• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PEMBINA DAN MUALAF SUKU BADUY DI YAYASAN SPIRIT MEMBANGUN UKHUWAH ISLAMIYAH (YASMUI) CIBOLEGER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PEMBINA DAN MUALAF SUKU BADUY DI YAYASAN SPIRIT MEMBANGUN UKHUWAH ISLAMIYAH (YASMUI) CIBOLEGER"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PEMBINA DAN MUALAF SUKU BADUY DI YAYASAN SPIRIT MEMBANGUN UKHUWAH

ISLAMIYAH (YASMUI) CIBOLEGER

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Lauril Widad 11160510000261

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

(2)

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PEMBINA DAN MUALAF SUKU BADUY DI YAYASAN SPIRIT MEMBANGUN UKHUWAH

ISLAMIYAH (YASMUI) CIBOLEGER

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Lauril Widad 11160510000261

Dibawah Bimbingan :

Zakaria, M.Ag NIP. 197208072003121003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 Mei 2021

Lauril Widad

NIM. 1116051000261

(5)

ABSTRAK

Lauril Widad, 1116051000261. “Komunikasi Antarbudaya Pembina dan Mualaf Suku Baduy Di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger”.

Masih banyak mualaf suku Baduy setelah keluar dari adatnya dan memutuskan untuk memeluk agama Islam yang memprihatinkan dan tersebar di daerah Ciboleger. Sejumlah tokoh masyarakat dan instansi turut aktif dalam melakukan pembinaan hingga pemberdayaan agar dapat memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak bagi para mualaf suku Baduy tersebut.

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) merupakan salah satu yayasan yang aktif dalam melakukan pembinaan terhadap para mualaf suku Baduy dengan menghadirkan beberapa pembina yang berasal dari berbagai latarbelakang budaya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini pertama, bagaimana proses komunikasi antarbudaya mualaf suku Baduy dan pembina YASMUI. Kedua, apa bentuk komunikasi antarbudaya mualaf suku Baduy dan pembina YASMUI. Ketiga, bagaimana perspektif Islam tentang pembinaan mualaf. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif dan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Kajian pustaka yang digunakan adalah teori adaptasi dalam komunikasi antarbudaya serta konsep unsur dan bentuk komunikasi antarbudaya.

Hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa proses komunikasi pembina dan mualaf di yayasan spirit membangun ukhuwah Islamiyah ini berjalan dengan baik. Mualaf merasa nyaman dengan berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan pembina dalam proses pembinaan yang diadakan. Berbagai hasil studi literatur juga dihasilkan tentang pembinaan mualaf bersumber dari al-qur‟an, as-sunah dan sejarah Islam.

Terakhir, implikasi dari penelitian ini dapat dijadikan pemahaman terkait proses dan bentuk komunikasi antarbudaya di masyarakat dan juga pemahaman tentang pembinaan mualaf menurut pespektif Islam.

Kata Kunci : Komunikasi antarbudaya, Pembinaan Agama Islam, Pembinaan Mualaf Perspektif Islam

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan dan karunianya sehingga kita dapat menjad manusia yang bertaqwa. Serta telah memberikan keberkahan dan keridhaannya, sehingga penulis dapat melewati berbagai rintangan dan halangan sampai pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang akan ilmu pengetahuan ini. Semoga kita selalu mendapat syafa‟atnya di akhirat kelak, Amin.

Dengan penuh rasa syukur penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Komunikasi Antarbudaya Pembina dan Mualaf Suku Baduy Di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam bentuk arahan, bimbingan, kerjasama maupun motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Terkhusus kepada Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hl. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A

2. Keluarga tercinta, Ibu Ipat Nurul Faidah, M. Faqih Muslim dan M. Fajrin Ali yang terus mendo‟akan serta mendukung

(7)

baik berupa moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan hingga tingkat tinggi;

3. Bapak Suparto, M.Ed, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Ibu Armawati Arbi, M.Si., sebagai ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam;

5. Bapak Dr. H. Edi Amin, S.Ag., MA., sebagai sekertaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam;

6. Bapak Zakaria, M.Ag., sebagai dosen pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses pembuatan skripsi;

7. Ibu Dr. Fatmawati, M.Ag sebagai penguji I dalam sidang munaqosah, yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam penulisan skripsi;

8. Ibu Pia Khoirun Nisa, M.Ikom sebagai penguji II dalam sidang munaqosah, yang telah memberikan banyak kritik perbaikan dalam penulisan skripsi;

9. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, informasi dan juga bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi;

10. Bapak Dr. H. Azhari dan Bapak Purnomo, sebagai pengurus Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi;

(8)

11. Ibu Erni Agustina, Bapak Ahmad, Ustad Ahmad Mujadid dan Ustad Thoriq sahala, sebagai pembina mualaf di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) yang telah membantu dalam memberikan informasi kepada penulis terkait penelitian skripsi;

12. Seluruh staff perpustakaan, baik perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan bantuan dalam referensi dan buku-buku untuk menyelesaikan skripsi;

Akhirnya penulis menyadari keterbatasan sebagai manusia biasa yang memiliki kekurangan dan kelemahan. Mohon maaf bila ada kata dan perbuatan penulis, baik yang disengaja maupun tidak. Demikianlah, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT meridhoi dan memberkahi setiap usaha penulis untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Aaminnn.

Ciputat, 21 Mei 2020

Lauril Widad

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Metedologi Penelitian ... 7

1. Pendekatan Penelitian ... 7

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 8

3. Tempat Penelitian ... 9

4. Teknik Pengumpulan Data ... 9

5. Teknik Pengolahan Data ... 11

6. Teknik Analisis Data ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Komunikasi Antarbudaya ... 14

2. Proses Komunikasi Antarbudaya ... 23

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi pada Masyarakat yang berbeda kebudayaan ... 28

(10)

4. Pembinaan Agama Islam ... 30

5. Mualaf ... 38

B. Kajian Pustaka ... 39

C. Kerangka Berfikir ... 42

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 43

A. Sejarah Perkembangan YASMUI ... 43

B. Legalitas YASMUI ... 44

C. Visi, Misi dan Prinsip Dasar YASMUI ... 45

1. Visi ... 45

2. Misi ... 45

3. Prinsip Dasar ... 45

D. Struktur YASMUI ... 46

1. Pendiri Yayasan ... 46

2. Organisasi Yayasan ... 47

E. Program Kerja YASMUI ... 48

1. Di bidang Sosial ... 48

2. Di bidang Kemanusiaan ... 49

3. Di bidang keagamaan ... 49

F. Pembinaan Mualaf Baduy YASMUI ... 50

1. Materi Pembinaan ... 50

2. Jadwal Kegiatan ... 50

G. Pembina dan Binaan YASMUI ... 52

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 56

A. Data Informan ... 56

1. Pembina YASMUI ... 56

2. Mualaf YASMUI ... 59

B. Temuan Penelitian ... 63

1. Gambaran Kegiatan Pembinaan ... 63

2. Komunikasi Antara Pembina dan Mualaf ... 65

(11)

3. Bentuk Komunikasi Antara Pembina dan

Mualaf ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 77

A. Proses Komunikasi Antarbudaya yang dilakukan oleh mualaf suku baduy dan pembina di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) ... 77

B. Bentuk Komunikasi Antarbudaya Di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) ... 79

C. Pembinaan Mualaf Menurut Perspektif Islam ... 82

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 86

A. Simpulan ... 86

1. Proses Komunikasi Antarbudaya ... 86

2. Bentuk Komunikasi Antarbudaya ... 86

3. Pembinaan Mualaf Menurut Perspektif Islam ... 87

B. Implikasi ... 87

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 92

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Kerangka Berfikir ... 42

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kajian Pustaka ... 40 Tabel 2 Struktur Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) ... 46 Tabel 3 Pembina Mualaf Suku Baduy ... 53 Tabel 4 Mualaf dan Duafa Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah ( YASMUI ) Tahun 2017 – 2021 ... 53

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi ... 93 Lampiran 2 Surat Izin Peneltian ... 94 Lampiran 3 Teks wawancara dengan pengurus dan

pembina mualaf Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger ... 95 Lampiran 4 Teks wawancara dengan mualaf suku Baduy

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger ... 105 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Skripsi ... 118

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari berbagai etnis, ras dan budaya yang tersebar di berbagai daerah di nusantara. Salah satu di antaranya ialah suku adat Baduy yang terdapat di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Penduduk desa Kanekes berjumlah 11.707 jiwa dan 3.413 kepala keluarga. Kepercayaan suku Baduy adalah sunda wiwitan yang berakar dari pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang dipengaruhi juga oleh agama Budha dan Hindu. Kepercayaan tersebut ditujukkan dengan adanya

“pikukuh” atau adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. Isi terpenting dari “pikukuh” yaitu konsep “tanpa ada perubahan apa pun”1.

Masyarakat suku Baduy dikenal sebagai masyarakat yang taat pada kepercayaannya. Akan tetapi faktanya, sejak kurang lebih tahun 2000an hingga saat ini banyak di antara mereka yang melakukan konversi agama atau pindah kepercayaan menjadi penganut agama Islam atau yang sekarang di kenal dengan sebutan mualaf suku Baduy. Sedikit demi sedikit para mualaf suku Baduy yang telah kuat keimanannya banyak berpengaruh dan membawa masyarakat

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Saija selaku Kepala Desa Kanekes di Kp. Baduy, 26 Januari 2020

(16)

lain untuk ikut memeluk agama Islam. Hal tersebut juga didukung oleh para tokoh, penyuluh agama dan masyarakat kecamatan leuwidamar dalam menyebarkan agama Islam di kawasan setempat.2

Banyak faktor yang menjadikan masyarakat suku Baduy melakukan perpindahan kepercayaan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern (kepribadian dan pembawaan) maupun ekstern (keluarga, lingkungan tempat tinggal, perubahan status, dan kemiskinan). Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok yang menimbulkan semacam gejala tekanan batin, sehingga akan terdorong untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa demikian, secara psikologis, kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram.3

Hingga saat ini terdapat tiga yayasan yang aktif dalam melakukan pemberdayaan dan dakwah terhadap muallaf suku baduy yang keluar dari Desa Kanekes dan memeluk agama Islam. Diantaranya adalah Yayasan Spririt Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) berdiri tahun 2017, Yayasan

2 Wawancara pribadi dengan Ibu Erni penyuluh agama Islam Kecamatan Leuwidamar di KUA, 26 Januari 2020

3 Dr. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 157

(17)

Komatsu Indonesia Peduli berdiri tahun 2018 dan Yayasan At-Taubah yang berdiri tahun 2019.4

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah atau yang disingkat menjadi YASMUI adalah salah satu yayasan yang melakukan pemberdayaan dan dakwah terhadap para mualaf di Baduy. YASMUI didirikan pada tanggal 22 September 2017. Pendirian YASMUI disahkankan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dengan nomor AHU-0014673.AH.01.04. Tahun 2017 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah. Yayasan ini memiliki berbagai kegiatan pemberdayaan bagi para mualaf dan dhuafa yang rutin dilakukan oleh pengurus demi meneguhkan keimanan dan perilaku Islam kaffah5.

Memahami budaya suatu etnis atau ras identik dengan memahami cara mereka berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia melakukan tindakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut menjadikan terjadinya proses komunikasi antarbudaya dalam tatanan masyarakat yang terdapat perbedaan budaya. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosial, ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini).

4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Erni selaku Penyuluh Agama Kecamatan Leuwidamar di KUA, 26 Januari 2020

5 Wawancara pribadi dengan Bapak Purnomo selaku pengurus YASMUI di YASMUI, 26 Januari 2020

(18)

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif, transaksional dan dinamis. Komunikasi antar budaya yang interaktif adalah komunikasi yang berlangsung di lakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (Two Way communication) namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah memasuki tahap transaksional. Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu

Proses komunikasi antarbudaya juga melibatkan berbagai unsur, di antaranya bahasa dan relatifitas pengalaman, relatifitas persepsi, perilaku non verbal, gaya komunikasi, serta nilai dan asumsi. Melalui beberapa unsur dalam komunikasi antarbudaya terdapat juga bentuk-bentuk komunikasi dalam masyarakat yang berbeda kebudayaan, yaitu komunikasi personal dan komunikasi kelompok. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 13 :











































(19)

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al- Hujurat [49] ayat 13).

Ayat ini menjelaskan, bahwa Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan berbeda-beda suku, bangsa dan agama. Karena keberagaman merpakan sunnatullah dan hal yang telah ditetapkan oleh Allah. Namun dengan demikian, tiap-tiap dari manusia dengan keberagaman itu bukanlah untuk saling bermusuhan dan terpecah belah, melainkan agar seluruh manusia dengan keberagaman tersebut dapat saling mengenal dan saling membantu serta saling memanfaatkan.

Dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Komunikasi Antarbudaya Pembina Dan Mualaf Suku Baduy Di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger”.

B. Identifikasi Masalah

Masyarakat suku adat Baduy Luar di desa bojong menteng kecamatan leuwidamar yang memutuskan untuk menganut agama Islam atau menjadi mualaf memerlukan perhatian khusus agar mendapatkan perlindungan, kehidupan

(20)

dan pendidikan Islam yang layak. Banyak dari pada mualaf Baduy tersebut yang diberdayakan oleh yayasan yang salah satunya ialah Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI). Setelah beberapa tahun hidup dan berkembang dalam lingkungan kebudayaan baru tentunya ada suatu proses komunikasi antarbudaya dan bentuk komunikasi antarbudaya yang dilakukan. Maka dari itu penelitian ini dibuat untuk mengetahui lebih dalam tentang “Komunikasi Antarbudaya Pembina Dan Mualaf Suku Baduy Di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) Ciboleger”.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian lebih jelas dan terarah serta memfokuskan penelitian pada komunikasi antarbudaya pembina dan mualaf suku Baduy di yayasan spirit membangun ukhuwah islamiyah (YASMUI) Ciboleger.

D. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan di atas, maka penulis membuat suatu perumusan masalah dengan pertanyaan utama yaitu : 1. Bagaimana proses komunikasi antarbudaya pembina dan

mualaf suku Baduy di yayasan spirit membangun ukhuwah islamiyah (YASMUI) Ciboleger?

2. Apa bentuk komunikasi antarbudaya pembina dan mualaf suku Baduy di yayasan spirit membangun ukhuwah islamiyah (YASMUI) Ciboleger?

(21)

3. Bagaimana perspektif Islam tentang pembinaan mualaf?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses dan bentuk komunikasi antarbudaya pembina dan mualaf suku Baduy dan pembina di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah Ciboleger.

2. Untuk mengetahui perspektif Islam tentang pembinaan mualaf.

3. Untuk dijadikan referensi komunikasi antarbudaya di berbagai daerah di indonesia.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi khususnya bidang komunikasi dan penyiaran islam dengan komunikasi antarbudaya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi, wawasan serta acuan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui tentang komunikasi antarbudaya dan dakwah Islam.

G. Metedologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

(22)

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian yang dapat diamati6. Adapun definisi lain yaitu suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial yang mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti7. Jenis penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap proses dan bentuk komunikasi antarbudaya pembina dan mualaf suku Baduy di yayasan spirit membangun ukhuwah islamiyah (YASMUI).

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pembina dan mualaf di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) yang masih berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemberdayaan mualaf dan dhuafa.

Adapun pembina yang dijadikan subjek penelitian, yaitu: Ibu Erni Agustina, M.Pdi selaku pengurus yayasan dan penyuluh agama kecamatan leuwidamar, Ust Ahmad selaku tokoh masyarakat desa bojong menteng, Ust Ahmad Mujadid dan Ust Thariq Sahala.

Adapun mualaf yang dijadikan subjek penelitian berjumlah sepuluh orang, yang mana mualaf tersebut masing-masing memiliki latar belakang penganut

6 0Lexy Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005) h. 6.

7 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h. 9.

(23)

sunda wiwitan dan telah bergabung dengan YASMUI selama lebih dari satu tahun.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah mengenai komunikasi antarbudaya mualaf di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).

3. Tempat Penelitian

Tempat pemberdayaan masyarakat mualaf baduy dilakukan di Kp. Mualaf Baduy Jl. Ciboleger, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitiam ini, pengurus menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi didefinisakn sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta “merekam”

perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.8 Adapun teknik yang dilakukan dalam observasi penelitian ini adalah observasi partisipasi, dimana pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta ikut serta dalam aktivitas

8 Haris Herdiansyah, wawancara observasi dan focus group: sebagai instrument pengambilan data kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) Cet.

Ke-3 h. 132

(24)

objek mengenai komunikasi pembina dan mualaf suku Baduy di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).

b. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.9 Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Pengurus dan Pembina mualaf Yayasan Spirit Ukhuwah Islamiyah, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Ciboleger, dan para mualaf suku baduy.

c. Dokumentasi

Teknik pengambilan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan teknik dokumentasi ialah biayanya yang relative murah, serta waktu dan tenaga yang lebih efisien.10

d. Studi Literatur

Teknik ini disebut juga dengan studi pustaka yaitu cara menelusuri kepustakaan yang berisi teori-teori dari karya ilmiah baik yang sudah diterbitkan atau belum diterbitkan berupa hard copy atau soft copy yang ada pada buku-buku (e-books), makalah, journal online.

9 Husaini Usman , metedologi penelitian sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017) Cet. Ke-3 h. 92

10 Husaini Usman , metedologi penelitian sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017) Cet. Ke-3 h. 106

(25)

5. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek penelitian melalui data yang terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.11

6. Teknik Analisis Data

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode interaktif, di mana peneliti berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan di yayasan spirit membangun ukhuwah islamiyah (YASMUI) serta berinteraksi langsung dengan para mualaf Baduy.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan melalui SK Rektor Nomor 507 Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Berdasarkan pedoman tersebut, bagian tengan model penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini berisi latar belakang yang meliputi latar belakang masalah yang menjelaskan gambaran singkat mengenai kronologi terjadinya konversi agama. Kemudian bab ini juga berisi identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

11 Sugiono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D.

(Bandung: Alfabeta, 2013) Cet ke-19 h. 224

(26)

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bagian ini berisi landasan teori, kajian pustaka dan kerangka berpikir yang menunjang dan berhubungan sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi ini. Bab ini mengandung teori komunikasi antarbudaya sebagai teori utama, adapun pembahasan lainnya yaitu: ruang lingkup komunikasi dan mualaf

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN Bagian ini berisi tentang gambaran geografis, historis, sosial budaya, dan sebagainya. Pada penelitian ini bagian ini berisi gambaran umum Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah mengenai sejarah, visi misi dan prinsip dasar dan struktur pengurus.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bagian ini berisi semua analisis temuan data yang menggunakan analisis deskriptif. Penulis membahas tentang data dan temuan dalam penelitian meliputi jadwal kegiatan pembinaan mualaf, data pembina dan data mualaf di Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah Ciboleger.

BAB V PEMBAHASAN

(27)

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini berisi penjelasan kesimpulan, implikasi dan saran dalam penelitian berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang dimiliki.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Komunikasi Antarbudaya a. Komunikasi

Secara etimologi atau bahasa kata komunikasi merupakan terjemahan dari communication berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah communis ialah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan akar kata dari bahasa Latin yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama12

Menurut istilah, pengertian komunikasi menurut Larry A Samovar, Richard E Porter dan Edwin R McDaniel dalam buku Communication Between Cultures disebutkan “Communication is a Dynamic process in which people attempt to share their internal states with other people through the use of symbols”13. Mereka beranggapan bahwa komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha

12 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007) h. 46

13 Samovar, Richard Porter Edwin Mcdaniel. Communication Between Cultures ed, 7. (Belmont, CA: Wadsworth, 2010) h. 16

(29)

untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui penggunaan simbol.

Adapun pengertian lain menurut beberapa ahli komunikasi, antara lain:

1) Menurut Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka14

2) Laswell, mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa (who), mengatakan apa (says what), dengan saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), dan dengan akibat atau hasil apa (with what effect)15

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan dengan menggunakan isyarat, gambar, gaya atau tanda lainnya dengan tujuan mendapatkan pemahaman dan pengertian yang sama antara komunikator dengan komunikan sehingga menimbulkan efek komunikasi yang baik.

b. Fungsi Komunikasi

14 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013) Cet Ke-1 h. 19

15 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998) h.18

(30)

Menurut Larry A Samovar, Richard E Porter dan Edwin R McDaniel dalam buku Communication Between Cultures beberapa fungsi komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Komunikasi memungkinkan anda mengumpulkan informasi tentang orang lain. “Personal experience will tell you that when you meet someone for the first time, you immediately begin to gather information about him or her. This information, collectedd by both verbal and non verbal messages, is essential in intercultural communication because in many instances you are dealing with (strangers).” Pengalaman pribadi anda akan memberitahu anda ketikaanda bertemu seseorang untuk pertama kalinya, anda akan langsung mulai untuk mengumpulkan informasi tentang orang tersebut. Informasi ini diperoleh baik secara verbal maupun non verbal, hal ini penting dalam komunikasi antarbudaya karena anda akan banyak berhubungan dengan orang asing dalam berbagai kesempatan.

2) Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal.

“In conversation with other, you may experience enjoyment, warmth, friendship, and even escape.

In short, communication is one of major ways in which you fulfill social component within yourself.

(31)

Although cultures might express these feelings and emotional differently, all people, by both nature and nurture, have a need to communicate and interact with others”. Melalui suatu percakapan, anda akan merasakan suatu kenyamanan, kehangatan, persahabatan, dan bahkan pelarian. Pendeknya komunikasi merupakan salah satu cara auntuk memenuhi kebutuhan sosial. Walaupun cara menyatakan perasaan dan emosi berbeda dalam setiap budaya, semua orang, secara ilmiah atau melalui ajaran, memiliki kebutuhan akan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

3) Komunikasi membentuk identitas pribadi.

“Communication also plays a role in determining and defining your identity. Whetherit be your individual, group, or cultural identity, your interaction with others offers you insight into who you are, where you belong, and wheere your loyalties rest. Here we only remind you that one of the main functions of communication s to facilitate your acquiring a sense of self.”

Komunikasi juga berperan dalam menentukan dan menjelaskan identitas anda. Baik anda secara pribadi, kelompok maupun identitas suatu budaya, interaksi anda dengan yang lainnya menentukan siapa anda, di mana tempat anda dan di mana anda

(32)

harus setia. Di sini kami hanya mengingatkan anda bahwa satu fungsi penting dari suatu komunikasi adalah memfasilitasi anda dalam menentukan jati diri.

4) Komunikasi mempengaruhi orang lain

“This final function suggest that communication allows you to send verbal and non-verbal messages that can shape the behavior of other people”. Fungsi yang terakhir ini menandakan bahwa suatu komunikasi mengizinkan anda untuk mengirim pesan verbal maupun non verbal yang dapat membentuk tingkah laku orang lain.

Fungsi komunikasi sebagaimana dijelaskan di atas di antaranya ialah untuk mengumpulkan informasi tentang orang lain, membantu seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal, membentuk identitas dan mempengaruhi orang lain.

c. Budaya

Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya ialah

Koentjaraningrat. Menurut

Koentjaraningratkebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta

”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang

(33)

berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.16

Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Untuk lebih jelasnya, Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu: (1) Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma- norma, peraturan dan sebagainya. (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam suatu masyrakat.

(3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Adapun beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli, antara lain:

16 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta) h. 181

(34)

1) Menurut Liliweri kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol- simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.17

2) Taylor dalam Liliweri mendefinisikan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.18

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup.

Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.

Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tidakan-tindakan sosial, kegiatan- kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang orang-

17 Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara) h. 8

18 Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara) h. 62

(35)

orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respon-respon terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka

Kebudayaan merupakan "kumpulan pola-pola kehidupan " yang dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu dari generasi-generasi sebelumnya dan akan diteruskan kepada generasi yang akan mendatang;

kebudayaan tertanam dalam diri individu sebagai pola-pola persepsi yang diakui dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam masyarakat menurut Kim (1979:435). Ditegaskan lagi oleh Samovar et. Al (1981:25) bahwa mengenai suatu teladan bagi kehidupan, kebudayaan mengkondisikan manusia secara tidak sadar menuju cara-cara khusus bertingkah laku dan berkomunikasi.

d. Komunikasi antarbudaya

Menurut Larry A Samovar, Richard E Porter dan Edwin R McDaniel dalam buku Communication Between Cultures menjelaskan “communication occurs when a member of one cultures produces a message for consumption by a memberof another cultures. More precisely intercultural communication involves interaction between people whose cultural perceptions and symbol system are distinct enough to

(36)

alter the communication event”19. Dalam kutipan tersebut mereka menjelaskan konsep komunikasi antar budaya yang berarti bahwa komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain, lebih tepatnya komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi.

Beberapa ahli komunikasi antarbudaya lainnya mengemukakakn pendapatnya tentang definisi komunikasi antarbudaya sebagai berikut :

1. Andrea L.Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan dalam buku Intercultural Communication,A Reader bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial (Larry A.Samovar dan Richard Porter,1976:25)20

2. Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antar budaya meliputi komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latarbelakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para

19 Samovar, Richard Porter Edwin Mcdaniel. Communication Between Cultures ed, 7. (Belmont, CA: Wadsworth, 2010), h. 12

20Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya,(

Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003) h. 10

(37)

peserta (Dood, 1991:5)21

3. Komunikasi antarbudaya (Intercultural Communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya22 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda budaya.

2. Proses Komunikasi Antarbudaya

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif, transaksional dan dinamis. Komunikasi antar budaya yang interaktif adalah komunikasi yang berlangsung di lakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (Two Way communication) namun masih berada pada tahap rendah.

Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah memasuki tahap transaksional. Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena

21Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya,(

Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003) h. 10

22 Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004) h. xi

(38)

proses komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya, maka kebudayaan merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi tersebut. 23

a. Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya Beberapa unsur dalam proses komunikasi antar budaya, yaitu sebagai berikut:

1) Komunikator

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakasai komunikasi, artinya dia yang mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan.

2) Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan tertentu.

3) Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran, yang dilalui oleh pesan dan simbol yang dikirim melalui media tertulis dan media massa. Akan tetapi kadang- kadang pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap muka.

4) Efek dan umpan balik

23 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2003) h. 24 - 25

(39)

Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan agar tujuan dan fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya, antara lain memberi informasi, menjelaskan/menguraikan tentang sesuatu, memberi hiburan, memaksakan pendapat atau mengubah sikap komunikan.

5) Suasana (Setting)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication¸ yakni tempat (ruang, space dan waktu (time), serta suasana (sosial/psikologis) ketika komunikasi antarbudaya berlangsung.

6) Gangguan (Noise atau Interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau yang paling fatal adalah menguraikan makna pesan antarbudaya.24

Adapun unsur-unsur proses komunikasi antarbudaya yang dijelaskan diatas yaitu komunikator, komunikan, media, efek dan umpan balik, suasana dan gangguan.

24 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2003) h. 25 - 30

(40)

b. Komponen Proses Komunikasi Antarbudaya Proses komunikasi antarbudaya melibatkan berbagai unsur, di antaranya bahasa dan relatifitas pengalaman, relatifitas persepsi, perilaku non verbal, gaya komunikasi, serta nilai dan asumsi25.

1) Bahasa

Bahasa merupakan suatu perangkat kata yang diikat oleh berbagai peraturan. Mempelajari bahasa asing merupakan proses sederhana dengan menyubtitusikan kata-kata dan peraturan tata bahasanya, sehingga memiliki arti yang sama.

Bahasa merupakan alat komunikasi dan juga sebagai perwakilan atas persepsi dan pemikiran.

Bahasa juga membantu kita untuk membentuk konsep dan pengelompokkan benda melalui kategori verbal dan prototip serta membimbing kita dalam merasakan dan memaknai pengalaman sosial kita.

2) Persepsi

Pada tingkat dasar persepsi, bahasa dan budaya membimbing kita dalam membentuk gambaran tertentu. Persepsi dalam komunikasi antar budaya adalah proses mengungkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang

25 Wahidah Suryani, “Komunikasi Antarbudaya: Berbagi Budaya Berbagi Makna”, Jourrnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013, email : wahidahsuryanidjafar@yahoo.co.id, h. 8-9

(41)

akan memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya.

Pengertian persepsi menurut para ahli, diantaranya:

a) Menurut J. Cohen persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana.

b) Menurut John R. Wenburg dan William W.Wilmot persepsi adalah cara organisme memberi makna.

c) Menurut Rudolp F. Ferderber persepsi adalag proses menafsirkan informasi indrawi.

Sehingga dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah inti komunikasi dan penafsiran adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian balik.

3) Perilaku Non Verbal

Bahasa verbal merupakan istilah digital, dengan kata lain “kata” sebagai simbolisasi atas fenomena tertentu. Perilaku nonverbal merupakan istilah analogi, yang mewakili fenomena tertentu dengan menciptakan keadaan atau suasana yang diekspresikan secara langsung. Misalnya, secara digital kita ucapkan “Aku Mencintai mu”.

Sementara, secara analogi perasaan tersebut terwakili dengan tatapan dan sentuhan.

4) Gaya Komunikasi

Pola kebiasaan dalam berpikir

(42)

dimanifestasikan dengan perilaku komunikasi.

Karena kebiasaan berpikir kita sebagai besar ditentukan oleh kebudayaan, sehingga saat proses pertukaran kebudayaan seharusnya kita memerhatikan perbedaan dalam gaya komunikasi.

5) Nilai dan Asumsi

Nilai kebudayaan merupakan suatu pola atau norma kebaikan dan keburukan yang dihasilkan oleh masyarakat yang kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Asusmsi kebudayaan berhubungan dengan nilai kebudayaan, namun ia lebih lekat dengan fenomena-fenomena sosial.

Komponen proses komunikasi antarbudaya dapat disimpulan di antaranya yaitu bahasa, persepsi, perilaku non verbal, gaya komunikasi serta nilai dan asumsi.

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi pada Masyarakat yang berbeda kebudayaan

Bentuk-bentuk komunikasi terhadap masyarakat yang berbeda latar belakang budaya adalah sebagai berikut:26

a. Komunikasi personal (personal communication) Komunikasi personal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang, dan dapat berlangsung dengan dua cara yakni:

26 Onong Uchjaha Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.22 h. 18

(43)

1) Secara tatap muka (face to face ommunication) 2) Dengan menggunakan media (mediated

communication)

Komunikasi persinal tatap muka berlangsung secara dialogis saling menatap agar personal sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Ini disebut komunikasi antar personal (interpersonal communication). Sedangkan komunikasi personal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, sebagai media untuk mengirimkan pesan.

Contohnya, melalui telfon atau memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terjadi kontak pribadi.

b. Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi kelompok dibedakan menjadi dua jenis yakni, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang yang jumlahnya tidak terlalu banyak yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara

(44)

verbal.

2) Komunikasi kelompok besar (large group communication)

Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya begitu banyak, sehingga dalam situasi komunikasi ini hampir tidak terdapat kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal.

Dapat disimpulkan, bentuk-bentuk komunikasi pada masyarakat yang berbeda kebudayaan terbagi menjadi dua, yaitu bentuk komunikasi personal dan bentuk komunikasi kelompok. Bentuk komunikasi kelompok terbagi lagi menjadi kelompok kecil dan kelompok besar.

4. Pembinaan Agama Islam

Secara Etimologi pembinaan berasal dari kata bina yang mendapatkan imbuhan pen- an sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan merupakan usaha, tindakan, atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur serta bertanggung jawab dalam rangka pengembangan dan peningkatan kemampuan sumber-

(45)

sumber yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan.27 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembinaan adalah suatu proses, cara perbuatan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta prakasa sendiri, menambah meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.28

Berkaitan dengan hal tersebut, Najamuddin (2008) menyatakan : “Salah satu upaya dalam melakukan pembinaan terhadap muallaf adalah dengan dibentuknya organisasi dakwah. Organisasi dakwah dibentuk dengan tujuan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam bentuk amar makruf nahi munkar dan beramal saleh dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, berkeluarga, atau bermasyarakat

27 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006) h. 9

28 Daradjat Z, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. (Jakarta:

Bulan Bintang), 1970, hal. 22

(46)

sehingga membentuk umat yang berbahagia dunia akhirat”.29 Pembinaan muallaf merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu muallaf menyesuaikan diri dengan agama barunya (Islam).

Ketika seorang muallaf memahami agama Islam dengan baik, maka dapat menghindarkan konflik internal dalam membentuk agama barunya.

a. Dasar Pembinaan Agama Islam

Dasar pembinaan agama Islam adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan sumber utama yang diigunakan sebagai pedoman bagi umat Islam. Ayat Al-Qur‟an yang memuat tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan, yaitu firman Allah SWT, yang berbunyi:































Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran (3): 104).

b. Tujuan Pembinaan Agama Islam

Kegiatan pembinaan pada dasarnya dilaksanakan

29 Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran. (Yogyakarta:

Pustaka Insan, 2008) h. 23.

(47)

untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pembinaan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku. Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaiban tentang pembinaan agama mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan individual, tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu untuk mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan aktivitasnya.

2) Tujuan sosial, tujuan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

3) Tujuan profesional, tujuan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu.30 Melihat dari konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama agar perilaku manusia senantiasa berada pada tatanan. Arah dan tujuan dari pembinaan keagamaan secara garis besar meliputi dua hal, yaitu:

1) Tujuan yang berorientasi pada akhirat, yaitu membentuk seorang hamba yang senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

30 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam.

(Jakarta: Ciputat Press, 2002) h. 25

(48)

2) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan, hambatan, dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.31

c. Unsur-unsur Pembinaan Agama Islam

Pembinaan agama Islam mempunyai unsur atau komponen yang saling terkait dan berhubungan antara satu sama lain. Unsur-unsur Pembinaan agama Islam pada dasarnya terkait dengan penyuluh (da‟i), jamaah (mad‟u) dan organisasi dakwah.

1) Penyuluh (da‟i)

Da‟i berasal dari bahasa Arab yang berarti seseorang yang mengajak atau menyeru kepada kebaikan dengan menyampaikan suatu ajaran pada agama Islam sesuai tuntunan syariat Islam (mubliq). Penyuluh (da‟i) adalah orang yang amat bermakna bagi jamaah. Penyuluh Islam dalam tugasnya membantu jamaah menyelesaikan masalah kehidupannya serta harus memperhatikan nilai-nilai dan moralitas Islam. Sebagai seorang teladan, seharusnya penyuluh Islam menjadi

31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam.

(Jakarta: Ciputat Press, 2002) h. 26

(49)

rujukan dan barometer bagi jamaah atau mad‟u dalam menjalankan kehidupan.32

2) Jamaah (mad‟u)

Mad‟u secara umum dapat dikatakan sebagai pendengar da‟i di dalam ilmu dakwah.

Pengertian mad‟u adalah manusia yang menjadi penerima dakwah, sasaran dakwah atau pendengar dakwah yang disampaikan oleh da‟i, baik dalam bentuk kelompok atau indivudu.33 3) Organisasi Dakwah

Tidak semua da‟i berasal dari suatu lembaga atau organisasi yang memang sudah direncakan atau sudah terarah. Padahal salah satu unsur terpenting dalam melaksanakan dakwah dengan tujuan agar dakwah tersebut bergerak secara konsisten di wilayah dakwah. Dengan demikian organisasi dakwah dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah tersebut dengan menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.

d. Materi Pembinaan Agama Islam

Materi merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam proses pembinaan. Tanpa materi, tujuan dari pembinaan tidak akan tercapai. Pada

32 Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar. (Bandung:

Alfabeta, 2012) h. 260

33 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) h. 19

(50)

dasarnya materi pokok yang disampaikan dalam pembinaan agama Islam adalah inti dari ajaran agama Islam itu sendiri, yaitu:

1) Akidah

Akidah adalah bentuk masdar dari kata

“aqada, ya‟qidu,„aqdan-aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, dan perjanjian yang kokoh.

Secara teknis akidah berarti keimanan, kepercayaan, dan keyakinan. Tumbuhnya kepercayaan itu di dalam hati, jadi akidah adalah kepercayaan yang menyimpul di dalam hati.34 2) Syariah

Syariah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, agar manusia menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan akidah, amaliyah, maupun akhlak. Hukum Islam lebih lanjut membutuhkan pelestarian melalui perwujudan dan pemeliharaan dengan cara menunaikan ibadah oleh hamba. Ibadah tidak hanya sebatas menjalankan rukun Islam, tetapi ibadah juga berlaku pada semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Materi syariah untuk mengembangkan dimensi religious practice atau praktek agama. Materi peribadatan merupakan manifestasi rasa syukur oleh makhluk terhadap Pencipta. Ibadah merupakan wujud keimanan yang

34 Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan.

(Jakarta: Kencana), 2002, Hal. 259

(51)

perlu ditanamkan dalam diri seorang muallaf sebagai pengenalan tentang dasar-dasar peribadatan Islam, seperti shalat, puasa, zakat, atau haji. 35

3) Akhlak

Akhlak secara etimologis berasal dari kata

“khalaqa- yakhluqu-khalqan” dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral.36 Sedangkan Zuhairini menyatakan, akhlak adalah amalan yang merpakan manifestasi dari kedua amal di atas dan yang mengajarkan tata cara pergaulan hidup manusia. Tujuan pengajaran akhlak untuk mengembangkan dimensi etika.

Akhlak dapat mengukur seberapa jauh seorang muslim mampu mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.37

4) Al-qur‟an dan Hadits

Setelah ketiga inti ajaran di atas, kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadis, ditambah lagi dengan sejarah Islam untuk mengembangkan dimensi pengetahuan agama.38

35 Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan.

(Jakarta: Kencana, 2002) h. 277-279

36 Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan.

(Jakarta: Kencana, 2002) h. 262

37 Zuhairini, Methodik Khusus Pendidikan Islam. (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983) h. 60

38 Zuhairini, Methodik Khusus Pendidikan Islam. (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983) h. 60

(52)

5. Mualaf

Ditinjau dari bahasa, mualaf berasal dari bahasa arab Allafa yang bermakna menjinakan, menjadikanya atau membuat jinak.39 Jadi secara istilah mualaf atau al- muallafah qulubuhum berarti orang-orang yang hatinya dijinakan, ditaklukan atau diluluhkan. Karena yang diluluhkan hatinya maka cara yang dilakukan adalah mengambil simpati secara halus seperti memberikan sesuatu atau berbuat baik, bukan dengan kekerasan seperti perang ataupun paksaan.

Sayyid Sabiq mendefinisikan mualaf sebagai orang yang hatinya perlu dilunakkan (dalam arti yang positif) untuk memeluk Islam, atau untuk dikukuhkan karena keislamannya yang lemah atau untuk mencegah tindakan buruknya terhadap kaum muslimin atau karena ia membentengi kaum muslimin.40

Senada dengan definisi di atas, pengertian mualaf menurut Yusuf Qardawi yaitu mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.41

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy mualaf yaitu

39 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progresif, 1997) h. 34

40 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Terj. Fiqih Sunnah, ( jakarta : PT. Pena Pundi Aksara, 2009) h. 677

41 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Terj. (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2002) h. 563

(53)

mereka yang perlu dilunakkan hatinya, ditarik simpatinya kepada Islam, atau mereka yang ditetapkan hatinya di dalam Islam. Juga mereka yang perlu ditolak kejahatannya terhadap orang Islam dan mereka yang diharap akan membela orang Islam.42

Berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan mualaf merupakan orang yang diluluhkan hatinya dan ditetapkan ke Islam.

B. Kajian Pustaka

Penulis meninjau beberapa tulisan, skripsi serta artikel terdahulu yang sesuai. Adapun beberapa skripsi yang penulis jadikan rujukan diantaranya :

Pertama, skripsi karya Suryana, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten dengan judul “Baduy Muslim (Studi Tentang Aktivitas Dakwah di Baduy Luar)” Dalam skripsinya membahas tentang kondisi masyarakat muslim Baduy dan aktivitas dakwah yang ada di Baduy. Sedangkan skripsi penulis membahas tentang pembinaan mualaf dalam perspektif Islam, fokus dalam penelitiannya mualaf suku Baduy.

Kedua, skripsi karya Suhardi, UIN Ar-Raniri Banda Aceh dengan judul “Komunikasi Antarbudaya : Akulturasi, Asimilasi dan problematikanya”, dalam skripsinya membahas budaya singkil dan minang yang menimbulkan perbedaan dan ketidakharmonisan. Sedangkan skripsi penulis membahas

42 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Pedoman Zakat, ( Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 1996) h. 188

Gambar

Diagram 1 Kerangka Berfikir ..................................................... 42
Tabel 1 Kajian Pustaka ..............................................................
Tabel 1 Kajian Pustaka  Kajian  Pustaka  Penelitian 1 Suryana,  UIN Sultan  Hassanudin  Banten  Penelitian 2  Suhardi, UIN
Diagram 1 Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait