• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL KONSIDERASI DAN PEMERANANNYA SEBAGAI PENGEKSPRESIAN NILAI-NILAI KARAKTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL KONSIDERASI DAN PEMERANANNYA SEBAGAI PENGEKSPRESIAN NILAI-NILAI KARAKTER."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... 1.4 Tujuan Penelitian ... 1.5 Manfaat Penelitian ... 1.6 Asumsi ... 1.7 Hipotesis ... 1.8 Definisi Operasional ... 1.9 Paradigma Penelitian ... DRAMA DAN MODEL KONSIDERASI ... 2.1 Pengertian Drama ... 2.2 Struktur dan Tekstur Drama ... 2.3 Menulis Kreatif Naskah Drama ... 2.4 Kaidah Penulisan Naskah Drama ... 2.5 Semesta sebagai Sumber Penciptaan ... 2.6 Pembelajaran Sastra ... 2.7 Model Konsiderasi sebagai Strategi Pembelajaran

Afektif ... 2.8 Model Konsiderasi dalam Pembelajaran Menulis

Naskah Drama ... METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ... 3.1 Metode Penelitian ... 3.2 Variabel Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 3.5 Instrumen Penelitian ... 3.6 Tahapan Penelitian ... 3.7 Teknik Analisis Data ... 3.8 Prosedur Penelitian ... 3.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis

Naskah Drama dengan Model Konsiderasi ………... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

(2)

BAB V

4.2 Deskripsi dan Analisis Proses Pembelajaran Menulis

Naskah Drama dengan Model Konvensional ... 4.3 Deskripsi dan Analisis Proses Pembelajaran Menulis

Naskah Drama dengan Model Konsiderasi ... 4.4 Data Nilai Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 4.5 Kemampuan Menulis Naskah Drama

Siswa Kelas Eksperimen ... 4.6 Kemampuan Menulis Naskah Drama

Siswa Kelas Kontrol ... 4.7 Analisis Menulis dan Memerankan Naskah Drama

Sebagai Media Ekspersi Nilai-nilai Karakter ……….…… 4.8 Temuan dan Pembahasan ... SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Simpulan ... 5.2 Saran ...

97 100 106 110 112 115 118 122 122 124 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

(3)

Tabel 3.1 Desain Eksperimen ... Tabel 3.2 Pola Penelitian Eksperimen ... Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Menulis Naskah Drama ... Tabel 3.4 Kisi-kisi dan Kriteria dan Pembobotan Nilai ... Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Penulisan Naskah Drama ... Tabel 3.6 Nilai dan Kategori Penilaian Naskah Drama ... Tabel 3.7 Nilai dan Kategori Aspek Menulis Naskah Drama ……… Table 3.8 Nilai dan Kategori Aspek Menulis Naskah Drama ……… Tabel 3.9 Jadwal Penelitian ... Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan Gain

Kemampuan Menulis Naskah Drama ……… Tabel 4.2 Deskripsi Skor Menulis Naskah Drama

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir ... Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir ... Tabel 4.5 Uji Beda Rata-rata ... Tabel 4.6 Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen ... Tabel 4.7 Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Kontrol ... Tabel 4.8 Data Angket Keefektifan Menulis dan Memerankan

(4)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian ... Gambar 2.1 Struktur Plot Gustav Freytag ... Gambar 2.2 Struktur Plot Kernodle ... Gambar 2.3 Dampak Instruksional dan Penyerta ... Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... Gambar 4.9 Grafik Keefektifan Menulis dan memerankan Naskah Drama sebagai Media Ekapresi Nilai-nilai Karakter ...

18 27 29 70 90

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Drama merupakan bentuk karya sastra yang sangat digemari masyarakat. Di samping mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. Karena drama merupakan peragaan tingkah laku manusia yang mendasar, drama baru dapat disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti pengamatan yang teliti, baik oleh penulis maupun para pemainnya.

Bruner (Rahmanto, 1988:89) dalam bukunya Towards a Theory of

Instruction mengupkapkan bahwa drama, novel, sejarah pada umumnya... disusun

(6)

karena dapat menimbulkan gerak hati yang kuat untuk mengungkap keadaan manusia yang sebenarnya, sehingga “pelajaran” seakan merupakan drama tentang kehidupan manusia.

Sebagaisuatu genre sastra, drama memunyai kekhususan dibanding genre puisi ataupun genre prosa. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan.

Kekhususan inilah yang kemudian menyebabkan pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih berorientasi kepada seni pertunjukan, dibandingkan sebagai genre sastra. Ketimpangan ini seyogianya diperkecil dengan berusaha memahami secara benar dengan menempatkan proporsi drama sebagai sebagai suatu karya yang memunyai dua dimensi, yaitu sebagai seni sastra dan sebagai seni lakon, seni peran, atau seni pertunjukan.

(7)

pertunjukan. Dengan demikian, hasil pemahaman sutradara dan pemain yang kemudian menjadi seni pertunjukan dari suatu teks drama memberikan pemahaman lain bagi peneliti atau bagi pengkaji teks drama. Maka, bukan sebaliknyalah yang harus terjadi, yaitu menempatkan hasil pemahaman sutradara dan para pemain dalam seni pertunjukan sebagai dasar untuk memahami teks drama dari sudut dimensi sastra.

