• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENELUSURI KEMAMPUAN MENULIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DWIBAHASAWAN : Studi Analitis Deskriptif terhadap Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung Tahun 1994/1S95.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENELUSURI KEMAMPUAN MENULIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DWIBAHASAWAN : Studi Analitis Deskriptif terhadap Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung Tahun 1994/1S95."

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Analitis Deskriptif terhadap Mahasiswa Jurusar. Pendidikan

Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung Tahun 1994/1S95)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pascasarjana

Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia

oleh: Moh. Rakhmat

9232039/XXIV-16

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(2)

(QS Al-Alaq (96):5)

"Allah raeninggikan beberapa derajat

orang-orang

yang beriman dan mempunyai

ilmu."

(QS Al-Mujaadilah (58):11)

'Apakah sama orang-orang yang mengetahui

dan orang-orang yang tidak mengetahui."

(QS Azzumar (39):9)

Dipersembahkan kepada:

istriku Elis Djubaedah, kedua cahaya

mataku Fitri Ayu Laksmi dan

Nisrina

Nur Fajrin, serta semua orang yang

(3)

KATA PENGANTAR i

TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI Viii

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1. 2 Rumusan Masalah 10

1. 3 Paradigma Penelitian 11

1.4 Tujuan dan Masalah Penelitian 12

1.5 Asumsi Penelitian 14

1.6 Hipotesis Penelitian 15

1.7 Metode Penelitian 15

1.8 Populasi dan Sampel 16

BAB II BAHASA, DWIBAHASAWAN, DAN KREATIVITAS DALAM

KETERAMPILAN MENULIS 17

2. 1 Bahasa dan Pikiran 17

2.2 Dwibahasawan dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 25

2.3 Menulis sebagai Proses Kreatif 56

2.4 Aspek-aspek Menulis 44

2.5 Kaitan Menulis dengan Teori-teori Pengajaran

Bahasa 50

2.6 Hasil-hasil Penelitian tentang Menulis dan Ber

pikir Kreatif 59

(4)

3 .2 Sumber Data 72

3.3 Instrumen Penelitian 73

3.4 Teknik Pengumpulan Data 75

3 .5 Pengolahan Data 79

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 81 4 .1 Pengolahan dan Analitis Data 81 4.2 Hasil Pengolahan dan Analisis Data 83

4.2.1 Analisis Data Komposisi Bahasa Sunda 83

1) Aspek Logika 83

2) Aspek Linguistik 89

4.2.2 Analisis Data Komposisi Bahasa Indonesia ... 112

1) Aspek Logika 112

2) Aspek Linguistik 118

4.2.3 Analisis Data Hasil Tes Kreativitas Verbal 160 4.2.4 Pengujian Asumsi-asumsi Statistik 170 4.2.5 Gambaran Umum Sumber Data 172

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 179

4.3.1 Kemampuan Menulis Komposisi Bahasa Sunda ... 179 4.3.2 Kemampuan Menulis Komposisi BI 194 4.3.3 Kemampuan Berpikir Kreatif 208 4.3.4 Latar Belakang Proses Menulis 211

4.3.5 Latar Proses Kreatif 213

4.3.6 Latar Belakang Sikap 220

(5)

.BAB V PEMBAHASAN 232

5. 1 Gambaran Umum Sumber Data 232

5.2 Bahasan Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam

Bahasa Sunda 239

5.2.1 Aspek Logika Komposisi Bahasa Sunda 239 5.2.2 Aspek Linguistik Komposisi Bahasa Sunda 251

5.2.3 Dialektika antara* Aspek Logika dan Aspek

Linguistik Bahasa Sunda 268

5.3 Bahasan Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam

Bahasa Indonesia 269

5.3.1 Aspek Logika Komposisi Bahasa Indonesia 270 5.3.2 Aspek Linguistik Komposisi Bahasa Indonesia .. 283

5.3.3 Dialektika antara Aspek Logika dan Aspek

Linguistik Bahasa Indonesia 303

5.4 Kemampuan Menulis Bahasa Sunda menuju Kemampuan

Menulis Bahasa Indonesia 305

5.5 Bahasan Kemampuan Berpikir Kreatif 309 5.6 Bahasan tentang Kontribusi Antarvariabel Pene

litian 320

5.7 Penelusuran Latar Belakang Proses Menulis 331 5.8 Penelusuran Latar Belakang Proses Kreatif 339

(6)

6.2 Implikasi 374

6 .3 Saran-saran 378

6.4 Model Mengajar Menulis yang Berdimensi Kreatif 381

DAFTAR PUSTAKA 398

LAMPIRAN: RIWAYAT HIDUP 402

(7)

Nomor Tabel

1. Teknik Penelitian Data untuk Pengujian Hipotesis ...

80

2. Gambaran Kualitas Isi Komposisi Bahasa Sunda

84

3. Gambaran Kualitas Organisasi Komposisi Bahasa Sunda

86

4. Frekuensi Kesalahan menurut Aspek Linguistik dalam

Komposisi Bahasa Sunda

90

5. Gambaran Kualitas Isi Komposisi Bahasa Indonesia ...

113

6. Gambaran Kualitas Organisasi Komposisi BI

115

7. Frekuensi Kesalahan menurut Aspek Linguistik dalam

Komposisi Bahasa Indonesia

119

8. Hasil Pengujian Normalitas Distribusi

171

9. Pasangan Linieritas

172

10. Penyebaran Persentase Skor Sikap

I79

11. Distribusi Frekuensi Skor Total Komposisi Bahasa

Sunda

I80

12. Distribusi Frekuensi Skor Aspek Logika Komposisi

Bahasa Sunda

181

13. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Isi Komposisi

Bahasa Sunda

183

14. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Organisasi Kompo

sisi Bahasa Sunda

185

15. Distribusi Frekuensi Aspek Linguistik Komposisi Ba

hasa Sunda

18'

xii

(8)

17. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Penggunaan Kali

mat Komposisi Bahasa Sunda

ign.

18. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Mekanik Penulisan

Komposisi Bahasa Sunda

ig2

19. Distribusi Frekuensi Skor Total Komposisi Bahasa

Indonesia

iq4

20. Distribusi Frekuensi Skor Aspek Logika Komposisi

Bahasa Indonesia

iqo

21. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Isi Komposisi

Bahasa Indonesia

-107

22. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Organisasi Kompo

sisi Bahasa Indonesia

igg

23. Distribusi Frekuensi Skor Aspek Linguistik Komposisi

Bahasa Indonesia

201

24. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Pemilihan Kata

Komposisi Bahasa Indonesia

203

25. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Penggunaan Kali

mat Komposisi Bahasa Indonesia

205

26. Distribusi Frekuensi Skor Komponen Mekanik Penulisan

Komposisi Bahasa Indonesia

207

27. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

208

28. Penyebaran Persentase Skor Setiap Tes

210

(9)

•• ;. Latar Belakanq Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang digunakan oleh

manusia untuk menqungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang

lain. Dalam rangka kehidupan manusia maka fungsi. bahasa yang

palmq dasar adalah menjelmakan pemikiran konseptual ke dal

dunia kehidupan

(Santosa, 1989). Oleh karena itu, Munanda

(1988:1) memandang bahwa prases-prases pemikiran sangat

ditentu-kan oleh kemampuan berbahasa. Melalui ungkapan bahasa pikiran,

perasaan, dan penalaran seseorang dapat dirangsang dan dilatih.

Alisjahbana (1979:2) menandaskan bahwa bahasa it,, adalah

penjelmaan manusia yang paling jelas, terutama sekali berhubungan

dengan kesanggupan untuk berpikir yang diberikannya kepada manu

sia. Dari pernyataan ini terkandung pertanyaan yang masih

diper-tanyakan orang sampai saat ini. Pertanyaan yang dimaksudkan itu

ialah apakah yang tumbuh lebih dahulu dalam evolusi manusia:

kecakapan manusia berpikirkah atau kecakapan manusia berbahasa?

Tentu saja hubungan antara keduanya itu bersifat dialektik.

Artinya tiap-tiap kemajuan berpikir membentuk konsep yang ban.,

dan menghendaki kata yang baru. Sementara itu. tiap-tiap kata

atau istilah yang baru member! "pijakan" kepada pikiran untuk

terus menciptakan konsep baru yanq menghendaki kata yang baru

Pula. Selanjutnya Ta.dir menjelaskan banwa pikiran dalam art,

(10)

dilambangkan

oleh

kata, sedangkan susunan

konsep-konsep , yang

merupakan buah pikiran selalu tersusun dalam kalimat atau susunan

kata yang berarti, yaitu yang mengandung pikiran.

Hal senada diungkapkan pula oleh Karl Albrecht. Ia

menyata-kan

bahwa

kita tidak hanya berpikir dengan

kata,

tetapi

kita

berpikir dalam kata pula. Kata tidak hanya sebagai alat berpikir.

Kata atau serangkaian kata merupakan gagasan (Albrecht, 1992:48).

Dari

gagasan-gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa

dan

pikiran

begitu

erat hubungannya sehingga hasil

yang

diperoleh

dari pengkajian bahasa diharapkan dapat menambah pengertian

kita

tentang alam pikiran manusia.

Untuk

mengetahui

hubungan antara bahasa dan

pikiran

itu

kita

dapat

mengikuti perkembangan bahasa pada

anak-anak.

Jika

kita

amati seorang anak yang usianya hampir mencapai

dua

tahun

kelihatan kepada kita seolah-olah ia keranjingan pada

kata-kata,

yaitu

nama-nama

benda dan peristiwa di sekitarnya.

Pada

tahap

selanjutnya, ia tidak saja menghafal kata-kata melainkan berusaha

memahami

kata-kata

itu

berdasarkan

pancaindera

dan

akalnya.

Dengan

kata-kata

lain, ia mulai menambah dan

menyusun

konsep-konsep itu dalam kalimat. Selanjutnya, ia menumbuhkan

pikirannya

yang lambat-laun membawanya kepada pendirian yang objektif terha

dap lingkungan sekitarnya.

(11)

tahun). Piaget membedakan empat tahap utama perkembangan kognitif anak. Keempat tahap ini berturut-turut dinamakan tahap sensorimo-toris, tahap praoperasional, tahap operasi kongkret, dan tahap

operasi

formal.

Dalam teorinya ia

merinci

kemampuan

berpikir

anak-anak dari fase berpikir yang sederhana hingga mampu berpikir abstrak dan mampu berpikir tentang hal-hal yang belum atau tidak pernah dialaminya (Bruner, 1978:33-37, Labinowics, 1980:60).

Jika dilihat dari tahap perkembangan kognitif Piaget maka mahasiswa masih berada pada tahap operasi formal. Terutama maha

siswa

yang

berusia sekitar 18 sampai dengan 20 tahun.

Hal

ini

ditandaskan oleh Piaget bahwa pada anak normal tahap operasi formal dapat dicapai pada usia 11-12 tahun atau 14-15 tahun

atau dalam hal lain antara 18-20 tahun. Jadi, yang penting

adalah bukan masalah usia pencapaian tiap tahap kognitif tetapi urutan tahap kongkret dan formal. Dengan demikian, mahasiswa telah mampu memikirkan hal yang abstrak, serta mampu berpikir tentang hal-hal yang belum atau tidak pernah dialaminya. Kemam puan berpikir mahasiswa dapat diteiaah melalui karangan (wacana) yang dibuatnya. Hal ini dilandasi dengan suatu konsep bahwa menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya (Akhadiat, dkk., 1392:41).

(12)

pengetahuan-kan

beberapa alternatif model struktur pemrosesan bahasa.

Model

ini merupakan variasi proses kebahasaan yang dapat

dilihat dari

informasi yang diproduksi. Johnson-Laird dan Farster (dalam

Garn-ham, 1985:204) mengatakan bahwa model struktur pemrosesan bahasa

dapat dilihat dari hasil produksi bahasa, seperti dalam bentuk

wacana.

Mengenai model struktur bahasa ini,

mereka berpendapat

bahwa dapat dikenal

beberapa kecenderungan

sifat-sifatnya.

Kecenderungan sifat-sifat itu meliputi antara lain,

(1) proses

tingkat kata, apakah isi wacana cenderung perseptual atau

kontek-stual, <2) proses sintaksis, bagaimana hubungan struktural

antar-kata,

(3)

proses

tingkat pesan, apakah struktur dan konteks

bersama-sama menjalin suatu kesesuaian (Garnham, 1985:183).

Tampaknya kecenderungan sifat-sifat tersebut belum dapat

sepenuhnya diaplikasikan

oleh mahasiswa dalam bentuk tulisan.

Kondisi semacam ini menunjukkan bahwa mahasiswa kurang terampil

menulis.

Kurang memadainya kemampuan menulis mahasiswa ini,

antara

lain disebabkan kurangnya pembinaan kemampuan menulis,

baik di tingkat SLTA maupun di perguruan tinggi. Hal ini terjadi

karena pengajaran menulis yang diberikan mereka baik di sekolah

maupun di perguruan tinggi tidak terarah. Artinya, guru cenderung

mengajarkan

pengetahuan

menulis daripada

keterampilan

menulis

itu sendiri.

Sehingga hasil yang diperoleh dari pengajaran

(13)

yang bertujuan untuk membuat siswa atau mahasiswa terampil

menu

lis,

melainkan yang tahu banyak tentang menulis. Padahal

kemam

puan menulis itu dapat dicapai melalui latihan yang intensif

dan

bimbingan yang sistematis.

Kridalaksana (1985:103) mengungkapkan bahwa tampaknya peng

ajaran

komposisi

akan menjadi komponen

utama dalam

pengajaran

bahasa

Indonesia

dewasa ini, mengingat bahwa

bahasa

Indonesia

sudah dan akan diajarkan di perguruan-perguruan bukan bahasa

dan

bukan sastra. Gagasan ini mengingatkan kepada kita

bahwa

betapa

pentingnya

keterampilan menulis bagi mahasiswa. Selanjutnya,

ia

menambahkan bahwa tuntutan

akan pengajaran komposisi yang

benar-benar

terarah

makin

mendesak dan

penyusunan

kurikulum

dalam

bidang ini tidak boleh ditunda-tunda lagi.

IKIP sebagai suatu lembaga pendidikan dan

tenaga

kependi-dikan

yang bertanggung jawab mendidik calon-calon tenaga

profe-sional, hendaknya dapat membina para mahasiswanya dengan

sebaik-baiknya, agar para lulusan dapat diandalkan dalam menekuni

profe-sinya itu. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu lulusan ialah

membekali

mahasiswa

dengan kemampuan berbahasa

Indonesia

yang

memadai. Hal ini penting sekali, karena mahasiswa IKIP setelah

lulus

dan

bekerja

akan berperan dalam pendidikan

di

sekolah.

Dalam

menjalankan

peranannya

itu

kemampuan

berbahasa

yang

(14)

utama yang harus dimiliki oleh para lulusan IKIP ialah kemampuan

menulis.

Dengan bekal kemampuan menulis yang memadai, guru dapat

mengembangkan dan mendayagunakan potensi berpikir setiap siswanya

dalam bentuk bahasa tulis. Chastain berpendapat bahwa kegiatan

menulis dapat bermanfaat bagi guru untuk mengevaluasi kemajuan

siswa dalam hubungannya dengan pemerolehan konsep

(Nenden,

1990:5). Tentu saja hal ini dapat dijadikan acuan sementara guru

untuk memantau perkembangan berpikir siswanya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Vigotsky yang menyatakan proses berpikir yang

sesungguhnya adalah proses pembentukkan konsep-konsep, yaitu

generalisasi-generalisasi atau pengertian-pengertian yang berna

lar (Tampubolon, 1993:8).

Menurut Vigotsky, anak dilihat dari usianya digolongkan ke

dalam fase berpikir dalam konsep. Pada fase ini anak telah dapat

berpikir sistematis, logis dan bernalar. Dia tidak lagi terikat

Pada objek-objek yang kongkret saja, tetapi sudah mampu membuat

generalisasi yang abstrak dan lebih bernalar. Dari pendapat ini,

kita dapat melihat bahwa bahasa berperan penting sebagai

pemben-tuk, bahkan penentu dalam perkembangan pikiran konseptual ini.

Dengan demikian, suatu tindakan yang tepat jika kita ingin

melihat kemampuan berbahasa dan berpikir seseorang melalui

tulis-annya. Oleh karena menulis merupakan kegiatan yang kompleks.

(15)

dalam kalimat-kalimat yang tersusun yang biasa disebut

perenggan

atau paragraf. Adapun Keraf (1984:48) mengemukakan bahwa struktur

gramatikal

yang

baik bukan merupakan tujuan

dalam

komunikasi,

tetapi sekedar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah

pikiran

atau

maksud dengan sejelas-jelasnya.

Dengan

demikian,

penalaran

atau

logika turut menentukan

baik

tidaknya

kalimat

seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami.

Pada umumnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah

(bahasa Sunda) IKIP Bandung mampu menulis dalam dua bahasa, yakni

bahasa ibu (bahasa Sunda) dan bahasa Indonesia. Oleh karena sejak

di sekolah dasar dan di sekolah lanjutan tingkat pertama siswa

sudah memperoleh pengajaran bahasa Sunda. Dengan demikian,

dapat

diasumsikan bahwa kemampuan berbahasa Sunda mahasiswa Jurusan

Pendidikan

Daerah

IKIP Bandung tidak diragukan

lagi.

Hal

ini

dipertegas dengan hasil penelitian Rusyana pada tahun 1981 raenun-jukkan bahwa kemampuan berbahasa Sunda siswa kelas VI di wilayah Bandung Raya dapat ditafsirkan sebagai sedang. Begitu pula kemam puan menulis dalam bahasa Sunda dapat ditafsirkan sedang.

Dengan demikian, mahasiswa terlibat ke dalam kedwibahasaan

(16)

bahwa secara alamiah anak-anak dalam masyarakat bilingual

mempu-nyai kesempatan untuk dididik dalam dua bahasa, yakni bahasa ibu

dan bahasa lain dalam masyarakatnya.

Dalam teori kedwibahasaan, seperti yang dikemukakan Dulay

dan Romaine, menyatakan bahwa seorang dwibahasawan lebih (1)

banyak mendayagunakan otaknya, (2) terampil dalam berbahasa, (3) cepat dalam mengabstraksi konsep, (4) baik memori auditorisnya, (5) cekatan dalam mengintuisi kosakata, (6) tinggi skor inteli-gensi verbal maupun non-verbalnya, (7) mampu menganalisis bahasa sebagai sistem abstrak, dan (8) mampu berpikir kreatif (Alwasi-lah, 1994:101).

Hasil serupa dilaporkan pula oleh Peal dan Lambert

berda-sarkan hasil penelitiannya pada enam sekolah Perancis Kanada di Montreal. Hasilnya menunjukkan bahwa anak dwibahasawan struktur inteligensinya lebih beragam, lebih lentur dalam berpikir, cara

berpikir lebih luas, lebih kreatif, dan dalam mengerjakan tugas

lebih cepat. Demikian pula, Swain dan Cummins (1979) memperlihat-kan pula hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif

kedwibahasaan terhadap anak-anak, yaitu dwibahasawan lebih

sensi-tif terhadap hubungan semantik kata-kata, lebih memahami

penun-jukkan nama terhadap referen, lebih memahami struktur kalimat,

lebih peka secara sosial, dan mampu berpikir divergen (Rusyana,

(17)

mampu berpikir kreatif. Tampaknya kaitan antara dwibahasawan dan

kemampuan

berpikir

kreatif tidak

dapat

dipisahkan.

Kemampuan

berpikir kreatif seseorang dapat diwujudkan dalam tulisan.

Seper-ti dikatakan oleh Munandar (1988:2) bahwa bahasa merupakan bagian

hakiki

dari ciri dan watak manusia, maka amatlah

penting

bahwa

seseorang termasuk mengungkapkan gagasannya, pikiran dan pera-saannya secara kreatif dalam tulisan.

Suatu

pendekatan

baru

yang

menarik

guna

mengembangkan

kreativitas telah dirancang oleh Gordon dengan istilah

synectic.

Model synectic ini merupakan strategi pengajaran yang baik sekali

untuk

mengembangkan kemampuan kreatif dalam menulis

(Joyce

dan

Weil, 1980). Kemampuan

mahasiswa mengembangkan kemampuan kreatif

dalam

menulis masih sangat lemah. Untuk mengatasi

masalah

ini,

guru

harus

membantu mahasiswa agar terbiasa

berpikir

kreatif.

Oleh karena proses kreatif tidak bersifat misterius, tetapi

bisa

dijelaskan,

dan

individu

bisa dilatih

secara

langsung

untuk

meningkatkan daya kreativitasnya.

Dalam proses pengajaran bahasa, pengembangan dimensi

krea

tivitas

sangat penting dan dapat dilaksanakan

melalui

berbagai

kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa tertentu.

Keterli-batan

batin

dan imajinasi mahasiswa

merupakan

syarat

penting

pengembangan

Kreativitps itu. Pendekatan dan

metode

pengajaran

(18)

kreativitas mahasiswa.

Begitu pula,

sikap mahasiswa

terhadap

unsur-unsur

pengajaran bahasa yang lainnya, seperti sikap terha

dap profesi guru, sikap terhadap pengajaran menulis, sikap terha

dap bahasa nasional, dan sikap terhadap bahasa pertamanya

menun-jang berkembangnya kreativitas mahasiswa.

Dalam konteks inilah, penelitian ini akan mencoba

menelaah

kemampuan

menulis

komposisi mahasiswa dalam

bahasa

Sunda

dan

bahasa Indonesia yang ditinjau dari aspek. logika dan aspek

lingu-istiknya. Kemampuan menulis mahasiswa itu dikaitkan dengan kemam

puan berpikir kreatifnya, kemudian ditindaklanjuti dengan penelu

suran

proses

menulis dan proses kreatif serta sikap

mahasiswa

pemakaian bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan di atas, permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan dalam pertanyaan berikut ini: Bagaimana gambaran

kemampuan menulis komposisi dalam bahasa Sunda dan bahasa Indone

sia mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP

Bandung

dan

adakah hubungan antara kemampuan menulis mahasiswa

tersebut

dengan kemampuan berpikir kreatifnya? Untuk mempertajam

permasa

lahan, pertanyaan tersebut dirinci sebagai berikut:

a. Bagaimana

gambaran kemampuan

menulis

komposisi bahasa Sunda

dan bahasa Indonesia mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

Dae

rah

FPBS

IKIP Bandung tahun 1994/1995 dilihat

dari

aspek

(19)

b. Adakah hubungan antara kemampuan menulis komposisi bahasa Sun

da

dengan kemampuan menulis komposisi

bahasa Indonesia

pada

mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah

FPBS IKIP

Bandung

tahun 1994/1995?

c. Adakah hubungan antara kemampuan menulis komposisi bahasa Sun

da

dengan kemampuan berpikir kreatif pada

mahasiswa

Jurusan

Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung tahun 1994/1995?

d. Adakah hubungan antara kemampuan menulis komposisi

bahasa In

donesia

dengan kemampuan berpikir kreatif pada mahasiswa

Ju

rusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP

Bandung

tahun 1994/

1995?

e. Adakah hubungan antara kemampuan menulis komposisi bahasa Sun

da dan kemampuan menulis komposisi bahasa Indonesia dengan ke

mampuan

berpikir

kreatif pada mahasiswa

Jurusan

Pendidikan

Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung tahun 1994/1995?

1.3 Paradigma Penelitian

Yang

dimaksud

dengan paradigama adalah

kerangka

berpikir

atau

kerangka konseptual yang melandasi sesuatu, dalam

hal

ini

penelitian. Dengan demikian paradigma penelitian ini dapat

(20)

XI = Kemampuan Menulis Komposisi Bahasa Sunda

X2 = Kemampuan Menulis Komposisi Bahasa Indonesia

Y

= Kemampuan Berpikir Kreatif

1•4 Iuj_ujaii siaxL ttanfaai. Penel it.iap

1 •4 .1 Tu.iuan Penel itian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

infor-masi

objektif mengenai kemampuan menulis komposisi bahasa Sunda

dan

bahasa Indonesia mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah

FPBS IKIP Bandung tahun 1994/1995 (aspek logika dan

lingguistik-nya),

mengenai kemampuan berpikir kreatif mahasiswa,

mengenai

hubungan antara kemampuan di atas,

hubungan antara kemampuan

tersebut dengan sikapnya terhadap pemakaian bahasa, latar

bela

kang Proses menulis dan proses kreatif mahasiswa, serta membuat

model pengajaran menulis.

Secara terinci tujuan penelitian ini adalah:

a. mendeskripsikan aspek logika dan aspek linguistik dalam kompo

sisi

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia yang tercermin dalam

isi dan organisasi komposisi, serta penggunaan kata, kalimat,

dan mekanik penulisan;

b. menganalisis hubungan antara kemampuan menulis komposisi baha

sa Sunda dengan kemampuan menulis komposisi bahasa Indonesia;

c. menganalisis hubungan antara kemampuan menulis komposisi baha

sa Sunda dengan kemampuan berpikir kreatif:

d. menganalisis hubungan antara kemampuan menulis komposisi

(21)

e. menganalisis hubungan antara kemampuan menulis komposisi baha

sa Sunda dan komposisi bahasa Indonesia dengan kemampuan

ber-pikir kreatif:

f. menelusuri latar belakang proses menulis, proses kreatif, dan

sikap mahasiswa terhadap pemakaian bahasa; dan

g. membuat model pengajaran menulis yang berdimensi kreatif.

1-4.2 tLajLf_ajLt_ Pj^iLUiiaii

Hasil pokok yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kemampuan mengemukakan gagasan dalam bentuk tulisan dalam

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, yang terlihat dalam hal:

1) Pengutaraan isi dan pengorganisasian karangan;

2) kemampuan memilih dan menggunakan kosakata;

3) kemampuan mengolah dan menyusun kalimat;

4) kemampuan menggunakan kaidah/mekanika penulisan.

b. Member! informasi tentang kemampuan mahasiswa mengerjakan tes

kreativitas verbal yang terdiri atas 6 subtes.

c Member! kontribusi kemungkinan pemanfaatan kemampuan menulis

dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif mahasiswa.

d. Informasi latar belakang sikap berbahasa mahasiswa yang

mempe-ngaruhi kemampuan menulis dan kreativitas mereka, terutama me

ngenai sikap mahasiswa terhadap:

1) profesi guru (guru bahasa'';

2) kegiatan menulis

(22)

4) bahasa Sunda sebagai bahasa ibu/pertama.

e. Informasi perbedaan antara kemampuan menulis komposisi dala

dua bahasa dengan kemampuan berpikir kreatif;

f. Informasi latar belakang proses menulis dan proses kreatif

has iswa;

g. Informasi kelemahan dan kelebihan komposisi bahasa Sunda dan

komposisi bahasa Indonesia sebagai bahan masukan untuk

pening-katan proses belajar-mengajar menulis baik dalam bahasa Sunda

maupun dalam bahasa Indonesia.

h. Memberikan alternatif model pengajaran menulis yang berdimensi

kreatif. 1 •5 Asumsi,

Penelitian ini didasarkan atas sejumlah asumsi sebagai

berikut.

a. Setiap mahasiswa memiliki kemampuan menulis dan kemampuan ber

pikir kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda.

b. Kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kreatif merupakan ke

mampuan dasar yang harus dikuasai mahasiswa.

c. Kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kreatif dapat

dipel-ajari dan dilatih.

d. Kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kreatif dapat diukur

melalu i tes.

e. Tinggi rendahnya kemampuan menulis dan kemampuan berpikir

kreatif mahasiswa dipengaruhi oleh faktor linguistik,

faktor

P^ikologis, dan faktor kognitif.

f. Kemampuan menulis ditentukan oleh kemampuan kreatif seseorang.

m

(23)

ma-1•6 Hipotesis

Dari serangkaian pembicaraan terdahulu maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan menulis kompo

sisi bahasa Sunda dengan kemampuan

menulis komposisi

bahasa

Indonesia.

b. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan menulis kompo

sisi bahasa Sunda dengan kemampuan berpikir kreatif.

c. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan menulis kompo

sisi bahasa Indonesia dengan kemampuan berpikir kreatif.

d. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan menulis kompo

sisi bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan kemampuan berpi

kir kreatif.

1. 7 Metode Penelitian

Penelitian

ini menggunakan metode deskriptif analitik

de

ngan

langkah-langkah sebagai berikut: (1)

penyusunan

instrumen

penelitian; (2) pengumpulan data; (3) analisis data; dan (4)

pe-narikan simpulan.

Penelitian

ini menggunakan beberapa instrumen,

yaitu

tes

komposisi

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia bessrta alat

evalu-asinya, tes kreativitas verbal, kuesioner (skala sikap), dan

pe-doman wawancara.

Data yang terkumpul berupa data dalam bentuk komposisi

ba

hasa Sunda dan bahasa Indonesia, lembaran kuesioner

yang telah

(24)

Data berupa komposisi bahasa Sunda dianalisis oleh dua orang

evaluator dari Jurusan Pendidikan

Bahasa Daerah. Data

komposisi

bahasa Indonesia

dianalisis oleh seorang evaluator dari

Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan peneliti sendiri. Data

hasil

tes

kreativitas verbal dianalisis oleh pakar

psikologi.

Adapun

kuesioner

dan hasil wawancara dianalisis

oleh

peneliti

sendiri.

Data

hasil

tes semuanya diberi

skor,

data

tersebut

dianalisis dengan uji korelasi dan regresi sederhana. Dari

hasil

uji

statistik ini, selanjutnya data dideskripsikan untuk

kepen-tingan

hasil

penelitian.

Data hasil

kuesioner

dan

wawancara

dianalisis dan dideskripsikan untuk mendukung data hasil tes

me

nulis dan tes kreativitas verbal.

1.8 Populasi dan Sampel

Populasi

penelitian

adalah

mahasiswa

Jurusan

Pendidikan

Bahasa

Daerah FPBS IKIP Bandung tahun 1994/1995. Sampel

peneli

tian

adalah mahasiswa tingkat I dan II yang berusia di bawah

20

tahun pada saat pengambilan data. Hal ini berkaitan dengan

tahap

(25)

V

CD

LU

(26)

3.1 Prpsedur Penelitian

Penelitian adalah suatu upaya sistematik untuk menemukan

Jawaban dari suatu permasalahan. Oleh karena itu, setiap langkah

yang dilakukan juga harus sistematik, terencana serta mengikuti

aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan tertentu. Hal ini

di-upayakan semaksimal mungkin agar hasil penelitian tidak terlalu

berbeda, seandainya penelitian ini diulang, selama tidak terjadi

perubahan yang mendasar dalam diri subjek penelitiannya.

Begitu pula dalam penelitian ini, beberapa langkah peneli

tian harus dilalui agar hasil yang diharapkan dapat dicapai

dengan baik. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian

ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan menu

lis mahasiswa dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan

kemampuan berpikir kreatifnya. Di samping itu menelusuri latar

belakang

proses

menulis, proses kre»^+-if

*•»•», proses Kreatif, dan

n=r,

sikap

•>

berbahasa

l.

,„

mahasiswa. Dengan melihat hubungan antara variabel-variabel t

"but, maka ada beberapa langkah atau prosedur yang dilalui dal

penelitian ini. Langkah-langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai

:er-Lam

berikut,

Pertama, aspek logika dan aspek linguistik dari komposisi

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dianalisis dengan cara memba

has aspek isi dan organisasi komposisi, penggunaan kata, kalimat,

(27)

komposisi bahasa Sunda dan kemampuan menulis komposisi bahasa

Indonesia dianalisis untuk dilihat apakah ada hubungan antara

keduanya. Ketiga, hubungan antara kemampuan menulis komposisi

bahasa Sunda dengan kemampuan berpikir kreatif untuk dilihat

apakah ada hu-bungan antara keduanya. Keempat,

hubungan antara

kemampuan menulis komposisi bahasa Indonesia dan kemampuan berpi

kir kreatif dianalisis untuk dilihat apakah ada hubungan antara

keduanya. Kelima, hubungan antara kemampuan menulis komposisi

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan kemampuan berpikir

kreatif dianalisis untuk dilihat apakah ada hubungan antara

kemampuan menulis dua bahasa dengan kemampuan berpikir kreatif.

Keenam, menelusuri latar belakang proses menulis, proses kreatif,

dan sikap berbahasa untuk melihat apakah hal-hal itu mempengaruhi

kemampuan menulis dalam dua bahasa dan kemampuan berpikir krea

tif

Dengan memperhatikan hubungan antarvariabel di atas,

jelas-lah kiranya bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hu

bungan beberapa variabel dan kontribusi antara variabel-varibel

tersebut.

Oleh karena itu, metode yang tepat digunakan dalam

penelitian ini ialah metode deskriptif. Hal ini sejalan dengan

pendapat Best yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif ingin

menjawab pertanyaan melalui analisis terhadap hubungan antara

variabel (dalam Faisal, 1982:162). Ia mengemukakan alasan bahwa

untuk "mengatur" peristiwa atau kejadian seringkali tidak dapat

dilaksanakan (kalau bisa disebut tidak mungkin, berdasar

(28)

sebe-narnya

terjadilah satu-satunya cara yang layak untuk meneliti

sebab-sebabnya.

Dalam kaitan dengan metode deskriptif ini,

pengumpulan

data diarahkan untuk pengujian hipotesis atau menjawab pertanyaan

mengenai

status suatu subjek kajian. Yang menjadi subjek kajian

dalam penelitian

ini adalah hubungan antara kemampuan menulis

mahasiswa dalam dua bahasa dengan kemampuan

berpikir

kreatif.

Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi,

analisis (pengolahan

data), dan membuat kesimpulan.

3.2 Sumber Data

Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti selalu berhubungan

dengan subjek-subjek yang menjadi sumber data!' Subjek-subjek

tersebut berupa mahasiswa, hasil menulis, skor hasil tes

kreati

vitas verbal, hasil kuesioner, hasil wawancara, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini subjek-subjek tersebut berfungsi ganda yakni

sebagai objek penelitian dan sebagai sumber informasi.

Dengan

memperhatikan hal di atas, dapatlah dipahami

pen-tingnya pembatasan yang tegas dan jelas atas penentuan populasi

dalam penelitian ini. Adapun populasi sasaran dari penelitian ini

ialah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP

Ban

dung tingkat I dan II yang berusia 19 tahun 1994/1995.

Karangan

yang

terkumpul diperkirakan seluruhnya ialah 80 karangan

bahasa

Sunda dan 80 karangan bshasa Indonesia. Mengingat populasi yang

(29)

Sunda dan

karangan bahasa Indonesia mahasiswa yang berusia

19

tahun saja.

Dengan demikian, jumlah mahasiswa yang akan diteliti

diperkirakan

kurang dari 80 mahasiswa.

Dari

hasil

penelitian

jumlah mahasiswa yang diteliti sebanyak 59 orang.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen

penelitian merupakan salah satu sarana untuk

me-ngumpulkan data dan mempunyai andil yang cukup besar terhadap ke

berhasilan suatu penelitian. Oleh karena data yang terkumpul

diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipote

sis yang telah dirumuskan. Sehubungan dengan hal ini ada banyak

ragam

alat

(instrumen)

pengumpulan

data.

Instrumen

tersebut

disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Data yang diperlu

kan dalam penelitian ini adalah (1) data kemampuan menulis kompo

sisi

bahasa Sunda, (2) data kemampuan menulis

komposisi

bahasa

Indonesia, (3) data kemampuan berpikir kreatif, (4) data kuesion

er

skala sikap, dan (5) data kualitatif tentang

proses

menulis

dan proses kreatif.

Untuk

mengumpulkan data tersebut digunakan lima perangkat

instrumen,

yaitu (1) tes menulis bahasa Sunda, (2)

tes

menulis

bahasa Indonesia, (3) tes kreativitas verbal, (4) kuesioner skala

sikap, dan (5) pedoman wawancara. Semua tes tersebut dibuat dalam

bentuk lembaran-lembaran. untuk menganalisis

tes menulis

bahasa

Sunda dan bahasa Indonesia digunakan instrumen profil komposisi.

(30)

digunakan sesuai dengan bahasanya. Lembar tes menulis ini terdiri

atas dua bagian, yaitu bagian petunjuk dan bagian soal

karangan.

Dalam bagian petunjuk tertulis waktu yang disediakan untuk

menu

lis

yaitu selama 45 menit. Selain itu tertulis pula

aspek-aspek

yang

harus diperhatikan dalam proses menulis, yakni isi,

organ

isasi, penggunaan kata, penggunaan kalimat, dan teknik penulisan.

Pada

bagian soal tertulis isi komposisi yang

diharapkan

sesuai

dengan petunjuk soal.

Lembar tes kreativitas verbal dibuat berdasarkan yang

disu-sun

oleh

Munandar (1988). Tes tersebut telah

dibakukan

sampai

usia

19

tahun. Tes ini terdiri atas 6 subtes

yang

ditentukan

batas

waktunya

untuk masing-masing subtes.

Keenam

subtes

itu

adalah

(l)Permulaan Kata untuk mengukur kelancaran dengan

kata,

(2) Menyusun Kata untuk mengukur kelancaran kata dan keterampilan

dalam

reorganisasi perseptual, (3) Membentuk Kalimat

Tiga

Kata

untuk

mengukur kelancaran dalam ungkapan, (4)

Sifat-sifat

yang

Sama

untuk mengukur kelancaran memberikan gagasan,

(5)

Macam-macam Penggunaan untuk mengukur fleksibilitas dalam pemikiran dan

orisinalitasnya, dan (6) Apa Akibatnya untuk mengukur

kelancaran

dalam

memberikan

gagasan yang dikombinasikan

dengan

elaborasi

atau

kemampuan mengembangkan gagasan. Masing-masing subtes

ter

diri

atas

2 item sehingga seluruhnya terdapat

12

item

dengan

waktu secara keseluruhan selama 30 menit.

(31)

pribadi dan kebiasaan berbahasa mahasiswa dalam kehidupan

sehari-hari

baik di kampus maupun di rumah. Pelaksanaan

instrumen

ini

juga disertai dengan pengamatan langsung terhadap

hal-hal

yang

berkaitan dengan data yang diperoleh.

Pedoman

wawancara

dibuat oleh

peneliti

untuk

mengetahui

latar

belakang

proses

menulis dan

proses

kreatif

mahasiswa.

Pedoman wawancara disusun berdasarkan tes menulis dan tes kreati

vitas verbal yang dikerjakan mahasiswa.

Adapun profil komposisi

digunakan sebagai alat untuk meng

analisis

hasil

karangan

siswa dalam bahasa

Sunda

dan

bahasa

Indonesia.

Alat ini dikembangkan oleh Jacob, dkk.

(1981)

dalam

ESL Composition Profile. Profil komposisi ini terdiri atas

empat

bagian,

yaitu (1) kolom komponen, (2) kolom skor

komponen,

(3)

kolom

rentangan

skor, dan (4)

kolom

kriteria.

Masing-masing

komponen ini diberi bobot

total dari kriteria tertinggi

yaituEx-cellent To very Good kemudian menurun ke Good To Average, Fair To

Poor, dan terakhir

Very Poor. Kriteria ini berlaku untuk

setiap

komponeh dengan bobot skor yang berbeda-beda.

3.4 Teknik Pengumpuian Data

Data

dalam penelitian ini dikumpulkan melalui

tahap-tahap

berikut:

(1)

tahap persiapan, (2) tahap

pelaksanaan,

dan

(3)

tahap

pengumpulan

hasil. Sebagaimana kita ketahui

bahwa

tahap

pengumpulan data ini sangat menentukan berhasil tidaknya

peneli

tian

ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

tahap

demi

(32)

Tahap persiapan sebagai tahap awal pengumpulan data melipu ti empat kegiatan. Pertama, penyusunan instrumen tes menulis yang

terdiri atas lembar soal dan lembar jawaban. Kedua, penyusunan

kuesioner berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk mahasiswa. Ketiga, memperbanyak instrumen tersebut sesuai dengan kebutuhan. Keempat, penyiapan dan pemeriksaan kelengkapan instrumen yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kesulitan yang mungkin terjadi karena kekurangan instrumen, atau kerusakan instrumen yang akan menghambat kelancaran pengumpulan data.

Ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini. Pertama, kegiatan pengetesan kemampuan menulis subjek dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Kedua, kegiatan pengetesan ke mampuan kreativitas verbal subjek, dan ketiga, kegiatan pengisi-an kuesioner ypengisi-ang dikerjakpengisi-an oleh subjek dpengisi-an guru. Sebelum kegi atan pengetesan kemampuan menulis dimulai, peneliti lebih dahulu memberikan penjelasan tentang tujuan diadakan tes tersebut. Hal ini dimaksudkan agar subjek benar-benar dengan kesungguhan hati dan kepercayaan diri melaksanakan tes tersebut. Di sini ditekan-kan pula kepada mahasiswa mengenai pentingnya pengembangan krea

tivitas dalam menulis.

Subjek mengerjakan dua tes menulis yaitu tes menulis dalam

bahasa Sunda dan tes menulis dalam bahasa Indonesia. Mereka

diminta untuk mengerjakan tes menulis dalam bahasa Sunda terlebih

dahulu. Pada kesempatan berikutnya, mereka diminta untuk menger

(33)

Indonesia ke bahasa Sunda. Hal ini dapat diduga bahwa jika mereka

diminta

untuk mengarang dalam bahasa Indonesia terlebih

dahulu,

subjek cenderung akan menerjemahkan gagasannya dari bahasa

Indo

nesia

ke bahasa Sunda. Oleh karena subjek lebih terbiasa

menga

rang dalam bahasa Indonesia daripada dalam bahasa Sunda.

Subjek

diberi waktu selama 45 menit untuk mengerjakan

tes

menulis dalam bahasa Sunda dan 45 menit kemudian mengerjakan

tes

menulis

dalam

bahasa Indonesia. Jadi, subjek

diberi

waktu

90

menit

untuk

mengerjakan

dua tes menulis

tersebut.

Hasil

tes

menulis bahasa Sunda dikumpulkan menjelang waktu 45 menit pertama

yang diberikan usai. Begitu pula hasil tes menulis bahasa Indone

sia dikumpulkan menjelang waktu 45 menit kedua usai.

Dalam mengerjakan tes menulis bahasa Sunda, subjek

mengem

bangkan

karangannya

berdasarkan

topik

yang

telah

ditentukan

peneliti.

Hal

ini dimaksudkan agar mereka

tidak

terlalu

lama

memikirkan topik yang ingin dikembangkannya. Sehingga waktu

yang

tersedia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dengan

demikian,

subjek lebih memusatkan perhatiannya pada topik yang dikarangnya.

Adapun dalam pengerjaan tes menulis bahasa Indonesia subjek harus

mengembangkan tulisannya berdasarkan topik yang telah

dikembang

kannya dalam karangan bahasa Sunda. Strategi ini dilakukan

untuk

mengetahui

sampai sejauh mana kreativitas subjek

mengembangkan

tulisannya dalam dua bahasa.
(34)

mengerjakan tes, tidak saling mempengaruhi, dan tidak berdiskusi.

Dengan

situasi

semacam ini dapat menumbuhkan

daya

kreativitas

subjek

lebih

meningkat jika dibandingkan

dengan

tidak

adanya

pengawasan.

Setelah subjek cukup puas dengan hasil pekerjaannya,

subjek mengumpulkan lembar jawaban beserta lembar soalnya.

Tes kedua yang harus dikerjakan subjek adalah tes kreativi

tas

verbal. Tes ini dikerjakan oleh subjek selama 30 menit.

Tes

ini

diikuti sejumlah subjek yang telah mengerjakan tes

menulis.

Artinya

subjek

yang mengerjakan tes

kreativitas

verbal

sama

dengan subjek yang mengerjakan tes menulis. Begitu pula

perilaku

yang

sama diupayakan pengawas kepada subjek

ketika

mengerjakan

tes kreativitas verbal. Pengawas

berusaha menjaga kondisi

kelas

tetap tenang, agar subjek yang mengerjakan tes tidak terganggu.

Data

yang diperoleh dari hasil tes menulis dan tes kreati

vitas verbal di atas merupakan cara pengumpulan data dalam

pene

litian ini. Adapun data yang lainnya diperoleh melalui penyebaran

kuesioner kepada subjek. Penyebaran kuesioner tersebut

dilakukan

setelah

data tes menulis terkumpul. Diharapkan

dari

penyebaran

kuesioner ini diperoleh informasi yang tepat. Kuesioner

tersebut

dibagikan

kepada

sejumlah subjek yang diteliti.

Jumlah

subjek

yang diteliti adalah 59 subjek. Kuesioner dibagikan sesuai dengan

jumlah subjek tersebut.

Setelah

tes

dilakukan dan kuesioner

dibagikan,

karangan

dikelomp>-kK.an berdasarkan bahasanya dan jawaban kuesioner

(35)

karan-gan bahasa Indonesia. Jadi. jumlah seluruh karankaran-gan sebanyak

118

karangan. Data hasil tes kreativitas verbal terkumpul sebanyak 59

buah sesuai dengan jumlah siswa yang diteliti. Demikian

pula de

ngan jumlah data dari jawaban kuesioner subjek terkumpul sebanyak

59 buah.

Semua data yang telah terkumpul tersebut kemudian dievalua

si oleh evaluator. Hasil tes menulis bahasa Sunda dievaluasi oleh dua orang evaluator dari Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. Hasil

tes menulis bahasa Indonesia dievaluasi oleh dua orang evaluator, peneliti sendiri dan seorang lagi dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk mengevaluasi hasil tes kreativitas

verbal peneliti banyak dibantu oleh seorang evaluator dari Jurus

an

Psikologi

Pendidikan

dan Bimbingan.

Adapun

hasil

jawaban

kuesioner

dari subjek dievaluasi oleh peneliti

sendiri.

Begitu

pula hasil wawancara disimpulkan oleh peneliti.

3.5 Pengolahan Data

Semua data yang telah dievaluasi, selanjutnya diolah berda sarkan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Penggunaan statistik ini dihubungkan dengan masalah probabilitas atau ke-mungkinan kebenaran data sampel penelitian ini. Natawidjaja

(1988:1)

mengungkapkan

perbedaan statistika

deskriptif

dengan

statistika inferensial Statistika deskriptif adalah statistika yang berkenaan dengan penyusunan, penyajian. penyimpulan, serta

penghitungan data sampel: fungsinya tidak lebih dari memberikan

(36)

inferensial merupakan statistika

yang berkenaan dengan pembuatan

keputusan dalam ketidaktentuan, yaitu upaya untuk membuat

keputu-san

terbaik dengan menggunakan dan berdasarkan data

yang

tidak

lengkap.

Statistik

deskriptif dalam penelitian ini digunakan

untuk

proses tabulasi, penggambaran, dan mendeskripsikan hasil

pengum

pulan data. Adapun statistik inferensial digunakan untuk

mempre-diksi

atau

mengestimasi karakteristik

sampel

populasi.

Untuk

keperluan

ini

digunakan uji statistik

melalui

bantuan

paket

program

microstat. Program ini diperlukan untuk perhitungan

uji

normalitas distribusi frekuensi, uji signifikansi koefisien

reg-resi, dan uji linieritas regresi.

Hipotesis

penelitian

diuji

dengan

teknik-teknik

seperti

termaktub dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

(37)
(38)

Dalam bab lima ini diketengahkan pembahasan terhadap

hasil-hasil

penelitian.

Pembahasan dititikberatkan

pada

hasil-hasil

penelitian

dibandingkan dengan hasil-hasil studi terdahulu

yang

termuat dalam bab dua maupun di luar isi bab tersebut.

Pembahasan

penelitian ini dilakukan dengan

mengacu

kepada

pokok-pokok masalah yang diteliti. Hal

ini mencakup

tingkat

kemampuan subjek dalam menulis komposisi bahasa Sunda,

kemampuan

menulis komposisi bahasa Indonesia, dan kemampuan berpikir

krea

tif

serta hubungan dan kontribusi antara ketiga variabel

terse

but. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan latar belakang proses

menulis, latar belakang proses kreatif, dan latar belakang

sikap

subjek terhadap. pemakaian bahasa.

5 .1 Gambaran Umum SumbfeX. Data

Penelitian

ini

memberikan

gambaran

bahwa

karakteristik

kemampuan

menulis komposisi bahasa Sunda dan

kemampuan

menulis

komposisi bahasa Indonesia subjek pada umumnya termasuk kriteria

sedang.

Begitu pula kemampuan berpikir kreatif

subjek termasuk

kriteria sedang. Dalam menulis komposisi bahasa Sunda skor

rata-rata

yang

diperoleh

sebesar 71,24,

sedangkan

skor

rata-rata

komposisi

bahasa Indonesia adalah 70,92. A<_apun

skor

rata-rata

kemampuan berpikir kreatif subjek adalah 93,63. Dengan

demikian,

dapat

disimpulkan

bahwa tingkat kemampuan subjek dalam ketiga

(39)

variabel tersebut perlu dilatih dan dibina secara serius.

Demikian pula, jika diamati secara lebih khusus dari

penge

lompokan

persentase,

ada kecenderungan

bahwa

persentase

skor

subjek

pada setiap klasifikasi variabel

menunjukkan

perbedaan;

misalnya klasifikasi sedang: 32,20% (XI), 35,59% (X2), dan 50,85%

(Y). Di antara ketiga variabel tersebut distribusi skor kemampuan

menulis komposisi bahasa Indonesia lebih merata jika dibandingkan

dengan

distribusi skor kemampuan menulis komposisi bahasa

Sunda

dan

kemampuan berpikir kreatif. Hal ini menunjukkan

bahwa

pada

ketiga variabel tersebut, rata-rata skor subjek termasuk ke dalam

klasifikasi sedang.

Kecenderungan kemampuan subjek yang ditemukan dalam

peneli

tian

ini sudah dapat diramalkan. Seperti yang

sudah dinyatakan

dalam

bab empat, penyebab

kemampuan yang demikian

karena

pada

umumnya

subjek

belum mampu menuangkan gagasan

yang

ada

dalam

pikiran dalam bentuk bahasa tertulis. Kelemahan itu terlihat dari

penggunaan kata, penyusunan kalimat maupun penggunaan ejaan dalam

komposisi yang dibuatnya. Hal ini dialami pula oleh subjek

dalam

menjawab tes kreativitas verbal. Subjek tidak mampu mengembangkan

gagasan/ide sebanyak mungkin sesuai dengan tuntutan soal.

Kemampuan

subjek

yang

masih taraf

sedang

dalam

menulis

komposisi bahasa Sunda maupun komposisi bahasa Indonesia

memper-kuat

anggapan yang ada di kalangan masyarakat

bahwa

pengajaran

menulis

di

sekolah-sekolah masih perlu dibenahi.

Keluhan

yang

(40)

kemampuan para siswa maupun mahasiswa perlu ditingkatkan. Apaiagi

bila dikaitkan dengan profesi

subjek penelitian ini kelak ' sete

lah mereka menyelesaikan studi akan menjadi guru bahasa Sunda.

Selain kemampuan menulis yang harus dimiliki subjek,

kemam

puan berpikir kreatif pun harus dimiliki oleh subjek. Oleh karena

rata-rata kemampuan subjek dalam berpikir kreatif masih

termasuk

kategori

sedang.

Hal ini berarti bahwa

subjek

penelitian

ini

adalah kelompok orang-orang yang masih perlu ditingkatkan

kreati-vitasnya. Apaiagi kreativitas sangat diperlukan dalam mengembang

kan

suatu

tulisan. Jadi, bagaimana subjek

mampu

mengembangkan

tulisannya

kalau ia sendiri tidak mampu mengembangkan

kreativi-tasnya.

Jika

dibandingkan dengan

kegiatan

berbahasa

lainnya,

menulis

merupakan

kegiatan berbahasa yang paling menyita

daya

pikir dan daya kreatif. Kedalaman daya pikir dan tingginya

krea

tivitas

dapat

meningkatkan kualitas tulisan.

Dengan

demikian,

menulis dapat disimak sebagai alat untuk mempertajam pikiran

dan

meningkatkan daya kreatif.

Dalam hal ini, kreativitas tidak hanya berperan dalam

kegi

atan

menulis saja, tetapi secara lebih luas berperan pula

dalam

pendidikan bahasa. Subjek yang kelak akan berprofesi sebagai

gu

ru, tentu saja profesi guru adalah profesi yang memerlukan

krea

tivitas.

Hal ini sejalan dengan kurikulum yang

sekarang

sedang

dikembangkan

di sekolah-sekolah. Kurikulum sekarang lebih

meni-tikberatkan kreativitts guru. Guru harus mampu mengembangkan daya

kreatifnya sejak persiapan pengajaran hingga mengadakan evaluasi.

(41)

Dengan kemampuan daya kreatifnya, guru harus mampu

mengejawantah-kan rambu-rambu yang ada dalam kurikulum tersebut.

