• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPAT PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTsN LANGSAT KADAP RAO KABUPATEN PASAMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAPAT PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTsN LANGSAT KADAP RAO KABUPATEN PASAMAN."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPAT PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

DI MTsN LANGSAT KADAP RAO KABUPATEN PASAMAN

Jurnal

RAHMAWATI NPM.11060022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

Pendapat Peserta didik tentang Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling

di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman

Oleh:

Rahmawati * Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd**

Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons. **

Student Guindence and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

This research is motivated by the problem of teachers BK in the implementation of the guidance and counseling have not been implemented optimally, BK teachers tend to use the same program with the program previously and no renewal as well as programs created not in accordance with the needs of learners. The study aims to describe and know the opinion of students about teachers BK in mengusai (1) The concept and practice of assessment to understand the conditions, needs and problems of the counselee, (2) The framework of theoretical praxis of guidance and counseling, (3) Designing guidance and counseling program, ( 4) Implement bimbigan and counseling program, (5) Assess the processes and activities of guidance and counseling. Quantitative descriptive research type. The study population all students of class VII, VIII, and IX in MTsN Langsat Kadap Rao totaling 711 people. The sampling technique research using stratified random sampling. The total sample of 82 people. The tools used for data collection questionnaire. For data analysis technique used percentages. Based on the research results, obtained that the opinion of the teacher BK learners in mastering (1) The concept and practice to understand the conditions, needs, and problems counselees are in either category. (2) The theoretical framework and practical guidance and counseling are in either category. (3) Designing guidance and counseling programs that are in either category. (4) Implement guidance and counseling programs that are in either category.

Keyword: Professional competence, teachers' guidance and counseling Pendahuluan

Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Guru seseorang pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi setiap proses pendidikan yang telah terjadi dan merencanakan pendidikan yang akan dilangsungkan.

Menurut Aziz (2012:19) guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. digugu artinya diindahkan atau dipercayai, ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Kata guru adalah gabungan dari kata gu dan ru, gu artinya kegelapan, kejumudan, atau kekelaman, dan ru artinya melepaskan, menyingkirkan, atau membebaskan, dimana

guru berusaha membebaskan manusia dari kebodohan yang membuat hidup mereka dekat dari ajaran tuhan. Sejalan dengan pendapat di atas Muddlofir (2012:119) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Selanjutnya Aziz (2012:20) menyatakan bahwa guru adalah profesi di mana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan ke dalam jiwa manusia, membentuk karakter dan kepribadian manusia.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seorang pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, membentuk karakter dan kepribadian.

(3)

Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 menyebutkan ada tiga jenis guru yaitu:

1. Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas.

2. Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada satu mata pelajaran.

3. Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

Menurut Syaiful (2009:45) guru kelas adalah guru yang bertanggung jawab mengelola kelas dalam proses pembelajaran dan guru mata pelajaran adalah guru yang memberikan pembelajaran dalam satu mata pelajaran, atau pelayanan yang dapat diberikan Guru BK. Selanjutnya Supriana (2011:8) menyatakan bahwa Guru BK adalah pendidik yang didik dan dihasilkan oleh program studi bimbingan dan konseling di perguruan tinggi lembaga pendidikan.

Senada dengan itu Asman (2010:170) menyatakan bahwa Guru BK adalah:

Tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program BK dan program profesi perguruan tinggi, menguasai kiat-kiat penyelenggaraan layanan BK yang memandirikan serta diasah melalui latihan dan mereka berkompetisi akademik yang diperoleh dalam konteks autentik pendidikan profesi konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan prakteknya.

Selanjutnya Sukardi (2008:29) menyatakan bahwa Guru BK dituntut untuk mengadakan pendekatan instruksional dan dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dengan setiap proses layanan berlangsung.

Berdasarkan pendapat disamping dapat disimpulkan bahwa Guru BK merupakan peyelenggara layanan yang memandirikan peserta didik dan mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional

akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi seperti guru langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara mendalam.

Menurut DEPDIKNAS (2007:30) pemetaan tugas Guru BK dalam pendidikan formal diantaranya:

1. Tugas konselor di Taman Kanak-kanak konselor berperan serta secara produktif di jenjang kanak-kanak sebagai konselor kunjung dan membantu guru dalam menyusun program bimbingan yang terpadu dengan proses pembelajaran.

2. Tugas konselor di Sekolah Dasar konselor juga berperan serta secara produktif di jenjang sekolah dasar, sebagai konselor kunjung.

