Margaasih Kabupaten Bandung )
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh
Emilda Saputri
NIM: 1201001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 10
BAB II PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA A. Pembelajaran IPS ... 11
1. Pengertian IPS ... 11
B. Model Pembelajaran ... 15
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15
2. Model Learning Cycle 5E ... 17
C. Pemahaman Konsep ... 22
D. Kemampuan Berpikir Kritis Pembelajaran IPS ... 30
E. Kerangka Pemikiran... 35
F. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 37
B. Desain Penelitian ... 37
C. Metode Penelitian ... 41
D. Definisi Operasional ... 42
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ... 45
G. Teknik Pengelolaan Data ... 46
H. Teknik Analisis Data... 50
I. Uji Instrumen Penelitian ... 52
J. Alur Uji Statistik ... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 63
2. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Berpikir Kritis... 65
B. Uji Persyaratan Data ... 67
1. Uji Normalitas ... 68
2. Uji Homogenitas ... 71
C. Uji Hipotesis ... 74
D. Pembahasan ... 79
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2.1Tahapan Learning Cycle 5E... 20
2.2Taksonomi Anderson dan Kratwohl ... 26
2.3Indikator Pemahaman Konsep ... 28
2.4Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 34
3.1Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis ... 44
3.2Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan ... 45
3.3Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 48
3.4Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 49
3.5Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ... 50
3.6Hasil Uji Validitas Pemahaman Konsep ... 53
3.7Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Pemahaman Konsep ... 54
3.8Hasil Validitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 54
3.9Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Berpikir Kritis ... 55
3.10 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 55
3.11 Tingkat Kesukaran Butir Tes Pemahaman Konsep ... 56
3.12 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Pemahaman Konsep ... 57
3.13 Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 57
3.14 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kritis ... 58
3.15 Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep ... 58
3.16 Data Analisis Soal Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Daya Pembeda ... 59
3.17 Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 60
3.18 Data Analisis Soal Tes Berpikir Kritis Berdasarkan Daya Pembeda ... 60
4.4Deskripsi Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis... 66
4.5Perbandingan Hasil Rata-rata Pretes dan Postes Eksperimen dan Kontrol ... 67
4.6Perbandingan Hasil Rata-rata Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67
4.7Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ... 69
4.8Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis... 71
4.9Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep ... 73
4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 73
4.11 Rangkuman Hasil Uji t Pemahaman Konsep ... 76
4.12 Uji Mann-Whitney Kemampuan Berpikir Kritis ... 78
DAFTAR GAMBAR
3.1Mekanisme Penelitian ... 37
3.2Prosedur Penelitian ... 39
3.3Alur Uji Statistik ... 61
4.1Perbandingan Rerata Nilai Pretes dan Postes Pemahaman Konsep... 64
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-Kisi Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran IPS ... 93
2. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS ... 107
3. Silabus Pembelajaran ... 111
4. Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 114
5. Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ... 140
6. Lembar Kerja Siswa ... 150
7. Lampiran Foto Penelitian ... 163
8. Lampiran Data Pemahaman Konsep ... 166
9. Lampiran Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 182
10.Lampiran Data N-Gain Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis .. 190
11.Lampiran Olahan Data Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis .. 192
12.Lampiran Surat Izin Penelitian ... 200
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) tidak lepas dari tantangan yang
sangat keras yang berupa tuntutan akan adanya perbaikan kualitas pendidikan dan
tenaga pendidikan. Hal inilah yang ditegaskan oleh Wirasaputra (2012) bahwa
ilmu pengetahuan sosial (IPS) mulai membenahi diri yang bergeser dari tatanan
epistemologi kearah pengembangan inovasi dan juga solusi bagi perkembangan
IPS kedepannya. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan IPS yang
mempersiapkan warga Negara untuk dapat membuat keputusan reflektif dan
berpastisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan
masyarakat, bangsa maupun negara.
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi menegaskan
bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTS sampai dengan SMA/MA/SMK. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
Di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
4. dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global, (Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006).
Tujuan IPS yang lebih spesifik dan lebih dikembangkan terlihat dalam
Permendikbud No. 64 tahun 2013 mengenai muatan atau kompetensi IPS
khususnya dikelas IV SD yaitu:
1. Menerima karunia Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan waktu, manusia, dan lingkungannya
2. Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia
3. Mengenal konsep ruang, waktu, dan aktifitas manusia dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi
4. Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa Indonesia
Kemudian, Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menjelaskan kompetensi
inti ke empat untuk anak sekolah dasar kelas tinggi yaitu dapat “Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia”.
Dari pemaparan di atas, jelas adanya peran IPS yaitu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini pula dijelaskan oleh Maftuh (2009: 71)
bahwa salah satu karakteristik pembelajaran IPS yang bermakna adalah siswa
disadarkan akan potensi implikasi kebijakan sosial dan diajari berpikir kritis dan
membuat keputusan yang berbasis nilai tentang isu sosial yang berkaitan.
The National Council for The Social Studies (1994), juga menegaskan
bahwa keterampilan belajar dan berpikir untuk abad ke-21 yang perlu
dikembangkan melalui pembelajaran IPS bagi siswa, antara lain: (1) keterampilan
berpikir kritis dan problem solving, (2) keterampilan belajar kontekstual, (3)
komunikasi, (4) literasi informasi dan media, (5) keterampilan kreatifitas dan
inovasi, serta (6) keterampilan bekerjasama (kolaborasi). Alma dkk (2010: 19)
yang baik, yaitu masyarakat yang mapan, kritis, disiplin, bertanggung jawab dan
sebagainya, mengingat banyaknya permasalahan sosial ya terjadi di masyarakat.
Salah satu kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina
kecerdasan akademik siswa untuk mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif,
berkarakter, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisis permasalahan
yang dihadapi serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapi. Oleh karena itu,
para guru IPS dituntuk untuk mampu merencanakan, mengolah dan merangsang
pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip serta
karakteristik IPS sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat
ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Begitu pula dengan
tujuan pembelajaran IPS. Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu
pendapat atau ide (Sapriya, 2012: 87).
Menurut, Marzano dan Kendall (2008) klasifikasi tingkatan keterampilan
berpikir, meliputi: a) level retrieval yang terdiri dari recognizing, recalling, dan
excecuting, b) level comprehension yang terdiri dari integrating dan symbolizing,
c) level analysis yang terdiri dari matching, classifying, analyzing errors,
generalizing, dan specifying, d) level knowledge utilization, yang terdiri dari
desicion making, problem solving, experimenting, dan investigating, e) level
metacognitive system yang terdiri dari specifying goals, process monitoring,
monitoring clarity, monitoring accuracy, dan f) level self system, yang terdiri
examining importance, examining efficacy, examining emotional response dan
examining motivation.
Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan tujuan pembelajaran IPS
yang diharapkan agar siswa dapat berpikir tingkat tinggi sesuai dengan tahapan
tingkat keterampilan berpikir di atas. Di lapangan ditemukan bahwa kualitas hasil
belajar IPS dianggap tidak memuaskan dipandang dari sudut penilaian kognitif
Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Rohaeni (2013: 6)
ditemukan bahwa banyak gejala siswa kurang berminat dalam pembelajaran IPS,
yaitu siswa cenderung pasif, siswa kurang memiliki keterampilan bertanya, masih
terdapat siswa yang memiliki tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang
diberikan, namun tidak memahami maksud materi ajar tersebut dan siswa tidak
mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Sedangkan Purwanti dan Salamah (2011: 2) dalam penelitiannya
mengemukakan banyak siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS. IPS
dipandang sebagai pembelajaran yang bersifat hapalan, sehingga banyak siswa
yang bersikap pasif dalam pembelajaran dan terkesan kurang menghargai
pentingnya pelajaran IPS. Selain hal tersebut, maka prestasi belajar IPS di SD
juga dipandang masih belum memuaskan.
Sementara itu, Rifani (2013: 1) mengemukakan bahwa siswa masih kurang
dalam kemampuan pemahaman konsep. Rendahnya pemahaman konsep ini
disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada proses perubahan
konseptual dan ekologi konseptual yang menyediakan konteks untuk
berlangsungnya perubahan konseptual serta penyebab lainnya adalah
pembelajaran yang digunakan sebelumnya belum membantu siswa memperoleh
pemahaman konsep dengan baik dan kurang menggunakan nalar logis.
Hal ini juga ditegaskan oleh Suharkat (2011: 1) bahwa penyebab rendahnya
hasil belajar IPS adalah: (1) pembelajaran IPS bersifat teoritis terpisah dari
kehidupan nyata yaitu anak hanya diperkenalkan dengan konsep-konsep abstrak
yang tidak berhubungan langsung dengan pengalaman hidup, dan (2) siswa pasif
dalam pembelajaran tak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri,
berpikir kritis, penemuan dan memecahkan masalah.
Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus
ditumbuhkembangkan dan dilatih sejak pendidikan dasar, karena dengan
yang baik dan dirasakan manfaatnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Kemampauan berpikir kritis akan menumbuhkan kemandirian siswa sejak dini
dan menyiapkan siswa untuk belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi di
lingkungan masyarakat. Selain itu, melatih kemampuan berpikir kritis pada siswa
sekolah dasar sangat dimungkinkan, karena siswa SD sudah memiliki pengalaman
dan pengetahuan dasar walaupun dalam jumlah yang terbatas (Lambertus dalam
Budiana, 2012: 2).
Dari beberapa pemaparan masalah pembelajaran IPS SD, dapat diasumsikan
bahwa model pembelajaran yang ditampilkan guru kurang menarik dan
merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, atau
mungkin karena kemampuan siswa untuk menanggapi pembelajaran dan
kebiasaan berpikir kritis siswa masih kurang.
Pembelajaran IPS yang konvensional, pada umumnya hanya menuntut
aspek kognitif tingkat rendah yang berupa hapalan sehingga merupakan proses
input pengetahuan dan kurang bermakna bagi siswa. Pada proses menghapal
peserta didik hanya belajar mengingat, tidak menuntut aktivitas berpikir tinggi
yang berimplikasi pada tidak terbiasanya siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran
yang hanya menuntut kognitif tingkat rendah berupa hapalan, membuat siswa jauh
terhadap pemahaman konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa yang
menguasai konsep dapat terlihat dengan adanya upaya dalam menyampaikan
informasi dengan kata-kata sendiri secara benar.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka usaha perbaikan proses
pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan
inovatif dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan
yang sangat penting untuk dilaksanakan. Hal ini adalah untuk melatih siswa
bertanya pada level tingkat tinggi (higher order thinking) dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat menghadapi
kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa adalah dengan
menerapkan model learning cycle 5E.
Siklus belajar (learning cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah
suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. LC pada mulanya
dikembangkan oleh Lowsen (Dahar, 2011: 169) terdiri dari 3 fase siklus belajar,
ketiganya mengikuti urutan fase eksplorasi, pengenalan istilah dan aplikasi
konsep.
LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan
6 fase. Dalam hal ini, peneliti menerapkan LC 5 fase, ditambahkan tahap
engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada
bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept
application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration.
Karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yang terdiri dari engagement,
exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (Lorsbach dalam Wena,
2011: 171).
Lorsbach (Wena, 2011: 7) menjelaskan Siklus belajar merupakan salah satu
model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang mengalami
pengembangan menjadi lima tahap terdiri atas (a) engagement (pembangkitan
minat) (b) exploration (eksplorasi) (c) explanation (eksplanasi) (d) elaboration
(elaborasi) (e) evaluation (evaluasi).
Peneliti memilih model learning cycle 5E dalam penelitian ini, karena
sebelumnya melakukan kajian pustaka terhadap penelitian terdahulu mengenai
permasalahan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa. Adanya permasalahan
tersebut, peneliti merasakan bahwa penerapan model learning cycle 5E ini mampu
memberikan kontribusi terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Rifana tahun (2013) mengenai
“Pengaruh Model Pembelajaran Learning cycle Dan Model Pembelajaran Solve
Create And Share” yang menunjukkan adanya peningkatan terhadap pemahaman
konsep pada pembelajaran Geografi.
Selanjutnya Sri Astutik (2012) melakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Learning cycle 5E Berbasis
Ekperimen Pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang 1 Jember”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar di SDN Patrang 1 jember.
Sementara itu, Yuli Yuliati (2013) melaporkan hasil penelitiannya mengenai
“Pengaruh Model Learning cycle Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMK Akutansi Pasudan 1 Kota Bandung “. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis
perlu dikembangkan dalam berbagai ilmu pelajaran seperti pembelajaran IPS yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka peneliti
menyarankan untuk melakukan penelitian ke depannya terhadap mata pelajaran
yang lainnya.
Tahapan model learning cycle 5E meliputi tahapan engagement,
exploration, explanation, elaboration dan evaluation. Pada tahap engage, guru
membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan
melalui fenomena yang terjadi sehingga mencul pertanyaan-pertanyaan dalam diri
siswa. Pada tahap explore, siswa diorganisasikan kedalam kelompok belajar untuk
bekerjasama dalam membuktikan hipotesis, melakukan pengamatan,
pengumpulan data dan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Pada
tahap explain siswa dituntut untuk menjelaskan pengetahuan yang mereka peroleh
dengan bahasa mereka sendiri. Pada tahap elaborate siswa harus menerapkan
pengetahuan yang diperoleh kedalam fenomena yang baru. Terakhir, tahap
evaluate guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Model
saat yang sama memungkinkan siswa untuk mengkonstruk konsep-konsep mereka
sendiri (Kolomuc, 2012).
Kelebihan learning cycle 5E menurut Dahar (2011: 169) yaitu penggunaan
siklus belajar yang tepat memberi kesempatan pada pada siswa untuk
mengungkapkan konsepsi sebelumnya dan kesempatan untuk menguji konsepsi
tersebut sehingga tidak hanya dapat memberikan kemajuan dalam pengetahuan
konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan
untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan
pengujian pengetahuan konseptual tersebut.
LC merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir siswa tingkat tinggi. Asumsi tersebut didasarkan
pada penerapan model learning cycle 5E yang mencerminkan pengalaman belajar
yang dilakukan siswa untuk bisa memiliki konsep sehingga hasil belajar IPS
ditingkatkan secara optimal dan pada model penerapan ini menghendaki pola
berpikir tingkat tinggi, yaitu korelasional, deduktif-induktif serta perumusan
jawaban atau hipotesis yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan latar belakang diatas, diasumsikan bahwa model learning cycle
5E berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis IPS.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi bahwa yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS cenderung membosankan
siswa dikarenakan guru masih menerapkan pembelajaran secara konvensional
sehingga kurangnya partisipasi siswa dalam merespon pembelajaran. Hal ini pula
dijelaskan oleh penelitian terdahulu bahwa siswa kurang melontarkan
Seharusnya pembelajaran IPS perlu mendorong untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa seperti: analisis, sintesis, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah dan siswa menguasai konsep materi pembelajaran yang telah
dipelajarinya.
Maka dari itu, pembelajaran IPS yang konvensional, hanya menuntut aspek
kognitif tingkat rendah yang berupa hapalan sehingga merupakan proses input
pengetahuan dan kurang bermakna bagi siswa. Pada proses menghapal peserta
didik hanya belajar mengingat, tidak menuntut aktivitas berpikir tinggi yang
berimplikasi pada tidak terbiasanya siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran yang
hanya menuntut kognitif tingkat rendah berupa hapalan, membuat siswa jauh
terhadap pemahaman konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa yang
menguasai konsep dapat terlihat dengan adanya upaya dalam menyampaikan
informasi dengan kata-kata sendiri secara benar.
Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran learning cycle 5E
untuk melihat pengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran IPS .
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, penulis membatasi
pembahasan penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran
IPS antara kelas eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E
dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS antara kelas eksperimen yang menerapkan model learning
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa yang menerapkan
model learning cycle 5E pada kelas eksperimen dan penerapan pembelajaran
konvensional di kelas kontrol
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang
menerapkan model learning cycle 5E pada kelas eksperimen dan penerapan
pembelajaran konvensional di kelas kontrol
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini mempuyai manfaat untuk membuktikan perbedaan
kemampuan model learning cycle 5E terhadap pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya teori tentang model-model
pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPS.
2. Manfaat praktis
a. Dapat memberikan alternatif terhadap siswa untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
b. Siswa memperoleh pengalaman belajar sehingga pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritisnya berkembang.
c. Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu model
pembelajaran yang menarik dan menantang bagi siswa terhadap
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis.
F. Struktur Organisasi Tesis
Terdiri dari: latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan struktur organisasi tesis.
BAB II Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap Pemahaman Konsep
dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Terdiri dari: pengertian IPS, tujuan pembelajaran IPS,
pembelajaran IPS untuk SD, model pembelajaran, model learning
cycle 5E, pemahaman konsep, berpikir kritis, kerangka pemikiran
dan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Terdiri dari: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan
data dan analisi data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Terdiri dari: penjelasan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN Rahayu 5 yang berlokasi di Jalan
Terusan Permai No. 25 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Populasi
penelitian ini, yakni seluruh kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis di kelas IV SDN Rahayu 5 Kecamatan Margaasih
kabupaten Bandung. kelas eksperimen dari penelitian ini adalah siswa kelas IV
SDN Rahayu 5 berjumlah 40 siswa. Sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas
IV SDN Rahayu 4, yang keduanya dipandang memiliki kemampuan setara.
B. Desain Penelitian
Desain dari penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan
Nonequivalent Control Group Desaign dengan tiga variabel yaitu learning cycle
(X) sebagai variabel bebas (independent variable), pemahaman konsep siswa (Y1)
dan kemampuan berpikir kritis (Y2) sebagai variabel terikat (dependent variable).
Penelitian ini didesain dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperiment dan
kelompok kontrol.
Langkah selanjutnya, akan dilakukan uji pretes maupun postest pada kedua
kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Walaupun
diberikan perlakuan yang berbeda antara kedua kelompok tetapi untuk pengujian
baik kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan perangkat tes yang
sama.
Mekanisme penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Secara sederhana desain penelitian, yaitu desain control group
Pretes-postest berikut:
Kelompok Pretest Treatment Postest
A O1 X O2
B O3 O4
Keterangan:
A : Perlakuan model learning cycle 5E
B : Perlakukan berupa pembelajaran secara konvensional
O1 : Pretes kelas experimen
O2 : Postes kelas experimen
O3 : Pretes kelas kontrol
O4 : Postes kelas kontrol
(Schumacher, 2001: 342)
Berdasarkan desain penelitian eksperimen kuasi tersebut, selanjutnya
peneliti membuat alur penelitian untuk memudahkan pengecekan dan pemahaman
Sedangkan rincian prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengumpulan data. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah
sebagai berikut;
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Studi Kepustakaan
Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol
Pelaksanaan pembelajaran dengan model
Learning Cycle 5E
Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol
Analisis data
Kesimpulan
Penyusunan, uji coba, revisi dan pengesahan instrumen
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal,
seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian pengujian
instrumen dan perbaikan instrumen. Kegiatannya meliputi:
1) Menentukan jadwal penelitian
Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu
yang tepat melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap (II) Tahun Pelajaran 2013/2014.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum
yang berlaku, dengan mengkaji terlebih dahulu silabus mata pelajaran IPS
kelas IV SD semester genap. Pengkajian dilakukan terhadap materi
pelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian serta Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP disusun disesuaikan dengan pembelajaran
model learning cycle 5E.
3) Membuat kisi-kisi tes uji coba.
4) Mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa tes pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir kritis.
b. Tahap pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran model learning cycle 5E di kelas
eksperimen. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan pembelajaran pada
kelas eksperimen, yaitu:
1) Tahap pembangkitan minat (engagement)
Guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan melontarkan
pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan
topik)
2) Tahapan Eksplorasi
a) Guru mmbentuk siswa menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari
b) Siswa diajak menjelaskan konsep yang ditemukan dengan kalimat
sendiri
3) Tahapan Penjelasan (exploration)
a) Guru memandu diskusi
b) Siswa secara kritis mengeluarkan dan mendengarkan pendapat teman
c) Memberikan masukan atau pendapat lain
4) Tahapan elaborasi
a) Guru membimbing siswa untuk bertanya mengenai konsep yang telah
didapat sebelumnya dan mengusulkan pemecahan masalah
b) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan.
5) Tahapan Evaluasi
a) Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengungkapkan kekurangan
atau kelebihan pembelajaran yang telah didapatkan agar kedepannnya
menjadi lebih baik.
c. Tahap pengumpulan data
Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan
penyusun laporan secara lengkap.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
digunakan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan
percobaan terkontrol (Sukmadinata, 2013: 53). Sedangkan metode yang
digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini
merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari
dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan
kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran model
learning cycle 5E dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok
siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran model learning
Variabel penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol.
a. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model learning cycle 5E.
b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa pembelajaran IPS.
c. Variabel kontrol pada penelitian ini, merupakan kategori kemampuan awal
pembelajaran IPS siswa.
D. Definisi Operasional
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam judul maupun isi dalam
penelitian ini yang perlu diklarifikasi agar memperoleh kesamaan persepsi,
istilah-istilah. Hal ini ditegaskan oleh Rosnenty (2010: 12) bahwa “Operationalizing variables means stating them in an observable and measurable from making them
availabe for manipulation, control and examination”. Definisi operasional dalam
penelitian ini yaitu:
1. Model learning cycle 5E
Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan konsep-konsep tertentu dan keterampilan menalar. Hal ini
ditegaskan oleh Kolumuc (2012) bahwa LC terdiri dari 5 tahapan yang
mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga
memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep melalui mereka
sendiri. Model pembelajaran learning cycle 5E itu sendiri merupakan sebuah
tahapan kegiatan yang dirancang melalui lima tahapan sebagai upaya agar siswa
dapat belajar lebih aktif dimulai dari tahapan pembangkitan minat (engagement)
Pada tahap kedua eksplorasi (exploration) Pada tahap ketiga penjelasan
(explanation). Kemudian tahap keempat elaborasi (elaboration). Terakhir tahapan
Evaluasi (Evaluation)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyerap arti dari
materi atau bahan yang dipelajari sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang
dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mampu
mengklasifikasikanya kedalam hubungan konsep dan makna dari konsep tersebut
(Bloom, 1979). Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti pemahaman konsep
siswa khususnya dalam pembelajaran IPS kelas IV di sekolah dasar dengan
menggunakan 7 indikator antara lain: menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan (Anderson dan Krathwohl 2010: 100).
3. Kemampuan berpikir kritis
Gunawan (2007: 177) yang menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses
analisis dan evaluasi sehingga membutuhkan perlakuan yang dapat merangsang
kemampuan berpikir siswa. Dalam hal ini gunawan juga menjelaskan bahwa
berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan,
menganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab akibat, membuat
kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Penelitian ini menggunakan
5 indikator kemampuan berpikir kritis dari Ennis yaitu: (1) memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun keterampilan
dasar (basic support), (3) menyimpulkan (interenci), (4) memberikan penjelasan
lanjutan (advanced clarification), dan (5) mengatur strategi dan teknik.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu
jenis instrumen yaitu tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal
tes yang mengukur pemahaman konsep dan kemampuan berpikir siswa. Uraian
mengenai instrumen penelitian yang berupa: tes (Pretes dan posttest) kemampuan
pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa yang sudah diuji coba (analisis
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar memecahkan masalah sosial yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, tes digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perbedaan
pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap pemahaman konsep
antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk soal pilihan
ganda. Adapun tes yang digunakan dalam teknik pengumpul data penelitian
ini adalah:
a. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran
pemahaman konsep dengan tanpa perlakuan untuk kelas eksperimen
maupun kelas kontrol
b. Postest adalah tes yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran untuk
kelas eksperimen melalui model learning cycle 5E, sedangkan kelas
kontrol menggunakan pendekatan konvensional (pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru).
Langkah penyusunan tes dimulai dari penyusunan kisi-kisi dengan
konsultasi pada pembimbing. Perancangan butir soal berpedoman pada jenjang
kognitif pemahaman konsep oleh Anderson & Krathwohl (2010: 100). Kisi-kisi
yang disusun mencakup aspek pemahaman konsep dalam bentuk soal dan
kemampuan berpikir kritis, (kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis
terlampir).
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes untuk kemampuan berpikir kritis berbentuk uraian, yaitu melakukan
pretes dan postes di kelas ekperimen maupun kelas kontrol. Pada tes kemampuan
berpikir kritis diberikan tes soal uraian untuk siswa terhadap materi pembelajaran
IPS SD.
Untuk penskoran terhadap jawaban kemampuan berpikir kritis yang
No. Soal
Skor Kriteria
1 3 Siswa sangat jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini
2 Siswa cukup jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini
1 Siswa kurang jelas dalam menjelaskan dampak positif maupun negatif dari penggunaan teknologi masa lalu dan masa kini
2 3 Siswa sangat tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut
2 Siswa cukup tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut
1 Siswa kurang tepat mempertimbangkan suatu alternatif solusi terhadap dampak buruk perkembangan teknologi komunikasi dan cara mengatasi dampak tersebut
3 3 Siswa sangat tepat mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 2 Siswa cukup tepat mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 1 Siswa kurang tepat mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi peristiwa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cara agar terhindar dari kecelakaan 4 3 Siswa sangat jelas mengidentifikasi asumsi mengenai
kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern
2 Siswa cukup jelas mengidentifikasi asumsi mengenai kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern
1 Siswa kurang jelas mengidentifikasi asumsi mengenai kelebihan dan kekurangan menggunakan alat transportasi masa kini atau modern
5 3 Siswa sangat tepat menentukan tindakan cara mengatasi pencemaran pabrik
2 Siswa cukup tepat menentukan tindakan cara mengatasi pencemaran pabrik
pencemaran pabrik
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes.
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2013: 67).
Alat tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dengan
menggunakan soal pilihan ganda untuk mengukur pemahaman siswa dan soal
uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan
Instrumen Topi/kajian Sumber Data
Soal tes obyektif Mengukur pemahaman konsep Siswa
Soal tes uraian Mengukur kemampuan berpikir kritis Siswa
G. Teknik Pengelolaan Data
Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, maka soal tersebut harus diuji
cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi berkenaan
dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui instrumen yang
dibuat telah memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu validitas, reliabilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
1. Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen yang digunakan dalam penelitian, Arikunto (2006).
Validitas instrumen dalam penelitian ini yaitu validitas konstruksi.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal
validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi
materi yang dievaluasikan (Suherman, 2003). Validitas isi dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan materi
yang diajarkan.
Validitas konstruk dilakukan peneliti kepada dosen pascasarjana UPI yaitu
ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, Ms dan bapak Prof. Dr. H. Disman, M.Si. adapun
koreksi dari hasil uji validitas instrumen oleh buk Enok yaitu untuk pembuatan
soal pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis baiknya sub indikator
yang ada dipilih sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD. Hal ini sesuai
dengan pembahasan peneliti pada bab 2 bahwa untuk instument tidak semua dari
sub indikator dimasukan. Sedangkan hasil koreksi dari Prof. Disman yaitu
memperbaiki kata-kata pada soal sehingga mudah untuk dimengerti oleh siswa
dan untuk kemampuan berpikir kritis menggunakan soal essay.
Hasil dari validitas teoritik ini dilakukan uji Cochran’s Q dengan bantuan program SPSS 16 for Windows, untuk melihat keterkaitan antar skor yang
diberikan oleh beberapa validator. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam
H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak seragam
Kriteria pengujian yang digunakan, adalah jika p-value (sig.) lebih besar dari 0,05,
maka H0 diterima, dan untuk kondisi lainnya H0 ditolak (langkah-langkah
pengujian seperti pengujian pada hipotesis penelitian).
Kemudian validitas butir tes diuji dengan bantuan Microsoft Excel 2007
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sundayana,2010):
1) Menghitung harga korelasi setiap butir tes menggunakan rumus Product
Moment Pearson sebagai berikut.
r xy
–
Keterangan :
X : Skor satu butir soal tertentu terhadap skor total (jumlah skor siswa
pada butir).
Y : Skor total (jumlah skor semua siswa pada tiap butir soal).
N : Jumlah subyek.
2) Melakukan perhitungan uji-t dengan rumus.
3) Mencari ttabel dengan ttabel = tα (dk = n-2).
4) Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel, butir soal valid, atau
Jika thitung≤ ttabel, butir soal tidak valid.
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama (Arikunto, 2013: 100). Suatu alat evaluasi (tes) disebut reliabel jika hasil
evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus
yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha
(Arikunto, 2003)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
∑σi2 = jumlah varians skor tiap–tiap item
σt2 = varians total n = banyaknya soal
Menurut Suherman (2001) ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas
Besarnya nilai r11 Interpretasi
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal yang kita ketahui adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Hal ini ditegaskan pula oleh Suherman (2001) Daya
pembeda sebuah butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (bodoh). Daya
pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks
diskriminasi item. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda
menurut Surapranata (2009) adalah:
Keterangan:
DP = Daya pembeda
= Rata-rata skor pada kelompok atas
= Rata-rata skor pada kelompok bawah
= Skor maksimum pada butir soal
Menurut Suherman (2001) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal tes (Arikunto, 2006). Menurut Surapranata (2009), tingkat kesukaran
untuk soal uraian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Dimana :
TK = Tingkat Kesukaran
= Rata-rata skor pada butir soal = Skor maksimum pada butir soal
Menurut Suherman (2001) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 TK 0,3 Soal Sukar
0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah
TK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Data yang diperoleh dalam penlitian ini adalah data kuantitatif dengan
menggunakan teknik statistika berdasarkan pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.
Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan uji
statistik. Pengujian tersebut dilakukan pada hasil uji instrumen, data pretes, dan
postes. Hasil uji instrumen diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel
2007 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran soal. Data hasil pretes dan postes pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kritis siswa diolah dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16 For
Windows.
Pengolahan dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika
inferential. Dalam penelitian ini, asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji
normalitas Lilifors (Kolmogorov Smirnov) melalui SPSS 16 dengan taraf
signifikansi α = 0.05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai
berikut:
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan untuk menilai perbedaan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS sebelum dan sesudah
diberikan treatment atau perlakuan. Uji normalitas dengan cara menggunakan
Gain factor normalized yang menggunakan rumus:
SMI= skor maksimum ideal
Untuk kriteria nilai g: G ≤ 0,300 maka peningkatan dikatakan rendah, 0,300 ≤ g ≤
0,700 dikatakan sedang dan G≥0,700 peningkatan dikatan tinggi. Semakin besar
nilai g maka semakin besar tingkat kemampuan berpikir kritis dan pemahaman
konsep siswa.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah
homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara
membandingkan varian terbesar dan varian terkecil dengan menggunakan tabel.
Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:
a. Mencari nilai varian terbesar dan terkecil denga rumus:
Fhitung= _Varian Besar_
Varian Kecil
b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria: Jika Fhitung <
Ftabel, maka varians adalah homogen dan uji komparatif dapat dilakukan.
Jika menggunakan program SPSS 16, maka dapat dilakukan dengan analisis
non parametrik tes yaitu dengan menggunakan Two Related Sample Tes yaitu
dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alfa dengan kriteria:
jika angka signifikan (Sig) < α, maka H0 ditolak. Sebaliknya, jika angka (Sig) > α
maka H0 diterima. Selengkapnya kaidah uji homogenitas dengan menggunakan
Kolmogorov Sminorv sebagai berikut:
H0: data sampel memiliki variansi homogen
H1: data sampel tidak memiliki variansi homogen
3. Uji t
Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian maka dibutuhkan pembuktian
hipotesis (Arikunto, 2010). Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
IPS SD.
Data yang diperoleh haruslah data yang berdistribusi normal. Adapun rumus
yang digunakan untuk uji t Susetyo (2010: 203) adalah sebagai berikut:
keterangan:
X1 = Mean kelas eksperimen
X2= Mean kelas kontrol
n
1= jumlah siswa kelas eksperimenn
2= jumlah siswa kelas kontrolnilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel pada nilai α = 0,05 dan derajat
kebebasan dk= n-1. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak, sedangkan jika thitung
<ttabel maka Ho diterima.
I. Uji Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen variabel pemahaman konsep dan
berpikir kritis. Tes untuk pemahaman konsep peneliti menggunakan soal bentuk
pilihan ganda sedangkan berpikir kritis menggunakan soal uraian yang diuji
cobakan kepada 42 siswa di SDN Rahayu 6 Kecamatan Margaasih Kabupaten
Bandung. Berikut hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda.
1. Uji Validitas
Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya
mengkorelasikan skor item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor item. Persyaratan minimum agarsoal dapat dikatakan valid apabila r = 0,2
sehingga apabila korelasi antar item kurang dai 0,2 interumen tersebut
a. Adapun hasil uji coba mengenai tingkat validitas butir pilihan ganda
disajikan dalam tabel 3.6 dibawah ini:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Pemahaman Konsep No. Soal r-hitung Interpretasi
38 0,42 Valid
dalam kategori tidak valid sehingga dari soal valid tersebut peneiti memilih
sebanyak 30 soal yang mewakili dari sub indikator penelitian. Soal yang termasuk
dalam kategori valid dan tidak valid tercantum dalam tabel 3.7
Tabel 3.7
Hasil AnalisisValiditas Butir Soal Tes Pemahaman Konsep Siswa
No Butir Soal Keterangan
1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,16,17,19,20,21,22,23,24, 25,26,27,28,30,31,31,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,4 7,48
Valid
2 13,14,18,29,33,34,35,46 Tidak Valid
b. Uji Validitas Soal Uraian
Sedangkan uji validitas untuk soal uraian pada kemampuan berpikir kritis
disajikan pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Hasil Validitas Kemampuan Berpikir kritis
No. Soal r-hitung Interpretasi
8 0,45 Valid
9 0,32 Valid
10 0,40 Valid
11 0,00 Tidak Valid
12 0,27 Valid
Sedangkan uji coba soal untuk kemampuan berpikir kritis dari analisis
terhadap 12 soal uraian ternyata 11 soal termasuk dalam kategori valid dan hanya
1 soal yang dalam kategori tidak valid sehingga dari soal valid tersebut peneiti
memilih sebanyak 5 soal yang mewakili dari sub indikator penelitian kemampuan
berpikir kritis. Soal yang termasuk dalam kategori valid dan tidak valid tercantum
dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hasil AnalisisValiditas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Butir Soal Keterangan
1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12 Valid
2 11 Tidak Valid
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan dengan bantuan
software Anates V.4 for Window untuk soal pilihan ganda dan uraian. Hasil
reliabilitas soal pemahaman konsep dan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.10
berikut:
Tabel 3.10
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Kemampuan r11 Klasifikasi
Pemahaman Konsep 0,84 Sangat Tinggi
Berpikir kritis 0,53 Cukup
3. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya
suatu soal. Perhitungan tingkat kesukaran pada soal pemahaman konsep jenis
Windows. Beikut disajikan ringkasan tingkat kesukaran tes pilihan ganda pada
abel 3.11 berikut
Tabel 3.11
Tingkat Kesukaran Butir Tes Pemahaman Konsep
38 0,30 Sangat Mudah
Analisis tingkat kesukaran soal pemahaman konsep dilakukan dengan
program anates. Adapun kesimpulan dari hasil perhitungan data dapat disajikan
pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Pemahaman Konsep
No. Item Soal Keterangan Soal
1 29,33 Sangat sukar
5 4,13,14,17,19,24,30,38,47,48 Sangat mudah
Sedangkan tingkat kesukaran untuk kemampuan berpikir kritis dari hasil
perhitungan dalam bentuk soal uraian dijabarkan pada Tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13
Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berfikir Kritia
12 0,59 Sedang
Sedangkan untuk Analisis tingkat kesukaran soal kemampuan berpikir kritis
dilakukan dengan program anates. Adapun kesimpulan dari hasil perhitungan data
dapat disajikan pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No. Item Soal Keterangan Soal
1 3,6,11 Sukar
2 2,4,5,7,8,9,10,12 Sedang
3 1 Mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah . dari
hasil perhitungan daya pembeda soal piliha ganda dilakukan dengan bantuan
software Anates V.4 for Windows. Berikut perhitugan daya pembeda untuk soal
pilihan ganda yang disajikan pada Tabel 3.15
Tabel 3. 15
Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep
19 0,18 Kurang
Berdasarkan perhitungan analisis daya pembeda dengan menggunakan
program anates bahwa dari 48 soal tes pemahaman konsep IPS diperoleh
kesimpulan data sebagai berikut:
Tabel 3.16
Data Analisis Soal Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Daya Pembeda
No Item Soal Keterangan
1 - Sangat Jelek
5 6,8,12,18,21,22,27,28,33,37,42 Sangat Baik
Sedangkan daya pembeda untuk kemampuan berpikir kritis dengan soal
uraian akan disajikan pada Tabel 3.17
Tabel 3.17
Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Berpikir kritis
No. Soal DP Interpretasi
Berdasarkan perhitungan analisis daya pembeda dengan menggunakan
program anates bahwa dari 12 soal tes kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS diperoleh kesimpulan data sebagai berikut:
Tabel 3.18
J. Alur Uji Statistik
Normal
Homogen Tidak Homogen
Gambar 3.3 Alur Uji Statistik Kelas Eksperimen
Data
Pretes Postes
Kelas Kontrol
Data
Pretes Postes
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji t Uji
Parametrik (Uji t’)
Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, dihasilkan bahwa pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mendapatkan penerapan pembelajaran model learning cycle 5E
lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa yang
menerapkan pembelajaran konvensional. Materi IPS yang diberikan berkenaan
tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Materi
tersebut dikemas dan dikaitkan dalam permasalahan kehidupan sehari-hari siswa.
Dengan memberikan permasalahan dalam materi tersebut maka siswa dapat
memahami konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan
melaksanakan tahapan model learning cycle 5E.
Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, yaitu:
1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas
eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E dengan siswa di kelas
kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep
siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan learning cycle 5E lebih baik
daripada penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen yang menerapkan model learning cycle 5E dengan siswa di kelas
kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir
kritis siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan learning cycle 5E lebih
baik daripada penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, berikut ini disajikan beberapa saran atau
1. Pengambil kebijakan
Pembelajaran dengan model learning cycle 5E dapat dijadikan salah satu
alternatif kepala sekolah untuk memberikan inovasi pembelajaran IPS kepada
guru
2. Pengguna
Pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle 5E hendaknya
menjadi alternatif pembelajaran bagi guru SD khususnya dalam pembelajaran
IPS dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis
siswa
3. Peneliti berikutnya
a. Untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model learning
cycle 5E sebaiknya guru membuat skenario dan perencanaan yang matang,
sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan
rencana dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang
terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan
b. Penelitian ini menggunakan sekolah yang berbeda dan guru yang berbeda,
untuk itu agar mendaptkan hasil penelitian yang lebih maksimal maka
peneliti berikutnya sebaiknya menggunakan sekolah yang sama dan guru
yang sama baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
c. Penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu satu bulan. Dengan waktu
penelitian yang relatif terbatas ini, tentunya akan berdampak pada hasil
yang belum maksimal. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain
dapat melanjutkan penelitian dengan alokasi waktu penelitian yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.
Alwi, M. 2009. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Shared (Berbagi) dalam Pembelajaran IPS Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan
Anna, P. 1994. “Pendekatan Sains-Teknologi-,Masyarakat dalam Pendidikan
Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi”. Makalah pada
seminar nasional hasil penelitian pendidikan MIPA III, ujung Padang.
Anderson dan Krathwohl. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
---. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asep, S. 2010. Penggunaan Alat IPA Sederhana Pada Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan
Beyer, BK. 1987. Pratical Strategies For The Teaching Of Thingking. Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon. Inc
Bloom. B,S. 1979. Taxonomy Of Education objektives, The Classification Of
Education Goals, Hand Book 1: Cognitive Domain. Usa: Longman inc.
Costa, AL dan Pressceisen, B.Z. 1985. Developing Mind: A Resource Book For
Teaching Thingking. Alexandria. Ascd
Dahar, RW. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Fisher, A. 2009. Berfikir Kritis. Jakarta: Erlangga.
Glasson, G.E & Lalik, R. V. 1993. “Reinterpreting the learning cycle from constructivist social perspective: A qualitative study of teacher’s beliefs and
practices”. Journal of Research in Science Teaching, 30, (2), 187-207.
Gunawan, R. 2011. Pendidikan IPS (Filofosi, Konsep, dan Aplikasi). Bandung: Afabeta.
Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, S.H. 2004. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah.FPIPS. UPI Bandung.
Irfani, I. 2013. Pengaruh model pembelajaran learning cycle dan model pembelajaran solve create and share terhadap pemahaman konsep pada mahasiswa program studi pembelajaran Geografi. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.
Isjoni. 2007. Integrated Learning (Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan
Dasar). Bandung: Falah Production
Juhendi. 2011. Dampak Model Perubahan Konseptual Melalui Diskusi Kelas Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS . Tesis.Bandung: SPS UPI Tidak Diterbitkan.
Karplus, R. 1978. Teaching for development of reasoning for the ’90. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curiculum Developmen.
Kolumuc, A. 2012. The Effect Of Animation Enhanced Worksheets Prepared
Based on 5E Model For The Grade 9 Students on Alternative Conceptions of Physical and Chemical Changes. Procedia-sosial anda behavioral
Sciencis. 46, (2012).
Kristianti, D. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Konstekstual Strategi React Pada Materi Daur Air Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan
Lowsen, E. A. 1995. Science Teaching and The Development Of Thingking. Belmont, California: Wadworth Publishing Company.
Mahardi, H. 2008. Efektivitas Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPS SD Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa di SD. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan
Maftuh, B. 2009. Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek
Makmun, D.B. (1995). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutakin, A. 2004. Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS Di
Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.
Nasution, A. H. 1992. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars.
National Counsil for Social Studies. 1994. Expectance of Excelence: Curriculum
Standards for Social Studies. Washington D.C: NCSS.
Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Standar Isi.
Permendikbud RI. No. 64 Tahun 2013 Standar Isi.
Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Ramsey, J. 1993. “Developing conceptual storylines with the learning cycle”. Jurnal of elementary science education, 5,(2), 1-20.
Rohaeni, E. 2013. Pengaruh Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat Terhadap Keterampilan Bertanya dan Memecahkan Masalah Sosial Siswa.
Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan.
Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sapriya. 2012. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Konsep Dan Pembelajaran). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Schumacher dan Millon. 2001. Research In Education A Conceptual Introduction. By Addison Wesley Longman. Inc
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tesis. Bandung: SPS UPI Tidak diterbitkan
Suherman. E. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Susetyo, B. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama
Sri, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Http:/Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Volume 1
Nomor 2.
Sukmaatmadja, N. S. 1996. Metode Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sundayana, R. 2010. Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STLIP Garut Press.
Surapranata, S. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Susilawati, Johar Maknum dan Dadi Rusdiana. 2010. Penerapan Model Siklus
Belajar Hipotetikal Deduktif 7E Untuk menignkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep pembiasaan Cahaya. Proseding Seminar
Nasional Fisika 2010 di UPI Bandung.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel, W.S. 1985. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Wirasaputra. 2012. Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS. Tersedia di: http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/04/berpikir-kritis-dalam
pembelajaran-ips-di-era-global/. Diakses pada 3 Juli 2013.