Tentu saja, hal ini menjadi tantangan subjek kelak setelah

menjadi guru. Artinya subjek sebagai guru bahasa tidak saja

menguasai ilmu yang telah dipelajarinya juga harus mampu mengem

bangkan daya kreatifnya dalam men-bina anak didiknya. Pada

akhir-nya, subjek dapat mengembangkan daya kreatif anak didiknya dalam

kemampuan berbahasa khususnya kemampuan menulis maupun dalam berbagai hal. Untuk mencapai tujuan itu hendaknya sejak dini subjek sudah dilatih secara terus-menerus kreativitasnya. Kreati vitas atau berpikir kreatif bukanlah sesuatu yang muncul dengan

sendirinya. Kemampuan itu selalu didahului oleh proses yang

panjang. Dari proses yang panjang inilah pergumulan dengan krea

tivitas benar-benar terinternalisasi sehingga memunculkan produk kreatif yang tinggi.

Tampaknya subjek penelitian ini belum melalui proses pergu mulan yang panjang dengan kreativitas. Mereka belum banyak terli bat dengan penggunaan kata secara kreatif, kalimat-kalimat yang kreatif, dan ide-ide baru yang kreatif. Sebenarnya semua itu berasal dari pola hidup mereka dalam keluarga, masyarakat, dan

sekolah yang tidak mempedulikan kreativitas sebagai sesuatu yang

penting.

Ketiga pranata itu belum memberikan

kesempatan

kepada

mereka untuk menjadi orang yang kreatif. Pemberian kesempatan

(42)

merekatidak

diberi kesempatan potensi kreatif

mereka

lama-lama

akan

hilang

atau

terpendam. Oleh sebab itu,

orang

tua,

guru

maupun

masyarakat harus memberikan peluang dan

kesempatan

yang

seluas-luasnya

kepada mereka untuk meningkatkan

kreativitasnya.

Kreativitas memerlukan dorongan ekstrinsik maupun intrinsik.

Selanjutnya dibahas pula gambaran umum berkenaan dengan

la

tar

belakang proses menulis, latar belakang proses kreatif,

dan

latar

belakang

sikap subjek. Dalam studi

ini

ditemukan

bahwa

dalam proses menulis kecenderungan subjek tidak melakukan

persi

apan.

Alasan

yang mereka kemukakan bahwadengan

persiapan

akan

membutuhkan banyka waktu. Bahan-bahan tulisan yang akan

dituang

kan

cukup disimpan di kepala. Sekalipun mereka

tidak

melakukan

persiapan,

mereka tetap mengakui bahwa menulis dengan

persiapan

hasilnya

akan lebih baik daripada tanpa persiapan. Jadi,

alasan

yang

mereka kemukakan sebenarnya tidak sesuai

dengan

kenyataan

dalam praktiknya.

Kenyataan menunjukkan

bahwa menulis

dengan

persiapan akan menghemat waktu bukan membuang-buang waktu. Kuali

tas tulisan akan menunjukkan hasil yang baik. Oleh karena

gagas

an-gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan sudah terencana

dengan

baik.

Sebaliknya, justru tanpa adanya

persiapan

proses

penulisan

akan menjadi lebih lama. Karena

gagasan-gagasan

yang

tersimpan

di kepala tidak tersusun dengan sistematis. Ini

dapat

menghambat

proses penuangan gagasan itu ke dalam bentuk

tulisan

secara cepat.

Dalam tahap penulisan, umumnya subjek kurang mampu

mengolah

(43)

de-ngan baik. Kelemahan ini muncul akibat mereka kurang melatih diri

secara terus-menerus. Sehingga mereka merasa ragu-ragu untuk

me-mulai menulis atau membuat kalimat pertama. Mereka lebih banyak

memikirkan ide-ide tulisan tanpa ide-ide itu sendiri dlwujudkan

ke dalam bentuk tulisan.

Kelemahan lain yang mereka akui adalah mereka tidak melaku

kan revisi dari hasil tulisannya. Tulisan yang baru saja selesai

dianggap sebagai produk akhir sebuah tulisan yang tidak perlu

direvisi terlebih dahulu. Tentu saja, tulisan yang dihasilkannya

masih terdapat kekurangan di sana-sini. Kekurangan-kekurangan itu

tampak pada penggunaan kata, penyusunan kalimat, dan penulisan

ejaan. Sebuah tulisan bukanlah merupakan produk yan^-sekali jadi,

tetapi melalui proses penyempurnaan-penyempurnaan sebelumnya.

Tulisan yang melalui proses demikian akan berbeda kualitasnya

dengan tulisan tanpa proses penyempurnaan atau revisi.

Adapun latar belakang proses kreatif subjek lebih

mencermin-kan manifestasi dari pengetahuan, pengalaman, kecepatan berpikir,

dan .keberanian subjek. Semua itu berpengaruh terhadap berlang

sungnya proses kreatif subjek. Subjek yang kurang berani•mengemu

kakan gagasan-gagasannya tentu memperoleh hasil yang kurang baik

tinimbang subjek yang mempunyai keberanian. Jadi, faktor kebera

nian mengungkapkan gagasan yang tampaknya masih menjadi kendala

subjek,- di samping faktor pengetahuan dan pengalaman.

Sikap merupakan salah satu faktor yang amat besar pengaruh

(44)

subjek

terhadap pemakaian bahasa dapat dijabarkan

lagi

menjadi

sikap

terhadap

profesi guru, sika[ terhadap

kegiatan

menulis,

sikap terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, dan

si

kap

subjek terhadap bahasa daerah sebagai bahasa

ibu.

Meskipun

demikian,

jika

diamati secara lebih khusus,

ada

kecenderungan

bahwa persentase skor siswa pada setiap kiasifikasi sikap

menun

jukkan perbedaan. Kecenderungari yang tampak berbeda

dibandingkan

dengan

ketiga

sikap yang lainnya, yakni sikap

subjek

terhadap

kegiatan menulis.

Sesungguhnya

kecenderungan sikap subjek

terhadap

kegiatan

menulis.

itu

sudah dapat diramalkan sebelumnya.

Walaupun

sikap

subjek

terhadap kegiatan menulis termasuk positif,

namun

hasil

yang

dicapainya tidak menunjukkan sebagaimana

yang

ditunjukkan

dengan

sikapnya. Hal ini berarti sikap subjek terhadap

kegiatan

menulis perlu ditingkatkan dan diarahkan. Sehingga ada

keselaras-an antara ekspresi sikap dan ekspresi dalam wujud bahasa tulis.

Memang,

banyak

faktor yang mempengaruhi seseorang

untuk

dapat

menulis

dengan

baik. Dengan demikian,

tampaknya

sikap

subjek

terhadap

kegiatan

menulis merupakan salah satu

indikator

yang

mempengaruhi kemampuan subjek dalam menulis.

Sikap positif yang telah dimiliki subjek terhadap kegiatan

menulis

itu dapat diarahkan kepada kegiatan menulis dalam

wujud

yang nyata. Oleh karena itu, subjek perlu dilibatkan secara

(45)

5. 2 B_aJ__asa__ __.ss.g_k. Logika. dar. Assfi-Ji lirtguistik. dalam Bahasa ___Lr_la

Hal

yang perlu dicatat dewasa ini ialah bahwa bahasa

Sunda

sebagai

salah

satu bahasa daerah di

Indonesia

masih

memegang

peranan

penting dalam hubungan tindak berbahasa masyarakat

Jawa

Barat.

Bahasa Sunda merupakan salah satu puncak

warisan

budaya

Jawa

Barat atau masyarakat Sunda. Sampai sekarang

bahasa

Sunda

masih

tetap

terpelihara dengan baik.

Dalam

masyarakat

Sunda,

bahasa Sunda masih memegang fungsi utama dalam situasi dan

peris-tiwa tertentu. Misalnya, pada upacara adat perkawinan Sunda

akan

lebih mantap jika dinyatakan dalam bahasa Sunda.

Bahasa

Sunda di Jawa Barat tetap terpelihara

sebab

bahasa

Sunda dijadikan sebagai mata pelajaran di sekolah dari TK

hingga

SLTP, bahkan sampai di perguruan tinggi pun (khususnya IKIP Ban

dung)

diselenggarakan program bahasa Sunda. Bahasa Sunda

adalah

landasan

dan kerangka budaya yang paling mendasar.

Oleh

karena

itu,

di

samping

menempatkan bahasa

Indonesia

sebagai

bahasa

nasional,

seyogyanya seorang siswa bisa mengekspresikan

dirinya

dalam

bahasa

Sunda. Dalam bagian ini akan dibahas

sejauh

mana

kemampuan subjek menguasai bahasa Sunda, baik dilihat dari

aspek

logika maupun aspek linguistiknya. Kedua aspek ini sangat berpen

garuh terhadap kualitas komposisi yang dihasilkan subjek.

