VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN
A. Strategi Pemasaran Minyak Nilam
Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap faktor dominan yang mempengaruhi perencanaan strategi dengan menggunakan:
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor internal industri yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada agroindustri.
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor eksternal industri yang meliputi peluang dan ancaman yang ada pada agroindustri.
Matriks Internal-Eksternal (IE) yang menggunakan parameter kekuatan internal agroindustri dan pengaruh eksternal yang dihadapi.
Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi pemasaran di tingkat korporat yang lebih detail.
Gambar 28. Kelas Pada Matriks Internal dan Eksternal
Faktor Internal
4 3 2 1
3 I.Growth II. Growth III. Retrenchment
2 IV. Stability V. Growth, Stability VI. Retrenchment
Faktor Ekste rnal
1 VII. Growth VIII. Growth IX. Retrenchment
Dalam penghitungan dengan menggunakan IFE/EFE dilakukan oleh tiga pakar. Analisa strategi pengembangan mencakup analisis internal maupun eksternal dari pilihan produk prospektif, disini melalui model produk prospektif terpilih komoditi yang paling prospektif yaitu nilam.
Analisis internal digunakan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
usaha agroindustri dalam yang berkaitan dalam memasarkan produk tersebut. Hal
ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kekuatan yang ada serta menekan
dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang dihadapi dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan strategi perencanaan yang cukup efektif.
Input internal bisa dilihat pada tampilan berikut:
Gambar 29. Input matriks internal pada program EssDSS 01
Gambar 30. Input matriks eksternal pada program EssDSS 01
Hasil masukan dari para pakar yang berjumlah tiga orang, di-combine sehingga didapatkan hasil seperti tampilan berikut :
Gambar 31. Hasil perhitungan gabungan matriks para pakar
Dari hasil yang ada maka bisa didapatkan hasil output posisi dari suatu
industri yang dianalisa. Pada program didapatkan hasil kelas jatuh pada posisi
keempat.
Gambar 32. Posisi kelas industri minyak nilam
Verifikasi dan validasi program seperti dapat dilihat pada tabel berikut posisi untuk industri minyak nilam juga jatuh pada posisi keempat.
Tabel 17. Matriks Internal Eksternal Minyak Nilam
Nilam Oils Bobot
Skala
Penilaian Skor
Strength/ Kekuatan
Ketersediaan bahan baku 0,16 3,67 0,59 kebijakan pemerintah 0,09 3 0,27 kualitas paling bagus di dunia 0,14 4 0,56 Kapasitas produksi yang besar 0,15 2,33 0,35
Weakness/ Kelemahan
nilai tambah 0,15 3,67 0,55 teknologi yang belum memadai 0,14 3 0,42 sdm belum memadai 0,15 3 0,45
Opportunities/ Peluang
Kebutuhan dunia yang besar 0,29 3,67 1,06
Globalisasi 0,26 2,33 0,61
pertumbuhan penduduk 0,24 1 0,24
Threat/ Ancaman
harga yang fluktuatif 0,21 1,67 0,35
Stabilitas, IV 3,19 2,26
Kekuatan dari industri minyak nilam ini adalah pada ketersediaan bahan baku, dimana nilam dapat mudah tumbuh dan dikembangkan di wilayah Indonesia dan kualitas nilam aceh Indonesia memiliki kualitas yang paling bagus di dunia.
Minyak nilam berada posisi sel keempat yaitu stabilitas, yang menandakan dalam kondisi stabil dimana dilihat dari volume ekspor setiap tahunnya memang terjadi peningkatan tetapi volumenya tidak terlalu signifikan. Pada posisi ini dengan posisi yang stabil dan kotribusi 60% minyak atsiri yang diekspor yaitu dengan tidak mengubah garis besar strategi yang sudah diterapkan.
Kebijakan pemerintah yang ada hanya mendukung secara garis besar.
Dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah yang dicantumkan dalam keputusan menteri misal. Saat ini kepmenperindag yang mendukung yaitu no. 558 th.1998 jo.07 tahun 2005 bahwa barang ekspor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok barang: 1) yang diatur tata niaga 2) diawasi 3) dilarang dan 4) bebas.
Untuk minyak atsiri termasuk komoditi yang bebas ekspornya kecuali yang mengandung safrol masuk dalam kelompok 1. Kepmenperindag yang telah disebutkan sayangnya masih bersifat global perlu adanya kepmen yang secara khusus mengatur subsidi langsung bagi para pelaku hulu yang bisa digunakan sebagai modal maupun pelatihan berkala mengenai sistem kultivasi, penjagaan kualitas, peningkatan rendemen serta perlakuan produk yang akan diekspor.
Peningkatan produksi saat ini sedang dilakukan terutama di daerah Sulawesi dan Kalimantan, hal ini patut diperhatikan. Peningkatan yang dilakukan memang untuk memenuhi kebutuhan dunia yang belum tecukupi, tetapi hati-hati terhadap kelebihan produksi perlu untuk menyeimbangkan antara supply-demand.
Metode analisis internal dan eksternal pada minyak nilam dilanjutkan ke
metode SWOT.
Tabel 18. Kriteria pada matriks internal dan eksternal pada minyak nilam
Strength/ Kekuatan Weakness/ Kelemahan Ketersediaan bahan baku Nilai tambah
Kebijakan pemerintah
Teknologi yang belum memadai
Kualitas paling bagus di
dunia SDM belum memadai
Kapasitas produksi yang
besar Opportunities/ Peluang Threat/ Ancaman
Kebutuhan dunia yang besar Harga yang fluktuatif Globalisasi Pertumbuhan penduduk
Strategi SO
Kebijakan pemerintah yang mendukung dalam mengekspor minyak nilam dan tetap menjaga ketersediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan dunia yang besar dengan tetap menjaga kualitas. Peningkatan produksi pun perlu diperhatikan agar tidak berlebih sehingga terjadi over supply, yang disusul dengan penurunan harga drastis.
