• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMA PADA MATERI MOLLUSCA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMA PADA MATERI MOLLUSCA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA

SMA PADA MATERI MOLLUSCA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh:

Eva Chandra Oktila

0900827

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA

SMA PADA MATERI MOLLUSCA

Oleh

Eva Chandra Oktila

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Eva Chandra Oktila 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

EVA CHANDRA OKTILA

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP

PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMA PADA

MATERI MOLLUSCA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

H. Taufik Rahman, Dr. M.Pd

NIP. 196201151987031002

Pembimbing II

Ammi Syulasmi, Dra. M.S

NIP. 195408281986122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

H. Riandi, Dr. M.Si

(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA SMA PADA MATERI MOLLUSCA

Eva Chandra Oktila

Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi lisan siswa SMA pada materi Mollusca. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu nonequivalent control group design. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu, variabel bebas yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, dan variabel terikat yaitu penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan pretest dan posttest. Hasil analisis dengan uji-Z menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan penguasaan konsep siswa kelas kontrol. Hasil analisis kemampuan komunikasi lisan siswa yang dijaring melalui data observasi menunjukkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas kontrol, serta angket siswa yang menunjukkan respon setuju (80,42%) bahwa penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat membantu pembelajaran, hasil uji-Z, data observasi serta angket memnunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa SMA pada materi Mollusca.

Kata Kunci: cooperative learning tipe jigsaw, penguasaan konsep, kemampuan komunikasi, mollusca

ABSTRACT

Research has been done with using learning model of cooperative learning jigsaw type. Purpose of this study is to obtain information about the effect of model of cooperative learning jigsaw type learning toward mastery of concepts and verbal communication skills of high school students in Molluscs. The research design used in this study is non-equivalent control group. Variable in this study is two, independence variable the learning model of cooperative learning jigsaw type, and dependence variable mastery of concepts and communication skills of students. Data collection was conducted with pretest and posttest. Analysis of the data that used for examine the hypothesis is Z-test. The result show that the mastery of concepts of students in the experimental class are better than with the mastery of student concepts in the control. The analysis results of the verbal communication skills of students are captured through observation, showed that verbal communication skills of experimental class is better than students in control class. Students response of questionnaire declare agreed (80.42%) that the application of models of cooperative learning jigsaw type can help them to learning easily. So that, based on the Z-test results, the data of observations and questionnaires proves that there are positive effects of model of cooperative learning jigsaw type towards mastery of concepts and communication skills of high school students on the Molluscs.

(5)
(6)

DAFTAR ISI

JUDUL Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Batasan masalah... 5

D. Tujuan penelitian... 6

E. Manfaat penelitian... 6

F. Asumsi... 7

G. Hipotesis... 7

BAB II PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN KOMUNIKASI, MATERI MOLLUSCA ... 8

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning... 8

1. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning... 8

2. Tujuan pembelajaran Cooperative Learning... 9

3. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning... 10

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif... 10

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 10

4. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning... 10

(7)

1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw... ... 13

2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 14

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 14

4. Skema kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 15

5. Peranan Guru dalam Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

a. Kelebihan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

b. Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.. 17

C. Peguasaan Konsep... 17

D. Kemampuan Komunikasi Lisan... 21

E. Mollusca... 23

1. Kelas Polyplacophora... 24

2. Kelas Gastropoda... 25

3. Kelas Bivalvia... 26

4. Kelas Scaphopoda ... 28

5. Kelas Cephalopoda... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Lokasi dan Populasi / Sampel Penelitian... 31

B. Desain Penelitian... 31

C. Metode Penelitian... 32

D. Definisi Operasional... 32

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Proses Pengembangan Instrumen... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... 40

H. Prosedur Penelitian... 41

(8)

1. Penguasaan Konsep Siswa... 43

a. Uji Normalitas data... 43

b. Uji Homogenitas... 45

c. Uji Hipotesis... 45

2. Lembar Observasi Kemapuan Berkomunikasi Secara Lisan. 48

3. Analisis Data Angket... 48

J. Alur Penelitian... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

A. Hasil Penelitian... 51

1. Penguasaan Konsep Siswa... 51

a. Data Pretest Penguasaan Konsep Siswa... 51

b. Data Gain Ternormalisasi Penguasaan Konsep Siswa... 55

2. Data Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa... 58

3. Analisis Data Respon Siswa... 61

B. Pembahasan... 63

1. Penguasaan Konsep... 63

2. Kemampuan Komunikasi Lisan... 66

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Komunikasi Lisan... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79

(9)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif... 12

2.2 Skema Kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 15

2.3 Jenjang Taksonomi Bloom dan Beberapa Indikator... 19

2.4 Kriteria Kemampuan Komunikasi Personal... 23

3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian... 31

3.2 Desain Penelitian Non-Equivalent Control Group Design... 31

3.3 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep... 34

3.4 Kisi-Kisi Kriteria Kemampuan Berkomunikasi Lisan... 34

3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa... 35

3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 36

3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran... 36

3.8 Klasifikasi Daya Pembeda... 37

3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda... 37

3.10 Klasifikasi Validitas Item... 38

3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas item... 38

3.12 Klasifikasi Reliabilitas... 38

3.13 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen... 39

3.14 Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Barttlet... 45

3.15 Kategori Indeks Gain... 48

3.16 Kategori Penguasaan Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan... 48

3.17 Kategori Skor dalam Penilaian Skala Likert... 49

3.18 Klasifikasi Respons Angket Siswa... 49

4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Penguasaan Konsep... 52

(10)