Keterampilan

berbahasa

Sunda, terutama

bagi

keterampilan

produktif tertulis akan lebih efektif apabiia didukung oleh kedua

aspek

tersebut, yaitu penguasaan dan penggunaan linguistik

yang

(46)

bermanfaat untuk menghindarkan diri dari kerancuan berbahasa dan

aspek kedua menghindarkan diri dari timbulnya makna implisit yang

bertentangan dengan kenyataan dan kebenaran umum.

Berikut

ini

akan dibahas penilaian

kedua

aspek

tersebut

dalam komposisi bahasa Sunda yang dijadikan sampel dalam

peneli

tian ini. Dalam penilaian komposisi ini digunakan kriteria penilaian yang telah disusun oleh Jacobs, dan kawan-kawan.

5.2.1 Aspek Logika Komposisi Bahasa Sunda

Menulis

sebagai produk bahasa sangat erat kaitannya

dengan

logika. Logikaitu sendri merupakan ilmu yang mempelajari

pikiran

yang yang dinyatakan dalam bahasa. Jadi, menulis adalah alat yang

sekaligus

merupakan produk logika dalam arti

proses

penalaran

atau proses berpikir. Hardjono (1988:29) menyatakan bahwa

proses

berpikir

dalam bahasa asing dilihat dari segi psikologi

berbeda

dengan proses berpikir dalam bahasa ibu. Hal ini dilatarbelakangi

struktur bahasa asing berbeda dengan struktur bahasa ibu. Perbedaan itu tampaknya berlaku pula pada struktur bahasa Indo

nesia

sebagai bahasa kedua dengan struktur bahasa Sunda

sebagai

bahas ibu.

(47)

diorg&ni-sasikan secara baik dan logis.

a. Komoonen I__i_

Penilaian pada komponen isi lebih ditekankan kepada,pengeta huan penulis tentang topik yang dibahasnya; isi komposisi mengan dung hal-hal pokok yang relevan dengan topik; dan pengembangan

tesis yang mendalam. Semua itu diklasifikasikan kedalam kelompok

kriteria penilaian dari kurang sekali hingga sangat baik ke

memuaskan.

1) Kriteria Kurang Sekali

Kriteria ini memiliki rentangan skor 12 sampai 16. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 59 komposisi bahasa Sunda yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 2 subjek yang isi komposisinya termasuk ke dalam kriteria kurang sekali. Persentase kelompok yang termasuk ke dalam kriteria ini sebesar 3,39%. Berdasarkan kriteria penilaian, kriteria ini menunjukkan bahwa

isi komposisi sama sekali tidak menggambarkan pengetahuan penulis

tentang topik yang harus ditulisnya. Selain itu, komposisinya tidak mengandung hal-hal pokok sehingga tidak memadai untuk dinilai. Salah satu komposisi yang termasuk ke daiam kriteria ini

ialah komposisi nomor 23.

Mahasiswa jurusan basa sunda, sabenernamah saruarua wae jeung jurusan anu liana. Kukitu kuring milih jurusan basa sunda teh,

lain ngan ukur formalitas wae. Loba anu ngomong yen basa sun da teh prospekna goreng. Kuring la_.r. ngan sa ukur asup ka ieu IKIP teh. Pedah paguron luhur negri, tapi di lain pihak kuring hayang ngamumule basa sorangan.

(48)

komposisi

ini

hanya

terdiri atas

kalimat-kalimat

yang

tidak

didukung secara jelas oleh kalimat-kalimat berikutnya dan pengem

bangan tesisnya tidak terlihat. Di samping itu, tampaknya penulis

tidak memiliki pengetahuan tentang topik secara baik. Isi

kompo

sisi

yang

diharapkan ialah

uraian

tentang tugas

utama

seorang

mahasiswa dan alasan mengapa ia memilih Jurusan Pendidikan Bahasa

Daerah

(bahasa

Sunda)

Akan tetapi, dalam

komposisi

ini,

isi

komposisi

yang diharapkan tidak begitu terlihat dan

masih

jauh

dari memadai. Hal-hal pokok yang dibicarakan dalam komposisi

ini

terlalu

umum dan melenceng dari sasaran sehingga tidak

memiliki

urutan logis.

Alasan

mengapa ia memilih Jurusan Pendidikan Bahasa

Daerah

dikemukakan dengan gaya yang sama seperti pada paragraf

pertama,

yaitu

dengan menyuguhkan hal-hal yang sangat

umum,

sebagaimana

terlihat

pada paragraf selanjutnya dari komposisi itu

di

bawah

ini .

Basa

sunda kiwari teh

geus aya

anu jadi, mis basa sunda teh

geus dibawa ka luar negri, misalna wae Jepang. Malah di Jepang

mah geus beredar

kamus basa Sunda. Jadi ku

kituna

asup basa

Sunda teh lain saukur hayang ka puji tapi hayang ngamumule ba

sa Sunda eta sorangan.

Jadi, secara keseluruhan isi komposisi ini dapat ditafsirkan

bahwa

penulis

tidak memiliki pengetahuan tentang

topik

secara

baik.

Isi komposisi tidak mengandung hal-hal pokok yang

relevan

dengan topik. Pengembangan tesisnya tidak mendalam. Dengan

demi

kian, penilaian isi komposisi ini dikategorikan ke dalam kriteria

(49)

2) Kriteria Kurang ke Sedang

Kriteria. ini memiliki rentangan skor 17 sampai 21. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 59 komposisi bahasa Sunda yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 28 subjek yang isi komposisinya termasuk ke dalam kriteria kurang ke sedang. Persen tase kelompok yang termasuk ke dalam kriteria ini cukup besar, yakni 47,46%. Besarnya persentase ini membbuktikan bahwa ke cenderungan kemampuan subjek dalam mengembangkan isi komposisi berada pada kriteria ini. Berdasarkan kriteria penilaian, krite ria ini menunjukkan bahwa penulis komposisi kelompok ini memi

liki pengetahuan topik yang sangat terbatas. Isi komposisinya

hanya sedikit mengandung hal-hal pokok dan perkembangan tesisnya terbatas. Hal ini dapat ditafsirkan pula sebagai' identifikasi kualitas isi komposisi dari keseluruhan komposisi subjek.

Salah satu komposisi yang termasuk pada kriteria ini ialah komposisi nomor 18. Gambaran isi komposisi tersebut dapat dilihat dari kutipan paragraf berikut ini. *

Salaku mahasiswa lain kuliah wae nu kudu dilakonan teh, tapi

oge urang kudu bisa rancage dina widang sejen, saperti dina

organisasi, gamelan jeung kagiatan sejena. Mahasiswa kudu be-ner-bener rancage, binangkit dina sagala widang sangkan cita-cita laksana bari nyugemakeun. Salian nyugemakeun keur maha siswa sorangan oge keur pamarentah. Sangkan nu jadi tujuan teh

kahontal.

Pada paragraf tersebut, penulis hanya bercerita tentang

tu-gas-tugas mahasiswa secara umum dan pentingnya memiliki keteram pilan lainnya, selain bidang ilmu yang sedang digelutinya. Tugas

utama mahasiswa tidak diuraikan secara mencalam dan mendetail.

(50)

demikian, dapatlah disimpulkan bahwa komposisi ini hanya mengan dung sedikit hal-hal pokok dengan perkembangan topik yang sangat

terbatas. Begitu pula tesis dikembangkan secara terbatas.

3) Kriteria Cukup ke Baik

Kriteria ini memiliki rentangan skor 22 sampai 26. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa dari 59 komposisi bahasa Sunda yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini terdapat 25 subjek yang isi

komposisinya termasuk ke dalam kriteria cukup ke baik. Persentase

kelompok

yang

termasuk ke dalam kriteria

ini

sebesar

42,37%.

Berdasarkan kriteria penilaian, kriteria ini menunjukkan bahwa kelompok penulis komposisi ini memiliki beberapa pengetahuan ten

tang

topik. Liputan isi komposisinya memadai dan

cukup

relevan

dengan topik, walaupun masih kurang mendetail serta

perke

Referensi

Dokumen terkait

Namun dengan memanfaatkannya dalam penelitian ini yang dapat digunakan sebagai pembantu pembuatan tablet maka dapat digunakan pada industri yang lebih modern untuk pembuatan

Jumlah responden dari 75 ibu yang memiliki anak usia prasekolah menggambarkan sebagian besar ibu dari anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal

Outdoor Classical Music As An Alternative Media For Teaching Students In Writing Descriptive Text (A Case Of The Second Year Students Of Sma Semesta Semarang Pengembangan Media

[r]

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF di SMK PARIWISATA (penelitian dibatasi pada mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga 2011 yang..

Kasalahan Éjahan Dina Nulis Warta Siswa Kelas IX SMP Laboratorium Percontohan UPI Taun Ajaran 2013/2014.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh seduhan kelopak bunga rosela dalam menunjukkan perbedaan tekanan nadi, kadar MDA dan SAT dalam darah tikus yang diberi

Pada hari ini Senin tanggal Enam Bulan November Tahun Dua Ribu Tujuh Belas, pukul 10.00 s/d 11.00 Wita, Pokja Konstruksi III Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa