Darmawan Budi Santoso, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THREE-STEP INTERVIEW DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Darmawan Budi Santoso 0606192
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Darmawan Budi Santoso, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THREE-STEP INTERVIEW
DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
Oleh
Darmawan Budi Santoso
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Darmawan Budi Santoso 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Darmawan Budi Santoso, 2013
DARMAWAN BUDI SANTOSO
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP
DIDETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Nanang Priatna, M.Pd
NIP.196303311988031001
Pembimbing II
Drs. Asep Syarif Hidayat, M.Si
NIP.195804011985031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D
Darmawan Budi Santoso, 2013
ABSTRAK
Tujuan dari penelian ini adalah untuk 1) mengetahui apakah peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan pendekatan kontekstual
lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional; 2)
mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe three-step
interview dengan pendekatan kontekstual. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII SMPN 32 Bandung, sedangkan sampelnya adalah kelas VII-C
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol. Desain penelitian
yang digunakan adalah kelompok kontrol non ekuivalen. Bahasan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bangun datar. Instrumen yang dipakai adalah
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan instrumen non tes
yang berupa angket skala sikap siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan
pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Secara umum siswa memberikan renspons yang
positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan
pendekatan kontekstual.
Darmawan Budi Santoso, 2013
ABSTRACT
The aim of the study presented was to 1 ) determine whether the increase in
mathematical problem-solving ability of students using cooperative learning ,
three- step interview with contextual approach better than the students who used
conventional learning , 2) determine the response of students to cooperative
learning , three- step interview the contextual approach . The population in this
study were students of class VII SMPN 32 Bandung , while the sample is a class
VII - C as an experimental and class VII - D as the control class . The design
study is a non- equivalent control group . Discussion used in this study are field .
The instrument used is an instrument of mathematical problem solving ability test
and non- test instruments in the form of student attitude scale questionnaire . The
results showed that the increase in mathematical problem-solving ability of
students using cooperative learning, three-step interview with contextual approach
better than students using the conventional learning. In general, students gave
positive renspons toward cooperative learning, three-step interview with
contextual approach.
Keywords : Cooperative Learning Type three - step interview , contextual
iv A. Pembelajaran Kooperatif ... 8
B. Kooperatif tipe Three-Step Interview ... 9
C. Pendekatan Kontekstual ... 10
D. Pemecahan Masalah Matematis ... 12
E. Penelitian yang Relevan ... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31
Darmawan Budi Santoso, 2013
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 47
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN A. Rpp dan Bahan Ajar ... 51
B. Instrumen Penelitian ... 130
C. Data Hasil Penelitian ... 144
Darmawan Budi Santoso, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi pun kian
mengalami peningkatan. Peningkatan itu tentunya harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas dapat
diperoleh melalui kegiatan pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu
komponen supra sistem pembangunan yang dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Pendidikan menurut UU RI No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dalam kehidupan masyarakat.
Lebih lanjut, berdasarkan UU RI No.20 tahun 2003 bahwa pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan yang dimaksud dapat berupa pendidikan formal maupun
pendidikan informal. Pendidikan formal diselenggarakan di sekolah-sekolah dan
mempelajari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah matematika. Matematika
merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan wajib dipelajari pada setiap
jenjang pendidikan.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BNSP, 2006: 388)
dijelaskan bahwa, tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di sekolah
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma (secara luwes, akurat, efisien, dan
Darmawan Budi Santoso, 2013
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan yang memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya didi dalam pemecahan masalah.
National Council of Teacher of Mathematics (2000) menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi hanya
menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan :
1. Komunikasi matematis (mathematical communication);
2. Penalaran matematis (mathematical reasoning);
3. Pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving);
4. Mengaitkan ide-ide matematis (mathematical connections);
5. Representasi matematis (mathematical representation).
Berdasarkan pemaparan di atas, kemampuan pemecahan masalah matematis
merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh siswa.
Bell (1978:311) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
proses pokok dalam matematika. Sejalan dengan itu, Sumardyono (2010) dalam
artikelnya yang berjudul “Pengertian Dasar Problem Solving”, mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan ikon yang sangat penting terutama dalam
pembelajaran matematika, karena matematika merupakan pengetahuan yang logis,
sistematis, berpola, artificial, dan tak kalah penting menghendaki justifikasi atau
pembuktian.
Kenyataan di lapangan, kemampuan pemecahan masalah siswa masih
3
Darmawan Budi Santoso, 2013
survey tiga tahunan Programme for International Student Assesment (PISA) tahun
2009, Indonesia berada di urutan ke-61 dari 65 negara yang disurvey dengan skor
rata-rata kemampuan matematika siswa Indonesia yaitu 371, skor tersebut berada
di bawah rata-rata skor internasional yaitu 496. Hal yang dinilai dalam PISA
adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah (problem solving),
memformulasikan penalaran (reasoning), dan mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang dimiikinya kepada orang lain (communication) (Astuti, 2010:2).
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Amalia (dalam Andriatna, 2012 : 4)
terhadap siswa kelas X dan XI pada tiga sekolah menunjukan bahwa siswa kelas
X dan XI masih tergolong rendah dalam kemampuan pemacahan masalah
matematis. Hal ini dilihat berdasarkan skor siswa yang diperoleh masih jauh di
bawah skor maksimum yang diharapkan. Siswa kelas X dari tifa sekolah
masing-masing hanya mampu mencapai skor maksimum 35, 17, dan 20 dari skor
maksimum yang diharapkan yaitu 60. Dan untuk kelas XI dari masing-masing
sekolah mencapai skor maksimum yaitu 33, 31, dan 27 dari skor maksimum yang
diharapkan yaitu 50.
Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis, seorang guru dituntut untuk memilih model pembelajaran yang dapat
membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Salah satu
model pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuam
pemecahan masalah matematis adalah model pembelajaran kooperatif, terutama
tipe three-step interview, karena pada tipe ini siswa dituntut dapat memahami
masalah (see), merumuskan rencana penyelesaian (plan), melaksanakan rencana
penyelesaian (do) dan memeriksa kembali solusi yang telah didapatkan (check),
yang merupakan teori pemecahan masalah Polya (Suherman, 2003).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe three-step
interview. Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Three-Step Interview dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan
Darmawan Budi Santoso, 2013
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan
model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
three-step interview?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari kekeliruan pemahaman, maka ruang lingkup
permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 32 Bandung.
2. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian adalah “bangun datar segitiga
dan segiempat”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui bagaimana respons siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe three-step interview.
E. Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi berbagai
kalangan berikut ini :
1. Bagi siswa, diharapkan dapat menikmati proses pembelajaran matematika
melalui model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview untuk
5
Darmawan Budi Santoso, 2013
2. Bagi guru bidang studi matematika, model pembelajaran kooperatif tipe
three-step interview dapat dijadikan salah satu pembelajaran alternatif dalam
menyampaikan materi kepada siswa khususnya jika berhubungan dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3. Bagi peneliti, memberikan gambaran yang jelas tentang aplikasi model
pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dalam aktivitas
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis.
4. Bagi sekolah dan mutu pendidikan, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe
three-step interview dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan
matematika di Indonesia.
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan prosedur
belajar mengajar melalui kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dan saling
membantu satu sama lain. Setiap kelompok tersebut diberi tugas yang
nantinya harus dipecahkan dalam kelompok melalui diskusi ataupun tanya
jawab dan menyimpulkannya.
2. Model pembelajaran Three-Step Interview
Model pembelajaran three-step interview merupakan salah satu dari tipe
pembelajaran kooperatif yang pada tahap inti terdiri dari tiga tahapan
wawancara (yang melakukan wawancara dan narasumber adalah siswa),
yaitu:
a) Tahap pertama Siswa A bertanya tentang LKS B pada Siswa B,
kemudian Siswa B menjelaskan pada Siswa A. Siswa C bertanya tentang
Darmawan Budi Santoso, 2013
b) Tahap kedua Siswa B bertanya tentang LKS A pada Siswa A, kemudian
Siswa A menjelaskan pada Siswa B. Siswa D bertanya tentang LKS C
pada Siswa C, kemudian Siswa C menjelaskan pada Siswa D.
c) Tahap ketiga semua anggota kelompok berkumpul dan setiap siswa
saling menyampaikan informasi atau materi kepada teman
sekelompoknya (yang diperoleh pada tahap satu dan tahap dua). Siswa A
menjelaskan materi Siswa B, Siswa B menjelaskan materi Siswa A,
Siswa C menjelaskan materi Siswa D, dan Siswa D menjelaskan materi
Siswa C.
3. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari–hari
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis
Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang
menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh
sebelumnya, dan bukanlah suatu keterampilan yang generik yang dapat
diperoleh secara instan. Pemecahan masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian Polya (Suherman:2003:91), yaitu :
1. Memahami masalah (see)
2. Merencanakan penyelesaian (plan)
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana (do)
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan (check)
5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan
metode ekspositori, yaitu guru menjelaskan materi dan tanya jawab,
7
Darmawan Budi Santoso, 2013
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran model
kooperatif tipe three-step interview lebih baik daripada siswa yang
Darmawan Budi Santoso, 2013
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen.Pemilihan metode ini dilandasi oleh keinginan peneliti untuk melihat
hubungan antara penerapan model kooperatif tipe three-step interview sebagai
variabel bebas dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
sebagai variabel terikat. Ruseffendi (2005:35) mengemukakan bahwa, “penelitian
eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat sebab akibat yang
dilakukan terhadap variabel bebas, dan dapat dilihat hasilnya pada variabel terikat”.
Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol pretest (Tes Awal) dan posttest (Tes Akhir).Dalam penelitian
ini, terdapat dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberikan perlakuan khusus, dalam hal ini, model kooperatif
tipethree-step interview. Sementara kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional.Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas tersebut diberikan tes
awal.Setelah perlakuan selesai diberikan, dilakukan tes akhir.Adapun desain
penelitian ini (Ruseffendi, 2005:53) digambarkan sebagai berikut.
O X O
O O
Keterangan:
O : Tes Awal (Pretest)&Tes Akhir (Posttest)
X : Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe three-step
interview
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIISMPN 32
18
Darmawan Budi Santoso, 2013
dari kelas VII-A sampai dengan kelas VII-J. Oleh karena itu sampel dilakukan
secara acak terhadap kelas-kelas yang sudah tersedia. Kedua kelas yang terpilih
secara acak dipilih secara acak lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
Kontrol. Hasilnya diperoleh kelas C sebagai kelas eksperimen dan kelas
VII-D sebagai kelas kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa melalui model kooperatif tipe three-step interview maka diperlukan
instrumen. Dalam pengumpulan data suatu penelitian, instrumen bertindak
sebagai alat evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan soal tes kemampuan
pemecahan masalah matematis. Selain itu, digunakan juga instrumen lain yang
diharapkan dapat memberikan data yang lengkap. Instrumen penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tes kemampuan Pemecahan masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis berupa tes awal (pretest) dan
tes akhir (postest). Tes awal dan tes akhir diberikan kepada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.Tes awal (pretest) diberikan untuk mengukur kemampuan
awal kedua kelompok.Tes akhir (postest) diberikan untuk melihat kemampuan
akhir yang diraih oleh siswa pada kedua kelompok tersebut. Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis diraih siswa pada kedua kelompok
dapat dilihat dari hasil antara tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).
Alat evaluasi yang baik harus memperhatikan beberapa kriteria seperti,
validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Oleh karena itu,
sebelum digunakan dalam penelitian, semua perangkat dikonsultasikan dengan
pembimbing dan diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang berada diluar
sampel untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
Darmawan Budi Santoso, 2013
a. Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap penguasaan konsep
yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk
menentukan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi product moment
dari Pearson (Suherman, 2003:120), dengan rumus:
dengan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel dan
X = Skor item
Y = Skor total
N = Banyaknya siswa peserta tes
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi ke dalam
kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:113)
Tabel 3.1
Berdasarkan hasil uji coba dan perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh
validitas dari tiap butir soal yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
No. Soal Koefisien Validitas Kategori
1 0,454 Validitas sedang
2 0,865 Validitas tinggi
3 0,923 Validitas sangat tinggi
20
Darmawan Budi Santoso, 2013
b. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi dalam
mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu (Ruseffendi,
1998:142). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk
uraian dengan rumus Alpha (Suherman, 2003:149) seperti di bawah ini:
= banyak butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor tiap item = varians skor total
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai r11 tersebut dibagi ke dalam
kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:112)
Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas Soal
Koefisien reliabilitas Kriteria
r11≤ 0.20 reliablitas sangat rendah 0.20 <r11≤ 0.40 reliablitas rendah 0.40 < r11≤ 0.70 reliablitas sedang 0.70 <r11≤ 0.90 reliablitas tinggi 0.90 < r11≤ 1.00 reliablitas sangat tinggi
r11> 1,00 Tidak reliabel
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Anates,
diperoleh keofisien realibilitas sebesar 0,93. Hal ini menunjukan bahwa instrumen
tes memiliki derajat reliabilitas sangat tinggi.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan alat evaluasi yang menunjukkan kemampuan
Darmawan Budi Santoso, 2013
tidakdapat menjawab dengan benar. Rumus untuk menentukan daya pembeda
(Suherman, 2003:159) adalah:
dengan:
A
X = rata-rata skor kelompok atas
B
X = rata-rata skor kelompok bawah
DP = daya pembeda
SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal
Interpretasi yang lebih rinci untuk daya pembeda tersebut dibagi ke dalam
kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:161).
Tabel 3.4
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh nilai daya
pembeda tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5
Daya Pembeda Butir Soal
No. Soal Koefisien Daya Pembeda Kategori
22
Darmawan Budi Santoso, 2013
d. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran merupakan nilai dari derajat kesukaran yang berupa
bilangan real dalam ssinterval 0,00 sampai 1,00. Nilai ini menyatakan suatu soal
tersebut terlalu mudah atau terlalu sukar. Rumus untuk menentukan indeks
kesukaran butir soal (Suherman, 2003:170), yaitu:
dengan:
IK = Indeks Kesukaran
X = Skor rata-rata tiap butir soal
SMI = Skor maksimum ideal tiap butir soal
Interpretasi yang lebih rinci untuk indeks kesukaran tersebut dibagi ke dalam
kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:213).
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Koefisien Indeks Kesukaran Kriteria
IK = 0.00 Terlalu sukar
0.00 <IK ≤ 0.30 Sukar
0.30 <IK ≤ 0.70 Sedang
0.70 <IK<1.00 Mudah
IK = 1.00 Terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh nilai indeks
kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.7
Indeks Kesukaran Butir Soal
No. Soal Koefisien Indeks Kesukaran Kategori
Darmawan Budi Santoso, 2013
2. Angket
Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab
oleh responden dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan. Tujuannya
yaitu untuk mengetahui respons siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
Menurut jenisnya angket termasuk ke dalam alat evaluasi non tes.Instrumen
ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur aspek afektif siswa.Berdasarkan
pendapat Suherman (2003: 56) teknik non tes biasanya digunakan untuk
mengevalusi bidang afektif atau psikomotorik.
Skala yang dipakai pada angket ini adalah skala likert. Skala likert meminta
responden untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan
penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahapan evaluasi.
1. Tahap persiapan penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
persiapan-persiapan yang nanti akan dilakukan saat pelaksanaan penelitian.
Berikut tahapan-tahapan dari persiapan penelelitian:
a. Pengajuan judul penelitian.
b. Penyusunan proposal penelitian
c. Mengajukan surat perizinan penelitian
d. Pembuatan instrumen penelitian yang terdiri dari RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, instrumen tes (pretes-postes), LKS ( Lembar
Kerja Siswa), angket dan lembar observasi.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Apabila pembuatan instrumentelah selesai maka dapat diujicobakan di
lapangan penelitian. Berikut langkah-langkah pelaksanaan penelitian tersebut:
a. Melakukan uji instrumenuntuk soal yang akan dijadikan sebagai
24
Darmawan Budi Santoso, 2013
b. Hasil uji instrumendiolah untuk melihat validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan indeks kesukaran dari soal yang telah diujikan. Apabila
soal-soal tersebut valid dapat dilanjutkan dengan melakukan pretes pada kedua
kelas tersebut.
c. Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP. Kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen
menggunakan model kooperatif tipe three-step interview.
d. Kelas eksperimen mendapat perlakuan pengisian angket, jurnal harian dan
observasi saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Tahap evaluasi
a. Mengumpulkan dan mengolah data
b. Melakukan analisis data
c. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data
E. Teknik Pengolahan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
pretes-postes, pengisian angket siswa dan lembar observasi.Data yang diperoleh
kemudian dikelompokkan ke dalam data kualitatif dan kuantitatif untuk kemudian
dianalisis.
1. Analisis data kualitatif (Angket)
Data yang bersifat kualitatif pertama-tama dikumpulkan terlebih
dahulu.Setelah semua terkumpul, kemudian dikategorikan berdasarkan fokus
penelitian dan dianalisis. Kegiatan analisis data ini meliputi: penyeleksian data,
pengelompokkan data untuk memudahkan pengolahan data, mentabulasi data
untuk mempermudah membaca data dan menafsirkan data.
Pengolahan data angket menggunakan skala Likert, berikut pemberian skor
Darmawan Budi Santoso, 2013
Tabel 3.8
Kriteria Penilaian Skala Likert
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan Positif Negatif
respons yang negatif (Suherman, 2003:191)
2. Analisis data kuantitatif
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan pretes dan postes, lembar observasi, jurnal harian dan pengisian angket. Adapun prosedur analisis dari tiap data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Pengolahan data pretes pada kelas eksperimen dan kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas memiliki kemampuan yang sama atau tidak. Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal.Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
Uji normalitas dilakukan pada data pretes kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Data pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1: Data pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah:
1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0diterima.
26
Darmawan Budi Santoso, 2013
2) Uji Homogenitas Varians Kelompok
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen.Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok.Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik.
Uji homogenitas dilakukan pada data pretes kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Data pretes berasal dari populasi yang homogen.
H1: Data pretes berasal dari populasi yang tidak homogen.
Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah:
1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0ditolak.
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data yang diperoleh homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi data yang diperoleh tidak homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
Perumusan hipotesis uji Mann Whitney skor pretes adalah sebagai berikut:
H0:
�
=
�
�, nilai rata-rata kelas kontrol sama dengan kelas eksperimenH1:
�
�≠
�
�,
nilai rata-rata kelas kontrol tidak sama dengan kelaseksperimen.
Keterangan :��= rata-rata kelas kontrol
Darmawan Budi Santoso, 2013
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima.
2) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak.
b. Analisis indeks gain
Menghitung indeks gain dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Apabila kemampuan awal siswa (dari hasil pretes) pada kelas eksperimen
sama dengan kelas kontrol maka dapat dihitung gain dengan rumus:
Indeks gain = Postes – Pretes
Apabila kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan
kelas kontrol maka dapat dihitung gain dengan rumus menurut Hake (1999:1)
sebagai berikut
� � � � � � � � � �
Kemudian gain ternormalisas (N-Gain) dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol itu dihitung rata-rata dan simpangan baku.
Interpretasi indeks gain menurut Hake (1999:1) sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interpretasi Indeks Gain
Dalam prosesnya, pengolahan dan penganalisisan data hasil penelitian
dikakan dengan bantuan software SPSS 21 for windows.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal.Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
Besar persentase Interpretasi g >0,7 Tinggi 0,3 0,7 Sedang
28
Darmawan Budi Santoso, 2013
Uji normalitas dilakukan pada data indeks gain dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0: Data indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1: Data indeks gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah:
1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0ditolak.
2) Uji Homogenitas Varians Kelompok
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen.Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok.Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik.
Uji homogenitas dilakukan pada data indeks gain dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0: Data indeks gain berasal dari populasi yang homogen.
H1: Data indeks gain berasal dari populasi yang tidak homogen.
Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah:
1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0ditolak.
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Darmawan Budi Santoso, 2013
memenuhi asumsi normalitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
Perumusan hipotesis uji Mann Whitney indeks gain adalah sebagai
berikut:
H0: �� ≤ ��, Rata-rata indeks gain kelas eksperimen kurang dari atau sama
dengan rata-rata indeks gain kelas kontrol
H1: ��> ��, Rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
rata-rata indeks gain kelas kontrol.
Keterangan : ��= rata-rata kelas kontrol
��= rata-rata kelas eksperimen
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Nilai t tabel ≥ t hitung maka H0 diterima.
Darmawan Budi Santoso, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan
penelitian yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri 32 Bandung, maka diperoleh
kesimpulan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
three-step interview dengan pendekatan kontekstual, yaitu sebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan
pendekatan kontekstual lebih baik daripada siwa yang mendapatkan
model pembelajaran konvensional.
2. Siswa secara umum menunjukan respons yang positif terhadap
pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan pendekatan
kontekstual.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh terhadap
pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dengan pendekatan kontekstual,
maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Model kooperatif tipe three-step interview dengan pendekatan kontekstual
dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.
2. Sebelum melaksanakan penelitian, disarankan agar terlebih dahulu
mengadakan uji coba pelaksanaan model kooperatif tipe three-step
interview dengan pendekatan kontekstual pada kelas yang berbeda agar
peneliti dapat lebih menguasai jalannya proses pembelajaran dan
pengondisian siswa dalam kegiatan kelompok harus mendapatkan
perhatian utama, agar kegiatan diskusi dan tanya jawab diantara anggota
kelompok akan berjalan dengan baik, sehingga hasil yang dicapai dapat
Darmawan Budi Santoso, 2013
3. Penelitian terhadap model kooperatif tipe three-step interview dengan
pendekatan kontekstual disarankan untuk dilanjutkan dengan aspek
penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pasa materi,
Darmawan Budi Santoso, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, ID. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Advokasi Berbasis Masalah Terbuka terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Bell, F. (1978). Teaching& Learning Mathematics (In Secondary School). Lowa. WC. Brown Co.
BSNP. (2006). Draf Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change (Gain & Scores). [Online]. Tersedia: http://list.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.
Hakim, N. (2008). Perbandingan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Three-step interview pada Materi Analisis Rangkaian Arus Searah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi. SKRIPSI FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM press.
Iman, RN. (2009). The Cooperative Learning: Three-Step Interview Towards
Students’ Speaking Ability. SKRIPSI FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Mohammed, A (2011). Cooperative Learning & Communicative Competence. [online] Tersedia :
http://academia.edu/910626/COOPERATIVE_LEARNING_and_COMM UNICATIVE_ COMPETENCE
National Council of Teacher of Mathematics (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA : NCTM
Rifa’i, N. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Etika dan Moral Menggunakan Tik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Three Step Interview. SKRIPSI FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Darmawan Budi Santoso, 2013
Ruseffendi, E.T. (1998). Statstika dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Setyaningsih, N. (2009). Pengolahan Data Statistika dengan SPSS 16.0. Jakarta: Salemba Infotek.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : JICA UPI
Suherman, E. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah pada Diklat Pembelajaran bagi Guru-guru MGMP Matematika. Bandung : Tidak diterbitkan
Suherman, H (2011). Penerapan Model Kooperatif Tipe Three-Step Interview Dengan Pendekatan Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. SKRIPSI FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA FPMIPA UPI.
Sumardyono. (2010). Pengertian Dasar Problem Solving. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/03/pengertian-dasar-problem-solving/ [online]
Sumarmo, U. (2010). Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Bandung : JICA FPMIPA UPI.