• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUATIF TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM PEMANTAPAN KERJA GURU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EVALUATIF TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM PEMANTAPAN KERJA GURU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EVALUATIT TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

PROGRAM PEMANTAPAN KERJA GURU

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh,

Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

O I e h

Nl S W

ANT O

NIM: 9132315

DEPARTEMEN PENDmiKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDn>D£AN BANDUNG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH, MPA.

Pembimbing I

(3)

STUDI EVALUATIF TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM PEMENTAPAN KERJA GURU DI

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

(Studi Kasus di Daerah tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan

Kabupaten Pidie)

Oleh

Niswanto R Karyawitana

Pengelolaan program PKG di Daerah Istimewa Aceh melibatkan banyak unsur, seperti Bagpro PAIIA dan PKG, Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP),

Instruktur, Guru Inti, Ketua Sanggar dan Kepala Sekolah. Banyaknya unsur yang terlibat dalam program PKG maka pengelolaan mutlak diperlukan, sebab ketia-daan pengelolaan dapat menimbulkan masalah seperti : perasaan saling lepas antara satu unsur dalam

melak-sanakan kegiatan dengan unsur lainnya, terjadinya tumpang tindih tugas, atau pun saling berebut kewe-nangan; yang pada gilirannya akan berpengaruh terha dap efektivitas pencapaian tujuan Program PKG. Berda-sarkan hal itulah penulis tertarik untuk menilai tentang efektivitas pengelolaan program PKG di Daerah Istimewa Aceh, dengan mengambil lokasi di tiga daerah

tingkat II yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh

Besar dan Kabupaten Pidie.

(4)

Untuk memperoleh pemahaman dan pengertian yang

mendalam, penelitian ini menggunakan pendekatan

ku-alitatif. Sampel yang dijadikan sebagai nara sumber

adalah, (1) Kabid Dikmenum Kanwil Depdikbud Daerah

Istimewa Aceh, (2) Kabagpro PAIIA dan PKG, (3) In

struktur, (4) Guru Inti, (5) Ketua Sanggar PKG,

(6) Guru-guru peserta Latihan Kerja Guru, serta

(7) Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP).

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,

obser-vasi dan studi dokumentasi, yang eksplorasinya ber

langsung dari bulan Juli sampai dengan awal Oktober

1993. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri

(human instrument) dengan alat bantu seperti buku

catatan, tape recorder dan kamera foto. Data yang

dikumpulkan dianalisis dengan mengikuti prosedur

(1) reduksi data, (2) display data, serta (3)

pengam-bilan kesimpulan dan verifikasi.

Dari analisis tersebut ditemukan bahwa penge

lolaan program PKG meliputi kegiatan (1) perenca

naan; (2) realisasi rencana ; serta (3) pengawasan

program PKG; Kegiatan itu mencakup sebagian dari

aspek (1) personil, (2) biaya, (3) fasilitas dan alat yang dipergunakan dalam program PKG. Proses

kegiatan perencanaan dan pengawasan program PKG belum

(5)

disusun dengan kurang memperhatikan suatu mekanisme

perencanaan, pengawasan program belum menggunakan

teknik-teknik supervisi pendidikan, sehingga

keber-hasilan program PKG berupa perubahan sikap guru dalam

mengelola proses belajar mengajar kurang terlihat.

Hal ini dapat diartikan bahwa pengelolaan program PKG

yang dilakukan melalui pola lama dan baru belum

efektif. Aspek koordinasi antar unsur yang terlibat

dalam pelaksanaan program PKG kurang dilaksanakan,

sehingga masing-masing unsur seperti berjalan

sen-diri-sendiri. Perubahan program PKG dari pola lama ke

pola baru adalah untuk membuat guru-guru merasa butuh

terhadap program PKG guna mengembangkan kemampuan dan

pengetahuannya dalam proses belajar mengajar, sehing

ga sedikit demi sedikit dapat mengurangi

ketergantun-gan biaya pelaksanaan program PKG dari pettierintah.

Selanjutnya dapat diidentifikasi bahwa

faktor-faktor yang diduga sebagai penghambat maupun

pen-dukung efektivitas pengelolaan program PKG adalah

(a) kondisi siswa di sekolah, (b) kondisi sekolah

dalam mendukung proses belajar mengajar, (c) fungsi

kepala sekolah, dan (d) motivasi guru para peserta

Latihan Kerja Guru.

(6)

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka

disa-rankan sebagai berikut : (1) hendaknya proses

penyu-sunan rencana kegiatan program PKG dengan

memperhati-kan suatu mekanisme dengan melibatkan semua unsur

yang terkait secara aktif dalam untuk mengakomodasi

pemikiran yang bertujuan untuk perbaikan pelaksanaan

program berikutnya; (2) dalam realisasi program PKG

hendaknya diperhatikan tentang masalah regenerasi

Instruktur dan Guru Inti, di samping itu peran kepala

sekolah hendaknya ditingkatkan melalui wadah kelompok

kerja kepala sekolah, fungsi kepala sekolah hendaknya

lebih menampakkan dirinya sebagai administrator yang

bertanggungjawab untuk mengefektifkan program PKG di

sekolahnya, (3) untuk mengawasi pelaksanaan program

PKG tidak saja dilakukan oleh Instruktur dan Guru

Inti sebagaimana yang telah dilaksanakan, tetapi juga

hendaknya mengikutsertakan pengawas (PJPP) dan pihak

lain untuk memberikan hasil yang lebih objektif,

pengawasan hendaknya dilakukan dengan pendekatan

supervisi pendidikan; (4) laporan kegiatan program

PKG sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program

hendaknya berfungsi aktif untuk perbaikan pelaksanaan

program PKG berikutnya.

(7)

^

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii

RATA PENGANTAR iii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xv

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Gambaran Umum Program Pemantapan

Kerja Guru 8

1. Latar Belakang Historis 8 2. Kegiatan Program Pemantapan

Kerja Guru 11

C. Permasalahan 17

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .26

1. Tujuan Penelitian 26

2. Manfaat Penelitian 27

E. Ruang Lingkup Penelitian 28

BAB II EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM 31

A. Konsepsi Tentang Efektivitas Penge

lolaan Program 31

1. Pengertian Efektivitas * 31

2. Pengelolaan 36

3. Program '. •. 40

B. Konsep Dasar Evaluasi Program 41 1. Hakekat dan Tujuan Evaluasi

Program 41

2. Ruang Lingkup Evaluasi Program .. 45

2.1. Tujuan Program . 45

2.2. Sumber dan Prosedur 47

2.3. Manajemen Program 48

(9)

1. Tujuan Program Latihan Pemantapan

Kerja Guru 48

2. Tahap-Tahap Pengembangan Program

Latihan 52

3. Proses Manajemen Dalam Pelatihan. 58

4. Mengukur Efektivitas Pelatihan .. 60

D. Kesimpulan Kajian Teoritik dan

Impli-kasinya Terhadap Penelitian ini .... 66

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 72

A. Metode Penelitian 72

B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian. 75 C. Teknik Pengumpulan Data .. 78 D. Tahap-Tahap Penelitian .. . . 79

E. Prosedur Analisis Data 83

F. Pengujian Tingkat Kepercayaan 86

BAB IV TEMUAN PENELITIAN 92

1. Efektivitas Perencanaan Program

Pemantapan Kerja Guru 92

2. Efektivitas Pelaksanaan Program

Pemantapan Kerja Guru 98

3. Efektivits Pengawasan Program

Pemantapan Kerja Guru 127

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 137

A. Kesimpulan 137

B. Rekomendasi 148

DAFTAR KEPUSTAKAAN 159

LAMPIRAN-LAMPIRAN 164

CURRICULUM VITAE 190

(10)

DAFTAR TABEL

1. Rincian Penyelenggaraan Sanggar Program Pemantapan Kerja Guru dan Musyawarah Guru

Mata Pelajaran Tahun Anggaran 1993/1994 99

(11)

Gambar Halaman

1. Struktur Organisasi Bagpro PAIIA dan PKG

Daerah Istimewa Aceh . 12

2. Pembinaan Guru Melalui Pemantapan Kerja Guru

Pola Lama 14

3. Pembinaan Guru Melalui Pemantapan Kerja Guru

Pola Baru 15

4. Struktur Organisasi Sanggar Pemantapan Kerja

Guru 16

5. Ruang Lingkup Penelitian 29

6. Sumber Efektivitas 34

7. Fungsi Manajemen Pelatihan 59

8. Matriks Pengelolaan Program Pemantapan Kerja

Guru . 69

9. Implikasi Teori ke Dalam Penelitian 71

10. Tahap-Tahap Penelitian 82

11. Jalur Karir Dalam Sistem Program Pemantapan

Kerja Guru 118

[image:11.595.60.531.64.724.2]
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara dengan Bidang Dikmenum

Kanwil Depdikbud Daerah Istimewa Aceh 164

2. Pedoman Wawancara dengan Instruktur PKG 167

3. Pedoman Wawancara dengan Guru Inti Latihan

Kerja Guru 169

4. Pedoman Wawancara dengan Guru-guru Peserta

Latihan Kerja Guru 171

5. Pedoman Wawancara dengan Ketua Sangar PKG 172

6. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah 173

7. Struktur Organisasi Sanggar PKG Matematika

Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 174

8. Struktur Organisasi Sanggar Bahasa Inggris

Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar ..:.. 175

9. Struktur Organisasi Sanggar Bahasa Indonesia

Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 176

10. Struktur Organisasi Sanggar PKG IPA

Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 177

11. Struktur Organisasi Sanggar PKG Bahasa

Indonesia Kabupaten Pidie 178

12. Struktur Organisasi Sanggar PKG IPA

Kabupaten Pidie 179

13. Struktur Organisasi Sanggar PKG Matematika

Kabupaten Pidie 180

14. Struktur Organisasi Sanggar PKG Bahasa

Inggris Kabupaten Pidie 181

15. Foto-foto hasil penelitian 182

16. Perij inan 186

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu bagian dalam pembangunan nasional, yang

meliputi

peningkatan kuantitas dan

kualitas

pendi

dikan. Pembangunan pendidikan yang berorientasi pada

kuantitas telah lama dilaksanakan melalui Pelita ke

Pelita,

dan bertujuan untuk memenuhi hak

masyarakat

Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945,

Pasal 31 ayat (1) yaitu, "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran". Sementara peningkatan kualitas pendidikan ditujukan untuk memenuhi tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selama Pelita V, titik berat pembangunan di

bidang

pendidikan

adalah

pada

peningkatan

mutu

setiap jenjang

dan jenis pendidikan serta

perluasan

kesempatan

belajar pada jenjang pendidikan

menengah

(GBHN, 1988). Hal ini dipertegas lagi di dalam

kebi-jaksanaan pembangunan lima tahun keenam yang tertuang

dalam GBHN 1993, (Bab IV:hal.88) bahwa "pendidikan,

pengadaan,

dan pembinaan guru serta tenaga

(14)

pendidikan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di seluruh tanah air".

Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas

berat yang tidak hanya menyangkut teknis pendidikan,

tetapi juga menyangkut persoalan perencanaan, penda-naan, dan efisiensi penyelenggaraan sistem sekolah

itu sendiri (Tilaar, 1991:10). Oleh sebab itu upaya

peningkatan mutu pendidikan dengan sendirinya memer lukan penataan sumber daya, yaitu manusia, kurikulum,

atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai

tujuan

pendidikan secara optimal (Engkoswara,

1987:

42). Untuk itu, upaya peningkatan mutu pendidikan

dengan

sendirinya

memerlukan panataan

sumber

daya

manusia (guru), yang ditunjang oleh program pening katan mutu guru melalui program yang berlanjut dan

intensif.

Upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya

jenjang

Sekolah

Menengah,

sebagaimana

diamanatkan

oleh GBHN tersebut di atas, antara lain perlu ditun

jang oleh program peningkatan mutu guru, program

peningkatan kualitas dan kuantitas alat pelajaran, pemantapan sistem informasi, serta tersedianya sarana

dan prasarana pendidikan yang memadai.

(15)

menyiapkan siswa ke lembaga yang lebih tinggi dan ke

dunia kerja, tetapi juga untuk membenahi pekerjaan

guru untuk semakin profesional di masa mendatang.

Oleh kareha itu peningkatan perbuatan (performance)

profesional guru melalui pendidikan tambahan dalam

jabatan (penataran) merupakan aspek penting dari

tanggung jawab administratif sistem sekolah (Oteng

Sutisna, 1985:116).

Menyadari bahwa faktor keberhasilan proses belajar mengajar dapat dicapai kalau guru selaku pengelolanya dapat berfungsi dengan baik, maka

dimu-lailah penataran guru dan aparat pendidikan lainnya yang menjadi penunjang program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan untuk jenjang sekolah menengah

(Hardjomarsono, 1991:1). Berbagai bentuk penataran

dilaksanakan dan disesuaikan dengan populasi guru

yang akan ditatar. Untuk Sekolah Dasar (SD) misalnya,

dimanfaatkan Tim Penatar keliling agar dapat

menjang-kau guru-guru SD di seluruh pelosok tanah air. Pada umumnya, penataran itu dilaksanakan secara berjenjang

dari tingkat nasional ke tingkat propinsi, kabupaten/

kotamadya dan bahkan sampai ke kecamatan. perhatian

(16)

menjangkau guru-guru dalam waktu yang relatif

sing-kat.

Selesai penataran guru-guru kembali ke sekolah

untuk melakukan tugasnya, yang diharapkan telah

di-warnai oleh penataran yang telah diikutinya. Kepala

Sekolah dan aparat pendidikan lainnya diharapkan

dapat menunjang pelaksanaan pembaharuan pendidikan

yang telah diperkenalkan kepada guru-guru melalui

penataran tersebut. Namun, dalam praktek kurang

nampak menonjol dukungan kepala sekolah maupun aparat

pembinaan pendidikan lainnya. Oleh karena itu banyak

guru yang kemudian kembali kepada kondisi sebelum

mengikuti penataran, seakan-akan tidak pernah ada

usaha untuk memperbaiki kondisi kegiatan belajar dan

mengajar di dalam ruang kelas.

Menjelang akhir tahun tujuh-puluhan Direktorat

Pendidikan Menengah Umum berupaya untuk memperbaiki

situasi dan kondisi yang terjadi di SD tersebut

dengan memperkenalkan bentuk penataran jenis lain

untuk memperbaiki proses belajar mengajar di tingkat

sekolah menengah, yaitu penataran berlanjut dan

intensif, yang kemudian dikenal dengan Pemantapan

Kerja Guru (PKG). Pikiran dasar yang melatarbelakangi

(17)

terjadi antara lain karena, banyaknya tenaga guru

muda yang dididik melalui program pendidikan cepat

(Crash Program), sehingga mereka belum memiliki bekal

dan kemantapan kerja di lapangan, (Hardjomarsono,

1992:52).

Melalui penataran berlanjut dan intensif, guru

dilatih dalam pemantapan kerja yang dilaksanakan

melalui in-service training (latihan persiapan kerja

atau LPK) dan diikuti dengan on-service training

(latihan dalam kerja atau LDK). Pada saat Latihan

Persiapan Kerja (LPK) berlangsung, guru-guru

diasra-makan dan mendapat pelatihan kerja yang intensif

mengenai apa saja yang harus dilakukan seorang guru

dalam mengelola kelas, mulai dari perencanaan, per

siapan bahan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap

hasil belajar murid di dalam kelas. Di samping itu,

diberikan pula pendalaman materi untuk masing-masing

mata pelajaran. Ketika guru kembali ke sekolah, ia

masih menerima bimbingan dalam melaksanakan tugasnya

melalui kunjungan para instruktur kepada guru

masing-masing, dan diikuti dengan pembinaan. Kegiatan

(18)

6

i

lebih mantap dan tumbuh rasa percaya diri dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk mendukung program ini

Kepala Sekolah dan Pengawas pun ditatar mengenai

ke-PKG-an, sehingga mereka bersama-sama dapat membentuk

sistem pembinaan profesional.

Sebagaimana program penataran lainnya, program

pemantapan kerja guru juga dikaitkan dengan pendi

dikan dan latihan yang diarahkan untuk mempertinggi

kemampuan kerja guru. Secara umum dapat dikemukakan

bahwa tujuan Pemantapan Kerja Guru (PKG) adalah

(Hardjomarsono, 1992:53) "untuk menaikkan kualitas pengajaran melalui perbaikan efisiensi dan efektivi tas proses belajar mengajar (PBM)". Dengan demikian

jelas bahwa tujuan tersebut diarahkan kepada suatu

proses yang amat erat kaitannya dengan fungsi seorang

guru di dalam mengelola kelompok belajar yang menjadi

asuhannya.

Program Pemantapan Kerja Guru (PKG)

mengguna-kan sistem berjenjang dalam pengorganisasian latihan

kerja bagi guru. Secara nasional Tim Pengembang program PKG memberi penataran kepada Instruktur

(Latihan Kerja Instruktur atau LKI). Di tingkat

propinsi diadakan Latihan Kerja Guru Inti (LKGI) yang

(19)

diberikan oleh Guru Inti. Guru-guru yang mengikuti

latihan kerja guru inilah yang nantinya akan terjun

langsung ke sekolah asalnya dalam proses belajar

mengajar. Tujuannya adalah untuk mencapai efektivitas

dan efisiensi pelaksanaan proses belajar mengajar.

Efektivitas dan efisiensi proses belajar

mengajar dapat dicapai bila tujuan program pemantapan kerja guru tercapai secara efektif dan efisien, yaitu tercapainya tujuan latihan yang diberikan oleh

Instruktur kepada Guru Inti di tingkat propinsi, dan

dari Guru Inti kepada guru-guru di tingkat Kabupaten atau Kotamadya. Berdasarkan pemikiran tersebut, dan

kualitas guru di Aceh yang masih dipertanyakan,

karena secara nasional Aceh hanya menduduki rangking

ke-23 dari 27 propinsi (Serambi Indonesia, 2 Mai 1992), maka penulis terdorong untuk mengkaji efek tivitas pengelolaan program pemantapan kerja guru

yang

mengambil

lokasi di tiga daerah

tingkat

dua,

yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan

(20)

8

B. Gambaran Umum Program Pemantapan Kerja Guru .1. Latar Belakang Historis

Program. Pemantapan Kerja Guru

(Program

PKG)

merupakan

program pembinaan guru SMTP dan SMTA

yang

dilaksanakan

secara

nasional, dan

Daerah. Istimewa

Aceh

baru

melaksanakan Program

PKG

tersebut

pada

tahun

1981/1982 (tahun ketiga), karena secara

nasi

onal Program PKG dimulai pada tahun 1979/1980.

Program PKG di Daerah Istimewa Aceh

ditandai

dengan datangnya Prof. Dr. Gordon Elwood dari Austra

lia,

sebagai

arsiteknya

Program

Pemantapan

Kerja

Guru, pada awal Oktober 1981. Ketika itu

dikumpulkan-lah sekitar 70 (tujuh Puluh) orang guru IPA SMTP

dan

SMTA dari Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh

dan

Kabupaten

Aceh Besar. Ketujuh-puluh orang

guru

IPA

tersebut

kemudian diseleksi dalam bidang

studi

IPA

dan

Bahasa

Inggris.

Dari

hasil

seleksi

tersebut

kemudian

muncullah 5 orang guru untuk

masing-masing

Bidang Studi (Fisika, Kimia, dan Biologi). Lima

besar

dari

masing-masing guru bidang studi tersebut

kemu

dian

diseleksi kembali oleh

Elwood,

hasil

seleksi

dibawa

ke Jakarta, dan seminggu

kemudian

hasilnya

dikirimkan

ke Banda Aceh, yaitu

masing-masing

satu

(21)

calon Instruktur Pemantapan Kerja Guru IPA.

Guru-guru yang telah lulus seleksi sebagai

calon tenaga Instruktur tersebut, kemudian secara

berturut-turut mengikuti course di Bandung, short

course di British Cuoncil Jakarta selama empat bulan,

dan course ke Malaysia selama empat bulan. Setelah

itu mereka juga mengikuti studi perbandingan ke

Thailand dan Australia. Ke Thailand, mereka melihat Pemantapan Kerja Guru di sana, yang kondisinya sama

dengan

di Indonesia. Sedangkan ke

Australia

mereka

melihat

bagaimana pelaksanaan Pemantapan Kerja

Guru

di sana sebagai tempat lahirnya Pemantapan Kerja Guru. Sebagai kelanjutan pembekalan kepada Instruktur

pada

tahun 1987 mereka mengikuti

course

ke

Inggris

selama tiga setengah bulan.

Karena Program PKG merupakan bentuk penataran secara intensif dan berlanjut, dan perkembangan dalam

materi

juga terus berubah ke arah yang

lebih

baik,

maka Instruktur setiap enam bulan sekali mengikuti Latihan Kerja Instruktur, yang dilaksanakan di Jakar

ta,

Bandung atau Yogyakarta. Di samping

itu,

untuk

(22)

dilaksa-10

nakan di Bandung dengan bekerjasama dengan Institut

Teknologi Bandung.

Di daerah, para Instruktur juga memperoleh

tambahan materi untuk mata pelajaran yang

diikutser-takan dalam Program Pemantapan Kerja Guru. Penambahan

materi tersebut dilaksanakan dengan pihak Universitas

Syiah

Kuala. Kerjasama tersebut khusus untuk

penam

bahan

materi, yang menurut istilahnya

adalah

Latar

Belakang

Materi (LBM). Sedangkan

untuk

pengelolaan

kelas ditangani sendiri oleh Instruktur masing-masing

bidang studi. Hal ini dengan alasan bahwa

Instruktur

yang

juga

adalah guru, dengan

pengalamannya

lebih

menguasai proses belajar mengajar di dalam kelas.

Program PKG IPA tidak mungkin berdiri sendiri.

IPA, yang terdiri dari bidang studi Fisika, Kimia dan

Biologi terkait dengan Matematika. Fisika, Kimia

dan

Biologi

selalu

menggunakan Matematika,

karena

itu

Matematika juga harus di PKG-kan. Pelajaran IPA dan Matematika banyak menggunakan bahasa Inggris, karena itu Bahasa Inggris juga harus diPKG-kan. Demikian

juga untuk mata pelajaran lainnya, karena

pendidikan

di sekolah merupakan pengembangan suatu sistem,

maka

(23)

mata pelajaran yang telah diikutsertakan dalam Pro

gram Pemantapan Kerja Guru, yaitu IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan IPS-Geografi.

2. Kegiatan Program Pemantapan Kerja Guru

Secara nasional Program PKG berada dalam

tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh

Direkto-rat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah melalui

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Sesuai dengan

misinya, yaitu mengadakan pembinaan terhadap

guru-guru SMTP/SMTA, maka penanggungjawab pengelolaan

Program PKG di Daerah dilaksanakan oleh Kantor Wila-yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, melalui

Bidang Pendidikan Menengah Umum.

Untuk kelancaran pengelolaan Program Pemantap

an Kerja Guru di daerah dibentuk gugus tugas yang

disebut dengan Bagian Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu

Alam dan Pemantapan Kerja Guru (selanjutnya disebut

dengan Bagpro PAIIA dan PKG). Bagpro PAIIA dan PKG

tersebut dipimpin oleh seorang yang disebut dengan

Pimpinan Bagian Proyek dan dibantu oleh seorang

Bendaharawan Bagian Proyek serta dilengkapi dengan

(24)

Struktur organisasi Bapro PAIIA dan PKG Daerah Isti

mewa Aceh dapat digambarkan seperti bagan berikut :

Gambar 1

Struktur Organisasi

Bagpro PAIIA dan PKG Daerah Istimewa Aceh

Kakanwil

Depdikbud

Kabid Dikmenum

Pimpinan Proyek

i Pimpinan/Bend. Bagpro

Keterangan :

Staf Staf

Garis Komando

Garis Pembinaan

Sekretaris Bagpro

Staf

Program PKG di Daerah Istimewa Aceh mengguna

kan dua pola, yaitu pola lama dan pola baru. Pembi

naan guru melalui Program PKG pola lama dilakukan

langsung oleh Instruktur, tidak menggunakan Guru Inti

[image:24.595.48.513.77.729.2]
(25)

menggunakan pola baru. Jadi, Instruktur langsung

membina guru-guru peserta Program PKG baik pada saat

in-service maupun ketika guru melaksanakan

on-service. Kegiatan in-service di sini merupakan ke

giatan pembekalan terhadap guru-guru peserta Program

PKG oleh Instruktur. Kegiatan in-service disini

lazimnya disebut dengan Latihan Kerja Pemantapan

Kerja Guru.

Kegiatan on-service merupakan kegiatan

guru-guru menerapkan konsep dan pengetahuan yang telah

diterimanya dari in-service di sekolahnya

masing-masing dalam proses belajar mengajar. Tatkala

guru-guru melaksanakan on-service, Instruktur tetap

menga-dakan pembinaan secara rutin terhadap mereka dengan

cara mengadakan kunjungan pembinaan terhadap

guru-guru yang sedang mengelola proses belajar mengajar.

Secara visual Program PKG dengan pola lama dapat

(26)

Gambar 2

Pembinaan Guru Melalui PKG Pola Lama

Pemantapan Kerja Guru

(LKPKG)

Pelatihan Oleh

Instruktur

Guru yang dilatih di LKPKG kembali

menSaiar d i sekol^l*'

S e k o l a h

sendiri

14

Pola baru Program PKG pembinaan terhadap

guru-guru

peserta Latihan Kerja Guru dilakukan oleh

Guru

Inti. Sebelum melaksanakan fungsinya Guru Inti

terle-bih dahulu mengikuti Latihan Kerja Guru Inti (LKGI)

yang

diberikan oleh Instruktur. Latihan

Kerja

Guru

Inti

merupakan

in-service

bagi Guru

Inti.

Setelah

mengikuti Latihan Kerja Guru Inti, Guru Inti melaksa nakan on-service, yaitu mengadakan pembinaan terhadap

guru-guru

peserta

Latihan Kerja

Guru,

baik

dalam

wadah Sanggar Pemantapan Kerja Guru (SPKG) maupun

wadah

Musyawarah

Guru Mata Pelajaran

(MGMP).

Guru

Inti masih tetap dibina oleh Instruktur, baik ketika

[image:26.595.78.498.57.715.2]
(27)

maupun ketika Guru Inti membina guru-guru peserta

Latihan Kerja Guru di Sanggar maupun tatkala Guru

Inti mengunjungi sekolah-sekolah dimana guru peserta Latihan Kerja Guru bertugas. Program PKG dengan pola

baru dapat divisualkan sebagai berikut :

Gambar 3

Pembinaan Guru Melalui PKG Pola Baru

Latihan Kerja Guru Inti ( LKGI )

Latihan Kerja

Guru

( LKG )

S e k o l a h

Pelatihan Guru Inti Oleh Instruktur

Propinsi

Pelatihan Oleh Guru I n t i

Guru Mengajar

di Sekolah Sendiri

Pelaksanaan Program PKG, baik dengan pola lama

maupun

pola baru biasanya diselenggarakan di

gedung

Sanggar Pemantapan Kerja Guru (Sanggar PKG).

Pengelo

laan

gedung Sanggar PKG dipimpin oleh seorang

ketua

yang

biasanya adalah Kepala Sekolah

dimana

Sanggar

[image:27.595.88.516.39.703.2]
(28)

16

Sanggar PKG hanya menyangkut masalah penggunaan

fasi-l i t a s sanggar untuk kegiatan Latihan Kerja Guru serta bersama-sama Guru I n t i menunjuk guru-guru yang akan diikutsertakan dalam kegiatan Latihan Kerja Guru.

Struktur organisasi Sanggar PKG dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 4

Struktur Organisasi

Sanggar Pemantapan Kerja Guru

KELOMPOK GURU INTI

Guru-Guru

Peserta LKG

Ketua SPKG

Waket.SPKG

Bendahara

Pembantu

Sekretaris

Pembantu Laboratorium

. Pembantu

Penyelenggara

Untuk mendukung pelaksanaan Program PKG para

Kepala Sekolah juga ditatar mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan Program PKG melalui Latihan Kerja

(29)

C. Permasalahan

Penyelenggaraan program pemantapan kerja guru,

sebagaimana dikemukakan di muka, melibatkan

Pengawas

Pendidikan Menengah Umum (PJPP), Instruktur, Guru

Inti,

Ketua

Sanggar Pemantapan Kerja

Guru,

Kepala

Sekolah,

dan Panitia program pemantapan kerja

guru.

Dalam hal ini Instruktur bertugas memberikan pelati han dalam bentuk Latihan Kerja Guru Inti (LKGI) dan memberikan bimbingan melalui kunjungan bimbingan

kepada

Guru Inti. Selain itu Instruktur juga

berke-wajiban mengunjungi dan memberi bimbingan kepada Guru

Inti yang menjalankan tugas pelatihan terhadap

guru-guru

peserta di Sanggar Pemantapan Kerja

Guru

atau

dalam wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Sedangkan

Guru

Inti berfungsi " mengunjungi dan

memberi

bim

bingan kepada guru-guru yang mengikuti latihan

kerja

guru di Sanggar Pemantapan Kerja

Guru dan di sekolah

masing-masing" (Hardjomarsono, 1991:12).

Instruktur dan Guru Inti dalam melaksanakan

fungsinya menyusun program kegiatan untuk satu

tahun

(dua semester). Program tersebut mencakup

pendalaman

materi dan analisis materi proses belajar mengajar,

serta evaluasi hasil belajar. Program yang telah

(30)

IB

i

Inti dapat dipersiapkan, (melalui Latihan Kerja Guru

Inti atau LKGI), untuk membina guru-guru melalui

Latihan Kerja Guru. Sedangkan program Guru Inti dapat

dikatakan efektif bila guru-guru peserta Latihan

Kerja Guru dapat mengelola proses belajar mengajar

dengan lebih baik karena telah mengikuti program

Latihan Kerja Guru dari Guru Inti.

Instruktur dan Guru Inti, dalam kapasitasnya

sebagai orang yang bertanggungjawab dalam program

pemantapan kerja guru, bagi Kanwil Depdikbud (Bidang

Dikmenum) mungkin tidak menimbulkan masalah, sebab

mereka memang telah ditunjuk dan diberi tanggung

jawab serta dibekali untuk dapat melaksanakan fungsi

tersebut. Tetapi, di pihak Instruktur dan Guru Inti

hal itu merupakan permasalahan tersendiri, karena

mereka juga guru, yang tetap melaksanakan fungsinya sebagai guru seperti halnya guru-guru lainnya. Untuk

mengantisipasi masalah tersebut Instruktur dan Guru

Inti dikurangi jam mengajarnya di sekolah, yaitu dari

24 jam yang dibolehkan dalam seminggu menjadi maksi-mal hanya 12 jam, (Juklak DIP/PO Bagpro PAIIA dan PKG

Seluruh Indonesia, 1993).

(31)

i

dimana Sanggar itu berada, sedangkan untuk percepatan

keberhasilan Latihan Kerja Guru Kepala Sekolah dita

tar untuk dapat mendukung fungsi Instruktur dan Guru

Inti pada saat mengadakan kunjungan pembinaan terha

dap guru peserta Program Latihan Kerja Guru di seko

lah. Namun, Kepala Sekolah juga sering disibukkan

dengan fungsinya sebagai penanggungjawab

berlangsung-nya proses pendidikan di sekolah yang dipimpinnya,

demikian juga dengan Ketua Sanggar Pemantapan Kerja

Guru. Dengan demikian, setiap orang yang harusnya

terlibat dan bertanggungjawab dalam Program Pemantap

an Kerja Guru cenderung menimbulkan friksi, yaitu

mementingkan tugas pokoknya masing-masing. Isu-isu

tersebut terasa gejolaknya dalam pengelolaan Program

Pemantapan Kerja Guru di tiga Daerah Tingkat II

dimana penelitian ini dilaksanakan.

Program pemantapan kerja guru pada dasarnya

adalah upaya pengembangan profesional guru melalui

peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam proses

belajar mengajar. Pengembangan oleh Moekijat, (1981:

28) diartikan sebagai kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengubah kelakuan yang terdiri atas pengetahuan,

kecakapan dan sikap. Sementara Flippo (1991:215)

(32)

pela-:,:::o

tihan untuk meningkatkan ketrampilan dalam melaksana

kan pekerjaan tertentu maupun pendidikan untuk me

ningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas

kese-luruhan lingkungan. Dengan demikian, maka dalam

pengembangan guru merupakan setiap usaha untuk mem

perbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar, dengan

memberikan informasi, meningkatkan kompetensi dan

menambah kecakapan yang berhubungan dengan proses

belajar mengajar.

Untuk membantu pengembangan profesional guru

tersebut perlu dipenuhi hal-hal berikut, (Joice dalam

Hoyle, 1980), (1) pengadaan sistem pelatihan yang

layak bagi guru; (2) pemberian dukungan dari sekolah

yang memungkinkan mereka memperbaiki programnya;

(3) menciptakan iklim sehingga guru dapat

mengembang-kan potensi mereka. Dengan demikian ciri pengembang

an profesional sebagaimana yang dikemukakan oleh

Perry (dalam Hoyle, 1980) diharapkan dapat dipenuhi,

yaitu, (1) menumbuhkan individu guru (pribadi) da

lam kehidupan kerjanya; (2) meningkatkan keyakinan

diri mereka; (3) mempertajam ketrampilan mereka;

(4) terus-menerus memperbaharui, memperluas dan

mem-perdalam pengetahuan tentang apa yang diajarnya di

(33)

menga-pa

mereka berbuat seperti apa yang

diperbuatnya

di

kelas .

Program

pemantapan kerja guru

sebagai

media

peningkatan mutu guru mempunyai tujuan untuk

menaik-kan kualitas pengajaran melalui perbaikan perubahan

kompetensi guru dalam proses belajar mengajar.

Media

tersebut merupakan suatu sistem yang terdiri atas sub-sub sistem. Sub sistem tersebut meliputi Latihan

Kerja

Guru Inti untuk tingkat propinsi

dan

Latihan

Kerja Guru (LKG) untuk tingkat Kabupaten (Kotamadya).

Sistem tersebut diarahkan untuk mencapai tingkat

efektivitas dan efisiensi dalam proses belajar meng

ajar. Efisien dikaitkan dengan "sumber daya yang

ter-batas yang dimanfaatkan untuk mengeluarkan hasil,

se-mentara efektif mengacu kepada upaya mencapai tujuan

yang sudah ditetapkan" (Hardjomarsono, 1992:53).

Dalam melihat efektivitas organisasi melalui

pendekatan

tujuan,

maka

keberhasilan

organisasi

diukur

dari kemampuannya mencapai tujuan yang

telah

ditargetkan (Muhyadi, 1989:286). Tinjauan efektivitas

dari

sudut pencapaian tujuan tidak

saja

mempertim-bangkan sasaran organisasi, tetapi juga

mekanismenya

mempertahankan

diri dan mengejar sasarannya.

Dengan

(34)

dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi

(Steers, 1985:50).

Program pemantapan kerja guru yang dilaksana

kan di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabu

paten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie menggunakan

berbagai sarana untuk mencapai tujuan, dengan meli

batkan Instruktur dari propinsi, Guru Inti, Ketua

Sanggar Pemantapan Kerja Guru dan Pengawas serta

Kepala Sekolah. Oleh karena itu yang menjadi pokok

persoalan adalah bukan pihak mana yang mempunyai

kontribusi paling besar dalam program pemantapan

kerja guru agar dapat efektif, melainkan sejauh mana

efektivitas pengelolaan program pemantapan kerja

guruj sehingga tujuan program pemantapan kerja guru

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

peng-ajaran berhasil. Dengan kata lain bagaimana

mengefek-tifkan pengelolaan program pemantapan kerja guru agar

upaya peningkatan mutu pendidikan melalui efektivitas

dan efisiensi pengelolaan proses belajar mengajar

oleh guru berhasil.

Untuk mengefektifkan pemantapan kerja guru di

daerah tingkat II memang bukan tugas mudah, hal ini

terutama disebabkan oleh pengorganisasiannya. Seperti

(35)

tapan

Kerja Guru yang dibina oleh Guru

Inti

dengan

bantuan Instruktur. Dalam pelaksanaannya, pengawas

(yang

ditunjuk) berfungsi sebagai

Penanggung

Jawab

Pelaksanaan Program Pemantapan Kerja Guru.

Seperti

diketahui bahwa

operasional

sekolah

menengah

adalah langsung di bawah Kanwil

Depdikbud,

karena

itu

dapat dilihat

bahwa

Bidang

Pendidikan

Menengah

Umum dan Pengawas adanya hanya

di

tingkat

Kanwil, (Kepmendikbud, No.0173/0/1983. Dengan demiki

an, mobilitas pengawas selaku Penanggung Jawab

Pelak-sana Program Pemantapan Kerja Guru agak terganggu.

Hal ini akan membawa implikasi terhadap proses penye

lenggaraan pemantapan kerja guru, dan dengan sendiri

nya

akan

mempengaruhi

efektivitas

penyelenggaraan

program pemantapan kerja guru.

Sebagai

suatu

sistem

sosial

yang

terbuka,

program pemantapan kerja guru terdiri atas

seperang-kat komponen dan aktivitas yang saling

berinteraksi,

sehingga

membentuk suatu sistem kerja yang

mengarah

kepada

efektivitas

pelaksanaan

program

pemantapan

kerja

guru. Untuk kepentingan penelitian

ini

perlu

ditetapkan

aspek-aspek atau

komponen-komponen

yang

(36)

24

guru. Menurut Arikunto (1988:33), aspek-aspek dalam

suatu program dikelompokkan kepada empat kategori,

yaitu: (1) tujuan; (2) sumber; (3) prosedur; dan

(4) manajemen.

Dalam konteks program pemantapan kerja guru,

tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pemantapan

kerja guru baik tujuan umum maupun tujuan khususnya.

Sedangkan sumber merupakan sarana penunjang yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan program pemantapan

kerja guru. Prosedur merupakan teknik, strategi dan proses yang digunakan dalam rangka memanfaatkan berbagai sumber dalam upaya mencapai tujuan penye

lenggaraan program pemantapan kerja guru. Manajemen

digunakan untuk memonitor sumber-sumber maupun prose

dur dalam rangka mencapai tujuan program pemantapan

kerja guru. Di dalam program pemantapan kerja guru ada komponen lain selain tujuan, sumber-sumber, prosedur dan manajemen, yaitu peserta, pengelola, pembina dan organisasi program pemantapan kerja guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi

pertanyaan

pokok dalam penelitian ini adalah

apakah

pengelolaan program pemantapan kerja guru di Daerah

Istimewa Aceh., khususnya di Daerah Tingkat II Kota

madya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten

(37)

ini kemudian diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Bagaimanakah proses perencanaan program Pemantapan

Kerja

Guru (PKG) di Daerah Istimewa Aceh

dilaku

kan?. Pertanyaan ini dirinci lagi menjadi :

a. Siapa

yang menyusun rencana

kegiatan

program

PKG di Daerah Istimewa Aceh?

b. Pihak mana saja yang diikutsertakan dalam

pro

ses perencanaan program PKG ?

c. Adakah proses penyusunan rencana kerja

program

PKG mengikutsertakan tenaga ahli (ekspert)?

d. Apakah biaya yang dipergunakan dalam proses pe

nyusunan program PKG cukup efektif?

e. Adakah pemanfaatan berbagai fasilitas dalam pe

nyusunan

rencana

kerja

program

PKG

efektif

dimanfaatkan?

f. Apakah waktu yang dipergunakan dalam penyusunan

rencana program PKG efektif?

2. Apakah pelaksanaan program PKG efektif

dilaksana

kan? Pertanyaan ini dirinci lagi menjadi :

a. Apakah realisasi kegiatan efektif dilaksanakan?

b. Adakah realisasi biaya program PKG efektif un

(38)

c. Apakah pemanfaatan berbagai fasilitas efektif

untuk mencapai tujuan program PKG?

d. Adakah waktu pelaksanaan program PKG efektif?

3. Apakah pengawasan terhadap pelaksanaan program PKG

efektif dilaksanakan? Pertanyaan ini dirinci lagi

menjadi :

a. Apakah personil pengawasan efektif menjalankan

fungsinya?

b. Apakah tujuan pengawasan efektif kepada upaya

mencapai sasaran program PKG?

c. Adakah proses pengawasan dilaksanakan sesuai

dengan prinsip-prinsip supervisi pendidikan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelo

laan program pemantapan kerja guru yang dilaksanakan

di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat

II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan

Kabupaten Pidie.

Beranjak dari tujuan umum di atas, maka tujuan

(39)

proses

perencanaan program pemantapan kerja

guru

(PKG)

yang

lebih efektif untuk

dilaksanakan

di

Daerah

Istimewa

Aceh, khususnya di

tiga

Daerah

Tingkat II yang dijadikan wilayah penelitian.

b. Mendeskripsikan,

menganalisis

dan

mengembangkan

strategi pelaksanaan program PKG yang lebih

efek

tif dalam rangka membina guru-guru yang dilaksana

kan

di

Daerah Istimewa Aceh, khususnya di

tiga

Daerah

Tingkat II yang dijadikan wilayah peneli

tian.

c. Mendeskripsikan,

menganalisis

dan

mengembangkan

pelaksanaan

pengawasan terhadap pelaksanaan

pro

gram PKG untuk mencapai tujuan yang lebih

efektif

di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di tiga

Daerah

Tingkat II yang dijadikan wilayah penelitian.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berusaha mengkaji secara

menda-lam

pelaksanaan program pemantapan kerja guru

dalam

rangka

meningkatkan

mutu guru

di

Daerah

Istimewa

Aceh,

terutama

di Kotamadya Banda

Aceh,

Kabupaten

Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Oleh karena itu hasil

(40)

khasanah studi administrasi pendidikan, terutama

dalam bidang pengelolaan program pemantapan mutu

guru. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi para

sarjana administrasi pendidikan guna mempertajam

wawasan keilmuwannya.

Manfaat praktis penelitian ini antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi Kantor Wila

yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah

Istimewa Aceh untuk penyelenggaraan Program PKG

agar lebih efektif mencapai tujuan.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi para

penge-lola program, terutama yang bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi guru.

c. Dapat memperluas wawasan peneliti tentang praktek

penyelenggaraan program, terutama program pemanta

pan kerja guru.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Uraian di muka memberikan suatu gaambaran

bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam

(41)

Gambar 5

Ruang Lingkup Penelitian

KAKANWIL DEPDIKBUD

KABID DIKMENUM

PEMIMPIN/BEND. BAGPRO

PJPP

_L

r- Instruktur Koord. SPKG

LKGI

Guru I n t i

LKG . j

G u r u Kep.Sekolah

Penanggungjawab utama pengelolaan Program

Pemantapan Kerja Guru di Daerah Istimewa Aceh adalah

Kepala

Kantor

Wilayah

Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan.

Sedangkan penanggungjawab teknis

Program

Pemantapan Kerja Guru adalah Kepala Bidang Pendidikan

[image:41.595.79.493.55.668.2]
(42)

dengan nama Bagian Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu

Alam dan Pemantapan Kerja Guru (Bagpro PAIIA dan

PKG). Bagpro PAIIA dan PKG adalah penanggung jawab

teknis administratif dalam pelaksanaan Program Peman

tapan Kerja Guru. Sementara itu penanggung jawab

akademik, melibatkan Pengawas yang diserahi tugas

sebagai Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP),

Instruktur, Guru Inti, Ketua Sanggar Pemantapan Kerja

Guru dan Kepala Sekolah. Untuk itu, maka penelitian

ini mencoba mengamati kegiatan pengelolaan yang

melibatkan berbagai unsur dalam merealisasikan Pro

gram Pemantapan Kerja Guru.

(43)

--ws IU ^

S o

(44)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelo

laan program pemantapan kerja guru yang dilaksanakan

di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat

II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan

Kabupaten Pidie. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

penelitian ini sangat tepat menggunakan pendekatan

kualitatif (lihat Bogdan dan Biklen, 1982:31). Metode

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami (sebagai

lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), data yang

dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisis data

dilakukan secara induktif, (Sugiyono, 1992:3).

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuali

tatif sering juga disebut dengan metode etnografik,

metode fenomenologis, atau metode naturalistik.

Pendekatan penelitian semacam ini mempunyai

(45)

(c) peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih

menekankan pada proses dari pada produk sehingga

bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data

secara induktif atau interpretasi bersifat

idiogra-fik; (f) mengutamakan makna di balik data (Bogdan dan

Biklen, 1982:27-29; Nasution, 1988:9-12; Sudjana dan

Ibrahim, 1989:197-200; Moleong, 1993:4-8). Dalam

proses penelitian ini karakteristik-karakteristik

tersebut di ataslah yang akan dijadikan acuan.

Dengan ciri atau karakteristik pertama, pene

liti menggali data atau informasi secara langsung

dari sumber data yang representatif tanpa memberikan

suatu treatment seperti pada penelitian eksperimen.

Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk dapat

memperoleh suatu gambaran tentang fenomena tentang pengelolaan program pemantapan kerja guru sebagaimana

adanya.

Penentuan sampel secara purposif sebagai ciri

kedua memberi isyarat bahwa dalam menentukan sampel

harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan

demikian banyaknya sampel tergantung pada pertim

(46)

?v4

memperoleh informasi sampling dapat diteruskan sampai

dicapai taraf

redundancy,

ketuntasan atau

kejenuhan,

artinya bahwa dengan menggunakan responden

selanjut

nya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan

informasi baru yang berarti. Dengan kata lain

sampel

dianggap memadai apabila telah ditemukan pola terten

tu dari data (informasi) yang dikumpulkan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa

pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan

langsung oleh peneliti. Ciri atau karakteristik

ketiga ini menempatkan peneliti sebagai instrumen

utama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena

manusia (peneliti) mempunyai adaptabilitas yang

tinggi, dengan demikian senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah, dan senantiasa

dapat pula memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk

memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai (lihat Nasution, 1988:54-55). Di samping itu manusia (peneliti) seba

gai instrumen memiliki senjata "dapat memutuskan"

yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa

dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan

(Moleong, 1993:19).

(47)

menekan-deskriptif

analitik,

berimplikasi bahwa

data

yang

dikumpulkan

dalam

penelitian

ini

lebih

cenderung

dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka, dan

hasil

analisisnya

pun

berupa

uraian

(Miles

dan

Huberman,

1984:15).

Jadi, laporan

kualitatif

kaya

dengan

deskripsi dan penjelasan tentang

aspek-aspek

masalah yang menjadi fokus penelitian. Namun demikian

bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang berbentuk angka-angka.

Sebagaimana

telah

dijelaskan di

muka

bahwa

sampel

penelitian kualitatif tidak

didasarkan

atas

pertimbangan statistik, melainkan berdasarkan

ketun-tasan

informasi

yang

diperlukan

oleh

karena

itu

analisis

dalam penelitian ini bukan bertujuan

untuk

memperoleh

generalisasi,

tetapi

data

dianalisis

secara induktif untuk dicari polanya, dan kemudian

dicari

maknanya dari pola tersebut. Dengan

demikian

hasil

penelitian

ini

bersifat

idiografik,

lebih

mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengelolaan

(48)

/1>

Daerah Istimewa Aceh, terutama di tiga Daerah Tingkat

II, yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar

dan Kabupaten Pidie. Dengan demikian unit analisis

penelitian ini bersifat institusional, dengan penger

tian bahwa yang menjadi fokus kajian adalah organisa

si atau lembaga yang terkait dalam pengelolaan Pro

gram Pemantapan Kerja Guru, bukan atas nama individu

atau pejabat pengelolanya.

Dalam penelitian kualitatif banyaknya sampel

bukan merupakan kriteria utama. Oleh karena itu yang

diutamakan adalah bagaimana sampel tersebut dapat

memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan

tujuan penelitian. Untuk keperluan tersebut peng ambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif (purposive sampling). Adapun sampel yang dijadikan responden sebagai nara sumber dalam

penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :

1. Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dae

rah Istimewa Aceh.

2. Kepala Bagian Proyek Pengadaan Alat-Alat Ilmu-Ilmu

Alam dan Pemantapan Kerja Guru Daerah Istimewa

Aceh.

(49)

Istimewa

Aceh, meliputi Instruktur

Bidang

Studi

IPA, Bahasa

Inggris, Bahasa

Indonesia,

Matema

tika, dan IPS-Geografi.

4. Guru Inti Program Pemantapan Kerja Guru Daerah

Tingkat

II Kotamadya Banda Aceh,

Kabupaten

Aceh

Besar dan Kabupaten Pidie, meliputi Guru Inti IPA,

Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan

Matematika.

Sedangkan

untuk IPS-Geografi belum ada Guru

Inti

karena masih menggunakan Program Pemantapan

Kerja

Guru pola lama.

5. Guru-guru (peserta) Program Pemantapan Kerja

Guru

Daerah Istimewa Aceh, meliputi guru-guru yang te

lah pernah dan sedang mengikuti Program Pemantapan

Kerja Guru.

6. Kepala Sekolah, yaitu kepala sekolah di mana

guru-guru peserta Program Pemantapan Kerja Guru bertu

gas baik SMTP maupun SMTA.

