7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka 1. Seks Bebas pada Remaja
Setiap anak akan tumbuh dan berkembang menjadi remaja dan dewasa. Beberapa anak berkembang lebih cepat atau lebih lambat daripada anak-anak lainnya. Mereka akan hidup dengan berbagai pengalaman yang berbeda. Selain itu, mereka akan mengalami laju perkembangan yang berbeda pula. Perkembangan anak adalah sebuah proses yang rumit dan kompleks.
Seifert dan Hoffnug (dalam Desmita, 2015) menjelaskan bahwa teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, kultural, dan historis dimana interaksi tersebut terjadi. Perkembangan itu berkesinambungan, berlangsung dalam susunan tertentu dan tahapan tertentu.
Perkembangan tiap anak tergantung pada usia kematangan dan pengalaman.
Beberapa penulis menjelaskan perkembangan remaja dalam beberapa aspek, salah satunya adalah aspek perkembangan seksual. Hurlock (2011) menjelaskan bahwa perkembangan seks pada remaja memang menjadi salah satu tahap perkembangan remaja. Akan tetapi, semakin lama tren pacaran yang dahulu hanya dijalani oleh dewasa mulai merambah ke remaja bahkan anak-anak. Perkembangan sosial remaja menjadi tercampur dengan adat-adat perilaku dewasa sehingga mereka tampak lebih cepat dewasa. Tentunya hal tersebut tidak datang dengan tiba-tiba, ada faktor yang menyumbang terjadinya peristiwa tersebut. Adakalanya informasi didapatkan dari lingkungan, ditambah dengan meluasnya jaringan informasi yang semakin canggih membuat anak-anak tahu banyak hal sebelum waktunya, seperti halnya seks bebas.
Perilaku seks bebas bisa berawal dari rasa ingin tahu atau ingin mencoba-coba, tetapi apabila dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual tidak dapat dikendalikan, anak akan mulai mencari cara untuk memuaskan hasrat kesenangan yang lebih. Hal itu dilakukan mulai
dari mencari informasi berbau pornografi, hingga benar-benar melakukan seks bebas. Salah satu contoh sederhana yang dinyatakan Hurlock (2011) dalam bukunya bahwa, seorang anak laki-laki berpacaran dengan anak perempuan karena alasan suka sama suka, namun karena salah satu dari mereka mengonsumsi informasi seksual yang berlebihan, ia ingin mempraktikannya dengan pasangannya, mulai dari bergandengan tangan, berciuman, meraba daerah sensitif hingga terjadi senggama.
Tetapi ada pula contoh yang tidak sama sebagaimana tergambar. Bisa saja perilaku seks bebas dilakukan oleh mereka yang pernah menjalani tindakan pelecehan seksual. Sugiri (2010) melakukan penelitian mengenai siklus perilaku seks bebas pada remaja, hasil yang mengatakan bahwa –anak- anak yang sudah menjalani kehidupan seks bebas dulunya memiliki pengalam buruk seperti pelecehan seksual.
2. Dampak Seks Bebas pada Remaja
Setelah mengetahui yang termasuk dalam bentuk perilaku seks bebas, baiknya memahami dampak buruk yang bisa disebabkan oleh perilaku seks bebas. Perilaku seks bebas tentu memiliki dampak buruk baik fisik maupun psikis dari pelakunya. Penliti akan membahas mengenai dampak buruk perilaku seks bebas yang dikutip dari buku karya Sarwono (2011). Sarwono (2011) menerangkan bahwa selain dampak fisik, dampak psikis yang akan diterima pelaku tindakan seks bebas seperti berikut:
a. Hilangnya Harga Diri
Korban seks bebas akan merasakan hilangnya harga diri mereka dan sulit untuk mengembalikannya. Kondisi berpengaruh pada kehidupan sosial korban terhadap lingkungan sekitarnya.
b. Dihantui Perasaan Bersalah
Tindakan seks bebas tentu membuat malu diri sendiri, keluarga, maupun sekolah. Perasaan tersebut menyebabkan perasaan bersalah yang dialami pelaku seks bebas.
c. Menjadi Ibu Lajang ( Single Mother )
Menjadi ibu lajang (single mother) akan terjadi jika tindakan seks bebas yang dilakukan sudah terlampau jauh hingga menyebabkan kehamilan dan pihak laki-laki enggan bertanggung jawab.
d. Memicu Tindakan Kriminal
Pelaku seks bebas yang tidak memiliki lawan untuk melakukan tindakan seks akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa berfikir panjang. Hal yang sangat riskan jika ia sampai melakukan tindakan pemerkosaan.
e. Menjauh Dari Lingkungan Sosial
Rasa bersalah dan malu yang pelaku maupun korban perilaku seks bebas dapat menyebabkan mereka mengucilkan diri atau menghindari kontak sosial.
f. Kesulitan Dalam Mempertahankan Hubungan
Hal ini disebabkan karena pelaku seks bebas yang notabene masih remaja emiliki ego yang belum stabil.
Selain dampak langsung yang dirasakan oleh pelaku seks bebas, seks bebas juga akan memberikan dampak pada lingkungan sekitar pelaku, seperti keluarga, sekolah, bahkan anak yang lahir dari hubungan di luar nikah nantinya. Pihak keluarga tentu akan merasa malu jika ternyata ada anggota keluarga yang menjadi pelaku maupun korban perilaku seks bebas. Belum lagi jika mendengar komentar-komentar yang kurang menyenangkan dari pihak lingkungan sekitar. Keluarga akan dinilai gagal dalam mendidik anaknya dan sulit untuk kembali mendapatkan nama baik keluarga tersebut.
Bagi pihak sekolah pun nama sekolah akan tercoreng karena memiliki siswa yang melakukan tindakan yang melanggar norma. Hingga pada akhirnya reputasi sekolah pun menurun dan merugikan banyak pihak yang terkait pada sekolah tersebut. Selain itu, anak yang lahir dari pasangan di luar nikah akan merasakan dari tindakan kesalahan orang tuanya dahulu. Tidak melakukan kesalahan apapun tetapi cap buruk akan menempel pada diri anak tersebut.
Sesuai penjelasan di atas, sebaiknya dari diri sendiri dapat meminimalisir resiko tersebut dengan menguasai nafsu dan hasrat serta menghindari hal-hal yang dapat memicu perilaku seks bebas. Selain itu, peran
orang tua dalam menanamkan rasa religiusitas dan pemahaman mengenai seks sejak dini sangat penting.
3. Faktor Terjadinya Seks Bebas pada Remaja
Perilaku seks bebas yang marak dikalangan remaja saat ii bukan hanya di sebabkan oleh hal yang muncul dari dalam diri individu saja, namun juga ada faktor lain yang mendasari hal tersebut. Sebuah buku yang ditulis oleh Chomaria (2009) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seks bebas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Harga Diri (Self Esteem)
Perlu ditanamkan sejak dini jika anak harus memiliki harga diri yangg kuat, karena harga diri akan mempengaruhi perilaku atau tindakan yang anak lakukan.
b. Religiusitas
Anak perlu memahami apa yang dilarang dalam agama dan memiliki keyakinan jika ada yang dilarang dalam agama tidak boleh dilanggar. Hal ini berkaitan pada kedalaman anak tersebur menerima ajaran agama baik dari keluarga maupun pendidikan di sekolah.
c. Hubungan Orang Tua dengan Anak
Orang tua merupakan tokoh utama pembentuk akhlak anak. Sebaiknya pengawasan yang diberikan oleh orang tua tidak hanya diberikan pada saat balita atau masih anak-anak saja, tetapi masa remaja lah yang perlu mendapat pengawasa yang ekstra dari orang tua.
d. Lingkungan Bergaul Anak
Dengan siapa anak bermain dan menghabiskan waktu sangat berpengaruh pada pola pikir dan perilaku anak. Karena dari waktu yang ada pada saat remaja, anak akan lebih banyak menghasilan waktu bersama teman sebaya daripada dengan orang tua.
e. Media Massa
Akses yang berkaitan dengan pornografi semakin mudah, terbukan, dan bebas untuk dijangkau anak. Seperti film yang berbau seksual marak beredar, iklan yang setonok di televisi, hingga gosip selebriti yang menggambarkan kehidupan bebas selebriti.
Sesuai penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penyebab dari munculnya perilaku seks bebas adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor dari dalam individu dapat muncul karena kurangnya tingkat religiusitas dalam diri individu. Sehingga individu kurang memahami mana hal yang baik dan buruk. Selain itu, lingkungan yang ada pada sekitar individu juga patut diperhatikan, karena lingkungan memiliki peran besar dalam perilaku yang dilakukan seorang individu. Baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain memiliki peran yang berpengaruh bagi individu.
4. Upaya Kuratif Seks Bebas pada Remaja
Upaya kuratif adalah kegiatan untuk berupaya mengurangi perilaku seks bebas. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi perilaku seks bebas ini di kalangan remaja. Soetjiningsih (2008) menerangkan upaya megurangi perilaku seks bebas yang sudah menjamur pada pergaulan remaja.
Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatian hal-hal tersebut : a. Meningkatkan Kualitas Hubungan Keluarga dengan Remaja
Peran orang tua yang terbuka dan bisa menjadi tempat cerita anak sangat diperlukan untuk mengurangi perilaku seks bebas.
b. Keterampilan Menolak Tekanan Negatif dari Teman
Hal ini berkaitan dengan sisi religiusitas anak yang mampu membedakan mana hal yang baik dan mana yang buruk. Sehingga anak mampu untuk menolak ajakan yang kurang baik dari temannya.
c. Meningkatkan Religiusitas Remaja yang Baik
Penanaman ilmu religi baiknya ditanamkan sejak dini sehingga hal tersebut selalu melekat di hati dan pikiran anak hingga dewasa. Karena pendidikan moral dan agama sangat penting bagi anak dalam menjalani kehidupannya.
d. Pembatasan Peredaran Media Pornografi
Hal ini diharapkan pada pihak media massa untuk lebih berhati-hati dalam penyampain pesan-pesannya kepada publik. Kurangi konten- konten yang berbau negatif dan lebih mengutamakan media yang mendidik.
e. Sosialisasi Tentang Kesehatan Seksual Bagi Remaja
Perlu diadakan sosialisasi mengenai dampak buruk perilaku seks bebas serta kesehatan seksual bagi remaja sesuai dengan normanya. Hal ini bisa dilakukan dengan kerjasama antar suatu instansi terkait dengan pihak sekolah. Selain itu, guru BK juga mampu memperbanyak memberi bimbingan mengenai seks bebas pada remaja.
Upaya kuratif di atas selaras dengan faktor yang menjadi penyebab munculnya perilaku seks bebas, antara lain meningkatkan rasa religiusitas guna menjadi tameng untuk diri sendiri agar terhindar dari kegiatan yang menyimpang dari kebiasan. Selain itu, harus ada dukungan dari lingkungan sekitar individu, seperti pemberian wawasan dampak buruk seks bebas serta sosialisasi mengenai seks bebas.
5. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian oleh Hermawati, Mahasiswi jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2007 dengan judul “Kehamilan Pranikah”. Adapun persamaan yang dimiliki dengan penelitian tersebur adalah untuk mengetahui dampak akibat perilaku seks bebas.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu C., mahasiswi jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2005 dengan judul “Fenomena Perkawinan Usia Remaja”. Adapun persamaan yang dimiliki dengan penelitian tersebut adalah untuk meneliti adanya faktor yang mempengaruhi faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan seks bebas sehingga terjadi perkawinan pada usia remaja. Hasil penelitian ini adalah dampak perkawinan usia remaja dipengaruhi oleh faktor sosial, faktor budaya, kedewasaan remaja, pola
pembinaan remaja, serta nilai dan norma. Dari beberapa kekurangan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dibutuhkan adanya penelitian yang berkaitan dengan perkawinan, tetapi lebih memfokuskan pada faktor- faktor hingga terbentuknya fenomena perkawinan usia remaja serta dampak yang ditimbulkan.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Hafifa Putri mahasiswi jurusan psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang mengangkat tema mengenai “Perkembangan Perilaku Seks Bebas pada Anak” pada tahun 2007, penelitian ini sama-sama mengangkat mengenai perilaku seks bebas yang dilakukan anak-anak yang masih di banggu sekolah.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan maka disusunlah kerangka berfikir. Kerangka berfkir digunakan sebagai landasan penelitian dalam penelitian. Kajian yang telah dipaparkan menarik suatu gagasan, bahwa terdapat faktor-faktor penyebab remaja melakukan seks bebas yang memiliki dampak negatif dari tindakan tersebut.
Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja tersebut tentu memiliki stimulus. Banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hal tersebut.
Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari luar maupun dalam diri remaja. Faktor dari luar yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku tersebut seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan teman sebaya. Sedangkan faktor dari dalam diri remaja bisa berasal dari tingkat religiusitas dan self esteem dari remaja itu sendiri.
Perilaku seks bebas yang dibiarkan tanpa adanya penanganan yang serius dapat memicu remaja lain untuk melakukan tindakan yang sama karena dianggap hal yang wajar untuk dilakukan. Alternatif untuk meminimalisir perilaku seks bebas harus diberikan dengan cara yang sesuai. Pentingnya perhatian dan pengawasan terhadap perkembangan remaja yang rentan terpengaruh melakukan tindakan seks bebas harus ditingkatkan. Oleh karena itu, peran orang tua serta pendidik pun diperlukan. Kerjasama ini dapat mengantisipasi remaja untuk
melakukan tindakan seks bebas. Maka perlu adanya upaya kuratif untuk masalah perilaku seks bebas pada remaja.
Berdasar kerangka di atas, maka disusunlah kerangka berfikir yang secara skematis digambarkan sebagai berikut:
Gambar2.1 Kerangka Berpikir Definisi Seks Bebas
Seks Bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual.
Seks Bebas adalah kegiatan seksual yang dilakukan dii luar hubungan pernikahan.
Seks Bebas adalah bentuk dari penyimpangan seksual.
Dampak Perilaku Seks Bebas
Akan merasakan hilangnya harga diri.
Membuat malu diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Menjadi ibu lanjang.
Pelaku yang tidak memiliki lawan akan melakukan berbagai macam cara.
Memiliki rasa bersalah hingga mengucilkan diri sendiri.
Pelaku memiliki ego yag belum stabil.
Upaya Mengurangi Perilaku Seks Bebas
Orang tua terbuka dan menjadi tempat anak bercerita.
Anak mampu membedakan hal positif dan negatif.
Perdalam ilmu agama.
Menghindari atau menutup akses yang berhubungan dengan seks bebas.
Adanya sosialisasi seks bebas.
Faktor Ternya Seks Bebas
Harga Diri (Self Esteem)
Religiusitas
Hubungan Orang Tua dengan Anak
Lingkungan Bergaul Anak
Media Massa