Sebagai akibat dari karakteristik khusus pada drama, pertanyaan khusus terhadap drama dapat saja muncul. Misalnya, unsur manakah yang lebih penting dari drama, dimensi sastranya atau dimensi pertunjukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah. Di samping harus dilihat dari sisi kepentingan mana menjawabnya, juga harus disadari bahwa hakikat kedua dimensi tersebut tidaklah saling berlawanan, melainkan sebagai suatu kesatuan yang melekat. Oleh karena itu, yang harus dipertanyakan bukanlah unsur mana yang lebih penting, melainkan bagaimanakah unsur yang satu melengkapi unsur yang lainnya. Secara sederhana, tidak mungkin sebuah pementasan terjadi jika teks drama tidak ditulis. Sebaliknya, drama sebagai teks telah dapat dipahami meskipun pembaca tidak menyaksikan pementasan dari teks drama yang dibacanya. Meskipun demikian, tidaklah dapat disimpulkan bahwa unsur pementasan sebagai unsur yang muncul kemudian. Untuk mendapatkan pemahaman dan kenikmatan yang menyeluruh, seharusnya memang di samping membaca teks drama juga menyaksikan pementasan teks drama tersebut.

(8)

nyata yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Bahasa merupakan unsur utama dalam drama yang membutuhkan unsur lain seperti gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Bahasa dalam drama bukan sekadar untuk menyampaikan pesan lisan tetapi membutuhkan aspek lain seperti lagu kalimat, lafal, volume suara, dan tekanan yang perlu dipertimbangkan agar dapat menyampaikan pesan dengan sempurna.

Salah satu tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan. Untuk mempelajari suatu pementasan ini memang tidak selalu mudah, terutama bagi siswa yang sama sekali belum mengenal pelik-pelik keadaan suatu pentas drama. Untuk itu, seorang guru bertanggung jawab untuk memperkenalkan peserta didik pada kondisi pementasan drama. Dalam beberapa hal, lingkungan siswa sehari-hari, misalnya televisi, sandiwara, dan film dapat dimanfaatkan untuk membantu menyampaikan pengalaman pementasan yang nyata. Di samping itu, guru hendaknya dapat memberikan gambaran tentang proses dramatisasi yang lebih lengkap daripada pengetahuan yang dimiliki siswanya berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri.

(9)

pelajaran yang diasuhnya. Untuk mengembalikan pada sikap positif bukanlah pekerjaan yang mudah.

Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang diharapkan bilamana guru memerhatikan beberapa hal berikut.

1. Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.

2. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.

3. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.

4. Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.

5. Dalam banyak kesempatan, nilai-nilai yang penting diperoleh pada masa anak-anak akan tetap melekat sepanjang hayat.

6. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan erat. 7. Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembalajaran di

kelas dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa.

8. Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi (Aunurrahman, 2009:135).

(10)

kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagat. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walau memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan diyakini oleh kelompok tertentu.

Melalui pembelajaran drama, peserta dapat mengungkapkan pengalaman hidupnya serta dapat menggali dan mengungkapkan nilai-nilai afektif yang dimilikinya. Keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran drama memiliki intensitas keaktifan yang tinggi. Dalam keadaan ini, peserta didik tidak hanya sekadar aktif mendengar, mengamati, dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan, dan mendemonstrasikan sesuatu.

Dengan keterlibatan langsung ini berarti peserta didik aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung (Aunurrahman, 2009:121).

(11)

guru terhadap materi tersebut yang masih rendah, melainkan juga karena kekurangtepatan dalam memilih dan menentukan model pembelajaran. Hal inilah yang antara lain menjadi dasar pentingnya mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Penelitian tentang pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi sebagai salah satu strategi pembelajaran afektif menurut hemat penulis belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penulis akan mencoba meneliti penggunaan model tersebut dalam pembelajaran menulis naskah drama dan pemeranannya karena dalam pelajaran bahasa Indonesia, drama sebagai “tiruan realitas” dipandang cocok sebagai pengekspresian nilai-nilai karakter.

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang berkenaan dengan topik yang akan dikaji dan menjadi bahan pertimbangan penelitian ini.

Sukardi (2006) dalam tesisnya yang berjudul Pembelajaran Menulis

Resensi dan Teks Drama di Sekolah Menengah Atasdikemukakan temuan

(12)

drama dengan pendekatan apresiasi drama dilakukan dengan cara: menceritakan ringkasan isi drama, menganalisis unsur-unsur intrinsik drama, menulis resensi drama, dan menulis naskah drama; (3) Kemampuan berbahasa siswa diperoleh dengan mengintegrasikan keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis); (4) Dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala, antara lain: naskah drama yang durasi waktunya kurang dari 45 menit sulit didapat; untuk persiapan pementasan drama butuh waktu, tenaga, dan pikiran ekstra; tidak semua guru bahasa Indonesia memiliki kemampuan mementaskan drama; (5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain: para siswa diminta menulis teks drama dengan berpijak pada drama yang telah dibahas tetapi durasi waktunya dikurangi; sekolah mempersiapkan sarana dan prasarana, serta memberikan pelajaran ekstrakurikuler untuk pembinaan teater, mengikutsertakan guru bahasa dan sastra Indonesia dalam kegiatan penataran atau

workshop dan In House Training (IHT) tentang drama.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, disarankan agar guru bahasa Indonesia SMA untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme keguruannya sehingga mampu menyampaikan seluruh materi ajar yang terdapat dalam silabus dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Selanjutnya kepada kepala sekolah diharapkan dapat membenahi kultur sekolah untuk menciptakan iklim kerja yang sejuk dan damai antara kepala sekolah dan guru khususnya guru bahasa dan sastra Indonesia sehingga tercipta pembelajaran bahasa yang kondusif.