Perlu adanya standar kualitas yang perlu diketahui para pelaku hulu agar hasilnya nanti dapat bersaing di pasar global, walaupun kualitas nilam aceh yang paling bagus tetapi dengan kandungan PA (Patchouli Alkohol) yang lebih tinggi harga yang didapatkan akan lebih tinggi pula.
Strategi WO
Meningkatkan keterampilan di bidang minyak atsiri untuk menghadapi era globalisasi, perlu adanya pelatihan yang dapat meningkatkan daya saing personal.
Subsidi khusus dari pemerintah akan lebih mendukung.
Meningkatkan nilai tambah/ teknologi dalam memenuhi kebutuhan dunia
yang besar, kerjasama antara para stakeholder diperlukan untuk membentuk rantai
kuat dalam menghadapi era global secara bersamaan. Misal dari pihak swasta
yang mendukung dari segi teknologi bekerjasama dengan pihak pemerintah dan
petani. Teknologi dapat meningkatkan nilai tambah yang secara langsung
berpengaruh pada harga minyak nilam itu sendiri.
Strategi ST
Dalam memaksimalkan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman harga yang fluktuatif yaitu dengan tetap menjaga keseimbangan antara supply dengan demand dari pasar ekspor. Sampai saat ini demand ekspor masih belum tercukupi sehingga strategi saat ini yaitu menggenjot produksi dengan tetap menjaga ketersediaannya. Hal ini diharapkan dapat tercapai karena Indonesia memiliki daerah potensial penghasil nilam di daerah sumatra, jawa dan kalimantan. Varietas tanaman yang dimiliki Indonesia juga terkenal akan kadar PA (Patchouli Alkohol) yang tinggi.
Strategi WT
Strategi SWOT yang terakhir yaitu menekan kelemahan yang ada sekaligus mengurangi ancaman, perlu adanya kerjasama erat dan bersifat berkelanjutan terutama dalam bidang pelatihan dan teknologi. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkat daya saing Indonesia di mata dunia.
Secara garis besar industri minyak nilam perlu meningkatkan integrasi rantai nilai dari proses budi daya-panen-pasca panen-penyulingan/pemurnian- sales/promotion
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari tahap di atas yaitu:
• Dari segi budi daya perlu diperhatikan dari segi varietas nilam yang ditanam, kondisi tanah dan lingkungan serta perlu adanya pencegahan akan munculnya hama.
• Ketika panen, perlu diperhatikan waktu yang tepat untuk memanen
• Pasca panen juga merupakan tahap yang penting dimana harus diperhatikan perlakuan pasca panen agar rendemen yang berkurang tidak banyak.
• Pada proses penyulingan dan pemurnian, perlu diperhatikan teknologi yang digunakan.
• Tahap terakhir diperlukan strategi marketing dalam penjualan.
Tujuan dengan diterapkannya integrasi rantai nilai
• Peningkatan daya saing
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas
Dari segi pasar tujuan, dengan rata-rata dari tahun ke tahun seperti pada tabel berikut:
Tabel 19. Eksportir minyak nilam dengan kebutuhan rata-ratanya/ tahun.
konsumsi nilam
NO NEGARA
KONSUMSI (TON/TAHUN) 1 Amerika Serikat 210-230
2 Inggris 45-60
3 Perancis 40-50
4 Swiss 40-50
5 Jerman 35-40 6 Belanda 30
Wilayah Amerika Serikat, Inggris dan Perancis menduduki peringkat teratas dibanding wilayah negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua wilayah negara tersebut terbukti prospektif sebagai sasaran ekspor Essential oils. Amerika termasuk negara industri terbesar di dunia dan karena ini juga permintaan bahan baku juga memiliki porsi yang besar. Pada program pemilihan pasar potensial yag merupakan input dari pakar juga menunjukkan bahwa pasar Eropa dan Amerika memang merupakan pasar yang menjanjikan. Singapura pun sebagai negara asia yang berkedudukan di nomor tujuh yang memiliki kebutuhan besar akan minyak atsiri. Sebagaimana kita tahu bahwa Singapura adalah negara yang bertumpu pada perdagangan.
Berdasarkan status ini, industri minyak nilam menyediakan kesempatan
kerja yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri lainnya, karena pertumbuhannya
positif atau mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan minyak
atsiri lainnya.
B. Strategi Pemasaran Minyak Atsiri.
Dalam mencari strategi pasar yang akan dikembangkan dalam pemasaran minyak atsiri secara global menggunakan metode SWOT.
Tabel 20. Analisa SWOT terhadap industri minyak atsiri Indonesia
Strength/ Kekuatan Weakness/ Kelemahan
Indonesia menghasilkan banyak jenis minyak atsiri
Produktivitas dan kualitas rendah yang belum maksimal
Kaya Sumber Daya Alam
Rantai perdagangan yang tidak efisien.
Rendahnya Jaringan
Opportunity/ Kesempatan Threat/ Ancaman
Pertumbuhan pasar minyak atsiri
dan turunannya. Produk substitusi minyak atsiri berupa sintetik Relokasi tempat manufacturing
ke negara asal minyak atsiri. Negara Pesaing
Pertumbuhan market domestik sebagai pengganti impor
Isu tidak adanya tarif barang impor
Membantu dalam peningkatan perekonomian di daerah
pedesaan