BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan sumber daya manusia yang sangat mendasar dalam tatanan
pendidikan tidak dapat lepas dari wacana persekolahan sebagai suatu sistem. Tenaga
strategis dalam sistem persekolahan adalah tenaga kependidikan, khususnya guru.
Oleh karena itu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan perlu disesuaikan dengan
upaya peningkatan profesionalitas guru.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, namun salah
satu faktor yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan adalah unsur guru. Mutu
pendidikan dipengaruhi oleh mutu guru yang menangani langsung pendidikan di
sekolah. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
semestinya memiliki kompetensi mengajar yang mampu mengelola pembelajaran
secara baik, sehingga siswa mendapat pengalaman belajar yang baik dari gurunya.
Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha meningkatkan kompetensi guru secara
bertahap, baik melalui penataran-penataran, pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
maupun melalui berbagai workshop dan seminar yang diadakan baik di tingkat pusat,
provinsi, maupun di daerah masing-masing.
Kemajuan pendidikan di sekolah dipengaruhi juga oleh kinerja guru. Beberapa
sekolah tidak maju, karena gurunya tidak mau repot menggunakan peralatan
laboratorium dalam pembelajaran. Mereka lebih senang terus menggunakan model
belajar. Beberapa guru tidak memperhatikan situasi siswa serta membiarkan siswa
ribut dan bertingkah seenaknya. Guru tidak mau repot mengarahkan siswa. Beberapa
guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang
maju dan pesat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan
tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di
sekolah tersebut, yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga
kependidikan lainnya. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Guru merupakan pelaku
utama dalam memfasilitasi penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu,
kehadiran dan profesionalitasnya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program
pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru
merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan
banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan
Hisyam, 2000).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU RI No. 20/ 2003) tentang Sisdiknas menyatakan tugas dan
fungsi tenaga pendidikan dan kependidikan sebagai berikut:
(1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola, pengembang, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Guru memiliki peran yang penting, posisi yang strategis, dan bertanggung
jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar,
dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan
teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa
(Usman,2002).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 2
disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud bersipat holistik meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial,
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) pemahaman
wawasan atau landasan pendidikan; (2) pemahaman peserta didik; (3) pengembangan
kurikulum; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang
belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup: (1) beriman dan
bertaqwa; (2) berakhlak mulia; (3) arif dan bijaksana; (4) demokratis; (4) mantap; (5)
berwibawa; (6) stabil; (7) dewasa; (8) jujur; (9) sportif; (10) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat; (11) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(12) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau
isyarat secara santun; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik; (4) bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem
nilai yang berlaku; dan (5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya; dan (2) konsep dan metode
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.
Masih rendahnya tingkat kompetensi guru saat ini disebabkan oleh faktor-faktor
yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor lainnya yang berasal dari
eksternal, sebagai berikut:
(a) Penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup
harian keluarga secara mencukupi. Oleh karena itu, upaya untuk menambah
pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk membeli buku,
berlangganan koran, internet tidak tersedia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan
dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya. Sepulang dari sekolah tidak
jarang seorang guru yang jujur menjadi tukang ojek atau bahkan menyadap karet
dan berbisnis.
(b) Kurangnya minat guru untuk menambah wawasan sebagai upaya meningkatkan
kompetensinya.
(c) Meledaknya jumlah lulusan sekolah guru dari tahun ke tahun. Hal itu merupakan
akibat dari mudahnya pemerintah memberikan izin pendirian LPTK (Lembaga
Pendidikan Tinggi Keguruan).
(d) Jumlah siswa dalam satu kelas cukup banyak dan beban guru yang cukup besar
dalam mengajar satu minggu.
(e) Kompetensi guru yang belum terbangun.Seyogianya setiap guru perlu
memperlihatkan sikap kompeten sebagai seorang pendidik, bukan hanya sebagai
seorang guru mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta diakui
kompetensinya oleh masyarakat.
(f) Rendahnya minat guru terhadap dunia tulis-menulis (Djamal Z, 2005). Selain hal
di atas, faktor motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya sangatlah penting.
Dengan adanya motivasi yang tinggi guru akan meningkatkan kinerjanya dalam
mengajar. Guru yang memiliki motivasi yang tinggi, untuk melaksanakan tugasnya
dan tanggungjawabnya akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan
berbagai perbaikan dalam pembelajaran serta melakukan berbagai inovasi guna
kemajuan belajar siswa.
Motivasi pada dasarnya dapat bersumber dari diri seseorang atau yang sering
dikenal sebagai motivasi internal dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang
atau yang sering disebut motivasi eksternal. Faktor-faktor motivasi tersebut dapat
berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif bagi seorang guru dalam
mengajar.
Motivasi merupakan daya penggerak baik yang ditimbulkan dari dalam diri
maupun dari luar diri. Motivasi mendorong seseorang untuk melaksanakan tugas
dengan baik. Flippo (Hasibuan, 2006) menyatakan bahwa “motivasi adalah sesuatu
kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya”.
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi seseorang
individu akan berusaha dengan sekuat-kuatnya agar mampu mencapai apa yang
Faktor-faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja. Di pihak lain,
Cahyono (Hasanah, 2003) menyatakan bahwa antara lain adalah manusia, modal,
metode, faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara,
faktor lingkungan regional, dan umpan balik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru sangatlah kompleks.
Sutermeister (Sugiyono, 2007) menggambarkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru tersebut mencakup latihan dan pengalaman kerja,
pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan
individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan dan motivasi kerja. Menurut Cascio
(Sukmalana,2003) abilitas dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang
berinteraksi dengan kinerja. Abilitas seseorang dapat ditentukan oleh skill dan
pengetahuan, sedangkan skill dapat dipengaruhi oleh kecakapan. Kepribadian dan
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman latihan, dan minat.
Di lapangan penulis temukan hal-hal yang menyebabkan kurang atau rendahnya
kinerja guru, antara lain: (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya
secara total; (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
profesi keguruan; (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan yang masih
setengah hati dari pihak pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait; dan (4) masih
belum berfungsinya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) sebagai organisasi
profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalitas anggotanya.
Selain dari hal-hal di atas ada beberapa fenomena masalah kinerja guru rendah yang
disiplin guru yang masih rendah; (2) lingkungan kerja yang tidak mendukung karena
terjadi blok-blok; (3) gaya kepemimpinan yang otoriter sehingga guru tertekan; (4)
kompetisi antar sesama guru yang tidak sehat sehingga terjadi stagnan dalam prestasi
kerja; (5) perlakuan yang tidak adil dari pimpinan sehingga membuat sebagian guru
bekerja asal-asalan; (6) tunjangan yang diterima oleh guru dalam pembagian tugas
sangat kesenjangan dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada; (7) lingkungan sekolah
tidak mendukung untuk bersama-sama dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif; (8) sarana dan prasarana yang tidak memadai; (9) dukungan dan partisipasi
orang tua/wali peserta didik yang sangat kurang; (10) banyak siswa yang di
korbankan untuk membantu orang tua mencari nafkah seperi: menyadap karet,
membantu kerja di sawah.(Denis Alfa; pengamatan penulis dari tahun 2006 -2008).
Berdasarkan hal tersebut di atas, terdapat juga beberapa indikator yang penulis
amati secara langsung dan dirasakan sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut, yakni
masalah kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.
Berkenaan dengan kinerja guru di sekolah ini teridentifikasi masalah-masalah berikut:
(1) dalam melaksanakan proses pembelajaran masih ditemui penguasaan materi yang
belum sistematis dan berstruktur, di samping juga dalam penggunaan metode
pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode ceramah; (2) inisiatif guru
yang belum terbangun ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan kreativitas dalam
proses pembelajaran sehingga pencapaian kinerja guru belum maksimal; (3)
ketepatan waktu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih rendah sehingga
sebagaimana yang direncanakan dalam pelaksanaan pembelajaran (RPP); (4) kualitas
hasil kerja guru masih belum memuaskan dilihat dari pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas melalui supervisi rekan sejawat atau yang dilakukan oleh
kepala sekolah sehingga kepuasan siswa kurang terpenuhi; dan (5) komunikasi guru
dalam proses pembelajaran masih dirasa kurang sehingga penyampaian materi
pelajaran kurang mendapat respon dan berpengaruh terhadap penguasaan pengelolaan
kelas.
Kinerja guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih anak didiknya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Namun kinerja seseorang
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berkenaan dengan hal tersebut Gibson et
al.(1985) secara lebih komprehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variabel
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam
organisasi, yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi: (a) kemampuan/keterampilan;
dan (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman), (2) variabel Organisasi,
yang meliputi: (a) sumber daya; (b) kepemimpinan; (c) imbalan; (d) struktur; dan (e)
desain pekerjaan.
Berangkat dari isu ketidakpuasan terhadap kinerja guru, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Kontribusi kompetensi dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi”.
Dari uraian pada latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, seperti: kompetensi guru, motivasi
kerja, kemampuan guru, iklim sekolah, status sosial ekonomi guru, lingkungan kerja,
etos kerja, dan produktivitas kerja. Dari beberapa faktor kinerja guru tersebut yang
paling menarik untuk diteliti adalah kompetensi guru, motivasi kerja, dan kinerja
guru itu sendiri, karena ketiga faktor kinerja guru ini sangat mendukung peningkatan
mutu guru. Dengan demikian masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah kompetensi dan motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi”?
Secara lebih operasional, rumusan masalah tersebut dirumuskan ke dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:
(1) Bagaimana gambaran tentang kompetensi guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar
Kabupaten kuantan Singingi?
(2) Bagaimana gambaran tentang motivasi kerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi?
(3) Bagaimana gambaran kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten
Kuantan Singingi?
(4) Apakah kompetensi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi? Bila ya, seberapa
(5) Apakah motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru
di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi? Bila ya, seberapa
besar kontribusinya?
(6) Apakah kompetensi dan motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan
Singingi? Bila ya, seberapa besar kontribusinya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji: kontribusi kompetensi dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten
Kuantan Singingi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
(a) mengetahui gambaran tentang kompetensi guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi.
(b) mengetahui gambaran tentang motivasi kerja guru di SMA Negeri 1 Gunung
Toar Kabupaten Kuantan Singingi.
(c) mengetahui gambaran tentang kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi.
(d) mengetahui kontribusi kompetensi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.
(e) mengetahui kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1
(f) mengetahui kontribusi kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan
dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan guru yang
mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang
berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang kompetensi dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten
Kuantan Singingi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen
pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam memperkuat validitas dan
reliabilitas pelaksanaan manajemen berbasis kompetensi sebagai sebuah nilai budaya
institusi.
(b) Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
(1) Hasil penelitian ini dapat merupakan masukan bagi SMA Negeri 1 Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi dalam merumuskan pola pengembangan kinerja
guru yang akan datang.