7. Ketua Sanggar Pemantapan Kerja Guru.

Untuk Guru Inti, peserta, Kepala Sekolah dan Koordinator Sanggar Pemantapan Kerja Guru yang

dipilih untuk dijadikan responden adalah yang

berada

di daerah penelitian, yaitu Daerah Tingkat II Kotama

dya

Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar

dan

Kabupaten

(50)

orang Kepala Sekolah di masing-masing 'Daerah

Tingkat

II, dengan perincian 2 (dua) dari SMTA dan 1 (satu)

dari SMTP, dengan demikian berjumlah 9 (sembilan)

orang Kepala Sekolah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut diperguna

kan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang

atau melengkapi tentang pengelolaan program pemantap

an kerja guru. Adapun instrumen penelitiannya adalah

diri peneliti sendiri.

Agar wawancara tetap berlangsung dalam konteks peneliti menggunakan pedoman wawancara (lihat lampi-ran), dengan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka.

Untuk melengkapi informasi dari wawancara yang dilak

ukan, dan sekaligus untuk melakukan recheck atau

triangulasi, maka dilakukan pula observasi dan studi

dokumentasi dengan melihat peristiwa-peristiwa dan

catatan-catatan atau laporan tentang pelaksanaan

koordinasi yang dilakukan oleh unit analisis peneli

tian.

(51)

bahba keberhasilan suatu penelitian kualitatif

(natu-ralistik) sangat tergantung pada ketelitian dan

kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang

disusun oleh peneliti, karenya dalam penelitian ini

peneliti melengkapi diri dengan buku catatan, tape

recorder dan kamera. Perlengkapan tersebut diperguna

kan untuk merekam informasi verbal maupun non-verbal

selengkap mungkin.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian kualitatif tidak memiliki

tahapan-tahapan yang tegas, namun secara garis besar dapat

dibedakan menjadi tiga tahapan (Lincoln dan Guba,

1985:235-236), yaitu (1) tahap orientasi; (2) tahap

eksplorasi; dan (3) tahap member check. Penjelasan

ke-tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap orientasi

Sebagai tahap awal peneliti terlebih dahulu

melakukan prasurvai dan pendekatan kepada

lembaga-lembaga terkait yang menjadi lokasi penelitian,

gunanya adalah untuk memperoleh gambaran tentang

lokasi dan permasalahan, serta untuk

[image:51.595.54.516.59.667.2]
(52)

fcSU

Kemudian mengadakan observasi dan wawancara awal

kepada beberapa responden. Isi observasi dan wawanca

ra ini masih bersifat umum dan terbuka, agar pene

liti dapat memperoleh informasi yang lebih luas.

Informasi yang diperoleh itu dianalisis untuk

menemu-kan hal-hal yang khas, penting dan amat berguna untuk

diteliti lebih lanjut secara mendalam sebagai fokus

penelitian yang sesungguhnya.

Selain itu, peneliti mengadakan observasi awal

kepada beberapa Sanggar Pemantapan Kerja Guru di

lokasi penelitian, yang sifatnya umum untuk menemukan

hal-hal menarik, dan amat berguna untuk diteliti.

2. Tahap eksplorasi

Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian

yang mantap, peneliti melanjutkan penelitian ini ke

tahap eksplorasi (penelitian sesungguhnya). Pada

tahap eksplorasi, peneliti mengadakan wawancara yang

lebih mendalam (depth interview), dan wawancara itu

lebih berstruktur serta didasarkan pada hasil wawan

cara pada tahap orientasi. Observasi yang lebih

mendalam terhadap fokus penelitian juga dilakukan

pada tahap eksplorasi ini, sehingga memperoleh infor

(53)

3. Tahap member check

Tahap ini dilakukan agar hasil penelitian ini

lebih dipercaya. Hasil observasi dan wawancara yang

sejak semula telah dianalisis, dituangkan ke dalam

bentuk laporan dan dikonfirmasikan kepada responden

guna dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang

diberikan. Setelah itu meminta penjelasan dan infor

masi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi data

yang telah ada. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan

efisien, maka member check dilaksanakan bersamaan

dengan tahap eksplorasi, yaitu dengan cara mengetik

catatan lapangan tersebut dan hasilnya dimintakan

koreksi dari responden yang bersangkutan beberapa

hari kemudian. Tahapan penelitian sebagaimana

diurai-kan di muka dapat digambardiurai-kan dalam bagan berikut :

(54)

Gambar 10

Tahap-tahap Penelitian

TAHAP ORIENTASI

! Observasi Wawancara

Observasi

X

Disair.

Penelitian

TAHAP EKSPLORASI

Wawancara Dckutentasi

1

Analisis Data - Reduksi data

- Display data - Verifikasi

data

_I_

TAHAP HEHBERCHEK

Studi Kepustakaan

Data Responden

Revisi ->| seori

[image:54.595.91.513.74.690.2]
(55)

Untuk memberikan makna kepada data yang dikum

pulkan dilakukan analisis dan interpretasi. Karena

penelitian ini adalah kualitatif maka analisis dilak

ukan sejak data pertama dikumpulkan sampai penelitian

berakhir secara terus menerus. Kemudian interpretasi

atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada

rujukan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian ini.

Analisis data dilakukan dengan mengikuti

prosedur sebagaimana yang disarankan oleh Nasution

(1988:129-130), serta Miles dan Huberman (1984:21),

yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3)

mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data merupakan kegiatan meringkas

kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih

hal-hal yang pokok yang berkaitan dengan fokus peneli

tian, yaitu pengelolaan program pemantapan kerja

guru. Selanjutnya ringkasan-ringkasan hal pokok tadi

dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis sehing

ga dengan mudah dapat diketahui polanya. Untuk

memu-dahkan dalam melihat pola ini maka rangkuman tersebut

disajikan dalam bentuk matrik hasil penelitian.

(56)

dengan

display data, yang selanjutnya dapat

ditank

kesimpulan

sehingga data yang dikumpulkan

mempunyai

makna.

Telah dikemukakan terdahulu bahwa proses

analisis data dilakukan secara terus menerus sejak

data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan

yang

diambil pada awalnya pun bersifat tentatif

dan

agak

kabur.

Untuk mamantapkan

kesimpulan

tersebut

agar

lebih

grounded

(berdasar pada data) maka

veri-fikasi dilakukan selama penelitian dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil

penelitian, sehingga prosesnya pun berlangsung

bersa-maan dengan member check dan triangulasi.

Kriteria

pengukuran

efektivitas

pengelolaan

Program Pemantapan Kerja Guru dapat dijelaskan

seba

gai berikut :

1. Efektivitas dalam proses perencanaan pengelolaan

Program Pemantapan Kerja Guru, meliputi aspek :

a. Personil, sedikit yang diaktifkan menghasilkan

rencana kegiatan yang baik.

b. Biaya, proses perencanaan program tidak terlalu

banyak menggunakan biaya.

c. Fasilitas,

pemanfaatan fasilitas dan

material

(57)

d. Waktu, proses perencanaan program sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

e. Ekspertis, orang-orang yang mempunyai keahlian

diikutsertakan secara aktif dalam proses peren

canaan program PKG.

f. Partisipasi, yaitu melibatkan semua unsur yang

berkepentingan dalam program PKG.

2. Efektivitas dalam pelaksanaan Program Pemantapan

Kerja Guru, meliputi aspek :

a. Realisasi kegiatan, kegiatan yang dilaksanakan

sesuai dengan rencana program PKG yang telah

ditetapkan.

b. Realisasi' biaya, dengan biaya yang dipergunakan

dapat mencapai tujuan program PKG.

c. Fasilitas, pemanfaatan fasilitas yang telah ada

untuk mencapai tujuan program PKG.

d. Waktu, pelaksanaan program PKG sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam rencana kegiatan.

3. Efektivitas dalam pengawasan Program Pemantapan

Kerja Guru, meliputi aspek :

a. Personil, yang mempunyai keahlian dalam bidang

pengawasan dengan jumlah yang sedikit dapat

(58)

b. Tujuan, pengawasan dilaksanakan dengan sasaran

untuk mencapai tujuan program PKG.

c. Proses, yaitu sesuai dengan proses pengawasan

dengan menggunakan teknik-teknik supervisi.

F. Pengujian Tingkat Kepercayaan

Tingkat

kepercayaan dalam penelitian

ini

di-upayakan memenuhi persyaratan sebagai berikut

(Nasu

tion,

1988:114-124 dan

Muhadjir,

1990:150-159),

yaitu

(1) kredibilitas (validitas internal),

(2)

transfera-bilitas (validitas eksternal),

(3) dependabilitas dan

konformabilitas (reliabilitas dan objektivitas).

1. Kredibi1itas

Kredebilitas merupakan persoalan seberapa jauh

kebenaran

hasil penelitian dapat dipercaya.

Kredibi

litas

dalam penelitian

kualitatif menggambarkan

ke-cocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada

responden.

Untuk mencapai kredibilitasdimaksud,

maka

dalam penelitian

ini dilakukan dengan (a)

triangula-si,

(b)

peer debriefing,

(c)

penggunaan

bahan

re-ferensi, dan (d) mengadakan member chek.

a. Triangulasi. Triangulasi merupakan proses mencek

(59)

bagai

fase penelitian lapangan, pada

waktu

yang

berlainan, dan dengan menggunakan metode yang

ber-lainan

(Lincoln

dan

Guba, 1985:315;

Nasution,

1988:115). Sebagai contoh, informasi

tentang

ke

giatan

Guru Inti dalam membina guru-guru

peserta

Latihan Kerja Guru diperoleh melalui wawancara

dengan

Guru Inti itu sendiri.

Triangulasi

dapat

dilaksanakan

dengan cara mengadakan

perbandingan

melalui wawancara dengan Kepala Sekolah, guru

peserta PKG guru yang bersangkutan, Instruktur pemantapan kerja guru, dan bahkan dibandingkan pula dengan hasil observasi yang peneliti lakukan.

b. Peer debriefing (pembicaraan dengan kolega).

Akti-vitas ini dilakukan untuk membahas catatan-catatan

lapangan dengan kolega di program studi Adminis

trasi Pendidikan FKIP UIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA

ACEH walaupun mereka tidak berkepentingan dengan penelitian ini. Dengan demikian mereka dapat memberikan pandangan-pandangannya yang netral dan obektif. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang

lebih

tajam, yang menantang

tingkat

kepercayaan

(60)

c. Penggunaan bahan referensi- Penggunaan bahan re

ferensi disini yang dimaksudkan adalah hasil

re-kaman tape recorder daan kamera foto. Cara ini

digunakan untuk memperoleh gambaran yang lengkap

tentang informasi yang diberikan oleh responden

dan sekaligus dapat memahami konteks

pembicaraan-nya, sehingga dapat memperkecil kemungkinan

keke-liruan.

d. Mengadakan member check- Kegiatan member check ini

dilakukan untuk mendapatkan keyakinan akan data

yang diberikan oleh responden. Tahap ini dilakukan

agar hasil penelitian ini lebih- dipercaya. Hasil

observasi -dan wawancara yang sejak semula telah

dianalisis, dikonfirmasikan kepada responden guna

dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang di

berikan. Setelah itu meminta penjelasan dan infor

masi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi

data yang telah ada.

2 . T r a n s f e r a b i l i t a s .

Transferabilitas dalam penelitian kualitatif

disebut dengan veliditas eksternal, yaitu hingga

manakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau

(61)

Bagi peneliti naturalistik transferability bergantung pada si pamakai, yakni hingga

manakah hasil penelitin itu dapat mereka

gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.

Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validi tas eksternal" ini. Ia hanya melihat transfer

ability sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia

mencapai hasil penelitiannya itu. Apakah hasil

penelitian

itu dapat

diterapkan,

diserahkan

kepada

pembaca

dan

pemakai.

Bila

pemakai

melihat ada dalam penelitian itu yang serasi

bagi

situasi

yang dihadapinya maka

di

situ

tampak adanya transfer, walaupun dapat

diduga

bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga

masih perlu penyesuaian menurut keadaan

masing-masing.

Dalam Bab I telah dijelaskan bahwa penelitian

ini bertujuan untuk, mendeskripsikan dan menganalisis

efektivitas pengelolaan program pemantapan kerja guru di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat

II

Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh

Besar,

dan

Kabupaten Pidie. Dengan demikian efektivitas pengelo

laan program pemantapan kerja guru itu merupakan

kemungkinan yang dapat diterapkan dalam situasi

lain

dengan

memungkinkan

penyesuaian

menurut

keadaan

masing-masing tanpa mengabaikan asumsi-asumsi yang

(62)

90

i 3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas.

Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan

dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang

ditunjukkan oleh dilakukannya proses "audit trail"

(Lincoln dan Guba, 1985:319). Trail mengandung makna

jejak yang dapat dilacak atau ditelusuri; Audit

berarti pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilaku

kan sehingga timbul keyakinaan bahwa apa yang

dila-porkan itu demikian adanya. Dalam penelitian ini

audit trail dilakukan sebagai berikut :

a. Merekam dan mencatat selengkap mungkin hasil

wawancara, observasi maupun studi dokumentasi

sebagai data mentah untuk kepentingan . analisis

selanjutnya.

b. Menyusun hasil analisis dengan cara menyeleksi

data mentah di atas, kemudian merangkum atau

menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang

lebih sistematis.

c. Membuat lampiran atau kesimpulan sebagai hasil

sintesis data.

d. Melaporkan seluruh proses penelitian, sejak dari

pra survey dan penyusunan disain sampai pengolahan

data sebagaimana digambarkan dalam laporan peneli

(63)

yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian

ini. Kegiatan pada butir a dilakukan selama ke

giatan pengumpulan data di lapangan. Kegiatan

butir b dan e akan dijelaskan lebih rinci pada BAB

IV, sedangkan kegiatan butir d telah diuraikan

pada bagian pengumpulan data.

(64)
(65)

7

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Hasil-hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab IV di muka menunjukkan bahwa, Program Pemantapan Kerja Guru di Kotamadya Banda

Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie telah

dikelola dengan baik. Pengelolaan Program Pemantapan

Kerja

Guru tersebut telah dilaksanakan secara

efek

tif, namun belum menyeluruh.

Selanjutnya, bila ditinjau dari proses serta unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan. Program

Pemantapan Kerja Guru tersebut, maka dapat

dikemuka

kan sebagai berikut :

1. Perencanaan Program Pemantapan Kerja Guru

a. Personil yang terlibat dalam proses perencanaan

Program Pemantapan Kerja Guru terdiri atas,

(1) Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan

(66)

Pendidikari dan Kebudayaan serta Pimpinan Bagian

Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu Alam dan Peman

tapan Kerja Guru (Pimbagpro PAIIA dan PKG)

sebagai penanggungjs.wab teknis, (3) Pengawas

(yang ditunjuk sebagai PJPP) sebagai penang

gungjawab program, (4) Istruktur dan Guru Inti

sebagai penanggungjawab akademis, dan terakhir

(5) Panitia sebagai penanggungjawab pelaksana.

Masing-masing unsur tersebut menyusun rencana

kegiatan dalam bidangnya dengan dikoordinir

oleh Penanggungjawab teknis (Pimbagpro PAIIA

dan PKG).

Secara umum fungsi perencanaan yang

dilaksanakan oleh kelima unsur terssebut dapat

dikelompokkan ke dalam 2 (du

Gambar

GambarHalaman
Gambar1
Gambar2
Gambar3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Korelasi Antara Kemampuan Siswa Dalam Menjelaskan Soal Cerita dangan Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Materi Lingkaran pada

Hak-hak dominan dalam tradisi pewarisan adat Tionghoa dikesampingkan, anak laki-laki tidak menjadi pilihan sebaliknya anak perempuan dapat saja ditunjuk sebagai

Pelayanan kesehatan pada instalasi radiologi di rumah sakit H.Padjonga Daeng ngalle Kabupaten Pelayanan kesehatan pada instalasi radiologi di rumah sakit H.Padjonga Daeng

siswanya melakukan hal-hal yangsalah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh

Abdul Manan, 2005, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Prenada media, Jakarta.. ___________, 2005, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

• Keterkaitan tidak selalu melibatkan 2 item, sangat mungkin keterkaitan melibatkan lebih dari 2 item, sebagai contoh bila item A dan item B merupakan satu kesatuan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang sering terjadi di PT.Seoul Precision Metal di Bekasi sebagai tempat

Dari hasil penelitian tentang desain sistem pembelajaran yang dirancang efektif, efisien, dan berkualitas pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik