• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KOMPETENSI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KOMPETENSI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan sumber daya manusia yang sangat mendasar dalam tatanan

pendidikan tidak dapat lepas dari wacana persekolahan sebagai suatu sistem. Tenaga

strategis dalam sistem persekolahan adalah tenaga kependidikan, khususnya guru.

Oleh karena itu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan perlu disesuaikan dengan

upaya peningkatan profesionalitas guru.

Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, namun salah

satu faktor yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan adalah unsur guru. Mutu

pendidikan dipengaruhi oleh mutu guru yang menangani langsung pendidikan di

sekolah. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan pembelajaran di kelas

semestinya memiliki kompetensi mengajar yang mampu mengelola pembelajaran

secara baik, sehingga siswa mendapat pengalaman belajar yang baik dari gurunya.

Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha meningkatkan kompetensi guru secara

bertahap, baik melalui penataran-penataran, pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

maupun melalui berbagai workshop dan seminar yang diadakan baik di tingkat pusat,

provinsi, maupun di daerah masing-masing.

Kemajuan pendidikan di sekolah dipengaruhi juga oleh kinerja guru. Beberapa

sekolah tidak maju, karena gurunya tidak mau repot menggunakan peralatan

laboratorium dalam pembelajaran. Mereka lebih senang terus menggunakan model

(5)

belajar. Beberapa guru tidak memperhatikan situasi siswa serta membiarkan siswa

ribut dan bertingkah seenaknya. Guru tidak mau repot mengarahkan siswa. Beberapa

guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang

maju dan pesat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan

tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di

sekolah tersebut, yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga

kependidikan lainnya. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat

menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Guru merupakan pelaku

utama dalam memfasilitasi penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu,

kehadiran dan profesionalitasnya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program

pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru

merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan

banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan

Hisyam, 2000).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU RI No. 20/ 2003) tentang Sisdiknas menyatakan tugas dan

fungsi tenaga pendidikan dan kependidikan sebagai berikut:

(1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola, pengembang, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

(6)

bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.

Guru memiliki peran yang penting, posisi yang strategis, dan bertanggung

jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar,

dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,

sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan

teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa

(Usman,2002).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 2

disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud bersipat holistik meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial,

yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) pemahaman

wawasan atau landasan pendidikan; (2) pemahaman peserta didik; (3) pengembangan

kurikulum; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang

(7)

belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup: (1) beriman dan

bertaqwa; (2) berakhlak mulia; (3) arif dan bijaksana; (4) demokratis; (4) mantap; (5)

berwibawa; (6) stabil; (7) dewasa; (8) jujur; (9) sportif; (10) menjadi teladan bagi

peserta didik dan masyarakat; (11) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

(12) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau

isyarat secara santun; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik; (4) bergaul

secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem

nilai yang berlaku; dan (5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang

diampunya yang sekurang-kurangnya mencakup: (1) materi pelajaran secara luas dan

mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya; dan (2) konsep dan metode

(8)

menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.

Masih rendahnya tingkat kompetensi guru saat ini disebabkan oleh faktor-faktor

yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor lainnya yang berasal dari

eksternal, sebagai berikut:

(a) Penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup

harian keluarga secara mencukupi. Oleh karena itu, upaya untuk menambah

pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk membeli buku,

berlangganan koran, internet tidak tersedia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan

dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya. Sepulang dari sekolah tidak

jarang seorang guru yang jujur menjadi tukang ojek atau bahkan menyadap karet

dan berbisnis.

(b) Kurangnya minat guru untuk menambah wawasan sebagai upaya meningkatkan

kompetensinya.

(c) Meledaknya jumlah lulusan sekolah guru dari tahun ke tahun. Hal itu merupakan

akibat dari mudahnya pemerintah memberikan izin pendirian LPTK (Lembaga

Pendidikan Tinggi Keguruan).

(d) Jumlah siswa dalam satu kelas cukup banyak dan beban guru yang cukup besar

dalam mengajar satu minggu.

(e) Kompetensi guru yang belum terbangun.Seyogianya setiap guru perlu

memperlihatkan sikap kompeten sebagai seorang pendidik, bukan hanya sebagai

(9)

seorang guru mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta diakui

kompetensinya oleh masyarakat.

(f) Rendahnya minat guru terhadap dunia tulis-menulis (Djamal Z, 2005). Selain hal

di atas, faktor motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya sangatlah penting.

Dengan adanya motivasi yang tinggi guru akan meningkatkan kinerjanya dalam

mengajar. Guru yang memiliki motivasi yang tinggi, untuk melaksanakan tugasnya

dan tanggungjawabnya akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan

berbagai perbaikan dalam pembelajaran serta melakukan berbagai inovasi guna

kemajuan belajar siswa.

Motivasi pada dasarnya dapat bersumber dari diri seseorang atau yang sering

dikenal sebagai motivasi internal dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang

atau yang sering disebut motivasi eksternal. Faktor-faktor motivasi tersebut dapat

berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif bagi seorang guru dalam

mengajar.

Motivasi merupakan daya penggerak baik yang ditimbulkan dari dalam diri

maupun dari luar diri. Motivasi mendorong seseorang untuk melaksanakan tugas

dengan baik. Flippo (Hasibuan, 2006) menyatakan bahwa “motivasi adalah sesuatu

kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya”.

Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi seseorang

individu akan berusaha dengan sekuat-kuatnya agar mampu mencapai apa yang

(10)

Faktor-faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja. Di pihak lain,

Cahyono (Hasanah, 2003) menyatakan bahwa antara lain adalah manusia, modal,

metode, faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara,

faktor lingkungan regional, dan umpan balik.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru sangatlah kompleks.

Sutermeister (Sugiyono, 2007) menggambarkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja guru tersebut mencakup latihan dan pengalaman kerja,

pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan

individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan dan motivasi kerja. Menurut Cascio

(Sukmalana,2003) abilitas dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang

berinteraksi dengan kinerja. Abilitas seseorang dapat ditentukan oleh skill dan

pengetahuan, sedangkan skill dapat dipengaruhi oleh kecakapan. Kepribadian dan

pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman latihan, dan minat.

Di lapangan penulis temukan hal-hal yang menyebabkan kurang atau rendahnya

kinerja guru, antara lain: (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya

secara total; (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika

profesi keguruan; (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan yang masih

setengah hati dari pihak pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait; dan (4) masih

belum berfungsinya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) sebagai organisasi

profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalitas anggotanya.

Selain dari hal-hal di atas ada beberapa fenomena masalah kinerja guru rendah yang

(11)

disiplin guru yang masih rendah; (2) lingkungan kerja yang tidak mendukung karena

terjadi blok-blok; (3) gaya kepemimpinan yang otoriter sehingga guru tertekan; (4)

kompetisi antar sesama guru yang tidak sehat sehingga terjadi stagnan dalam prestasi

kerja; (5) perlakuan yang tidak adil dari pimpinan sehingga membuat sebagian guru

bekerja asal-asalan; (6) tunjangan yang diterima oleh guru dalam pembagian tugas

sangat kesenjangan dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada; (7) lingkungan sekolah

tidak mendukung untuk bersama-sama dalam menciptakan lingkungan yang

kondusif; (8) sarana dan prasarana yang tidak memadai; (9) dukungan dan partisipasi

orang tua/wali peserta didik yang sangat kurang; (10) banyak siswa yang di

korbankan untuk membantu orang tua mencari nafkah seperi: menyadap karet,

membantu kerja di sawah.(Denis Alfa; pengamatan penulis dari tahun 2006 -2008).

Berdasarkan hal tersebut di atas, terdapat juga beberapa indikator yang penulis

amati secara langsung dan dirasakan sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut, yakni

masalah kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.

Berkenaan dengan kinerja guru di sekolah ini teridentifikasi masalah-masalah berikut:

(1) dalam melaksanakan proses pembelajaran masih ditemui penguasaan materi yang

belum sistematis dan berstruktur, di samping juga dalam penggunaan metode

pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode ceramah; (2) inisiatif guru

yang belum terbangun ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan kreativitas dalam

proses pembelajaran sehingga pencapaian kinerja guru belum maksimal; (3)

ketepatan waktu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih rendah sehingga

(12)

sebagaimana yang direncanakan dalam pelaksanaan pembelajaran (RPP); (4) kualitas

hasil kerja guru masih belum memuaskan dilihat dari pelaksanaan proses

pembelajaran di kelas melalui supervisi rekan sejawat atau yang dilakukan oleh

kepala sekolah sehingga kepuasan siswa kurang terpenuhi; dan (5) komunikasi guru

dalam proses pembelajaran masih dirasa kurang sehingga penyampaian materi

pelajaran kurang mendapat respon dan berpengaruh terhadap penguasaan pengelolaan

kelas.

Kinerja guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, dan

pelatih anak didiknya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi

pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Namun kinerja seseorang

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berkenaan dengan hal tersebut Gibson et

al.(1985) secara lebih komprehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variabel

sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam

organisasi, yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi: (a) kemampuan/keterampilan;

dan (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman), (2) variabel Organisasi,

yang meliputi: (a) sumber daya; (b) kepemimpinan; (c) imbalan; (d) struktur; dan (e)

desain pekerjaan.

Berangkat dari isu ketidakpuasan terhadap kinerja guru, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: ”Kontribusi kompetensi dan motivasi kerja

terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi”.

(13)

Dari uraian pada latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa terdapat

banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, seperti: kompetensi guru, motivasi

kerja, kemampuan guru, iklim sekolah, status sosial ekonomi guru, lingkungan kerja,

etos kerja, dan produktivitas kerja. Dari beberapa faktor kinerja guru tersebut yang

paling menarik untuk diteliti adalah kompetensi guru, motivasi kerja, dan kinerja

guru itu sendiri, karena ketiga faktor kinerja guru ini sangat mendukung peningkatan

mutu guru. Dengan demikian masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: “Apakah kompetensi dan motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan

terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi”?

Secara lebih operasional, rumusan masalah tersebut dirumuskan ke dalam

pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

(1) Bagaimana gambaran tentang kompetensi guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar

Kabupaten kuantan Singingi?

(2) Bagaimana gambaran tentang motivasi kerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi?

(3) Bagaimana gambaran kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi?

(4) Apakah kompetensi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru di

SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi? Bila ya, seberapa

(14)

(5) Apakah motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru

di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi? Bila ya, seberapa

besar kontribusinya?

(6) Apakah kompetensi dan motivasi kerja memiliki kontribusi yang signifikan

terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi? Bila ya, seberapa besar kontribusinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji: kontribusi kompetensi dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

(a) mengetahui gambaran tentang kompetensi guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi.

(b) mengetahui gambaran tentang motivasi kerja guru di SMA Negeri 1 Gunung

Toar Kabupaten Kuantan Singingi.

(c) mengetahui gambaran tentang kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi.

(d) mengetahui kontribusi kompetensi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1

Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.

(e) mengetahui kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1

(15)

(f) mengetahui kontribusi kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di

SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan

dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan guru yang

mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang

berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang kompetensi dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen

pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam memperkuat validitas dan

reliabilitas pelaksanaan manajemen berbasis kompetensi sebagai sebuah nilai budaya

institusi.

(b) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

(1) Hasil penelitian ini dapat merupakan masukan bagi SMA Negeri 1 Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi dalam merumuskan pola pengembangan kinerja

guru yang akan datang.

(2) Hasil penelitian ini dapat merupakan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten

Kuantan Singingi mengenai materi pengelolaan kompetensi dan motivasi kerja

(16)

(3) Hasil penelitian ini biasa menjadi bahan perbandingan bagi Kepala Sekolah dan

Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan motivasi kerja guru melalui pengembangan kompetensi dan

kinerja guru.

(4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk

melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan kompetensi dan

motivasi kerja guru serta kinerja guru pada institusi pendidikan.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variable) dan

satu variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk variabel bebas adalah

kompetensi (�1) dan motivasi kerja guru ( �2), sedangkan variabel terikat adalah

kinerja guru (Y).

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang

sedang diteliti. Masri Singarimbun (2003) memandang definisi operasional sebagai

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut Masri Singarimbun

mengatakan bahwa dari informasi tersebut akan diketahui bagaimana cara mengukur

variabel itu. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur

pengukuran yang sama atau prosedur pengukuran yang akan dilakukan. Berdasarkan

(17)

dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain. Adapun definisi operasional dari

variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

(1) Kompetensi adalah kecakapan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan guru

dalam menjalankan keprofesionalannya sebagaimana yang ditunjukkan dalam

skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan tertulis

yang menggambarkan: a) kompetensi pedagogik yakni kemampuan mengelola

pembelajaran yang mencakup indikator-indikator: 1) merencanakan proses belajar

mengajar; 2) melaksanakan interaksi proses belajar mengajar; dan 3) melakukan

penilaian/evaluasi. b) kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian

yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta teladan bagi peserta

didik, mencakup indikator-indikator: 1) sikap; dan 2) teladan. c) kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam, mencakup indikator-indikator: 1) penguasaan materi pelajaran; 2)

kemampuan penelitian; 3) kemampuan pengembangan profesi; dan 4)

pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan. d) kompetensi sosial

adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar, mencakup indikator-indikator: 1) interaksi guru dengan siswa;

2) interaksi guru dengan kepala sekolah; 3) interaksi guru dengan rekan kerja; 4)

interaksi guru dengan orangtua siswa; dan 5) interaksi guru dengan masyarakat.

(2) Motivasi kerja adalah daya bathin, dorongan, atau kekuatan-kekuatan yang ada

(18)

berperilaku melaksanakan pekerjaannya sebagai guru, yang memberikan

indikasi-indikasi tertentu dalam wujud perilaku yang dapat diamati berdasarkan

indikator-indikator perilaku yang telah ditetapkan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam

skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan tertulis

yang menggambarkan motivasi internal dan eksternal: (a) motivasi internal adalah

dorongan yang berasal dari dalam diri, mencakup indikator-indikator: (1)

kesejahteraan, (2) kompetisi, (3) rasa tanggung jawab, (4) kepuasan kerja, (5) rasa

ingin tahu, (6) pengembangan diri, (7) persepsi pribadi, (8) prestasi, (9)

kesempatan untuk promosi, (10) kedisiplinan, (11) etos kerja, dan (12) perasaan

ikut terlibat. (b) motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri,

mencakup indikator-indikator: (1) jenis pekerjaan, (2) lingkungan sekolah, (3)

sarana dan prasarana sekolah, (4) keamanan dan kenyamanan kerja, (5) perhatian,

(6) status dan hubungan sosial, (7) pengakuan, (8) loyalitas pimpinan, (9)

kerjasama, (10) penghasilan yang layak, (11) penghargaan dan hukuman, dan (12)

pujian.

(3) Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang mencakup

kegiatan merencanakan pengajaran, melaksanakan kegiatan belajar mengajar,

dan melakukan pengevaluasian hasil belajar sebagaimana yang ditunjukkan

dalam skor yang diperoleh dari respon mereka terhadap pernyataan-pernyataan

yang menggambarkan kinerja guru: (a) kemampuan yakni kemampuan seorang

pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran, mencakup

(19)

pengajaran. (b) inisiatif yakni cara kerja berpikir seorang pendidik dalam

mencapai tujuan proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) berpikir

positif yang lebih baik, (2) mewujudkan kreatifitas, dan (3) pencapaian prestasi.

(c) ketepatan waktu yakni pemanfaatan waktu kerja seorang pendidik dalam

pelaksanaan proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1)

pemanfaatan waktu datang, dan (2) pemanfaatan waktu pulang. (d) kualitas hasil

kerja yakni kemampuan kerja seorang pendidik dalam menguasai proses

pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) kepuasan siswa, (2)

pemahaman siswa, dan (3) prestasi siswa. (e) komunikasi yakni kemampuan

seorang pendidik untuk bersosialisasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat

dalam proses pembelajaran, mencakup indikator-indikator: (1) mutu

(20)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang kontribusi kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain korelasional yang melibatkan dua variabel

bebas dan satu variabel terikat.

Pada penelitian ini kompetensi ( 1) dan motivasi kerja ( 2) diperlakukan sebagai

variabel bebas yang akan dikaji hubungannya dengan kinerja guru (variabel terikat/ Y).

Hubungan tersebut adalah berupa kontribusi kompetensi dengan kinerja guru, kontribusi

motivasi kerja dengan kinerja guru, dan kontribusi secara bersama-sama kompetensi dan

motivasi kerja dengan kinerja guru.

Suharsimi Arikunto (2006,p.270) menjelaskan bahwa penelitian korelasi bertujuan

untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Apabila ada, berapa eratnya hubungan

serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Uji hubungan melalui teknik

perhitungan korelasi dapat dilakukan terhadap bermacam-macam data, baik data yang

(21)

Hubungan-hubungan antar variabel tersebut divisualisasikan pada kerangka berpikir

berikut:

Gambar: 3.1 Kerangka hubungan variabel penelitian. R X1 X2 Y

r X2 Y Kompetensi Guru( 1)

1. Kompetensi pedagogik

2. Kompetensi kepribadian

3. Kompetensi profesional

4. Kompetensi sosial Kinerja Guru (Y)

1. Kemampuan

2. Inisiatif

3. Ketepatan waktu

4. Kualitas hasil kerja

5. Komunikasi

Motivasi Kerja guru ( 2)

1. Motivasi internal

2. Motivasi eksternal

(22)

C. Kisi-kisi instrumen

1. Kompetensi Pedagogik 1.1. Dapat mengidentifikasi dengan baik

ciri-ciri peserta didik.

1.5. Dapat menguasai cara menerapkan

ICT dalam PBM.

1.6. Dapat menguasai bahasa Indonesia

(23)

1.10. Dapat membimbing anak bila

2.1. Dapat memiliki komitmen dan

kemauan tinggi dalam melakukan

tugasnya sebagai guru profesional.

2.2. Dapat memiliki rasa kasih sayang

kepada peserta didik tanpa

3.1. Mampu menguasai mata pelajaran

yang menjadi bidang keahlian.

3.4. Mampu menguasai bagaimana

(24)

3.5. Mampu menguasai bagaimana

meyusun rencana pelajaran yang

mengemas isi, media teknologi, dan

values dalam setiap PBM.

20

Kompetensi Sosial 4.1. Mampu mengidentifikasi berbagai

faktor yang berkontribusi dalam

4.3. Mampu menjelaskan pentingnya

(25)

Variabel motivasi kerja

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen motivasi kerja

No Variabel Indikator No.

Soal

1. Motivasi Internal 1.1. Kesejahteraan.

1.2. Kompetisi.

2. Motivasi eksternal 2.1. Jenis pekerjaan.

2.2. Lingkungan sekolah.

12

(26)

2.3. Sarana dan prasarana sekolah.

1. Kemamapuan 1.1. Penguasaan materi.

1.2. Penguasaan metode pengajaran.

1, 10, 26

19, 22, 27

2. Inisiatif 2.1. Berpikir positif yang lebih baik.

2.2. Mewujudkan kreativitas.

2.3. Pencapaian prestasi.

7, 18, 25

6, 21, 23

8, 9, 13

3. Ketepatan waktu 3.1. Pemanfaatan waktu datang.

3.2. Pemanfaatan waktu pulang.

2, 3

14

4. Kualitas hasil kerja 4.1. Kepuasan siswa.

4.2. Pemahaman siswa.

5, 12, 17

20, 24, 30

5. Komunikasi 5.1. Mutu penyampaian materi.

5.2. Penguasaan kelas.

4, 16

11, 15, 28,

29

(27)

1)Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan

kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2007,p.61). Menurut Suharsimi

(2006,p.130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Atas dasar kedua

pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan

obyek/subyek dengan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan sebagai wilayah

generalisasi hasil penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi berjumlah 40 orang.

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung

ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sipat-sipatnya (Sudjana, 2004).

2) Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi, agar sampel representatif maka diupayakan bahwa setiap subyek dalam

populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Berhubung anggota

populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang maka, semuanya akan diambil

sebagai sampel total. Arikunto (2004) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari

populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

(28)

pengambilan sampel, Nasution (2005) menjelaskan bahwa “mutu penelitian tidak

selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar

teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan

dan pengolahannya. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2005)

mengemukakan bahwa: untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari

100, maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15%

atau 20%-25% atau lebih. Sesuai dengan ungkapan Arikunto (2007) ”jika populasi

suatu penelitian kurang dari 100, maka sebaiknya keseluruhan populasi dijadikan

sampel”.

E. Teknik pengumpulan dan pengolahan data

Nasir (2003) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat

ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, dan

beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.

Sehubungan dengan penelitian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan

dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik utama pengumpulan data,

yaitu teknik angket.

Angket disebarkan kepada responden dalam hal ini sebanyak 40 responden.

Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atasan alasan bahwa: (1) responden

memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan;

(29)

pertanyaan yang diajukan; (3) responden mempunyai kebebasan memberikan

jawaban; dan (4) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari

banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini

akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah

pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam angket tersebut. Indikator-indikator

yang merupakan penjabaran dari variabel kompetensi dan motivasi kerja terhadap

kinerja guru merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pertanyaan

dalam angket.

F. Instrumen penelitian

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: (1) menyusun

indikator variabel indikator; (2) menyusun kisi-kisi instrumen; (3) melakukan ujicoba

instrumen, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara bagaimana data yang

diperlukan dapat diperoleh, untuk itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh

antara lain:

(1) Menentukan alat pengumpulan data berupa angket

Alat pengumpulan data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala

likert dengan alternatif jawaban untuk variabel kompetensi, motivasi kerja, dan

kinerja guru adalah: untuk variabel kompetensi skala likert dengan alternatif: Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS),

dan untuk variabel motivasi kerja dan kinerja guru skala likert dengan alternatif:

(30)

Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan secara self

assesment yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan

mengenai kompetensi, motivasi kerja, dan kinerja guru.

Jadi instrumen/angket merupakan kunci utama dalam menggali informasi di

lapangan, karenanya sebelum instrumen/angket disebar ke lapangan, terlebih dahulu

dilakukan validasi baik secara internal melalui analisis pakar, maupun secara empirik,

melalui uji coba di lapangan. Pada objek terbatas, kemudian menghitung validitas dan

reabilitasnya. Pada item instrumen angket yang tidak valid dan tidak reliabel, akan

dikoreksi atau diganti sesuai dengan kadar validitas dan reliabilitasnya.

Responden diberi sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin

diungkap dari ketiga variabel disertai alternatif jawabannya. Kemudian responden di

minta untuk merespon setiap item sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang

diketahui serta dirasakan dengan cara membubuhkan tanda cheklist (√) pada

alternatif jawaban yang telah disediakan.

(2) Menyusun alat pengumpul data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun angket adalah menetapkan

variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

(a) Kompetensi guru sebagai variabel 1, motivasi kerja sebagai variabel 2, dan

kinerja guru sebagai variabel Y.

(b) Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan berdasarkan

(31)

(c) Menyusun item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya.

(d) Menetapkan skor setiap jawaban untuk variabel 1, dengan menggunakan skala

likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat dari

lima rangkaian urutan, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS),

Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS).

(e) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:

Untuk pernyataan positif:

- Sangat sesuai (5)

- Sesuai (4)

- Cukup sesuai (3)

- Kurang sesuai (2)

- Tidak sesuai (1)

(f) Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel 2, dengan menggunakan

skala likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat

dari lima rangkaian urutan yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD),

Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP).

(g) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:

Untuk pernyataan positif:

- Selalu (5)

- Sering (4)

- Kadang-kadang (3)

(32)

- Tidak pernah (1)

Untuk pernyataan negatif:

- Selalu (1)

- Sering (2)

- Kadang-kadang (3)

- Jarang (4)

- Tidak pernah (5)

(h) Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel Y, dengan menggunakan

skala likert dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat

dari lima rangkaian urutan yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD),

Jarang (JR), Tidak pernah (TP).

(i) Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut:

Untuk pernyataan positif:

- Selalu (5)

- Sering (4)

- Kadang-kadang (3)

- Jarang (2)

- Tidak pernah (1)

(3) Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

(a) Studi pustaka, dimaksud untuk mendapatkan kajian dasar teoritik yang relevan

(33)

(b) Kuesioner, pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang

digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap, beberapa variabel

yang dipertimbangkan dalam penelitian.

1. Kompetensi ( 1)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval

mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran secara

kontinus 1 – 5 denagan alternatif jawaban sebagai berikut:

5 = Sangat sesuai.

4 = Sesuai.

3 = Cukup sesuai.

2 = Kurang sesuai.

1 = Tidak sesuai.

2. Motivasi kerja ( 2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval

mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran 1 – 5

dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

5 = Selalu.

4 = Sering.

(34)

2 = jarang.

1 = Tidak pernah.

3. Kinerja guru (Y)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval

mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran 1 – 5

dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

5 = Selalu.

4 = Sering.

3 = Kadang-kadang.

2 = Jarang.

1 = Tidak pernah.

G. Uji validitas dan uji reliabilitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep

yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan

dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2004) menjelaskan bahwa

validatas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan

suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk

menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian

dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasi setiap butir alat ukur

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas

alat ukur digunakan rumus pearson product moment, dengan menggunakan SPSS

(35)

(4) Uji coba instrumen

Setelah selesai dalam menentukan dan menyusun alat pengumpul data, maka

langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba angket. Hal ini penting untuk

menilai angket yang disusun, apakah valid dan reliabel atau belum. Pengujian

validitas instrumen menurut Arikunto adalah untuk menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan

atau kesahihan suatu alat ukur, (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005).

Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan masalah

dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai

ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu yang

sama dalam jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula.

Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data itu valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

(5) Uji validitas instrumen

Untuk menguji validitas instrumen menggunakan analisis faktor, yaitu dengan

mengkorelasikan skor tiap item dengan menggunakan rumus pearson product

moment. Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen angket ini

adalah sebagai berikut:

n(∑ XY) –

(∑ X) x (∑ Y)

(36)

2−( )2 2 ( )2

Keterangan: ℎ� = koefisien korelasi Arikunto (2007)

∑ Xi = jumlah skor item

∑ Yi = jumlah skor total (seluruh item)

n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan menggunakan rumus:

t hitung =

√ −2

√1− 2

Keterangan: t = nilai t hitung.

r = koefisien korelasi hasil ℎ� .

n = jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n-2).

Kaidah keputusan : jika ℎ� > berarti valid sebaliknya

ℎ� < bearti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks,

dengan menggunakan SPSS versi 19.

a. Kompetensi ( 1)

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel kompetensi ( 1)

diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item dinyatakan valid semuanya yaitu item No.

(37)

26; 27; 28; 29; dan 30. Dalam analisis ini, apabila item dikatakan valid dan reliabel

harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan

angka pada corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item

dengan skor total item (nilai ℎ� ) di bandingkan dengan nilai , maka item

tersebut adalah valid. Contoh korelasi item no.1 = 0,676, item no 2 = 0,627 dan

seterusnya sampai item no.30 = 0,830.

Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

(38)

25 0.809 8.482 2.024 Valid

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid dan reliabel harus dibuktikan dengan

perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada corrected

item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total

item (nilai ℎ� ) di bandingkan dengan nilai . Jika nilai ℎ� lebih besar

dari nilai atau nilai ℎ� > nilai , maka item tersebut adalah valid.

Contoh korelasi item no.1 = 0,446, item no.2 = 0,586 dan seterusnya sampai item no.

30 = 0,345.

Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:

(39)

8 0.391 2.622 2.024 Valid

diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 item semuanya valid yaitu item no. 1; 2; 3; 4; 5;

6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29;

dan 30. Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid dan reliabel harus dibuktikan

dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada

corrected item- total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan

skor total item (nilai ℎ� ) dibandingkan dengan nilai . Jika nilai ℎ� lebih

(40)

Contoh korelasi item no. 1 = 2,960 item no.2 = 2,141 dan seterusnya sampai item

no.30 = 4,902.

Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

(41)

2. Menguji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan

atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas

instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu

menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan

adalah alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut:

Langkah 1: menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

1 = 12−

( 1)

� � Keterangan :

1 = varians skor tiap-tiap item.

∑ X�2 = jumlah kuadrat item Xi.

( �)2 = jumlah item Xi dikuadratkan.

N = jumlah responden.

Langkah 2 : kemudian menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

∑ 1 = 1 + 2 + 3…….

Keterangan :

∑ 1 = jumlah varians semua item.

(42)

Langkah 3 : menghitung varians total dengan rumus :

1 = 1

2( 1)2

� � Keterangan :

1 = varians total.

∑ 12 = jumlah kuadrat X total.

(∑ 1 )2 = jumlah X total dikuadratkan.

N = jumlah responden.

Langkah 4 : masukkan nilai alpha dengan rumus:

11

= (

1

)-(1

1 1

)

Jika 11 > berarti reliabel

Jika 11 < berarti tidak reliabel

Selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan program SPSS versi 19, yaitu

reliability analysis-scale (alpha).

Keterangan:

11 = nilai reliabilitas.

∑ 1 = jumlah varians skor tiap-tiap item.

1 = varians total.

K = jumlah item.

(43)

Tabel 3.7

Uji reliabilitas item kompetensi ( 1)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.974 30

Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi alpha cronbach = 0,974 korelasi

berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan (2,024) maka

ℎ� � lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item kompetensi

( 1) tersebut adalah reliabel

b. Motivasi kerja ( 2)

Tabel 3.8

Uji reliabilitas item motivasi kerja ( 2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.885 30

Pengujian reliabilitas kita lihat dari nilai alpha cronbach = 0,885 korelasi

berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan (2,024) maka

ℎ� � lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item motivasi

kerja ( 2) tersebut adalah reliabel.

c. Kinerja guru (Y)

Tabel 3.9

(44)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.836 30

Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi alpha cronbach = 0,836 korelasi

berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibanding dengan (2,024) maka ℎ�

lebih besar dari . Dengan demikian disimpulkan bahwa item kinerja guru (Y)

tersebut adalah reliabel.

1. Analisa data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi

pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam

menguji besarnya hubungan dan kontribusi variabel 1 dan 2 terhadap Y. Untuk

mengetahui derajad hubungan antar variabel kompetensi ( 1) dan motivasi kerja ( 2)

terhadap kinerja guru (Y) dilakukan penyebaran kuesioner yang bersipat tertutup.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel 1 dengan Y dan 2 dengan Y yang

digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah pearson product

moment, dengan rumus:

n (∑ XY) –(∑ X) . (∑ Y)

=

. 2 ( )2 . . 2( )2

Korelasi pearson product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r

(45)

sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi nilai r sebagai

berikut

Tabel 3.10

Interpretasi koefisien korelasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,40 - 0,599 Cukup Kuat

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Riduwan (2005)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin

mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi pearson product

moment tersebut diuji dengan uji signifikansi dengan rumus :

r√ −2

ℎ� � =

(46)

ℎ� � = nilai t.

r = nilai koefisien korelasi.

n = jumlah sampel.

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y

dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinansi adalah

kuadrat dari koefisien korelasi pearson product moment yang dikalikan dengan 100%.

Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai kontribusi atau

ikut menentukan variabel Y. Kontribusi dicari dengan menggunakan rumus:

KD =

2

X 100%

Keterangan:

KD = nilai koefisien diterminan (kontribusi antar variabel).

r = nilai koefisien korelasi.

Mengetahui kontribusi antara variabel 1 dan 2 secara bersama-sama terhadap

variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut:

1. 2.

=

2 1. + 2 2

1. . 2. . 1. 2 1− 21. 2

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda.

Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan

program IBM SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 19.

Untuk keperluan pengujian validitas dalam perhitungannya menggunakan

(47)

pengujian dan hasil analisisnya diperoleh, penulis menanyakan kepada beberapa

orang ahli statistik apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Koefisien korelasi

hasil perhitungan, kemudian diinterpretasikan dan klasifikasi dengan Tabel 3.11,

menurut Arikunto (2007) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11. Koefisien korelasi validitas

Skor Validitas

0,00< ≤ 0,20 Jelek

0,20< ≤ 0,40 Rendah

0,40< ≤ 0,60 Sedang

0,60< ≤ 0,80 Tinggi

0,80< ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Arikunto (2006) menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan

tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

(48)

Ringkasnya, sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen itu mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengukur data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Berdasarkan cara pengujiannya, validitas dibedakan menjadi dua macam yaitu

validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal dicapai apabila terdapat

kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.

Dengan kata lain, sebuah instrumen, dikatakan memiliki validitas internal apabila

setiap bagian instrumen tersebut mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu

mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud. Sedangkan variabel eksternal

dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau

informasi lain yang mengenai variabel yang dimaksud.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas internal

dengan menggunakan analisis butir pada kuesioner yang diujicobakan 40 orang guru

di SMA Percontohan UPI (rekapitulasi skor data kuesioner dapat dilihat pada

lampiran 1,2, dan 3). Analisis butir data untuk uji validitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 19 for

window. Analisis butir ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor-skor yang

dihasilkan pada tiap butir pertanyaan/pernyataan dengan skor total butir dengan

menggunakan teknik pearson product moment. Hasil analisis ini kemudian

(49)

sebesar 95%. Oleh karena itu instrumen penelitian ini diujicobakan pada 40 orang

guru (N = 40), maka diperoleh = 2,024 pada taraf signifikan 95%. Berdasarkan

data yang telah diolah, instrumen dikatakan valid jika hasil korelasi skor tiap butir

soal terhadap skor total lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel ( ℎ� > ),

dan sebaliknya apabila ℎ� < , maka instrumen dikatakan tidak valid dan

tidak layak untuk pengambilan data. Data dan hasil analisis validitas lengkap dari

output dapat dilihat pada lampiran 1,2, dan 3, yang terangkum pada Tabel 3.4, 3.5,

dan 3.6.

Untuk mengukur kriteria interpretasi skor soal/item, menggunakan tiga kriteria ,

sebagai berikut:

Tabel. 3.12. Kriteria interpretasi skor

Skor

Interpretasi Per indicator Keseluruhan indikator

3,68 – 5,00 111 – 150 Tinggi

2,34 – 3,67 71 – 110 Sedang / cukup

1,00 – 2,33 30 -70 Rendah

Dari instrumen diperoleh jumlah soal ada 30 item, nilai minimal = 1, nilai

maksimal = 5, maka minimal idealnya = 30 x 1 = 30, dan maksimal idealnya = 30 x 5

(50)

panjang kelas sebesar 120 : 3 = 40. Dari penjelasan di atas, maka didapatlah interval

yang dijelaskan pada Tabel. 3.12. Kriteria interpretasi skor.

(1) Uji reliabilitas instrumen

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Ini

menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen yang reliabel cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik sehingga data yang dihasilkan juga dapat dipercaya (Arikunto, 2006).

Sama dengan validitas, reliabel juga terdiri atas dua jenis, yaitu reliabilitas internal

dan reliabilitas eksternal. Jika ukuran atau kriteriumnya berada diluar instrumen

,maka dari hasil penyajian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika

perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, maka akan

menghasilkan reliabilitas internal.

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini diuji dengan menggunakan penyajian

reliabilitas internal yang dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali

saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode alpha croanbach dari: 0

sampai 1. Jika telah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah

membandingkan harga tersebut dengan dengan taraf signifikan 95% seperti

pada uji validitas sebelumnya. Bila harga perhitungan lebih besar dari ( ℎ�

(51)

maka instrumen dikatakan tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian yang

nantinya dilakukan.

Adapun persamaan-persamaan umum yang digunakan dalam pengujian korelasi

dan signifikansi adalah:

n ∑ Xi Yi –( ∑ Xi ) ( ∑ Yi )

= korelasi sederhana.

12− ( )2 �2− ( )2

r√ −2

ℎ� � =

√1− 2

1 2 = √ 2 1 + 2 2 −2 1 2 1 2 korelasi ganda.

1 - 2 1 2

F hitung = 2 / K

( 1 – R Y / ( n – k – 1 )

Keterangan:

ℎ� � = koefisien korelasi sederhana.

R hitung = koefisien korelasi ganda.

n = jumlah responden.

ℎ� � = uji signifikansi korelasi ganda.

(52)

Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi. Uji regresi digunakan

untuk mempelajari hubungan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat ( 1 terhadap Y, 2 terhadap Y) dan kedua variabel bebas terhadap variabel

terikat ( 1 dan 2 secara bersama-sama terhadap Y). Untuk keperluan perhitungan

korelasi menggunakan SPSS versi 19.

Dengan uji regresi, dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila

nilai variabel independen di manipulasi/dirubah-ubah (Sugiyono, 2009). Uji regresi

menggunakan persamaan :

= a + b X1 (regresi sederhana).

= a + b X2 (regresi sederhana).

= a + b1 X1 + b2 X2 (regresi ganda).

Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan masalah

dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai

ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu yang

sama dalam jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula

(2) Teknik analisa data

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan dan kontribusi dua variabel. Dari

hasil analisis akan diketahui variabel manakah yang memiliki hubungan dan

kontribusi serta kekuatan pengaruh secara statistik. Teknik analisa data akan

dilakukan peneliti dengan menggunakan program SPSS versi 19. Tingkat signifikansi

(53)

Ketentuan kriteria untuk menentukan kuat atau lemahnya korelasi adalah:

a). Angka korelasi antara 0 s.d 1.

b). Patokan angka untuk menentukan kuat atau lemahnya korelasi adalah:

0 – 0,25 : adalah korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada).

>0,25 – 0,5 : korelasi cukup.

>0,5 – 0,75 : korelasi kuat.

>0,75 – 1 : korelasi sangat kuat.

Untuk menguji hubungan pengaruh variabel 1(kompetensi dalam kinerja guru)

yang diwujudkan dalam, dukungan operasional kinerja guru terhadap variabel Y

(kepuasan terhadap hasil kinerja guru), hubungan kontribusi variabel 2 (motivasi

kerja dalam kinerja guru) dengan variabel Y (kinerja guru), serta hubungan

kontribusi variabel 1 dan 2 bersama-sama terhadap variabel dependent Y adalah

dengan menggunakan rumus uji regresi ganda.

1, 2, =

1 1 + 2 2 2

Kemudian dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan ℎ� dengan

dengan menggunakan rumus: ℎ�

=

2 − − 1

1− 2

Dimana: n = jumlah responden.

m = jumlah variabel.

Dalam pengambilan kesimpulan mengikuti kaidah pengujian signifikansi yaitu:

(54)

ℎ� �≤ , terima � artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan α = 0,05, dengan menggunakan tabel t dicari

dengan rumus:

= F 1− � � �= , = − −1)

Untuk pengolahannya menggunakan program microsoft-exel 2007 dan SPSS

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada Bab IV sebelumnya,

maka dihasilkan beberapa temuan penelitian yang merujuk kepada pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Kompetensi guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi adalah

tinggi, besarnya korelasi kompetensi terhadap kinerja guru 0,322, sedangkan

kontribusinya 10,3%. Keadaan ini menunjukkan sebagian besar kompetensi guru

SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi tinggi, dan untuk lebih

memaksimalkan kompetensi guru dapat dilakukan berbagai cara yaitu

mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop, bahkan dianjurkan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi

adalah tinggi, besarnya korelasi motivasi kerja terhadap kinerja guru 0,612,

sedangkan kontribusinya 37,5%. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru dijelaskan

oleh motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan kinerja guru, maka guru yang

bersangkutan harus memiliki motivasi tinggi baik secara internal maupun

eksternal. Begitu pula pihak-pihak yang terkait dalam mempertanggungjawabkan

(56)

Singingi, yaitu diantaranya adalah guru itu sendiri. Sebagai guru dalam

melaksanakan fungsi dan tugasnya harus mampu memotivasi dirinya secara

maksimal sehingga akan memiliki dorongan untuk mengoptimalkan kemampuan

dalam menjalankan tugasnya.