3. Tugas konselor di Sekolah Menengah pelayanan bimbingan dan konseling di jenjang sekolah menengah merupakan setting yang paling subur karena konselor berperan secara maksimal dalam memfasilitasi potensi yang dimilikinya secara optimal.

4. Tugas konselor di Perguruan Tinggi di jenjang Perguruan Tinggi, konseli telah difasilitas baik penumbuhan karakter serta penguasaan hard skills maupun soft skill, di pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan pada pemantapan karir.

Selanjutnya DEPDIKNAS (2008:3) bidang pelayanan konseling meliputi 4 bagian yaitu:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

4.Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik memilih mengambil keputusan karir.

(4)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Guru BK mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam perkembangan peserta didik, di mana penguasaan kompetensi oleh Guru BK dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar dan pengembangan karir.

Menurut Mahmud (Yahya 2013:31) kompetensi adalah gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku, maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Selanjutnya Usman (Yahya, 2013:31) menjelaskan bahwa kompetensi adalah sesuatu gambaran kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Senada dengan itu Syaiful (2009:29) menyatakan bahwa kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya..

Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan kompetensi juga menuntut tanggungjawab yang berat bagi para guru itu sendiri, dimana mereka harus berani menghadapi tantangan dalam tugas maupun lingkungannya. Kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Menurut Kunandar (2007:75) kompetensi guru meliputi kompetensi kompetensi profesional berikut uraiannya.

1. Menguasai substansi keilmuan yang tekait dengan bidang studi

a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

b. Memahami stuktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan meteri ajar c. Memahami hubungan konsep antar

mata pelajarn terkait

d. Menerapkan konsep-konsep keilmuaan dalam kehidupan sehari- hari

e. Menguasai struktur dan metode keilmuan

2. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.

Selanjutnya Yahya (2013:168) menjelaskan tertuang dalam PP 19/2005,

rumusan kompetensi profesional sebagai berikut:

1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli

a. Menguasai hakekat asesmen

b. Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling

c. Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmenuntuk keperluan bimbingan dan konseling

d. Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah- masalah konseli

e. Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecendrungan prbadi konseli

f. Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk menungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan

g. Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling

h. Menggunakan hasl asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat

i. Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen 2. Menguasai kerangka teoritik dan prakis

bimbingan dan konseling

a. Mengaplikasikan hakikat Pelayanan bimbingan dan konseling

b. Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling

c. Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan konseling d. Mengaplikasikasikan pelayanan

bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja e. Mengaplikasikan

pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

f. Mengaplikasikan dalam praktik format peayanan bibingan dan konseling

3. Merancang program bimbingan dan konseling

a. Menganalisis kebutuhan konseli b. Menyusun program bimbingan dan

konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan

c. Menyusun rencana pelaksanan program bimbingan dan konselin

(5)

d. Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan

4. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif

a. Melaksanakan program bimbingan dan konseling

b. Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling

c. Memfasilitasi perkembangan akademi, karier, personal, dan sosial konseli

d. Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling

5. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling

a. Melakukan evaluasi hasil, proses dan program bimbingan dan konseling

b. Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling c. Menginformasikasikan hasil

pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait

d. Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisikan dan

mengembangkan program

bimbingan dan konseling.

Berdasarkan Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki dan mengaplikasikan empat kompetensi yaitu kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotor, dari perencanaan hingga evaluasi dan tindak lanjut

.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ketika pelaksanaan praktik lapangan di sekolah dari tanggal 11 Agustus sampai 20 Desember 2014 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman maka peneliti menemukan hal yang terkait dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling yang belum terlaksana secara optimal, adanya guru BK yang kurang menguasai esensi bimbingan dan konseling di sekolah seperti penyusunan program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah yang dibuat lebih cenderung didasarkan atas penyesuaian dengan visi dan misi sekolah bahkan cenderung disamakan dengan tahun-tahun sebelumnya, program yang telah disusun belum sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, ada beberapa layanan dan kegiatan dalam program tersebut yang tidak dilaksanakan.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang guru yang berinisial AF, dapat ditarik kesimpulan bahwa Guru BK dihadapkan pada permasalahan mengenai keterbatasan kemampuan dalam penguasaan teknologi yang dapat membantu proses pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kemudian berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa orang pesertadidik salah satunya yang berinisial FE mengatakan adanya Guru BK yang kurang memahami peserta didik dan guru sering tidak mengevaluasi hasil belajar, dalam pemberian layanan Guru BK tidak menggunakan RPL sehingga proses layanan tidak terstruktur dengan baik. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini dibatasi dengan:

1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli

2. Menguasai kerangka teoritik praksis bimbingan dan konseling

3. Merancang program bimbingan dan konseling

4. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling

5. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling

Metode Penelitian

Berdasarkan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Menurut Margono (2009:8) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan secara sistematis dan cermat fakta-fakta secara aktual”.

Sedangkan menurut Yusuf (2005:65)

“penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”.

(6)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menjelaskan keadaan sekarang diri subjek yang diteliti dengan fenomenanya secara rinci, sistematis, apa adanya sehingga diperoleh pengetahuan yang ilmiah. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pendapat peserta didik tentang kompetensi pedagogi Guru BK di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 adapun penelitian ini dilakukan di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII, VIII, IX di MTsN Langsat Kadap Rao yang berjumlah 711 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Menurut Lufri (2007:82)

“stratified random sampling yaitu sampel bertingkat atau sampel yang diambil dari populasi yang terbagi atas tingkat-tingkat atau strata”.

Alat instrumentasi yang digunakan angket Agar data dapat terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian, maka alat pengumpul data. Menurut Arikunto (2010:194) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui

.

Angket yang disebarkan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan disebarkan kepada responden maka angket digunakan peneliti untuk memperoleh data atau informasi pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman. Untuk mempermudah penulis menginterpretasikan data, dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan oleh Lehman (Yusuf, 2005:

365):

P =

0 Keterangan :

P= Tingkat Persentase Jawaban F= Frekuensi Jawaban

N= Jumlah Sampel

100% = Jumlah Angka Mutlak

Setelah data dianalisis dengan rumus persentase, maka dilakukan penafsiran terhadap perolehan hasil penelitian. Untuk menafsirkan data penelitian, digunakan

kriteria atau kategori hasil penelitian, setelah seleksi data, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang telah dikelompokkan dalam sebuah tabel, lalu diolah dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Azwar (2004: 108).

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis interval persentase yang

dilakukan setelah semua jawaban terkumpul untuk mengungkapkan aspek yang diteliti.

Selanjutnya hasil jawaban tersebut ditabulasikan Data yang diperoleh lalu dibahas dan diinterprestasikan berdasarkan deskriptif analisis.

Pembahasan dan Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, berikut ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan batasan masalah. Pada pembahasan ini pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman.

Berdasarkan hasil analisis data, pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru Bimbingan dan Konseling, terungkap bahwa 57 peserta didik dengan persentase (64,77%) menyatakan bahwa kompetensi profesional Guru BK berada pada kategori baik, 10 orang peserta didik dengan pesentase (11,36%) menyatakan kompetensi profesional Guru BK berada pada kategori cukup baik, 14 orang peserta didik dengan pesentase (15,91%) menyatakan kompetensi profesional Guru BK berada pada kategori sangat baik, 5 orang peserta didik dengan pesentase (5,68%) menyatakan kompetensi profesional Guru BK berada pada kategori kurang baik, 2 orang peserta didik dengan persentase

Kategorisasi Rumus Norma Sangat Baik (μ + 1,5 SD) < X Baik (μ + 0,5 SD) < X ≤ (μ +

1,5 SD)

Cukup Baik (μ - 0,5 SD) < X ≤ (μ + 0,5 SD)

Kurang Baik (μ - 1,5 SD) < X ≤ (μ - 0,5 SD)

Sangat Kurang Baik

X ≤ (μ - 1,5 SD)

(7)

(2,27%) menyatakan kompetensi Guru BK berada pada kategori sangat kurang baik.

Hal ini menunjukan bahwa secara umum pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK berada pada kategori baik dengan jumlah persentase sebesar 64,77% atau sebanyak 57 orang peserta didik.

1. Menguasai Konsep Dan Praksis Asesmen Untuk Memahami Kondisi, Kebutuhan, dan Masalah Konseli Berdasarkan hasil penelitian mengenai pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK dalam menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, terungkap bahwa bahwa 36 peserta didik dengan persentase (40,91%) menyatakan bahwa

Guru BK menguasai konsep dan prakis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, Guru BK berada pada kategori baik, 11 orang peserta didik dengan pesentase (11,36%) menyatakan bahwa Guru BK menguasai konsep dan prakis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada pada ketegori cukup baik, 27 orang peserta didik dengan pesentase (30,68%) menyatakan bahwa Guru BK menguasai konsep dan prakis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada pada kategori sangat baik, 12 orang peserta didik dengan pesentase (13,64%) menyatakan bahwa Guru BK dalam menguasai konsep dan prakis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada pada kategori kurang baik, 3 orang peserta didik dengan persentase (3,41%) menyatakan bahwa Guru BK menguasai konsep dan prakis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada pada kategori sangat kurang baik Berdasarkan penjelasan tersebut dilihat dari hasil rekapitulasi dapat dijelaskan bahwa pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional guru dalam menguasai konsep dan praksis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli berada pada kategori baik dengan persentase 40,91% yaitu 36 responden, dari pendapat peserta didik tentang guru BK dapat dilihat Guru BK yang memiliki kompetensi profesioal yaitu Guru BK yang mampu memberikan bimbingan, dan mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang efektif

sebagaimana peserta didik bisa mampu menemukan dirinya, mengenal lingkungan di mana ia berada dan mampu merencanakan masa depannya dengan baik sesuai dengan apa yang ia cita-citakan dan impikan.

Berdasarkan pembahasan dan data yang diperoleh, bahwa Guru BK menguasai konsep dan praksis kondisi, kebutuhn, dan masalah konseli secara umun baik. Ini dapat dibuktikan pada hasil capaian responden yang diperoleh yaitu dari 88 responden yang diteliti terdapat 36 responden yang berpendapat bahwa Guru BK mampu dan menguasai konsep dan praksis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa Guru BK mampu dan menguasai konsep dan praksis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli sesuai dengan apaya yang diinginkan dan sebagian besar baik. Seorang Guru BK harus cepat tanggap terhadap kritikan serta masukan. Sosok seorang pendidik yang berwibawa di sekolah sangat dibutuhkan karena pendidiklah yang menjadi contoh teladan oleh peserta didik di sekolah. Perceminan yang baik tentu akan memantulkan yang baik pula serta memiliki kompetensi profesional.

2. Menguasai Kerangka Teoritik dan Praksis Bimbingan dan Konseling Berdasarkan hasil penelitian mengenai pendapat peserta didik tentang Guru BK menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, terungkap bahwa terungkap bahwa 39 peserta didik dengan persentase (44,32%) menyatakan bahwa Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori baik, 9 orang peserta didik dengan pesentase (10,23%) menyatakan bahwa Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada ketegori cukup baik, 26 orang peserta didik dengan pesentase (29,55%), menyatakan bahwa Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat baik, 12 orang peserta didik dengan pesentase (13,64%) menyatakan Guru BK menguasai kerangka teoritik

(8)

dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori kurang baik, 2 orang peserta didik dengan persentase (2,427%) menyatakan dalam Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat kurang baik. Dari penjelasan tersebut dilihat dari hasil rekapitulasi dapat dijelaskan bahwa Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori baik dengan persentase 44,32% terdapat 39 responden. dapat dilihat dari kegiatan yang diberikan Guru BK serta interaksi antara guru dan peserta didik

Berdasarkan pembahasan dan data yang diperoleh, bahwa Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling secara umum baik. Ini dapat dibuktikan pada hasil capaian responden yang diperoleh yaitu dari 88 responden yang diteliti terdapat 39 responden yang berpendapat bahwa Guru BK mampu dan menguasai tugasnya dengan baik, serta pada kategori sangat baik 26 responden . Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa Guru BK mampu dan menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling sesuai dengan apa yang semestinya dan sebagian besar baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan jika dilihat dari item pernyataan, ternyata dari 88 peserta didik 32 berpendapat Guru BK menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling.

3. Merancang Program Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Guru BK merancang program bimbingan dan konseling terungkap bahwa terungkap bahwa 32 peserta didik dengan persentase (36,36%) menyatakan bahwa Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik, 30 orang peserta didik dengan pesentase (34,09%) menyatakan bahwa Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada ketegori cukup baik, 2 orang peserta didik dengan pesentase (2,27%) menyatakan bahwa Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat baik, 18 orang peserta

didik dengan pesentase (20,45%) menyatakan Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori kurang baik, 6 orang peserta didik dengan persentase (6,82%), menyatakan bahwa guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat kurang baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum peserta didik berpendapat bahwa Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut dilihat dari hasil rekapitulasi dapat dijelaskan bahwa Guru BK dalam merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik 36,36% dapat dilihat dari terlaksanakannya program bimbingan dan konseling yang dilakukan yang telah dirancang sebelumnya.

Berdasarkan pembahasan dan data yang diperoleh, Guru BK meracang program bimbingan dan konseling secara umum baik. Ini dapat dibuktikan pada hasil capaian responden yang diperoleh yaitu dari 88 responden yang diteliti terdapat 32 responden berpendapat bahwa Guru BK mampu merancang program bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhannya serta pada kategori cukup baik 30 responden dan 2 responden pada kategori sangat baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa Guru BK mampu merancang program bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagian besar baik. Hal ini akan membantu Guru BK dalam menberikan layanan sesuai dengan sasarannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan jika dilihat dari item pernyataan, ternyata dari 88 peserta didik 32 berpendapat bahwa Guru BK mampu merancang program bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan peserta didik. Menurut Yahya (2013:168) tertuang dalam PP 19/2005, bagian dari kompetensi profesional salah satunya yaitu, merancang program bimbingan dan konseling

a. Menganalisi kebutuhan konseli b. Menyusun program bimbingan

dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik

(9)

secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan c. Menyusun rencana pelaksanan

program bimbingan dan konseling

d. Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendapat peserta didik tentang kompetensi Guru BK dalam merancang program bimbingan dan konseling, dimana Guru BK perlu menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan yang ada, merevisi program bimbingan dan konseling dengan menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program pelayanan.

4. Mengimplementasikan Program Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai Guru BK

megimplementasikan program bimbingan, terungkap terungkap bahwa 32 peserta didik dengan persentase (36,36%) menyatakan bahwa Guru BK mengimplentasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik, 18 orang peserta didik dengan pesentase (20,45%) menyatakan bahwa Guru BK mengimplementasikan program bimbingan dan konseling berada pada ketegori cukup baik, 20 orang peserta didik dengan pesentase (22,73%) menyatakan bahwa Guru BK mengimplemetasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat baik, 10 orang BK peserta didik dengan pesentase (11,36%) menyatakan Guru BK mengimplemtasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori kurang baik, 8 orang peserta didik dengan persentase (9,09%) menyatakan bahwa Guru BK merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat kurang baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum Guru BK mengimplementasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik. Berdasarkan penjelasan tersebut dilihat dari hasil rekapitulasi dapat dijelaskan bahwa Guru BK

mengimplementasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik 36,36% dapat dilihat dari pendapat peserta didik serta pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan guru BK serta sesuai dengan kebutuhan dan keperluan peserta didik.

Berdasarkan pembahasan dan data yang diperoleh, bahwa pendapat peserta didik

kepada Guru BK dalam

mengimplementasikan program bimbingan dan secara umun baik. Ini dapat dibuktikan pada hasil capaian responden yang diperoleh yaitu dari 88 responden yang diteliti terdapat 32 responden yang brpendapat bahwa Guru BK dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa peserta didik berpendapat bahwa Guru BK dalam mengimplementasikan progam bimbingan dan konseling sebagian besar baik. Hal ini tentu akan terlihat dilaksanakannya oleh Guru BK Program yang telah dibuat sebelumnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan jika dilihat dari item pernyataan, ternyata dari 88 peserta didik berpendapat bahwa Guru BK melaksanakan tugasnya dengan professional.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendapat peserta didik tentang kompetensi Guru BK dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, dimana Guru BK perlu melaksanakan pendekatan kolaboratif dengan kepala sekolah, wali kelas dalam memberikan arahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling sehingga kegiatan yang dilakukan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan sasaran layanan serta hasil yang dicapai dalam meminimalisir masalah yang ada dengan maksimal. Guru BK diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik di segala bidang seperti akademik, karir, personal, dan sosial, seperti Guru BK mampu menyalurkan minat pesrta didik kearah karir yang diinginkan.

(10)

5. Menilai Proses Hasil Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Guru BK menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling terungkapterungkap bahwa 40 peserta didik dengan persentase (45,45%) menyatakan bahwa Guru BK menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori baik, 17 orang peserta didik dengan pesentase (19,32%) menyatakan bahwa guru BK menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada ketegori cukup baik, 12 orang peserta didik dengan pesentase (13,64%) menyatakan bahwa Guru BK menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat baik, 14 orang peserta didik dengan pesentase (15,91%) menyatakan Guru BK menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori kurang baik, 5 orang peserta didik dengan persentase (5,68%) menyatakan bahwa Guru BK menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori sangat kurang baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum Guru BK dalam menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut dilihat dari hasil rekapitulasi dapat dijelaskan bahwa Guru BK dalam menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori baik 45,45% dapat dilihat dari il penilaian proses hasil kegiatan dari semua layanan yang dberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pembahasan dan data yang diperoleh, bahwa Guru BK menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan secara umun baik. Ini dapat dibuktikan pada hasil capaian responden yang diperoleh yaitu dari 88 responden yang diteliti terdapat 40 responden berpendapat bahwa Guru BK dalam m enilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling berada pada kategori baik dan 12 responden pada kategori sangat baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa Guru BK menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling sebagian besar baik. Hal ini terlihat dari hasil penilaian proses, penilaian hasil yang dilakukan oleh guru

BK pada setiap kegiatan telah selesai dilaksanakan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendapat peserta didik tentang kompetensi Guru BK yang profesional adalah guru yang memiliki dan mengaplikasikan empat kompetensi yaitu kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotor, dari perencanaan hingga evaluasi dan tindak lanjut.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai Pendapat Peserta Didik Tentang Kompetensi Guru Bimbingan Dan Konseling Di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman . Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK dalam menguasai konsep dan praksis kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. berada pada kategori sangat baik.

2. Pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK dalam menguasai kerangka teoritik dan prakis bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

3. Pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK dalam merancang program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

4. Pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional Guru BK dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling berada pada kategori baik.

5. Pendapat peserta didik tenteng kompetensi profesional Guru BK dalam menilai proses hasil kegiatan bimbingan dan konseling. kategori sangat baik,

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling di MTsN Langsat Kadap Rao Kabupaten Pasaman

(11)

sebagian besar dapat dikategorikan

“baik”.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti ingin mengajukan saran kepada

1. Guru BK, agar mampu memahami peserta didik secara menyeluruh dan menjalankan tugas-tugas sebagai guru BK serta melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yaitu mendidik, membimbing, dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehingga menciptakan Guru BK yang profesional.

2. Peserta Didik, agar mampu mempertahankan dan meningkatkan cara belajar yang lebih baik dalam lingkungan sekolah serta menaati peraturan sekolah juga mendengarkan nasehat guru.

3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan untuk menyiapkan tenaga- tenaga konselor di sekolah dan di masyarakat, khususnya untuk membentuk karakter remaja melalui komunikasi yang baik.

4. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai pendapat peserta didik tentang kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling dengan variabel yang berbeda

.

Kepustakaan

Ahmad Riska dan Mawaisni Hasan. 2002.

Pengelolaan Program BK. Padang:

UNP

Ahmad, Abu. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asman, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press .

Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta : AL-mawardi Prima.

Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Media Group.

Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal. Depdiknas: Bandung.

Depdiknas. 2008. Undang-undang Tahun 2008 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2010. Undang-undang No. 14 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada..

Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta . Rineka Karya.

Sukardi, Dewa Ketut & Nila Kusmawati.

2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah Jakarta : Rineka cipta.

Supriana. 2011. Psikologi Pendidikan Suatu Pendidikan Baru. Bandung:

Rosdarkarya.

Syaiful, Sagala. 2009. Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta.

Yahya, Murip. 2013. Profesi Tenaga kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press

Referensi

Dokumen terkait

1) Saya mendiamkan teman yang berbicara kepada saya saat saya sedang kesulitan mengerjakan tugas.. 2) Saya membentak teman yang mengganggu saya ketika saya sedang mengerjakan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

6 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Propinsi, Kondisi Kesehatan (Hambatan yang Dihadapi dalam Pergaulan atau Melibatkan Diri dalam Kegiatan Masyarakat) selama

Budući da današnja školska knjižnica nije više samo mjesto skupljanja znanja i njegova posredovanja korisnicima, već i mjesto gdje se to znanje pretražuje i

Pritom je važno naglasiti da kvaliteta usluga u knjižnicama podrazumijeva i kvalitetnu komunikaciju s korisnicima koja se odnosi na svakodnevnu komunikaciju vezanu uz

Akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, dari pengertian ini akhlak bukan saja norma yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma

Ketika melihat reaksi dari orang tua saat mengetahui bahwa dirinya hamil diluar nikah, informan memiliki perasaan sedih, kecewa dengan dirinya karena tidak patuh

Dalam pelaksanan layanan bimbingan konseling guru BK mempunyai tugas utama memberikan layanan kepada peserta didik, akan tetapi kegiatan guuru BK tidak hanya