4.3 Rekapitulasi Hasil N-Gain Penguasaan Konsep... 55

4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik N-Gain Penguasaan Konsep

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 56

4.5 Data Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Eksprimen

dan Kelas Kontrol... 58

(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Tim-tim jigsaw... 13

2.2 Chiton sp. (a. tampak atas; b. tampak bawah) ... 24

2.3 Struktur Anatomi Hewan Polyplacophora... 24

2.4 Achantina fulica (bekicot)... 25

2.5 Struktur Anatomi Gastropoda... 26

2.6 Lapisan Kulit Kerang Penghasil Mutiara... 27

2.7 Pinctada margaritifera (Kerang mutiara) ... 27

2.8 Struktur Anatomi Bivalvia... 28

2.9 Struktur Anatomi Kelas Scaphopoda... 28

2.10 Dentalium vulgare... 29

2.11 Loligo sp (cumi) ... 29

2.12 Struktur Anatomi Kelas Cephalopoda... 30

3.1 Alur Penelitian... 50

4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Pretest Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 52

4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 79

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 86

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 92

4. Media Pembelajaran ... 95

B. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda ... 102

2. Soal Pilihan Ganda ... 111

3. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Lisan ... 114

4. Lembar Penilaian Kemampuan Komunikasi Lisan ... 115

5. Angket Respon Siswa ... 117

C. Analisis Uji Coba Instrumen 1. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ... 120

2. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ... 124

D. Hasil Penelitian dan Uji Statistik 1. Data Hasil Pre test, Post test, Gain, serta N-Gain Kelas Eksperimen ... 128

2. Data Hasil Pre test, Post test, Gain, serta N-Gain Kelas Kontrol ... 130

3. Analisis Uji Statistik Pretes dan Postes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...132

4. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Eksperimen...136

5. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Kontrol...137

6. Analisis Angket Respon Siswa...138

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aspek

pendidikan. Dalam kegiatan proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan

siswa. Paradigma lama yang muncul dalam dunia pendidikan mengenai proses

belajar mengajar bersumber dari suatu teori tabula rasa John Locke yang

menganggap bahwa pikiran seorang anak bagaikan kertas putih bersih dan siap

menunggu coretan-coteran gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak

diibaratkan botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan

kebijaksanaan sang mahaguru (Lie, 2010). Pada asumsi ini, guru merupakan

orang yang paling mengetahui yang siap mengisi botol kosong dengan berbagai

muatan-muatan pengetahuan di dalam proses pembelajaran. Guru bertugas

menyampaikan informasi kepada siswa yang berperan sebagai penerima

informasi. Didukung pula dengan situasi fenomena belajar yang sering

membebani dan menakutkan bagi siswa karena dibayangi dengan berbagai

tuntutan dalam menguasai konsep yang begitu banyak yang hanya ditransfer oleh

guru, sehingga pembelajaran semacam ini dirasakan kurang bermakna.

Pada era globalisasi saat ini, pendidikan tidak hanya berpacu dalam

penguasaan konsep akan tetapi juga menekankan pada berbagai keterampilan

yang harus dimiliki siswa. Keterampilan-keterampilan tersebut diharapkan

mampu menjadi bekal yang akan diaplikasikan agar siswa tersebut dapat berperan

aktif pada kehidupan yang semakin dinamis dan berkembang pesat. Dinyatakan

pula dalam BSNP (2006: 6) bahwasanya pengembangan kurikulum dilakukan

dengan melibatkan pemangku kepentingan yang bertujuan untuk menjamin

relevansi antara pendidikan dan kebutuhan yang ada dalam kehidupan. Kebutuhan

dalam kehidupan tersebut termasuk di dalamnya aspek kemasyarakatan, dunia

(14)

keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan

akademik, serta keterampilan vokasional.

Menurut Trianto (2007) pada kenyataannya, terdapat berbagai masalah terjadi

dalam dunia pendidikan. Siswa hanya mampu menghapal konsep yang bersifat

teori, tanpa adanya kemampuan dalam pengaplikasian konsep saat menghadapi

masalah dalam kehidupan sehari-hari, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut

kurang dapat memahami dan mengerti secara mendalam tentang konsep yang

telah dihafalnya, karena hanya bersifat hafalan. Masalah lainnya dalam

pembelajaran di sekolah adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang

masih sangat memprihatinkan, yang mana hal ini merupakan prestasi dari hasil

pembelajaran secara tradisional, yakni pembelajaran masih berpusat pada guru

dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang melalui

penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007: 1).

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, diperlukan jalan keluar untuk

mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai seorang pendidik

pada dasarnya haruslah mampu untuk menciptakan kondisi kelas yang ideal pada

setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Menurut Sundari (2010) guru

yang terampil memiliki kemampuan untuk memadukan yang dimilikinya dengan

strategi pembelajaran. Guru yang baik dalam melaksanakan tugasnya selalu ingin

memberikan yang terbaik agar dapat bermanfaat yang positif bagi peserta

didiknya. Agar proses pembelajarannya dapat berjalan dengan optimal, seorang

guru hendaknya merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar dan juga tujuan

yang ingin dicapai salah satunya yakni dengan menggunakan metode yang tepat

(Sanjaya, 2007:145).

Berbagai kemampuan dapat dimunculkan dari kegiatan pembelajaran, salah

satunya kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu

kemampuan yang penting dalam pembelajaran biologi, karena dalam proses

pembelajarannya siswa dituntut untuk membaca juga menyajikan materi baik

dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Terdapat berbagai materi dalam kurikulum cakupan pembelajaran biologi

(15)

dikuasai oleh siswa termasuk materi invertebrata yang di dalamnya terdapat

materi mengenai konsep pada filum Mollusca. Banyaknya konsep dalam filum

Mollusca menyebabkan kesulitan yang akan dialami oleh siswa yang juga

memungkinkan siswa tidak bersemangat dalam belajar.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah model

Kooperatif (Cooperative learning). Pembelajaran kooperatif dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama bersama dengan

siswa lain dalam suasana bergotong-royong yang harmonis dan kondusif. Suasana

positif yang timbul dari pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mencintai pelajaran, sekolah, serta guru. Dalam kegiatan

pembelajaran kooperatif timbul rasa menyenangkan dan mendorong siswa pada

proses belajar dan berpikir (Lie, 2002:91).

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif membantu siswa dalam

mengembangkan pemahaman dengan bekerja sama antar anggota kelompok

sehingga mampu meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar

yang terjadi dalam kelas. Siswa dapat bekerja sama dalam menemukan dan

merumuskan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang berkembang dalam sesama anggota

kelompok akan memungkinkan siswa dalam memahami materi dengan lebih baik.

(Solihatin, 2009).

Menurut Van Sicle (dalam Solihatin, 2009:13) model cooperative lerning

mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa,

berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan

kegairahan siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum. Cooperative

learning dapat dijadikan suatu model pembelajaran yang mengembangkan

suasana kelas yang demokratis dan mendorong siswa lebih termotivasi dalam

mengikuti suatu proses pembelajaran (Webb dalam solihatin, 2009: 13).

Menurut slavin (dalam Sanjaya, 2010) terdapat dua alasan penting yang

menyebutkan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan bentuk

pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini

(16)

penelitian membuktikan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil

belajar siswa serta dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,

menumbuhkan rasa sikap menerima kekurangan diri, serta meningkatkan harga

diri, (2) pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

keterampilan (Sanjaya, 2007: 242).

Dalam beberapa penelitian pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan

apabila dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisonal yang berpusat pada

guru. Hal itu tentu saja berbeda dengan pembelajaran secara berkelompok, dimana

pada saat siswa mengalami kesulitan dalam pendalaman suatu materi, dia

memiliki teman kelompok yang dapat berbagi pengetahuan juga motivasi dalam

meningkatkan semangat dalam belajar (Richard dan Rebecca 2007 dalam

Prajayanti, 2011).

Dari pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan berbagai kemampuan

komunikasi, salah satunya yaitu berkaitan dengan komunikasi lisan. Hal ini

dikarenakan dalam proses pembelajarannya terjadi interaksi antar siswa dalam

anggota kelompok pada saat memecahkan masalah yang diberikan. Untuk lebih

spesifiknya, kemampuan komunikasi lisan dan penguasaan konsep tersebut

dilakukan dengan menggunakan metode koperatif tipe jigsaw.

Salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning adalah Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Di dalam kooperatif jigsaw dapat

ditumbuhkan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

baik pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan afektif siswa (Isjoni,

(17)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pengaruh

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap kemampuan komunikasi

dan penguasaan konsep siswa pada konsep Mollusca?”.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka disusun pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas eksperimen (dengan model

pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw) dan kelas kontrol (dengan

pembelajaran secara konvensional) pada materi Mollusca sebelum dilakukan

pembelajaran?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada materi Mollusca setelah dilakukan pembelajaran?

3. Adakah perbedaan gain penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada materi Mollusca setelah dilakukan pembelajaran?

4. Bagaimana kemampuan komunikasi siswa selama pembelajaran pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model Cooperative

learning tipe jigsaw?

C. Batasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi

pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode

cooperative learning tipe jigsaw dengan kelas kontrol menggunakan metode

pembelajaran secara konvensional.

2. Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar

kognitif siswa menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi. Hasil belajar

siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang

(18)

3. Kemampuan komunikasi yang diukur pada penelitian ini adalah kemampuan

komunikasi lisan siswa.

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran cooperative

learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi

siswa pada materi Mollusca.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa sebelum

dan setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

b. Untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan komunikasi siswa

selama berlangsungnya pembelajaran.

c. Untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi siswa

Siswa dapat termemotivasi dalam belajar agar hasil belajarnya lebih baik.

2. Bagi Guru

Guru dapat mencoba model pembelajaran yang bervariasi yang dapat

memperbaiki dan mengaitkan proses kegiatan belajar di kelas. Khususnya bagi

pembelajaran biologi yang banyak menggunakan konsep dan pemahaman, model

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini dapat menambah semangat bagi

siswa dalam belajar.

3. Bagi peneliti

Diharapkan menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang

model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dan kemampuan

(19)

F. Asumsi

1. Suasana positif yang timbul dari metode pembelajaran cooperative learning

bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pembelajaran dan

sekolah/guru (Lie, 2002:91).

2. Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran cooperative learning

membantu siswa mengembangkan pemahamannya dengan meningkatkan

motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin, 2009:5).

3. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan menguasai materi pelajaran untuk

mencapai prestasi secara maksimal (Isjoni, 2012:54).

4. Dalam suasana pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antar siswa yang

menimbulkan suasana aktif dalam komunikasi (Isjoni, 2012).

G. Hipotesis

H1: Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat mempengaruhi

secara signifikan terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi/ Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Bandung yang beralamat di daerah

Jalan Ir. H. Juanda Nomor 93 Bandung dengan lokasi yang cukup strategis.

Penelitian dilakukan mulai tanggal 4-13 April 2013 dengan jadwal sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest 2 April 2013; (09:15 – 10.45) 4 April 2013; (11.30 – 13.00) Pertemuan 9 April 2013; (09:15 – 10.45) 11 April 2013; (11.30 – 13.00)

Posttest 9 April 2013; (09:15 – 10.45) 11 April 2013; (11.30 – 13.00)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak dua kelas, yaitu kelas X.10 sebagai kelas kontrol dan kelas

X.7 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan data dilakukan secara acak

kelas (cluster random sampling) karena setiap kelas bersifat homogen.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design.

Penggunaan desain ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

penguasaan konsep pada siswa. Dalam desain ini, terdapat dua kelompok yang

dipilih secara random, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan

awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

(Sugiyono, 2010).

Tabel 3.2 Desain Penelitian Non-Equivalent Control Group Design

Grup Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 Xjigsaw O2

(21)

Keterangan:

O1 : Pretest

Xjigsaw : Pembelajaran dengan cooperative jigsaw

Xkonvensional : Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional

O2 : Posttest

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasy

eksperimental atau eksperimental semu. Metode ini digunakan karena banyak

faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan

(Sugiyono, 2010:114). Pada metode ini terdapat kelas yang diberi perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw (kelas eksperimen) dan terdapat

kelompok pembanding dengan metode konvensional (kelas kontrol). Dengan

adanya kelompok pembanding ini maka akibat yang dipengaruhi dari perlakuan

ini dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan antara yang mendapat

perlakuan dengan non perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya

adalah penguasaan konsep siswa dan kemampuan komunikasi siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi operasional

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran tipe jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning jigsaw merupakan model

pembelajaran cooperative dimana terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa beranggotakan siswa dengan

kemampuan dan latar belakang teman dekat yang beragam. Kelompok asal

merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa

yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang terdiri dari lima

sampai enam orang siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengantopiknya

(22)

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa nilai

yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Pemahaman konsep yang

diukur adalah aspek kognitif siswa menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi.

Hasil belajar siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda

jenjang C1-C4.

3. Kemampuan komunikasi

Kemampuan berkomunikasi yang dimaksud pada penelitian adalah

kemampuan komunikasi lisan mengacu pada Stiggins (1994) terdiri dari pendapat

yang disampaikan jelas dan sistematis, pendapat yang disampaikan sesuai dengan

topik pemasalahan, menghargai pendapat siswa lain, mengajukan pertanyaan atau

pernyataan yang menarik siswa lain untuk terlibat dalam diskusi, memperhatikan

jalannya diskusi, tidak mendominasi pembicaraan dan menarik kesimpulan

dijaring memalui lembar observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tes yang bertujuan

untuk mengukur penguasaan konsep, lembar observasi untuk mengukur

kemampuan komunikasi lisan siswa serta angket yang bertujuan untuk

mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tes

dilakukan dalam bentuk tes objektif berupa tes pilihan ganda (multiple choice

test) dengan jumlah options empat.

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen yang telah dibuat terlebih

dahulu di-judgement oleh beberapa dosen ahli dan dosen pembimbing sebanyak

32 butir soal tes pilihan ganda. Setelah proses judgment dilanjutkan dengan uji

coba instrument. Uji coba instrument diberikan kepada 36 siswa yang sudah

memperoleh materi Mollusca. Jumlah tes yang diuji coba berupa 30 tes pilihan

ganda.

1. Soal Penguasaan Konsep

Soal penguasaan konsep siswa disajikan dalam bentuk pilihan berganda

(23)

mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang mencakup jenjang C1

(mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis)

berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Tes pilihan berganda ini

diberikan pada saat pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengukur aspek

kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Kisi-kisi tes yang

digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep

Jenjang Tes Nomor Tes Jumlah Tes

C1 1,2,7,15,19 5

C2 3,5,6,9,10,11,12,13,16,20 10

C3 4,17,18 3

C4 8,14 2

Jumlah Tes 20

2. Lembar Observasi Kemampuan Berkomunikasi Lisan

Lembar observasi digunakan sebagai data utama untuk menjaring kemampuan

berkomunikasi siswa sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Adapun

indikator yang ditetapkan dalam lembar observasi ini mengacu pada Stiggins

(1994) terdapat pada tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kriteria Kemampuan Berkomunikasi Lisan

No. Indikator

1. Pendapat yang disampaikan jelas dan sistematis

2. Pendapat yang disampaikan sesuai dengan topik pemasalahan 3. Menghargai pendapat siswa lain

4. Mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang menarik siswa lain untuk terlibat dalam diskusi

5. Memperhatikan jalannya diskusi 6. Tidak mendominasi pembicaraan 7. Menarik kesimpulan

3. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap

model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang telah dilakukan.

(24)

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

No. Indikator Nomor Pertanyaan Jumlah

Respon

1. Ketertarikan siswa terhadap biologi. 1 1

2.

Pengalaman belajar dengan menggunakan model cooperative jigsaw.

2 1

3. Penilaian siswa terhadap model

cooperative jigsaw. 3,4,5,6,7,8,9 7

4. Kesadaran pentingnya mempelajari

konsep Mollusca. 10 1

Jumlah 10

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk menguji kelayakan tes instrumen yang digunakan dalam penelitian,

dilakukan analisis uji coba instrument dengan melakukan analisis pokok uji.

Analisis pook uji dilakukan pada tes pilihan ganda. Analisis pokok uji yang

dilakukan pada tes pilihan ganda meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya

pembeda, 3). Pengecoh, 4). Validitas, 5). Reabilitas. (Arikunto, 2012).

1. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemmpuan siswa

dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal.

Menurut Arikunto (2011:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah atau tidak terlalu sukar. Soal terlalu mudah tidak akan merangsang siswa

untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar

akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk

mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran menurut Arikunto

(2011) adalah:

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

(25)

Untuk mengetahui klasifikasi tingkat kesukaran bisa dilihat dalam tabel

3.6 berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Rentang Kategori

0,10 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2011:210)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan

menggunakan aplikasi Anates versi 4.0.9 pada soal penguasaan konsep siswa

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran

Nomor soal Kriteria

4,9,16,19,22,23,24,27, Sukar

2,3,6,7,12,15 Sedang

1,5,8,10,11,13,14,17,18,20,21,25,26,28,29,30 Mudah

2. Daya pembeda

Menurut Arikunto (2011 : 211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu

soal untuk membedakan antara siswa pintar (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

= Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah

= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

= Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2011) klasifikasi daya pembeda dikategorikan seperti

(26)

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal penguasaan

konsep siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda

Nomor soal Kriteria

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi

product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Person (dalam

Arikunto, 2011:72) yaitu:

Keterangan :

= Koefisien korelasi aantara variabel X dan variabel Y N = Jumlah soal uji coba

Tabel 3.10 Klasifikasi Validitas Item

Range Validitas

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi (baik)

0,40 ≤ < 0,70 Sedang (cukup)

(27)

Range Validitas 0,00 ≤ < 0,20 Sangat rendah

< 0,00 Tidak valid

(Arikunto, 2011)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal penguasaan konsep

siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas item

Nomor soal Kriteria

- Sangat tinggi (sangat baik)

- Tinggi (baik)

5,8,12,13,14,16,18,25,26,28,30 Sedang (cukup)

2,3,6,7,9,17,19,21,22,27,29 Rendah (kurang)

4,10,11,15,20,23 Sangat rendah

1,24 Tidak valid

4. Reabilitas

Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reiabilitas tes yang berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2011:86). Untuk mengukur

reliabilitas digunakan rumus sebagai berikut:

Klasifikasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.12 Klasifikasi Reliabilitas

Rentang Kategori

0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2011)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan reabilitas pada soal penguasaan konsep

siswa terdapat pada lampiran. Nilai reliatbilitas seluruh soal adalah 0,19 yang

(28)

Pada penelitian ini, untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda dengan menggunakan software ANATES Pilihan Ganda versi

4.0.9 yang dapat dilihat pada Lampiran C.2.

Soal yang dipakai untuk tes penguasaan konsep berupa pilihan ganda dipilih

20 soal, soal yang dipakai adalah soal yang memiliki validitas rendah, cukup,

tinggi, memiliki tingkat kesukaran mulai dari soal yang sangat mudah, mudah,

sedang, dan sukar, serta daya pembeda yang rendah, cukup dan tinggi. Soal yang

ditolak karena soal tersebut memiliki validitas yang tidak dapat didefinisikan

(NAN) dan juga negatif serta memiliki daya pembeda negatif. Dalam merevisi

soal pilihan ganda tersebut, peneliti memperbaiki kata-kata dan jawaban pada

setiap item pertanyaan yang akan digunakan.

Berdasarkan hasil pengujian soal instrumen di atas, di bawah ini adalah

rekapitulasi analisis pokok uji instrumen pilihan ganda sekaligus keputusan yang

diambil terhadap soal tersebut. Berikut iniu hasil rekapitulasinya:

Tabel 3.13 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen

No. Soal Daya

Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keterangan

1 Mudah Jelek Tidak valid Dibuang

2 Baik Sedang Rendah Dipakai

3 Cukup Sedang Rendah Dipakai

4 Jelek Sukar Sangat rendah Dibuang

5 Cukup Mudah Sedang Dipakai

6 Jelek Sedang Rendah Diperbaiki

7 Jelek Sedang Rendah Dibuang

8 Jelek Mudah Sedang Dibuang

9 Cukup Sukar Rendah Dipakai

10 Cukup Mudah Sangat rendah Diperbaiki

11 Cukup Mudah Sangat rendah Diperbaiki

12 Cukup Sedang Sedang Dipakai

(29)

No. Soal Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keterangan

14 Baik Mudah Sedang Dipakai

15 Jelek Sedang Sangat rendah Diperbaiki

16 Cukup Sukar Sedang Dipakai

17 Cukup Mudah Rendah Dibuang

18 Cukup Mudah Sedang Dipakai

19 Jelek Sukar Rendah Dipakai

20 Cukup Mudah Sangat rendah Dibuang

21 Cukup Mudah Rendah Dipakai

22 Cukup Sukar Rendah Dipakai

23 Jelek Sukar Sangat rendah Dibuang

24 Jelek Sukar Tidak valid Dibuang

25 Cukup Mudah Sedang Dibuang

26 Cukup Mudah Sedang Dibuang

27 Jelek Sukar Rendah Dipakai

28 Baik Mudah Sedang Dipakai

29 Cukup Mudah Rendah Dipakai

30 Cukup Mudah Sedang Dipakai

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari :

1. Pemberian pretest kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.

2. Selama kegiatan pembelajaran cooperative tipe jigsaw dilakukan observasi

berkaitan dengan kemampuan lisan siswa ketika siswa melakukan diskusi.

Observasi dilakukan oleh lima orang observer dan setiap observer dan setiap

observer memiliki tanggung jawab untuk mengamati kemampuan

berkomunikasi lisan siswa sati kelompok siswa. Satu kelompok siswa terdiri

(30)

3. Pemberian posttest kepada seluruh siswa untuk mengetahui kemampuan

penguasaan konsep setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan.

Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang

sama pada saat pretest.

4. Pemberian angket kepada seluruh siswa untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

H. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini akan dilakukan memiliki tiga tahapan yaitu:

1. Tahap persiapan

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan.

Tahap persiapan ini meliputi:

a. Menganalisis masalah, melakukan kajian pustaka dengan membaca beberapa

buku ataupun sumber lainnya mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, hasil belajar, dan materi invertebrata.

b. Menyusun proposal menyusun tahapan rencana penelitian dan melaksanakan

seminar proposal.

c. Penyusunan instrumen, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir untuk menjaring hasil belajar

siswa dan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

d. Melakukan judgement instrumen kepada dosen yang sesuai dalam bidangnya.

e. Melakukan uji coba instrumen untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas, dan reliabilitas soal serta distraktor. Setelah mendapatkan

hasil uji coba instrumen maka dilakukan pengolahan data dan pengkategorian

apakah instrumen itu layak atau tidak layak. Apabila masih ada beberapa yang

kurang layak untuk penelitian maka dilakukan revisi instrumen.

f. Melakukan observasi ke sekolah dan menyiapkan persuratan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

(31)

a. Membentuk kelompok siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang tiap

kelompok.

b. Pemberian pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan awal terhadap materi invertebrata dengan

menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 butir.

c. Proses pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan

model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw, sedangkan di kelas

kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode

konvensional (diskusi). Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan

skenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah dibuat.

d. Melaksanakan tes akhir dengan pemberian posttes pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Tes akhir dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa,

secara bersamaan juga diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui

respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif jigsaw mengenai

konsep invertebrata.

3. Tahap pengolahan data, penarikan kesimpulan, dan penyusunan laporan

a. Melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik.

b. Penarikan kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw terhadap hasil belajar pada materi invertebrata

c. Penyusunan laporan penelitian berupa skripsi.

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini mencakup pengusaan konsep, lembar

observasi komunikasi lisan siswa dan angket respon siswa. Pada penelitian ini,

dilakukan dua kali tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, hal ini bertujuan

untuk melihat apakah terdapat peningkatan terhadap hasil belajar setelah belajar

menggunakan model pembelajaran cooperative learning jigsaw pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah

(32)

pretest pada kelas kontrol dan eksperimen diolah dengan melakukan uji

normalitas, homogenitas, dan kemudian uji hipotesis menggunakan program

software SPSS 18 for Windows.

Jika terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa, maka yang dibahas adalah

rerata nilai N-gain, sedangkan jika tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal

siswa, yang dibahas pada pembahasan adalah mengenai hasil posttest siswa. Hasil

dari nilai posttest kemudian akan diolah dengan melakukan uji normalitas,

homogenitas, dan kemudian uji hipotesis menggunakan program software SPSS

18 for Windows. Untuk melihat pengaruh penggunaan model pembelajaran

cooperative learning tipe jisaw terhadap penguasaan konsep siswa dilakukan uji Z

(jika data normal dan homogen) atau uji U Mann-Whitney (jika salah satu data

tidak normal atau homogen).

Untuk pengolahan nilai dari kemampuan komunikasi lisan siswa kelas kontrol

dan eksperimen pada saat pembelajaran berlangsung dihitung jumlah dan rerata

pada setiap kelas. Sedangkan untuk mengolah data dari angket tanggapan siswa

dilakukan dengan menggunakan skala Likert.

1. Penguasaan Konsep Siswa

Hasil tes penguasaan konsep siswa dilakukan untuk menguji hipotesis

penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memberikan skor pada

data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian skor

tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0 - 100.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dilakukan perhitungan. Data utama

terdiri dari tes penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi lisan. Data tes

penguasaan konsep didapatkan dengan perhitungan menggunakan Software SPSS

18 for Windows.

a. Uji Normalitas data

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengetahui apakah data

yang di peroleh berdistribusi normal atau tidak, karena uji-t dapat digunakan

apabila data tersebut terdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

(33)

fixi

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas (Sudjana, 2005:67)

2) Mencari simpangan baku dengan rumus

)

3) Mencari Modus Dengan Rumus

Mo=b+p 

B = Batasan bahwa kelas modal ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak. P = Panjang kelas modal.

b1 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal.

b2 = Frekuensi kela modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih besar sebelum tanda kelas modal

Mo = Modus (Sudjana, 2005: 77)

4) Menguji kenormalan data

Menguji kenormalan data dengan rumus kemencengan kurva, yaitu dengan

menggunakan rumus karl pearson dalam bentuk koefisien pearson yaitu:

S

Mo = Data Terbanyak (Modus) X = Rata-Rata Nilai

(34)

b. Uji Homogenitas

Agar proses pengujian hipotesis bisa berlangsung maka terlebih dahulu perlu

dilakukan pengujian homogenitas sampel. Pengujian homogenitas sampel pada

penelitian ini menggunakan uji bartlett. Untuk memudahkan satuan-satuan yang

digunakan, maka disusun tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Barttlet

Sampel Dk (n1-1) S12 Log S12 (dk) log S12

Dari Tabel 3 dapat dihitung harga yang di perlukan yaitu:

1) Varians gabungan dari semua sampel

2) Harga satuan B dengan rumus:

B = (Log S2)∑ (n1-1)

3) Uji Bartlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat

 

Apabila setelah dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas, ternyata

diperoleh data yang homogen dan berdistribusi normal, maka pengolahan data

dilanjutkan dengan menggunakan uji statistika parametrik.

Uji perbandingan dua rata-rata bertujuan untuk membandingkan dua

(35)

dengan menggunakan uji Z. Uji Z dilakukan apabila data yang diperoleh homogen

dan berdistribusi dormal dan n ≥ 30.

Rumus Uji Z:

X1= Rata-rata nilai kelas eksperimen

X2 = Rata-rata nilai kelas kontrol

n1 = Sampel 1

n2 = Sampel 2 (Sudjana, 239: 2005)

H0 yang telah ditentukan adalah data yang diperoleh dari perlakuan 1 dengan

perlakuan 2 (tidak ada perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2).

Sehingga ditulis Ho : µ1 = µ2. Sedangkan H1 yang telah ditentukan adalah data

yang diperoleh dari perlakuan 1 tidak sama dengan data dan perlakuan 2 (terdapat

perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2) dan dituliskan H1 : µ1 ≠ µ2.

Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan α 0,05, maka:

1. Jika probabilitas (Sig) ≥ 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2. Jika probabilitas (Sig) < 0,05, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan

yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2) Uji Non Parametrik

Jika data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian

perbedaan dua rata-rata uji Z. Akan tetapi apabila data berdistribusi normal tapi

tidak homogen, maka dilakukan statistika non parametrik Mann-Whitney. Uji

perbandingan dua rata-rata bertujuan untuk membandingkan dua perlakuan

sehingga dapat diketahui perlakuan yang lebih baik diantara keduanya. Uji

(36)

Keterangan:

U1= nilai U sampel 1

U2= nilai U sampel 2

N1= jumlah sampel 1

N2= jumlah sampel 2

R1= jumlah ranking sampel 1

R2= jumlah ranking sampel 2 (Sudjana, 2005)

H0 yang telah ditentukan adalah data yang diperoleh dari perlakuan 1 dengan

perlakuan 2 (tidak ada perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2).

Sehingga ditulis H0 : µ1 = µ2. Sedangkan H1 yang telah ditentukan adalah data

yang diperoleh dari perlakuan 1 tidak sama dengan data dan perlakuan 2 (terdapat

perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2) dan dituliskan H1 : µ1 ≠ µ2. Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan α 0,05, maka:

1. Jika probabilitas (Sig) ≥ 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2. Jika probabilitas (Sig) < 0,05, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan

yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

3) Perhitungan Indeks Gain

Perhitungan nilai Gain pada data penguasaan konsep siswa. Perhitungan

N-gain dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan penguasaan konsep

(37)

Tabel 3.15 Kategori Indeks Gain

Rentang Gain Kategori

NG>0,70 Tinggi

0,30 <NG<0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

(Hake, 1999)

2. Lembar Observasi Kemapuan Berkomunikasi Secara Lisan

Perhitungan data lembar observasi dilakukan dengan menjumlahkan dan

memberi skor banyaknya kemunculan tanda (√) pada setiap aspek dalam

kemampuan berkomunikasi lisan yang dinilai. Kemampuan yang muncul diberi

skor sesuai yang tertera pada masing-masing kemampuan, data tersebut dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal yang diperoleh siswa

Tabel 3.16 Kategori Penguasaan Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan

Persentase (%) Kategori

86-100 Sangat baik

76-85 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang

≤54 Kurang sekali

(Purwanto, 2006: 102)

3. Analisis Data Angket

Angket yang digunakan diolah dengan menggunakan skala Likert. Angket

dibuat dalam kategori pernyataan positif.

Rekapitulasi presentase tanggapan siswa dilakukan berdasarkan langkah sebagai

berikut:

a) Memberikan skor pada setiap item pertanyaan yang terdapat dalam angket

(38)

Tabel 3.17 Kategori Skor dalam Penilaian Skala Likert

Kriteria Respon Positif Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat tudak setuju 1

b) Menghitung persentase jawaban siswa menggunakan skala Likert (Sugiyono,

2009).

c) Melakukan interpretasi jawaban angket dengan cara membuat kategori untuk

setiap kriteria.

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara deskriptif, namun

sebelumnya dilakukan perhitungan presentase respon siswa. Persentase respons

siswa dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar dibagi

dengan jumlah seluruh siswa selanjutnya dikali dengan 100% untuk mendapatkan

angka dalam bentuk persen. Adapun klasifikasi respon angket siswa menurut

Koentjaraningrat (1990:10) yaitu:

Tabel 3.18 Klasifikasi Respons Angket Siswa

Persentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian besar

75 – 99 Pada umumnya

100 Seluruhnya

Setelah didapatkan persentase angket lalu data tersebut dianalisis secara

deskriptif dan dihubungkan dengan data pretes serta postes yang didapatkan untuk

(39)

J. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Penyusunan laporan

Analisis data dan penarikan kesimpulan Pelaksanaan posttest dan pengisian angket

Pengolahan data Analisis masalah

Penyusunan proposal penelitian

Seminar proposal

Penyusunan instrumen penelitian

Judgement dan uji coba instrumen

Pengkajian serta revisi instrumen

Observasi ke sekolah Membuat

surat izin penelitian

Pelaksanaan pretest

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (eksperimen)

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa

pada materi Mollusca.

Dari analisis terhadap hasil pretest kedua kelompok didapatkan rata-rata nilai

siswa keduanya termasuk pada kategori cukup yaitu 37,63 untuk kelas kontrol dan

29,86 untuk kelas eksperimen. Penguasaan konsep kelompok eksperimen yang

diberi perlakuan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dan

kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional

menunjukkan memiliki hasil yang berbeda signifikan.

Analisis terhadap Nilai N-Gain penguasaan konsep menunjukkan terdapat

perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen (0,59) dan kelas kontrol (0,50),

keduanya termasuk dalam kategori sedang. uji beda rata-rata nilai N-Gain

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penguasaan konsep

dari perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw memberikan dampak

baik terhadap kemampuan komunikasi siswa secara lisan terlihat dari rata-rata

komunikasi lisan siswa saat belajar termasuk dalam kategori cukup ( ̅ 72,29 %)

dan rata-rata kemampuan komunikasi lisan kelas kontrol yang menggunakan

model pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori kurang sekali ( ̅

48,83%), hal ini dikuatkan juga dengan hasil angket yang diberikan peneliti

setelah pembelajaran, persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap

(41)

75

B. Saran

Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian ini, berikut adalah beberapa saran untuk kegiatan penelitian lebih lanjut, antara lain:

1. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif jigsaw digunakan pada

materi konsep Mollusca di tingkat Sekolah Menengah Atas. Untuk penelitian

selanjutnya, dapat mencakup materi yang lain atau dilakukan pada jejang

pendidikan yang berbeda.

2. Perlu adanya pembiasaan dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw agar siswa dapat mengembangkan penguasaan konsep.

3. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw ini diharapkan agar

memperhatikan pengalokasian waktu pelaksanaan dari setiap langkah

pembelajaran, agar semua kegiatan dapat tercapai dan berjalan dengan lancar.

4. Fase kelompok asal dan ahli dalam penelitian ini belum cukup baik, sehingga

untuk peneliti ataupun guru yang akan melaksanakan model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw diharapkan agar membuat rencana

pembelajaran dengan serinci mungkin, agar penguasaan konsep yang

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, E.N.(2010). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Pemahaman

Konsep dan Berkomunikasi Siswa SMP pada Konsep Pencernaan Makanan.

Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Aqib, Z. (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.

Badan standar nasional pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Efi. (2007). Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui

Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi,

jurusan Biologi, FITK, UIN : Tidak diterbitkan.

Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Cetakan keenam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ginting, A. F. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Vertebrata. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

(43)

Isjoni. (2007). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

_____. (2012). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Krathwolh, D. (2002). “A Revision of Bloom”s Taxonomy: An

Overview.”College of Education. 41, (4).

Kurnia, T. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi S1 Pendidikan Biologi

UPI: tidak diterbitkan.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

_____. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Prajayanti, S.S.R. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar dan Pola Interaksi Siswa SMA pada Materi Sistem Ekskresi. Skripsi S1 Pendidikan

Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Purwanto, N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rismayanti. (2012). Remediasi Miskonsepsi Siswa Smu Pada Konsep Sistem

Pernapasan Dengan Menggunakan Analogi. Skripsi S1 Pendidikan Biologi

UPI: tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S.A.,Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar

Biologi. Bandung: jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

(44)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metode statistika. Bandung: Tarsito

Syamsuri, I. dkk. (2007). Biologi untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Utami, N.R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Praktikum Klasifikasi Alga. Skripsi

S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Warastri, N.A.E. (2011). Profil Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMA

Berdasarkan Gender pada Konsep Ekosistem. Skripsi S1 Pendidikan

Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melaui

Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.” Buletin

Gambar

TABEL
GAMBAR
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian  Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep Jenjang Tes Nomor Tes Jumlah Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah

By utilizing application latency/error metrics, tracing and appropri‐ ate telemetry on utilization, saturation and specific error states you should have the information you need

Jadi, paket-paket yang berbeda dalam external virtual circuit yang sama akan mengambil route yang mungkin berbeda. • External datagram, internal datagram : Tiap paket

KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Periode ke-61 Tahun Akad. Bidang Keilmuan dan Bimbingan Belajar (Total JKEM bidang ini minimal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)Bagaimana kontruksi berita pemilihan umum Presiden (Pemilu) 2019 di Pantura Post. 2) Bagaimana Framing pemberitaan pada

Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit (Suratmin Utomo).. PENGARUH KONSENTRASI

Memperoleh pengetahuan tentang model pembelajaran inkuiri dan pengetahuan tentang penggunaan KIT IPA serta penerapan KIT IPA dalam pembelajaran berbasis inkuiri,

Berdasarkan hasil penelitian dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi yang dilakukan subjek penelitian didapatkan pada dukungan keluarga yang baik dengan