(2) Hasil penelitian ini dapat merupakan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten
Kuantan Singingi mengenai materi pengelolaan kompetensi dan motivasi kerja
(3) Hasil penelitian ini biasa menjadi bahan perbandingan bagi Kepala Sekolah dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan motivasi kerja guru melalui pengembangan kompetensi dan
kinerja guru.
(4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk
melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan kompetensi dan
motivasi kerja guru serta kinerja guru pada institusi pendidikan.
D. Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variable) dan
satu variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk variabel bebas adalah
kompetensi (�1) dan motivasi kerja guru ( �2), sedangkan variabel terikat adalah
kinerja guru (Y).
Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Masri Singarimbun (2003) memandang definisi operasional sebagai
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut Masri Singarimbun
mengatakan bahwa dari informasi tersebut akan diketahui bagaimana cara mengukur
variabel itu. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur
pengukuran yang sama atau prosedur pengukuran yang akan dilakukan. Berdasarkan
dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain. Adapun definisi operasional dari
variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
(1) Kompetensi adalah kecakapan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan guru
dalam menjalankan keprofesionalannya sebagaimana yang ditunjukkan dalam
skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan tertulis
yang menggambarkan: a) kompetensi pedagogik yakni kemampuan mengelola
pembelajaran yang mencakup indikator-indikator: 1) merencanakan proses belajar
mengajar; 2) melaksanakan interaksi proses belajar mengajar; dan 3) melakukan
penilaian/evaluasi. b) kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta teladan bagi peserta
didik, mencakup indikator-indikator: 1) sikap; dan 2) teladan. c) kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam, mencakup indikator-indikator: 1) penguasaan materi pelajaran; 2)
kemampuan penelitian; 3) kemampuan pengembangan profesi; dan 4)
pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan. d) kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar, mencakup indikator-indikator: 1) interaksi guru dengan siswa;
2) interaksi guru dengan kepala sekolah; 3) interaksi guru dengan rekan kerja; 4)
interaksi guru dengan orangtua siswa; dan 5) interaksi guru dengan masyarakat.
(2) Motivasi kerja adalah daya bathin, dorongan, atau kekuatan-kekuatan yang ada
berperilaku melaksanakan pekerjaannya sebagai guru, yang memberikan
indikasi-indikasi tertentu dalam wujud perilaku yang dapat diamati berdasarkan
indikator-indikator perilaku yang telah ditetapkan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan tertulis
yang menggambarkan motivasi internal dan eksternal: (a) motivasi internal adalah
dorongan yang berasal dari dalam diri, mencakup indikator-indikator: (1)
kesejahteraan, (2) kompetisi, (3) rasa tanggung jawab, (4) kepuasan kerja, (5) rasa
ingin tahu, (6) pengembangan diri, (7) persepsi pribadi, (8) prestasi, (9)
kesempatan untuk promosi, (10) kedisiplinan, (11) etos kerja, dan (12) perasaan
ikut terlibat. (b) motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri,
mencakup indikator-indikator: (1) jenis pekerjaan, (2) lingkungan sekolah, (3)
sarana dan prasarana sekolah, (4) keamanan dan kenyamanan kerja, (5) perhatian,
(6) status dan hubungan sosial, (7) pengakuan, (8) loyalitas pimpinan, (9)
kerjasama, (10) penghasilan yang layak, (11) penghargaan dan hukuman, dan (12)
pujian.
(3) Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang mencakup
kegiatan merencanakan pengajaran, melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
dan melakukan pengevaluasian hasil belajar sebagaimana yang ditunjukkan
dalam skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan
yang menggambarkan kinerja guru: (a) kemampuan yakni kemampuan seorang
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran, mencakup
pengajaran. (b) inisiatif yakni cara kerja berpikir seorang pendidik dalam
mencapai tujuan proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) berpikir
positif yang lebih baik, (2) mewujudkan kreatifitas, dan (3) pencapaian prestasi.
(c) ketepatan waktu yakni pemanfaatan waktu kerja seorang pendidik dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1)
pemanfaatan waktu datang, dan (2) pemanfaatan waktu pulang. (d) kualitas hasil
kerja yakni kemampuan kerja seorang pendidik dalam menguasai proses
pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) kepuasan siswa, (2)
pemahaman siswa, dan (3) prestasi siswa. (e) komunikasi yakni kemampuan
seorang pendidik untuk bersosialisasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat
dalam proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) mutu
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang kontribusi kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja
guru ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain korelasional yang melibatkan dua variabel
bebas dan satu variabel terikat.
Pada penelitian ini kompetensi ( 1) dan motivasi kerja ( 2) diperlakukan sebagai
variabel bebas yang akan dikaji hubungannya dengan kinerja guru (variabel terikat/ Y).
Hubungan tersebut adalah berupa kontribusi kompetensi dengan kinerja guru, kontribusi
motivasi kerja dengan kinerja guru, dan kontribusi secara bersama-sama kompetensi dan
motivasi kerja dengan kinerja guru.
Suharsimi Arikunto (2006,p.270) menjelaskan bahwa penelitian korelasi bertujuan
untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Apabila ada, berapa eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Uji hubungan melalui teknik
perhitungan korelasi dapat dilakukan terhadap bermacam-macam data, baik data yang
Hubungan-hubungan antar variabel tersebut divisualisasikan pada kerangka berpikir
berikut:
Gambar: 3.1 Kerangka hubungan variabel penelitian. R X1 X2 Y
r X2 Y Kompetensi Guru( 1)
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial Kinerja Guru (Y)
1. Kemampuan
2. Inisiatif
3. Ketepatan waktu
4. Kualitas hasil kerja
5. Komunikasi
Motivasi Kerja guru ( 2)
1. Motivasi internal
2. Motivasi eksternal
C. Kisi-kisi instrumen
1. Kompetensi Pedagogik 1.1. Dapat mengidentifikasi dengan baik
ciri-ciri peserta didik.
1.5. Dapat menguasai cara menerapkan
ICT dalam PBM.
1.6. Dapat menguasai bahasa Indonesia
1.10. Dapat membimbing anak bila
2.1. Dapat memiliki komitmen dan
kemauan tinggi dalam melakukan
tugasnya sebagai guru profesional.
2.2. Dapat memiliki rasa kasih sayang
kepada peserta didik tanpa
3.1. Mampu menguasai mata pelajaran
yang menjadi bidang keahlian.
3.4. Mampu menguasai bagaimana
3.5. Mampu menguasai bagaimana
meyusun rencana pelajaran yang
mengemas isi, media teknologi, dan
values dalam setiap PBM.
20
Kompetensi Sosial 4.1. Mampu mengidentifikasi berbagai
faktor yang berkontribusi dalam
4.3. Mampu menjelaskan pentingnya
Variabel motivasi kerja
Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen motivasi kerja
No Variabel Indikator No.
Soal
1. Motivasi Internal 1.1. Kesejahteraan.
1.2. Kompetisi.
2. Motivasi eksternal 2.1. Jenis pekerjaan.
2.2. Lingkungan sekolah.
12
2.3. Sarana dan prasarana sekolah.
1. Kemamapuan 1.1. Penguasaan materi.
1.2. Penguasaan metode pengajaran.
1, 10, 26
19, 22, 27
2. Inisiatif 2.1. Berpikir positif yang lebih baik.
2.2. Mewujudkan kreativitas.
2.3. Pencapaian prestasi.
7, 18, 25
6, 21, 23
8, 9, 13
3. Ketepatan waktu 3.1. Pemanfaatan waktu datang.
3.2. Pemanfaatan waktu pulang.
2, 3
14
4. Kualitas hasil kerja 4.1. Kepuasan siswa.
4.2. Pemahaman siswa.
5, 12, 17
20, 24, 30
5. Komunikasi 5.1. Mutu penyampaian materi.
5.2. Penguasaan kelas.
4, 16
11, 15, 28,
29
1)Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2007,p.61). Menurut Suharsimi
(2006,p.130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Atas dasar kedua
pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan
obyek/subyek dengan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan sebagai wilayah
generalisasi hasil penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan
Singingi berjumlah 40 orang.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sipat-sipatnya (Sudjana, 2004).
2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, agar sampel representatif maka diupayakan bahwa setiap subyek dalam
populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Berhubung anggota
populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang maka, semuanya akan diambil
sebagai sampel total. Arikunto (2004) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
pengambilan sampel, Nasution (2005) menjelaskan bahwa “mutu penelitian tidak
selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar
teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan
dan pengolahannya. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2005)
mengemukakan bahwa: untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari
100, maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15%
atau 20%-25% atau lebih. Sesuai dengan ungkapan Arikunto (2007) ”jika populasi
suatu penelitian kurang dari 100, maka sebaiknya keseluruhan populasi dijadikan
sampel”.
E. Teknik pengumpulan dan pengolahan data
Nasir (2003) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat
ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan
dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, dan
beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.
Sehubungan dengan penelitian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan
dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik utama pengumpulan data,
yaitu teknik angket.
Angket disebarkan kepada responden dalam hal ini sebanyak 40 responden.
Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atasan alasan bahwa: (1) responden
memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan;
pertanyaan yang diajukan; (3) responden mempunyai kebebasan memberikan
jawaban; dan (4) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari
banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini
akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam angket tersebut. Indikator-indikator
yang merupakan penjabaran dari variabel kompetensi dan motivasi kerja terhadap
kinerja guru merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pertanyaan
dalam angket.
F. Instrumen penelitian
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: (1) menyusun
indikator variabel indikator; (2) menyusun kisi-kisi instrumen; (3) melakukan ujicoba
instrumen, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara bagaimana data yang
diperlukan dapat diperoleh, untuk itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh
antara lain:
(1) Menentukan alat pengumpulan data berupa angket
Alat pengumpulan data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala
likert dengan alternatif jawaban untuk variabel kompetensi, motivasi kerja, dan
kinerja guru adalah: untuk variabel kompetensi skala likert dengan alternatif: Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS),
dan untuk variabel motivasi kerja dan kinerja guru skala likert dengan alternatif:
Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan secara self
assesment yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan
mengenai kompetensi, motivasi kerja, dan kinerja guru.
Jadi instrumen/angket merupakan kunci utama dalam menggali informasi di
lapangan, karenanya sebelum instrumen/angket disebar ke lapangan, terlebih dahulu
dilakukan validasi baik secara internal melalui analisis pakar, maupun secara empirik,
melalui uji coba di lapangan. Pada objek terbatas, kemudian menghitung validitas dan
reabilitasnya. Pada item instrumen angket yang tidak valid dan tidak reliabel, akan
dikoreksi atau diganti sesuai dengan kadar validitas dan reliabilitasnya.
Responden diberi sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin
diungkap dari ketiga variabel disertai alternatif jawabannya. Kemudian responden di
minta untuk merespon setiap item sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang
diketahui serta dirasakan dengan cara membubuhkan tanda cheklist (√) pada
alternatif jawaban yang telah disediakan.
(2) Menyusun alat pengumpul data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun angket adalah menetapkan
variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:
(a) Kompetensi guru sebagai variabel 1, motivasi kerja sebagai variabel 2, dan
kinerja guru sebagai variabel Y.
(b) Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan berdasarkan
(c) Menyusun item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya.
(d) Menetapkan skor setiap jawaban untuk variabel 1, dengan menggunakan skala
likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat dari
lima rangkaian urutan, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS),
Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS).
(e) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:
Untuk pernyataan positif:
- Sangat sesuai (5)
- Sesuai (4)
- Cukup sesuai (3)
- Kurang sesuai (2)
- Tidak sesuai (1)
(f) Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel 2, dengan menggunakan
skala likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat
dari lima rangkaian urutan yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD),
Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP).
(g) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:
Untuk pernyataan positif:
- Selalu (5)
- Sering (4)
- Kadang-kadang (3)
- Tidak pernah (1)
Untuk pernyataan negatif:
- Selalu (1)
- Sering (2)
- Kadang-kadang (3)
- Jarang (4)
- Tidak pernah (5)
(h) Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel Y, dengan menggunakan
skala likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat
dari lima rangkaian urutan yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD),
Jarang (JR), Tidak pernah (TP).
(i) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:
Untuk pernyataan positif:
- Selalu (5)
- Sering (4)
- Kadang-kadang (3)
- Jarang (2)
- Tidak pernah (1)
(3) Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
(a) Studi pustaka, dimaksud untuk mendapatkan kajian dasar teoritik yang relevan
(b) Kuesioner, pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang
digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap, beberapa variabel
yang dipertimbangkan dalam penelitian.
1. Kompetensi ( 1)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval
mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran secara
kontinus 1 – 5 denagan alternatif jawaban sebagai berikut:
5 = Sangat sesuai.
4 = Sesuai.
3 = Cukup sesuai.
2 = Kurang sesuai.
1 = Tidak sesuai.
2. Motivasi kerja ( 2)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval
mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran 1 – 5
dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
5 = Selalu.
4 = Sering.
2 = jarang.
1 = Tidak pernah.
3. Kinerja guru (Y)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval
mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran 1 – 5
dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
5 = Selalu.
4 = Sering.
3 = Kadang-kadang.
2 = Jarang.
1 = Tidak pernah.
G. Uji validitas dan uji reliabilitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan
dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2004) menjelaskan bahwa
validatas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk
menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian
dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasi setiap butir alat ukur
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas
alat ukur digunakan rumus pearson product moment, dengan menggunakan SPSS
(4) Uji coba instrumen
Setelah selesai dalam menentukan dan menyusun alat pengumpul data, maka
langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba angket. Hal ini penting untuk
menilai angket yang disusun, apakah valid dan reliabel atau belum. Pengujian
validitas instrumen menurut Arikunto adalah untuk menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan
atau kesahihan suatu alat ukur, (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005).
Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan masalah
dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai
ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu yang
sama dalam jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula.
Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.
(5) Uji validitas instrumen
Untuk menguji validitas instrumen menggunakan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan skor tiap item dengan menggunakan rumus pearson product
moment. Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen angket ini
adalah sebagai berikut:
n(∑ XY) –
(∑ X) x (∑ Y)
2−( )2 2− ( )2
Keterangan: ℎ� � = koefisien korelasi Arikunto (2007)
∑ Xi = jumlah skor item
∑ Yi = jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan menggunakan rumus:
t hitung =
√ −2√1− 2
Keterangan: t = nilai t hitung.
r = koefisien korelasi hasil ℎ� �.
n = jumlah responden.
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n-2).
Kaidah keputusan : jika ℎ� � > berarti valid sebaliknya
ℎ� � < bearti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks,
dengan menggunakan SPSS versi 19.
a. Kompetensi ( 1)
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel kompetensi ( 1)
diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item dinyatakan valid semuanya yaitu item No.
26; 27; 28; 29; dan 30. Dalam analisis ini, apabila item dikatakan valid dan reliabel
harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan
angka pada corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item
dengan skor total item (nilai ℎ� �) di bandingkan dengan nilai , maka item
tersebut adalah valid. Contoh korelasi item no.1 = 0,676, item no 2 = 0,627 dan
seterusnya sampai item no.30 = 0,830.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:
25 0.809 8.482 2.024 Valid
Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid dan reliabel harus dibuktikan dengan
perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada corrected
item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total
item (nilai ℎ� �) di bandingkan dengan nilai . Jika nilai ℎ� � lebih besar
dari nilai atau nilai ℎ� � > nilai , maka item tersebut adalah valid.
Contoh korelasi item no.1 = 0,446, item no.2 = 0,586 dan seterusnya sampai item no.
30 = 0,345.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:
8 0.391 2.622 2.024 Valid
diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item semuanya valid yaitu item no. 1; 2; 3; 4; 5;
6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29;
dan 30. Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid dan reliabel harus dibuktikan
dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada
corrected item- total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan
skor total item (nilai ℎ� �) dibandingkan dengan nilai . Jika nilai ℎ� � lebih
Contoh korelasi item no. 1 = 2,960 item no.2 = 2,141 dan seterusnya sampai item
no.30 = 4,902.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
2. Menguji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan
atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas
instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan
adalah alpha sebagai berikut:
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut:
Langkah 1: menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
1 = 12−
( 1)
� � Keterangan :
1 = varians skor tiap-tiap item.
∑ X�2 = jumlah kuadrat item Xi.
( �)2 = jumlah item Xi dikuadratkan.
N = jumlah responden.
Langkah 2 : kemudian menjumlahkan varians semua item dengan rumus:
∑ 1 = 1 + 2 + 3…….
Keterangan :
∑ 1 = jumlah varians semua item.
Langkah 3 : menghitung varians total dengan rumus :
1 = 1
2−( 1)2
� � Keterangan :
1 = varians total.
∑ 12 = jumlah kuadrat X total.
(∑ 1 )2 = jumlah X total dikuadratkan.
N = jumlah responden.
Langkah 4 : masukkan nilai alpha dengan rumus:
11
= (
−1)-(1
1 1
)
Jika 11 > berarti reliabel
Jika 11 < berarti tidak reliabel
Selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan program SPSS versi 19, yaitu
reliability analysis-scale (alpha).
Keterangan:
11 = nilai reliabilitas.
∑ 1 = jumlah varians skor tiap-tiap item.
1 = varians total.
K = jumlah item.
Tabel 3.7
Uji reliabilitas item kompetensi ( 1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.974 30
Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi alpha cronbach = 0,974 korelasi
berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan (2,024) maka
ℎ� � lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item kompetensi
( 1) tersebut adalah reliabel
b. Motivasi kerja ( 2)
Tabel 3.8
Uji reliabilitas item motivasi kerja ( 2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.885 30
Pengujian reliabilitas kita lihat dari nilai alpha cronbach = 0,885 korelasi
berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan (2,024) maka
ℎ� � lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item motivasi
kerja ( 2) tersebut adalah reliabel.
c. Kinerja guru (Y)
Tabel 3.9
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.836 30
Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi alpha cronbach = 0,836 korelasi
berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibanding dengan (2,024) maka ℎ� �
lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item kinerja guru (Y)
tersebut adalah reliabel.
1. Analisa data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi
pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam
menguji besarnya hubungan dan kontribusi variabel 1 dan 2 terhadap Y. Untuk
mengetahui derajad hubungan antar variabel kompetensi ( 1) dan motivasi kerja ( 2)
terhadap kinerja guru (Y) dilakukan penyebaran kuesioner yang bersipat tertutup.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel 1 dengan Y dan 2 dengan Y yang
digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah pearson product
moment, dengan rumus:
n (∑ XY) –(∑ X) . (∑ Y)
=
. 2 − ( )2 . . 2–( )2
Korelasi pearson product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r
sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.
Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi nilai r sebagai
berikut
Tabel 3.10
Interpretasi koefisien korelasi nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
0,60 - 0,799 Kuat
0,40 - 0,599 Cukup Kuat
0,20 - 0,399 Rendah
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Riduwan (2005)
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin
mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi pearson product
moment tersebut diuji dengan uji signifikansi dengan rumus :
r√ −2
ℎ� � =
ℎ� � = nilai t.
r = nilai koefisien korelasi.
n = jumlah sampel.
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y
dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinansi adalah
kuadrat dari koefisien korelasi pearson product moment yang dikalikan dengan 100%.
Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai kontribusi atau
ikut menentukan variabel Y. Kontribusi dicari dengan menggunakan rumus:
KD =
2X 100%
Keterangan:
KD = nilai koefisien diterminan (kontribusi antar variabel).
r = nilai koefisien korelasi.
Mengetahui kontribusi antara variabel 1 dan 2 secara bersama-sama terhadap
variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut:
1. 2.
=
2 1. + 2− 2
1. . 2. . 1. 2 1− 21. 2
Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda.
Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan
program IBM SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 19.
Untuk keperluan pengujian validitas dalam perhitungannya menggunakan
pengujian dan hasil analisisnya diperoleh, penulis menanyakan kepada beberapa
orang ahli statistik apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Koefisien korelasi
hasil perhitungan, kemudian diinterpretasikan dan klasifikasi dengan Tabel 3.11,
menurut Arikunto (2007) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11. Koefisien korelasi validitas
Skor Validitas
0,00< ≤ 0,20 Jelek
0,20< ≤ 0,40 Rendah
0,40< ≤ 0,60 Sedang
0,60< ≤ 0,80 Tinggi
0,80< ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Arikunto (2006) menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
Ringkasnya, sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen itu mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengukur data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Berdasarkan cara pengujiannya, validitas dibedakan menjadi dua macam yaitu
validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal dicapai apabila terdapat
kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.
Dengan kata lain, sebuah instrumen, dikatakan memiliki validitas internal apabila
setiap bagian instrumen tersebut mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu
mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud. Sedangkan variabel eksternal
dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau
informasi lain yang mengenai variabel yang dimaksud.
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas internal
dengan menggunakan analisis butir pada kuesioner yang diujicobakan 40 orang guru
di SMA Percontohan UPI (rekapitulasi skor data kuesioner dapat dilihat pada
lampiran 1,2, dan 3). Analisis butir data untuk uji validitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 19 for
window. Analisis butir ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor-skor yang
dihasilkan pada tiap butir pertanyaan/pernyataan dengan skor total butir dengan
menggunakan teknik pearson product moment. Hasil analisis ini kemudian
sebesar 95%. Oleh karena itu instrumen penelitian ini diujicobakan pada 40 orang
guru (N = 40), maka diperoleh = 2,024 pada taraf signifikan 95%. Berdasarkan
data yang telah diolah, instrumen dikatakan valid jika hasil korelasi skor tiap butir
soal terhadap skor total lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel ( ℎ� � > ),
dan sebaliknya apabila ℎ� � < , maka instrumen dikatakan tidak valid dan
tidak layak untuk pengambilan data. Data dan hasil analisis validitas lengkap dari
output dapat dilihat pada lampiran 1,2, dan 3, yang terangkum pada Tabel 3.4, 3.5,
dan 3.6.
Untuk mengukur kriteria interpretasi skor soal/item, menggunakan tiga kriteria ,
sebagai berikut:
Tabel. 3.12. Kriteria interpretasi skor
Skor
Interpretasi Per indicator Keseluruhan indikator
3,68 – 5,00 111 – 150 Tinggi
2,34 – 3,67 71 – 110 Sedang / cukup
1,00 – 2,33 30 -70 Rendah
Dari instrumen diperoleh jumlah soal ada 30 item, nilai minimal = 1, nilai
maksimal = 5, maka minimal idealnya = 30 x 1 = 30, dan maksimal idealnya = 30 x 5
panjang kelas sebesar 120 : 3 = 40. Dari penjelasan di atas, maka didapatlah interval
yang dijelaskan pada Tabel. 3.12. Kriteria interpretasi skor.
(1) Uji reliabilitas instrumen
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Ini
menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen yang reliabel cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik sehingga data yang dihasilkan juga dapat dipercaya (Arikunto, 2006).
Sama dengan validitas, reliabel juga terdiri atas dua jenis, yaitu reliabilitas internal
dan reliabilitas eksternal. Jika ukuran atau kriteriumnya berada diluar instrumen
,maka dari hasil penyajian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika
perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, maka akan
menghasilkan reliabilitas internal.
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini diuji dengan menggunakan penyajian
reliabilitas internal yang dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali
saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode alpha croanbach dari: 0
sampai 1. Jika telah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
membandingkan harga tersebut dengan dengan taraf signifikan 95% seperti
pada uji validitas sebelumnya. Bila harga perhitungan lebih besar dari ( ℎ� �
maka instrumen dikatakan tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian yang
nantinya dilakukan.
Adapun persamaan-persamaan umum yang digunakan dalam pengujian korelasi
dan signifikansi adalah:
n ∑ Xi Yi –( ∑ Xi ) ( ∑ Yi )
= korelasi sederhana.
12− ( �)2 �2− ( � )2
r√ −2
ℎ� � =
√1− 2
1 2 = √ 2 1 + 2 2 −2 1 2 1 2 korelasi ganda.
1 - 2 1 2
F hitung = 2 / K
( 1 – R Y / ( n – k – 1 )
Keterangan:
ℎ� � = koefisien korelasi sederhana.
R hitung = koefisien korelasi ganda.
n = jumlah responden.
ℎ� � = uji signifikansi korelasi ganda.
Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi. Uji regresi digunakan
untuk mempelajari hubungan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat ( 1 terhadap Y, 2 terhadap Y) dan kedua variabel bebas terhadap variabel
terikat ( 1 dan 2 secara bersama-sama terhadap Y). Untuk keperluan perhitungan
korelasi menggunakan SPSS versi 19.
Dengan uji regresi, dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila
nilai variabel independen di manipulasi/dirubah-ubah (Sugiyono, 2009). Uji regresi
menggunakan persamaan :
= a + b X1 (regresi sederhana).
= a + b X2 (regresi sederhana).
= a + b1 X1 + b2 X2 (regresi ganda).
Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan masalah
dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai
ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu yang
sama dalam jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula
(2) Teknik analisa data
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan dan kontribusi dua variabel. Dari
hasil analisis akan diketahui variabel manakah yang memiliki hubungan dan
kontribusi serta kekuatan pengaruh secara statistik. Teknik analisa data akan
dilakukan peneliti dengan menggunakan program SPSS versi 19. Tingkat signifikansi
Ketentuan kriteria untuk menentukan kuat atau lemahnya korelasi adalah:
a). Angka korelasi antara 0 s.d 1.
b). Patokan angka untuk menentukan kuat atau lemahnya korelasi adalah:
0 – 0,25 : adalah korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada).
>0,25 – 0,5 : korelasi cukup.
>0,5 – 0,75 : korelasi kuat.
>0,75 – 1 : korelasi sangat kuat.
Untuk menguji hubungan pengaruh variabel 1(kompetensi dalam kinerja guru)
yang diwujudkan dalam, dukungan operasional kinerja guru terhadap variabel Y
(kepuasan terhadap hasil kinerja guru), hubungan kontribusi variabel 2 (motivasi
kerja dalam kinerja guru) dengan variabel Y (kinerja guru), serta hubungan
kontribusi variabel 1 dan 2 bersama-sama terhadap variabel dependent Y adalah
dengan menggunakan rumus uji regresi ganda.
1, 2, =
1 1 + 2 2 2
Kemudian dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan ℎ� � dengan
dengan menggunakan rumus: ℎ� �
=
2 − − 1
1− 2
Dimana: n = jumlah responden.
m = jumlah variabel.
Dalam pengambilan kesimpulan mengikuti kaidah pengujian signifikansi yaitu:
ℎ� �≤ , terima � artinya tidak signifikan
Dengan taraf signifikan α = 0,05, dengan menggunakan tabel t dicari
dengan rumus:
= F 1− � � �= , = − −1)
Untuk pengolahannya menggunakan program microsoft-exel 2007 dan SPSS
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada Bab IV sebelumnya,
maka dihasilkan beberapa temuan penelitian yang merujuk kepada pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Kompetensi guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi adalah
tinggi, besarnya korelasi kompetensi terhadap kinerja guru 0,322, sedangkan
kontribusinya 10,3%. Keadaan ini menunjukkan sebagian besar kompetensi guru
SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi tinggi, dan untuk lebih
memaksimalkan kompetensi guru dapat dilakukan berbagai cara yaitu
mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop, bahkan dianjurkan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi
adalah tinggi, besarnya korelasi motivasi kerja terhadap kinerja guru 0,612,
sedangkan kontribusinya 37,5%. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru dijelaskan
oleh motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan
Singingi. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan kinerja guru, maka guru yang
bersangkutan harus memiliki motivasi tinggi baik secara internal maupun
eksternal. Begitu pula pihak-pihak yang terkait dalam mempertanggungjawabkan
Singingi, yaitu diantaranya adalah guru itu sendiri. Sebagai guru dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya harus mampu memotivasi dirinya secara
maksimal sehingga akan memiliki dorongan untuk mengoptimalkan kemampuan
dalam menjalankan tugasnya.
3. Data hasil penelitian mengatakan bahwa data skor kinerja guru SMA Negeri 1
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi adalah cukup, data hasil penelitian
rata-rata skor kinerja guru 103,83. Keadaan ini menunjukkan telah melakukan
kinerja cukup terutama secara kuantitas. Hasil observasi terhadap kinerja guru
SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan singingi baik dalam pra
pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, kegiatan penelitian
dan pengabdian masyarakat telah dapat dilakukan walaupun belum koprehensif
dan proporsional. Kinerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan
Singingi secara kuantitas sudah dapat disimpulkan bermakna dan signifikan. Hal
ini perlu ditindaklanjuti oleh guru SMA Negeri 1 Gunung Toar dengan
melakukan kajian dan dan evaluasi secara periodik dari aspek kualitas kinerja
guru. Mengacu pada hasil penelitian mengandung arti bahwa guru SMA Negeri 1
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi telah memiliki potensi kinerja guru
yang merupakan asset utama sebagai investasi untuk mengembangkan institusi
pendidikan. Kondisi seperti ini memiliki kecendrungan bagi guru SMA Negeri 1
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi untuk dapat mewujudkan
eksistensinya dalam mencapai tujuan institusi secara optimal, yaitu menghasilkan
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi agar kinerja guru tetap tinggi, yaitu:
(1) meningkatkan kualitas dalam mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi proses belajar mengajar; (2) memberikan tugas dan kebijaksanaan yang
tetap tegas kepada guru untuk bekerja secara profesional; (3) mempertahankan
rasio guru dengan siswa yang seimbang dan beban jam mengajar yang
proporsional.
4. Besarnya kontribusi kompetensi terhadap kinerja guru cukup.
5. Besarnya kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru tinggi.
6. Besarnya kontribusi kompetensi dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap
kinerja guru kuat, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain seperti sarana
dan prasarana, pembiayaan, disiplin guru, kepemimpinan kepala sekolah,
partisipasi orang tua, kompensasi, komunikasi, manajemen sekolah, ekonomi,
administrasi, dan lain-lain.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian ini dan maka direkomendasi:
1. Guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan,
mengikuti kursus-kursus, seminar agar peningkatan kompetensi atau belajar dari
guru yang memiliki kompetensi yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.
2. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan guru, untuk memenuhi kompetensi dan
motivasi kerja disarankan guru terlibat dalam usaha-usaha yang mendatangkan
3. Kepala sekolah agar mendukung dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
para guru untuk meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
4. Kepada para peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru sehingga menambah wawasan lebih
DAFTAR PUSTAKA
Aas Hasanah. (2008). Tentang Produktivitas Manajemen Sekolah (Studi Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan Kinerja Guru terhadap Produktivitas Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung) Sekolah Pascasarjana UPI:Disertasi tidak diterbitkan.
Ali, Muhammad. (2000). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensindo.
Arikunto Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian, Jakarta: Bina Aksara.
________________. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka cipta.
Cascio, Wayne F. (1991). Managing Human Resource, Productivity, Quality of Work
Life.
Casletter, William B. (1996). The Human Resources Function in Educational
Administration. New York. Long man.
David C. Mc Clelland. (1967). Money as a Motivator: Some Research Insighhts, New York: “The Me Kinsey Quarterly, Fall.
Djaali. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Flippo, Edwin B. (1984). Personnel Manajement. Singapore. McGraw. Hill, Inc.
Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
______________. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung; Andiri.
Gibson, et al. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, Oemar. (2006). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara.
Hamzah, Haji. (2009). Teori Motivasi dan Pengukuran : Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Harianja, Marihot TE. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Grasindo.
Hasibuan. (1996). Motivasi Kerja. Bandung. Remaja Rosda Karya.
_________. (2000). ManajemenSumber-daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2000). Educational Administration; Theory, Research and Practice.
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Mangkunegara, AP. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Rosda Karya.
Manulang. (1983). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalin Indo.
Masri Singarimbun, dan Effendi. (2003). Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ES).
Mitchel, T.R. dan Larson. (1987). People and Organization; An Introduction to
Organization Behavior, Singapore: Mc Graw Hill Inc.
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Nasir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Ghalia, Jakarta.
Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. (2003). Kepemimpinan Mengefektifan Organisasi. Jokjakarta: Gajah Mada University Press.
Poerwadarminta, WJS. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.