Utami, dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan

(13)

Bawang Banjarnegara membuktikan bahwa dengan menggunakan media kaset,

keterampilan menulis siswa meningkat. Selain itu, penggunaan media kaset dalam pembelajaran menulis, menurut penelitian ini terbukti telah mengubah perilaku siswa menjadi lebih semangat, senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama.

Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah media yang digunakan. Penelitian Utami menggunakan media kaset dalam pembelajarannya, sedangkan penelitian ini dalam proses pembelajarannya hanya memberikan contoh teks drama yang sudah jadi sebagai media melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Adapun persamaan antara kedua penelitian ini terletak pada subjek penelitian dan jenis penelitian. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks drama dan jenis penelitiannya, yaitu penelitian tindakan kelas.

Bagiyo (2004), dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas IV

D SD PL Bernadus Semarang 2004, membuktikan adanya peningkatan

(14)

Muyassaroh (2007), dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Dengan Pendekatan Kontekstual

Komponen Pemodelan Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 3 mengemukakan

bahwa pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami peningkatan. Hasil data daritesprasiklusmenunjukkanskor rata-rata kelassebesar 54,2danpadasiklus I rata-rata kelassebesar 56,3. Hal iniberartimenunjukkanadapeningkatansebesar 4,1%. Padasiklus II menghasilkanskor rata-rata kelassebesar 65. Hal inimenunjukkanadanyapeningkatandarisiklus I kesiklus II sebesar 14,7%. Jadipeningkatandariprasiklussampaisiklus II sebesar 19,4%.

ArifRahman Hakim (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Model

Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Media Drama

Komedi “Extravaganza”mengemukakan bahwa berdasarkan data hasil tes,

diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 5,57 danrata-rata nilai postes sebasar 7,06. Dari data tersebut, penulis dapat mengetahuipeningkatan sebesar 1,49 dalam hal kemampuan siswa dalam menulis naskah dramasetelah proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan mediadrama komedi “Extravaganza”.

(15)

denganderajatkebebasandb= 29 sebesar 1,70. Hal iniberarti t hitung (11,30) > t

tabel (1,70).Dengandemikian, hipotesis yang

penulisajukandinyatakanditerima.Dengan katalainpenggunaan media drama komedi “Extravaganza” dalampembelajaranmenulisnaskah drama yang penulisujicobakanterbuktiefektifdalammeningkatkankemampuansiswadalammenu lisnaskah drama.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian. Hal ini bertujuan agar ada kejelasan jangkauan dan kemudahan dalam penelitian yang dilakukan.

Pembatasan pertama, sebagaimanadikemukakan di atas,drama merupakan karya sastra yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan dimensi pementasan atau pertunjukan. Dalam penelitian ini, eksperimen yang dilakukan terbatas pada dimensi sastra dalam drama, yaitu pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi. Sementara itu, aspek pementasan atau pertunjukan dilakukan hanya untuk mengetahui keefektifan drama sebagai media pengekspresian nilai-nilai karakter.

(16)

ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; dan (4) tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitan ini, penulis rumuskan sebagai berikut.

1. Apakah model pembelajaran konsiderasi lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran menulis naskah drama di kelas IX MTs Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang?

2. Apakah penerapan model konsiderasi dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas IX MTs Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang?

3. Apakah pemeranan naskah drama cukup efektif sebagai pengekspresian nilai-nilai karakter?

4. Bagaimana proses pembelajaran model konsiderasi diterapkan dalam pembelajaran menulis naskah drama?

1.4 Tujuan penelitian

(17)

dan pemeranannya sebagai media pengekspresian nilai-nilai karakter. Adapun tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran konsiderasi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas IX MTs Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang. 2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas

IX MTs Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang dengan model pembelajaran konsiderasi.

3. Mendeskripsikan keefektifan pemeranan naskah drama sebagai pengekpresian nilai-nilai karakter.

4. Mendeskripsikan bagaimana model konsiderasi diterapkan dalam pembelajaran menulis naskah drama.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara garis besar, manfaat penelitian terbagi atas dua hal, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. ManfaatTeoretis

Penelitianinidiharapkandapatmenambahwawasansertamemberikankonstrib usi yang sangatbesarbagiduniapendidikan, khususnyadalampengajaranbahasa Indonesia terutamadalamupayameningkatkanketerampilanmenulisnaskah drama dan pemeranannya sebagaisalahsatuketerampilanberbahasa dan apresiasisastra.

(18)

dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi belajar peserta didik dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama dan pemeranannya sebagai salah satu media ekspresi nilai-nilai karakter.

2. ManfaatPraktis

Dari penelitianini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas mengenai signifikansi keefektifan model konsiderasi dalam pembelajaran menulis naskah drama dan pemeranannya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam merencanakan dan menyusun program pembelajaran menulis naskah drama dan pemeranannya.

1.6 Asumsi

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan anggapan dasar sebagai berikut. 1. Menulis naskah drama merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

sulit dikuasai oleh siswa.

2. Dalam proses pembelajaran bahasa diperlukan kreativitas pengajar dalam memilih dan memadukan beberapa pendekatan, metode, teknik, dan model pembelajaran.

3. Menentukan pendekatan, metode, strategi, teknik, atau model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan menentukan hasil pembelajaran yang lebih baik.

(19)

1.7 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan menulis naskah

drama antara siswa yang menggunakan model pembelajaran konsiderasi dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan menulis naskah drama

antara siswa yang menggunakan model pembelajaran konsiderasi dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

1.8 Definisi Operasional

Berkut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan istilah-istilah dalam penelitian ini.

1. Model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum, menyusun materi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas ataupun lainnya (Joyce dkk., 2009:1).

2. Model pembelajarankonsiderasi(the consideration model)merupakansalahsatu

model strategipembelajaranafektif. Model inidikembangkanoleh Mc. Paul,

seoranghumanis (Sanjaya, 2009:277). Model

inimenekankankepadastrategipembelajaran yang

(20)

Dengandemikian,

pembelajaransikappadadasarnyaadalahmembentupesertadidik agar dapatmengembangkankemampuanuntukbisahidupbersamasecaraharmonis, peduli, danmerasakanapa yang dirasakan orang lain (empati).

3. MenurutFerdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen (Hasanuddin, 1996:2),

drama adalahkesenian yang

melukiskansifatdansikapmanusiadanharusmelahirkankehendakmanusiadenga nactiondanperilaku. Sedangkanpengertian drama menurut Moulton (Hasanuddin 2009:2) adalahhidup yang dilukiskandengangerak, drama adalahmenyaksikankehidupanmanusia yang diekspresikansecaralangsung. Definisi drama yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Astone dan George Savona (Dewojati, 2010:8) yang menyatakan bahwa drama merupakan susunan dialog para tokohnya (yang disebut dengan haupttext) dan petunjuk pementasan untuk pedoman sutradara yang disebut dengan nebentext atau teks samping. Istilah haupttext dan

nebentext ini pertama kali diperkenalkan oleh Ingarden untuk membedakan

kerangka utama teks dramatik dan teks arahan panggung.

(21)

perbedaanaktivitastersebutperluditekanseminimalmungkinkarenakeduanyasali ngmembutuhkan.

5. MenurutBadanPenelitiandanPengembanganPusatKurikulumdalamdraftPenge mbanganPendidikanBudayadanKarakterBangsa (2010:3) dijelaskanbahwakarakteradalahwatak, tabiat, akhlak,

ataukepribadianseseorang yang

terbentukdarihasilinternalisasiberbagaikebajikan (virtues) yang diyakinidandigunakansebagailandasanuntukcarapandang, berpikir, bersikap, danbertindak. Kebajikanterdiriatassejumlahnilai, moral, dannorma, sepertijujur, beranibertindak, dapatdipercaya, danhormatkepada orang lain. 6. Yang dimaksud efektif dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan

(22)

1.9 Paradigma Penelitian

Penerapan model konsiderasi dalam menulis naskah drama secara sederhana dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

Pemecahan Masalah

Ekspresi Nilai Karakter

Pemeranan Naskah Drama

Kemampuan Menulis Naskah

Drama Pengenalan

Konsep

Eksplorasi Konsep Awal/

Apersepsi Aplikasi

Guru sebagai Fasilitator Keterampilan

Berpikir

o Lingkungan sebagai sarana pembelajaran

o Pengalaman pribadi

(23)

71 BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, tahapan penelitian, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan langkah-langkah pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi.

3.1 Metode Penelitian

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kebenaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan

the randomized pretest-posttest control group design. Pengaruh perlakuan

diperhitungkan melalui perbedaan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Treatment group R O X O

Control group R O C O

(Fraenkel dan Wallen, 2007: 274) Keterangan:

R = subjek eksperimen yang ditarik secara acak O = tes awal dan tes akhir

(24)

C = perlakuan di kelas kontrol berupa pembelajaran menulis teks drama secara konvensional

Rancangan penelitian ini melibatkan dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditentukan secara random atau acak. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi,sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran menulis naskah drama dengan model konvensional.

Kedua kelompok tersebut, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan tes awal dan akhir.Tes awal diberikan untuk mengukur kemampuan awal dari masing-masing kelompok tersebut sedangkan tes akhir diberikan setelah perlakuan untuk mengukur signifikansi peningkatan yang terjadi dalam kelompok eksperimen.

Lebih jelas lagi desain penelitian dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Pola Penelitian Eksperimen

Kategori Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Kelompok Eksperimen T1 X T2

Kelompok Kontrol T1 C T2

(25)

kelompok kontrol yaitu model konvensional.T2 adalah tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol.Hasil tes dapat diketahui dari perbandingan antara hasil T1 dan T2.

Pemilihan metode eksperimen ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar keefektifan model konsiderasi untuk pembelajaran menulis naskah drama yang penulis eksperimenkan terhadap hasil belajar siswa.

3.2 Variabel Penelitian

Fraenkel dan Wallen (2007:40) menyatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang memberi pengaruh (menjadi sebab) dengan variabel yang diberi pengaruh. Istilah lain dari variabel bebas adalah variabel perlakuan (treatment

variable), variabel intervensi (intervention variable), atau variabel eksperimen

(experiment variable).Sementara itu variabel terikat adalah variabel yang diberi pengaruh/diukur sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh. Istilah lain variabel terikat adalah variabel akibat/hasil (outcome variable), variabel posttest atau kriteria (posttest or criterion variable).Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas adalahkeefektifan model konsiderasi dan variabel terikatnya adalah kemampuan menulis naskah drama siswa.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

(26)

Arikunto (2006:131) menuliskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel dalam penelitian tersebut bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian sampel baru dapat dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.

