naniboyami I Basse Awu ri anak karaeng mange risikontuna borikka.

Makkutanaknammi mange ri sikontuna tau tappaka namakkana, “nakke erokja abbunting siagang baine cocokka bangkenna ri sapatu bulaengnga anne”.

( dicarilah I Basse Awu di anak karaeng pergi ke suatu tempat. Ia bertanya ke orang yang percaya “saya ingin menikah dengan perempuan yang cocok kakinya dengan sepatu kaca ini)

Sapaan pada kalimat (14) Nakke yang artinya Saya merupakan kata ganti persona tunggal yaitu saya atau aku.

• Pau-Pauna Jayalangkara

(15) Naerangmi anakna mange ri tompokna anjo batu lompoa napatinrotinro.

Napatarami limanna maknganro ri Allahu Taala angkana : “I Katteji karaeng manggamaseang, I katte tonji anngassengi atan-Nu makparisika”

( dibawah lah anaknya ke atas batu besar untuk ditidurkan dan mengangkat tangan nya dan berdoa “Tuhan kamu yang mengasihi, kamu juga yang mengetahui sakit hatiku”)

Sapaan pada kalimat (15) Katte merupakan sapaan kata ganti persona kedua.

• Dedha na Limang Batu Lame Kayu

(16) Anne ammakna i dedha nakana mange ri dedha “ oh anak, anne kucinik lani kanrea akbiringmi lakbusuk, lame kayu mami niak limang batu anne lagi na tenamo ni gannak punna na nganre ngasengki” nakana pappualinna i dedha “ passangmi ammak i kattemo na i andik siagang datokku angganre”.

(8)

( ini ibunya Dedha berkata ke Dedha “oh anak, saya lihat ini makanan sudah hampir habis, sisa 5 ini ubi kayu dan tidak cukup untuk dimakan bersama” Dedha berkata

“biarkan saja ibu, ibu saja dan adek bersama kakek yang makan)

Sapaan pada kalimat (16) Kattemo merupakan sapaan kata ganti persona kedua.

• Tu Dorakayya ri Tautoana

(17) Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang angkana niaki ammatta siangang manggeta erok anngagangkik sicinik.”Apaji namaemok nipauang. Battue antama nipauang tommi manuruk anjo tau toana. nakanamo anjo Pak Ahamak ri pambantuna, ”Pauangi anjo taua I pantarak angkana tenamo nakke manggeku tena tommo ammakku, sallo ngasemmi matena.”

(orang tuanya berkata “bilang padanya yang di dalam ada ibunya dengan bapaknya ingin bertemu”. Ketika sudah diberitahukan lah kepada ke orang tua itu bahwa Pak Ahmak berkata “ katakana kepada orang yang ada di depan bahwa bapakku dan ibuku sudah lama meninggal”)

Sapaan pada kalimat (17) Nakke yang artinya Saya merupakan sapaan kata ganti persona tunggal yaitu saya atau aku.

e. Kata-kata Deiksi atau Penunjuk

Deiksi adalah kata yang referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara juga waktu dan tempat kata tersebut dituturkan.

• Olok-Olok Tompo

(18) "akkulleak angganre liserek toh? Kau olok-olok teako ka lussaki ka tala Kukanre jako! " nakanna lapong jangang. I Fintu takmuriji na langgerek kananna agang- agang na. Ingka tena nisanna-sannai. Nakana Tuvi "Ah, pagaukgaukang cakdi ji anne! Cinikmi sallang na parek ka gauk-gaukan lompoanggang na anne.!"

( saya bisa memakan biji? Binatang jangan gelisah aku tidak akan memakanmu!”

kata ayam. Fintu ketawa kecil mendegar apa yang na katakan teman-temannya.

Jika tidak terduga. Tuvi berkata “ Ah, ini pekerjaan kecil! Lihatlah nanti aku akan membuat pesta yang besar dari pada ini!”)

• I Basse Awu

(19) I Basse Awu niak todong minasana erok aklampa mange ri gaukka, namingka nakana anrong awona, “kau sannak rakmasaknu, taena baju na sapatu bajiknu, naerok tongko amminawang?.” Naribokoanna makkanami anrong awona, eroka kutumpangngi simangkok canggoreng antama ri tangkua, kullejako lampa ri paggaukkangnga, punna nukulleji nupaknassa sikamma ri memanna anjo canggorengnga”. Appalaktulummi I Basse Awu mange ri jangang-jangangnga.

(I Basse Awu ingin pergi ke acara, akan tetapi ibu tirinya berkata “kamu sangat jelek, tidak mempunyai baju dan sepatu yang bagus, tapi kamu ingin ikut?”. Di belakang

(9)

ibu tirinya ingin menumpahkan semangkok kacang ke dalam penggorengang

“kamu bisa pergi, jika kamu akan membawa kacang pulang)

• Pau-Pauna Jayalangkara

(20) “Salamakmintu tassala balaya ri pakrasanganga siagang ri nakke apapa ia kau ngaseng. Na mammaliammo pole karaenga mange ri ammakna I Mukakdang.

Lekbaki anjo Jayalangkara siagang ammakna, ammantammi i lalang ri romang lantanga, nipilari ri paradanamantria. Na niakmo ri nawa-nawanna angkana, “Anne empoangku majai tau anngassengi anrinni.” Anne empoangku majai tau anngassengi anrinni”

(selamatlah kampung dari mara bahaya di saya dan di kalian semua dan pulanglah raja ke ibu Mukakdang. Setelah itu Jayalangkara bersama ibunya, tinggal di dalam hutan dan lari dari perdana mentri. Di dalam hatinya berkata “ini tempat duduk banyak yang tau di sini “)

• Tu Dorakayya ri Tautoana

(21) ”Anrini kutaeng ammantang anjo nikanaya Pak Ahamak?” Nakanamo pambantuna, ”Iyek anrinni.”

(disini lah dia tinggal itu yang bernama Pak Ahamak? Pembantunya berkata “ iya di sini”)

Sapaan pada kalimat (16) dan (18) terdapat kata sapaan yaitu Anne yang artinya ini. Pada kalimat (17) dan (19) terdapat kata sapaan yaitu Anjo yang artinya itu. Pada kalimat (20) terdapat kata sapaan yaitu Anrinni yang artinya Disini.

f. Bentuk N(ominal) + ku

• Pau-Pauna Jayalangkara

(22) “E, Anakku, lakuapamako anak, ka tena jeknek susungku ka sampulomi anrua allonna tanapanaungi kanre battangku, sikamma tommi tanapanaungi jeknek kallongku”

(E, anakku, aku harus bagaimana anak, air susuku sudah tidak ada sudah 12 hari tidak ada makanan yang mengisi perutku, sama dengan air minum yang turun dileherku)

Sapaan pada kalimat (22) Anakku yang artinya Anakku merupakan sapaan dari kata Anak di tambah dengan kata ku yang merupakan bentuk ringkas dari pronomina persona pertama.

• Dedha na Limang Batu Lame Kayu

(23) Anne ammakna i dedha nakana mange ri dedhan “ oh anak anne kucinik lani kanrea akbiringmi lakbusuk, lame kayu mami niak limang batu anne lagi na tenamo ni gannak punna na nganre ngasengki” nakana pappualinna i dedha “ passangmi ammak i kattemo na i andik siagang datokku angganre”.

( ini ibu Dedha berkata ke Dedha “ oh ini anak yang aku lihat dan sudah sedikit, hanya lima biji ubi kayu yang bisa ia makan, hanya lima biji ubi kayu dan sudah

(10)

tidak cukup jika kita makan bersama” Dedhapun berkata “ biarkan saja ibu, ibu saja yang makan bersama adik dan kakekku)

Sapaan pada kalimat (23) Datokku yang artinya Kakekku merupakan sapaan dari kata Kakek ditambah dengan kata Ku yang merupakan bentuk ringkas dari pronomina persona pertama.

• Tu Dorakayya ri Tautoana

(24) Nakana seng tau toana, ”Pauang sai bedeng I lalang angkana niaki ammatta siangang manggeta erok anngagangkik sicinik.”Apaji namaemok nipauang. Battue antama nipauang tommi manuruk anjo tau toana. nakanamo anjo Pak Ahamak ri pambantuna, ”Pauangi anjo taua I pantarak angkana tenamo nakke manggeku tena tommo ammakku, sallo ngasemmi matena.”

(orang tuanya berkata “bilang padanya yang di dalam ada ibunya dengan bapaknya ingin bertemu”. Ketika sudah diberitahukan lah kepada ke orang tua itu bahwa Pak Ahmak berkata “ katakana kepada orang yang ada di depan bahwa bapakku dan ibuku sudah lama meninggal”)

Sapaan pada kalimat (24) Manggeku yang artinya Bapakku dengan Ammakku yang artinya Ibuku merupakan sapaan dari kata Bapak dan Ibu yang ditambah dengan kata ku yang merupakan bentuk ringkas dari pronomina persona pertama.

2. Fungsi Penggunaan Sapaan Pada Teks Bacaan

a. Untuk menyapa, memanggil, atau menyebut lawan tutur

Dengan mengetahui sapaan, para pelaku tutur akan dapat saling memanggil dengan tepat, sehingga akan terjadi komunikasi dengan lancar sesuai dengan tujuan pembicaraan.