3. Data hasil penelitian mengatakan bahwa data skor kinerja guru SMA Negeri 1

Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi adalah cukup, data hasil penelitian

rata-rata skor kinerja guru 103,83. Keadaan ini menunjukkan telah melakukan

kinerja cukup terutama secara kuantitas. Hasil observasi terhadap kinerja guru

SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan singingi baik dalam pra

pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, kegiatan penelitian

dan pengabdian masyarakat telah dapat dilakukan walaupun belum koprehensif

dan proporsional. Kinerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi secara kuantitas sudah dapat disimpulkan bermakna dan signifikan. Hal

ini perlu ditindaklanjuti oleh guru SMA Negeri 1 Gunung Toar dengan

melakukan kajian dan dan evaluasi secara periodik dari aspek kualitas kinerja

guru. Mengacu pada hasil penelitian mengandung arti bahwa guru SMA Negeri 1

Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi telah memiliki potensi kinerja guru

yang merupakan asset utama sebagai investasi untuk mengembangkan institusi

pendidikan. Kondisi seperti ini memiliki kecendrungan bagi guru SMA Negeri 1

Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi untuk dapat mewujudkan

eksistensinya dalam mencapai tujuan institusi secara optimal, yaitu menghasilkan

(57)

Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi agar kinerja guru tetap tinggi, yaitu:

(1) meningkatkan kualitas dalam mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi proses belajar mengajar; (2) memberikan tugas dan kebijaksanaan yang

tetap tegas kepada guru untuk bekerja secara profesional; (3) mempertahankan

rasio guru dengan siswa yang seimbang dan beban jam mengajar yang

proporsional.

4. Besarnya kontribusi kompetensi terhadap kinerja guru cukup.

5. Besarnya kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru tinggi.

6. Besarnya kontribusi kompetensi dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap

kinerja guru kuat, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain seperti sarana

dan prasarana, pembiayaan, disiplin guru, kepemimpinan kepala sekolah,

partisipasi orang tua, kompensasi, komunikasi, manajemen sekolah, ekonomi,

administrasi, dan lain-lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian ini dan maka direkomendasi:

1. Guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan,

mengikuti kursus-kursus, seminar agar peningkatan kompetensi atau belajar dari

guru yang memiliki kompetensi yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

2. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan guru, untuk memenuhi kompetensi dan

motivasi kerja disarankan guru terlibat dalam usaha-usaha yang mendatangkan

(58)

3. Kepala sekolah agar mendukung dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

para guru untuk meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

4. Kepada para peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru sehingga menambah wawasan lebih

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Aas Hasanah. (2008). Tentang Produktivitas Manajemen Sekolah (Studi Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan Kinerja Guru terhadap Produktivitas Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung) Sekolah Pascasarjana UPI:Disertasi tidak diterbitkan.

Ali, Muhammad. (2000). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensindo.

Arikunto Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian, Jakarta: Bina Aksara.

________________. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka cipta.

Cascio, Wayne F. (1991). Managing Human Resource, Productivity, Quality of Work

Life.

Casletter, William B. (1996). The Human Resources Function in Educational

Administration. New York. Long man.

David C. Mc Clelland. (1967). Money as a Motivator: Some Research Insighhts, New York: “The Me Kinsey Quarterly, Fall.

Djaali. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Flippo, Edwin B. (1984). Personnel Manajement. Singapore. McGraw. Hill, Inc.

Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung; PT Remaja Rosdakarya.

______________. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung; Andiri.

Gibson, et al. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. (2006). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara.

(60)

Hamzah, Haji. (2009). Teori Motivasi dan Pengukuran : Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Harianja, Marihot TE. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Grasindo.

Hasibuan. (1996). Motivasi Kerja. Bandung. Remaja Rosda Karya.

_________. (2000). ManajemenSumber-daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2000). Educational Administration; Theory, Research and Practice.

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Mangkunegara, AP. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Rosda Karya.

Manulang. (1983). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalin Indo.

Masri Singarimbun, dan Effendi. (2003). Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ES).

Mitchel, T.R. dan Larson. (1987). People and Organization; An Introduction to

Organization Behavior, Singapore: Mc Graw Hill Inc.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Nasir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Ghalia, Jakarta.

Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. (2003). Kepemimpinan Mengefektifan Organisasi. Jokjakarta: Gajah Mada University Press.

Poerwadarminta, WJS. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

Uji reliabilitas item motivasi kerja (Tabel 3.8 �2)
Tabel 3.10
Tabel. 3.12.  Kriteria interpretasi skor

Referensi

Dokumen terkait

Adanya bantuan hukum dalam hal ini penasihat hukum/advokat mengantisipasi para aparat penegak hukum dalam tahap penyidikan untuk tidak semena-mena terhadap tersangka,

Apabila keterangan saksi “meringankan” bersesuaian (berkoresponden) dengan keterangan saksi-saksi lain serta dengan alat-alat bukti lainnya, maka keterangan tersebut memiliki

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pengaruh efisiensi dan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji: 1) Pengaruh strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Reading Questioning and Answering (RQA), dan PBL dipadu RQA terhadap

Skripsi ini membahas mengenai Peran Koperai Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Bina Niaga Utama (KSPPS Binama) Cabang Tlogosari Dalam Mengembangkan dan

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS.. KUDUS

Metode pengembangan yang digunakan merupakan kombinasi dari model pengembangan pendidikan secara umum dari Plomp (1997) dan pengembangan perangkat lunak. Langkah-langkah

Berdasarkan uraian materi diatas maka, Activiti Diagram Guru dapat dilihat pada gambar 5 berikut: ACTIVITY GURU SISTEM GURU LOGIN SELESAI Input data materi. YA