Populasi (siswa) yang ada di kelas IX MTs Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang merupakan populasi yang homogen karena diduga memiliki kemampuan yang sama dan berlatar pendidikan serta latar sosial yang sama. Oleh karena itu, populasi yang ada memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini ditarik secara random atau acak dari populasi tersebut. Berdasarkan pertimbangan keefektifan kegiatan pembelajaran dan pembatasan jumlah siswa di kelas, jumlah sampel yang akan ditarik sebanyak 72siswa, 36siswauntuk kelas eksperimen dan 36siswa untuk kelas kontrol.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut. 1. Studi kepustakaan, yaitu upaya untuk memperoleh keterangan ilmiah yang

merupakan landasan berpikir dalam menentukan arah penelitian. Sumber ini berupa buku-buku karya ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

(27)

a. observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dari dekat kondisi nyata objek yang diteliti; b. wawancara, peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan para

pelaku yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti guna mendapatkan data akurat yang tidak dapat diperoleh dari buku-buku karya para ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah lain, dan observasi;

c. tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran meliputi tes awal (dilakukan sebelum pembelajaran) dan tes akhir (dilakukan setelah pembelajaran), baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol;

d. angket, peneliti membuat angket yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keefektifan menulis dan memerankan naskah drama sebagai media ekspresi nilai-nilai karakter.

3.5 Instrumen Penelitian

(28)

Sesuai dengan tujuan dari pengumpulan data, instrumen penelitian ini terdiri atas tes menulisnaskah drama, pedoman penilaian menulis naskah drama, dan angket. Tes menulis terdiri atas tes awal dan tes akhir. Tes awal ini dirancang untuk mengukur kemampuan menulis siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Instrumen-instrumenyang dibuat sebagai acuan pembelajaran bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks drama dengan model konsiderasi adalah: 1) soal tes;2) pedoman observasi; 3) pedoman wawancara; 4) angket; dan 5) pedoman penilaian.

1. Instrumen Tes Menulis Naskah Drama

Instrumen penelitian yang berupa tes digunakan untuk mengungkapkan data kemampuan menulis naskah drama.Bentuk instrumen penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa perintah kepada siswa untuk menulis naskah drama.Pada instrumen tersebut digunakan pedoman penilaian kemampuan menulis naskah drama yang mengacu pada teori struktur dan tekstur drama yang dikemukakan oleh George R. Kernodle serta ditambahkan dengan kaidah penulisan naskah drama yang disesuaikan dengan tuntutan materi dan indikator.

a. Kisi-kisi Tes Menulis Naskah Drama

(29)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Tes Menulis Naskah Drama

No. SK

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Materi Indikator Bentuk Tes

16 Menulis

b. Kriteria dan Pembobotan Nilai

(30)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Kriteria dan Pembobotan Nilai Menulis Naskah Drama

Bentuk Tes Indikator Kriteria Penilaian Skor Maksimal

3. Kesesuaian dengan peristiwa nyata

5. Kemungkinan untuk

dipentaskan 10

Jumlah skor maksimal 100

(31)

Tabel 3.5

Pedoman Penilaian Menulis Naskah Drama

No. Aspek

Penilaian Kriteria

Rentang Skor

1 Plot a. Konflik tergambar sangat tajam dan jelas

b. Konflik tergambar dengan tajam dan jelas c. Konflik tergambar cukup tajam

d. Konflik tergambar kurang tajam

15 11 7 3

2 Karakter a. Karakter tokoh tergambarkan sangat jelas

b. Karakter tokoh tergambarkan dengan jelas c. Karakter tokoh tergambarkan cukup jelas d. Karakter tokoh tergambarkan kurang jelas

15 11 7 3

3 Tema a. Tema sangat sesuai dengan peristiwa

nyata dan sangat memiliki nilai dramatik b. Tema sesuai dengan peristiwa nyata dan

memiliki nilai dramatik

c. Tema cukup sesuai dengan peristiwa nyata dan cukup memiliki nilai dramatik

d. Tema kurang sesuai dengan peristiwa nyata dan kurang memiliki nilai dramatik

15

11

7

3

4 Dialog a. Dialog sangat melukiskan perwatakan,

konflik, dan klimaks

b. Dialog melukiskan perwatakan, konflik, dan klimaks

c. Dialog cukup melukiskan perwatakan, konflik, dan klimaks

d. Dialog kurang melukiskan perwatakan, konflik, dan klimaks

15

a. Petunjuk pementasan sangat jelas b. Petunjuk pementasan jelas c. Petunjuk pementasan cukup jelas d. Petunjuk pementasan tidak jelas

10

a. Sangat sesuai dengan peristiwa nyata b. Sesuai dengan peristiwa nyata c. Cukup sesuai dengan peristiwa nyata d. Kurang sesuai dengan peristiwa nyata

10

a. Naskah drama yang disajikan dalam satu babak

b. Naskah drama yang disajikan lebih dari satu babak

c. Naskah drama yang disajikan kurang dari satu babak

d. Tidak berbentuk naskah drama

10

7

4

1

8 Ada kemungkinan

untuk dipentaskan

a. Sangat mungkin untuk dipentaskan b. Mungkin untuk dipentaskan

c. Mungkin untuk dipentaskan tetapi sulit d. Tidak mungkin untuk dipentaskan

(32)

Kajian ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menguasai penulisan naskah drama.Keberhasilan penulis naskah drama tersebutdikelompokkan menjadi empat kategori,yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan rentang nilai 0-100.

Siswa yang memperoleh hasil sangat baik adalah siswa yang mendapat skor 85 - 100, siswa yang memperoleh hasil yang baik adalah siswa yang mendapat jumlah skor antara 75 - 84, siswa yang memperoleh hasil cukup adalah siswa yang mendapat skor antara 65 - 74, sedangkan siswa yang memperoleh hasil kurang adalah siswa yang memperoleh skor < 64.

Untuk lebih jelasnya, nilai dan kategori penilaian penulisan naskah drama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Nilai dan Kategori Kemampuan Menulis Naskah Drama

No. Nilai Kategori

1 85 – 100 Sangat baik

2 75 – 84 Baik

3 65 – 74 Cukup

4 < 64 Kurang

Nilai dan kategori untuk masing-masing aspek penilaian penulisan naskah drama dengan nilai tertinggi 15 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Nilai dan Kategori Aspek Menulis Naskah Drama

No. Nilai Kategori

1 12 – 15 Sangat baik

2 8 – 11 Baik

3 4 – 7 Cukup

(33)

Sementara, nilai dan kategori untuk masing-masing aspek penilaian penulisan naskah drama dengan nilai tertinggi 10 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Nilai dan Kategori Aspek Menulis Naskah Drama

No. Nilai Kategori

1 8 – 10 Sangat baik

2 5 – 7 Baik

3 2 – 4 Cukup

4 0 - 1 Kurang

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis teks drama dengan model konsiderasi. Adapun aspek yang diamati, antara lain: 1) antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi; 2) respons siswa pada saat pembentukan kelompok dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan model konsiderasi; 3) respons siswa pada saat mendiskusikan isi naskah drama untuk menemukan unsur-unsur drama dalam pembelajaran menulis naskah drama; 4) antusiasme siswa dalam menulis naskah drama dengan model konsiderasi; dan 5) kesesuaian antara rencana pembelajaran yang ditetapkan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Pedoman Wawancara

(34)

naskah drama; 3) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut; dan 4) keefektifan naskah dan pementasan drama sebagai sarana ekspresi nilai-nilai karakter.

4. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk menyimpulkan pendapat mengenai keefektifan menulis dan memerankan naskah drama sebagai media ekspresi nilai-nila karakter.

5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu diuji validitas, dan reliabilitasnya.Analisis tingkat validitas tes didasarkan pada hasil uji coba tes tersebut. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil uji coba instrumen dengan data yang ada di sekolah sebagai kriterium dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut (Shihabuddin, 2009:71).

rxy = ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = jumlah siswa

Selanjutnya, untuk menentukan interpretasi mengenai besarnya koofisien korelasi dapat dilihat pada skala berikut.

(35)

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 = sangat rendah

Setelah dilakukan uji coba instrumen dan dicari validitasnya, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengorelasikan skor hasil menulis naskah siswa antara penilai 1 dengan penilai 2. Rumus reliabilitas yang digunakan adalah seperti berikut ini.

rn =

1

Keterangan:

rn = reliabilitas instrumen

k = jumlah butir soal ∑ = jumlah varians

= varians total

Tolok ukur untuk menginterpretasikan alat tes/evaluasi berpedoman pada rentang berikut ini.

0,90 - 0,99 = reliabilitas tinggi 0,70 - 0,89 = reliabilitas sedang 0,50 - 0,69 = reliabilitas rendah 0,20 - 0,49 = reliabilitas sangat rendah

3.6 Tahapan Penelitian

Pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data yang diharapkan. Untuk mendapatkan data, tahapan yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.

(36)

2. Penulis menyiapkanliteratur yang berhubungan dengan masalah penelitian dari perpustakaan dan internet untuk menghimpun landasan teoretis penelitian.

3. Penulis melaksanakan tes uji coba kepada siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pagedangan Kabupaten Tangerang.

Secara umum, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2011 dengan tahapan seperti berikut ini.

1. Persiapan Penelitian

Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis melakukan observasi

terhadap cakupan penelitian yang difokuskan pada materi pembelajaran menulis naskah drama dan pembuatan instrumen penelitian.

Istilah materi atau pelajaran didefinisikan sebagai sebuah rancangan kerja terpadu di dalam kelas selama beberapa waktu tertentu.Materi pelajaran penulis ambil dari silabus Bahasa Indonesia, buku paket, dan beberapa topik menulis naskah drama yang dipelajari oleh siswa kelas IX madrasah tsanawiyah. Alokasi waktu menulis naskah drama yang akan dilaksanakan oleh siswa kelas IX ini adalah 40 menit/1 jam pelajaran.

(37)

Tabel 3.9 Jadwal Penelitian

No. Tanggal Uraian Kegiatan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 7 Maret 2011 Tes awal Tes awal

2 11April 2011 Kegiatan belajar ke-1 Kegiatan belajar ke-1

3 12April 2011 Kegiatan belajar ke-2 Kegiatan belajar ke-2

4 18April 2011 Tes akhir Tes akhir

5 19 April 2011 Penyebaran angket Penyebaran angket

2. Implementasi Penelitian

Implementasi penelitian ini merupakan gambaran nyata dari tahapan

penelitian yang direncanakan oleh penulis.Uraian selengkapnya penulis sajikan berikut ini.

a. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan

oleh setiap peneliti. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghimpun landasan teoretis yang akan mendukung terlaksananya sebuah penelitian. Untuk melengkapi teori-teori yang berhubungan dengan drama danmodel konsiderasi, penulis membaca sejumlah buku, makalah, artikel, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian, yang bersumber termasuk internet.

b. Tes Awal

Berdasarkan jadwal di atas, tes awal menempati kegiatan penelitian yang

(38)

tentang kemampuan menulis naskah drama siswa kelas IX MTs Negeri Pagedangan. Selain itu, tes ini dimaksudkan pula untuk memastikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama dalam membuat sebuah naskah drama.

c. Perlakuan

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan perlakuan yang akan diterapkan

kepada kedua kelompok. Kelompok eksperimen akan memperoleh perlakuan dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan model konsiderasi, sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan model konvensional. Kedua kelompok diminta untuk untuk menulis sebuah teks drama berdasarkan peristiwa nyata sesuai silabus kurikulum madrasah tsanawiyah yang berlaku.

d. Tes Akhir

Sama halnya dengan tes awal, tes akhir ini merupakan tes menulis naskah

(39)

e. Angket

Angket dalam penelitian ini merupakan instrumen tambahan yang akan penulis gunakan untuk memperoleh respons siswa tentang pembelajaran menulis naskah drama dan pemeranannya dalam kaitannya dengan pengekspresian nilai-nilai karakter.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 15.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah data yang tersaring dari masing-masing sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi kuadrat sebagai berikut.

( ) =

Keterangan: = chi kudrat

fo = frekuensi observasi sampel fe = frekuensi yang diharapkan

Apabila dari perhitungan diperoleh bahwa harga sama atau lebih besar

(40)

perbedaan yang meyakinkan antara fo dengan fe. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kaidah keputusan di bawah ini.

Jika, hitung≥ tabel, distribusi data tidak normal

Jika, hitung≤ tabel, distribusi data normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogentis ditujukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya variansi sampel yang ditarik dari populasi. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah berikut ini.

Fhitung =

! "# $ ! # ! ! "# $ ! % &

Jika diperoleh signifiknsi hitung lebih kecil dari signifikansi tabel pada taraf signifikan 0,05 berarti varians dari kedua kelompok itu dalam populasinya masing-masing adalah tidak berbeda secara signifikan dan jika signifikansi hitung lebih besar dari signifikansi tabel berarti varians dari kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kriteria pengujian berikut ini.

Jika Fhitung≥ Ftabel = tidak homogen

Jika Fhitung≤ Ftabel = homogen

3. Analisis Statistik

(41)

thitung = '() '(

*+),) - ,+ ! .+),)/- .+, /

Keterangan:

r = nilai korelasi 0 dengan 0 n1 dan n2 = jumlah sampel

01 = rata-rata sampel ke-1 01 = rata-rata sampel ke-2 2 = standar deviasi sampel ke-1 2 = standar deviasi sampel ke-2 2 = varians sampel ke-1

2 = varians sampel ke-2

4. Menghitung Skor Gain Ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan hasil belajar antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (gain score ternormalisasi) dengan rumus:

g = 3456 3478 39:;6 3478

Keterangan:

g = selisih nilai tes akhir dengan tes awal

Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum

Kategori:

(42)

3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Simpulan Hasil Analisis Data

Tes Awal Tes Awal

Tes Akhir Tes Akhir

Model Konsiderasi Pembelajaran

Konvensional

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Studi Pendahuluan

Menentukan dan Merancang Model Konsiderasi (the Consideration Model)

Kajian Kurikulum Kajian Literatur

(43)

3.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan

Model Konsiderasi

Pembelajaran berkenaan dengan bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar. Kegiatan pembelajaran ini merupakan kegiatan yang disadari dan direncanakan oleh guru. Joyce dkk. (2009:7) mengemukakan bahwa peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pembelajar yang andal (powerful learners).

Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekadar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajari mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif (Joyce dkk., 2009:7).

Menurut Ibrahim (2010:50) suatu kegiatan yang direncanakan atau kegiatan berencana menyangkut tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan juga halnya dengan pembelajaran. Perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum, antara lain berisi: tujuan, pokok/satuan bahasan, metode mengajar media dan sumber belajar, alokasi waktu, dan evaluasi.

(44)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : MTs Negeri Pagedangan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : IX/2 Standar Kompetensi : Menulis

16. Menulis naskah drama

Kompetensi Dasar : 16.2Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata

Indikator : • Mampu memilih peristiwa nyata yang akan ditulis menjadi naskah drama

• Mampu menyusun urutan peristiwa menjadi naskah drama

Mampu menyunting naskah drama Alokasi Waktu : 6 x40 menit (2 x pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengamati/mengalami peristiwa nyata, siswa mampu menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.

2. Materi Pembelajaran

Penulisan naskah drama berdasarkan peristiwa nyata dengan langkah berikut ini.

a. Memilih peristiwa nyata yang akan ditulis menjadi naskah drama. Cara memilih peristiwa nyata yang dapat ditulis menjadi naskah drama antara lain:

1) mengidentifikasi semua peristiwa nyata yang pernah dilihat atau dialaminya;

(45)

b. Menyusun urutan peristiwa menjadi naskah drama. Urutan peristiwa dapat ditulis berdasarkan:

1) urutan waktu, peristiwa-peristiwa yang hendak disusun menjadi naskah drama dapat diurutkan secara kronologis;

2) sebab-akibat, peristiwa yang satu kadang-kadang timbul sebagai akibat dari peristiwa sebelumnya.

c. Menyunting naskah drama. Menyunting naskah drama dapat dilakukan oleh sendiri maupun teman sebangkunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting naskah drama antara lain adalah kelengkapan unsur-unsur drama dan bahasa drama.

3. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran

o Pendekatan : Contextual Teaching and Learning

o Model : Konsiderasi

o Metode : Tanya jawab, diskusi, pemodelan

4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Indikator Tahap Kegiatan

I 1. Mampu memilih

1. Guru melakukan apersepsi dan menyampaikan informasi untuk mengikuti pembelajaran menulis naskah drama yang sudah direncanakan dengan tujuan memberi motivasi.

(46)

menyunting naskah drama.

konsep yang akan diajarkan dengan kehidupan siswa.

3. Siswa membaca dan mengamati naskah drama yang telah

disediakansertamenyaksikan tayangan pentas drama.

4. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan guru. Guru

mengamati kegiatan siswa secara bergilir.

5. Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dan menuliskan temuannya.

6. Siswa menyimpulkan dan menjelaskan temuannya. 7. Siswa dan guru mengadakan

refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya.

II 1. Guru mengabsen siswa.

2. Siswa menemukan pada situasi yang mengandung konflik yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa menciptakan situasi seandainya meraka berada dalam masalah tersebut.

4. Siswa berdiskusi untuk menganalisis situasi dan

menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. 5. Siswa mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

6. Siswamenuliskan responsnya masing-masing.

7. Siswa menganalisis dan

memberikan tanggapan terhadap respons siswa lain.

(47)

tiap tindakannya.

9. Siswa memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang (interdisipliner).

10. Siswa menentukan pilihannya sendiri.

11. Dengan beranalogi pada proses pembelajaran dengan model konsiderasi, siswa menulis naskah drama satu babak berdasarkan peristiwa yang pernah diamati atau dialaminya. 12. Siswa menyunting naskah

drama yang telah ditulisnya. 13. Siswa melakukan refleksi dan

menutup pembelajaran. III Memerankan naskah

drama

1. Siswa memilih naskah drama yang akan dipentaskan 2. Siswa mementaskan naskah

drama yang ditulisnya

a. Penilaian proses diarahkan pada ketekunan siswa dalam diskusi kelas dan proses penulisan naskah drama.

b. Penilaian hasil, mengukur kemampuan siswa dalam menulis naskah drama c. Teknik : Penugasan

(48)

e. Soal/Instrumen:

• Tulislah naskah drama satu babak berdasarkan peristiwa nyata yang

(49)

127 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model konsiderasi dalam pembelajaran menulis naskah drama lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensionalkarena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini terlihat dari hasil tes akhir siswa kelas eksperimenyang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi, yaitu 83,0 daripada nilai rata-rata-rata-rata tes akhir siswa kelas kontrol, yaitu 79,5.

2. Penerapan model konsiderasi terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama. Berdasarkan perolehan skor tes awal, tes akhir, dan

gain ternormalisasi diketahui bahwa skor rata-rata tes awal siswa kelas

(50)

terendah sebesar 75 dan skor tertinggi sebesar 86. Dengan demikian, siswa pada kelaseksperimen mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 0,3 dan peningkatan skor rata-rata kelas kontrol sebesar 0,2.

3. Menulis dan memerankan naskah drama sangat efektif dijadikan media pengekspresian nilai-nilai karakter. Hal itu terbukti dari data angket yang disebarkan kepada 72 responden, yang menyatakan sangat setuju menulis dan memerankan naskah drama sebagai media ekspresi nilai-nilai karakter sebesar 53%, setuju sebesar 44%, dan kurang setuju sebesar 3%.

(51)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model konsiderasi memiliki kemungkinan diterapkan pada pokok bahasan dan pelajaran lain, terutama pelajaran yang bersifat sosialkarena dapat memberikan motivasi belajar, meningkatkan aktivitas dan prestasi belajarsiswa serta membuat siswa mampu memecahkan persoalan kehidupan berdasarkan berbagai pertimbangan (interdisipliner).

(52)

130

DAFTAR PUSTAKA

Allwright, Dick. 1988. Observation in the Language Classroom. London and New York: Longman.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan

Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi: Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2010. Prinsip-prinsip Dasar

Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 2007. How to Design and Evaluate

Research in Education. New York: McGraw Hill.

Furqon. 2008. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Harsiati, Titik. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hasanudin. 2009. DramaKarya dalam Dua Dimensi: Kajian Teori, Sejarah, dan

Analisis. Bandung: Angkasa.

Holden, Susan. 1982. Drama in Language Teaching. Singapura: Longman.

(53)

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Joyce, Bruce dkk. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan

Kegiatan belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Kementerian Pendidikan Nasional 2010. Draft Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pusat Kurikulum.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2009. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Millan, James H. Mc. 2001.Research in Education: A Conceptual Introduction. New York: Longman.

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam

Pengajaran Pengkajian Puisi. Bandung: PPS IKIP Bandung.

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Satra. Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pidekso, Ari (Ed.). 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data

Statistik. Yogyakarta: Andi.

Rahmanto, B. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Riduwan. 2005. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2005. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: Mulia Mandiri Press.

(54)

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Semi, M. Atar. 1995. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia.Bandung: Angkasa.

Shihabuddin. 2009. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Subana dan Sunarti. 2002. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia:

Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung:

Pustaka Setia.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syarifudin, H.E., dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Tim Penyusun Bahan Ajar PLPG. 2010. Bahasa Indonesia SMA/MA. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tompkins, Gail E. dan Kenneth Hoskisson. 1991. Language Arts Content and

Teaching Strategies. New York: MacMillan Publishing Company.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Waluyo, Herman J. 2001. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Gambar

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian .....................................................................
tabel (1,70).Dengandemikian,
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1  Desain Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guru melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi bermuatan karakter melalui model pembelajaran konsiderasi berorientasi kecerdasan interpersonal dengan media film

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi ancangan model perencanaan pembelajaran menulis cerpen, profil kemampuan awal pembelajaran menulis cerpen, penerapan

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segalanya sesuatunya

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengetahui kemampuan siswa dalam menulis ulasan

Instrumen penelitian adalah suatu peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian (Lufri, 2006, p.102). Instrumen penelitian ini suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang

Hasil dari penelitian ini siswa dapat mengenal drama, memahami dan mempraktikan naskah fragmen drama “Lentera”, proses latihan yang diterapkan sesuai

Pada penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.Menurut Arikunto (2008)instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih