PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU
SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
TIKA SOFYAWATI
R 1110032
commit to user HALAMAN VALIDASI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU
SUKOHARJO
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
TIKA SOFYAWATI
R 1110032
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan di hadapan tim penguji
Pada Tanggal April 2011
Pembimbing Utama,
Ropitasari, S.SiT, M.Kes
Pembimbing Pendamping,
Erindra Budi S.kep Ns M.kes
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU
SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
TIKA SOFYAWATI R 1110032
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji KTI Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS
Pada hari Rabu Tanggal 3 Agustus 2011
Pembimbing Utama
Nama : Ropitasari, S.SiT, M.Kes ………….
NIP :
Pembimbing Pendamping
Nama : Erindra Budi S.Kep. Ns. M.Kes ………….
NIP : 197802202005011001
Ketua Penguji
Nama : Putu Suriyasa dr, PKK, MS, SpOK …………..
NIP : 194811051981111001
Sekretaris
Nama : M. Nur Dewi K, S.SiT, M.Kes …………..
NIP :
commit to user ABSTRAK
Tika Sofyawati. R 1110032. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Tentang KMS di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Latar Belakang: Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) hanya
46,6% kader posyandu pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan kader mengenai KMS.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan kader tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
Metode Penelitian: menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan
One Group Pretest-Postest. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan
menggunakan Total Sampling dengan jumlah sampel 41. Teknik pengumpulan
data dengan alat bantu berupa kuesioner. Uji analisis pada penelitian ini adalah
paired t-test dengan menggunakan SPSS yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data dengan uji one sampel Kolmogorov-smirnov.
Hasil Penelitian: berdasarkan analisis secara keseluruhan didapatkan nilai
thitung > ttabel ( 10,283 > 2,021) atau p-value < a (signifikan). Ini berarti terdapat
perbedaan bermakna antara pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberi pendidikan kesehatan dan sesudah diberi pendidikan kesehatan.
Kesimpulan: pengetahuan kader tentang KMS sesudah diberi pendidikan
kesehatan lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberi pendidikan kesehatan, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tentang KMS dapat meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang KMS.
ABSTRACT
Tika Sofyawati. R1110032. The Effect of Health Education on Cadre’s Knowledge of KMS (Card Toward Healthy) in Posyandu (Integrated Service Post) of Kadilangu Village of Sukoharjo. DIV Midwifery Program Study of
Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, 2011
Background: Based on the survey on Household Health, only 46.6% of posyandu
(integrated service post) cadres have ever gotten training about KMS. Thus, there should be a research on the cadre’s knowledge of KMS (Card Toward Healthy).
Objective of research: To find out the effect of health education on cadre’s
knowledge of KMS (Card Toward Healthy) in Posyandu (Integrated Service Post) of Kadilangu Village of Sukoharjo.
Method: This research employed a quasi-Experimental with one group
pretest-posttest design. The sampling technique used was total sample consisting of 41 samples. The technique of collecting data used was questionnaire. The analysis was done using paired t-test using SPSS that was tested previously for its data normality using one sample Kolmogorov-smirnov test.
Result: Considering the overall analysis, it could be found the tstatistic > ttable
(14.805 > 2.021) or p-value < α (significant). It meant that there was a significant
difference of cadres’ knowledge of KMS before and after given health education.
Conclusion: The cadres’ knowledge of KMS after given health education was
better than that before given health education, or in other words, it could be concluded that the health education about KMS could improve the Posyandu cadres’ knowledge of KMS.
commit to user MOTTO
“ Doa orang tua adalah bekal penting dalam perjalanan hidup ”
(Penulis)
”Dengan kesabaran manusia dapat memperoleh apa yang diinginkan”
(Penulis)
”Kejujuran adalah dasar dari kebenaran”
(Penulis)
”Belajar tiada henti kunci sukses kemudian hari”
PERSEMBAHAN
v Alloh SWT, dengan ridho dan karuniaNya sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan.
v Teruntuk bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas do’a, cinta, kasih
sayang dan ridho mu serta semuanya yang telah diberikan.
v Kepada Bu Ropita dan Pak Erindra terima kasih atas bimbingannya
selama ini.
v Seluruh dosen dan staff karyawan DIV Kebidanan FK UNS, terima
kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.
v Buat sahabat-sahabat ku yang telah memberikan dukungan dan
menemani dalam suka dan duka, I Will Miss U Forever.
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul ” Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Kader tentang KMS di Posyandu
Desa Kadilangu Sukoharjo” dapat diselesaikan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini
diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan gelar Sarjana Saint Terapan
Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak/ Ibu:
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K). Ketua Program Studi DIV Kebidanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Erindra Budi S.kep Ns M.kes. Ketua Tim KTI Program Studi DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ropitasari, S.SiT, M.Kes. Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan
ketekunan memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta
saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.
4. Erindra Budi S.kep Ns M.kes. Pembimbing II yang banyak membantu dan
5. Ida Ayu Qomari, Amd. Keb. Pembina kader wilayah kadilangu sukoharjo
yang telah memberikan izin dan kesempatan pada peneliti dalam mengadakan
penelitian.
6. Kader posyandu di wilayah kadilangu sikoharjo.
7. Seluruh staf DIV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan
sehingga proposal karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.
9. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini berguna.
Surakarta, Juli 2011
commit to user DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ……… ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. .... ii
ABSTRAK...……….. ... iii
KATA PENGANTAR...……… ... v
DAFTAR ISI …………....………... ... vii
DAFTAR TABEL …………....………... ... x
DAFTAR LAMPIRAN …………....………... ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 3
C. Tujuan Penelitian ... ... 3
D. Manfaat Penelitian ... ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan... ... 6
B. Pendidikan Kesehatan ... ... 14
C. Kader Kesehatan ... ... 24
E. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Tentang
KMS ... 41
F. Kerangka Konsep... . 43
G. Hipotesis... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44
B. Lokasi dan waktu penelitian ... ... 45
C. Populasi Penelitian ... ... 45
D. Sampel dan Teknik Sampling ... ... 46
E. Estimasi Besar Sampel ... 46
F. Kriteria Restriksi ... ... 47
G. Pengalokasian Subyek ... 47
H. Definisi Operasional ... 47
I. Intervensi dan Instrumentasi...48
J. Pengolahan dan Analisis Data... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56
B. Karakteristik Responden ... 57
C. Analisis Perbedaan Pretest dan Posttest ... 58
D. Hasil Uji Normalitas ... 61
commit to user
B. Analisis Perbedaan Pretest dan Posttest ... 67
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ………... 72
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional... 47
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Tentang KMS ... 49
Tabel 3.3 Soal Kuesioner yang Tidak Valid ... 51
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur... 57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan... 57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 58
Tabel 4.4 Distribusi Data Penelitian ………... 58
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Pretes..…...60
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hasil Postes ………… 60
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ………61
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Lembar permohonan menjadi subjek penelitian
Lampiran 4 Lembar persetujuan menjadi subjek penelitian
Lampiran 5 Lembar Kuesioner
Lampiran 6 Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 7 Hasil Penelitian
Lampiran 8 Pengolahan data statistik
Lampiran 9 SAP
Lampiran 10 Materi SAP
Lampiran 11 Leaflet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama
Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007
menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita pernah
ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya
ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki
KMS (Kartu Menuju Sehat) (Permenkes RI, 2010).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT : 2008) hanya
46,6% kader posyandu pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Menurut
58,6% kader yang disurvey, penggunaan KMS adalah untuk memantau
pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan
gizi dinilai masih rendah.
KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana
utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah
serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara
teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS,
commit to user
Di Posyandu, telah disediakan KMS yang juga bisa digunakan untuk
memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Pertumbuhan seorang
anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan
atau ukuran tubuh lainnya, tetapi juga memberikan gambaran tentang
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang
sedang dalam proses tumbuh. (DepKes RI, 2003).
Pelaksanaan program-program posyandu memerlukan kerjasama dari
beberapa pihak terkait diantaranya perangkat desa, tokoh masyarakat, kader
kesehatan, pemuda, LSM, dan seluruh warga masyarakat pada umumnya.
(Syafrudin, 2009). Kader kesehatan merupakan pelaksana program posyandu.
Salah satu indikator keberhasilan pengembangan program posyandu yakni
kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik (Syafrudin,
2009).
Keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu akan meningkatkan
keterampilan karena dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan
mendapat tambahan keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan
belajar dari teman sekerjanya. Pengetahuan sangat penting dalam
memberikan pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap
pelayanan kesehatan bayi dan balita terutama pengetahuan tentang KMS.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang KMS sangat diperlukan (Ahira, 2010)
Setelah melakukan studi pendahuluan dengan wawancara kepada ketua
posyandu Desa Kadilangu didapatkan hasil bahwa pada 35 kader di 5
catursari dan pancasari 30 kader yang belum mengetahui tentang status
pertumbuhan balita yang meliputi N1, N2, T1, T2 dan T3. Maka dari latar
belakang tersebut serta belum adanya penelitian sejenis maka penulis ingin
meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader
tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader
tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo?”
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan kader tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
2.Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberikan
pendidikan kesehatan.
b. Mengetahui pengetahuan kader tentang KMS setelah diberikan
commit to user
D. Manfaat
1. Manfaat Teori
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan terutama dalam ruang lingkup kesehatan anak tentang KMS.
2. Manfaat Praktis
Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti. Memberikan
informasi dan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam rangka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Sebagaian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003).
a. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain atau area kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat
dievaluasi dengan menyebutkan kembali, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya, sebagai ukuran
bahwa orang tersebut tahu tentang apa dipelajari atau informasi apa
commit to user
2) Memahami (comprehension)
Seseorang dianggap memahami suatu objek bila ia bisa
menjelaskan tentang objek tersebut, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya,
seperti penggunaan metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analisis (analysis)
Yaitu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen dan masih ada kaitannya satu sama lain,
seperti membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
5) Sintesis (synthesis)
Yaitu kemampuan seseorang dalam menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menilai materi
atau objek dengan kriteria penelitian yang sudah ada atau yang
ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2003).
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), secara garis besar ada dua cara
dalam memperoleh pengetahuan, yaitu cara tradisional dan cara
1) Cara Tradisional
Cara ini digunakan untuk mendapatkan kebenaran
pengetahuan sebelum ditemukan metode ilmiah. Periode ini
antara lain meliputi:
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Dalam metode ini subjek menggunakan beberapa
kemungkinan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
Meskipun masih primitif, namun metode ini telah banyak
berperan besar dalam membantu penemuan teori-teori dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan membantu
perkembangan cara berpikir manusia ke arah yang lebih baik.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pada prinsipnya, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh pemegang otoritas atau kekuasaan tanpa
terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun pengalaman pribadi. Hal ini
karena orang tersebut menganggap bahwa pendapat tersebut
sudah benar.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman digunakan dalam menentukan cara memecahkan
commit to user
d) Melalui Jalan Pikiran
Dalam mendapatkan pengetahuan, manusia menggunakan
penalaran. Metode ini pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya
untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan.
2) Cara Modern
Dikenal dengan penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian. Proses ini diawali dengan pengkajian terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan
dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil
kesimpulan.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki
seseorang adalah (Hastuti, 2010):
Menurut pendekatan kontruktivitis, pengetahuan bukanlah fakta
dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan
tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan
adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru. Dalam kehidupan kita, ada beberapa faktor yang
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proes
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang di
dapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana di harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
commit to user
2) Media massa atau Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai saran
komunikasi, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru lagi teerbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya.
Kebiasaan dan tradisi yang di lakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang di lakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan.
4) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan menentukan status ekonomi
yang di perlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga pekerjaan akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu .
6) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal biasanya di
peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya
misalnya dengan sering mengikuti organisasi di masyarakat
7) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh
ibu atau jumlah anak yang dikandung yang berpengaruh pada
kesehatan ibu dan anak. Paritas adalah jumlah ibu hamil yang akan
melahirkan anak. Semakin sering ibu melahirkan maka semakin
banyak pengalaman yang diperoleh sehingga dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu.
8) Akses layanan kesehatan
Mudah atau sulit dalam mengakses layanan kesehatan akan
commit to user
9) Umur
Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga
pengetahuan kader semakin baik (Notoatmodjo, 2005).
d. Teori ingatan
Ingatan (memori) merupakan hal yang berkaitan erat dengan
pengetahuan, dalam hal ini ingatan tersebut meliputi kemampuan
memasukkan, menyimpan dan mengingat kembali (Walgito, 2003).
1) Fungsi memasukkan (learning)
Dalam ingatan, hal yang dimasukkan dalam memori adalah
yang pernah didapatkan atau dialami. Penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan pada tiap individu terdapat perbedaan
dalam hal cepat lambatnya memasukkan apa yang dipelajari atau
dipersepsi juga dalam hal banyak sedikitnya materi yang dapat
dimasukkannya.
2) Fungsi menyimpan (retention)
Proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces)
dalam diri seseorang yang biasa disebut dengan memori traces.
Tidak semua memori traces akan tersimpan dengan baik, karena
Hal yang mempengaruhi penyimpanan adalah lama
interval, berkaitan dengan lamanya waktu pemasukan dengan
ditimbulkan kembali. Makin lama intervalnya, retensi akan turun.
3) Fungsi menimbulkan kembali
Dalam menimbulkan kembali ingatan, dapat dengan jalan
mengingat kembali (to recall) atau dengan mengenal kembali (to
recognize). Pada mengingat kembali, orang bisa menimbulkan
memori tanpa bantuan objek, sedangkan pada mengenal kembali
dibutuhkan bantuan objek. Suatu eksperimen berkaitan dengan hal
ini, menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan mengingat kembali.
Dalam menimbulkan kembali ingatan, kadang tidak
lengkap atau tidak tepat. Hal ini bisa disebabkan karena cara
memasukkan yang kurang tepat, persepsi yang salah, atau karena
gangguan baik fisik maupun emosi
2. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku secara
terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat
lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan
commit to user
merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat
secara optimal (Suliha, 2002).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk
mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah :
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
4) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya).
5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah
dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat
yang disebabkan oleh penyakit.
6) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi
perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan
7) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada
sistem pelayanan kesehatan yang formal.
(Notoatmodjo, 2003, Suliha, 2002)
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu :
1) Dimensi Sasaran
a) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
2) Dimensi Tempat Pelaksanaannya.
a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di
Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit
Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga
pasien.
c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan.
commit to user
c) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and
Prompt Treatment).
d) Pembatasan cacat (Disability Limitation).
e) Rehabilitasi (Rehabilitation).
(Mubarak, 2006).
d. Metode Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan
1) Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.
2) Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu
dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan
serta membuat suatu keputusan.
3) Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan
pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau
lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel
audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai
4) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung
berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
5) Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang.
6) Metode simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang
masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan.
7) Metode demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekadar tiruan.
commit to user
e. Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan
menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat
membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan
menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan
dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran
(Suliha, 2002).
Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman
suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis.
3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,
misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara.
4) Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya
a) Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,
transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus
seperti film projector, slide projector, operhead projector
(OHP).
b) Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku
bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan
tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri
alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh
bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,
memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak
menimbulkan salah persepsi.
(Sanjaya, 2008, Suliha, 2002)
5) Sasaran Pendidikan Kesehatan
a) Sasaran Primer
Yang menjadi sasaran utama pendidikan kesehatan adalah
masyarakat pada umumnya.
b) Sasaran Sekunder
Yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan
lainnya karena dengan memberikan pendidikan kesehatan
commit to user
c) Sasaran Tersier
Yaitu para pembuat keputusan/kebijakan baik tingkat
pusat maupun daerah, karena kebijakan yang dibuatnya akan
berpengaruh pada sasaran sekunder dan sasaran primer
(Notoatmodjo, 2003).
6) Evaluasi Hasil Pendidikan Kesehatan
Evaluasi dalam kesatuan sistemik pembelajaran mutlak
dibutuhkan karena berfungsi sebagai tolok ukur terhadap
keberhasilan, ketercapaian suatu pembelajaran. Menurut Fatah
(2006) dalam Prasetyo (2009), evaluasi juga merupakan suatu
pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Lubis (2009), dalam penyampaian materi
pendidikan ada hal yang penting dilakukan, yaitu pretes, dilakukan
oleh pendidik dengan mengajukan pertanyaan kepada sasaran
pendidikan tentang topik yang akan disampaikan.
Tujuan dari pelaksanaan pretes adalah menyiapkan siswa
dalam belajar, karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus
pada persoalan yang harus dipelajarinya; untuk mengetahui tingkat
kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan; untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki
oleh siswa mengenai bahan ajar yang menjadi topik dalam proses
Sedangkan jenis-jenis evaluasi menurut Prasetyo (2009), yaitu:
a) Evaluasi formatif
(1) fungsi : untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau
memperbaiki program satuan pelajaran yang telah
digunakan.
(2) tujuan : untuk mengetahui sejauh mana penguasaan murid
tentang bahan yang telah diajarkan.
(3) aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan.
(4) Waktu : setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar
mengajar.
b) Evaluasi sumatif
(1) Fungsi : untuk menentukan angka/nilai murid setelah
mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan,
semester, akhir tahun.
(2) Tujuan : untuk mengetahui taraf hasil relajar yang dicapai
oleh murid.
(3) Aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah
diberikan.
commit to user
c) Evaluasi placement
(1) fungsi : untuk mengetahui keadaan anak termasuk
keadaan seluruh pribadinya.
(2) tujuan : untuk menempatkan anak didik pada kedudukan
yang sebenarnya, berdasar kemampuan serta keadaan
lainnya.
(3) Aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
lain-lain.
(4) Waktu : sebelum anak mengikuti PBM yang permulaan.
d) Evaluasi diagnostik
(1) fungsi : untuk mengetahui masalah-masalah apa yang
diderita atau mengganggu anak didik.
(2) Tujuan : untuk mengatasi atau membantu pemecahan
kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik
mengenai pencapaian program pengajaran.
(3) Aspek : hasil relajar, latar belakang kehidupan anak,
keadaan keluarga, lingkungan dan lain-lain.
(4) Waktu : setiap saat.
Dalam pelaksanannya, evaluasi dapat dilaksanakan
dengan tes tertulis, lisan dan perbuatan dalam bentuk angket,
3. Kader Kesehatan
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif
masyarakat dalam pelayanan terpadu yang disebut juga sebagai promotor
kesehatan desa yang dipilih oleh masyarakat setempat secara sukarela
dalam pengembangan kesehatan masyarakat. (Zulkifli, 2003).
Prasyarat menjadi seorang kader kesehatan yaitu sanggup bekerja
secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai
kredibilitas yang baik, memiliki jiwa pengabdian masyarakat, mempunyai
perilaku yang dapat menjadi panutan masyarakat , mampu membaca dan
menulis, dan sanggup membina masyarakat sekitarnya. (Zulkifli, 2003)
Menurut Depkes RI 2009 fungsi kader dalam menjalankan
perannya sebagai pengembang program desa siaga yaitu :
a. Membantu tenaga kesehatan dalam pengelolaan program desa siaga
melalui kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
b. Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa siaga
c. Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM serta hal yang
terkait
d. Membantu mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di masyarakat
yang dapat berdampak pada masyarakat
e. Membantu dalam memberikan pemecahan masalah kesehatan yang
commit to user
4. KMS (Kartu Menuju Sehat)
a. Pengertian KMS
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif
untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak
lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan
anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila
kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan
indikasi risiko kelebihan gizi (Permenkes RI, 2010).
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau
risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat (Permenkes RI, 2010).
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan
utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15
juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir,
60.9% diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65%
(sekitar 12 juta) balita memiliki KMS.
Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau
sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali
perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974
dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun 1990 KMS revisi
dengan menggunakan rujukan WHONCHS. Pada tahun 2008, KMS
balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2005.
b. Fungsi KMS
Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;
1) Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS
dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat
digunakanuntuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal,
atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan
anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak
tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan
pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai
dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko
mengalami gangguan pertumbuhan.
2) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat
riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak,
pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan
dan imunisasi.
commit to user
c. Kegunaan KMS
1) Bagi orang tua balita
Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.
Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk
ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan
tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan
tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau
membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.
Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah
mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan
kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
2) Bagi kader
KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan
pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila
berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan
tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali
atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk
ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan
pemerikasaan lebih lanjut.
KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada
ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk
3) Bagi petugas kesehatan
Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis
pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi
dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka
petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai
dengan jadwalnya.
Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh
masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga
dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita
tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian
kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif
dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak
balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.
d. Penjelasan umum Kartu Menuju Sehat (Kms) Balita
KMS-Balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS
anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan
terdapat tulisan Untuk Laki- Laki. KMS anak perempuan berwarna
dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk Perempuan. KMS terdiri
dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya sebagai
commit to user
e. Langkah-Langkah Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
Langkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut;
1) Memilih KMS sesuai jenis kelamin.
KMS Anak Laki-Laki untuk anak laki-laki dan KMS Anak
Perempuan untuk anak perempuan.
2) Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS.
Tuliskan data identitas anak pada halaman 2 bagian 5: Identitas
anak. Contoh, catatan data identitas Aida Fitri adalah sebagai
berikut :
3) Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
a) Tulis bulan lahir anak pada kolom umur 0 bulan.
b) Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara
Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008
c) Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya, tanyakan
perkiraan umur anak tersebut.
d) Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
e) Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara
berurutan.
Contoh: Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus
2008. Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja berulang
tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur anak saat ini 13
commit to user
4) Meletakkantitik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
a) Letakkan (plot) titik berat badan hasil penimbangan.
(1)Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
(2) Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak
(umur) dan garis datar (berat badan).
Contoh: Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya
4 bulan dan berat badannya6 kg.
(3)Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
(4)Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak
(umur) dan garis datar (berat badan).
b) Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu Jika
bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan
bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus.
Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat
(1)Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg.
(2)Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg.
(3)Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu.
(4)Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg.
(5)Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg.
(6)Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg.
(7)Bulan September, berat badan Aida 6,3 kg.
Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan
commit to user
5) Mencatatsetiap kejadian yang dialami anak
Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak. Contoh :
(1) Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau makan
(2) Saat ke Posyandu di bulan Agustus, anak sedang mengalami
diare
(3) Penimbangan selanjutnya di bulan September anak sedang
demam
6) Menentukanstatus pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu
dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung
kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat
Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status
Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan
grafik pertumbuhan anak dalam KMS:
(1) TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM (<800
g)
(2) NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan
diatasnya; kenaikan berat badan > KBM (>900 g)
(3) NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis
commit to user
(5) TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat
badan < KBM (<300 g)
7) Mengisicatatan pemberian imunisasi bayi
Tanggal imunisasi diisi oleh petugas kesehatan setiap kali setelah
imunisasi diberikan
8) Mengisicatatan pemberian kapsul vitamin A
Tanggal diisi oleh kader sesuai dengan tanggal dan bulan
9) Isi kolom Pemberian ASI Eksklusif
Beri tanda (√ ) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja,
tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain
ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).
f. Status Pertumbuhan
Berikut merupakan status pertumbuhan balita menurut Permenkes
RI, 2010 antara lain :
1) N = Pertumbuhan baik
a) N1 : BB naik, grafik BB pindah masuk ke pita diatasnya
disebut juga Tumbuh Kejar
b) N2 : BB naik, grafik BB tetap pada pita yang sama disebut
commit to user
2) T = Pertumbuhan tidak baik
a) T1 : BB naik, grafik BB pindah, masuk ke pita di bawahnya
disebut juga Tumbuh Tidak Memadai
b) T2 : BB tetap disebut juga Tidak Tumbuh
c) T3 : BB berkurang disebut juga Tumbuh Negatif
g. Tindaklanjut hasil penimbangan
Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah
sebagai berikut:
1) Berat badan naik (N):
a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu.
b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana
c) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan
berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya.
d) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.
2) Berat badan tidak naik 1 kali
a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu
b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,
panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak
d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan
tidak naik tanpa menyalahkan ibu.
e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan
anak sesuai golongan umurnya.
f) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.
3) Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah
(BGM)
a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.
b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana
c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,
panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.
d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan
tidak naik tanpa menyalahkan ibu.
e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan
anak sesuai golongan umurnya
f) Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.
commit to user
2) Imunisasi
3) Penanggulangan diare
4) Pemberian kapsul vitamin A dan kondisi kesehatan anak
5) Pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI
6) Pemberian makanan anak atau balita dan rujukan ke Puskesmas
atau Rumah sakit
7) Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tentang kesehatan anaknya
5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader
Tentang KMS
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya atau kegiatan
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,
pendidikan kesehatan berupaya agar seseorang menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari
atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan, kemana harus mencari
pengobatan bila sakit, dan sebagainya. Kesehatan bukan hanya untuk
diketahui atau disadari dan disikapi, melainkan harus dikerjakan atau
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti tujuan akhir dari
pendidikan kesehatan adalah agar individu dapat meningkatkan
pengetahuannya sehingga dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya
sendiri dan bagi masyarakat, atau dapat berperilaku hidup sehat (health life
Pendidikan kesehatan tentang KMS merupakan kombinasi dari
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi, memungkinkan dan
mendorong adopsi secara sukarela perilaku-perilaku yang kondusif bagi
kesehatan balita kepada kader yang secara langsung menangani balita di
posyandu. Tujuan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kepedulian kader posyandu itu sendiri yang diperlukan bagi promosi
kesehatan. Sehingga dengan promosi kesehatan yang seimbang dengan
pengetahuan yang telah didapat kader melalui pendidikan kesehatan
tentang KMS dapat menggunakan KMS tersebut sebagai sarana untuk
promosi kesehatan ibu balita yang datang ke posyandu sehingga ibu balita
tersebut juga mengerti dan bersama kader dapat meningkatkan status gizi
balita.
Tujuan pendidikan kesehatan tentang KMS yang disampaikan
kepada kader adalah untuk memberikan informasi tentang KMS yang terus
mengalami perubahan. Hal ini dilakukan agar pengetahuan KMS
meningkat, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku. Adanya pendidikan kesehatan tentang KMS
yang disampaikan di posyandu sangat diharapkan oleh kader (Devy dkk,
2001). Dengan pengetahuan tentang KMS yang baik diharapkan kader
tidak mengalami kesulitan yang berkaitan dengan KMS sehingga dapat
commit to user
B. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
(Aditama, 2010)
C. Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader
tentang KMS.
4. Sosial budaya perubahan pengetahuan (kognisi)
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan One
Group Pretest-Postest.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment
designs) yang dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Disebut
demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti
cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan
tertentu (Arikunto, 2006). Belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh
karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
independen (Sugiyono, 2008).
One group pretest-posttest design yaitu salah satu bentuk dari penelitian
pre-eksperimental dimana suatu kelompok diberi pretes, kemudian diberi
perlakuan dan setelah itu dilakukan posttes padanya. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2008). Desain tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
commit to user
Keterangan:
O1 : Pretest
O2 : Postest
X : Perlakuan
(Taufiqurrohman, 2008)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo pada
Bulan Januari-Juli 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang
akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
1. Populasi target
Populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui
melalui penelitian (Taufiqurrohman, 2008). Pada penelitian ini populasi
target yang digunakan adalah seluruh seluruh kader aktif posyandu.
2. Populasi aktual
Merupakan populasi yang lebih kecil yang diambil dari populasi target
dengan pertimbangan kepraktisan (Taufiqurrohman, 2008). Pada penelitian
ini populasi target yang digunakan adalah seluruh kader aktif posyandu di
Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo pada Bulan Juni-Juli 2011, yaitu
D. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Cara pengambilan sampel dengan cara “Non probability Sampling”
dengan teknik sampel “Total Sampling" yaitu teknik penentuan sampel dengan
cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan
bila populasinya kecil, seperti bila sampelya kurang dari tiga puluh maka
anggota populasinya tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel
penelitian (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kader
aktif posyandu di wilayah kadilangu sukoharjo pada Bulan Juni-Juli 2011
berjumlah 41 orang.
E. Estimasi Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus
(Notoatmodjo, 2005):
commit to user F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Kader aktif posyandu balita di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
b. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
Kader aktif posyandu tetapi saat dilakukan pengambilan data yang
bersangkutan tidak hadir.
G. Pengalokasian Subjek
Subyek yang mendapat perlakuan dalam penelitian ini tidak
dikelompokkan karena penelitian ini menggunakan desain penelitian one
group pre-test and post-test dimana subjek mendapatkan pre-test adalah
subjek yang sama yang akan diberikan post-test. Adapun penentuan subjek
sebagai sampel penelitian yaitu dengan teknik sampel jenuh.
H. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
1. Bebas:
Pendidikan Kesehatan
Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada kelompok tentang KMS.
Pengetahuan kader sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang KMS.
I. Intervensi dan Instrumentasi
1. Intervensi
Intervensi dalam penelitian ini berupa pendidikan kesehatan tentang KMS.
Teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:
Gambar 4. Kerangka Kerja Penelitian
Alur penelitian :
a. Melakukan peninjauan atau survey tempat penelitian di Posyandu
Desa Kadilangu Sukoharjo .
b. Menghitung populasi.
c. Menetapkan sampel sesuai dengan kriteria.
d. Responden di berikan pretes mengisi kuesioner tentang KMS.
e. Responden diberikan pendidikan kesehatan tentang KMS.
f. Rsponden diberikan jarak waktu 1 bulan.
Kader posyandu melaksanakan posyandu pada bulan Mei-Juni 2011 di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo
Diukur pengetahuan tentang KMS (pretest)
Diberi pendidikan kesehatan tentang KMS
Diukur pengetahuan tentang KMS (postest)
commit to user
2. Instrumentasi
a. Alat Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah leaflet dan SAP
yang digunakan untuk penyuluhan dan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui pengetahuan kader tentang KMS sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan.
Kuesioner pengetahuan berisi pernyataan-pernyataan tertutup tentang
KMS yang berjumlah 35 pernyataan dengan menggunakan skala guttman
yaitu dichotomous choice sehingga responden hanya memilih jawaban
‘benar’ atau ‘salah’. Pada pertanyaan favorable, jika jawaban ‘benar’ skor
1 dan jawaban ‘salah’ skor 0. Sedangkan pada pertanyaan unfavorable,
jika jawaban ‘benar’ skor 0 dan jawaban ‘salah’ skor 1.
Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang KMS adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Tentang KMS
Variabel Indikator Nomor soal Jumlah
Favourable (+) Unfavourable ( - )
Pengetahuan Pengertian KMS 1,4,5,7,8,9 2,3,6 9
Kader Fungsi KMS 11,13,14 10,12 5
Tentang Cara pengisian KMS 15,16,19,20 17,18,22,25,26 12
KMS 21,23,24
Status Pertumbuhan 27,30,31,32 28,29 6
Imunisasi 33 1
Vitamin A 34 1
ASI 35 1
Jumlah 35
Agar kuesioner tersebut memenuhi kriteria sebagai alat ukur,
maka sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, dilakukan uji
1) Uji validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur (Arikunto, 2006).
Pertanyaan valid apabila memiliki nilai korelasi positif dan
nilai rxylebih besar dari rtabel dengan taraf signifikansi 0,05. Uji
validitas ini menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS) 17 for Windows. Jumlah responden untuk uji
validitas data sebanyak 30 responden. Sehingga harga rtabel sebesar
0,361.
Uji Validitas dilaksanakan di Posyandu Desa Kudu
Sukoharjo tanggal 2 Mei 2011 dengan menyebarkan kuesioner
sebanyak 35 soal kepada responden yang diuji dengan jumlah 30
kader, jumlah pernyataan yang tidak valid sebanyak 5 item.
Instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sehingga
dihilangkan (Hidayat, 2007). Maka jumlah pernyataan menjadi 30.
Dari 30 sisa pernyataan yang telah diuji validitas dianggap telah
commit to user
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner yang Tidak Valid
No. Indikator Butir pernyataan Jumlah
awal
Keterangan: Nomor soal dengan tanda (*) = soal yang tidak valid.
2) Uji Reliabilitas
Untuk melakukan pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini
digunakan metode koefisien Cronbach Alpha.
Menurut Ghozali (2002), keputusan uji adalah bila ri > 0.6 maka
instrumen dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
Setelah uji validitas pada responden di Posyandu Desa Kudu
Sukoharjo, dari item pernyataan yang valid kemudian dilakukan uji
reliabilitas dengan program SPSS (Statistical Package for Social
Science) For Windows versi 17.0 menggunakan rumus Cronbach
Alpha. Hasilnya, reliabilitas kuesioner pengetahuan tentang KMS
diperoleh ri = 0,936 dengan nilai ri tersebut > 0,6, sehingga
disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memiliki tingkat
J. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan
data, proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing dilakukan pada saat penelitian di Posyandu
untuk memeriksa data yang sudah terkumpul dan jika ada kekurangan
langsung dilengkapi tanpa dilakukan panggantian jawaban responden.
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua
variabel agar mempermudah dalam pengolahan data. Hasil jawaban
kuesioner mengenai pengetahuan kader tentang KMS. Dengan kode :
1) Benar : kode 1
2) Salah : kode 0
c. Tabulating
Melakukan tabulating yaitu membuat tabulasi untuk
pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlah,
disusun, dan ditata untuk disajikan serta dianalisa.
d. Entry data
commit to user
Package for Social Science) For Windows versi 17.0. untuk mengolah
data yang sudah tersedia.
2. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekunsi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Variabel yang dianalisis secara univariat pada penelitian ini adalah
karakteristik responden, variabel pengetahuan kader tentang KMS
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dan variabel pengetahuan
kader tentang KMS setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Persentase hitung diperoleh dengan menggunakan rumus:
%
x : jumlah yang dihasilkan
n : jumlah semua jawaban benar
a. Analisis bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna
menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat gambaran hubungan
antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini untuk
membandingkan data yang dikumpulkan dari satu sampel yang akan
mempunyai dua data yaitu nilai pre test dan post test sehingga
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yaitu
pengetahuan kader tentang KMS sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan dan pengetahuan kader tentang KMS setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Sebelum dilaksanakan uji t-test terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan uji one sampel Kolmogorov--smirnov. Proses
analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS(Statistical Package
for Social Science) 17.0 for Windows. Dalam analisis ini, suatu
hipotesis (Ha) dapat diterima apabila nilai t hitung lebih besar dari t
tabel dengan derajat kesalahan yang bernilai 0,05 (Sugiyono, 2007).
Sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Ha : Jika ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest
dengan skor posttest.
(2) Ho : Jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo terdiri dari lima posyandu yang
pertama Posyandu Ekasari terletak di rumah ketua posyandu RT 2 RW 2 dengan
strata purnama, Posyandu Dwisari terletak di rumah warga RT 2 RW 4 dengan
strata purnama, Posyandu Trisari terletak di rumah warga RT 1 RW 3 dengan
strata purnama, Posyandu Catursari terletak di rumah warga RT 3 RW 1 dengan
strata purnama dan Posyandu Pancasari terletak di rumah warga RT 11 RW 2
dengan strata madya. Warga di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo sangat
antusias untuk menjadi kader. Hal ini dikarenakan warga menganggap menjadi
kader adalah suatu kebanggaan dalam pengabdian masyarakat sehingga merasa
terhormat.
Posyandu di Desa Kadilangu rutin dilaksanakan dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama untuk penyuluhan kader oleh tenaga kesehatan. Pertemuan
kedua digunakan kegiatan posyandu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pretes dan pendidikan kesehatan pada pertemuan pertama dan melakukan posttes
pada pertemuan kedua.
Selanjutnya akan disajikan hasil pengumpulan data dari hasil penelitian
“Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader tentang KMS Di
Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo”. Data dari hasil penelitian tersebut
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
B. Karakteristik Responden
1. Umur
Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Prosentase (%)
Sumber: data primer, Juni 2011
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa umur responden sebagian
besar berumur 31-35 tahun ada 11 orang (26.83%) dan sebagian kecil
berumur 16-20 tahun ada 1 orang (2.43%).
2. Pendidikan
Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan
Tingkat pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
SD 5 12.20
SLTP 9 21.95
SLTA 20 48.78
PT 7 17.07
Jumlah 41 100