Misalnya : Datok

Sapaan Datok merupakan sapaan untuk sapaan kepada orang tua laki-lakia bapak, untuk menyatakan hubungan akrab, dalam situasi formal maupun nonformal.

b. Sebagai panggilan yang cukup sopan dan hormat

Misalnya seorang adik tidak boleh menyapa yang lebih tua dengan Nama Diri, melainkan harus menggunakan sesuai dengan status urutan kelahiran.

Misalnya : iya ammak, I kattemo na I andik siagang datok angganre.

Sapaan tersebut merupakan sapaan yang sopan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua seperti kepada ibu, maka sapaannya harus sopan dan tidak boleh menyebutkan nama diri.

c. Untuk Menunjukkan Status Sosial

Dengan sapaan-sapaan tertentu akan menunjukkan status sosial seseorang.

Misalnya : I Katte ji Karaeng, anak Karaeng

(11)

Kata Karaeng merupakan sapaan status sosial yang dipakai di suku Makassar untuk menyapa orang yang memiliki status sosial yang tinggi.

d. Untuk Menunjukkan Identitas

Sapaan ini merupakan sapaan yang menunjukkan identitas seseorang misalnya dalam bahasa Makassar sapaan Bunting Baine merupakan sapaan kepada pengantin perempuan itu menunjukkan identitas.

KESIMPULAN

Dalam hasil penelitian dapat menarik kesimpulan yaitu bentuk sapaan yang terdapat di dalam beberapa teks terdapat 25 bentuk kata sapaan. 7 kata sapaan dengan nama diri yaitu Fintu, Tufi, I Basse Awu, Jayalangkara, Mukakdang, Dedha, dan Pak Ahamak merupakan bentuk sapaan yang menyebut nama diri ketika menyapa. 4 kata sapaan dalam istilah kekerabatan yaitu Keknang, Burakneng, Ammak dan Mangge merupakan bentuk sapaan kekerabatan. 5 kata sapaan yang berbentuk kata ganti yaitu Kau, Nakke, dan Katte merupakan kata ganti baik kata ganti persona tunggal dan kata ganti persona kedua. 5 kata sapaan yang merupakan kata-kata deiksi atau penunjuk yaitu Anne, Anjo dan Anrinni. 3 kata sapaan yang merupakan sapaan bentuk N(ominal) + ku yaitu Anakku, Datokku, Manggeku, dan Ammakku.

Begitu pula dengan fungsi sapaan terdapat fungsi sapaan yaitu fungsi sapaan untuk menyapa, memanggil atau menyebut lawan tutur, yang kedua sebagai panggilan yang cukup sopan dan hormat, ketiga yaitu untuk menunjukkan status sosial dan yang terakhir yaitu untuk menunjukkan identitas.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S., & Noviadi, A. (2018). Ragam Bahasa Lisan Para pedagang Buah Pasar Langensari Kota Banjar. Literasi: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pembelajarannya, 2(1), 81-87.

Rusbiyantoro, W. (2011). Penggunaan Kata Sapaan dalam Bahasa Melayu Kutai. PAROLE:

Journal of Linguistics and Education, 2(1 April), 59-76.

Rusbiyantoro, W. (2014). Kesantunan melalui pemilihan kata sapaan dalam Bahasa Melayu Kutai: suatu kajian sosiopragmatik. Prosiding Prasasti, 275-283.

Setyawan, A., Suyanto, E., & Agustina, E. S. (2014). Bahasa Lisan Dalam Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas Xi Sma Negeri I Sekincau. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 2(4).

Referensi

Dokumen terkait

“ Untuk mengatasi hambatan waktu, pimpinan seharusnya lebih meluangkan waktunya untuk berada di kantor dan sering mengadakan rapat, dengan rapat yang rutin pegawai

Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. 153) menyatakan bahwa

Dalam penelitian ini fokus masalah adalah resiliensi Imelda Fransisca ditinjau dari aspek-aspek resilien yang dikemukakan oleh Reivich & Shatte yakni pengendalian

Minat menurut para ahli psikolog adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara-terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan

FitzHugh-Nagumo. Dibimbing oleh Dr. Agus Kartono dan Dr.Ir. Skripsi ini membuat sebuah model matematika untuk sel saraf terkopel. Model ini merupakan modifikasi dari

244 SASKIA AMBAREKSA SMA NEGERI 2 INDRAMAYU Umum Lulus Pendidikan Agama Islam 245 SEKAR AYU UTAMI SMK FARMASI INDRAMAYU Umum Lulus Kesehatan Masyarakat. 246 SELI APRIANTI SMA N

Pemenang wajib melunasi seluruh harga lelang dalam jangka waktu 3 (Tiga) hari dari setelah lelang dilaksanakan, apabila dalam jangka waktu tersebut pemenang tidak melunasi

Simpulan yang didapatkan adalah dengan melakukan implementasi pada jaringan SMA Kemurnian II menggunakan router mikrotik maka jaringan lokal dan jaringan wireless