STUDI EVALUATIT TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
PROGRAM PEMANTAPAN KERJA GURU
DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh,
Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
O I e h
Nl S W
ANT O
NIM: 9132315
DEPARTEMEN PENDmiKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDn>D£AN BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH, MPA.
Pembimbing I
STUDI EVALUATIF TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM PEMENTAPAN KERJA GURU DI
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
(Studi Kasus di Daerah tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan
Kabupaten Pidie)
Oleh
Niswanto R Karyawitana
Pengelolaan program PKG di Daerah Istimewa Aceh melibatkan banyak unsur, seperti Bagpro PAIIA dan PKG, Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP),
Instruktur, Guru Inti, Ketua Sanggar dan Kepala Sekolah. Banyaknya unsur yang terlibat dalam program PKG maka pengelolaan mutlak diperlukan, sebab ketia-daan pengelolaan dapat menimbulkan masalah seperti : perasaan saling lepas antara satu unsur dalam
melak-sanakan kegiatan dengan unsur lainnya, terjadinya tumpang tindih tugas, atau pun saling berebut kewe-nangan; yang pada gilirannya akan berpengaruh terha dap efektivitas pencapaian tujuan Program PKG. Berda-sarkan hal itulah penulis tertarik untuk menilai tentang efektivitas pengelolaan program PKG di Daerah Istimewa Aceh, dengan mengambil lokasi di tiga daerah
tingkat II yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie.
Untuk memperoleh pemahaman dan pengertian yang
mendalam, penelitian ini menggunakan pendekatan
ku-alitatif. Sampel yang dijadikan sebagai nara sumber
adalah, (1) Kabid Dikmenum Kanwil Depdikbud Daerah
Istimewa Aceh, (2) Kabagpro PAIIA dan PKG, (3) In
struktur, (4) Guru Inti, (5) Ketua Sanggar PKG,
(6) Guru-guru peserta Latihan Kerja Guru, serta
(7) Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP).
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
obser-vasi dan studi dokumentasi, yang eksplorasinya ber
langsung dari bulan Juli sampai dengan awal Oktober
1993. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri
(human instrument) dengan alat bantu seperti buku
catatan, tape recorder dan kamera foto. Data yang
dikumpulkan dianalisis dengan mengikuti prosedur
(1) reduksi data, (2) display data, serta (3)
pengam-bilan kesimpulan dan verifikasi.
Dari analisis tersebut ditemukan bahwa penge
lolaan program PKG meliputi kegiatan (1) perenca
naan; (2) realisasi rencana ; serta (3) pengawasan
program PKG; Kegiatan itu mencakup sebagian dari
aspek (1) personil, (2) biaya, (3) fasilitas dan alat yang dipergunakan dalam program PKG. Proses
kegiatan perencanaan dan pengawasan program PKG belum
disusun dengan kurang memperhatikan suatu mekanisme
perencanaan, pengawasan program belum menggunakan
teknik-teknik supervisi pendidikan, sehingga
keber-hasilan program PKG berupa perubahan sikap guru dalam
mengelola proses belajar mengajar kurang terlihat.
Hal ini dapat diartikan bahwa pengelolaan program PKG
yang dilakukan melalui pola lama dan baru belum
efektif. Aspek koordinasi antar unsur yang terlibat
dalam pelaksanaan program PKG kurang dilaksanakan,
sehingga masing-masing unsur seperti berjalan
sen-diri-sendiri. Perubahan program PKG dari pola lama ke
pola baru adalah untuk membuat guru-guru merasa butuh
terhadap program PKG guna mengembangkan kemampuan dan
pengetahuannya dalam proses belajar mengajar, sehing
ga sedikit demi sedikit dapat mengurangi
ketergantun-gan biaya pelaksanaan program PKG dari pettierintah.
Selanjutnya dapat diidentifikasi bahwa
faktor-faktor yang diduga sebagai penghambat maupun
pen-dukung efektivitas pengelolaan program PKG adalah
(a) kondisi siswa di sekolah, (b) kondisi sekolah
dalam mendukung proses belajar mengajar, (c) fungsi
kepala sekolah, dan (d) motivasi guru para peserta
Latihan Kerja Guru.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka
disa-rankan sebagai berikut : (1) hendaknya proses
penyu-sunan rencana kegiatan program PKG dengan
memperhati-kan suatu mekanisme dengan melibatkan semua unsur
yang terkait secara aktif dalam untuk mengakomodasi
pemikiran yang bertujuan untuk perbaikan pelaksanaan
program berikutnya; (2) dalam realisasi program PKG
hendaknya diperhatikan tentang masalah regenerasi
Instruktur dan Guru Inti, di samping itu peran kepala
sekolah hendaknya ditingkatkan melalui wadah kelompok
kerja kepala sekolah, fungsi kepala sekolah hendaknya
lebih menampakkan dirinya sebagai administrator yang
bertanggungjawab untuk mengefektifkan program PKG di
sekolahnya, (3) untuk mengawasi pelaksanaan program
PKG tidak saja dilakukan oleh Instruktur dan Guru
Inti sebagaimana yang telah dilaksanakan, tetapi juga
hendaknya mengikutsertakan pengawas (PJPP) dan pihak
lain untuk memberikan hasil yang lebih objektif,
pengawasan hendaknya dilakukan dengan pendekatan
supervisi pendidikan; (4) laporan kegiatan program
PKG sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program
hendaknya berfungsi aktif untuk perbaikan pelaksanaan
program PKG berikutnya.
^
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
RATA PENGANTAR iii
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Gambaran Umum Program Pemantapan
Kerja Guru 8
1. Latar Belakang Historis 8 2. Kegiatan Program Pemantapan
Kerja Guru 11
C. Permasalahan 17
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .26
1. Tujuan Penelitian 26
2. Manfaat Penelitian 27
E. Ruang Lingkup Penelitian 28
BAB II EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PROGRAM 31
A. Konsepsi Tentang Efektivitas Penge
lolaan Program 31
1. Pengertian Efektivitas * 31
2. Pengelolaan 36
3. Program '. •. 40
B. Konsep Dasar Evaluasi Program 41 1. Hakekat dan Tujuan Evaluasi
Program 41
2. Ruang Lingkup Evaluasi Program .. 45
2.1. Tujuan Program . 45
2.2. Sumber dan Prosedur 47
2.3. Manajemen Program 48
1. Tujuan Program Latihan Pemantapan
Kerja Guru 48
2. Tahap-Tahap Pengembangan Program
Latihan 52
3. Proses Manajemen Dalam Pelatihan. 58
4. Mengukur Efektivitas Pelatihan .. 60
D. Kesimpulan Kajian Teoritik dan
Impli-kasinya Terhadap Penelitian ini .... 66
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 72
A. Metode Penelitian 72
B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian. 75 C. Teknik Pengumpulan Data .. 78 D. Tahap-Tahap Penelitian .. . . 79
E. Prosedur Analisis Data 83
F. Pengujian Tingkat Kepercayaan 86
BAB IV TEMUAN PENELITIAN 92
1. Efektivitas Perencanaan Program
Pemantapan Kerja Guru 92
2. Efektivitas Pelaksanaan Program
Pemantapan Kerja Guru 98
3. Efektivits Pengawasan Program
Pemantapan Kerja Guru 127
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 137
A. Kesimpulan 137
B. Rekomendasi 148
DAFTAR KEPUSTAKAAN 159
LAMPIRAN-LAMPIRAN 164
CURRICULUM VITAE 190
DAFTAR TABEL
1. Rincian Penyelenggaraan Sanggar Program Pemantapan Kerja Guru dan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Tahun Anggaran 1993/1994 99
Gambar Halaman
1. Struktur Organisasi Bagpro PAIIA dan PKG
Daerah Istimewa Aceh . 12
2. Pembinaan Guru Melalui Pemantapan Kerja Guru
Pola Lama 14
3. Pembinaan Guru Melalui Pemantapan Kerja Guru
Pola Baru 15
4. Struktur Organisasi Sanggar Pemantapan Kerja
Guru 16
5. Ruang Lingkup Penelitian 29
6. Sumber Efektivitas 34
7. Fungsi Manajemen Pelatihan 59
8. Matriks Pengelolaan Program Pemantapan Kerja
Guru . 69
9. Implikasi Teori ke Dalam Penelitian 71
10. Tahap-Tahap Penelitian 82
11. Jalur Karir Dalam Sistem Program Pemantapan
Kerja Guru 118
[image:11.595.60.531.64.724.2]DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara dengan Bidang Dikmenum
Kanwil Depdikbud Daerah Istimewa Aceh 164
2. Pedoman Wawancara dengan Instruktur PKG 167
3. Pedoman Wawancara dengan Guru Inti Latihan
Kerja Guru 169
4. Pedoman Wawancara dengan Guru-guru Peserta
Latihan Kerja Guru 171
5. Pedoman Wawancara dengan Ketua Sangar PKG 172
6. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah 173
7. Struktur Organisasi Sanggar PKG Matematika
Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 174
8. Struktur Organisasi Sanggar Bahasa Inggris
Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar ..:.. 175
9. Struktur Organisasi Sanggar Bahasa Indonesia
Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 176
10. Struktur Organisasi Sanggar PKG IPA
Kotamadya Banda Aceh/Kabupaten Aceh Besar 177
11. Struktur Organisasi Sanggar PKG Bahasa
Indonesia Kabupaten Pidie 178
12. Struktur Organisasi Sanggar PKG IPA
Kabupaten Pidie 179
13. Struktur Organisasi Sanggar PKG Matematika
Kabupaten Pidie 180
14. Struktur Organisasi Sanggar PKG Bahasa
Inggris Kabupaten Pidie 181
15. Foto-foto hasil penelitian 182
16. Perij inan 186
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu bagian dalam pembangunan nasional, yang
meliputi
peningkatan kuantitas dan
kualitas
pendi
dikan. Pembangunan pendidikan yang berorientasi pada
kuantitas telah lama dilaksanakan melalui Pelita ke
Pelita,
dan bertujuan untuk memenuhi hak
masyarakat
Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945,
Pasal 31 ayat (1) yaitu, "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran". Sementara peningkatan kualitas pendidikan ditujukan untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selama Pelita V, titik berat pembangunan di
bidang
pendidikan
adalah
pada
peningkatan
mutu
setiap jenjang
dan jenis pendidikan serta
perluasan
kesempatan
belajar pada jenjang pendidikan
menengah
(GBHN, 1988). Hal ini dipertegas lagi di dalam
kebi-jaksanaan pembangunan lima tahun keenam yang tertuang
dalam GBHN 1993, (Bab IV:hal.88) bahwa "pendidikan,
pengadaan,
dan pembinaan guru serta tenaga
pendidikan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di seluruh tanah air".
Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas
berat yang tidak hanya menyangkut teknis pendidikan,
tetapi juga menyangkut persoalan perencanaan, penda-naan, dan efisiensi penyelenggaraan sistem sekolah
itu sendiri (Tilaar, 1991:10). Oleh sebab itu upaya
peningkatan mutu pendidikan dengan sendirinya memer lukan penataan sumber daya, yaitu manusia, kurikulum,
atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai
tujuan
pendidikan secara optimal (Engkoswara,
1987:
42). Untuk itu, upaya peningkatan mutu pendidikan
dengan
sendirinya
memerlukan panataan
sumber
daya
manusia (guru), yang ditunjang oleh program pening katan mutu guru melalui program yang berlanjut dan
intensif.
Upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya
jenjang
Sekolah
Menengah,
sebagaimana
diamanatkan
oleh GBHN tersebut di atas, antara lain perlu ditun
jang oleh program peningkatan mutu guru, program
peningkatan kualitas dan kuantitas alat pelajaran, pemantapan sistem informasi, serta tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai.
menyiapkan siswa ke lembaga yang lebih tinggi dan ke
dunia kerja, tetapi juga untuk membenahi pekerjaan
guru untuk semakin profesional di masa mendatang.
Oleh kareha itu peningkatan perbuatan (performance)
profesional guru melalui pendidikan tambahan dalam
jabatan (penataran) merupakan aspek penting dari
tanggung jawab administratif sistem sekolah (Oteng
Sutisna, 1985:116).
Menyadari bahwa faktor keberhasilan proses belajar mengajar dapat dicapai kalau guru selaku pengelolanya dapat berfungsi dengan baik, maka
dimu-lailah penataran guru dan aparat pendidikan lainnya yang menjadi penunjang program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan untuk jenjang sekolah menengah
(Hardjomarsono, 1991:1). Berbagai bentuk penataran
dilaksanakan dan disesuaikan dengan populasi guru
yang akan ditatar. Untuk Sekolah Dasar (SD) misalnya,
dimanfaatkan Tim Penatar keliling agar dapat
menjang-kau guru-guru SD di seluruh pelosok tanah air. Pada umumnya, penataran itu dilaksanakan secara berjenjang
dari tingkat nasional ke tingkat propinsi, kabupaten/
kotamadya dan bahkan sampai ke kecamatan. perhatian
menjangkau guru-guru dalam waktu yang relatif
sing-kat.
Selesai penataran guru-guru kembali ke sekolah
untuk melakukan tugasnya, yang diharapkan telah
di-warnai oleh penataran yang telah diikutinya. Kepala
Sekolah dan aparat pendidikan lainnya diharapkan
dapat menunjang pelaksanaan pembaharuan pendidikan
yang telah diperkenalkan kepada guru-guru melalui
penataran tersebut. Namun, dalam praktek kurang
nampak menonjol dukungan kepala sekolah maupun aparat
pembinaan pendidikan lainnya. Oleh karena itu banyak
guru yang kemudian kembali kepada kondisi sebelum
mengikuti penataran, seakan-akan tidak pernah ada
usaha untuk memperbaiki kondisi kegiatan belajar dan
mengajar di dalam ruang kelas.
Menjelang akhir tahun tujuh-puluhan Direktorat
Pendidikan Menengah Umum berupaya untuk memperbaiki
situasi dan kondisi yang terjadi di SD tersebut
dengan memperkenalkan bentuk penataran jenis lain
untuk memperbaiki proses belajar mengajar di tingkat
sekolah menengah, yaitu penataran berlanjut dan
intensif, yang kemudian dikenal dengan Pemantapan
Kerja Guru (PKG). Pikiran dasar yang melatarbelakangi
terjadi antara lain karena, banyaknya tenaga guru
muda yang dididik melalui program pendidikan cepat
(Crash Program), sehingga mereka belum memiliki bekal
dan kemantapan kerja di lapangan, (Hardjomarsono,
1992:52).
Melalui penataran berlanjut dan intensif, guru
dilatih dalam pemantapan kerja yang dilaksanakan
melalui in-service training (latihan persiapan kerja
atau LPK) dan diikuti dengan on-service training
(latihan dalam kerja atau LDK). Pada saat Latihan
Persiapan Kerja (LPK) berlangsung, guru-guru
diasra-makan dan mendapat pelatihan kerja yang intensif
mengenai apa saja yang harus dilakukan seorang guru
dalam mengelola kelas, mulai dari perencanaan, per
siapan bahan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
hasil belajar murid di dalam kelas. Di samping itu,
diberikan pula pendalaman materi untuk masing-masing
mata pelajaran. Ketika guru kembali ke sekolah, ia
masih menerima bimbingan dalam melaksanakan tugasnya
melalui kunjungan para instruktur kepada guru
masing-masing, dan diikuti dengan pembinaan. Kegiatan
6
i
lebih mantap dan tumbuh rasa percaya diri dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk mendukung program ini
Kepala Sekolah dan Pengawas pun ditatar mengenai
ke-PKG-an, sehingga mereka bersama-sama dapat membentuk
sistem pembinaan profesional.
Sebagaimana program penataran lainnya, program
pemantapan kerja guru juga dikaitkan dengan pendi
dikan dan latihan yang diarahkan untuk mempertinggi
kemampuan kerja guru. Secara umum dapat dikemukakan
bahwa tujuan Pemantapan Kerja Guru (PKG) adalah
(Hardjomarsono, 1992:53) "untuk menaikkan kualitas pengajaran melalui perbaikan efisiensi dan efektivi tas proses belajar mengajar (PBM)". Dengan demikian
jelas bahwa tujuan tersebut diarahkan kepada suatu
proses yang amat erat kaitannya dengan fungsi seorang
guru di dalam mengelola kelompok belajar yang menjadi
asuhannya.
Program Pemantapan Kerja Guru (PKG)
mengguna-kan sistem berjenjang dalam pengorganisasian latihan
kerja bagi guru. Secara nasional Tim Pengembang program PKG memberi penataran kepada Instruktur
(Latihan Kerja Instruktur atau LKI). Di tingkat
propinsi diadakan Latihan Kerja Guru Inti (LKGI) yang
diberikan oleh Guru Inti. Guru-guru yang mengikuti
latihan kerja guru inilah yang nantinya akan terjun
langsung ke sekolah asalnya dalam proses belajar
mengajar. Tujuannya adalah untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan proses belajar mengajar.
Efektivitas dan efisiensi proses belajar
mengajar dapat dicapai bila tujuan program pemantapan kerja guru tercapai secara efektif dan efisien, yaitu tercapainya tujuan latihan yang diberikan oleh
Instruktur kepada Guru Inti di tingkat propinsi, dan
dari Guru Inti kepada guru-guru di tingkat Kabupaten atau Kotamadya. Berdasarkan pemikiran tersebut, dan
kualitas guru di Aceh yang masih dipertanyakan,
karena secara nasional Aceh hanya menduduki rangking
ke-23 dari 27 propinsi (Serambi Indonesia, 2 Mai 1992), maka penulis terdorong untuk mengkaji efek tivitas pengelolaan program pemantapan kerja guru
yang
mengambil
lokasi di tiga daerah
tingkat
dua,
yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan
8
B. Gambaran Umum Program Pemantapan Kerja Guru .1. Latar Belakang Historis
Program. Pemantapan Kerja Guru
(Program
PKG)
merupakan
program pembinaan guru SMTP dan SMTA
yang
dilaksanakan
secara
nasional, dan
Daerah. Istimewa
Aceh
baru
melaksanakan Program
PKG
tersebut
pada
tahun
1981/1982 (tahun ketiga), karena secara
nasi
onal Program PKG dimulai pada tahun 1979/1980.
Program PKG di Daerah Istimewa Aceh
ditandai
dengan datangnya Prof. Dr. Gordon Elwood dari Austra
lia,
sebagai
arsiteknya
Program
Pemantapan
Kerja
Guru, pada awal Oktober 1981. Ketika itu
dikumpulkan-lah sekitar 70 (tujuh Puluh) orang guru IPA SMTP
dan
SMTA dari Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh
dan
Kabupaten
Aceh Besar. Ketujuh-puluh orang
guru
IPA
tersebut
kemudian diseleksi dalam bidang
studi
IPA
dan
Bahasa
Inggris.
Dari
hasil
seleksi
tersebut
kemudian
muncullah 5 orang guru untuk
masing-masing
Bidang Studi (Fisika, Kimia, dan Biologi). Lima
besar
dari
masing-masing guru bidang studi tersebut
kemu
dian
diseleksi kembali oleh
Elwood,
hasil
seleksi
dibawa
ke Jakarta, dan seminggu
kemudian
hasilnya
dikirimkan
ke Banda Aceh, yaitu
masing-masing
satu
calon Instruktur Pemantapan Kerja Guru IPA.
Guru-guru yang telah lulus seleksi sebagai
calon tenaga Instruktur tersebut, kemudian secara
berturut-turut mengikuti course di Bandung, short
course di British Cuoncil Jakarta selama empat bulan,
dan course ke Malaysia selama empat bulan. Setelah
itu mereka juga mengikuti studi perbandingan ke
Thailand dan Australia. Ke Thailand, mereka melihat Pemantapan Kerja Guru di sana, yang kondisinya sama
dengan
di Indonesia. Sedangkan ke
Australia
mereka
melihat
bagaimana pelaksanaan Pemantapan Kerja
Guru
di sana sebagai tempat lahirnya Pemantapan Kerja Guru. Sebagai kelanjutan pembekalan kepada Instruktur
pada
tahun 1987 mereka mengikuti
course
ke
Inggris
selama tiga setengah bulan.
Karena Program PKG merupakan bentuk penataran secara intensif dan berlanjut, dan perkembangan dalam
materi
juga terus berubah ke arah yang
lebih
baik,
maka Instruktur setiap enam bulan sekali mengikuti Latihan Kerja Instruktur, yang dilaksanakan di Jakar
ta,
Bandung atau Yogyakarta. Di samping
itu,
untuk
dilaksa-10
nakan di Bandung dengan bekerjasama dengan Institut
Teknologi Bandung.
Di daerah, para Instruktur juga memperoleh
tambahan materi untuk mata pelajaran yang
diikutser-takan dalam Program Pemantapan Kerja Guru. Penambahan
materi tersebut dilaksanakan dengan pihak Universitas
Syiah
Kuala. Kerjasama tersebut khusus untuk
penam
bahan
materi, yang menurut istilahnya
adalah
Latar
Belakang
Materi (LBM). Sedangkan
untuk
pengelolaan
kelas ditangani sendiri oleh Instruktur masing-masing
bidang studi. Hal ini dengan alasan bahwa
Instruktur
yang
juga
adalah guru, dengan
pengalamannya
lebih
menguasai proses belajar mengajar di dalam kelas.
Program PKG IPA tidak mungkin berdiri sendiri.
IPA, yang terdiri dari bidang studi Fisika, Kimia dan
Biologi terkait dengan Matematika. Fisika, Kimia
dan
Biologi
selalu
menggunakan Matematika,
karena
itu
Matematika juga harus di PKG-kan. Pelajaran IPA dan Matematika banyak menggunakan bahasa Inggris, karena itu Bahasa Inggris juga harus diPKG-kan. Demikian
juga untuk mata pelajaran lainnya, karena
pendidikan
di sekolah merupakan pengembangan suatu sistem,
maka
mata pelajaran yang telah diikutsertakan dalam Pro
gram Pemantapan Kerja Guru, yaitu IPA, Matematika,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan IPS-Geografi.
2. Kegiatan Program Pemantapan Kerja Guru
Secara nasional Program PKG berada dalam
tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh
Direkto-rat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah melalui
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Sesuai dengan
misinya, yaitu mengadakan pembinaan terhadap
guru-guru SMTP/SMTA, maka penanggungjawab pengelolaan
Program PKG di Daerah dilaksanakan oleh Kantor Wila-yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, melalui
Bidang Pendidikan Menengah Umum.
Untuk kelancaran pengelolaan Program Pemantap
an Kerja Guru di daerah dibentuk gugus tugas yang
disebut dengan Bagian Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu
Alam dan Pemantapan Kerja Guru (selanjutnya disebut
dengan Bagpro PAIIA dan PKG). Bagpro PAIIA dan PKG
tersebut dipimpin oleh seorang yang disebut dengan
Pimpinan Bagian Proyek dan dibantu oleh seorang
Bendaharawan Bagian Proyek serta dilengkapi dengan
Struktur organisasi Bapro PAIIA dan PKG Daerah Isti
mewa Aceh dapat digambarkan seperti bagan berikut :
Gambar 1
Struktur Organisasi
Bagpro PAIIA dan PKG Daerah Istimewa Aceh
Kakanwil
Depdikbud
Kabid Dikmenum
Pimpinan Proyek
i Pimpinan/Bend. Bagpro
Keterangan :
Staf Staf
Garis Komando
Garis Pembinaan
Sekretaris Bagpro
Staf
Program PKG di Daerah Istimewa Aceh mengguna
kan dua pola, yaitu pola lama dan pola baru. Pembi
naan guru melalui Program PKG pola lama dilakukan
langsung oleh Instruktur, tidak menggunakan Guru Inti
[image:24.595.48.513.77.729.2]menggunakan pola baru. Jadi, Instruktur langsung
membina guru-guru peserta Program PKG baik pada saat
in-service maupun ketika guru melaksanakan
on-service. Kegiatan in-service di sini merupakan ke
giatan pembekalan terhadap guru-guru peserta Program
PKG oleh Instruktur. Kegiatan in-service disini
lazimnya disebut dengan Latihan Kerja Pemantapan
Kerja Guru.
Kegiatan on-service merupakan kegiatan
guru-guru menerapkan konsep dan pengetahuan yang telah
diterimanya dari in-service di sekolahnya
masing-masing dalam proses belajar mengajar. Tatkala
guru-guru melaksanakan on-service, Instruktur tetap
menga-dakan pembinaan secara rutin terhadap mereka dengan
cara mengadakan kunjungan pembinaan terhadap
guru-guru yang sedang mengelola proses belajar mengajar.
Secara visual Program PKG dengan pola lama dapat
Gambar 2
Pembinaan Guru Melalui PKG Pola Lama
Pemantapan Kerja Guru
(LKPKG)
Pelatihan Oleh
Instruktur
Guru yang dilatih di LKPKG kembali
menSaiar d i sekol^l*'
S e k o l a h
sendiri
14
Pola baru Program PKG pembinaan terhadap
guru-guru
peserta Latihan Kerja Guru dilakukan oleh
Guru
Inti. Sebelum melaksanakan fungsinya Guru Inti
terle-bih dahulu mengikuti Latihan Kerja Guru Inti (LKGI)
yang
diberikan oleh Instruktur. Latihan
Kerja
Guru
Inti
merupakan
in-service
bagi Guru
Inti.
Setelah
mengikuti Latihan Kerja Guru Inti, Guru Inti melaksa nakan on-service, yaitu mengadakan pembinaan terhadap
guru-guru
peserta
Latihan Kerja
Guru,
baik
dalam
wadah Sanggar Pemantapan Kerja Guru (SPKG) maupun
wadah
Musyawarah
Guru Mata Pelajaran
(MGMP).
Guru
Inti masih tetap dibina oleh Instruktur, baik ketika
[image:26.595.78.498.57.715.2]maupun ketika Guru Inti membina guru-guru peserta
Latihan Kerja Guru di Sanggar maupun tatkala Guru
Inti mengunjungi sekolah-sekolah dimana guru peserta Latihan Kerja Guru bertugas. Program PKG dengan pola
baru dapat divisualkan sebagai berikut :
Gambar 3
Pembinaan Guru Melalui PKG Pola Baru
Latihan Kerja Guru Inti ( LKGI )
Latihan Kerja
Guru
( LKG )
S e k o l a h
Pelatihan Guru Inti Oleh Instruktur
Propinsi
Pelatihan Oleh Guru I n t i
Guru Mengajar
di Sekolah Sendiri
Pelaksanaan Program PKG, baik dengan pola lama
maupun
pola baru biasanya diselenggarakan di
gedung
Sanggar Pemantapan Kerja Guru (Sanggar PKG).
Pengelo
laan
gedung Sanggar PKG dipimpin oleh seorang
ketua
yang
biasanya adalah Kepala Sekolah
dimana
Sanggar
[image:27.595.88.516.39.703.2]16
Sanggar PKG hanya menyangkut masalah penggunaan
fasi-l i t a s sanggar untuk kegiatan Latihan Kerja Guru serta bersama-sama Guru I n t i menunjuk guru-guru yang akan diikutsertakan dalam kegiatan Latihan Kerja Guru.
Struktur organisasi Sanggar PKG dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 4
Struktur Organisasi
Sanggar Pemantapan Kerja Guru
KELOMPOK GURU INTI
Guru-Guru
Peserta LKG
Ketua SPKG
Waket.SPKG
Bendahara
Pembantu
Sekretaris
Pembantu Laboratorium
. Pembantu
Penyelenggara
Untuk mendukung pelaksanaan Program PKG para
Kepala Sekolah juga ditatar mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Program PKG melalui Latihan Kerja
C. Permasalahan
Penyelenggaraan program pemantapan kerja guru,
sebagaimana dikemukakan di muka, melibatkan
Pengawas
Pendidikan Menengah Umum (PJPP), Instruktur, Guru
Inti,
Ketua
Sanggar Pemantapan Kerja
Guru,
Kepala
Sekolah,
dan Panitia program pemantapan kerja
guru.
Dalam hal ini Instruktur bertugas memberikan pelati han dalam bentuk Latihan Kerja Guru Inti (LKGI) dan memberikan bimbingan melalui kunjungan bimbingan
kepada
Guru Inti. Selain itu Instruktur juga
berke-wajiban mengunjungi dan memberi bimbingan kepada Guru
Inti yang menjalankan tugas pelatihan terhadap
guru-guru
peserta di Sanggar Pemantapan Kerja
Guru
atau
dalam wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Sedangkan
Guru
Inti berfungsi " mengunjungi dan
memberi
bim
bingan kepada guru-guru yang mengikuti latihan
kerja
guru di Sanggar Pemantapan Kerja
Guru dan di sekolah
masing-masing" (Hardjomarsono, 1991:12).
Instruktur dan Guru Inti dalam melaksanakan
fungsinya menyusun program kegiatan untuk satu
tahun
(dua semester). Program tersebut mencakup
pendalaman
materi dan analisis materi proses belajar mengajar,
serta evaluasi hasil belajar. Program yang telah
IB
i
Inti dapat dipersiapkan, (melalui Latihan Kerja Guru
Inti atau LKGI), untuk membina guru-guru melalui
Latihan Kerja Guru. Sedangkan program Guru Inti dapat
dikatakan efektif bila guru-guru peserta Latihan
Kerja Guru dapat mengelola proses belajar mengajar
dengan lebih baik karena telah mengikuti program
Latihan Kerja Guru dari Guru Inti.
Instruktur dan Guru Inti, dalam kapasitasnya
sebagai orang yang bertanggungjawab dalam program
pemantapan kerja guru, bagi Kanwil Depdikbud (Bidang
Dikmenum) mungkin tidak menimbulkan masalah, sebab
mereka memang telah ditunjuk dan diberi tanggung
jawab serta dibekali untuk dapat melaksanakan fungsi
tersebut. Tetapi, di pihak Instruktur dan Guru Inti
hal itu merupakan permasalahan tersendiri, karena
mereka juga guru, yang tetap melaksanakan fungsinya sebagai guru seperti halnya guru-guru lainnya. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut Instruktur dan Guru
Inti dikurangi jam mengajarnya di sekolah, yaitu dari
24 jam yang dibolehkan dalam seminggu menjadi maksi-mal hanya 12 jam, (Juklak DIP/PO Bagpro PAIIA dan PKG
Seluruh Indonesia, 1993).
i
dimana Sanggar itu berada, sedangkan untuk percepatan
keberhasilan Latihan Kerja Guru Kepala Sekolah dita
tar untuk dapat mendukung fungsi Instruktur dan Guru
Inti pada saat mengadakan kunjungan pembinaan terha
dap guru peserta Program Latihan Kerja Guru di seko
lah. Namun, Kepala Sekolah juga sering disibukkan
dengan fungsinya sebagai penanggungjawab
berlangsung-nya proses pendidikan di sekolah yang dipimpinnya,
demikian juga dengan Ketua Sanggar Pemantapan Kerja
Guru. Dengan demikian, setiap orang yang harusnya
terlibat dan bertanggungjawab dalam Program Pemantap
an Kerja Guru cenderung menimbulkan friksi, yaitu
mementingkan tugas pokoknya masing-masing. Isu-isu
tersebut terasa gejolaknya dalam pengelolaan Program
Pemantapan Kerja Guru di tiga Daerah Tingkat II
dimana penelitian ini dilaksanakan.
Program pemantapan kerja guru pada dasarnya
adalah upaya pengembangan profesional guru melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar. Pengembangan oleh Moekijat, (1981:
28) diartikan sebagai kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengubah kelakuan yang terdiri atas pengetahuan,
kecakapan dan sikap. Sementara Flippo (1991:215)
pela-:,:::o
tihan untuk meningkatkan ketrampilan dalam melaksana
kan pekerjaan tertentu maupun pendidikan untuk me
ningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas
kese-luruhan lingkungan. Dengan demikian, maka dalam
pengembangan guru merupakan setiap usaha untuk mem
perbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar, dengan
memberikan informasi, meningkatkan kompetensi dan
menambah kecakapan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar.
Untuk membantu pengembangan profesional guru
tersebut perlu dipenuhi hal-hal berikut, (Joice dalam
Hoyle, 1980), (1) pengadaan sistem pelatihan yang
layak bagi guru; (2) pemberian dukungan dari sekolah
yang memungkinkan mereka memperbaiki programnya;
(3) menciptakan iklim sehingga guru dapat
mengembang-kan potensi mereka. Dengan demikian ciri pengembang
an profesional sebagaimana yang dikemukakan oleh
Perry (dalam Hoyle, 1980) diharapkan dapat dipenuhi,
yaitu, (1) menumbuhkan individu guru (pribadi) da
lam kehidupan kerjanya; (2) meningkatkan keyakinan
diri mereka; (3) mempertajam ketrampilan mereka;
(4) terus-menerus memperbaharui, memperluas dan
mem-perdalam pengetahuan tentang apa yang diajarnya di
menga-pa
mereka berbuat seperti apa yang
diperbuatnya
di
kelas .
Program
pemantapan kerja guru
sebagai
media
peningkatan mutu guru mempunyai tujuan untuk
menaik-kan kualitas pengajaran melalui perbaikan perubahan
kompetensi guru dalam proses belajar mengajar.
Media
tersebut merupakan suatu sistem yang terdiri atas sub-sub sistem. Sub sistem tersebut meliputi Latihan
Kerja
Guru Inti untuk tingkat propinsi
dan
Latihan
Kerja Guru (LKG) untuk tingkat Kabupaten (Kotamadya).
Sistem tersebut diarahkan untuk mencapai tingkat
efektivitas dan efisiensi dalam proses belajar meng
ajar. Efisien dikaitkan dengan "sumber daya yang
ter-batas yang dimanfaatkan untuk mengeluarkan hasil,
se-mentara efektif mengacu kepada upaya mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan" (Hardjomarsono, 1992:53).
Dalam melihat efektivitas organisasi melalui
pendekatan
tujuan,
maka
keberhasilan
organisasi
diukur
dari kemampuannya mencapai tujuan yang
telah
ditargetkan (Muhyadi, 1989:286). Tinjauan efektivitas
dari
sudut pencapaian tujuan tidak
saja
mempertim-bangkan sasaran organisasi, tetapi juga
mekanismenya
mempertahankan
diri dan mengejar sasarannya.
Dengan
dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi
(Steers, 1985:50).
Program pemantapan kerja guru yang dilaksana
kan di Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh, Kabu
paten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie menggunakan
berbagai sarana untuk mencapai tujuan, dengan meli
batkan Instruktur dari propinsi, Guru Inti, Ketua
Sanggar Pemantapan Kerja Guru dan Pengawas serta
Kepala Sekolah. Oleh karena itu yang menjadi pokok
persoalan adalah bukan pihak mana yang mempunyai
kontribusi paling besar dalam program pemantapan
kerja guru agar dapat efektif, melainkan sejauh mana
efektivitas pengelolaan program pemantapan kerja
guruj sehingga tujuan program pemantapan kerja guru
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
peng-ajaran berhasil. Dengan kata lain bagaimana
mengefek-tifkan pengelolaan program pemantapan kerja guru agar
upaya peningkatan mutu pendidikan melalui efektivitas
dan efisiensi pengelolaan proses belajar mengajar
oleh guru berhasil.
Untuk mengefektifkan pemantapan kerja guru di
daerah tingkat II memang bukan tugas mudah, hal ini
terutama disebabkan oleh pengorganisasiannya. Seperti
tapan
Kerja Guru yang dibina oleh Guru
Inti
dengan
bantuan Instruktur. Dalam pelaksanaannya, pengawas
(yang
ditunjuk) berfungsi sebagai
Penanggung
Jawab
Pelaksanaan Program Pemantapan Kerja Guru.
Seperti
diketahui bahwa
operasional
sekolah
menengah
adalah langsung di bawah Kanwil
Depdikbud,
karena
itu
dapat dilihat
bahwa
Bidang
Pendidikan
Menengah
Umum dan Pengawas adanya hanya
di
tingkat
Kanwil, (Kepmendikbud, No.0173/0/1983. Dengan demiki
an, mobilitas pengawas selaku Penanggung Jawab
Pelak-sana Program Pemantapan Kerja Guru agak terganggu.
Hal ini akan membawa implikasi terhadap proses penye
lenggaraan pemantapan kerja guru, dan dengan sendiri
nya
akan
mempengaruhi
efektivitas
penyelenggaraan
program pemantapan kerja guru.
Sebagai
suatu
sistem
sosial
yang
terbuka,
program pemantapan kerja guru terdiri atas
seperang-kat komponen dan aktivitas yang saling
berinteraksi,
sehingga
membentuk suatu sistem kerja yang
mengarah
kepada
efektivitas
pelaksanaan
program
pemantapan
kerja
guru. Untuk kepentingan penelitian
ini
perlu
ditetapkan
aspek-aspek atau
komponen-komponen
yang
24
guru. Menurut Arikunto (1988:33), aspek-aspek dalam
suatu program dikelompokkan kepada empat kategori,
yaitu: (1) tujuan; (2) sumber; (3) prosedur; dan
(4) manajemen.
Dalam konteks program pemantapan kerja guru,
tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pemantapan
kerja guru baik tujuan umum maupun tujuan khususnya.
Sedangkan sumber merupakan sarana penunjang yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan program pemantapan
kerja guru. Prosedur merupakan teknik, strategi dan proses yang digunakan dalam rangka memanfaatkan berbagai sumber dalam upaya mencapai tujuan penye
lenggaraan program pemantapan kerja guru. Manajemen
digunakan untuk memonitor sumber-sumber maupun prose
dur dalam rangka mencapai tujuan program pemantapan
kerja guru. Di dalam program pemantapan kerja guru ada komponen lain selain tujuan, sumber-sumber, prosedur dan manajemen, yaitu peserta, pengelola, pembina dan organisasi program pemantapan kerja guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi
pertanyaan
pokok dalam penelitian ini adalah
apakah
pengelolaan program pemantapan kerja guru di Daerah
Istimewa Aceh., khususnya di Daerah Tingkat II Kota
madya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten
ini kemudian diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimanakah proses perencanaan program Pemantapan
Kerja
Guru (PKG) di Daerah Istimewa Aceh
dilaku
kan?. Pertanyaan ini dirinci lagi menjadi :
a. Siapa
yang menyusun rencana
kegiatan
program
PKG di Daerah Istimewa Aceh?
b. Pihak mana saja yang diikutsertakan dalam
pro
ses perencanaan program PKG ?
c. Adakah proses penyusunan rencana kerja
program
PKG mengikutsertakan tenaga ahli (ekspert)?
d. Apakah biaya yang dipergunakan dalam proses pe
nyusunan program PKG cukup efektif?
e. Adakah pemanfaatan berbagai fasilitas dalam pe
nyusunan
rencana
kerja
program
PKG
efektif
dimanfaatkan?
f. Apakah waktu yang dipergunakan dalam penyusunan
rencana program PKG efektif?
2. Apakah pelaksanaan program PKG efektif
dilaksana
kan? Pertanyaan ini dirinci lagi menjadi :
a. Apakah realisasi kegiatan efektif dilaksanakan?
b. Adakah realisasi biaya program PKG efektif un
c. Apakah pemanfaatan berbagai fasilitas efektif
untuk mencapai tujuan program PKG?
d. Adakah waktu pelaksanaan program PKG efektif?
3. Apakah pengawasan terhadap pelaksanaan program PKG
efektif dilaksanakan? Pertanyaan ini dirinci lagi
menjadi :
a. Apakah personil pengawasan efektif menjalankan
fungsinya?
b. Apakah tujuan pengawasan efektif kepada upaya
mencapai sasaran program PKG?
c. Adakah proses pengawasan dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip supervisi pendidikan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelo
laan program pemantapan kerja guru yang dilaksanakan
di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat
II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan
Kabupaten Pidie.
Beranjak dari tujuan umum di atas, maka tujuan
proses
perencanaan program pemantapan kerja
guru
(PKG)
yang
lebih efektif untuk
dilaksanakan
di
Daerah
Istimewa
Aceh, khususnya di
tiga
Daerah
Tingkat II yang dijadikan wilayah penelitian.
b. Mendeskripsikan,
menganalisis
dan
mengembangkan
strategi pelaksanaan program PKG yang lebih
efek
tif dalam rangka membina guru-guru yang dilaksana
kan
di
Daerah Istimewa Aceh, khususnya di
tiga
Daerah
Tingkat II yang dijadikan wilayah peneli
tian.
c. Mendeskripsikan,
menganalisis
dan
mengembangkan
pelaksanaan
pengawasan terhadap pelaksanaan
pro
gram PKG untuk mencapai tujuan yang lebih
efektif
di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di tiga
Daerah
Tingkat II yang dijadikan wilayah penelitian.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berusaha mengkaji secara
menda-lam
pelaksanaan program pemantapan kerja guru
dalam
rangka
meningkatkan
mutu guru
di
Daerah
Istimewa
Aceh,
terutama
di Kotamadya Banda
Aceh,
Kabupaten
Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Oleh karena itu hasil
khasanah studi administrasi pendidikan, terutama
dalam bidang pengelolaan program pemantapan mutu
guru. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi para
sarjana administrasi pendidikan guna mempertajam
wawasan keilmuwannya.
Manfaat praktis penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi Kantor Wila
yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Istimewa Aceh untuk penyelenggaraan Program PKG
agar lebih efektif mencapai tujuan.
b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi para
penge-lola program, terutama yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru.
c. Dapat memperluas wawasan peneliti tentang praktek
penyelenggaraan program, terutama program pemanta
pan kerja guru.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Uraian di muka memberikan suatu gaambaran
bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam
Gambar 5
Ruang Lingkup Penelitian
KAKANWIL DEPDIKBUD
KABID DIKMENUM
PEMIMPIN/BEND. BAGPRO
PJPP
_L
r- Instruktur Koord. SPKG
LKGI
Guru I n t i
LKG . j
G u r u Kep.Sekolah
Penanggungjawab utama pengelolaan Program
Pemantapan Kerja Guru di Daerah Istimewa Aceh adalah
Kepala
Kantor
Wilayah
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Sedangkan penanggungjawab teknis
Program
Pemantapan Kerja Guru adalah Kepala Bidang Pendidikan
[image:41.595.79.493.55.668.2]dengan nama Bagian Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu
Alam dan Pemantapan Kerja Guru (Bagpro PAIIA dan
PKG). Bagpro PAIIA dan PKG adalah penanggung jawab
teknis administratif dalam pelaksanaan Program Peman
tapan Kerja Guru. Sementara itu penanggung jawab
akademik, melibatkan Pengawas yang diserahi tugas
sebagai Penanggung Jawab Pelaksanaan Program (PJPP),
Instruktur, Guru Inti, Ketua Sanggar Pemantapan Kerja
Guru dan Kepala Sekolah. Untuk itu, maka penelitian
ini mencoba mengamati kegiatan pengelolaan yang
melibatkan berbagai unsur dalam merealisasikan Pro
gram Pemantapan Kerja Guru.
--ws IU ^
S o
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelo
laan program pemantapan kerja guru yang dilaksanakan
di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat
II Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan
Kabupaten Pidie. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
penelitian ini sangat tepat menggunakan pendekatan
kualitatif (lihat Bogdan dan Biklen, 1982:31). Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), data yang
dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisis data
dilakukan secara induktif, (Sugiyono, 1992:3).
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuali
tatif sering juga disebut dengan metode etnografik,
metode fenomenologis, atau metode naturalistik.
Pendekatan penelitian semacam ini mempunyai
(c) peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih
menekankan pada proses dari pada produk sehingga
bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data
secara induktif atau interpretasi bersifat
idiogra-fik; (f) mengutamakan makna di balik data (Bogdan dan
Biklen, 1982:27-29; Nasution, 1988:9-12; Sudjana dan
Ibrahim, 1989:197-200; Moleong, 1993:4-8). Dalam
proses penelitian ini karakteristik-karakteristik
tersebut di ataslah yang akan dijadikan acuan.
Dengan ciri atau karakteristik pertama, pene
liti menggali data atau informasi secara langsung
dari sumber data yang representatif tanpa memberikan
suatu treatment seperti pada penelitian eksperimen.
Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk dapat
memperoleh suatu gambaran tentang fenomena tentang pengelolaan program pemantapan kerja guru sebagaimana
adanya.
Penentuan sampel secara purposif sebagai ciri
kedua memberi isyarat bahwa dalam menentukan sampel
harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan
demikian banyaknya sampel tergantung pada pertim
?v4
memperoleh informasi sampling dapat diteruskan sampai
dicapai taraf
redundancy,
ketuntasan atau
kejenuhan,
artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjut
nya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan
informasi baru yang berarti. Dengan kata lain
sampel
dianggap memadai apabila telah ditemukan pola terten
tu dari data (informasi) yang dikumpulkan.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
langsung oleh peneliti. Ciri atau karakteristik
ketiga ini menempatkan peneliti sebagai instrumen
utama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena
manusia (peneliti) mempunyai adaptabilitas yang
tinggi, dengan demikian senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah, dan senantiasa
dapat pula memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk
memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (lihat Nasution, 1988:54-55). Di samping itu manusia (peneliti) seba
gai instrumen memiliki senjata "dapat memutuskan"
yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa
dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan
(Moleong, 1993:19).
menekan-deskriptif
analitik,
berimplikasi bahwa
data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian
ini
lebih
cenderung
dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka, dan
hasil
analisisnya
pun
berupa
uraian
(Miles
dan
Huberman,
1984:15).
Jadi, laporan
kualitatif
kaya
dengan
deskripsi dan penjelasan tentang
aspek-aspek
masalah yang menjadi fokus penelitian. Namun demikian
bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang berbentuk angka-angka.
Sebagaimana
telah
dijelaskan di
muka
bahwa
sampel
penelitian kualitatif tidak
didasarkan
atas
pertimbangan statistik, melainkan berdasarkan
ketun-tasan
informasi
yang
diperlukan
oleh
karena
itu
analisis
dalam penelitian ini bukan bertujuan
untuk
memperoleh
generalisasi,
tetapi
data
dianalisis
secara induktif untuk dicari polanya, dan kemudian
dicari
maknanya dari pola tersebut. Dengan
demikian
hasil
penelitian
ini
bersifat
idiografik,
lebih
mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.
B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengelolaan
/1>
Daerah Istimewa Aceh, terutama di tiga Daerah Tingkat
II, yaitu Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie. Dengan demikian unit analisis
penelitian ini bersifat institusional, dengan penger
tian bahwa yang menjadi fokus kajian adalah organisa
si atau lembaga yang terkait dalam pengelolaan Pro
gram Pemantapan Kerja Guru, bukan atas nama individu
atau pejabat pengelolanya.
Dalam penelitian kualitatif banyaknya sampel
bukan merupakan kriteria utama. Oleh karena itu yang
diutamakan adalah bagaimana sampel tersebut dapat
memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan
tujuan penelitian. Untuk keperluan tersebut peng ambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif (purposive sampling). Adapun sampel yang dijadikan responden sebagai nara sumber dalam
penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :
1. Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dae
rah Istimewa Aceh.
2. Kepala Bagian Proyek Pengadaan Alat-Alat Ilmu-Ilmu
Alam dan Pemantapan Kerja Guru Daerah Istimewa
Aceh.
Istimewa
Aceh, meliputi Instruktur
Bidang
Studi
IPA, Bahasa
Inggris, Bahasa
Indonesia,
Matema
tika, dan IPS-Geografi.
4. Guru Inti Program Pemantapan Kerja Guru Daerah
Tingkat
II Kotamadya Banda Aceh,
Kabupaten
Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie, meliputi Guru Inti IPA,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan
Matematika.
Sedangkan
untuk IPS-Geografi belum ada Guru
Inti
karena masih menggunakan Program Pemantapan
Kerja
Guru pola lama.
5. Guru-guru (peserta) Program Pemantapan Kerja
Guru
Daerah Istimewa Aceh, meliputi guru-guru yang te
lah pernah dan sedang mengikuti Program Pemantapan
Kerja Guru.
6. Kepala Sekolah, yaitu kepala sekolah di mana
guru-guru peserta Program Pemantapan Kerja Guru bertu
gas baik SMTP maupun SMTA.
7. Ketua Sanggar Pemantapan Kerja Guru.
Untuk Guru Inti, peserta, Kepala Sekolah dan Koordinator Sanggar Pemantapan Kerja Guru yang
dipilih untuk dijadikan responden adalah yang
berada
di daerah penelitian, yaitu Daerah Tingkat II Kotama
dya
Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar
dan
Kabupaten
orang Kepala Sekolah di masing-masing 'Daerah
Tingkat
II, dengan perincian 2 (dua) dari SMTA dan 1 (satu)
dari SMTP, dengan demikian berjumlah 9 (sembilan)
orang Kepala Sekolah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut diperguna
kan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang
atau melengkapi tentang pengelolaan program pemantap
an kerja guru. Adapun instrumen penelitiannya adalah
diri peneliti sendiri.
Agar wawancara tetap berlangsung dalam konteks peneliti menggunakan pedoman wawancara (lihat lampi-ran), dengan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka.
Untuk melengkapi informasi dari wawancara yang dilak
ukan, dan sekaligus untuk melakukan recheck atau
triangulasi, maka dilakukan pula observasi dan studi
dokumentasi dengan melihat peristiwa-peristiwa dan
catatan-catatan atau laporan tentang pelaksanaan
koordinasi yang dilakukan oleh unit analisis peneli
tian.
bahba keberhasilan suatu penelitian kualitatif
(natu-ralistik) sangat tergantung pada ketelitian dan
kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang
disusun oleh peneliti, karenya dalam penelitian ini
peneliti melengkapi diri dengan buku catatan, tape
recorder dan kamera. Perlengkapan tersebut diperguna
kan untuk merekam informasi verbal maupun non-verbal
selengkap mungkin.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian kualitatif tidak memiliki
tahapan-tahapan yang tegas, namun secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan (Lincoln dan Guba,
1985:235-236), yaitu (1) tahap orientasi; (2) tahap
eksplorasi; dan (3) tahap member check. Penjelasan
ke-tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap orientasi
Sebagai tahap awal peneliti terlebih dahulu
melakukan prasurvai dan pendekatan kepada
lembaga-lembaga terkait yang menjadi lokasi penelitian,
gunanya adalah untuk memperoleh gambaran tentang
lokasi dan permasalahan, serta untuk
[image:51.595.54.516.59.667.2]fcSU
Kemudian mengadakan observasi dan wawancara awal
kepada beberapa responden. Isi observasi dan wawanca
ra ini masih bersifat umum dan terbuka, agar pene
liti dapat memperoleh informasi yang lebih luas.
Informasi yang diperoleh itu dianalisis untuk
menemu-kan hal-hal yang khas, penting dan amat berguna untuk
diteliti lebih lanjut secara mendalam sebagai fokus
penelitian yang sesungguhnya.
Selain itu, peneliti mengadakan observasi awal
kepada beberapa Sanggar Pemantapan Kerja Guru di
lokasi penelitian, yang sifatnya umum untuk menemukan
hal-hal menarik, dan amat berguna untuk diteliti.
2. Tahap eksplorasi
Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian
yang mantap, peneliti melanjutkan penelitian ini ke
tahap eksplorasi (penelitian sesungguhnya). Pada
tahap eksplorasi, peneliti mengadakan wawancara yang
lebih mendalam (depth interview), dan wawancara itu
lebih berstruktur serta didasarkan pada hasil wawan
cara pada tahap orientasi. Observasi yang lebih
mendalam terhadap fokus penelitian juga dilakukan
pada tahap eksplorasi ini, sehingga memperoleh infor
3. Tahap member check
Tahap ini dilakukan agar hasil penelitian ini
lebih dipercaya. Hasil observasi dan wawancara yang
sejak semula telah dianalisis, dituangkan ke dalam
bentuk laporan dan dikonfirmasikan kepada responden
guna dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang
diberikan. Setelah itu meminta penjelasan dan infor
masi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi data
yang telah ada. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan
efisien, maka member check dilaksanakan bersamaan
dengan tahap eksplorasi, yaitu dengan cara mengetik
catatan lapangan tersebut dan hasilnya dimintakan
koreksi dari responden yang bersangkutan beberapa
hari kemudian. Tahapan penelitian sebagaimana
diurai-kan di muka dapat digambardiurai-kan dalam bagan berikut :
Gambar 10
Tahap-tahap Penelitian
TAHAP ORIENTASI
! Observasi Wawancara
Observasi
X
Disair.
Penelitian
TAHAP EKSPLORASI
Wawancara Dckutentasi
1
Analisis Data - Reduksi data
- Display data - Verifikasi
data
_I_
TAHAP HEHBERCHEK
Studi Kepustakaan
Data Responden
Revisi ->| seori
[image:54.595.91.513.74.690.2]Untuk memberikan makna kepada data yang dikum
pulkan dilakukan analisis dan interpretasi. Karena
penelitian ini adalah kualitatif maka analisis dilak
ukan sejak data pertama dikumpulkan sampai penelitian
berakhir secara terus menerus. Kemudian interpretasi
atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada
rujukan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian ini.
Analisis data dilakukan dengan mengikuti
prosedur sebagaimana yang disarankan oleh Nasution
(1988:129-130), serta Miles dan Huberman (1984:21),
yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3)
mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data merupakan kegiatan meringkas
kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih
hal-hal yang pokok yang berkaitan dengan fokus peneli
tian, yaitu pengelolaan program pemantapan kerja
guru. Selanjutnya ringkasan-ringkasan hal pokok tadi
dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis sehing
ga dengan mudah dapat diketahui polanya. Untuk
memu-dahkan dalam melihat pola ini maka rangkuman tersebut
disajikan dalam bentuk matrik hasil penelitian.
dengan
display data, yang selanjutnya dapat
ditank
kesimpulan
sehingga data yang dikumpulkan
mempunyai
makna.
Telah dikemukakan terdahulu bahwa proses
analisis data dilakukan secara terus menerus sejak
data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan
yang
diambil pada awalnya pun bersifat tentatif
dan
agak
kabur.
Untuk mamantapkan
kesimpulan
tersebut
agar
lebih
grounded
(berdasar pada data) maka
veri-fikasi dilakukan selama penelitian dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil
penelitian, sehingga prosesnya pun berlangsung
bersa-maan dengan member check dan triangulasi.
Kriteria
pengukuran
efektivitas
pengelolaan
Program Pemantapan Kerja Guru dapat dijelaskan
seba
gai berikut :
1. Efektivitas dalam proses perencanaan pengelolaan
Program Pemantapan Kerja Guru, meliputi aspek :
a. Personil, sedikit yang diaktifkan menghasilkan
rencana kegiatan yang baik.
b. Biaya, proses perencanaan program tidak terlalu
banyak menggunakan biaya.
c. Fasilitas,
pemanfaatan fasilitas dan
material
d. Waktu, proses perencanaan program sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
e. Ekspertis, orang-orang yang mempunyai keahlian
diikutsertakan secara aktif dalam proses peren
canaan program PKG.
f. Partisipasi, yaitu melibatkan semua unsur yang
berkepentingan dalam program PKG.
2. Efektivitas dalam pelaksanaan Program Pemantapan
Kerja Guru, meliputi aspek :
a. Realisasi kegiatan, kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan rencana program PKG yang telah
ditetapkan.
b. Realisasi' biaya, dengan biaya yang dipergunakan
dapat mencapai tujuan program PKG.
c. Fasilitas, pemanfaatan fasilitas yang telah ada
untuk mencapai tujuan program PKG.
d. Waktu, pelaksanaan program PKG sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam rencana kegiatan.
3. Efektivitas dalam pengawasan Program Pemantapan
Kerja Guru, meliputi aspek :
a. Personil, yang mempunyai keahlian dalam bidang
pengawasan dengan jumlah yang sedikit dapat
b. Tujuan, pengawasan dilaksanakan dengan sasaran
untuk mencapai tujuan program PKG.
c. Proses, yaitu sesuai dengan proses pengawasan
dengan menggunakan teknik-teknik supervisi.
F. Pengujian Tingkat Kepercayaan
Tingkat
kepercayaan dalam penelitian
ini
di-upayakan memenuhi persyaratan sebagai berikut
(Nasu
tion,
1988:114-124 dan
Muhadjir,
1990:150-159),
yaitu
(1) kredibilitas (validitas internal),
(2)
transfera-bilitas (validitas eksternal),
(3) dependabilitas dan
konformabilitas (reliabilitas dan objektivitas).
1. Kredibi1itas
Kredebilitas merupakan persoalan seberapa jauh
kebenaran
hasil penelitian dapat dipercaya.
Kredibi
litas
dalam penelitian
kualitatif menggambarkan
ke-cocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada
responden.
Untuk mencapai kredibilitasdimaksud,
maka
dalam penelitian
ini dilakukan dengan (a)
triangula-si,
(b)
peer debriefing,
(c)
penggunaan
bahan
re-ferensi, dan (d) mengadakan member chek.
a. Triangulasi. Triangulasi merupakan proses mencek
bagai
fase penelitian lapangan, pada
waktu
yang
berlainan, dan dengan menggunakan metode yang
ber-lainan
(Lincoln
dan
Guba, 1985:315;
Nasution,
1988:115). Sebagai contoh, informasi
tentang
ke
giatan
Guru Inti dalam membina guru-guru
peserta
Latihan Kerja Guru diperoleh melalui wawancara
dengan
Guru Inti itu sendiri.
Triangulasi
dapat
dilaksanakan
dengan cara mengadakan
perbandingan
melalui wawancara dengan Kepala Sekolah, guru
peserta PKG guru yang bersangkutan, Instruktur pemantapan kerja guru, dan bahkan dibandingkan pula dengan hasil observasi yang peneliti lakukan.
b. Peer debriefing (pembicaraan dengan kolega).
Akti-vitas ini dilakukan untuk membahas catatan-catatan
lapangan dengan kolega di program studi Adminis
trasi Pendidikan FKIP UIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA
ACEH walaupun mereka tidak berkepentingan dengan penelitian ini. Dengan demikian mereka dapat memberikan pandangan-pandangannya yang netral dan obektif. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang
lebih
tajam, yang menantang
tingkat
kepercayaan
c. Penggunaan bahan referensi- Penggunaan bahan re
ferensi disini yang dimaksudkan adalah hasil
re-kaman tape recorder daan kamera foto. Cara ini
digunakan untuk memperoleh gambaran yang lengkap
tentang informasi yang diberikan oleh responden
dan sekaligus dapat memahami konteks
pembicaraan-nya, sehingga dapat memperkecil kemungkinan
keke-liruan.
d. Mengadakan member check- Kegiatan member check ini
dilakukan untuk mendapatkan keyakinan akan data
yang diberikan oleh responden. Tahap ini dilakukan
agar hasil penelitian ini lebih- dipercaya. Hasil
observasi -dan wawancara yang sejak semula telah
dianalisis, dikonfirmasikan kepada responden guna
dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang di
berikan. Setelah itu meminta penjelasan dan infor
masi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi
data yang telah ada.
2 . T r a n s f e r a b i l i t a s .
Transferabilitas dalam penelitian kualitatif
disebut dengan veliditas eksternal, yaitu hingga
manakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau
Bagi peneliti naturalistik transferability bergantung pada si pamakai, yakni hingga
manakah hasil penelitin itu dapat mereka
gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.
Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validi tas eksternal" ini. Ia hanya melihat transfer
ability sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia
mencapai hasil penelitiannya itu. Apakah hasil
penelitian
itu dapat
diterapkan,
diserahkan
kepada
pembaca
dan
pemakai.
Bila
pemakai
melihat ada dalam penelitian itu yang serasibagi
situasi
yang dihadapinya maka
di
situ
tampak adanya transfer, walaupun dapat
diduga
bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga
masih perlu penyesuaian menurut keadaan
masing-masing.
Dalam Bab I telah dijelaskan bahwa penelitian
ini bertujuan untuk, mendeskripsikan dan menganalisis
efektivitas pengelolaan program pemantapan kerja guru di Daerah Istimewa Aceh, khususnya di Daerah Tingkat
II
Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh
Besar,
dan
Kabupaten Pidie. Dengan demikian efektivitas pengelo
laan program pemantapan kerja guru itu merupakan
kemungkinan yang dapat diterapkan dalam situasi
lain
dengan
memungkinkan
penyesuaian
menurut
keadaan
masing-masing tanpa mengabaikan asumsi-asumsi yang
90
i 3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas.
Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan
dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang
ditunjukkan oleh dilakukannya proses "audit trail"
(Lincoln dan Guba, 1985:319). Trail mengandung makna
jejak yang dapat dilacak atau ditelusuri; Audit
berarti pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilaku
kan sehingga timbul keyakinaan bahwa apa yang
dila-porkan itu demikian adanya. Dalam penelitian ini
audit trail dilakukan sebagai berikut :
a. Merekam dan mencatat selengkap mungkin hasil
wawancara, observasi maupun studi dokumentasi
sebagai data mentah untuk kepentingan . analisis
selanjutnya.
b. Menyusun hasil analisis dengan cara menyeleksi
data mentah di atas, kemudian merangkum atau
menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang
lebih sistematis.
c. Membuat lampiran atau kesimpulan sebagai hasil
sintesis data.
d. Melaporkan seluruh proses penelitian, sejak dari
pra survey dan penyusunan disain sampai pengolahan
data sebagaimana digambarkan dalam laporan peneli
yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian
ini. Kegiatan pada butir a dilakukan selama ke
giatan pengumpulan data di lapangan. Kegiatan
butir b dan e akan dijelaskan lebih rinci pada BAB
IV, sedangkan kegiatan butir d telah diuraikan
pada bagian pengumpulan data.
7
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Hasil-hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab IV di muka menunjukkan bahwa, Program Pemantapan Kerja Guru di Kotamadya Banda
Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie telah
dikelola dengan baik. Pengelolaan Program Pemantapan
Kerja
Guru tersebut telah dilaksanakan secara
efek
tif, namun belum menyeluruh.
Selanjutnya, bila ditinjau dari proses serta unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan. Program
Pemantapan Kerja Guru tersebut, maka dapat
dikemuka
kan sebagai berikut :
1. Perencanaan Program Pemantapan Kerja Guru
a. Personil yang terlibat dalam proses perencanaan
Program Pemantapan Kerja Guru terdiri atas,
(1) Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
Pendidikari dan Kebudayaan serta Pimpinan Bagian
Proyek Pengadaan Alat Ilmu-Ilmu Alam dan Peman
tapan Kerja Guru (Pimbagpro PAIIA dan PKG)
sebagai penanggungjs.wab teknis, (3) Pengawas
(yang ditunjuk sebagai PJPP) sebagai penang
gungjawab program, (4) Istruktur dan Guru Inti
sebagai penanggungjawab akademis, dan terakhir
(5) Panitia sebagai penanggungjawab pelaksana.
Masing-masing unsur tersebut menyusun rencana
kegiatan dalam bidangnya dengan dikoordinir
oleh Penanggungjawab teknis (Pimbagpro PAIIA
dan PKG).
Secara umum fungsi perencanaan yang
dilaksanakan oleh kelima unsur terssebut dapat
dikelompokkan ke dalam 2 (du